PENELITIAN POTENSI COAL BED METHANE DI CEKUNGAN PASIR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Wawang Sri Purnomo, Sigit Arso W, M. Abdurachman Ibrahim Kelompok Kerja Energi Fosil
SARI
Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis dibatasi oleh koordinat 115°45’00”-116º00’00” Bujur Timur dan 01°45’00”-02º00’00” Lintang Selatan. Daerah ini secara geologi termasuk Cekungan Pasir dengan formasi pembawa batubara ( Coal Bearing Formation ) adalah Formasi Warukin dan Formasi Tanjung.
Kegiatan penyelidikan terdiri atas pemboran, pemetaan geologi batubara, pengukuran cleat dan pengukuran kandungan gas metana dalam lapisan batubara (CBM)
Dari Hasil penyelidikan menunjukkan potensi endapan batubara Formasi Warukin ketebalan batubara mencapai 9.90 m dan Formasi Tanjung adalah 1.00 m Penghitungan sumber daya batubara dalam 100 m dengan batas ketebalan lapisan minimal 1 m didapat angka sebesar 17.174.420,0 ton ( hipotetik ). Kualitas batubara cukup baik dengan kandungan abu rata-rata < 5.6 %. kadar sulfur total rata – rata adalah 5,5 % dan nilai kalori antara 5591 - 7660 kal/gr sehingga secara umum dapat digolongkan sebagai high rank coal (batubara peringkat tinggi )
Hasil pengukuran kandungan gas menunjukkan kandungan gas metana per lapisan bervariasi antara 0,02 – 0,97 ft3/ton, Penghitungan sumber daya gas di daerah ini menghasilkan sumber daya gas metana hipotetik sebesar 1.687.764,05 ft3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya penggunaan batubara sebagai sumber energi pengganti minyak dan gas bumi, mengakibatkan pemerintah dan sejumlah perusahaan baik dari dalam negeri ataupun luar negeri mengembangkan usaha di bidang pertambangan di Indonesia.
Penyelidikan coal bed methane merupakan upaya untuk menghimpun data potensi dari beberapa tempat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dalam rangka melengkapi data di Pusat Sumberdaya Geologi, selain itu kegiatan ini terkait dengan penyusunan neraca sumber daya
energi fosil sehingga diharapkan bisa menambah peningkatan investasi di bidang batubara. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.0030 Tahun 2005 tersebut maka pada tahun 2010 ini melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pusat Sumber Daya Geologi TA 2010 telah melakukan kegiatan penyelidikan endapan batubara yang dilakukan di Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur.
lapisan batubara (Coalbed Methane, CBM) di daerah tersebut. Coalbed Methane di masa mendatang akan menjadi salah satu energi alternatif yang cukup menjanjikan.
Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan pemboran ini adalah untuk mengetahui keberadaan endapan batubara pada kedalaman 50 meter yang antara lain meliputi jumlah dan ketebalan lapisan, penyebaran, percontohan, urutan stratigrafi, kandungan gas dalam lapisan batubara serta aspek geologi lainnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui tentang potensi endapan batubara pada kedalaman 50 m yang antara lain meliputi sumber daya, kualitas dan kandungan gas dalam batubara baik volume maupun komposisinya. Hasil yang diperoleh diharapkan bermanfaat untuk studi gas di dalam batubara atau coalbed methane (CBM).
Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah
Daerah penyelidikan secara administatif termasuk Kecamatan Kecamatan Batu Sopang dan sekitarnya Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis dibatasi oleh koordinat 115°45’00”-116º00’00” Bujur Timur dan 01°45’00”-02º00’00” Lintang
Selatan.
Dapat ditempuh mengunakan roda dua dengan waktu tempuh + 4 jam sampai Batu Sopang ( Gambar 1 ). Daerah ini juga dapat dicapai dari Bandung melalui jalur darat menuju Surabaya kemudian dilanjutkan dengan kapal penyeberangan menuju Kalimantan Selatan, dengan mengikuti jalan provinsi yang menghubungkan provinsi Kalimantan Selatan dengan
Provinsi Kalimantan Timur peralatan pemboran dibawa menuju lokasi penyelidikan.
