• Tidak ada hasil yang ditemukan

025 389 412 Proceeding Tj. enim edit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "025 389 412 Proceeding Tj. enim edit"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBORAN DALAM BATUBARA DAN PENGUKURAN KANDUNGAN GAS

DI DAERAH KABUPATEN MUARAENIM PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Dahlan Ibrahim,Sigit Arso W

Kelompok Program Penelitian Energi Fosil

SARI

Daerah Airlaya, Tanjung Enim terletak di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten

Muaraenim, Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis dibatasi oleh koordinat

103°41’07” - 103°50’18” BT dan 03°40’51” - 03°50’37” LS. Daerah ini termasuk

Cekungan Sumatera Selatan dengan stratigrafi tersusun oleh batuan Tersier berumur

Miosen Tengah hingga Pliosen yaitu Formasi Air Benakat, Formasi Muaraenim,

Formasi Kasai, Satuan Gunungapi Muda dan Batuan terobosan Andesit. Formasi

Muaraenim dengan Anggota M1, M2, M3 dan M4 telah dikenal luas sebagai formasi

pembawa batubara yang sangat potensial di Cekungan Sumatera Selatan.

Kegiatan penyelidikan terdiri atas pemboran dalam, pemetaan geologi batubara dan

pengukuran kandungan gas methane dalam lapisan batubara pada Formasi

Muaraenim.. Penyelidikan bertujuan untuk mengetahui potensi batubara pada

kedalaman > 100 m, potensi gas methane dalam lapisan batubara (CBM) dan prospek

pengembangannya di masa depan.

Hasil penyelidikan menunjukkan potensi endapan batubara Formasi Muaraenim cukup

besar baik dari segi distribusi lapisan, penyebaran, ketebalan maupun kualitas

batubara. Hasil Pemboran dalam di lokasi ALD-01 Airlaya, Tanjung Enim dengan

kedalaman mencapai 321 m telah tmenembus tujuh lapisan batubara yaitu Seam

Enim, Seam G-1, Seam G-2, Seam G-3, Seam G-4, Seam G-5 dan Seam G-6 dengan

ketebalan masing-masing 30,05 m ; 1,60 m ; 5,00 m ; 4,00 m ; 0,60 m ; 1,30 m ; 0,20

m.

Penghitungan sumber daya batubara dalam (100m – 500 m) dengan batas ketebalan

(2)

dan 92.415.542 ton pada zona 250-500 meter. Kualitas batubara cukup baik

dicerminkan dengan kandungan abu rata-rata < 4 %, kadar sulfur total umumnya < 1

% dan nilai kalori rata-rata > 6400 kal/gr sehingga secara umum dapat digolongkan

sebagai high rank coal (batubara peringkat tinggi).

Hasil pengukuran kandungan gas menunjukkan kandungan gas methane per lapisan

bervariasi antara 0,03 – 24,84 ft3/ton dengan kandungan terbesar terdapat pada seam G-5 (Kedalaman 271,00 – 271,30 meter). Penghitungan sumber daya gas di daerah ini

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari

Pusat Sumber Daya Geologi (PMG), Badan

Geologi, Departemen Energi dan Sumber

Daya Mineral yaitu antara lain melakukan

penelitian, penyelidikan, inventarisasi dan

eksplorasi endapan bahan galian termasuk

batubara dari seluruh wilayah Indonesia,

maka pada tahun anggaran 2009 Pusat

Sumber Daya Geologi melalui Kelompok

Program Penelitian Energi Fosil

melakukan kegiatan pemboran dalam dan

evaluasi kandungan gas dalam batubara di

Daerah Kabupaten Muaraenim dan

Sekitarnya, Provinsi Sumatera Selatan.

Kegiatan ini dibiayai dari Proyek Daftar

Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) tahun

2009.

Kegiatan pemboran dalam merupakan

upaya untuk menginventarisasi potensi

batubara pada kedalaman > 100 m, karena

selama ini penyelidikan dan pemboran

batubara yang telah dilakukan umumnya

terbatas pada potensi batubara pada

kedalaman sampai 100 m. Disamping itu

kegiatan pemboran dalam ini diharapkan

juga dapat memberikan informasi awal

mengenai potensi kandungan gas methan

dalam lapisan batubara (Coalbed Methane,

CBM) di daerah tersebut.

Coalbed Methane di masa mendatang

diharapkan menjadi salah satu satu energi

alternatif yang cukup menjanjikan.

Pemilihan daerah di Kabupaten Muaraenim

dilatar belakangi penilaian bahwa daerah

tersebut memiliki potensi endapan batubara

yang cukup besar.

Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan adalah untuk mengetahui

potensi endapan batubara pada kedalaman

di bawah 100 meter yang meliputi jumlah

dan ketebalan lapisan, penyebaran,

percontohan, urutan stratigrafi dan

kandungan gas dalam lapisan batubara.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan

informasi mengenai potensi endapan

batubara pada kedalaman di bawah 100 m

yang meliputi sumber daya, kualitas dan

kandungan gas dalam batubara baik

volume maupun komposisinya. Hasil yang

diperoleh diharapkan menjadi informasi

awal untuk kemungkinan pemanfaatannya

baik untuk tambang dalam maupun

pengembangan coalbed methane (CBM).

Lokasi Daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan termasuk Kecamatan

Lawang Kidul, Kabupaten Muaraenim,

Provinsi Sumatera Selatan. Secara

geografis dibatasi oleh koordinat

103°41’07”-103º50’18” Bujur Timur dan

03°40’51”-03º50’37” Lintang Selatan.

Lokasinya terletak lebih kurang 200 km ke

arah Baratdaya dari Kota Palembang.

(Gambar 1)

GEOLOGI UMUM

Informasi geologi regional daerah ini antara

lain diperoleh dari publikasi Peta Geologi

Lembar Lahat, Sumatera Selatan, skala 1;

250.000 terbitan Puslitbang Geologi

(4)

Coster (1974) ; Shell Mijnbouw (1978) dan

beberapa publikasi lain.

Daerah penyelidikan termasuk ke dalam

Cekungan Sumatera Selatan, dalam

tatanan tektonik Pulau Sumatera

merupakan backdeep basin atau cekungan

pendalaman belakang (Koesoemadinata

dan Hardjono, 1978). Cekungan ini

diperkirakan mulai terbentuk pada Eosen

Tengah sampai Oligosen Akhir akibat

pensesaran bongkah dan perluasan batuan

dasar Pra Tersier melalui sesar-sesar

berarah Timurlaut – Baratdaya dan

Baratlaut – Tenggara akibat adanya

tekanan yang berarah Utara – Selatan (de

Coster,1974; Simanjuntak, 1991).

Cekungan Sumatera Selatan dibagi

menjadi Sub Cekungan Jambi (Depresi

Jambi) di utara, Sub Cekungan Palembang

Tengah dan Sub Cekungan Palembang

Selatan (Depresi Lematang) di selatan.

Ketiga sub cekungan tersebut dipisahkan

oleh tinggian batuan dasar (High).

Stratigrafi

Stratigrafi Lembar Lahat tersusun oleh

kelompok batuan Pra Tersier dan seri

batuan Tersier. Batuan Pra Tersier terdiri

atas batuan ubahan batugamping dan

batuan beku (diorit ?) berumur Perm dan

batuan terobosan mikrodiorit berumur

Kapur Akhir. Batuan Tersier terbagi atas

dua kelompok yaitu Kelompok Telisa dan

Kelompok Palembang. Dari runtunan

litologinya Kelompok Telisa terdiri atas

sedimen yang terbentuk pada fase genang

laut (transgresi) sedangkan Kelompok

Palembang terbentuk pada fase susut laut

(regresi). Kelompok Telisa terdiri atas

Formasi Lahat (tak tersingkap, data bawah

permukaan), Formasi Talangakar dan

Formasi Gumai sedangkan Kelompok

Palembang terdiri atas Formasi Airbenakat,

Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai.

Pada Zaman Kuarter endapan yang

terutama adalah endapan gunung api.

Formasi Talangakar merupakan batuan

tertua yang tersingkap di Lembar Lahat.

Formasi ini diendapkan pada awal fase

genang laut, tersusun oleh batupasir halus -

konglomeratan, batulanau, batulempung

gampingan dan serpih. Formasi ini

berumur Oligosen – Miosen Awal dan

diendapkan di lingkungan darat - laut

dangkal.

Formasi Gumai menindih selaras Formasi

Talangakar, tersusun oleh batulempung

dan serpih dengan sisipan batugamping,

batulanau, batupasir. Formasi ini berumur

Miosen Awal – Miosen Tengah dan

diendapakan di lingkungan laut terbuka –

neritik. Pengendapan Formasi Gumai

merupakan puncak dari fase genang laut

dan setelah ini dimulai tahap awal fase

susut laut dengan pengendapan Formasi

Airbenakat.

Formasi Airbenakat tersusun oleh

perselingan batulempung, serpih dan

batulanau, bersisipan batupasir. Formasi ini

berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir

dan diendapkan di lingkungan laut dangkal.

Formasi Muaraenim diendapkan selaras di

atas Formasi Airbenakat. Formasi ini

(5)

tufaan bersisipan batubara. Umurnya

Miosen Akhir – Pliosen dan diendapkan di

lingkungan laut dangkal – transisi. Formasi

Muaraenim merupakan formasi pembawa

batubara utama di Cekungan Sumatera

Selatan.

