INVENTARISASI MINERAL NON LOGAM
DI KABUPATEN ACEH TENGAH DAN BENER MERIAH PROVINSI ACEH
Oleh : Wastoni Chowaji Putra, Martua Raja P Kelompok Program Penelitian Mineral
Pusat Sumber Daya Geologi
S A R I
Hasil inventarisasi dan evaluasi, baik dari pengamatan lapangan serta analisa laboratorium, di Kabupaten Aceh Tengah dijumpai 28 lokasi bahan galian non logam berupa : batugamping, dolomit, marmer, pasir kuarsa, lempung, andesit, tras, serpentinit, dasit, bentonit, kuarsit, kalsit, rijang, granit, feldpsar, dan sirtu. Di Kabupaten Bener Meriah dijumpai 23 lokasi bahan galian non logam berupa lempung, batugamping, andesit, bentonit, felspar , granit, sirtu (pasir gunungapi), dan tras.
Batuan tertua sampai muda yang dijumpai di wilayah penyelidikan ini terdiri dari batuan malihan termasuk dalam Formasi Kluet, batuan intrusi meliputi Granit Bergang, Granit Rusep, Granit Biden, Serpentinit Lainnya, batuan sedimen dan metasedimen yang terdiri dari Formasi Tawar Anggota Terumbu/Formasi Tawar, Formasi Kimie, Formasi Bampo, Anggota Biden Formasi Peutu, Formasi Rampong, Anggota Konglomerat Atas Formasi Keutapang, Formasi Tutut, dan Endapan Aluvium, batuan gunungapi yang terdiri dari Formasi Penarun, Batuan Gunungapi Brawan, Satuan Telong, Satuan Lampahan dan Satuan Enang-Enang . Bahan galian yang prospek dikembangkan untuk Kabupaten Aceh Tengah adalah andesit, batugamping, felspar, granit, kuarsit, lempung, marmer, pasirkuarsa, rijang, serpentinit, dan tras.
Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah : andesit, bentonit, felspar, granit, lempung, pasirkuarsa, sirtu dan tras.
PENDAHULUAN
Masih terbatasnya data dasar potensi bahan galian, baik itu lokasi keterdapatan, sumberdaya maupun kualitasnya, melalui
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Tahun Anggaran 2010 melakukan kegiatan Inventarisasi Mineral Non Logam di wilayah Kabupaten Aceh Tengah dan
Kabupaten Bener Meriah, Provinsi
Provinsi Aceh.
Seluruh hasil kegiatan akan dihimpun dalam suatu sistem basis data sumber daya mineral non logam secara nasional, yang sangat diperlukan oleh berbagai pihak, termasuk para investor yang berminat
menanamkan modalnya untuk usaha
dibidang pertambangan.
Kabupaten Aceh Tengah secara
Pemerintahan Kabupaten Bener Meriah dengan luas wilayah 3.562,14 km2 terbagi menjadi 7 kecamatan, yang terdiri dari 232 desa. Secara administratif, batas-batas wilayah Kabupaten Bener Meriah adalah sebagai berikut: di sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Aceh
Tengah, di sebelah timur dengan
Kabupaten Aceh Timur, di sebelah utara dengan Kabupaten Aceh Utara dan Bireuen, dan di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Tengah. Secara geografis daerah ini terletak pada posisi koordinat 96o 40’ 15” – 97o 19’ 19” Bujur Timur dan 4o 34’ 42” – 4o 58’ 13” Lintang Utara.
GEOLOGI DAERAH
PENYELIDIKAN
Morfologi Daerah Kabupaten Aceh Tengah
a. Blok Utara, terdiri dari Satuan
Morfologi Perbukitan Terjal, Satuan Morfologi Perbukitan Landai dan Satuan Morfologi pedataran.
Ø Satuan Morfologi Perbukitan Terjal mempunyai kemiringan topografi ≥ 60° dan ketinggian 1.300 – 2.000 m terletak di sekitar Danau Lut, yang disusun oleh Satuan batugamping
kristalin dari Formasi Tawar,
sedangkan di Kecamatan Rusip
Antara disusun oleh Satuan
Batugamping dan Satuan dasit dari Formasi Kimie.
Ø Satuan Morfologi Perbukitan Landai, mempunyai kemiringan topografi 30° - 50° dengan ketinggian 900 – 1.700 terletak di Kecamatan Bies yang disusun oleh Satuan Batupasir dari
Formasi Tutut, di Kecamatan
Silihnara disusun oleh Satuan
batupasir dari Formasi Bampo serta di Kecamatan Ketol disusun oleh Satuan Batuan granit dari Formasi Bergang dan Satuan Andesit dari Satuan Enang-Enang.
Ø Satuan Morfologi Pedataran,
mempunyai kemiringan topografi 5° - 10° dengan ketinggian 900 – 1.600 m terletak di Kecamatan Ketol Disusun oleh Satuan Batupasir dari Endapan Aluvium dan Satuan Tras dari Satuan Lampahan.
b. Blok Selatan, terdiri dari Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, Satuan Morfologi Perbukitan Landai dan Satuan Morfologi Pedataran.