Keadaan Lingkungan
Batas wilayah Kabupaten Paser meliputi sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Selat Makasar, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru Propinsi Kalimantan Selatan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tabalong . Luas wilayah Kabupaten Paser sampai dengan tahun 2008 adalah seluas 1.603,94 Km Luas ini terdistribusi ke 10(sepuluh) kecamatan dengan 125 kelurahan. Kecamatan yang memiliki luas wilayah cukup luas adalah kecamatan Long Kali dengan luas 2.385,39 Km2 dan yang tersempit
adalah kecamatan Tanah Grogot
dengan luas 335,58 Km2. Curah hujan merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan iklim suatu wilayah. tahun 2008, rata-rata curah hujan di Kabupaten Paser berdasarkan laporan dari 8 pos pengamatan hujan yang ada di wilayah Kabupaten Paser, adalah sebesar 218,83 mm. Kecamatan yang memiliki curah hujan cukup tinggi adalah kecamatan Batu Sopang, Tanah Grogot dan Kecamatan Batu Engau. Sedangkan untuk rata-rata hari hujan per bulan adalah 14 sampai dengan 15 hari ( Kab Paser Dalam Angka, 2008 ) Selama kurun waktu 2007/2008, jumlah penduduk Kabupaten Paser mengalami peningkatan sebesar 2.63 persen. Tahun 2007, penduduk Kabupaten Paser sebanyak 191.117 jiwa dan tahun 2008 bertambah
Dengan luas wilayah seluas 11.603,94 Km2, kepadatan penduduk Kabupaten Paser sebesar 16.90 jiwa/Km2 atau dengan kata lain setiap 1 Km2 wilayah yang ada di Kabupaten Paser dihuni ole 16-17 orang. Dilihat dari distriusi penduduk dan tingkat kepadatan penduduk per kecamatan, persebaran penduduk di Kabupaten Paser masih dapat dikatakan belum merata.
Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi adalah kecamatan Tanah grogot dengan tingkat kepadatan sebesar 149.18 km2. Sedangkan kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk cukup rendah adalah kecamatan Muara Samu dengan tingkat kepadatan penduduk per Km2 sebesar 4.41 jiwa. Kecamatan lain yang juga memiliki tingkatan kepadatan cukup tinggi adalah kecamatan Kuaro dan kecamatan Long Ikis dengan tingkat kepadatan masing-masing adalah sebesar 29.81 dan 28.36 jiwa.
Daerah penyelidikan 60 % terletak di wilayah PKP2B P.T. KIDECO JAYA AGUNG, IUP Tunas Muda Jaya yang berlokasi di Kecamatan Batu Sopang dan sekitarnya, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Penduduk yang menempati wilayah tersebut sebagian adalah penduduk asli setempat yaitu suku Dayak sedangkan sebagian lagi adalah pendatang dari daerah lain seperti suku Jawa, Bugis, Sunda,Batak. Mata pencaharian penduduk setempat umumnya petani (perladangan berpindah), berkebun,
pedagang, pegawai Pemerintah/Swasta, yang umumnya
bertempat tinggal di sekitar Jalan lintas Tanah Grogot, sedangkan penduduk daerah sekitar penyelidikan mayoritas
memeluk agama agama Islam.
Dengan adanya perusahaan tambang batubara di daerah penyelidikan tingkat perekonomian penduduk daerah penyelidikan cukup baik, namun demikian hal ini mengakibatkan pula pada harga kebutuhan sehari - hari dan biaya hidup yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan daerah lain. Sarana dan pra sarana kesehatan, sekolah, perhubungan dan komonikasi rumah sakit, kantor pos dan lain-lain sudah cukup memadai.
Lahan di daerah ini sebagian merupakan hutan belukar dan hutan reklamasi pertambangan disamping lahan pemukiman dan pertanian milik penduduk. Satwa yang hidup di sini antara lain kera, babi hutan, rusa dan berbagai jenis unggas, ikan air tawar dan lain-lain. Sebagaimana daerah tropis Indonesia lainnya daerah ini memiliki suhu udara rata-rata cukup panas dengan kisaran 25º - 33º C, curah hujan cukup tinggi dengan musim hujan biasanya antara bulan Nopember sampai Maret dan musim kemarau antara bulan Juni sampai Agustus, bulan-bulan lainnya merupakan masa peralihan.
tanam di tingkat petani. Sedangkan pruduk unggulan di sektor perkebunan adalah tanaman kelapa sawit.