Formasi Kasai menindih selaras Formasi

Muaraenim, litologinya terdiri atas tufa, tufa

pasiran dan batupasir tufaan. Formasi ini

diperkirakan berumur Plio-Plistosen dan

diendapkan di lingkungan darat.

Struktur Geologi

Struktur geologi yang mempengaruhi

daerah ini adalah lipatan, sesar dan kekar

yang umumnya mempengaruhi

batuan-batuan berumur Tersier. Lipatan berupa

sinklin dan antiklin berarah Baratlaut –

Tenggara sampai Barat – Timur dan

mempengaruhi batuan berumur Oligosen –

Plio Plitosen. Sesar adalah sesar normal

berarah Baratlaut – Tenggara yang

mempengaruhi batuan berumur Oligosen –

Miosen Tengah, berarah Timurlaut –

Baratdaya dan Utara – Selatan pada

batuan berumur Miosen – Plio Plistosen.

Kekar umumnya berarah Timurlaut –

Baratdaya dan Barat – Timur.

Indikasi Endapan Batubara dan Kandungan Gas Dalam Batubara

Formasi Muaraenim merupakan formasi

pembawa batubara utama pada Cekungan

Sumatera Selatan. Shell (1978) membagi

formasi ini atas empat anggota,yaitu

Anggota M1, M2, M3 dan M4. Tiap anggota

mengandung beberapa lapisan batubara

dan batas antar anggota ditentukan oleh

alas (floor) atau puncak (top) dari lapisan

batubara tertentu.

Secara umum Anggota M1 mengandung

dua lapisan batubara atau seam yang

dinamakan Keladi dan Merapi. Anggota M2

mengandung tiga seam yaitu Petai, Suban,

Mangus (pada beberapa lokasi dapat

dibedakan atas Mangus 1 dan Mangus 2).

Anggota M3 mengandung dua seam yaitu

Burung dan Benuang. Anggota M4

mengandung empat seam yaitu Kebon,

Benaka / Enim, Lematang / Jelawatan dan

Niru. Disamping seam-seam tersebut pada

beberapa anggota sering terdapat

beberapa lapisan batubara relatif tipis dan

tidak menerus yang dinamakan

lapisan-lapisan gantung.

Anggota M1 bagian bawahnya dibatasi oleh

alas dari seam Keladi dan batas atas

adalah alas dari seam Petai. Anggota M2

batas bawahnya adalah alas seam Petai

dan batas atasnya puncak seam Mangus.

Anggota M3 batas bawah adalah puncak

seam Mangus dan batas atas adalah alas

seam Kebon. Anggota M4 batas bawahnya

alas seam Kebon dan batas atas adalah

puncak seam Niru. Keberadaan anggota

maupun lapisan-lapisan batubara tersebut

di atas tidak selalu dijumpai secara lengkap

pada setiap tempat pada sekuen Formasi

Muaraenim, hal ini tergantung pada kondisi

pengendapan, posisi pada cekungan dan

aspek geologi lainnya.

Formasi Muaraenim di daerah Kabupaten

Muaraenim dan sekitarnya berdasarkan

penyelidikan terdahulu (Shell, P.T. Bukit

(6)

batubara yang cukup lengkap pada

Anggota M1, M2, M3 dan M4. Ditinjau dari

segi dimensi, jumlah dan distribusi lapisan,

kedudukan, struktur perlapisan maupun

jenis dan kualitas batubara diperkirakan

cukup potensial. Berdasarkan faktor-faktor

tersebut endapan batubara di daerah ini

dinilai layak untuk diselidiki dengan

pemboran dalam untuk mengetahui potensi

endapan batubara pada kedalaman ≥ 100

m dan untuk mengetahui potensi

kandungan gas methane dalam lapisan

batubaranya.

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Pemboran Dalam

Kegitan pemboran dalam batubara

dilakukan dengan metoda pemboran inti.

Pengamatan hasil pemboran terutama

adalah pemerian sifat teknis batuan dan

batubara dari inti bor. Dilakukan juga

pengambilan conto batubara untuk

keperluan pengujian kualitas batubara dan

pengukuran kandungan gas dalam

batubara.

Penentuan lokasi bor mengacu kepada

kedudukan lapisan-lapisan batubara yang

menjadi target dan rencana kedalaman

pemboran. Lapisan-lapisan batubara yang

dipilih memiliki kriteria antara lain ketebalan

yang memadai, kedalaman yang cukup,

rank batubara yang cukup tinggi,

penyebaran relatif jauh. Faktor lain yang

menjadi bahan pertimbangan penetuan

lokasi bor adalah kemudahan akses jalan

untuk mobilisasi alat pemboran, perizinan

lahan dan tersedianya sumber air.