Ø Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, mempunyai kemiringan topografi ≥ 60° dan ketinggian 1.300 – 2.000 m. Terletak di Kecamatan Linge yang
disusun Satuan Lempung dari
Formasi Kluet (Puk) dan Formasi Rampong, Satuan Serpentinit dari Serpentinit Lainnya, dan Satuan Batuan Rijang dari Formasi Penarun.
Ø Satuan Morfologi Perbukitan Landai, mempunyai kemiringan topografi ≥ 30° – 50° dan ketinggian 1.200 – 1.600 m. Terletak di Kecamatan Jagong Jeget dan Kecamatan Linge yang disusun oleh Satuan Batupasir dari Endapan Aluvium dan Satuan Serpentinit dari Serpentinit lainnya. Di Kecamatan Pegasing disusun oleh Satuan Batuan Andesit dan Satuan Lempung dari Formasi Penarun.
Ø Satuan Morfologi Pedataran,
mempunyai kemiringan topografi 5° - 10° dengan ketinggian 900 – 1.600 m terletak Di Kecamatan Pegasing disusun oleh Satuan Batupasir dan Satuan Tras dari Endapan Aluvium.
Morfologi Daerah Kabupaten Bener Meriah
a. Blok Barat, merupakan Satuan
Perbukitan Landai. meliputi
Satuan Enang-Enang, serta Satuan Batupasir dari Endapan Aluvium dan Satuan Telong.
b. Blok Selatan, merupakan Satuan
Perbukitan Landai. meliputi
Kecamatan Timang Gajah, Wih
Pesam, Bukit, Bandar, Syah Utama, mempunyai topografi 900 m – 1.100 m dengan kemiringan 20° – 40°, yang disusun oleh Satuan Batuan Vulkanik dari Satuan Lampahan dan Satuan Telong, dan Satuan Pasirkuarsa dari Granit Biden, Satuan Batupasir, Satuan Batuan Granit dari Granit Bidin dan Anggota Biden Formasi Peutu.
Stratigrafi Kabupaten Aceh Tengah
Geologi daerah Kabupaten Aceh Tengah
berdasarkan lithostratigrafi dan
pengamatan di lapangan secara berurutan dari yang berumur tua ke muda dapat diperikan sebagai berikut :
Batuan malihan merupakan batuan tertua termasuk dalam Formasi Kluet, berupa batusabak, filit, arenit kuarsa malihan, batugamping metamorf, berumur Karbon Akhir – Perm Awal, batuan intrusi meliputi Granit Bergang, berupa berupa biotit – granit, secara tidak selaras di atas Formasi Kluet, berumur Karbon Akhir – Perm Awal, Granit Doson, berupa alterasi biotit – granit memotong hornblenda – diorit, berumur Karbon Akhir – Perm Awal, dan Serpentinit Lainnya, berupa aneka bahan ukuran dari serpentin pejal dengan jarang harzburgite dan piroksinit, berumur Miosen Akhir. Batuan sedimen dan metasedimen yang terdiri dari Formasi Tawar Anggota Terumbu/Formasi Tawar, berupa perubahan batugamping metamorf atau marmer dari sedimen ke pejal secara tidak selaras menempati di atas Formasi Kluet, berumur Perem Akhir – Trias Akhir, Formasi Penarun, berupa basal, rijang merah, lempung, bat. Vulkanik, skis hijau secara selaras di atasnya diendapkan F. Bale, berumur Yura Akhir – Kapur
Awal, Formasi Kimie, berupa batulumpur
berkarbonat, batuvulkanik, breksi
konglomerat, dan sirtu, berumur Eosen hingga Oligosen Awal, Formasi Rampong,
berupa batupasir, batulumpur,
konglomerat, berumur Oligosen Akhir – Awal Miosen, Formasi Bampo, berupa batulumpur mengandung pirit, batusabak tipis, basal berupa pasir, berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal, Formasi Tutut berupa batupasir, sedikit konglomerat, berumur Plio – Plistosen, dan Endapan Aluvium Batuan gunungapi yang terdiri dari Formasi Penarun, berupa basal, rijang merah, lempung, bat. Vulkanik, skis hijau secara selaras di atasnya diendapkan F. Bale, berumur Yura Akhir – Kapur Awal, Batuan Gunungapi Brawan, berupa andesit hornblenda pejal, lapili aglomerat, pirofilit, mikrodiorit, secara selaras menempati di atas Formasi Rampong, berumur Miosen Awal, Satuan Telong, berupa andesit dan dasit berbatuapung, berumur Plistosen, Satuan Lampahan, berupa aliran andesit berbatuapung, secara selaras di bawah Satuan Telong dan di atas Satuan Enang dan Satuan Enang-Enang, berupa andesit hornblende dan piroklastik, terubah mengapit lahar, berumur Plistosen.