Waktu dan Pelaksana Kegiatan
Waktu kegiatan penyelidikan dimulai pada awal bulan Juni 2010 sampai sedang pertengahan bulan Agustus 2010 dengan total waktu kerja selama 60 ( enam puluh ) hari yang dilaksanakan dalam 2 ( dua ) tahap, waktu tersebut termasuk di perjalanan, pengurusan perizinan, persiapan dan orientasi lapangan serta mobilisasi peralatan bor dari Bandung ke lokasi hingga sampai ke Bandung lagi. Sedang Pelaksana kegiatan dilakukan oleh satu tim yang terdiri atas ahli geologi, tenaga pemboran dan petugas laboratorium. Daftar pelaksana dapat dilihat ( tabel. 1 ) :
Penyelidik Terdahulu
Kajian yang mendalam mengenai potensi batubara di daerah penyelidikan sebagian telah dilakukan oleh perusahan swasta, di daerah inventarisasi sebagian merupakan wilayah kuasa pertambangan baik yang sudah beroperasi maupun tidak aktif. Di daerah inventarisasi merupakan wilayah kerja kuasa pertambangan beberapa perusahaan diantaramya :
Dengan mengacu pada peta geologi Lembar Balikpapan ( S. Hidayat dan I. Umar , 1994 ) endapan batubara terdapat pada Formasi Warukin dan Formasi Tanjung. Kedua formasi tersebut adalah yang menjadi
target utamanya. Sebarannya formasi tersebut memempati +40 % daerah penyelidikan memanjang hampir berarah utara – selatan, diharapkan di daerah ini dapat ditemukan singkapan batubara.
GEOLOGI UMUM
Daerah penyelidikan menurut kerangka tatanan tektonik termasuk ke dalam Cekungan Pasir, dimana batas sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Meratus, sebelah Utara dibatasi oleh Cekungan Kutai, sebelah Timur dibatasi oleh selat Makasar dan sebelah Selatan dibatasi oleh Cekungan asam – asam ( gambar 2.1 )
Stratigrafi
Secara regional daerah penyelidikan termasuk dalam bagian peta geologi lembar Balikpapan oleh S. Hidayat dan I. Umar yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi pada
(1994.), urutan batuan pengisi
cekungan adalah sebagai berikut (dari tua ke muda) ; Formasi Pitap, Formasi , Olistolip Kintap, Formasi Haruyan, Formasi Tanjung, Formasi Kuaro, Formasi Telakai, Formasi Tuyu, Formasi Berai, Formasi Pamaluan, Formasi Bebulu, Formasi Bebulu, Formasi Pulaubalang, Formasi Balikpapan, Formasi Kampungbaru, Endapan Alluvium.
Struktur Geologi
Kegiatan tektonik daerah ini diduga berlangsung sejak Jura yang mengakibatkan batuanberumur pra – Jura yaitu batuan ultramafik mengalami alih tempat, pelipatan dan penyesaran, proses ini diikuti oleh kegiatan magma. Setelah itu diikuti oleh pengendapan klastika dan vulkanik yang menyusun Formasi Pitap dan Formasi Haruyan pada Kapur Akhir. Kegiatan tektonik pada kapur Akhir bagian bawah menghasilkan pengalihan tempat ultrabasa oleh sesar naik. Proses ini diikuti dengan kegiatan magma yang menghasilkan granit,granodiorit dan diorit pada Kapur Akhir. Sejak Paleosen Awal sampai Eosen awal terjadi penggangkatan, erosi dan pedataran yang menghasilkan Formasi Tanjung.
Pada kala Oligosen hingga Awal Miosen terjadi penurunan terus menerus yang berlangsung sampai Miosen awal. Bahan yang terendapkan berasal dari bagian selatan, barat dan utara cekungan, Fasies susutlaut menuju bagian terdalam cekungan cekungan tersebut. Di bagian selatan cekungan, endapan ini mempunyai hubungan fasies karbonat yang menyusun Formasi Berai.