Karean karena lokasi penyelidikan terletak

di dalam wilayah Kuasa Pertambangan

batubara P.T. Bukit Asam maka penentuan

lokasi titk bor mempertimbangkan saran

dan rekomendasi dari perusahaan tersebut

berdasarkan data batubara internal mereka.

Pemetaan Geologi

Pemetaan geologi batubara di permukaan

dilakukan untuk menunjang data hasil

pemboran dalam yaitu untuk mengetahui

jumlah lapisan, penyebaran dan ketebalan

dari lapisan batubara sehingga kegiatan ini

lebih difokuskan di sekitar wilayah

pemboran Dilakukan juga pengambilan

conto batubara di permukaan, tujuannya

untuk membandingkan kualitas batubara di

permukaan dengan batubara hasil

pemboran.

Pengukuran Kandungan Gas Dalam Lapisan Batubara

Pengukuran kandungan gas dimaksudkan

untuk mengetahui volume dan komposisi

gas dalam batubara. Lapisan batubara

biasanya mengandung berbagai unsur gas

diantaranya : CO2, N2 dan CH4... Volume

atau persentase kandungan gas methane

(CH4.) dalam lapisan batubara merupakan

tujuan utama dalam pengukuran ini,

kandungan gas methane yang makin besar

akan memberikan prospek lebih baik untuk

kajian CBM.

Kegiatan pengukuran gas dalam lapisan

batubara merupakan proses yang

berkelanjutan mulai dari lapangan hingga

ke laboratorium. Prosedur pengukuran

dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu

(7)

batubara ke dalam canister, pengukuran

gas dan tahap akhir. Tahap persiapan

hingga tahap pemasukan conto dilakukan

di lapangan, tahap pengukuran gas

dilakukan di lapangan dan dilanjutkan di

kantor/laboratorium sedangkan tahap akhir

merupakan kegiatan kantor.

Metode yang digunakan pada pengukuran

gas adalah berupa desorption test yang

mengadopsi metode USGS, dirumuskan

sebagai :

regresi yang didapatkan setelah

pengukuran gas di canister atau Q2 telah

selesai dilakukan. Analisa regresinya

menggunakan regresi linier. Q2 didapat dari

hasil pengukuran gas yang keluar dari

canister sedangkan untuk Q3 dihasilkan dari

pengukuran gas yang keluar dari batubara

pada saat batubara di crusher.

Analisis Laboratorium

Kegiatan analisis laboratorium terhadap

conto batubara terdiri atas analisis

proksimat, ultimat, petrografi batubara,

pengukuran kandungan gas dan adsorpsi

isotherm.

Analisis proksimat dan ultimat tadalah

untuk mengetahui kualitas dari batubara,

dengan beberapa parameter antara lain

kandungan moisture (IM, FM, TM),

kandungan zat terbang (VM), kandungan

abu (Ash), karbon tertambat (FC), kadar

sulfur total (St), nilai kalori (CV), berat jenis

(SG, RD), indeks kekerasan (HGI),

kandungan unsur-unsur (C, H, N, S, O).

Analisis petrografi adalah untuk mengetahui

komposisi maseral, nilai reflektansi vitrinit

dan kandungan mineral (lempung, oksida

besi, pirit).

Pengukuran kandungan gas di laboratorium

merupakan lanjutan dari proses

pengukuran di lapangan. Analisis adsopsi

isotherm dari conto batubara diperlukan

untuk melengkapi analisis-analisis tersebut

terdahulu. Tujuannya untuk mengetahui

besarnya kemampuan daya serap gas dari

conto batubara.

Pengolahan Data

Data penyelidikan terdiri atas data

lapangan dan data kantor. Data lapangan

berupa data hasil pemboran, pemetaan

geologi dan pengukuran kandungan gas di

lapangan. Data kantor adalah hasil analisis

conto batubara di laboratorium dan data

pengukuran lanjutan kandungan conto

batubara yang masih disimpan dalam

canister. Kesemua data tersebut ditunjang

dengan data literaratur diolah untuk

menghasilkan suatu informasi mengenai

potensi endapan batubara pada kedalaman

(8)

methane dalam lapisan batubara (CBM) di

daerah tersebut.

Data hasil pemboran batubara terutama

jumlah, kedalaman, ketebalan dan

kedudukan lapisan batubara akan

diproyeksikan ke permukaan dan

dikombinasikan dengan data singkapan

batubara serta selanjutnya dikorelasikan

untuk mendapatkan gambaran mengenai

bentuk sebaran maupun jumlah lapisan

termasuk aspek-aspek geologi yang

mempengaruhinya. Penggambaran pola

sebaran lapisan batubara juga ditunjang

dengan data penyelidikan dari P.T. Bukit

Asam dan NEDO.

