BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-1 | P a g e
yang sah. Dari ketiga komponen tersebut, pendapatan Kutai Barat memiliki proporsi
komponen dana perimbangan masih sangat besar dan proporsi komponen PAD
tergolong kecil. Kondisi ini menunjukkan tingkat ketergantungan Kutai Barat yang
cukup tinggi terhadap pendapatan dari luar daerah.
Pendapatan Kutai Barat sepanjang 2006-2010 terlihat berfluktuasi. Sepanjang
tahun tersebut, penurunan pendapatan terjadi pada tahun 2009 yaitu turun sebesar
0,25%. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh turunnya penerimaan dari pajak
dan retribusi masing-masing turun sebesar 36,35% dan 43,25%. Komponen pendapatan
lain-lain yang sah sebenarnya menunjukkan peningkatan yang sangat besar yaitu
97,43% namun karena proporsi komponen tersebut kecil, pendapatan daerah tetap
mengalami penurunan meski relatif kecil.
Rata-rata pendapatan daerah Kutai Barat 2006-2010 setiap tahun sebesar
Rp1.185.208.494.569. Dari pendapatan sebesar itu, rata-rata pendapatan yang
bersumber dari PAD mencapai sekitar Rp30,5milyar. Dari komponen PAD sebesar itu,
komponen dari lain-lain lain PAD yang sah memberikan sumbangan terbesar yaitu
sekitar Rp15,9 milyar. Pajak sendiri dalam proporsi PAD memberikan andil yang
terkecil yaitu rata-rata Rp4,5 milyar dan retribusi rata-rata Rp5,6 milyar. Untuk
pajak, terlihat adanya peningkatan lebih dari dua kali lipat dari 2009 ke 2010. Kondisi
ini menunjukkan keberhasilan upaya peningkatan pajak (tax effort) Kutai Barat.
Dilihat dari jenisnya, pajak restoran, pajak penerangan jalan, pajak galian, serta
pajak sarang burung walet mendominasi perolehan pajak. Untuk retribusi, sebagian
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-2 | P a g e Peran dana perimbangan masih mendominasi APBD Kutai Barat. Kontribusi
dana perimbangan dalam APBD rata-rata mencapai Rp1 trilyun. Kondisi ini
menggambarkan besarnya peran pemerintah dalam pembentukan APBD. Upaya
peningkatan APBD melalui PAD dalam jangka perlu diintensifkan untuk meningkatan
tingkat kemandirian daerah. Dari dana perimbangan sebesar itu, komponen dana bagi
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-3 | P a g e Tabel 3.1.
Perkembangan Pendapatan Kutai Barat 2006-2010
PENDAPATAN 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Pendapatan Asli Daerah 18,900,788,716.88 28,145,248,320.55 33,441,689,129.57 34,209,876,960.63 38,249,153,244.35 30,589,351,274.40
Pajak daerah 1,907,976,472.00 3,682,868,026.40 5,749,003,676.00 3,659,467,091.25 7,823,571,522.08 4,564,577,357.55
Retribusi daerah 3,817,589,032.08 4,657,167,028.84 8,730,644,669.64 4,954,657,745.69 6,190,734,161.02 5,670,158,527.45
Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 2,726,576,303.99 4,185,827,409.11 4,537,632,227.12 5,836,664,612.69 4,871,805,326.01 4,431,701,175.78
Lain-lain PAD yang sah 10,448,646,908.81 15,619,385,856.20 14,424,408,556.81 19,759,087,511.00 19,363,042,235.24 15,922,914,213.61
Dana Perimbangan 941,431,770,284.00 923,760,384,074.50 1,154,544,603,861.00 1,072,130,060,262.00 1,138,262,700,596.00 1,046,025,903,815.50
Dana bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak 614,918,200,284.00 600,263,884,074.50 730,108,088,861.00 684,689,120,262.00 841,045,549,596.00 694,204,968,615.50