Selama Miosen Tengah terjadi susut laut yang menghasilkan Formasi Warukin dan Pulubalang. Pada Miosen Akhir pengendapan terhenti dengan terjadinya pengangkatan yang membentuk Tinggian Meratus dan cekungan Barito, cekungan Kutai dan cekungan Pasir yang disertai pengendapan.
Indikasi Endapan Batubara dan Kandungan Gas Dalam Batubara
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa Formasi Warukin dan Formasi Tanjung merupakan formasi pembawa batubara ( Coal Bearing
Formation ). Formasi Warukin didaerah Batu Sopang dan sekitarnya berdasarkan penyelidik terdahulu ( PT. Kideco Jaya Agung dan Tunas Jaya Mulya ) cukup melimpah keberadaan batubara. Berdasarkan faktor – faktor diatas yang menjadi pertimbangan bahwa endapan batubara di daerah ini mempunyai kelayakan untuk di selidiki dengan pemboran yang bertujuan untuk mengetahui potensi kandungan gas di dalam lapisan batubara atau Coal Bed Methane ( CBM ).
Pada Formasi Tanjung singkapan batubara relatif banyak ditemukan akan tetapi dengan ketebalan batubara yang maksimal 1.00 m dan dengan penyebaran yang tidak begitu luas maka para investor tidak begitu tertarik.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Penyelidikan Lapangan
Penyelidikan lapangan yang
dilakukan terdiri atas pemetaan singkapan batubara, penentukan titi bor, kegiatan pemboran dan pengukuran kandungan gas didalam lapisan batubara pengukuran cleat dan butt cleat, cleat spacing dan aperture.
Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan Data Primer Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi di permukaan dilakukan untuk menentukan titik bor dan untuk melengkapi data hasil pemboran antara lain untuk mengetahui jumlah lapisan, penyebaran dan ketebalan dari lapisan batubara sehingga kegiatan ini lebih difokuskan di sekitar wilayah pemboran. Selain itu juga dilakukan pengukuran rekahan ( cleat ) di batubara.
Kegiatan Pemboran Dalam
Kegiatan pemboran bertujuan untuk mendapatkan conto batubara yang segar dengan metode pemboran inti dengan mencapai kedalaman yang bervariasi dengan maksimal kedalaman 49.00 m.
Hasil dari pemboran diamati dan di deskripsi baik jenis batuannya maupun ketebalannya yang kemudian disusun menjadi log bor, pada proses ini juga
dilakukan pengambilan conto batubara yang bertujuan untuk analisa petrografi,Pengukuran kandungan gas, analisa isoterm. Conto batubara yang didapat dan menjadi target utama dari pemboran inti kemudian dimasukkan kedalam canester.
Analisa Laboratorium
Kegiatan analisis laboratorium terhadap conto batubara terdiri atas analisis proksimat, ultimat, petrografi, analisis adsorpsi isotherm dan porositas permeabilitas yang dibagi menjadi dua tahap kegiatan :
1. Analisa laboratorium yang dikerjakan
dilapangan.Analisa
laboratorium yang dilakukan setelah pulang dari lapangan
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi
Daerah penyelidikan secara
umum dikelompokan menjadi 2 ( dua )satuan morfologi ( Gambar 4.1 )
1. Satuan Morfologi perbukitan bergelombang terjal dengan ketinggian berkisar antara 100 – 775 meter di atas muka laut Satuan Morfologi bergelombang landai memiliki ketinggian yang cukup landai dengan ketinggian antara 25 m – 100 m diatas permukaan laut. Dengan melihat perbedaan ketinggian tersebut mencerminkan perbedaan tingkat kekerasan batuan dari sebuah batuan terhadap erosi.
Stratigrafi
Daerah Inventarisasi merupakan sebagian Cekungan Pasir
dan litologi dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis batuan, yaitu Batuan Sedimen, Batuan Gunungapi , Batuan Terobosan dan Batuan Tektonik ( Gambar 4.3 )
Batuan Sedimen terdiri dari Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Paamaluan dan Formasi Warukin yang umur Tersier. Sedangkan Formasi pembawa batubara ( coal Bearing ) adalah Formasi Warukin dan Formasi Tanjung. Dari kedua formasi tersebut team berharap bisa menemukan singkapan – singkapan untuk kemudian bisa menentukan titik untuk dilakukan pengeboran.
formasi ini adalah 1000 – 1500 m. Formasi ini tertindih secara takselaras Formasi Pitap.