Hasil analisis conto di laboratorium akan

menunjang penafsiran data lapangan dan

memberikan informasi tambahan antara

lain mengenai kualitas, material penyusun

sedimen, kondisi pengendapan, potensi

kandungan gas dan lain-lain.

HASIL PENYELIDIKAN

Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi

Daerah penyelidikan secara umum dicirikan

oleh satuan morfologi perbukitan

bergelombang sedang dengan ketinggian

antara 50 – 100 meter di atas muka laut

kecuali sebagian kecil wilayah sebelah

Tenggara memiliki ketinggian mencapai

sekitar 300 m di atas muka laut. Perbedaan

ketinggian umumnya lebih mencerminkan

tingkat resistensi batuan terhadap erosi.

Pola aliran sungai dan anak sungai

umumnya memperlihatkan pola dendritik

yang mencerminkan pola aliran pada

wilayah yang memiliki batuan relatif

homogen dan perbedaan relief tidak begitu

besar.

Stratigrafi

Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun

oleh batuan Tersier dan Kuarter berumur

mulai Miosen sampai Plistosen. Batuan

Tersier yaitu Formasi Air Benakat, Formasi

Muaraenim, Formasi Kasai, Batuan

terobosan Andesit dan Satuan Gunungapi

Muda.

Formasi Muaraenim merupakan formasi

pembawa batubara, adanya batuan

terobosan andesit berupa sill (retas)

menyebabkan peningkatan rank batubara

pada sebagian daerah penyelidikan.

Pelamparan Formasi Muaraenim di daerah

ini cukup luas sedangkan intrusi andesit

umumnya tersingkap di bagian tengah dan

baratdaya.

Struktur Geologi

Sebagaimana struktur geologi regional,

struktur geologi daerah penyelidikan

dipengaruhi struktur lipatan dan sesar.

Lipatan adalah antiklin dan sinklin berarah

Baratlaut – Tenggara dan Barat – Timur,

sesar berupa sesar normal berarah relatif

Utara - Selatan

Potensi Batubara dan Gas Dalam Lapisan Batubara

Endapan Batubara

Lokasi titk bor terletak daerah Airlaya,

Tanjung Enim dengan kode lokasi ALD-01..

Berdasarkan data internal P.T. Bukit Asam

(9)

batubara di sebelah utaranya) diperkirakan

pemboran pada lokasi ALD-01 dengan total

kedalaman yang ditargetkan ( ± 350 m)

akan menembus beberapa lapisan

batubara yaitu : Seam Mangus (A), Seam

Suban (B), Seam Petai (C), Seam Merapi

(D) dan Seam Keladi (E). Namun dari

hasil pemboran ternyata lapisan-lapisan

batubara yang ditembus adalah

lapisan-lapisan yang terletak lebih ke atas dari

Seam Mangus yaitu Seam Enim dan

beberapa lapisan lebih tipis yang

diperkirakan merupakan lapisan-lapisan

gantung di bawah Seam Enim. Kondisi

tersebut diperkirakan akibat mekanisme

pergeseran oleh patahan-patahan lokal

pengaruh dari batuan terobosan (intrusi) di

daerah tersebut yang menyebabkan

areal/blok pemboran relatif lebih turun

terhadap areal/blok di sebelah utara.

Pemboran mencapai kedalaman 321,00 m

dan menembus 7 (tujuh) lapisan batubara.

Dari pengamatan data batuan dan korelasi

batubara regional diperkirakan

lapisan-lapisan yang ditembus tersebut adalah

Seam Enim (Anggota M4) dan enam

lapisan batubara di bawahnya yang

diperkirakan merupakan lapisan gantung.

Ketujuh lapisan tersebut dinamakan lapisan

: Enim, G-1. G-2, G3, G-4, G-5 dan G-6.

Ketebalan masing-masing yaitu : 31,15 m;

1,60 m; 5,00 m; 4,00 m; 0,60 m; 1,30 m dan

0,20 m. Berdasarkan interval kedalaman

pada interval 0 – 100 meter terdapat dua

lapisan batubara yaitu Enim dan G-1. Pada

Interval 100 – 321 meter mengandung lima

lapisan batubara yaitu G-2, G-3 ,G-4, G-5

dan G-6.

Hasil kegiatan pemetaan geologi batubara

yaitu dari kompilasi dari data singkapan,

proyeksi data pemboran ke permukaan,

data P.T. Bukit Asam dan NEDO

memberikan gambaran mengenai pola

sebaran batubara di daerah ini.

Lapisan-lapisan batubara dari Anggota Formasi

Muaraenim cukup lengkap tersingkap,

antara lain Lapisan Keladi (E), Petai (C),

Suban (B), Mangus (A), Enim, Jelawatan

dan beberapa lapisan gantung.