Stratigrafi Kabupaten Bener Meriah
Geologi daerah Kabupaten Bener Meriah secara lithostratigrafi urut-urutan dari yang berumur tua ke muda dapat diperikan sebagai berikut :
kuarsa – muskovit – turmalin –granit pegmatite, secara tidak selaras di atas Formasi Kluet, berumur Karbon Akhir –
Perm Awal. Batuan sedimen dan
metasedimen meliputi Formasi Peutu,
Anggota Bidin, berupa batupasir
berkarbonat, beberapa mengandung
gloukonit, menempati tidak selaras di atas Formasi Keutapang, berumur Miosen Awal – Miosen Tengah dan Formasi Keutapang, Anggota Konglomerat Atas, berupa andesit pejal, konglomerat, dan batupasir konglomeratan, secara selaras di atas Formasi Keutapang, berumur Miosen Akhir – Pliosen. Batuan gunungapi meliputi Satuan Telong, berupa andesit dan dasit berbatuapung, berumur Plistosen, Satuan Lampahan, berupa aliran andesit berbatuapung, secara selaras di bawah Satuan Telong dan di atas Satuan Enang-Enang dan Satuan Enang-Enang-Enang-Enang, berupa andesit hornblende dan piroklastik, terubah mengapit lahar, berumur Plistosen.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Aceh Tengah cukup komplek. Hal ini didasarkan dari data peta geologi Lembar Takengon skala 1:
250.000. Pemunculan batuan khas
penunjaman tektonik lempeng yaitu batuan mélange menunjukkan bahwa wilayah kedua kabupaten ini dikontrol struktur utama Sumatra. Struktur yang dapat didata berdasarkan peta geologi antara lain sesar naik di bagian Aceh Tengah, berarah tenggara – baratlaut. Sesar naik ini
diperkirakan menyebabkan sejumlah
sesar-sesar geser berarah hampir utara – selatan. Struktur lainnya yang dapat di kutip adalah antiklin di bagian utara Kabupaten Bener Meriah dengan sumbu hampir sejajar dengan sesar naik utama.
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NON LOGAM
Potensi Bahan Galian di Kabupaten Aceh Tengah
Dijumpai 56 lokasi dan 16 macam bahan galian non logam berupa : batugamping, dolomit, marmer, pasir kuarsa, lempung, andesit, tras, serpentinit, dasit, bentonit, kuarsit, kalsit, rijang, granit, feldspar, dan sirtu.
Andesit
Umumnya dijumpai berupa retas, sill, aliran permukaan atau sebagai komponen pada endapan lahar. Andesit yang terdapat di daerah penyelidikan termasuk Formasi Batuan Gunungapi Brawan, Andesit di daerah penyelidikan dijumpai di Kampung Kute Rayang Kecamatan Linge dengan luas sebaran 60 Ha dan ketebalan 3 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 5.040.000 ton, di Kampung Bergang Kecamatan Ketol dengan luas sebaran 10 Ha dan ketebalan 3 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 840.000 ton.
Batugamping
Dijumpai berupa batugamping kristalin dan terumbu, sebagian besar sudah mengalami proses metamorfosa menjadi
marmer. Termasuk dalam Satuan
Batugamping kristalin dari Formasi Tawar dan Satuan Batugamping Terumbu dari Formasi Kimie. Batugamping dijumpai di daerah Danau Lut Tawar, Kampung Mandale Kecamatan Lut Tawar terletak diatas batuan skis membentuk perbukitan dengan luas 60 Ha dan ketebalan 30 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 46.800.000 ton. di Kampung Pedekoq Kecamatan Pegasing dengan luas 100 Ha
dan ketebalan 10 m mempunyai
sumberdaya hipotetik sebesar 26.000.000 ton. Dari 2 conto batugamping yang dianalisa kimia mengandung SiO2 1,72 –
4,43%, Al2O3 1,33 – 1,45%, Fe2O3 0,79 –
2,24%, CaO 49,63 – 52,41%, MgO 0,62 – 0,68%, CaCO3 88,16 – 93,59. Untuk di
ditambang oleh penduduk setempat sebagai bahan bangunan
Bentonit
Umumnya dijumpai berupa Lempung terbentuk akibat proses pelapukan dari rempah volkanik yang dijumpai pada Formasi Penarun. Bentonit di daerah penyelidikan terdapat di Breung Pilar, di analisa bleaching menunjukkan efisiensi pemucatan warna 49,88 % minimal 40% dari conto. Sampai saat ini bentonit didaerah ini belum diusahakan.
Dolomit
Endapan dolomit di daerah penyelidikan
dijumpai di bawah satuan batuan
Batugamping Formasi Tawar. Melihat bentuk dan sebaran endapan dolomit tersebut terbentuk akibat leaching atau peresapan unsur magnesium dari air laut ke dalam batugamping, atau yang lebih dikenal dengan proses dolomitisasi, yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit. Dolomit dijumpai di Kampung Genuren Kecamatan Bintang dengan luas 50 Ha dan ketebalan 50 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 70.000.000 ton. Dari hasil analisa petrografi mengandung karbonat 99%. Dan analisa kimia mengandung SiO2 2,32%, Al2O3
0,78%, Fe2O3 0,45%, CaO 32,15%, MgO
17,79. Dolomit di daerah ini belum diusahakan.