Formasi Berai ( Tomb ) tersusun oleh batugamping, napal dan serpih.Napal dan serpih menempati bagian bawah formasi sedangkan bagian tengah dan atas dikuasai oleh batugamping dengan kisaran umur Oligosen sampai Miosen awal yang diendapkan neritik ( Aziz,1982 ). Tebal formasi berai ini berkisar 1100 m. Formasi Pamaluan (Tomp), tersusun oleh batulempung dan serpih dengan sisipan napal yang berumur Oligosen akhir – Miosen Tengah ( Purnamaningsih, 1979 dan Aziz , 1981) yang diendapakan pada laut dalam dengan ketebalan 1500 – 2500 m. Formasi Warukin ( Tmw ) tersusun oleh perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara yang diendapkan dilingkungan delta diduga umur dari formasi ini adalah berkisar antara Miosen Tengah – Miosen Akhir dengan ketebalan lapisan antara 300 - 500 m, formasi Warukin ini menindih secara selarah Formasi Berai.
Batuan Gunungapi terdiri dari Formasi Haruyan ( Kvh ) yang merupakan batuan dasar,yang berumur Kapur.
Formasi Haruyan (Kvh) litologinya terdiri dari lava, breksi dan tuf.Lava bersusunan, breksi aneka bahan, berkomponen andesit dan basal tidak memperlihatkan perlapisan. Batuan Terobosan : Granit dan Diorit ( Kdi ) warna kelabu muda, mengandung muskofit dan sedikit hornblende. Batuan ini menerobos batuan pra – tersier berupa retas yang diduga umur batuan ini adalah Kapur akhir.
Batuan Tektonik adalah Kompleks Utramafik ( Ju ) litologi tersusun oleh
batuan serpentit dan harzburgit. Serpentinit dengan warna kelabu kehijauan, padat, terssusun oleh mineral krisotil dan antigorit. Harzburgit mempunyai warna hijau gelap, terserpentinitkan, berbutir sedang-kasar, mineral utama olivin dan piroksen, yang diduga berumur Jura, sedang sebagai Basement pada daerah penyelidikan adalah Formasi Pitap yang tersusun oleh perselingan batupasir, grewake, batulempung dan konglomerat yang berumur Kapur Awal diduga tebal formasi ini tidak kurang dari 1500 m.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa struktur lipatan dan sesar. Struktur lipatan berupa sinklin yang berarah hampir Utara - Selatan dan antiklin Barat daya – timur laut dengan arah kemiringan lapisan 5o – 65o. Struktur sesar berupa sesar dengan arah hampir Utara – selatan.
Potensi Endapan Batubara dan Gas Dalam Lapisan Batubara
Hasil Pemetaan Geologi
Dari hasil pemetaan geologi di daerah penyelididikan di temukan 33 singkapan batubara dan non batubara ( tabel 4.1). Batubara yang ditemukan adalah masuk ke dalam Formasi Warukin dan Formasi Tanjung ( foto 4.3, foto. 4.4 dan foto 4.5. ), Kegiatan pemetaan ini di titikberatkan pada penentuan lokasi titik bor dan pengukuran - pengukuran cleat ( rekahan – rekahan ) yang terdapat di lapisan batubara.
mendapatkan kedalaman yang dihendaki. Karena di daerah penyelidikan sebagian masuk di dalam wilayah PKP2B PT.KIDECO JAYA AGUNG yang masih aktif dan sangat sibuk dengan mobilisasi kendaraan, untuk itu penentuan titik bor dicari daerah yang tidak mengganggu aktifitas tambang dengan tidak mengurangi nilai geologi dan pemboran yang dilakukan.
Pemboran
Pelaksanaan pemboran di daerah penyelidikan dilakukan pada 3 titik dengan kedalaman bervariasi antara 31.00 m – 49.00 m. Penamaan kode lokasi disesuaikan dengan daerahnya yaitu Batu Sopang untuk itu di namakan BHBS.01, BHBS.02 dan BHBS.03 yang artinya ( Bor Hole Batu Sopang ).
Dari hasil pemboran ketiga titik di dapat beberapa lapisan ( seam ) akan tetapi hanya batubara yang mempunyai tebal satu meter lebih yang diberi mana sebagai seam batubara, akan tetapi antara seam satu dengan yang lain tidak dikorelasikan. Lapisan batubara yang diperoleh dari BHBS.01, BHBS.02 dan BHBS.03
Hasil Pengujian Permeabilitas
Batubara yang di dapat dari pemboran pada BHBS.01 di kedalaman 42.90 - 43.90 m dan di kedalaman 30.40-30.90 m pada BHBS.03 dilakukan pengujian permeabilitas dan porositas dengan metode keporian dengan merkuri yang dilakukan di Pusat Survey Geologi diperoleh angka Porositas dan Permeabilitas sebagerikutai b
Dari tabel diatas untuk rata – rata diameter pori di BHBS.01 adalah 16.8 nm, porositas 22,6331 % dan permeabilitas 880,5805 milidarcy
sedangkan di BHBS.03 rata – rata diameter pori 8,6 nm, permeabilitas 4,6352 milidarcy dan porositas 6,2906 % padahahal tekanan sama yaitu 60.000 psi. Berdasarkan data – data diatas kemungkinan yang mempengaruhi perbedaan nilai itu adalah dari rank batubara, semakin tinggi rank batubara porositas akan semakin kecil, demikian juga sebaliknya semakin rendah rank batubara porositasnya akan semakin besar. Disamping itu juga ada pengaruh kedalaman.
Kualitas Batubara
Conto yang dianalisa baik proksimat, ultimat dan petrografi tidak semua lapisan baik disingkapan maupun dari core di ambil akan tetapi hanya yang dianggap mewakili saja dan dapat memberi gambaran mengenai batubara di daerah Batu Sopang dan sekitarnya hal ini dikarenakan adanya beberapa conto batubara yang masih disimpan dalam canister untuk proses pengukuran kandungan gasnya.
ini memiliki kualitas yang cukup baik yang dapat diamati dari parameter-parameter berikut yaitu kandungan abu antara rata < 5.6 %, kadar sulfur total rata – rata adalah 5,5 % dan nilai kalori antara 5591 - 7660 kal/gr sedangkan untuk analisa di BHBS.01 dan BHBS. 03 bisa dilihat ditabel ( 4.8
Sedang komposisi maseraln lihat tabel 4.9 dan 4.10 adalah nilai reflektan vitrinit
Sumber Daya Batubara
Penghitungan sumberdaya batubara berdasarkan acuan Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara Standar Nasional Indonesia (SNI) Amandemen I – SNI No. 13-5014-1998, disebutkan bahwa kriteria ketebalan minimum yang dihitung adalah lapisan batubara yang mempunyai ketebalan lebih dari 1.00 meter, sedang kedalaman dihitung hingga 100 m kearah kanan dan kiri singkapan dan titik bor yang menembus batubara dengan jarak kearah jurus 2000 m – 3000 m tergantung sejauh mana kemenerusannya, sedangkan dari hasil
penyelidikan perhitungan sumberdaya batubara terbagi menjadi lima blok yaitu :
1. Blok Sopang yang terdiri dari singkapan ST.20, ST.21 dan BHBS.01 secara
regional masuk kedalam Formasi Warukin.
2. Blok Kendilo terdiri dari BHBS.02, ST.3, ST.2, ST.1, ST.18, ST.16, ST. 15 dan ST. 12
yang secara regional masuk kedalam Formasi Tanjung.
3. Blok Kasungai terdiri dari meliputi singkapan ST.5 dan ST.4 kalau dilihat secara
regional masuk kedalam Formasi Tanjung,
4. Blok Tunas terdiri dari dua singkapan yaitu ST.27 dan ST. 28 yang masuk ke
Formasi Warukin
1. Blok Sungai Terik meliputi
singkapan ST.29, ST.30 dan ST. 31 serta BHBS.03
secara regional masuk ke dalam Formasi Tanjung.