Informasi mengenai potensi endapan

batubara (Kualitas, sumber daya, potensi

kandungan gas methane) di daerah ini

dibatasi pada wilayah di sekitar lokasi

pemboran dalam dan hanya untuk

lapisan-lapisan batubara yang ditembus pada

proses pemboran.

Kualitas Batubara

Hasil analisis proksimat dan ultimat dari 9

(sembilan) conto batubara memberikan

gambaran mengenai kualitas batubara di

daerah penyelidikan.

Kandungan air bebas (FM,ar) berkisar

antara 9,82 % - 24,23 %; Kandungan air

total (TM, ar) berkisar antara 14,59 % -

31,08 %; Kandungan air terikat (M, adb)

antara 5,29 % - 9,34 %; Kandungan gas

terbang (VM, adb) antara 23,38 % - 46,95

%; Karbon tertambat (FC, adb) antara

41,83 % - 49,04 %; Kandungan abu (Ash,

adb) antara 0,98 % - 9.96 %; Kadar sulfur

total (St, adb) antara 0,14 % - 1,41 %;

Indeks kekerasan (HGI, adb) anatar 40 –

57; Berat jenis (RD, adb) antara 1,33 –

1,42; Nilai kalori (CV, adb) antara 5955

(10)

yaitu AL-05 tidak diperhitungkan karena

kandungan abu yang sangat tinggi ( 46,94

%) sehingga digolongkan sebagai lempung

batubaraan.

Dari hasil analisis tersebut dapat

disimpukan bahwa batubara di daerah ini

memiliki kualitas cukup baik yang tercermin

dari parameter-parameter berikut yaitu

kandungan abu rata-rata < 4 %, kadar

sulfur total umumnya < 1 % dan nilai kalori

rata-rata > 6400 kal/gr sehingga secara

umum dapat digolongkan sebagai high rank

coal (batubara peringkat tinggi).

Sumber Daya Batubara

Beberapa kriteria yang dipakai untuk

penghitungan sumber daya adalah :

• Ketebalan lapisan batubara

yang dihitung adalah ≥ 1,00

meter, sehingga lapisan yang

memenuhi syarat untuk

dihitung adalah Enim, G-1, G-2,

G3, G-5

• Sumber daya batubara yang

dihitung adalah sumber daya

batubara pada kedalaman >

100 m. Penghitungan dibagi

atas dua zona kedalaman yaitu

100-250 meter dan 250–500

meter. Batas-batas zona

kedalaman searah dengan

sebaran batubara sesuai

dengan tingkat keyakinan

geologi kemudian

diproyeksikan ke bidang

permukaan sehingga

menghasilkan luas daerah

pengaruh tiap zona..

Sumber daya dihitung dengan rumus : Luas daerah pengaruh x Tebal semu lapisan x Berat Jenis lapisan.

• Berdasarkan kriteria Standard Nasional Indonesia, hasil

penghitungan sumber daya

batubara digolongkan sebagai

sumber daya hipotetik

• Perhitungan sumber daya

dengan menggunakan rumus

tersebut di atas menghasilkan

sumber daya per lapisan per

zona, Jumlah sumber daya per

zona kedalaman akan

diperoleh dari penjumlahan

sumber daya masing-masing

lapisan. Hasil perhitungan

menunjukkan sumber daya

batubara pada zona 100 – 250

meter adalah 89.242.622 ton

dan pada zona 250 – 500

meter adalah 92.415.542 ton.

Jumlah sumber daya batubara

pada kedalaman 100-500

meter adalah 1.125.404.854

ton atau berjumlah sekitar

1,125 milyar ton. (Tabel 1)

Pengukuran Gas Methane

Dari 50 conto batubara yang diukur

kandungan gasnya sebanyak 40 conto

mengandung gas sedangkan 10 conto tidak

mengandung gas. Hal ini mungkin

disebabkan karena adanya kebocoran pada

canister. Conto batubara yang

(11)

(seam) batubara yaitu lapisan I (Enim), II

(G-1), III (G-2), IV (G-3), V (G-4), VI (G-5)

dan VII (G-6) dengan kedalaman

masing-masing : 33.20-64.35 m; 94.60-96.00 m;

121.00-126.00 m: 166.70-170.70 m;

215.40-216.00 m; 271.00-272.30 dan

311.90-312.20. Ketebalan masing-masing

lapisan batubara yaitu : 31,15 m; 1,60 m;

5,00 m; 4,00 m; 0,60 m; 1,30 m dan 0,20 m.

Hasil pengukuran kandungan gas rata-rata

untuk 40 conto batubara tersebut sebagai

berikut :

1. Lapisan I (Enim) jumlah

kandungan rata-rata gas yang

diukur adalah 123,88 cc.