Dasit
Dasit bertekstur porfiritik hingga afanitik, berwarna abu-abu. Komposisi mineralnya terdiri dari plagioklas dan hornblenda. Umumnya dijumpai berupa retas, sill, aliran permukaan atau sebagai komponen
pada endapan lahar. Dasit yang terdapat di daerah penyelidikan termasuk Formasi Batuan Gunungapi Brawan, Formasi Penarun, Formasi Kimie. Dasit di daerah
penyelidikan dijumpai di Kampung
Kemerlang dan Kampung Simpang Tiga Uning Kecamatan Linge dengan luas sebaran 250 Ha dan ketebalan 5 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 35.000.000 ton, Di Kampung Pante Tengah Kecamatan Rusip Antara dengan luas sebaran 25 Ha dan ketebalan 10 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 7.000.000 ton. Hasil analisa kimia di Kampung Kemerlang mengandung SiO2 51,23%, Al2O3 16,21%, Fe2O3 7,75%, CaO 7,2%, MgO 3,88, Na2O 4,34%, K2O 0,93%. Dasit di daerah penyelidikan sementara ini belum diusahakan.
Felspar
Pada umumnya kelompok mineral ini terbentuk oleh proses pneumatolistis dan
hidrothermal yang membentuk urat
pegmatit. Felspar di daerah penyelidikan merupakan hasil pelapukan batuan Granit Bergang dan Granit Doson. Feldspar di daerah penyelidikan dijumpai dijumpai di
Wih Jambu Air Kampung Gewat
Kecamatan Linge dengan luas sebaran 200 Ha dan ketebalan 20 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 14.000.000 ton, di Kampung Bergang Kecamatan Ketol dengan luas sebaran 5 Ha dan ketebalan 5 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 650.000 ton. Hasil analisa kimia di Wih Jambu Air Kampung Gewat mengandung SiO2 67,09%, Al2O3
16,15%, Fe2O3 2,28%, CaO 0,32%, MgO
0,48%, Na2O 4,65%, K2O 2,26%. Dan
pada hasil uji bakar PS 14 (1400° C) menunjukkan tidak terdapat pori-pori, masa gelas terbentuk cukup banyak, tidak terdapat gelembung, homogenitas leburan dan warna merata, warna dibakar dari krem menjadi abu-abu. Untuk di Kampung Bergang mengandung SiO2 76,03%, Al2O3
0,13%, Na2O 2,25%, K2O 4,07%. Dan
hasil pada uji bakar PS 14 (1400° C) tidak terdapat pori-pori, masa gelas agak
banyak, tidak terdapat gelembung,
homogenitas leburan merata, homogenitas warna merata, warna sebelum dibakar krem, sesudah dibakar putih mengkilap. Diperkirakan dapat digunakan untuk bahan baku keramik. Feldspar di daerah ini sampai saat ini belum diusahakan.
Granit
Granit di daerah penyelidikan merupakan
intrusi berupa batolit, berbentuk
bongkahan dengan diameter 1 – 3 m, berwarna putih berbintik hitam, keras, pejal, termasuk Granit Bergang. Granit di daerah penyelidikan dijumpai di Kampung Bergang Kecamatan Ketol dengan luas sebaran 100 Ha dan ketebalan 5 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 14.000.000 ton. Granit di daerah ini belum diusahakan.
Kalsit
Kalsit di daerah penyelidikan merupakan hasil rekristalisasi batugamping setelah mengalami pelarutan, ditemukan sebagai urat mengisi rekahan pada batugamping. Dijumpai di Formasi Tawar dan Formasi
Batugamping. Kalsit di daerah
penyelidikan dijumpai di daerah Danau Lut Tawar Kampung One-One Kecamatan Lut, di Kampung Kelitu Kecamatan Bintang, di Kaki G. Siabong-Abong Kampung Paya Dedep dan Kampung Telege Sari Kecamatan Jagong Jeget umumnya dijumpai berupa urat-urat kalsit, sumberdayanya sedikit. Hasil analisa kimia mengandung SiO2 0,47 – 2,45%,
Al2O3 0,4 – 0,78%, Fe2O3 0.18 – 0,41%,
CaO 53,11 – 54,86%, MgO 0.18 – 1,81%. Kalsit di daerah penyelidikan belum diusahakan.
Kuarsit
Kwarsit di daerah penyelidikan dibentuk melalui proses metamorfosa dari arenit kuarsa, berukuran 1 - 3 cm, berwarna putih
kekuningan dan abu-abu, termasuk
Formasi Kluet. di Kampung Bergang Kecamatan Ketol dengan dengan luas sebaran 5 Ha dan ketebalan 3 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 397.500 ton. Dari hasil analisa kimia mengandung SiO2 95.06%, Al2O3 1.35%,
Fe2O3 1.10%, CaO 0.47%, MgO 0.00%.