Sedangkan perhitungan sumberdaya batubara dibatasi dengan kriteria, sebagai berikut :
1) Penyebaran kearah kemiringan lapisan dibatasi sampai interval kedalaman 100 m.
2) Berat Jenis adalah Berat Jenis rata-rata adalah 1.35
3) Berdasarkan kriteria Standard Nasional Indonesia untuk penghitungan sumber daya batubara daerah Batu Sopang dan sekitarnya digolongkan sebagai sumber daya hipotetik (Hypothetical Resources) 4) Sumberdaya batubara dihitung
dengan rumus :
Sumberdaya = P ( m ) x L ( m ) x Tebal Batubara ( m ) x Bj
setelah dikomulatifkan dari lima blok didapatkan total sumberdaya batubara sebesar 20.450411,0 ton.
Sumber Daya Gas Metana
Sumberdaya gas metan daerah Batu Sopang dihitung berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :
- Luas daerah yang dihitung mengacu pada luas sebaran batubara yang telah dihitung sumberdayanya.
- Luas daerah untuk menghitung sumberdaya metan pada batubara Seam TR.1 dengan luas daerah pengaruh 524,084 m2 dan untuk K.1 luas daerah pengaruh adalah 200,0 m2
- Tebal batubara yang dihitung adalah batubara yang mengandung gas methane yaitu di BHBS.02 dan BHBS.03 dengan ketebalan batubara 1,00m
- Rumus yang digunakan dalam menghitung sumberdaya gas metan adalah :
Sumber Daya Gas Metana = Sumber Daya Batubara x Kandungan Metana
Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Batubara dan Gas Metane
Dengan melihat hasil dari hasil pemboran dan pengukuran gas di dalam batubara hanya Formasi Tanjung saja yang mempunyai kandungan gas yang lebih besar dibandingkan dengan Formasi Warukin
Sedangkan prospek
pengembangan lebih lanjut untuk pemanfaatan gas metana perlu penyelidikan lebih lanjut dengan penambahan kedalaman di Formasi Tanjung.
BAB. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian yang telah dijelaskan diatas kesimpulan dan saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
Kesimpulan :
1. Secara regional daerah penyelidikan termasuk dalam bagian peta
geologi lembar
Balikpapan oleh S. Hidayat dan I. Umar yang
dipublikasikan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
pada ( 1994.),
2. Daerah penyelidikan menurut kerangka tatanan tektonik termasuk ke
dalam Cekungan Pasir, dimana batas sebelah barat dibatasi oleh
Pegunungan Meratus, sebelah utara dibatasi oleh Cekungan Kutai,
sebelah timur dibatasi oleh selat makasar dan sebelah selatan dibatasi
oleh Cekungan asam – asam.
3. Jumlah titik bor yang dikerjakan adalah tiga ( 3 ) titik dengan ked alaman yang bervariasi yaitu BHBS.01 adalah 49 m, BHBS 02.
adalah 48 m dan BHBS.03 yaitu 35 m
4. Formasi pembawa batubara adalah Formasi Warukin dan Formasi
Tanjung.
5. Dari ketiga titik bor semua menembus batubara dengan ketebalan yang
berkisar antara 0.20 sampai sedang 9.90 m.
antara 1,11 % - 35,03 %; Kandungan air total (TM, ar) berkisar antara
2,51 % - 39,45 %, Kandungan air terikat (M, adb) antara 1,42 % - 6,80 %,
Kandungan gas terbang
(VM, adb) antara 33,88 % - 45,38 %, Karbon
tertambat (FC, adb) antara 29,26 % - 48,57 %, Kandungan abu (Ash,
adb) antara 1,90 % - 28,1 %, Kadar sulfur total (St, adb) antara 0,24 % -
3,09 %, Berat jenis (RD, adb) antara 1,23 – 1,46, Nilai kalori (CV, adb)
antara 5591 kal/gr – 7660 kal/gr.
7. Sumberdaya batubara secara keseluruhan adalah 20.450411,0 ton .
8.Sumberdaya gas metana di daerah Batu Sopang dan sekitarnya adalah
806.663,36 ft3 dengan klasifikasi sebagai sumber daya hipotetik.
Saran :
1. Untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu perencanaan yang lebih matang
2. Diperlukan pemboran yang lebih dalam untuk mendapatkan gas
methane yang yang lebih banyak di formasi Tanjung
DAFTAR PUSTAKA
S. Hidayat dan I. Umar , 1994. Peta Geologi Lembar Balikpapan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
PT.Kideco Jaya Agung, 1986. Geological Map of Pasir Coal Field Kabupaten Paser Dalam Angka, 2008
Resources International, Inc (ARI), Indonesian Coalbed Methane, Task 1 – Resources Assessment, 2003, Arlington, Virginia
Robertson Research, Coal Resources of Indonesia, Vol. I Report, Robertson Research (Australia) PTY Limited, New South Wales.
Ting F. T. C., 1977 ; Origin and Spacing of Cleats in coal bed,
SAMARINDA
BALIK PAPAN
TANAH GROGOT Longikis Belimbing Adas
Pulung
Muara Payang Penajam
Tenggarong Muara Badak BONTANG Sangkinah
Tanjung Bengalun Tanah Merah
Sangkulirang Sepinang Muara Wahau
S E L A
T M A
K A S A
R Muara Kaman
115° BT 116° BT 117° BT 118° BT
0°
1° LS 1° LU KALIMANTAN
K A
L I
M A
N T
A N
T
I M U
R
2° LS
Gambar 2.1. Kerangka Geologi Cekungan Pasir
U M U R ENDAPAN PERMUKAANDAN BATUAN SEDIMEN GUNUNGAPIBATUAN TEROBOSANBATUAN TEKTONIKBATUAN
Tabel.4.7 Hasil Pengukuran Porositas dan permeabilitas
Seam
Kedalaman
( m )
Masa Jenis
pada tek 1,5
psi (gr/cm
3)
Porositas
pada tek
60.000
psi (%)
Permeabilitas
( milidarcy )
Rata-rata
Diameter
Pori (nm)
S.2 ( BHBS.01
)
42.90-43.90 11,694 22,6331 880,5805 16,8
K.2 ( BHBS.03
)
30.40-30.90 1.3060 6,2906 4,6352
8,6
Catatan nm : 1 nm = 1 Angstrom = 0,001
Tabel 4.8. Hasil Analisis Proximate Batubara di BHBS-03 dan BHBS-01
No
Depth
(meter)
Sample
ID/No.
Moisture
(% wt,
adb)
Ash
Content
(% wt)
Volatile
Matter
(% wt)
Fix
Carbon
(% wt)
Density
(gr/cc)
1
30.90 –
31.40
BHBS –
03
5.47 30.29 33.04 31.20
1.516
2
38.00 –
39.00
BHBS –
01
35.21 2.09 32.77 29.93
1.229
Tabel 4.9. Komposisi Maseral dan Material Mineral
Pada Batubara dan Batuan Daerah Batu Sopang dan Sekitarnya
No.
Kode
Contoh
Mineral (%)
L Clay
Ox
B Prt
1 ST.02 0,1 0,3
0,1
2 ST.05 0,1 6,1 0,7 1,2
3 ST.21 0,2 8,9 0,8
4 ST.27 0,1 1,1 0,2
5 ST.29 0,2 32,8 2,6 2,3
6 ST.31 0,1 34,3 3,1 2,7
Tabel 4.10 Nilai Reflektan Vitrinit pada Batubara dan Batuan Batu Sopang dan
Sekitarnya
No. Kode
conto
Reflektan (%)
Standar
Deviasi
Litologi
Mean
Kisaran
(Rv max)
1 ST.02
0,60
0,51-0,69
0,059
Batubara
2 ST.05
0,67
0,56-0,73
0,058
Batubara
3 ST.21
0,36
0,28-0,46
0,041
Batubara
4 ST.27
0,57
0,52-0,62
0,031
Batubara
5 ST.29
0,45
0,33-0,51
0,062
Shale
coal
6 ST.31
0,41
0,29-0,53
0,086
Shale
coal
Tabel 4.22. perhitungan Sumber Daya Gas Metana
daerah Batu Sopang dan Sekitarnya