2. Lapisan II (G-1) jumlah kandungan

rata-rata gas yang diukur adalah

144,69 cc.

3. Lapisan III (G-2) jumlah kandungan

rata-rata gas yang diukur adalah

164,06 cc.

4. Lapisan IV (G-3) jumlah kandungan

rata-rata gas yang diukur adalah

116,81 cc.

5. Lapisan V (G-4) jumlah kandungan

rata-rata gas yang diukur adalah

409,67 cc.

6. Lapisan VI (G-5) jumlah kandungan

rata-rata gas yang diukur adalah

1029,03 cc.

7. Lapisan VII (G-6) jumlah

kandungan rata-rata gas yang

diukur adalah 150,70 cc

Perhitungan rata-rata kandungan gas

diatas digambarkan dengan grafik (Gambar

3).

Jumlah kandungan gas terbesar ada di

lapisan VI (G-5) dengan interval

kedalaman lapisan batubara antara 271,00

m - 272,30 m sebanyak 1029,03 cc.

Tabel 5 menjelaskan perhitungan

kandungan gas per satuan berat batubara,

dilakukan untuk menghitung sumber daya

gas yang terdapat dalam batubara tersebut.

Hasil rata-rata perhitungan gas per satuan

berat batubara dalam cc/gram atau ft3/ton

untuk setiap lapisan adalah sebagai berikut

:

1. Lapisan I (Enim) sebanyak 0,09

cc/gram atau 3,16 ft3/ton.

2. Lapisan II (G-1) sebanyak 0.12

cc/gram atau 4,28 ft3/ton.

3. Lapisan III (G-2) sebanyak 0,15

(12)

7. Lapisan VII (G-6) sebanyak 0,23

cc/gram atau 8,19 ft3/ton.

Dari gambar 3 secara umum dapat

disimpulkan pula bahwa kandungan gas

pada batubara semakin meningkat dengan

bertambahnya kedalaman lapisan

batubara.. Hal ini disebabkan karena gas

yang terkandung pada lapisan batubara

yang paling dalam kemungkinan gas

tersebut loss atau menguap akan semakin

kecil.

4.2.4. Sumber Daya Gas Methane

Penghitungan sumber daya gas methane

menggunakan rumus :

Sumber Daya Gas Methane = Sumber Daya Batubara X Kandungan Methane

Menghasilkan sumber daya gas methane

sebesar 758.792.398 ft3 yang

diklasifikasikan sebagai sumber daya

hipotetik (Tabel 6)

Kandungan terbesar terdapat pada seam

G-5 (24,84 ft/ton) dengan kedalaman

271,00 – 271,30 meter. Kandungan gas

methane pada seam Enim tidak ada

(sangat kecil) diperkirakan karena

kedalaman yang kurang memadai (33,20 –

64,35 m). Diharapkan pada kedalaman

yang memadai kandungan gas methane

pada seam Enim akan cukup berarti.

4.3. Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Batubara dan Gas Dalam Batubara

Dari hasil penyelidikan dapat dinilai bahwa

daerah Airlaya dan sekitarnya layak

ditindaklanjuti untuk kajian tambang dalam

namun diperlukan tahapan penyelidikan

lebih lanjut antara lain dengan penambahan

jumlah titik bor dengan interval yang lebih

sistematis, jumlah conto yang representatif

dan tahapan penyelidikan lainnya seperti

geologi teknik, electric logging dan lainnya.

Untuk pengembangan pemanfaatan gas

methane (CBM) diperlukan evaluasi lebih

lanjut dengan penambahan jumlah titik bor

dengan interval yang sistematis, kedalaman

bor yang cukup, percontohan yang

representaif dan prosedur pengukuran gas

yang lebih baik. Tentunya semuanya harus

didukung oleh kondisi peralatan, personil

dan dana operasional yang cukup.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

• Daerah penyelidikan secara

geologi termasuk kedalam

Cekungan Sumatera Selatan

dengan formasi pembawa batubara

adalah Formasi Muaraenim

berumur Mio-Pliosen

• Formasi Muaraenim di daerah

penyelidikan dengan Anggota M1,

M2, M3 dan M4, mengandung

lapisan batubara cukup lengkap

dengan penyebaran dan dimensi

yang cukup luas.

• Pemboran dengan kedalaman

mencapai 321 m telah menembus

7 (tujuh) lapisan batubara yaitu

Enim, G-1, G-2, G-3, G-4, G-5 dan

(13)

yaitu : 31,15 m; 1,60 m; 5,00 m;

4,00 m; 0,60 m; 1,30 m dan 0,20 m.

• Kualitas batubara secara umum

cukup baik dicerminkan oleh

kandungan abu rata-rata < 4 %,

kadar sulfur total umumnya < 1 %

dan nilai kalori rata-rata > 6400

kal/gr, secara umum digolongkan

sebagai high rank coal (batubara

peringkat tinggi).

• Sumber daya batubara dalam (100

- 500 meter) adalah sebesar

1.125.404.854 ton (Sumber daya hipotetik).

• Sumber daya gas methane di

daerah ini adalah sebesar

758.792.398 ft3, sumber daya hipotetik.

• Prospek pemanfaatan batubara

untuk tambang dalam cukup baik

sedangkan untuk kandungan gas

methane (CBM) perlu di evaluasi

lebih lanjut dengan pemboran yang

lebih dalam, representatif dan

sistematis.

Saran :

• Mengingat potensi endapan

batubara di daerah ini cukup besar,

disarankan untuk melanjutkan

pemboran dalam pada

daerah-daerah yang bersebelahan pada

program tahun-tahun berikutnya.

• Pemboran diharapkan mencapai

kedalaman yang cukup memadai

sehingga dapat menembus

lapisan-lapisan batubara yang prospek

pada kedalaman yang optimal

untuk memperoleh kandungan gas

methane yang maksimal.

• Perlu perencanaan yang lebih

matang sebelum melakukan

kegiatan terutama persiapan

peralatan bor, peralatan

pengukuran gas, personil,

pemilihan lokasi sehingga akan

memberikan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

De Coster, G.H., 1974, The Geology of the

Central and South Sumatera Basin,

Indonesia Petroleum Association, 3 rd

Ann. Conv, Proceeding

Gafoer, S., Cobrie, T., Purnomo, J., 1986,

Geologi Lembar Lahat, Sumatera,

Puslitbang Geologi, Bandung

Herman D., dkk, 2000, An Outline of The

Geology of Indonesia, Indonesian

Association of Geologist, IAGI,

Jakarta

Resources International, Inc (ARI),

Indonesian Coalbed Methane, Task 1 –

Resources Assessment, 2003,

Arlington, Virginia

Shell Mijnbouw, 1978, Explanatory Notes to

the Geological Map of the South Sumatera

(14)
(15)
(16)
(17)
(18)

(19)

Tabel 1. Tabulasi Penghitungan Sumber Daya Batubara

Lapisan Tebal (m) BJ

Zona 100-250 m Zona 250- 500 m Luas Daerah

Pengaruh (m2)

Sumber Daya (ton)

Luas Daerah Pengaruh (m2)

Sumber Daya (ton)

Enim 30,05 1,37 8.602.000 354.131.437 14322000 589.615.257

G-1 1,60 1,37 5.474.000 11.999.008 9.114.000 19.997.888

G-2 5,00 1,37 5.474.000 37.496.900 9.114.000 62.430.900

G-3 4,00 1,37 5.474.000 29.997.520 9.114.000 49.944.720

G-5 1,30 1,37 5.474.000 9.749.194 9.114.000 16.232..034

Sumber Daya per Zona 89.242.622 92.415.542

Sumber Daya Total 1.125.404.854 ton

Tabel 2. Hasil Rata-Rata Analisa Gas Chromatograph

Lapisan H2 O2 N2 CH4 CO CO2 Total

Enim 11.68 13.53 73.82 0.11 0.00 0.86 100.00

G-1 0 18.33 72.42 8.81 0.00 0.45 100.00

G-2 0 7.51 78.35 13.32 0.00 0.82 100.00

G-3 0 12.55 82.82 3.86 0.00 0.78 100.00

G-4 0 8.57 43.58 47.24 0.00 0.62 100.00

G-5 0 8.50 17.95 73.31 0.00 0.23 100.00

(20)

Tabel 3. Kandungan Gas Methane

Lapisan Kandungan Gas (ft3/ton)

Persen Methane (%)

Kandungan Methane (ft3/ton)

Enim 3.16 0.11 0.03

G-1 4.28 8.81 0.38

G-2 5.46 13.32 0.73

G-3 4.43 3.86 0.17

G-4 15.23 47.24 7.20

G-5 33.88 73.31 24.84

(21)
(22)
(23)

Tabel 6. Sumber Daya Gas Methane

Seam Sumber Daya Batubara (ton)

Kandungan Gas Methane (ft3/ton)

Sumber Daya Gas Methane (ft3)

Enim 943.746.694 0.00 28.312.401

G-1 31.996.896 0.38 12.158.820

G-2 99.927.800 0.73 72.947.294

G-3 79.942.240 0.17 13.590.180

G-5 25.981.228 24.84 645.373.703

Gambar

Gambar 1. Lokasi Daerah Penyelidikan
Gambar 2. Grafik Pengukuran Kandungan Gas
Gambar 3. Grafik Perhitungan Kandungan Gas
Gambar 4. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Airlaya-Tanjung Enim
+7

Referensi

Dokumen terkait