Kuarsit di daerah penyelidikan belum diusahakan
Lempung
Lempung di daerah penyelidikan terbentuk akibat proses pelapukan dari batuan atau rempah volkanik yang dijumpai di
Formasi Kluet, Formasi Rampong,
Formasi Peutu, Anggota Pameu, dan Pusat
Gunung Telago, serta di Endapan
Aluvium. Lempung di daerah penyelidikan dijumpai di Goa Loyang Koro, Kp Toweren Uken Kecamatan Lut Tawar dengan sumberdaya sedikit, di Kampung Bamil Nosar Kecamatan Bintang dengan ketebalan 3 m luas 1 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 78.000 ton, {(di Kampung Simpang Tiga Uning dengan ketebalan 30 m luas 100 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 78.000.000 ton, Kampung Linge dengan ketebalan 1 m luas 100 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 2.600.000 ton, Kampung Ise-Ise dengan ketebalan 3 m luas 75 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 5.850.000 ton, di Wih Isaq Kampung Linge dengan ketebalan 30 m luas 25 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 19.500.000 ton, A.
Roroang Kampung Penarun dengan
Kecamatan Silih Nara dengan ketebalan 2 m dan luas 20 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 1.040.000 ton. Hasil analisa kimia mengandung SiO2 48,39 –
72,25%, Al2O3 12.58 – 22,06%, Fe2O3
1.37 – 11,2%, CaO 0.14 – 2,62%, MgO 0.62 – 1,36%. Hasil uji bakar conto di Kampung Jejem dan Jamur Asam pada PS 14 (1400° C) terdapat cukup banyak pori-pori, masa gelas belum terbentuk, tidak terdapat gelembung, homogenitas leburan belum terbentuk, homogenitas warna merata, warna sebelum dibakar krem, sesudah dibakar abu-abu, Untuk analisa XRD menunjukkan lempung kaolinitan yang banyak mengandung pasirkuarsa.
Lempung di Kampung Mulie Jadi
Kecamatan Silih Nara sudah diusahakan untuk pembuatan batubata.
Marmer
Marmer merupakan batugamping yang telah mengalami proses malihan. Di dalam
sayatan tipis batuan ini tampak
holokristalin, berbutir sangat halus (≤ 0,1 mm), bentuk butir menyudut susunan mineralnya didominasi oleh mikrokristalin karbonat dan butiran-butiran halus mineral opak membentuk urat bersama kalsit. Marmer di daerah penyelidikan termasuk dalam Satuan Batugamping kristalin dari Formasi Tawar dan Formasi Batugamping Sise. Marmer di wilayah ini dijumpai di daerah Danau Lut Tawar Kampung Kenawat, dengan luas sebaran 120 Ha dan ketebalan 50 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 156.000.000 ton, di daerah Danau Lut Tawar Kampung Kelitu Kecamatan Bintang dengan luas sebaran 130 Ha dan ketebalan 200 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 676.000.000 ton, di Kampung Wih Lah Kecamatan Pegasing dengan luas sebaran 50 Ha dan ketebalan 10 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 13.000.000 ton, di
Kampung Pantan Dalu, Jeget Ayu
Kecamatan Jagung Jeget dengan luas sebaran 100 Ha dan ketebalan 5 m
mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 13.000.000 ton. Hasil analisa petrografi conto di Danau Lut Tawar dan Kampung
Pantan Dalu mengandung Karbonat
(95%), Kuarsa (3%), Mineral Opak (2%). Untuk analisa kimia mengandung CaO 48,22 – 52,41%, MgO 0,3 – 1,66%, CaCO3 83,61 – 94,84%. Hasil poles bagus
untuk dinding dan batuhias. Marmer di daerah Kecamatan Jagong Jeget telah diusahakan sebagai bahan bangunan dan pondasi jalan.
Pasirkuarsa
Pasirkuarsa di daerah penyelidikan berupa arenit kuarsa dari Formasi Kluet. Pasirkuarsa di daerah penyelidikan dijumpai di Kampung Bergang Kecamatan Ketol dengan luas sebaran 100 Ha dan ketebalan 6 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 15.900.000 ton. Dari hasil analisa kimia mengandung SiO2
89.07%, Al2O3 5.1%, Fe2O3 1.25%, CaO
1.04, MgO 0.33%, untuk analisa butir mengandung kuarsa 99,48%, Pasirkuarsa di daerah ini sementara belum diusahakan.
Rijang
Rijang termasuk golongan kuarsa, mikro
kristalin granular yang mempunyai
campuran bermacam-macam warna dan biasanya pekat. Warna merah kecoklatan yang biasanya mendominasi warna rijang disebabkan oleh kehadiran sejumlah mineral pengotor besi. Di dalam sayatan tipis batuan ini tampak holokristalin, relik-relik tekstur butiran sedimen masih terlihat dengan adanya jejak-jejak fosil (oolit),
setempat terdapat butiran-butiran
Opak (15%), Epidot (10%), Plagioklas daerah penyelidikan digunakan sebagai bahan pondasi jalan yang terlihat sepanjang jalan di Kecamatan Linge sampai perbatasan Gayo Lues.