Dana Alokasi Umum 278,151,500,000.00 304,309,500,000.00 369,682,515,000.00 339,894,940,000.00 252,246,051,000.00 308,856,901,200.00
Dana Alokasi Khusus 48,362,070,000.00 19,187,000,000.00 54,754,000,000.00 47,546,000,000.00 44,971,100,000.00 42,964,034,000.00
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 68,166,997,600.00 107,587,621,000.00 80,577,545,800.00 159,083,403,900.00 127,550,629,100.00 108,593,239,480.00
Hibah - - - -
Dana darurat - 4,000,000,000.00 - - - 800,000,000.00
Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah
lainnya 17,259,052,000.00 17,192,621,000.00 25,856,420,000.00 32,998,204,900.00 45,511,532,400.00 27,763,566,060.00
Dana penyesuaian dan otonomi khusus - 1,500,000,000.00 - 44,364,171,000.00 12,230,137,500.00 11,618,861,700.00
Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya 50,250,000,000.00 84,895,000,000.00 52,250,000,000.00 75,697,103,000.00 56,295,850,000.00 63,877,590,600.00
TOTAL PENDAPATAN 1,028,499,556,600.88 1,059,493,253,395.05 1,268,563,838,790.57 1,265,423,341,122.63 1,304,062,482,940.35 1,185,208,494,569.90
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-4 | P a g e Total PAD Kutai Barat sepanjang 2006-2010 rata-rata hanya memberikan
kontribusi 2,55%. Bila dibandingkan dengan dana perimbangan, peran PAD dalam APBD
masih sangat kecil. Dana perimbangan rata-rata memberikan kontirbusi sebesar
88,35%. Peran PAD dalam kurun waktu 2006-2010 meski relatif kecil, namun
menunjukkan tren yang meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun mencapai
19,27%.
Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 0.27 0.40 0.36 0.46 0.37 0.37
Lain-lain PAD yang sah 1.02 1.47 1.14 1.56 1.48 1.33
Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah
Daerah lainnya 1.68 1.62 2.04 2.61 3.49 2.29
Dana penyesuaian dan otonomi khusus - 0.14 - 3.51 0.94 0.92
Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah
lainnya 4.89 8.01 4.12 5.98 4.32 5.46
TOTAL PENDAPATAN 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: Bagian Keuangan Setkab Kutai Barat, diolah
Sejak 2008 hingga 2010 peran PAD menunjukkan proporsi yang terus meningkat
setiap tahun. Pajak pada tahun 2010 menunjukkan peningkatan yang cukup tajam
yaitu 113,79% dari tahun yang sebelumnya menurun cukup besar. Peran dana
perimbangan juga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009-2010 dari pos
dana perimbangan, komponen bagi hasil menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar
sedangkan komponen DAU mengalami penurunan pertumbuhan sekitar 25,79% dan DAK
mengalami penurunan pertumbuhan yang relatif kecil yaitu sekitar 5%, padahal peran
DAU dalam pembentukan penerimaan daerah cukup besar yaitu proporsinya rata-rata
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-5 | P a g e tahun. Pada pos ini, komponen yang menunjukkan peningkatan hanya komponen bagi
hasil pajak dari provinsi dan daerah lain sedangkan komponen dana penyesuaian dan
otonomi khusus serta bantuan keuangan menunjukkan penurunan yang cukup besar.
Hal tersebut juga akan terlihat apabila diamati pertumbuhan setiap tahun.
Pertumbuhan setiap tahun dinyatakan dalam satuan prosentase, rata-rata
pertumbuhan dihitung dengan menggunakan rata-rata geometrik (rata-rata ukur),
bukan simple average/mean (rata-rata hitung).
Tabel 3.3.
