BAB VI
PERHITUNGAN SISTEM PIPA
( PIPING SYSTEM )
A. Umum
Sistem pipa merupakan bagian utama suatu sistem yang menghubungkan
titik dimana fluida disimpan ke titik pengeluaran semua pipa baik untuk
memindahkan tenaga atau pemompaan harus dipertimbangkan secara teliti
karena keamanan dari sebuah kapal akan tergantung pada susunan perpipaaan
seperti halnya pada perlengkapan kapal lainnya.
B Bahan Pipa
Pemilihan bahan pipa untuk sistem perpipaan dalam kapal harus
memperhatikan peraturan-peraturan dari Biro Klasifikasi Indonesia antara lain :
B.1. Seamless Drawing Stell Pipe (Pipa baja tanpa sambungan)
Pipa ini digunakan untuk semua penggunaan dan dibutuhkan untuk pipa
tekan pada sistem bahan bakar dan untuk sistem pipa pengeluaran, bahan bakar
dari pompa injeksi bahan bakar.
B.2. Seamless Brown Pipe (Pipa dari tembaga/kuningan)
Pipa jenis ini tidak boleh digunakan pada temperatur lebih dari 406OF dan
tidak boleh digunakan pada super heated (uap dan panas lanjut).
Gambar 6.2. Seamless Drawn Pipe
B.3. Lap Welded Electric Resistence Welded Stell Pipe
Pipa jenis ini tidak diijinkan untuk digunakan dalam sistem di mana tekanan
kerja melampaui 350 Psi atau pada temperatur di mana sistem yang dibutuhkan
pipa tekanan tanpa sambungan.
Gambar 6.3. Gambar6.4.
B.4. Pipa dari Timah Hitam
Pipa ini dilindungi terhadap kerusakan mekanis maka dapat digunakan untuk
supply air laut, dapat juga untuk saluran sistem bilga, kecuali dalam ruangan
yang kemungkinan mudah terkena api sehingga dapat melebar dan merusak
sistem bilga.
B.5. Pipa dari Baja Tempa atau Besi Kuningan (besi tempa)
Pipa jenis ini digunakan untuk semua pipa bahan bakar minyak lumas.
B.6. Pipa Galvanis
Pipa jenis ini digunakan untuk supplai air laut (sistem Ballast dan Bilga).
C. Ukuran Pipa
C.1 Pipa Schedule 40
Pipa ini dilindungi terhadap kerusakan mekanis yaitu perlindungan
menyeluruh dengan sistem galvanis. Dengan sistem perlindungan tersebut maka
pipa dapat digunakan untuk suplai air laut, dapat juga untuk saluran sistem bilga,
kecuali dalam ruangan yang kemungkinan mudah terkena api sehingga dapat
melebar dan merusak sistem bilga.
Gambar 6.6. Pipa Schedule 40
C.2 Pipa Schedule 80 – 120
Pipa jenis ini diisyaratkan mempunyai ketebalan yang lebih tebal
dibandingkan dengan jenis pipa yang lain. Dalam penggunaan pipa schedule 80 –
120 dapat difungsikan sebagai pipa hidrolis yaitu pipa dengan aliran fluida
C.3 Ukuran Pipa Berdasarkan Kapasitas Tangki (BKI 2006 Sec 11 N 31)
Seperti yang terdapat pada tabel 6.1 berikut ini :
Tabel 6.1
Ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki
Kapasitas Tangki (ton) Diameter dalam pipa & fitting (mm)
0 – 20 60
20 – 40 70
40 – 75 80
75 – 120 90
120 – 190 100
190 – 265 110
265 – 360 125
360 – 480 140
480 – 620 150
620 – 800 160
800 – 1000 175
1000 – 1300 200
C.4 Ukuran Pipa Berdasarkan JIS (Japan International Standart)
Ukuran pipa yang ditetapkan oleh JIS (Japan International Standart) terdapat
pada tabel 6.2.
Tabel 6.2.