Sirtu
Sirtu di daerah penyelidikan dari genesa terdiri dari dua jenis yaitu sirtu yang berasal dari endapan sungai aktif termasuk Endapan Aluvial dan sirtu yang berasal endapan undak sungai purba membentuk perbukitan. Sirtu di daerah penyelidikan untuk di daerah sungai aktif dijumpai di Kampung Pedekoq Kecamatan Pegasing dengan luas sebaran 150 Ha dan ketebalan 15 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 22.500.000 m³, di Wih Jagong Kampung Merah Muyang Kecamatan Ayu Lintang dengan luas sebaran 10 Ha
dan ketebalan 3 m mempunyai
sumberdaya hipotetik sebesar 300.000 m³, di A. Tonang Kampung Gemboyah Kecamatan Linge dengan luas sebaran 100 Ha dan ketebalan 3 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 3.000.000 m³, di Krueng Peusangan Kampung Bergang Kecamatan Ketol dengan luas sebaran 50 Ha dan ketebalan 5 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 2.500.000 m³. Untuk daerah endapan undak terdapat di Kampung Kuyun Uken Kecamatan Celala dengan sumberdaya sedikit, di Kampung Genting Gerbang dan
Wih Celala Kampung Mulie Jadie
Kecamatan Silih Nara dengan luas sebaran 250 Ha dan ketebalan 25 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 62.500.000 m³, di Krueng Arul Gading Kampung Arul
Gading Kecamatan Celala hanya
pengolahan sirtu, di Kampung Kute Gelime Kecamatan Ketol dengan luas
sebaran 100 Ha dan ketebalan 5 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 5.000.000 m³, di Breung Pilar Kampung Jejem Kecamatan Pegasing dengan luas sebaran 150 Ha dan ketebalan 15 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 22.500.000 m³. Sirtu di daerah ini sudah diusahakan untuk proyek pembuatan jalan oleh PT AL HAS, PT. Hanan Prakasa, PT. IKA, dan PT. Usaha Sejahtera Manikam.
Serpentinit
Serpentinit terbentuk dari batuan beku
yang sangat basa, yang sedikit
mengandung SiO2 seperti peridotit
termasuk Serpentinit Lainnya. Di dalam sayatan tipis batuan ini telah mengalami ubahan kuat, berbutir sangat halus hingga berukuran 2 mm, menunjukkan struktur mesh. Serpentinit dijumpai di daerah Kampung Kute Robel Kecamatan Linge dengan luas sebaran 100 Ha dan ketebalan 15 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 72.900.000 ton, di Kampung Kute Robel Kecamatan Linge mempunyai sumber daya sedikit karena hanya berupa sisipan di batuan rijang. Hasil analisa petrografi mengandung serpentinit 96%. Untuk analisa kimia mengandung SiO2
39.41%, Al2O3 2.26%, Fe2O3 10.85%,
CaO 0.43%, MgO 32.21%. Serpentinit di daerah ini belum diusahakan.
Tras
Tras di daerah penyelidikan merupakan
hasil pelapukan batuan gunungapi
hipotetik sebesar 12.500.000 ton, di Kampung Bulen Kecamatan Ketol dengan luas galian 250 Ha dan ketebalan 15 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 93.750.000 ton, di Kampung Bukit Sama, Kec. Kebayakan yang berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah dengan luas galian 100 Ha dan ketebalan 10 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 25.000.000 ton. Hasil dari analisa kimia daerah penyelidikan menurut ASTM C 61891 th 1995 dimana jumlah SiO2, Al2O3,
dan Fe2O3 lebih dari 70% dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan semen pozolan. Sampai saat ini belum diusahakan.
Potensi Bahan Galian di Kabupaten Bener Meriah
Dijumpai 23 lokasi bahan galian non logam berupa: andesit, bentonit, felspar, granit, lempung, pasirkuarsa, sirtu, dan tras.
Andesit
Andesit yang terdapat di daerah
penyelidikan berupa andesit hornblende dan piroklastik, diendapkan kembali mengapit lahar dari Satuan Enang-Enang berupa andesit pejal, konglomerat, dan batupasir konglomeratan dari Formasi Keutapang, Anggota Konglomerat Atas. Andesit dijumpai di daerah Kampung Meriah Jaya dengan luas galian 25 Ha dan ketebalan 30 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 18.750.000 ton, di Kampung Pantanlah Kecamatan Timang Gajah mempunyai sumberdaya sedikit, di Kampung Blang Rakal dan di Kampung Arul Gading Kecamatan Pintu Rime Gayo dengan luas galian 200 Ha dan ketebalan 15 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 81.000.000 ton. Andesit di daerah penyelidikan belum diusahakan.
Bentonit
Endapan bentonit di daerah penyelidikan berupa Lempung terbentuk akibat proses pelapukan dari rempah volkanik yang dijumpai pada Satuan Lempung dari
Formasi Keutapang, Anggota
Konglomerat Atas. Bentonit terdapat di Kampung Pantanlah Kecamatan Pintu Rime Gayo dengan ketebalan 1 m luas 20 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 520.000 ton. Hasil analisa kimia mengandung SiO2 54,48%, Al2O3 21,2%,
Fe2O3 4,62%, CaO 0,17%, MgO 1,38%,
Na2O 1,66%, K2O 1,62%, untuk analisa
methilin blue mengandung monmorilonit 30% dan bleaching menunjukkan efisiensi pemucatan warna 62,88 % dari minimal 40%. Bentonit di daerah penyeldikan sampai saat ini belum diusahakan.