Pertumbuhan dan Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Kutai Barat
PENDAPATAN 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Pertumbuhan
2006-2010
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 57.83 (25.11) 97.43 (19.82) 16.96
Hibah - - - - -
Dana darurat - - - - -
Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan
Pemerintah Daerah lainnya (0.38) 50.39 27.62 37.92 27.43
Dana penyesuaian dan otonomi khusus - (100.00) - (72.43) -
Bantuan keuangan dari provinsi atau
Pemerintah Daerah lainnya 68.95 (38.45) 44.87 (25.63) 2.88
TOTAL PENDAPATAN 3.01 19.73 (0.25) 3.05 6.11
Sumber: Bagian Keuangan Setkab Kutai Barat, diolah
Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, total pendapatan mulai
menunjukkan penurunan pada tahun 2009. Rata-rata pertumbuhan per tahun total
pendapatan mencapai 6,11%. Komponen pajak daerah menunjukkan rata-rata tingkat
pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 42,3% disusul kemudian dana bagi hasil pajak adri
provinsi dan pemerintah daerah lainnya sebesar 27,43%. Komponen yang menunjukkan
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-6 | P a g e alokasi khusus masing-masing turun sebesar 2,41% dan 1,8%. Untuk dana alokasi
khusus sepanjang 2006-2010 setiap tahun menunjukkan penurunan.
Kinerja keuangan APBD apabila ditinjau dari sisi lain yaitu rasio keuangan
menunjukkan bahwa proporsi pajak terhadap pendapatan menunjukkan tren
peningkatan, meski pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan rasio. Peningkatan
tersebut disebabkan karena pada tahun 2010 pertumbuhan pajak lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan. Penurunan rasio pada tahun 2009
terjadi karena meski pajak dan pendapatan sama-sama mengalami penurunan, namun
penurunan pajak lebih besar dibandingkan dengan penurunan pendapatan.
Tabel 3.4.
Rasio Ketergantungan 36.63 38.55 37.58 36.60 27.11
Rasio Potensi Pendapatan Daerah 61.63 59.31 60.19 56.81 67.43
PAD/DPRB 0.75 1.05 1.17 1.12 1.20
Sumber: Bagian Keuangan Setkab Kutai Barat, diolah
Berbeda dengan retribusi yang menunjukkan penurunan rasio pada tahun 2009
akibat penurunannya lebih besar dibandingkan dengan penurunan pendapatan.
Informasi rasio keuangan daerah juga memperlihatkan peran pajak yang semakin
besar dibandingkan dengan retribusi dalam penerimaan daerah. Secara keseluruhan
peran PAD dalam pendapatan menunjukkan peningkatan sepanjang 2006-2010. Meski
tergolong kecil, PAD menggambarkan semakin berperan dalam pendapatan daerah
Kutai Barat.
Informasi rasio ketergantungan menunjukkan tingkat ketergantungan
pendapatan Kutai Barat terhadap faktor eksternal, yaitu perbandingan antara DAU,
DAK, dan Bantuan terhadap total pendapatan. Rasio ketergantungan relatif stabil
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-7 | P a g e penurunan yang cukup besar, yaitu hanya sebesar 27,11%. Hal ini mengandung arti
bahwa sekitar 36% penerimaan Kutai Barat sangat tergantung dari provinsi dan pusat.
Rasio potensi pendapatan adalah perbandingan antara PAD dan dana bagi hasil
dengan total pendapatan. Rasio tersebut menunjukkan meski berfluktuasi namun
relatif sekitar 60%. Hal ini mengandung artiu bahwa Kutai Barat masih memiliki
potensi yang cukup besar dalam menggali pendapatan dari dalam daerah.
Peran PAD terhadap perekonomian tergolong sangat kecil yaitu sekitar 1%
sepanjang 2006-2010. Hal itu terlihat dari rasio antara PAD dengan PDRB. PAD Kutai
Barat belum optimal dalam menggerakkan atau memberikan stimulus perekonomian
daerah. Hal tersebut dapat dipahami mengingat masih kecilnya peran PAD dalam
struktur penerimaan daerah. Makna lain yang dapat diambil adalah bahwa
perekonomian masyarakat belum berkembang secara optimal, sehingga berpengaruh
dalam penerimaan PAD.
3.2. KEBIJAKAN KEUANGAN MASA LALU
3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran
Total belanja untuk kebutuhan aparatur sepanjang 2006-2010 secara nominal
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun
2008 yang mencapai 30,89% dibanding tahun 2007. Namun setelah tahun 2008,
kenaikan tersebut semakin kecil. Kenaikan setiap tahun bila dihitung dengan rata-rata
geometrik mencapai 18,19%. Kenaikan tersebut dapat dikatakan sama dengan
rata-rata kenaikan total pengeluaran yang besarnya 18,97%.
Tabel 3.5.
Tahun Anggaran 2006 227,579,251,797.00 666,424,561,991.60 34.15
Tahun Anggaran 2007 287,372,671,760.00 1,177,628,938,870.85 24.40 26.27 Tahun Anggaran 2008 376,148,257,476.91 1,335,865,154,242.91 28.16 30.89 Tahun Anggaran 2009 410,385,429,749.09 1,147,425,028,842.51 35.77 9.10 Tahun Anggaran 2010 444,082,866,591.07 1,339,045,462,779.08 33.16 8.21
Rata-rata 349,113,695,474.81 1,133,277,829,345.39 30.81
Rata-rata Pertumbuhan 18.19 19.06 -0.73
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-8 | P a g e Dari sisi proporsinya, selama 2006-2010 rata-rata proporsi total belanja
pemenuhan kebutuhan aparatur mencapai 30,81%. Rata-rata pertumbuhan proporsi
setiap tahun tersebut menunjukkan penurunan sebesar 0,73%. Hal ini mengindikasikan
bahwa belanja aparatur dapat diimplementasikan secara efektif dan efisien. Artinya,
pemanfaatan belanja kebutuhan aparatur untuk menjalankan program dan kegiatan
dapat berjalan sesuai dengan harapan, mengingat proporsinya semakin mengecil.
3.2.2. Analisis Pembiayaan
Apabila dilihat secara keseluruhan antara total pendapatan dengan total
belanja, APBD Kutai Barat sepanjang 2006-2010 menunjukkan fluktuasi antara defisit
dan surplus. Tahun 2006 misalnya, APBD mengalami surplus sebesar Rp224 milyar,
namun pada tahun 2007 mengalami defisit Rp123 milyar. Sepanjang 2006-2010 terjadi
tiga kali defisit riil yaitu tahun 2007, 2008, dan 2010. Defisit pada tahun 2007 dan
2008 terjadi akibat kenaikan total belanja yang sangat besar yaitu hampir 100%, yang
disebabkan karena kenaikan belanja tidak langsung khususnya pada komponen belanja
pegawai, belanja subsidi, belanja, belanja hibah serta belanja bantuan ke daerah
lain. Dari pos belanja langsung, kenaikan yang besar terjadi pada pos belanja barang
dan jasa serta pos belanja modal.
Pembiayaaan defisit ditutup dengan pos sisa lebih perhitungan anggaran tahun
sebelumnya serta transfer dana cadangan. Pada tahun 2006, bila diperbandingkan
dengan pengeluaran pembiayaan daerah, terjadi defisit pada pembayaran netto. Hal
ini diakibatkan oleh cukup besarnya pengeluaran pembayaran pokok utang lebih dari
Rp132 milyar. Pembayaran pokok utang merupakan faktor utama terjadinya defisit
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-9 | P a g e Tabel 3.6.
Perkembangan Pembiayan Daerah
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 29,304,064,917.08 246,680,361,522.55 142,540,254,044.27 37,027,275,012.59 79,678,085,236.05
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya 28,304,064,917.08 246,680,361,522.55 122,813,612,428.75 37,022,275,012.59 79,673,085,236.05
Transfer dari Dana Cadangan 1,000,000,000.00 - 19,726,641,615.52 - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan - - - - -
Penerimaan Pinjaman Daerah - - - - -
Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman - - - 5,000,000.00 5,000,000.00
Penerimaan Piutang Daerah - - - -
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 138,540,561,000.00 4,950,000,000.00 37,985,000,000.00 74,808,012,451.00 27,221,244,743.00
Pembentukan Dana Cadangan 1,000,000,000.00 - -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintahan Daerah 4,555,000,000.00 4,950,000,000.00 9,685,000,000.00 3,500,000,000.00 14,600,000,000.00
Pembayaran Pokok Utang 132,985,561,000.00 - - 60,568,012,451.00 12,621,244,743.00
Pemberian Pinjaman daerah - - 28,300,000,000.00 10,740,000,000.00 -
PEMBIAYAAN NETTO (109,236,496,082.92) 241,730,361,522.55 104,555,254,044.27 (37,780,737,438.41) 52,456,840,493.05
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-10 | P a g e Tabel 3.7.
Defisit Riil Anggaran Kabupaten Kutai Barat
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Realisasi Pendapatan Daerah 1,029,462,617,793.88 1,059,493,253,395.03 1,268,568,099,166.57 1,265,428,340,112.63 896,593,061,786.07
Dikurangi Realisasi :
Belanja Daerah 666,424,561,991.60 1,177,651,768,870.85 1,335,865,154,242.91 1,147,425,028,842.51 1,334,942,431,516.44
Pengeluaran Pembiayaan Daerah 138,540,561,000.00 4,950,000,000.00 37,985,000,000.00 74,808,012,451.00 0.00
Defisit Riil 224,497,494,802.28 (123,108,515,475.82) (105,282,055,076.34) 43,195,298,819.12 (438,349,369,730.37)
Sumber: Bagian Keuangan Setkab Kutai Barat
Tabel 3.8.
Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Kutai Barat
Uraian Tahun
2006 (Rp) 2007(Rp) 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp)
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran sebelumnya 28,304,064,917.08 246,680,361,522.55 122,813,612,428.75 37,022,275,012.59 79,673,085,236.05
Pencairan Dana Cadangan 1,000,000,000.00 - 19,726,641,615.52 - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - -
Penerimaan Pinjaman Daerah - - - - -
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah - - - 5,000,000.00 5,000,000.00
Penerimaan Piutang Daerah - - - - -
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-11 | P a g e
3.3. KERANGKA PENDANAAN
3.3.1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama
Dari aspek belanja daerah, komponen belanja operasi menempati proporsi yang tertinggi yaitu dari 2006-2010 rata-rata 59,42% sedangkan
komponen belanja modal memiliki proporsi rata-rata 40,36%. Komponen belanja tak terduga terlihat memiliki rata-rata proporsi yang kecil yaitu
hanya 0,22%. Hal ini mengindikasikan bahwa perencanaan anggaran di Kutai Barat berjalan dan direncanakan dengan baik.
Tabel 3.9.
Perkembangan Belanja Daerah
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Pertumbuhan
Belanjan Operasi 429,807,968,783.56 644,867,473,165.60 690,428,776,020.99 752,470,783,309.06 811,001,845,655.47 17.20 Belanja Pegawai 203,014,301,335.00 273,530,327,273.00 316,485,832,933.99 373,484,705,819.56 437,386,327,583.09 21.15
Belanja barang 173,935,602,059.90 294,351,544,921.60 295,351,918,156.00 286,140,522,700.50 237451457925.58 8.09
Belanja bunga 5,309,703,448.66 0.00 0.00 - 0.00 -
Belanja Subsidi 0.00 4,500,000,000.00 4,414,682,546.00 2,991,000,000.00 2,348,350,000.00 -
Belanja Hibah 0.00 14,900,000,000.00 6,266,800,000.00 16,553,400,000.00 60,840,093,471.00 -
Belanja Bantuan Sosial 47,548,361,940.00 49,039,957,328.00 46,449,542,385.00 51,631,154,789.00 50,445,616,675.80 1.49
Belanja Bantuan Keuangan 0.00 8,545,643,643.00 21,460,000,000.00 21,670,000,000.00 22,530,000,000.00 -
Belanja Modal 230,080,333,582 531,901,465,705 645,436,378,222 394,681,803,633 527,848,117,124 23.07
Belanja Tanah 2,740,576,755 8,350,034,425 38,332,668,615 4,869,311,245 1,139,381,000 -19.70
Belanja Peralatan dan Mesin 25,200,095,923 59,390,874,006 29,722,918,331 31,328,548,494 18,323,482,595 -7.66
Belanja Bangunan dan Gedung 37,964,213,724 96,658,686,806 185,260,905,885 69,452,185,556 82,810,495,214 21.53
Belanja Jalan, Irigasi dan jaringan 163,098,815,930 359,683,453,469 387,662,556,291 286,560,804,631 418,869,564,315 26.59
Belanja Aset Tetap lainnya 1,076,631,250 7,818,417,000 4,457,329,100 2,470,953,708 6,705,194,000 57.97
Belanjan Tak Terduga 6,536,259,626 860,000,000 - 272,441,900 195,500,000 -58.41
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-12 | P a g e Tabel 3.10.
Proporsi dan Rata-rata Proporsi Belanja Daerah
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
Belanja Jalan, Irigasi dan jaringan 24.47 30.54 29.02 24.97 31.28 28.06
Belanja Aset Tetap lainnya 0.16 0.66 0.33 0.22 0.50 0.38
Belanjan Tak Terduga 0.98 0.07 0.00 0.02 0.01 0.22
Total Belanja 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: Bagian Keuangan Setkab Kutai Barat
Besarnya komponen belanja modal merupakan indikasi bahwa pemerintah
daerah cukup intensif dalam ppengadaan berbagai aktiva yang berwujud aset tetap
seperti tanah, mesin, gedung, bangunan, irigasi, dan sebagainya. Situasi ini juga
menggambarkan bahwa Kutai Barat selama 5 tahun terakhir cukup intensif melakukan
pembangunan fisik. Komponen lain yaitu belanja barang dan jasa menempati proporsi
kedua dalam belanja langsung. Hal ini mengindikasikan bahwa alokasi belanja untuk
pengadaaan barang dan jasa yang langsung menunjang kegiatan telah dilakukan secara
intensif oleh Kutai Barat, dan pengadaaan barang dan jasa tersebut diharapkan
mampu mendukung efisiensi dan efektivitas SKPD dalam melaksanakan program dan
kegiatan yang telah direncanakan.
Pada pos belanja operasi, komponen terbesar adalah belanja pegawai.
Besarnya belanja pegawai ini menggmbarkan pula tingkat kesejahteraan seluruh
pegawai pemerintah daerah di Kutai Barat. Belanja bantuan sosial terlihat
menunjukkan angka yang cukup besar yaitu rata-rata 4,61% dari 2006-2010. Hal ini
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-13 | P a g e besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bentuk bantuan
sosial.
Rata-rata pertumbuhan pos belanja operasi setiap tahun dari 2006-2010
mencapai 17,20% bila dihitung dengan rata-rata geometrik (rata-rata ukur) sedangkan
belanja modal menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang lebih besar yaitu 23,07%.
Total belanja sendiri setiap tahun rata-rata tumbuh 19,06%. Pertumbuhan ini
tergolong besar bila dikaitkan dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah yang
mencapai 6,11%. Secara umum rata-rata kenaikan total belanja masih dalam batas
yang normal dan wajar, mengingat situasi dan kondisi pembangunan di Kutai Barat
yang berjalan cukup dinamis di semua aspek. Tingginya rata-rata pertumbuhan
belanja modal misanya, menggambarkan pembangunan prasarana fisik yang sangat
dinamis.
3.3.2. Proyeksi Berdasarkan Data Masa Lalu
Proyeksi berdasarkan data masa lalu dimaksudkan untuk mengetahui kapasitas
keuangan Kutai Barat di masa mendatang berdasarkan data-data masa lalu. Dengan
mengetahui kondisi keuangan daerah di masa mendatang berdasar data masa lalu,
akan didapatkan gambaran tentang pendapatan dan belanja sehingga formulasi dan
strategi kebijakan pengelolaan keuangan daerah dapat disusun sesuai dengan
kapasitas keuangan daerah.
Proyeksi meliputi 3 hal, yaitu proyeksi pendapatan, belanja langsung, dan
belanja tidak langsung. Beberapa asumsi yang dipergunakan dalam proyeksi ini
adalah:
1. Perekonomian Kutai Barat tumbuh antara 6,5% - 8,1% per tahun.
2. Pertumbuhan pendapatan sebesar setiap tahun rata-rata 6,11% dihitung dari
2006-2010.
3. Pertumbuhan belanja total setiap tahun rata-rata 19,06%.
4. Melihat fluktuasi komponen pada pos total pendapatan dan total belanja,
proyeksi tidak dapat dilakukan berdasarkan rata-rata pertumbuhan. Oleh
karena itu proyeksi untuk masing-masing komponen tersebut didasarkan pada
metode least sqaure dan rata-rata proporsi setiap komponen terhadap total
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-14 | P a g e
5. Untuk proyeksi tahun 2011, dilakukan penyesuaian berdasarkan perkembangan
informasi yang up to date.
Tabel 3.11.
Proyeksi Total Pendapatan dan Total Belanja
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Total
Pendapatan 1,412,325,276,692 1,488,030,870,733 1,563,736,464,773 1,639,442,058,814 1,715,147,652,854
Total Belanja 1,510,256,573,511 1,468,010,522,358 1,557,559,164,221 1,652,570,273,239 1,753,377,059,907
Defisit/Surplus (97,931,296,819) 20,020,348,375 6,177,300,552 (13,128,214,425) (38,229,407,053
3.3.3. Kerangka Pendanaan
Proyeksi komponen pendapatan menggambarkan sumber pendanaan selama
2011-2015. Proyeksi ini didasarkan pada metode least square dan rata-rata proporsi
setiap komponen selama lima tahun terakhir. Fluktuasi yang cukup tinggi dan pola
yang tidak beraturan menyebabkan proyeksi tidak menggunakan komponen rata-rata
pertumbuhan. Selain itu beberapa data di tahun-tahun tertentu tidak tersedia karena
memang aktivitas atau kegiatan tersebut bukan sesuatu yang bersifat rutin.
Hasil proyeksi 2011-2015 dari komponen pendapatan untuk pendanaan
disajikan dalam tabel 3.12. berikut:
Tabel 3.12.
Proyeksi Beberapa Komponen Pendapatan
Komponen 2011 2012 2013 2014 2015
Pendapatan Asli
Daerah 44,017,758,583 48,493,894,352 52,970,030,122 57,446,165,891 61,922,301,661 Pajak daerah 6,568,379,380 7,236,313,387 7,904,247,395 8,572,181,402 9,240,115,410 Retribusi daerah 8,159,299,194 8,989,012,749 9,818,726,304 10,648,439,860 11,478,153,415 Hasil pengelolaan
keuangan daerah yang dipisahkan
6,377,171,935 7,025,662,189 7,674,152,442 8,322,642,695 8,971,132,948
Lain-lain PAD yang
sah 22,912,908,074 25,242,906,027 27,572,903,981 29,902,901,934 32,232,899,888 Dana Perimbangan 1,208,635,364,859 1,262,838,518,540 1,317,041,672,221 1,371,244,825,902 1,425,447,979,584 Dana bagi hasil
pajak/ bagi hasil bukan pajak
802,122,272,947 838,094,707,724 874,067,142,501 910,039,577,278 946,012,012,055
Dana Alokasi
Umum 356,870,104,373 372,874,505,430 388,878,906,488 404,883,307,545 420,887,708,603 Dana Alokasi
BAB III – GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III-15 | P a g e Dari hasil proyeksi, penerimaan Kutai Barat 2011 ditaksir mencapai Rp1,4
trilyun dan belanja daerah ditaksir sekitar Rp1,5 trilyun. Peran PAD dalam penerimaan
daerah pada tahun 2011 ditaksir mencapai Rp44 milyar dan dana perimbangan masih