Standart Ukuran Pipa Baja menurut “JIS” tahun 2002
Inside Nominal Outside SGP Schedule 40 Schedule 80
Diameter Size Diameter Tebal Min (mm) (mm)
(mm) (inch) (mm) (mm)
6 ¼ 10.5 2.0 1.7 2.4
10 3/8 17.3 2.3 2.3 3.2
15 ½ 21.7 2.8 2.8 3.7
20 ¾ 27.2 3.2 2.9 3.9
25 1 34.0 3.5 3.4 4.5
32 1 ¼ 42.7 3.5 3.6 4.9
40 1 ½ 48.6 3.8 3.7 5.1
50 2 60.5 4.2 3.9 5.5
65 2 ½ 76.3 4.2 5.2 7.0
80 3 89.1 4.5 5.5 7.6
100 4 114.3 4.5 6.0 8.6
125 5 139.8 5.0 6.6 9.5
150 6 165.2 5.8 7.1 11.0
200 8 216.3 6.6 8.2 12.7
250 10 267.4 6.9 9.3 -
300 12 318.5 7.9 10.3 -
250 14 355.6 7.9 11.1 -
400 16 406.4 - 12.7 -
450 18 457.2 - - -
D. Macam-Macam Katup
D.1.Butterfly Valve
Katup untuk membuka dan menutup fluida, dan mengontrol kebutuhan fluida.
Katup ini mudah dalam pengoperasiannya dan harganya murah.
Gambar 6.7. Butterfly valve
D.2.Reducing Valve
Reducing valve merupakan katup yang paling berbeda dengan katup-katup
lainnya, karena katup ini memiliki fungsi untuk mengontrol tekanan fluida.
D.3.Non Return Valve ( Check Valve )
Non return valve adalah katup yang arah aliran fluidanya hanya satu arah.
Gambar 6.9. Non Return valve
D.4.Termostatik Valve
Merupakan katup untuk mengontrol suhu fluida.
D.5. Gate Valve ( Katup Pintu )
Untuk menutup aliran baik dengan membuka atau menutup katup sesuai
dengan kebutuhan
Gambar 6.10. Gate valve
D.6. Globe Valve ( Katup Bola / Safety Valve )
E. Bahan Katup Dan Peralatan (Fitting)
Bahan katup dan peralatan (fitting) yang diijinkan menurut perhitungan
dari Biro Klasifikasi Indonesia antara lain :
E.1. Kuningan / Bross
Katup dari bahan kuningan digunakan untuk temperatur dibawah 450OF. Bila
temperatur lebih besar 550OF maka digunakan material perunggu yang besar
diameternya minimal 3 inchi dan tekanan lebih besar dari 230 Psi.
Gambar 6.11. Katup Kuningan
E.2. Besi / Iron
Berbagai macam besi mulai dari cast iron yang biasanya digunakan untuk
katup-katup kecil sampai hight strenght alloy cost yang dipakai untuk katup
besar. Cost iron tidak boleh digunakan untuk katup yang memerlukan temperatur
rendah atau aliran korosi.
E.3. Baja / Steel
Digunakan untuk temperatur dan tekanan yang tinggi
E.4. Stainless Steel
Digunakan untuk katup yang memerlukan gambar detail pipa air tawar,
F. Flens
Bahan flens untuk sistem pipa dapat dipasang pada pipa dengan memperhatikan
material yang dipakai, dengan ketentuan sebagai berikut :
Flens pada Pipa Baja
Pipa baja dengan ukuran diameter normal lebih dari 12 inchi harus dimuaikan
(expended) ke dalam flens baja/dapat dibaut pada flens atau dilas.
Pipa yang Lebih Kecil
Dapat dibaut ke dalam flens tanpa dilas, tetapi khusus dapat untuk pipa uap
air dan minyak juga dimuaikan supaya dapat memastikan adanya kekedapan pada
ulirnya.
Flens dari Besi Tuang
Dapat digunakan dengan sistem sambungan yang dibaut dan hanya boleh
dipakai dalam sistem dimana penggunaannya tidak dilarang.
Pipa Non Ferro
Untuk diameter lebih kecil atau sama dengan 2 inchi dapat dibaut.
Jenis-Jenis Flens Antara Lain :
a) Slip on
b) Weld Neck Flange
c) Blind
d) Socked Weld Flange
Jenis Alat Penyambung : 45° elbow
90° Elbow 90° Street Elbow 45° Y-band
Tee
Cross
Cap
Round Head Plug
Sambungan antara pipa dengan flens harus sesuai dengan ketentuan, dimana
ketentuan tersebut seperti yang terdapat pada tabel 6.3.
Tabel 6.3.
Ketentuan Sambungan Pipa Dengan Flens (BKI 2006 sec. 10)
d d1 Dc D T H J.Baut
15 21,0 60 80 9 12 4
20 27,7 65 85 10 12 4
25 34,0 75 95 10 12 4
32 42,7 90 115 12 15 4
40 48,6 95 120 12 15 4
65 76,3 130 150 14 15 4
80 89,1 145 180 14 15 4
100 114,3 165 200 16 19 4
125 159,8 200 135 16 19 8
150 165,2 135 265 18 19 8
Gambar 6.12. Flens
Keterangan:
d = Diameter dalam
d1 = Diameter luar pipa
Pe = Diameter letak baut flens
D = Diameter flens
t = Tebal flens
H = Diameter Baut
J baut = Jumlah Baut
G. Ketentuan Umum Sistem Pipa
Sistem pipa harus dibuat sepraktis mungkin dengan bengkokan dan sambungan
las sedapat mungkin dengan flens/sambungan yang dapat dilepas dan dipisahkan bila
perlu. Demikian pula instalasi pipa harus dilindungi sedemikian rupa sehingga
terhindar dari kerusakan mekanis dan harus ditumpu/dijepit sedemikian rupa untuk
G.1. Sistem Bilga
G.1.a. Susunan Pipa Bilga Secara Umum
Susunan pipa bilga secara umum harus ditentukan dengan persyaratan dari
BKI :
Pipa-pipa bilga dan penghisapannya harus ditentukan sedemikian rupa
sehingga kapal dapat dikeringkan sempurna walaupun dalam keadaan
miring/ kurang sempurna (menguntungkan).
Pipa-pipa hisap harus diatur kedua sisi kapal pada ruangan-ruangan
kedua ujung masing-masing kapal cukup dilengkapi dengan satu pipa
hisap yang dapat mengeringkan ruangan-ruangan tersebut.
Ruangan yang terletak dimuka sekat tubrukan dan di belakang tabung
poros propeller yang tidak dihubungkan dengan sistem pompa bilga
umum harus dikeringkan dengan cara yang memadai.
G.1.b. Pipa Bilga yang melalui tangki-tangki
Pipa bilga yang melewati tanki-tanki pipa bilga tidak boleh dipasang
melalui tanki minyak lumas dan air minum.
Jika pipa bilga melalui tangki bahan bakar yang terletak diatas alas
ganda dan berakhir dalam ruangan yang sulit dicapai selama
pelayaran maka harus dilengkapi dengan katub periksa atau check
valve tambahan, tepat dimana pipa bilga tersebut dalam tangki bahan
G.1.c. Pipa Expansi
Dari jenis yang telah disetujui harus digunakan untuk menampung
expansi panas dari sistem bilga. Expansi karet tidak diijinkan untuk
dipergunakan dalam kamar mesin dan tangki-tangki.
G.1.d. Pipa Hisap Bilga dan Saringan-saringan
Pipa hisap harus dipasng sedemikian rupa sehingga tidak menyulitkan
dalam membersihkan pipa hisap dan kotak pengering pipa hisap
dilengkapi dengan saringan yang tahan karat.
Aliran pipa hisap bilga darurat tidak boleh terhalang dan pipa hisap
tersebut terletak pada jarak yang cukup dari alas dalam.
G.1.e. Katub dan Perlengkapan Pipa Bilga
Katub alih atau perlengkapan pada pipa bilga terletak pada tempat yang mudah dicapai dalam ruangan dimana pompa bilga ditempatkan.
G.2. Sistem Ballast
G.2.a. Susunan Pipa Ballast Secara Umum
Pipa hisap dalam tanki-tanki ballast harus diatur sedemikian rupa sehingga
tangki-tangki tersebut dapat dikeringkan sewaktu kapal dalam keadaan trim
atau kapal dalam keadaan kurang menguntungkan.
G.3. Sistem Bahan Bakar
G.3.a. Susunan Pipa Bahan Bakar Secara Umum
Pipa bahan bakar tidak boleh melalui tanki air tawar maupun tanki minyak
lumas, pipa bahan bakar tidak boleh terletak disekitar komponen-komponen
G.3.b. Pipa Pengisi dan Pengeluaran
Pengisian pipa bahan bakar cair harus disalurkan melalui pipa yang
diletakkan dari geladak terbuka/tempat-tempat pengisian bahan bakar di bawah
geladak. Disarankan pada pengisian dari kedua sisi kapal. Penutupan pipa di
atas geladak harus dapat dilakukan pengaliran bahan bakar menggunakan pipa
pengisian.
G.4. Sistem Pipa Air Tawar
Susunan pipa air tawar secara umum
G.4.a. Pipa-pipa yang berisi air tawar tidak boleh melalui pipa-pipa yang
bukan berisi air tawar. Pipa udara dan pipa limbah air tawar boleh
dihubungkan dengan pipa lain dan juga tidak boleh melewati tanki-tanki
yang berisi air tawar yang dapat diminum.
G.4.b. Ujung-ujung atas dari pipa udara harus dilindungi terhadap
kemungkinan masuknya serangga kapal ke dalam pipa tersebut, pipa
duga harus cukup tinggi dari geladak, dan terbuka serta tidak boleh
melalui tanki isinya bahan cair yang digunakan untuk air minum. Pipa
air tawar tidak boleh dihubungkan pipa air lain yang bukan air minum.
G.5. Sistem Saniter, Scupper, dan Sewage
G.5.a. Pipa Saniter dan Scupper
Berdiameter antara 5010 mm. Direncanakan 3” (80 mm) (SDK Hal.43) tebal
G.5.b. Lubang Pembuangan Scupper dan Saniter
1) Lubang pembuangan dalam jumlah dan ukuran cukup untuk
mengeluarkan air laut harus di pasang geladak cuaca dan pada
geladak lambung timbul dalam bangunan atas dan rumah geladak
yang tidak tertutup kedap air harus disalurkan ke luar.
2) Pipa pembuangan dari ruangan di bawah garis muat musim panas,
harus dihubungkan pipa bilga dan harus dilindungi dengan baik.
3) Lubang pembuatan dan saniter tidak boleh dipasang di atas garis muat
kosong di daerah tempat peluncuran sekoci penolong.
G.5.c. Sistem Sewage (Sistem Pembuangan Kotoran)
Diameter pipa sewage minimal 100 mm (SDK Hal. 45). Direncanakan
berdiameter = 4” tebal 4,5 mm.
G.6. Sistem Pipa Udara dan Pipa Duga
G.6.a. Susunan Pipa Udara Secara Umum
Semua tanki dan ruangan kosong dan lain-lain pada bagian yang
tertinggi harus dilengkapi dengan pipa udara yang dalam keadaan
dipanasi harus berakhir di geladak biasa.
Pipa-pipa udara dari tanki-tanki pengumpulan atau penampungan
minyak yang tidak dipanasi boleh terlihat di geladak mesin.
Pipa-pipa udara harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
Pipa udara dari tanki penyimpanan minyak lumas, boleh berakhir
pada kamar jika dinding tanki penyimpanan minyak lumas tersebut
merupakan bagian dari lambung kapal. Maka pipa-pipa udaranya
harus berakhir di selubung kamar mesin di atas geladak lambung
timbul.
Pipa udara dari tanki-tanki cofferdam dan ruangan yang merupakan
pipa hisap bilga harus dipasang dengan pipa udara yang berakhir di
rungan terbuka.
G.6.b. Pipa Duga
Diameter pipa duga minimal adalah 32 mm dan direncanakan 1 ¼”, letak pipa
duga secara umum menurut BKI 2006 adalah sebagai berikut :
Tanki-tanki ruangan, cofferdam dan bilga dalam ruangan yang tidak
mudah dicapai setiap saat harus dilengkapi pipa duga, sedapat
mungkin pipa duga tersebut harus memanjang ke bawah sampai
mendekati alas.
Pipa duga yang ujungnya terletak di bawah garis lambung timbul
harus dilengkapi dengan katup otomatis. Pipa duga seperti itu hanya
diijinkan dalam ruangan yang dapat diperiksa dengan temperatur.
Pipa duga harus dilengkapi dengan pelapis dibawahnya bilamana pipa
duga tersebut dihubungkan dengan kedudukan samping atas pipa
Pipa duga tanki dilengkapi dengan lubang pengatur tekanan yang
dibuat sedikit mungkin di bawah geladak tanki.
G.6.c. Bahan Pipa Duga
Pipa baja harus dilindungi terhadap pengkaratan pada bagian dalam
dan lainnya.
H. Perhitungan Pipa
H.1. Pipa Bilga Utama
Perhitungan Diameter Pipa (Berdasarkan BKI 2006 Sec.11 N 2.2)
dH = 1,68 L
BH
+ 25 (mm) Perhitungan tebal pipa utama (Berdasarkan BKI 2006 Sec.11 C 2.1)
da = Diameter luar pipa
Kapasitas Pompa Bilga Utama (Berdasarkan BKI 2006 Sec.11 C. 3.1)
H.2. Pipa Bilga Cabang
Perhitungan Diameter Pipa (Berdasarkan BKI 2000 Sec.11 N 2.2)
dz = 2,15 l
BH
+ 25 (mm)l = Panjang kompartemen yang kedap air
= 36,07 m
Maka :
dz = 2,15 36,07
94,5
+ 25 (mm)= 72,91 mm (diambil 80 mm)
= 3 “ (Berdasarkan tabel)
Perhitungan tebal pipa cabang (Berdasarkan BKI 2000 Sec.11 C 2.1)
c = Faktor korosi sea water lines = 3,00
Diameter pipa ballast sesuai dengan perhitungan kapasitas tangki air ballast
yaitu:
Volume Tangki Air Ballast = 67,9 m3
Berat Jenis Air Laut = 1,025 ton / m3
Kapasitas tangki air ballast = V x BJ air laut
= 67,9 x 1,025 = 69,6 ton
Berdasarkan table didapatkan harga sebesar 80 mm
Diambil 80 mm = 3 “
Kapasitas Pompa Bilga Utama (Berdasarkan BKI 2006 Sec. 11 C. 3.1)
Qb = 5,75 x 10-3 x dH2
= 5,75 x 10-3 x 652
Dimana :
Q = Kapasitas air ballast diijinkan dengan 1 buah pompa + 1 cadangan
= 46,575 m3 / jam
Perhitungan tebal pipa ballast (Berdasarkan BKI 2006 Sec.11 C 2.1)
= 3,882 mm (Menurut table JIS = 4,2 mm)
H.4. Pipa Bahan Bakar
Sesuai dengan perhitungan pada Rencana Umum (RU) maka dibutuhkan
untuk mesin induk dan mesin Bantu adalah :
BHP Mesin Induk = 1600 HP
BHP Mesin Bantu = 20 % x 1600
= 320 HP
Sehingga BHP total = BHP AE + BHP ME
= 300 + 1500
= 1920 HP
a. Kebutuhan bahan bakar (Qb1)
Jika 1 HP dimana koefisien pemakaian bahan bakar dibutuhkan (0,17 –
0,18) Kg/Hp/Jam, diambil 0,17 Kg/Hp/Jam.
BHP total = 3840 HP
Kebutuhan Bahan Bakar = 0,17 Kg/Hp/Jam x 3840
= 652,8 Kg/jam
= 0,653 Ton/jam
b. Kebutuhan bahan bakar tiap jam (Qb1)
Spesifikasi bahan bakar = 1,25 m3/ton
Qb1 = Kebutuhan bahan bakar x Spesifik volume berat bahan bakar
= 0,816 m3 / h
c. Direncanakan pengisian tangki bahan bakar tiap 12 jam
Sehingga volume tangki
V = Qb1 x h m3
= 0,816 x 12
= 9,79 m3 ( Pengisian tangki harian tiap 12 jam )
d. Pengisian tangki harian diperlukan waktu 1 jam, maka kapasitas pompa
dari tangki bahan bakar ke tangki harian :
Qb2 =
e. Diameter pipa dari tangki harian menuju mesin :
d = 1 -3
Perhitungan tebal pipa dari tangki harian menuju mesin :
Dimana :
f. Diameter pipa dari tangki bahan bakar menuju tangki harian
= 2 “ (Menurut tabel JIS = 50 mm)
Perhitungan tebal pipa dari tangki bahan bakar menuju tangki mesin
H.5. Pipa Minyak Lumas
Diameter pipa minyak lumas sesuai dengan perhitungan kapasitas tangki
minyak lumas yaitu :
Volume Tangki Minyak Lumas = 0,418 m3
Berat Jenis minyak = 0,8 ton / m3
Kapasitas tangki minyak lumas = V x BJ minyak
= 0,418 x 0,8
= 0,334 ton
Qs = Kapasitas minyak lumas, direncanakan 15 menit = ¼ jam
= 0,25 0,334
= 1,3376
d = -3
10 x 5,75
Qs
=
0,00575 1,3376
= 15,25 mm (diambil 20 mm)
= 3/4 “ (Menurut tabel JIS = 20 mm)
Kapasitas Pompa Minyak Lumas = 60 mm ( BKI 2006 sec II N.3.1 )
Q = 5,75 x 10-3 x dH2
= 5,75 x 10-3 x 652
H.6. Pipa Air Tawar
Diameter pipa air tawar sesuai dengan perhitungan kapasitas tangki air
tawar yaitu
Kapasitas Pompa Air Tawar
Q = 5,75 x 10-3 x dH2
= 5,75 x 10-3 x 652
= 24,294 m3 / jam
Perhitungan tebal pipa air tawar
= 80 N/mm2 (BKI 2000 Sec. 11. C 2.3.3)
H.7.a. Pipa udara dipasang pada semua tangki untuk mengeluarkan udara
pada waktu tangki sedang diisi secara sempurna dan menghindarkan
adanya kenaikan tekanan. Untuk dasar ganda yang berisi air, diameter
minimum dari pipa udara adalah 100 mm (4 “) dengan ketebalan 3,2
mm. Untuk dasar ganda yang berisi bahan bakar, diameter minimum
dari pipa udara adalah 100 mm (4 “)..
Menurut ABS :
Tinggi pipa udara :
Di atas free board deck : 760 cm
Ukuran pipa udara
Fresh water tank : > 112 “
Water ballast tank : > 2 “
Fuel oil tank : > 212 “
H.7.b. Pipa duga dipasang pada tangki bahan bakar, tangki air tawar dan
tangki ballast, digunakan untuk memeriksa cairan Pipa duga
direncanakan mempunyai diameter sebesar 65 mm (2,5 “).
H.8. Pipa Sanitari dan Pipa Sewage
H.8.a. Pipa sanitair digunakan untuk membuang air dari geladak dan juga
untuk membuang air yang sudah dipakai dari tempat-tempat mandi,
penatu, bar-bar makanan dan minuman, dapur, gudang, dan
sebagainya. Pipa sanitair berdiameter antara 50 – 150 mm,
direncanakan diameter pipa sanitair adalah 100 mm (3 “) dengan
ketebalan 4,2 mm.
H.8.b. Pipa sewage (pipa buangan air tawar) direncanakan dengan diameter
100 mm (4 “) dengan ketebalan 4,5 mm. Pipa kotoran tidak boleh
melalui ruangan-ruangan tempat tinggal, tempat penyimpanan
H.9. Deflektor
Fungsi dari Deflektor adalah untuk mempertahankan susunan kimia,
kelembaban dan suhu udara yang dibutuhkan didalam
kompartemen-kompartemen di atas kapal.
Jumlah udara yang dibutuhkan untuk ventilasi bagi kompartemen yang
tertentu harus berdasarkan :
Suhu udara maximum yang di ijinkan didalam kompartemen.
Kelembaban udara maximum yang di ijinkan dalam kompartemen. Presentase CO2 maximum yang diijinkan dalam udara didalam
kompartemen.
H.9.a. Deflektor Ruang Mesin
d = Diameter deflektor
V = Volume ruang mesin = 202,712 m3
v = Kecepatan udara yang melewati ventilasi 2,0 – 4,0 m/dt
O = Density udara bersih 1 kg/m3
1 = Density udara dalam ruangan 1 kg/m3
N = Banyaknya pergantian udara
= 0,73 m
jari – jari (R) = ½ d
= ½ 0,73 = 0,365 m
Luas deflektor pemasukan:
= R2
= 3,14 (0,365)2
= 0,42 m2
Ruang mesin menggunakan 2 buah deflektor pemasukan, maka luas lubang
pemasukan dibagi 2.
A2 = ½ 0,42
= 0,21 m
Jadi diameter satu lubang deflektor:
d2 =
Penampang deflector pemasukan udara ruang mesin
a = 0,16 d = 0,16 520 = 83,2 mm
b = 0,3 d = 0,3 520 = 156 mm
c = 1,5 d = 1,5 520 = 780 mm
e = min 400 mm
b. Deflector pengeluaran udara ruang mesin
a = 0,73 d = 0,73 520 = 379,6 mm
b = 1,8 d = 1,8 520 = 936 mm
R1 = 0,9 d = 0,9 520 = 468 mm
R2 = 1,17 d = 1,17 520 = 608,4 mm
e = min 400 mm
I. Komponen-Komponen Dalam Sistem Pipa
I.1. Separator
Fungsi dari separator adalah untuk memisahkan antara minyak dengan air.
Prinsip kerjanya adalah dalam separator terdapat mangkuk-mangkuk yang
berlubang pada titik tepinya. Setelah minyak dan air yang bercampur masuk ke
dalam separator maka mangkuk tersebut berputar bersama porosnya. Dengan
perbedaan massa jenis maka air akan keluar melalui pembuangan, sedangkan
minyak akan masuk melalui lubang-lubang pada mangkuk yang selanjutnya
Gambar 6.14. Separator
I.1. Hidrosphore
Dalam hidrophore terdapat 4 bagian. ¾ berisi air sedangkan ¼ berisi udara
dengan tekanan kerja 3 kg/cm2 Hg berfungsi mendistribusikan air ke mesin
kemudi, ruang mesin dan geladak dengan bantuan kompresor otomatis.
Gambar 6.15. Hydrophore
I.2. Cooler
Fungsi dari cooler adalah sebagai pendingin. Bagian dalamnya terdapat
pipa-pipa kecil untuk masuknya air laut yang dipakai sebagai pendingin mesin.
Minyak masuk melalui celah-celah pipa air laut secara terus menerus. Dengan
demikian minyak akan didinginkan suhunya sebelum masuk ke mesin induk dan
Gambar 6.16. Cooler
I.2.Purifier
Secara fungsional sama dengan separator, yaitu sebagai pemisah, tetapi antara
minyak dengan bukan zat cair (contoh : pasir, kerikil), dengan prinsip perbedaan
berat. Kotoran yang telah dipisahkan dibuang pada saat pengedokan kapal atau
saat bersandar di pelabuhan.
Gambar 6.17. Purifier
I.3.Strainer/Filter
Fungsi dari stainer adalah sebagai penyaring dimana tersusun atas pokit yang
diberi lubang-lubang atau kasa penyaring.
I.4. Botol Angin Dan Sea chest
Fungsinya apabila kotak lautnya terdapat banyak kotoran atau binatang laut,
angin akan menyemprotkan udara yang bertekanan ke dalam kotak laut tersebut.
Gambar 6.19. Sea chest
I.5. Kondensor Pada Instalasi Pendingin
Fungsinya adalah untuk mengubah uap air menjadi air untuk keperluan
pendinginan.
J. Perhitungan Sea Chest
J.1. Perhitungan Displacement
D = Lpp x B x T x Cb x γ x c
Dimana :
Lpp = 36,07 m
B = 9 m
T = 3,94 m
Cb = 0,52
γ = 1,025
c = 1,004
Jadi :
D = 36,07 x 9 x 3,94 x 0,52 x 1,025 x 1,004
= 684,45 Ton
J.2. Diameter Dalam Pipa
Berdasarkan diktat SDK hal 31 ITS 1982. kapasitas tangki antara 10% -
17% D
Direncanakan 10% D
d = 10% x 684,45
= 68,445 ton
J.3. Perhitungan Tebal Plat Sea chest
Tebal plat sea chest harus sesuai rumus BKI 2006 Sec. 8.B.5.3.1
T = 12 . a . P.k+ tk
P = 2 bar
T = 12 x 0,54 2x1+ 1,5 = 10,83 mm diambil 11 mm
J.4. Perhitungan Lubang Sea chest
1. Luas Penampang Pipa
A = ¼ π.d2
= ¼ x 3,14x 802
= 5024 mm2
2. Luas Penampang Sea greating
A1 = 2 x A
= 2 x 5024
= 10048 mm2
3. Jumlah lubang sea greating direncanakan 16 buah maka luas tiap
lubang sea greating :
a = A1/12
= 10048 /12
4. Bentuk lubang direncanakan persegi dengan panjang 65 mm maka:
L = a/p
= 837,33 / 65
= 12,882 mm ≈ 13 mm
5. Ukuran kisi-kisi sea greating