Felspar
Felspar adalah nama kelompok mineral yang terdiri atas potasium, sodium, dan kalsium alumino silikat. Pada umumnya kelompok mineral ini terbentuk oleh proses pneumatolistis dan hidrothermal yang membentuk urat pegmatit. Feldspar di daerah penyelidikan berupa butiran lepas berukuran sedang – kasar, berwarna putih, setempat terdapat mika, merupakan hasil pelapukan dari batuan Granit Biden. Felspar di daerah penyelidikan dijumpai di Brueng Pepara Kampung Suku Wih Ilang Kecamatan Bukit dengan luas sebaran 100Ha dan ketebalan 25 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 65.000.000 ton. Hasil analisa kimia mengandung SiO2
63,92%, Al2O3 18,17%, Fe2O3 7,29%,
CaO 0,2%, MgO 0,12%, Na2O 2,25%,
K2O 4,06, H2O 3,33%. Felspar di daerah
ini sementara belum diusahakan.
Granit
Rusep. Granit di daerah penyelidikan dijumpai di kaki Gunung Panyang, Wih Peteri Pintu Kampung Simpur Batumesjid Kecamatan Syah Utama dengan luas sebaran 100 Ha dan ketebalan 2 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 5.800.000 ton. Hasil analisa kuat tekan sebesar 69 Mpa (690 kg/cm2). Melihat hasil kuat tekan tersebut dapat digunakan bahan agregat ringan. Granit di daerah ini belum diusahakan.
Lempung
Lempung di daerah penyelidikan terbentuk akibat proses pelapukan dari batuan
Satuan Enang-Enang, dan Formasi
Keutapang, Anggota Konglomerat Atas, serta Formasi Peutu, Anggota Bidin, berupa batupasir berkarbonat, beberapa mengandung gloukonit. Lempung di daerah penyelidikan dijumpai di Kampung Blang Rakal dengan ketebalan 6 m luas 100 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 78.000.000 ton, di Kampung Arul Gading Kecamatan Pintu Rime Gayo dengan ketebalan 3 m luas 30 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 2.340.000 ton. Hasil analisa kimia dari
conto di Kampung Blang Rakal
mengandung SiO2 38,71%, Al2O3 31,21%,
Fe2O3 12,12%, CaO 0,17%, MgO 0,19%,
Na2O 1,71%, K2O 0,22%, TiO2 1,27%.
Lempung di daerah penyelidikan belum diusahakan.
Pasirkuarsa
Pasirkuarsa di daerah penyelidikan merupakan batuan metasedimen berupa arenit kuarsa dari Formasi Kluet. Pasirkuarsa di daerah penyelidikan dijumpai di Krueng Bidin Kampung Blang Pulo dengan luas sebaran 50 Ha dan ketebalan rata-rata 10 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 13.250.000
ton. Di Breung Simpur, Kampung
Tembolon Kecamatan Syeh Utama dengan dengan ketebalan 4 m luas 50 Ha mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 5.300.000 ton, di BN. Telong Kampung
Simpang Balig Kecamatan Wih Pesam dengan luas sebaran 130 Ha dan ketebalan rata-rata 10 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 32.500.000 ton. Hasil analisa kimia mengandung SiO2 82,54 –
91,46%, Al2O3 3,6 – 7,34%, Fe2O3 1,33 –
2,82%, CaO 0,02 – 0,13%, MgO 0,02 – 0,51%, Na2O 0,47 – 2,03%, K2O 0,41 –
2,71%. Untuk analisa butir dari conto di Kampung Blang Pulo teridentifikasi mineral kuarsa 95,76%, di Kampung Simpang Balig mineral kuarsa 99,92%. Pasirkuarsa di daerah ini sementara belum diusahakan.
Sirtu
Sirtu di daerah penyelidikan dari genesa terdiri dari dua jenis yaitu sirtu yang berasal dari endapan sungai aktif dan pasir
gunungapi yang berwarna abu-abu
kehitaman, komponen lepas berupa pasir, kerikil, kerakal sebagian bongkah. Sirtu pasir gunungapi ini sebagian besar berasal dari Satuan Telong berupa andesit dan dasit berbatuapung, dan Satuan Enang-Enang berupa andesit hornblende dan piroklastik, diendapkan kembali mengapit lahar. Sirtu di daerah penyelidikan untuk di daerah sungai aktif dijumpai di Krueng Bidin Kampung Blang Pulo Kecamatan Banjar dengan luas sebaran 30 Ha dan ketebalan 2 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 600.000 m³. Untuk pasir gunungapi di Kampung Timah Gajah 2, Kampung Bandar Lampahan, Kampung Rembele, Kecamatan Bukit, Kampung Rerongga Kecamatan Timang Gajah, kemudian di BN Telong Kampung Pante Raya Kecamatan Wih Pesam dengan luas sebaran 1000 Ha dan ketebalan rata-rata 4 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 40.000.000 m³, di Hakim Tunggul Noru Kecamatan Bukit dengan luas sebaran 50 Ha dan ketebalan 3 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 1.500.000 m³. Sirtu di daerah ini diusahakan untuk bahan bangunan. Di BN. Telong Kampung Pante Raya sirtu gunungapi ini dibuat batako.
Tras
Tras di daerah penyelidikan merupakan
piroklastik berupa tufa berbatuapung, berbutir sedang - halus sampai derajat tertentu, komponen lepas, berwarna putih kecoklatan. Satuan Tras berasal dari Satuan Telong berupa andesit dan dasit berbatuapung. Tras di daerah penyelidikan
dijumpai di Kampung Lampahan
Kecamatan Timang Gajah dengan luas sebaran 100 Ha dan ketebalan 30 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 75.000.000 ton, Kampung Panji Mulia 1 Kecamatan Bukit dengan luas sebaran 100 Ha dan ketebalan 15 m mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 37.500.000 ton. Hasil analisa kimia mengandung SiO2
63,92%, Al2O3 18,17%, Fe2O3 7,29%,
CaO 0,2%, MgO 0,12%, Na2O 2,25%,
K2O 4,06%, H2O 3,33%. Dari analisa
kimia ini tras di daerah penyelidikan menurut ASTM C 61891 th 1995 dapat digunakan sebagai bahan pembuatan semen pozolan. Sedangkan tras di daerah penyelidikan belum diusahakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Batugamping di Aceh Tengah mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 71.800.000 ton dan bisa digunakan untuk batu bangunan, bahan bangunan, pertanian, industri semen, peleburan dan pemurnian, serta proses pengendapan bijih logam-logam non ferous. Bentonit di Aceh Tengah mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 78.000 ton dan di Bener Meriah sebesar 520.000 ton. Bentonit di daerah penyelidikan mempunyai mutu II dari jenis alamiah dan bisa digunakan untuk penjernih minyak kelapa. Felspar di Aceh Tengah mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 14.650.000 ton dan di Bener
Meriah sebesar 65.000.000 ton.
Pemanfaatannya bisa digunakan untuk keramik halus dan mempunyai syarat mutu untuk glasir kelas 1 dan kelas 3. Granit di Aceh Tengah mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 14.000.000 ton dan di Bener Meriah sebesar 5.800.000 ton. Pemanfaatannya bisa digunakan sebagai agregat beton dan pondasi dengan katagori ringan. Untuk produksi standar pabrik
perlu penyelidikan lebih lanjut. Lempung di Aceh Tengah mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 205.915.000 ton dan di Bener Meriah sebesar 86.060.000 ton. Pemanfaatannya masih bisa digunakan untuk bahan baku semen. Marmer di Aceh Tengah hanya di daerah Kampung Wih Lah Kecamatan Pegasing, di Kampung Pantan Dalu, Jeget Ayu Kecamatan Jagung Jeget, mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 858.000.000 ton. Pemanfaatannya bisa digunakan untuk ubin lantai dan dinding tetapi masih perlu penyelidikan lebih rinci, Karena banyaknya batuan yang telah mengalami rekahan, pasirkuarsa di Aceh Tengah mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 15.900.000 ton dan di Bener Meriah sebesar 51.050.000 ton. Pemanfaatannya masih harus melalui
pencucian terlebih dahulu untuk
meningkatkan kadar SiO2. Rijang di Aceh
Tengah mempunyai sumberdaya hipotetik sebesar 267.000.000 ton. Pemanfaatannya bisa digunakan sebagai batu ornamen. Serpentinit di Aceh Tengah mempunyai sumberdaya hipotetik diperkirakan sebesar 72.900.000 ton. Pemanfaatannya bisa digunakan sebagai perangkap gas CO2 dan
bahan baku pertanian. Sirtu di Aceh Tengah mempunyai sumberdaya hipotetik diperkirakan sebesar 110.800.000 m³ dan di Bener Meriah sebesar 42.100.000 m3. Pemanfaatannya bisa digunakan untuk bahan bangunan. Tras di Aceh Tengah
mempunyai sumberdaya hipotetik
diperkirakan sebesar 132.250.000 ton dan di Bener Meriah sebesar 112.500.000 ton. Pemanfaatannya bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen pozolan, dan masih diperlukan analisa secara fisik. Pengelolaan bahan galian masih belum optimal, karena perusahaan tambang yang melaksanakan eksploitasi ada yang belum
melaksanakan tahapan eksplorasi,
sehingga menyulitkan dalam pelaksanaan pengawasan produksi yang berdampak
pada tidak maksimalnya pendapatan
Untuk pertambangan bahan galian non logam dan batuan khususnya sirtu perlu
adanya pengawasan oleh dinas
pertambangan agar kegiatan penambangan
tidak mempunyai dampak merusak
jembatan yang sudah dibangun serta irigasi lahan pertanian terutama di Wih
Jagong Kampung Kampung Merah
Muyang Kecamatan Atu Lintang
DAFTAR PUSTAKA
1.Lefond, 1975, Industrial Mineral and Rock, 4th edition, USA.;
2.Muchtar Aziz, 2008, “Pemanfaatan
Mineral Industri di Sektor
Pertanian dan Energi”, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.
3.Supriatna Suhala dkk., 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi