EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DANA BANTUAN
BANK PEMBANGUNAN ASIA (ADB) DALAM
PENINGKATAN MUTU SLTP SWASTA
(Studi Analitik Tentang Pemanfaatan Dana Bantuan SLTP Swasta Jawa Barat Tahun Anggaran 1996 - 2000)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh Elis Rosliani
999564
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Disetujui dan disyahkan oleh:
Pembimbin
Prof.Dr.Nanang Fattah
Perabimbing II
Prof.Dr.Dedi Supriadi
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDDDIKAN INDONESIA
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
ABSTRAK
Judul: Efektivitas Pemanfaatan Dana Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam
Peningkatan Mutu SLTP swasta (Elis Rosliani, NIM: 999564)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keadaan SLTP swasta pada saat ini
yang sangat bervariasi mulai dari yang terbaik, lebih baik dari SLTP Negeri sampai
kepada sangat memprihatinkan seperti menurunnya jumlah siswa dan jumlah sekolah
SLTP swasta di Jawa Barat. Dalam mengatasi kondisi dan keadaan tersebut banyak
berbagai upaya ditempuh salah satu diantaranya adalah campur tangan pemerintah
dalam pemberian dana bantuan melalui Bank Pembangunan Asia (ADB) dengan Loan
no 1359-INO melalui Proyek Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Induk Jawa Barat tahun anggaran 1996/1997, dengan tujuan agar lebih mendorong perguruan swasta agar lebih mandiri dan lebih meningkatkan kualitas.Fokus masalah pada penelitian ini adalah "Seberapa Jauh Tingkat Efektivitas
Implementasi Pemanfaatan Dana Bantuan Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam
Peningkatan Mutu SLTP swasta?"Tujuan Penelitiannya adalah: (1) mendeskripsikan pola perencanaan
pemanfaatan dana bantuan dalam peningkatan mutu SLTP swasta; (2) mendeskripsikan
pola pelaksanaan pemanfaatan dana bantuan dalam peningkatan mutu SLTP swasta; (3)
mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat pemanfaatan dana bantuandalam peningkatan mutu SLTP swasta dan (4) mengidentifikasi keunggulan dan
kelemahan pemanfaatan dana bantuan dalam peningkatan mutu SLTP swasta.Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik angket dan wawancara. Sampelnya adalah sekolah di seluruh Propinsi Jawa Barat. Data dianalisis dengan menggunakan metode dan teknik korelasional.
ABSTRACT
Title: The Grant Effectiveness Spending of Asian Development Bank (ADB) to increase the Private Junior High School Quality. (Elis Rosliani, NIM: 999564)
This research based on the perception that most of the private junior high schools indicated a great variation from one another. Some of them indicated a high quality in nature, evenbetter than the public junior high school ones. While some others indicated worst condition, mainly in West Java propince. To overcome this condition
several efforts have been undertaken. One of them is the cooperation with the local government in organizing the ADB grant through the junior high school major project development, in autonomous of private junior high school as well as increasing their
qualities.
The main Problem in this research is about "How Far the ADB Implementation
Effectiveness of contributabble to increase the private junior high school quality?
To the aims of the research are: (1) to describe the assistance funds programs of increasing the junior high school quality; (2) to describe the assistance funds implementation contributable to increasing the junior high school quality; (3) to identify the proponent factors and the inhibiting one from the assistance funds contribution in increasing the junior high school quality; and (4) to identify the strength and the
weakness of the assistance funds in increasing the private junior high school quality.
This research employed the survey method and applied questioner and interview techniques. It has been conducted in West Java Province including respondenly. The
data analyzed applying correlational methods techniques.
The founds from the research, at once as the answer from the formulation problems and the research question can be conclude as follows: In quantitative ways, the level of benefits aid plan have been achieve almost 100% but in qualitative ways the aid implementation benefits have a partial characteristic, the effectiveness of aim achievement and the aid benefits are less, these can be prove by: (a) the selection for
objective school with have an aid didn't show a Ditseswa criteria appropriate with a
DAFTAR 1S1
Halaman
JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
ABSTRAK i ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTARISI vi
DAFTARTABEL ix
DAFTAR GRAF1K xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah I
B. Gambaran Umum Proyek SLTP swasta 8
C. Permasalahan Penelitian 12
D.Tujuandan Manfaat Penelitian 13
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
E. Premis 14
F. Kerangka Pikir Penelitian 16
BAB n MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAN SUMBER DAYA SEKOLAH
A. Pembiayaan Pendidikan dalam konteks Administrasi Pendidikan 20
1. Kedudukan Biaya Pendidikan dalam Administrasi Pendidikan 20 2. Peranan Manajemen Keuangan dalam kehidupan organisasi 21
B. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Sekolah 23
1. Konsep Perencanaan Dana 24
2. Konsep Pelaksanaan Dana 25
3. Konsep Pengelolaan Dana 26
4. Pengawasan dan Pertanggungjawaban Dana 27
C. Konsep Manfaat Dana 28
1. Faktor yang mendukung dan menghambat dalam pemanfaatan 39 2. Peluang dan Tantangan dalam pemanfaatandana bantuan 44
D. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia 46
1. Konsep Pengembangan sumber daya manusia 47
2. Konsep Pengelolaan sumber daya manusia 52
E. Tinjauan Manfaat dari Sistem dan Sumber Daya Manusia 53
F. Studi-Studi Terdahulu yang Relevan 55
BAB IH METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 59
B. Populasi dan Sampel 60
C. Teknik Pengumpulan Data 61
D. Tahap-Tahap Penelitian 62
1. Tahap Persiapan 2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Penyusunan Laporan
E. AnalisisData 64
F. Validitas Penelitian 65
G. Pembatasan Istilah 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pola Perencanaan pemanfaatan dana bantuan dalam peningkatan mutu
SLTP swasta 80
2. Pola Pelaksanaan pemanfaatan dana bantuan dalam peningkatan mutu
SLTP swasta 86
3. Faktor Pendukung dan Penghambat pemanfaatan dana bantuan dalam
peningkatan mutu SLTP swasta 114
4. Peluang dan Tantangan pemanfaatan dana bantuan dalam peningkatan
mutu SLTP swasta 117
B. Pembahasan
1. Analisis Perencanaan pemanfaatan dana bantuan dalam
peningkatan mutu SLTP swasta 118
2. Analisis Pelaksanaan pemanfaatan dana bantuan dalam pe
ningkatan mutu SLTP swasta 123
3. Analisis SWOT terhadap pemanfaatan dana bantuan dalam
peningkatan mutu SLTP swasta 131
4. Strategi pengembangan sumber daya manusia dalam pe
ningkatan mutu SLTP swasta 134
BAB V KESIMPULAN. EVIPLDXASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 140
B. Implikasi 143
C. Rekomendasi 144
DAFTAR PUSTAKA 146
LAMPUIAN
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL
1.1 Jumlah Sekolah, Rombongan belajar dan Siswa SLTP 4
1.2 Rasio SLTP Negeri dan Swasta 4
1.3 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar SLTP 5 1.4 Perkembangan Angka Partisipasi Murni SLTP 5 1.5 Target Proyek SLTP Swasta di LIMA (5) Propinsi 9
1.6 Target Proyek SLTP Swasta di JAWA BARAT 9
4.1 Pelatihan Kemampuan & Metodologi Mengajar Guru 88 4.3 Realisasi Pencapaian Target dalam Kemampuan 89
& Metodologi Mengajar Guru
4.4 Status Keuangan Proyek dalam Kemampuan 90
& Metodologi Mengajar Guru
4.5 : Penyerapan Dana dalam Kemampuan & Metodologi 90
Mengajar Guru
4.6 Pinjaman Luar dalam Kemampuan & Metodologi 90
Mengajar Guru
4.7 Alokasi Dana Pinjaman Luar Negeri dalam Kemampuan 91
& Metodologi Mengajar Guru
4.9 Realisasi Pencapaian Target dalam Guru Bantu Sementara 93 4.10 Status Keuangan Proyek dalam Guru Bantu Sementara 93 4.11 Penyerapan Dana dalam Guru Bantu Sementara 94 4.12 Pinjaman Luar Negeri dalam Guru Bantu Sementara 94
4.15 Realisasi Pencapaian Target dalam Pelatihan 98
Tenaga Perpustakaan
4.16 Target Proyek dalam Beasiswa 100
4.17 Status Keuangan Proyek dalam Beasiswa 102
4.18 Penyerapan Dana dalam Beasiswa 102
4.19 Pinjaman LuarNegeri dalamBeasiswa 103
4.20 Data Penerima Beasiswa 103
4.22 Realisasi Pencapaian Target Proyek dalam Pinjaman 106
Sepeda
4.23 Penyerapan Dana dalam Pinjaman Sepeda 107
4.24 Pinjaman Luar Negeridalam Pinjaman Sepeda 107 4.26 Realisasi Pencapaian Target dalam Rehabilitasi 110
Perpustakaan/Lab IPA
4.27 Status Keuangan Proyek dalam Rehabilitasi 111
Perpustakaan/Lab IPA
4.28 Penyerapan Dana dalam Rehabilitasi Perpustakaan/Lab 111 4.29 Pinjaman Luar Negeri dalam Rehabilitasi Perpustakaan 111
Lab IPA
4.30 JumlahTotal Sekolah Penerima Perpustakaan 113
DAFTAR GRAFIK
Ha la man
GRAFIK
4.1 Guru Bantu Sementara 96
4.2 : Beasiswa 104
4.3 Subsidi Rehabilitasi Perpustakaan dan 112 Laboratorium IPA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR
1.1 Paradigma Penelitian 19
3.1 Posisi Tinjauan Manfaat dara Sistem dan SDM 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2000 tentang program
pembangunan nasional (Propenas) tahun 2000 - 2004 menyatakan arah kebijakan
pembangunan pendidikan menurut GBHN 1999-2004 dalam kegiatan pokok
pemerataan pendidikan adalah (1) meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di
SLTP; (2) memberikan subsidi pendidikan bagi sekolah swasta agar sekolah-sekolah
swasta mampu menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan memberikan
layanan pendidikan yang dapat dijangkau masyarakat luas; (3) menerapkan alternatif
layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat kurang beruntung (masyarakat miskin,
berpindah-pindah, terisolasi, terasing, minoritas, dan didaerah bermasalah) serta SLTP
terbuka; (4) melaksanakan revitalisasi serta penggabungan sekolah-sekolah agar
tercapai efisiensi dan efektivitas sekolah yang didukung dengan fasilitas yang memadai;
(5) memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi dan atau dari keluarga yang tidak
mampu dengan mempertimbangkan peserta didik perempuan secara proporsional; (6)
melakukan pemerataan jangkauan pendidikan prasekolah melalui peningkatan
partisipasi masyarakat dalam menyediakan kemudahan, bantuan dan penghargaan oleh
pemerintah.
Peranserta perguruan swasta dalam rangka menyukseskan program pelaksanaan
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun diharapkan dapat meningkatkan jumlah siswa
dari 1.989.800 pada akhir Pelita V menjadi 2.526.900 pada akhir Pelita VI atau
2 itu sendiri merupakan salah satu program prioritas Departemen Pendidikan Nasional dalam Repelita VI sejalan dengan program prioritas lainnya meliputi peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang pendidikan, pendidikan dan penguasaan IPTEK, keterkaitan dan kesepadanan {link and match).
Dari data perkembangan SLTP swasta seluruh Indonesia dari tahun 1990/1991 sampai dengan 1994/1995 dinyatakan bahwa telah terjadi penurunan jumlah siswa yang dibarengi dengan penurunan jumlah sekolah pada tahun 1990/1991 dan 1991/1992 serta angka kritis terjadi pada tahun 1992/1993 dengan jumlah sekolah sebanyak 10.233 sekolah dan jumlah siswa sebanyak 1.853.372 orang yang semula pada tahun 1990/1991 berjumlah 13.790 sekolah dengan siswa berjumlah 2.240.226 orang. Pada tahun 1993/1994 terjadi kenaikan lagi menjadi 10.469 sekolah dan jumlah siswa 1.986.800 orang. Walaupun terjadi kenaikan jumlah sekolah (pembukaan sekolah baru), namun masih ada SLTP swasta yang tutup. Pada tahun 1994/1995 jumlah SLTP swasta meningkat lagi dan perlu dipertahankan terus kenaikannya, untuk memenuhi program pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun.
Pada umumnya tutupnya SLTP swasta disebabkan jumlah siswa yang tinggal sedikit. Salah satu penyebabnya adalah keadaan ekonomi orangtua siswa yang masih lemah. Kita ketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan anaknya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain faktor geografis dan faktor ekonomi. Kendala geografis yang umumnya dihadapi, yaitu jarak antara tempat tinggal siswa dengan sekolah cukup jauh, sangat berpengaruh terhadap tingkat kehadiran siswa, phisik dan psikis siswa dalam proses belajar mengajar dikelas. Namun kendala geografis ini dapat diatasi antara lain melalui SLTP Terbuka dan Program Kejar Paket
3 yang dekat. Karena ekonomi keluarga yang tidak mencukupi kebutuhan minimal sehari-hari, menyebabkan anak usia sekolah tidak dapat meneruskan belajarnya hingga tamat,
apalagi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam mengantisipasi keadaan
ini, pemerintah sedang menggalakan program seperti orangtua asuh, anak angkat dan
beasiswa baik yang dilakukan perorangan maupun yang diselenggarakan oleh berbagai
instansi pemerintah dan swasta.
Secara kuantitatif maupun kualitatif, guru-guru sekolah swasta masih sangat kurang memadai. Data statistik sekolah swasta tahun 1994/1995 menunjukkan jumlah guru pada SLTP swasta seluruh Indonesia terdiri dari guru Pegawai Negeri
Sipil/Departemen Pendidikan Nasional (PNS-DPK) sebanyak 25.717 orang, guru tetap
yayasan (GTY) sebanyak 50.896 orang dan guru tidak tetap (GTT) sebanyak 84.613 orang. Bila kita perhatikan ratio ketiga jenis guru tersebut, jumlah GTT jauh lebih
tinggi. Keadaan seperti ini dalam jangka waktu panjang akan merugikan sekolah swasta,
karena sering terjadi pergantian GTT sehingga mempengaruhi keadaan proses belajar
mengajar, yang pada akhimya akan berpengaruh terhadap kualitas lulusan.
meningkatkan kualitasnya. Sebagai gambaran bahan perbandingan penyelenggaraan SLTP swasta dengan SLTP Negeri dilingkungan Kantor Wilayah Depdiknas Propinsi
Jawa barat, dapat ditunjukkan pada:
Tabel 1.1
Jumlah Sekolah, Jumlah Rombel, Dan Jumlah Siswa
No Nama Sekolah
Rombel Siswa
Negeri Swasta Jlh. Negeri Swasta Jlh. Negeri Swasta Jlh.
1 Kab. Serang 55 42 97 817 283 1100 36707 11849 48556
2 Kab. Lebak 44 7 51 545 49 594 21952 1007 22959
3 Kab. Pandeglang 40 5 45 434 41 475 19330 580 19910
4 Kab. Tangerang 52 176 228 1160 727 1887 53501 60285 113786
5 Kab. Bogor 57 214 271 920 2209 3129 46664 66748 U3412
6 Kod. Bogor 17 68 85 337 681 1018 15546 21434 36980
7 Kab.Sukabumi 51 44 95 688 388 1076 32079 9685 41764 8 Kod. Sukabumi 15 17 32 213 113 326 9438 2760 12198
9 Kab, Cianjur 52 31 83 761 171 932 35052 6522 41574
10 Kab. Bandung 77 173 250 1806 1238 3044 84582 53663 138245
11 Kod. Bandung 51 164 215 1182 1198 2380 53480 52381 105861
12 Kab. Sumedang 56 14 70 700 94 794 29399 3865 32264
13 Kab. Garut 62 44 106 673 153 826 29601 7749 37350
14 Kab. Tasikmalaya 79 38 117 1193 6603 7796 49686 5756 56442
15 Kab. Ciamis 79 12 91 1166 42 1208 47018 1446 48464
16 Kab. Kuningan 48 12 60 796 41 837 33589 1372 34961
17 Kab. Majalengka 52 4 56 772 40 812 31991 417 32408
18 Kab. Cirebon 45 50 95 876 369 1245 40722 14153 54875 19 Kod. Cirebon 18 23 41 788 125 913 10541 4307 14848 20 Kab. Indramavu 52 50 102 792 243 1035 34981 8591 43572
21 Kab. Purwakarta 26 5 31 415 31 446 20967 1115 22082
£.1. Kab. Subang 40 26 66 818 106 924 36409 3732 40141
23 Kab. Karawang 41 24 65 936 148 1084 41100 5838 46938
24 Kab. Bekasi 51 101 152 1391 9732 11123 63103 30498 93601 Jumlah 1160 1344 2504 18488 24785 45004 877438 376743 1254191 Sumber: Dokumentasi Bidang Pendidikan Menengah Umum (2000).
Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa secara keseluruhan baik dari segi jumlah sekolah, jumlah rombongan belajar, maupun dari segi siswa semuanya menampakkan bahwa yang terbanyak adalah pada sekolah swasta dengan rasio seperti dibawah ini:
Tabel 1.2
Rasio SLTP Negeri dan Swasta
No. Aspek 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998
1 Murid : Sekolah 988 1 1065 : 1 1073 1 1125 1
2 Murid : Guru 37 1 32: i 43 1 43 1
3 Guru : Sekolah 51 1 53 : 1 55 1 53 1
4 Murid : Rom Bel 86 1 83: 1 73 1 85 1
5 Pengawas : Sekolah 28 1 27: 1 25 1 28 1
6 Pengawas: Guru 268: 1 260: 1 264: 1 267 1
Secara kuantitas Pemerintah mengharapkan bahwa tingS
minimal bangsa Indonesia sampai tingkat SLTP. Keberhasilan
sembilan tahun tidak dapat terpisahkan dari keberhasilan pelaksanaan Wajar Dikdas 6 tahun yang sudah dianggap berhasil hal ini terbukti dengan Angka
Partisipasi Kasar (APK), maupun Angka Partisipasi Murni (APM) Jawa Barat.
Adapun gambaran nyata kualifikasi berdasarkan keberhasilan hal tersebut dapat
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1.3
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP
No. Tahun Pelajarart Jumlah Penduduk
Usia 13- 15 Tahun
SLTP
Jumlah Persentase 1 1993/1994 2602463 1277809 49.10
2 1994/1995 2677827 1380420 51.55
3 1995/1996 2750481 1533943 55.77
4 1996/1997 2789027 1665886 59.73
5 1997/1998 2726988 1767361 64.81
Sumbei': Dokumentasi Bidang Pendidikaia Menengah 1Jmum (2000)
Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa perkembangan angka partisipasi kasar SLTP dari tahun ketahun terlihat adanya peningkatan, meskipun peningkatan tersebut tidak terlalu besar, namun menunjukkan adanya kemajuan. Begitu pula terhadap perkembangan angka partisipasi mumi seperti dibawah ini:
Tabel 1.4
Perkembangan Angka Partisipasi Mumi (APM) SLTP
No. Tahun Pelajaran Jumlah Penduduk
Usia 13-15 Tahun
SLTP
Jumlah Persentase 1 1993/1994 2602483 906705 34.84
2 1994/1995 2677827 954913 35.66
->
1995/1996 2750481 1042982 37.92
4 1996/1997 2789027 1385031 49.66
5 1997/1998 2726988 1487845 54.56
terdapat faktor-faktor lain diantaranya akuntabilitas dan partisipasi masyarakat
masih rendah. Hambatan-hambatan tersebut apabila dalam pemecahannya hanya memprioritaskan besaran anggaran dari pemerintah, sangat mustahil dalam waktu yang relatif singkat dapat terlaksana, hal ini dapat dilihat dalam realisasi anggaran beberapa tahun silam sampai dengan tahun anggaran 2000 sbb:
(a) Rehabilitasi bangunan sekolah yang setiap tahunnya hanya berkisar 4 - 6 % maka rehabilitasi bam selesai dalam jangka waktu 10 sampai dengan 15 tahun; (b) Adanya perbaikan peningkatan anggaran dana operasional, tapi hal ini jangan terlalu diharapkan mengingat kondisi keuangan negara yang dalam keadaan
krisis;
Keadaan SLTP swasta pada saat ini sangat bervariasi, mulai dari yang terbaik (lebih baik dari SLTP Negeri) sampai sangat memprihatinkan. Yang terbanyak dijumpai justru ada dalam kondisi sangat memprihatinkan. Secara Nasional jumlah SLTP swasta mengalami kemunduran. Dan 2,1 juta siswa tahun 1991 menjadi 1,9 juta siswa pada tahun 1993. Begitu juga jumlah sekolah SLTP swasta menumn tajarn dari 13.710 sekolah menjadi 10.505 sekolah pada periode yang sama. Berdasarkan data dari Balitbang yang tertuang dalam Memorandum of
Understanding antara Directorate General ofPrimary dan Secondary Education
(DGPSE) dan Bank Pembangunan Asia/Asian Development Bank (ADB) dalam
orangtua siswa; (5) Manajemen kepala sekolah lemah, banyak stikua
tenaga tidak tetap; (6) Kemampuan mengajar gum iemah; p
penyelenggara sekolah tidak memiliki cukup misi dan visi pendidikan.
B. Gambaran Umum Bagian Proyek Peningkatan SLTP swasta
1. Bidang Garapan Proyek
2. Target Proyek Peningkatan SLTP Swasta di 5 (lima) Propinsi
Tabel 1.5
Target Proyek Peningkatan SLTP Swasta di Lima Propinsi
No Kegiatan Jabar Jatim Lampung Kalsel Sulsel Jumlah
1 Sekolah Sasaran 337 198 266 44 177 1.022
2 Pelatihan guru 3.018 1.716 2.168 335 1.363 8.600 3 Pemberian Guru Bantu
Sementara 561 379 419 74 307 1.740
4 Pemberian Beasiswa 36.702 20.517 17.427 3.357 11.997 90.000 5 Pemberian Pinj. Sepeda 800 400 350 100 350 2000 6 Rehabilitasi Perpustakaan 141 83 94 16 67 401 7 Rehabilitasi
Laboratorium 196 117 145 24 99 581
Sumber: Dokumentasi ADB 1995
Berdasarkan sumber dari dokumentasi ADB 1995 dalam Project Administration
Memorandum, dinyatakan bahwa target selumh kegiatan proyek yang terbesar
adalah dilimpahkan kepada proyek Jawa Barat.
3. Target Proyek Peningkatan SLTP swasta Jawa Barat
Tabel 1.6
Target Proyek Peningkatan SLTP Swasta Jawa Barat
No Program 96/97 97/98 98/99 99/00 00/01
Realisasi Keseluruhan
Pelatihan auru 1017 1659 2676 3018
Tipe A 1017 1017 1235
Tipe B 468 468 580
Tipe C 297 297 308
Tipe D 515 515 515
Tipe E 379 379 380
Guru Bantu Sementara 3J 109 121 260 561
2 Dati II 20 87 87 194
383
IDT 6 9 22 37 125
Ponpes 4 13 12 29 53
Pemberian Beasiswa 6041 7850 34063 47954 36702
3 Dati II IDT Ponpes 3684 1717 640 3685 2967 1198 18278 11750 4035 25646 16434 5873
4 Piniaman Sepeda 800 800 800
Rehabilitasi & Perpustakaan
a. perpustakaan 40 50 50 140 141
Dati II 0 41 39
60
80 77
IDT 22 9 9 40 40
5 Ponpes 19 0 2 21 24
b. Laboratorium 65 48 83 196 196
Dati II 4 43 75
55 122
121
IDT 45 0 4 49 47
Ponpes 16 5 4 25 28
Pelatihan Tug.Perpustakaan 171 171
6 Dati II IDT Ponpes 105 41 25 105 41 25 186
Pada tabel di atas, menunjukkan bahwa pelaksanaan kegia$ dilakukan oleh proyek Jawa Barat tidak lepas dari adanya target keseli
telah ditetapkan oleh proyek pusat, namun pada kenyataannya pelaksanaan kegiatan di Jawa Barat banyak mengalami hambatan dalam mencapai jumlah target keseluruhan tersebut, hal ini disebabkan karena adanya sumber daya manusia yang terbatas dan kurang memadai, kriteria sasaran terlalu tinggi, serta manajemen proyek yang mengalami beberapa pergantian pimpinan.
4. Sumber Dana
Sumber dana pemberian bantuan bagi SLTP swasta di 5 (lima) Propinsi rintisan proyek berasal dari Loan ADB No 1359-INO melalui bagian proyek peningkatan SLTP swasta daerah dengan perbandingan 5 % berasal dari dana A.DB dan 95% berasal dari APBN Mumi, sedangkan sumber subsidi bagi imbal swadaya dalam katagori spesial program (Asisstance Scheme for facilities Improvement) dengan perbandingan dana 15% dari ADB dan 85% dari APBN
K/tiiT-ni uQtiit r*alal^eQt>Qatir»\ra rn^lqtiii ral/aninrr V/Viiione
5. A!ur Pemberian bantuan
11
kepada Kepala Kantor Wilayah Depdikbud melalui pengelola bagian proyek peningkatan SLTP swasta daerah (PPIU) dengan tembusan Kepala Kandep Dikbud setempat. Kelima; Kepala Kantor Wilayah Depdikbud setelah menerima usulan calon penerima bantuan dari pengelola bagian proyek peningkatan SLTP
swasta daerah melanjutkan usulan kepada Direktur sekolah swasta. Keenam;
Direktur sekolah swasta menyetujui nama sekolah dan jumlah calon penerima bantuan yang diusulkan Kepala Kantor Wilayah Depdikbud. Berdasarkan
persetujuan Direktur Sekolah swasta, Kepala Kantor Wilayah menetapkan nama
sekolah melalui surat keputusan. Ketujuh; Surat Keputusan diberikan kepada sekolah dengan tembusan Kepala Kandep/Kanin Dikbud Kodya/Kabupaten setempat. Terakhir Pemimpin bagian Proyek Peningkatan SLTP swasta Daerah melaporkan pelaksanaan pemberian bantuan kepada Direktur Sekolah swasta
Pusat Jakarta (CPIU).
6. Evaluasi dan pelaporan
Pemberian bantuan akan dimonitor pelaksanaannya dan dievaluasi
dampaknya terhadap peningkatan mutu SLTP swasta oleh tim yang ditunjuk oleh
Direktorat Sekolah swasta melalui Benefit Monitoring dan Evaluasi Proyek. Semua pertanggungjawaban dana yang telah digunakan untuk bantuan dengan diketahui oleh Kepala Kanwil Depdikbud dilaporkan oleh bagian Proyek Peningkatan SLTP swasta daerah (PPIU) kepada Bagian Proyek Peningkatan SLTP swasta Pusat Jakarta (CPUI). Semua laporan dana bantuan dari setiap PPIU
dilaporkan oleh CPIU ke ADB dengan diketahui oleh Direktur Sekolah swasta,
12
C. Permasalahan Penelitian
Bertolak dari telaahan konseptual dan empiris dalam uraian latar belakang, maka penelitian ini akan memfokuskan pada rumusan sebagai berikut:
"Seberapa Jauh Tingkat Efektivitas Implementasi Pemanfaatan Dana Bantuan Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam Peningkatan Mutu SLTP swasta?"
Untuk menjabarkan rumusan masalah diatas maka dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
(1) Bagaimana pola perencanaan pemanfaatan dana bantuan dalam peningkatan
mutu SLTP swasta?
(a) Apa yang menjadi landasan kebijakan dari pemanfaatan dana bantuan? (b) Bagaimana prosedur pemanfaatan dana bantuan dilaksanakan?
(c) Bagaimana sasaran umum dan khusus pemanfaatan dana bantuan
dilaksanakan?
(2) Bagaimana pola pelaksanaan pemanfaatan dana bantuan dalam peningkatan
mutu SLTP swasta?
(a) Bagaimana cara dana bantuan dimanfaatkan dalam pengembangan staf?
(b) Manfaat apa yang terkandung didalam bantuan siswa?
(c) Bantuan apa yang bisa dimanfaatkan dari fasilitas pendidikan?
(3) Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pemanfaatan dana bantuan
dalam peningkatan mutu SLTP swasta?
(4) Peluang dan tantangan apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan
13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran seberapa jauh tingkat Implementasi Efektivitas Pemanfaatan Dana Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam Peningkatan Mutu SLTP Swasta. Berdasarkan tujuan tersebut, maka tujuan pokok yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
(1) Mendeskripsikan pola perencanaan pemanfaatan dana bantuan Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam peningkatan mutu SLTP swasta;
(2) Mendeskripsikan pola pelaksanaan pemanfaatan dana bantuan Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam peningkatan mutu SLTP swasta;
(3) Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pemanfaatan dana bantuan Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam
peningkatan mutu SLTP swasta;
(4) Mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan dari pemanfaatan dana bantuan
dalam peningkatan mutu SLTP swasta
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
(1) Sebagai masukan terhadap pemerintah khususnya yang berkaitan dengan pendidikan pada masyarakat di SLTP swasta dalam kaitannya dengan pemanfaatan Dana Bank Pembangunan Asia (ADB) yang efektif dan efisien; (2) Sebagai salah satu mjukan dalam pengambilan keputusan dan pembuatan
kebijakan yang berhubungan dengan SLTP swasta serta pemanfaatan dana
14
(3) Dapat digunakan secara praktis dilapangan pendidikan, khususnya sebagai model alternatif untuk wilayah atau kabupaten lain yang karakteristiknya sama
dengan keadaan di Propinsi;
(4) Menjadi bahan pertimbangan bagi para penerima bantuan tentang pengelolaan pemanfaatan bantuan dalam program pengembangan staf, bantuan pada siswa, fasilitas pendidikan secara tepat, efektif dan efisien.
E. Premis
Untuk mengukur dampak pemanfaatan dana bantuan terhadap peningkatan mutu SLTP swasta maka dipandang perlu diajukan beberapa asumsi bahwa: (1) Manfaat langsung dari setiap pengeluaran biaya pendidikan akan berdampak
15
terhadap proses belajar mengajar yang digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan guru, pengadaan buku pelajaran dan bahan-bahan pengajaran; (2) Peningkatan mutu pendidikan mempakan fungsi dari sejumlah faktor input,
proses, dan konteks. Biaya pendidikan yang dipergunakan untuk menyediakan perangkat input akan memberikan dampak terhadap mutu melalui fungsi alokasi yang tepat, adil (equitable) dan pendayagunaan secara efisien (Bank
Dunia, 1995);
(3) Pendidikan diperhitungkan sebagai faktor penentu keberhasilan seseorang, baik secara sosial maupun ekonomis. Nilai pendidikan bempa aset moral adalah bentuk kemampuan, kecakapan, keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dipandang sebagai suatu investasi. Pandangan ini diarahkan atas premis human capital (sumber daya manusia sebagai unsur modal). Berdasarkan premis tersebut besarnya nilai biaya yang dipergunakan untuk pendidikan dipandang sebagai investasi yang ditanam dalam pendidikan perlu memperhitungkan nilai manfaat (benefit) atau keuntungan dimasa yang akan
datang. (Theodore W. Schultz: Cohn, 1979);
(4) Pemberian bantuan kepada sekolah swasta ditujukan untuk membantu
meningkatkan peran serta dan tanggungjawab masyarakat dalam ikut serta
menyelenggarakan pendidikan nasional, mendorong terwujudnya penyelenggaraan sekolah swasta secara mandiri, serta meningkatkan mutu
16
F. Kerangka Pikir Penelitian
Paradigma memiliki pengertian sebagai suatu model dalam teori ilmu pengetahuan dan kerangka pikir. Paradigma dalam penelitian merujuk pada kerangka berfikir yang didasarkan pada posisi masalah untuk mengarahkan
penelitian.
Kerangka pikir mempakan cara berpikir peneliti dalam memahami realitas objek yang akan diteliti. Aspek objek yang diteliti sangat ditentukan oleh konsep dasar pemikiran peneliti dalam memberikan kerangka pemikiran yang akan dimmuskan. Kerangka berpikir inilah yang akan menjadi pijakan bagi peneliti untuk menjelaskan aspek-aspek dari efektivitas pemanfaatan dana bantuan bank
pembangunan asia (ADB) dalam peningkatan mutu SLTP swasta.
Pemanfaatan Dana Bantuan ADB yang bergerak dibidang layanan
pendidikan dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan keefektifan bantuan yang ditugaskan pada kantor wilayah (Kanwil). Sebagai unit pelaksana teknis yang ditugaskan melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkaitan dengan layanan pendidikan maka strateginya kantor wilayah bemsaha mewujudkan peningkatan mutu pendidikan sekolah kedalam perencanaan, pelaksanaan serta pemberdayaan kegiatan secara efektif.
Rumusan strategi tersebut mempakan landasan utama dalam
17
memanfaatkan bantuan yang ada yang telah diterima oleh sekolah sekaligus meningkatkan kualitas individu dan sekolah menuju kepada kemandirian.
Manakala hal tersebut dilaksanakan secara berkelanjutan tentu saja akan memberikan kontribusi yang baik terhadap peningkatan mutu pendidikan SLTP
swasta.
Adapun berbagai komponen yang mempengaruhi proses pemanfaatan dana
bantuan dalam peningkatan mutu SLTP swasta adalah:
(1) Raw Input (Masukan Siswa)
Sebagian besar SLTP swasta memperoleh peserta didik dilihat dari apek akademik, peserta didik dibawah standar SLTP Negeri, implikasinya calon
yang tidak dapat diterima di SLTP Negeri sebagian besar ditampung oleh
SLTP swasta;
(2) Instrumental Input (Tenaga Kependidikan dan Sarana Prasarana)
Secara empiris sebagian besar (80%) sekolah swasta memanfaatkan sisa waktu para gum yang mengajar disekolah Negeri. Konsekuensinya pelaksanaan
proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh gum yang bersangkutan sudah
mengalami tingkat kelelahan tinggi, dan rasio relevansi yang kurang memadai. Sarana dan Prasarana belajar, khususnya yang berkaitan dengan kelengkapan a!at praktek laboratorium, perpustakaan dan media pendidikan sangat terbatas;(3) Proses
18
(4) Hasil
Hanya sebagian kecil lulusan SLTP swasta yang dapat memasuki SMUN berkualitas, sedangkan sebagian besar lagi ada kecenderungan memasuki SLTA swasta, atau tidak melanjutkan sama sekali ke pendidikan yang lebih
tinggi; (5) Lingkungan
Budaya dan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan SLTP Negeri masih dominan, dengan asumsi dari segi kualitas lebih baik, sumbangan pembiayaan pendidikan lebih murah, sehingga SLTP swasta belum menjadi
perhatian dan kepercayaan sebagian besar masyarakat.
Dari ke lima faktor yang dikemukakan, memberikan dampak terhadap percepatan peningkatan kualitas. Dimana perkembangan tersebut terjadi karena adanya perubahan yang berkaitan dengan faktor sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan informasi. Implikasi terhadap penyelenggaraan SLTP swasta adalah bagaimana mengoptimalkan layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan internal
dan ekstemal. Suatu harapan besar dari masyarakat terhadap pelayanan
pendidikan yang diberikan adalah memenuhi kepuasan dalam proses dan hasil
serta dirasakan manfaatnya oleh lingkungan sebagai konsumen, sebagai nilai sosial dan ekonomi. Dengan demikian sekolah yang mampu mengembangkan
kemandiriannya akan memperoleh kepercayaan besar dari masyarakat dimasa
yang akan datang.
Menyadari pentingnya melakukan analisis sistem dalam pemanfaatan dana
19
dapat dijadikan masukan untuk mengidentifikasi kondisi objektiftentang relevansi dan efisiensi layanan pendidikan. Implikasinya hasil dari evaluasi dan analisis sistem dalam layanan pendidikan melalui pemanfaatan dana bantuan akan berfungsi sebagai umpan balik bagi sekolah dan lembaga penyelanggara kepada arah pemmusan strategi pengembangan sumber daya manusia yang bermanfaat.
Paradigma penelitian dapat ditunjukan pada gambar 1 berikut ini:
I
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN DANA BANTUAN
BANK PEMBANGUNAN ASIA (ADB) DALAM PENINGKATAN MUTU SLTP SWASTA
ADB
KANWIL DAN PPIU
STRATEGI PEMANFAATAN
DANA
SLTP SWASTA
PROSES PEMANFAATAN
DANA
HASIL
PEMANFAATAN DANA
Feed Back
ALTERNATIF STRATEGI PEMANFAATAN DANA BANTUAN
DIMASA YANG AKAN DATANG
T
SWOT
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan fokus masalah dan tujuan yang telah dimmuskan, penelitian ini termasuk dalam pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan melakukan penelitian terhadap kenyataan, kenyataan yang tengah berlangsung yang merupakan masalah yang harus diatasi melalui suatu analisis yang bersifat mendalam. Penggunaan penelitian dengan metode deskriptif ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisa efektivitas pemanfaatan Dana Bank Pembangunan Asia (ADB) yang dilaksanakan oleh SLTP swasta, sehingga dapat meningkatkan mutu SLTP
swasta.
Ada beberapa alasan mengenai dilakukannya penelitian kualitatif menurut Hadi & Haryono (1998:56-57), yaitu: (1) menanggulangi banyaknya informasi yang hilang; (2) menanggulangi kecendemngan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis yang disusun sebelumnya berdasarkan berpikir deduktif seperti dalam penelitian kuantitatif; (3) menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang diungkapkan sesuai dengan masalah yang disusun sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan dan variabelnya dalam masalah sosial sangat kompleks; (4) menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif padahal inti sebenamya berada pada konsep-konsep yang timbul dari data.
Data-data yang dikumpulkan cenderung bersifat naratif dari}
angka dalam artian penelitian kualitatif tidak menolak data kuantitatif'
analisisnya berupa uraian-uraian yang sangat deskriptif. Penelitian ini lebih memfokuskan pada proses daripada hasil berdasarkan pada analisis data secara
induktif.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini meliputi kelompok subyek seperti: Kepala Sekolah, Yayasan, guru, teknisi, siswa, orangtua siswa yang dapat memberikan informasi yang akurat tentang mekanisme komponen-komponen terkait dalam pemanfaatan Dana Bank Pembangunan Asia (ADB). Selain itu juga informasi mengenai pemberdayaan peran dan fungsi unsur-unsur terkait termasuk satuan-satuan lembaga pendidikan dalam peningkatan mutu SLTP swasta, guru mata pelajaran inti, siswa, teknisi laboratorium, dan tenaga perpustakaan. Subjek lainnya didasarkan pada kebutuhan pada saat pengumpulan data dilapangan, kebutuhan yang dimaksudkan adalah ketika pengumpulan data dilakukan secara lebih mendalam dan hanya subjek penelitian tertentulah yang dapat memberikan datanya.
Sampel dalam penelitian ini tidak mempakan sampel acak, tetapi sampel bertujuan dengan ciri-ciri berikut: (1) Rancangan sampel yang muncul tidak dapat ditemukan atau ditarik teriebih dahulu; (2) Penentuan sampel secara berumtan; (3) Penyesuaian berkelanjutan dari sampel; dan (4) Pemilihan terakhir jika sudah terjadi pengulangan (Moleong: 1990).
61
memperoleh informasi yang memadai, dan dapat memperluas informasi yang
telah diperoleh teriebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau dapat diisi
adanya kesenjangan informasi yang ditemui. Dalam purposive sampling anggota
sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya, dan
diharapkan bergulir kepada responden lain yang sejenis dengan tujuan penelitian
(snowball sampling). Tujuan penggunaan purposive sampling adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian (Lincoln & Gubs,1985:202).
Penelitian ini dilaksanakan diwilayah Kabupaten Bandung dengan 3 Tipe sekolah yaitu Dati II untuk SLTP swasta FK Bina Muda Cicalengka, Pasundan 1 Banjaran, Pasundan 2 Cimahi selatan, untuk Desa Tertinggal (DT) SLTP swasta PGRI 1 Ciparay Baleendah, untuk Ponpes (PP) SLTP YPI Ciparay, dan Yamisa
Soreang. Pertimbangan Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan mudah dipantau dan berdekatan dengan penulis sehingga akan menghemat dari segi biaya dan
waktu.
C. Teknik Pengumpulan Data
62
Secara khusus dapat dinyatakan bahwa penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data bempa: Observasi: yaitu melakukan pengamatan tentang
pemanfaatan dana bantuan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang berkaitan
dengan aktivitas, proses dan hasil. Wawancara: yaitu melakukan tanya jawab
tatap muka atau mengkonfirmasikan kepada sampel penelitian dengan
berpedoman kepada materi wawancara yang telah disusun. Wawancara ini
bertujuan untuk menggali data dan informasi dari sampel penelitian sesuai dengan
permasalahan yang diajukan terdahulu.
Penyebaran angket: yaitu teknik yang dilakukan untuk menggali atau mengorek
informasi dari responden yang relevan dengan tujuan penelitian dengan
memperoleh data yang akurat. Dokumentasi: bertujuan untuk melengkapi data
yang bersumber bukan dari manusia yang dapat mencek kesesuaian data secara
triangulasi. Alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan pengumpulan data
antara lain pedoman observasi dan pedoman wawancara, pedoman studi
dokumentasi, dan buku catatan.
D. Tahap-Tahap Penelitian
Pada tahap persiapan peneliti menyusun disain penelitian yang kemudian
diajukan kepada pengelola seminar di PPS UPI Bandung. Kemudian pelaksanaan
seminar dilakukan pada bulan April 2002 dibawah arahan langsung Bapak Dr.H.
Djam'an Satori, MA, Prof.Dr. Nanang Fattah dan Dr. Danny Meirawan. Cukup
banyak masukan dari pelaksanaan seminar dalam rangka penyempumaan disain
63
menetapkan Prof.Dr.Nanang Fattah sebagai Pembimbing 1 dan Bapak Dr.Dedi
Supriadi sebagai pembimbing II. Berdasarkan ketetapan tersebut selanjutnya
peneliti mendapat bimbingan langsung dalam menyusun hingga selesai penulisan
tesis.
Proses perizinan dilakukan dengan cara peneliti mengajukan permohonan
kepada Direktur PPS untuk dibuatkan surat pengantar ke BAAK UPI Bandung
dalam rangka mengurus izin penelitian, kemudian pada tanggal 17 Mei 2002
permohonan ijin mengadakan studi lapangan/penelitian dikabulkan
Bertolak dari izin yang diberikan, peneliti akhimya mendatangi Dinas
Pendidikan Kota Cimahi pada tanggal 23 Juni 2002 maksudnya adalah tidak lam
untuk memperoleh surat izin mengadakan penelitian ke sekolah SLTP Pasundan 2
Cimahi selatan. Sedangkan pada tanggal 23 Juli 2002 peneliti mendatangi Dinas
Pendidikan Kabupaten Bandung dengan maksud sama untuk memperoleh surat
izin penelitian ke sekolah-sekolah SLTP swasta FK Bina Muda Cicalengka,
Pasundan 1 Banjaran, PGRI 1 Ciparay Baleendah, YPI Ciparay, dan Yamisa
Soreang. Setelah berhasil mendapatkan surat izin dari masing-masing Dinas
Pendidikan baik Kota maupun Kabupaten akhimya peneliti mempersiapkan diri
baik secara fisik maupun mental. Kesemuanya itu dilakukan agar pada tahap
berikutnya prosesnya dapat berjalan dengan lancar.
Pada tahap Pelaksanaan yaitu pada tanggal 27 Juli 2002 peneliti mulai
mengadakan wawancara dengan subjek yang akan dimintai keterangan. Disini
peneliti berusaha untuk menjalin hubungan baik secara informal maupun formal
64
adaptabilitas cukup memegang peranan penting dalam tahap ini. Kondisi seperti
tersebut terus dipertahankan penulis hingga proses pengumpulan data berjalan
dengan lancar.
Selama pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan analisis data yaitu
dengan cara mengungkapkan kembali data lama pada pokok permasalahan
(issues) yang pemah ditemukan proyek pada bulan Juni 1999 dan meminta
komentamya kepada subjek yang diwawancarai dalam rangka memperoleh
tingkat kepercayaan yang lebih terjamin, setelah itu bam mengkonfirmasikan
kebenaran catatan lapangan yang telah dianalisis kepada sumber datanya.
Akhir dari pelaksanaan adalah mendeskripsikan dan menganalisis data
lapangan dengan merujuk kepada kajian teoritis dan lapangan untuk menghasilkan
temuan-temuan penelitian.
Penyusunan laporan merupakan tahap terakhir dalam kegiatan penelitian
ini. Hasil-hasil kegiatan penelitian disusun secara sistemik dan sistematis dalam
bentuk karya ilmiah yang berbentuk tesis. Tesis yang telah disusun selanjutnya
dipertanggungjawabkan secara ilmiah pada fomm pengujian yang berlaku.
E. Analisis Data
Aktivitas yang dilakukan peneliti setelah dan lapangan yaitu dimulai
dengan proses penyusunan yaitu mencatat dan merangkum laporan dari lapangan,
mengklasifikasikan data sekaligus menemukan kecendemngan-kecenderungan
yang muncul sesuai dengan fokus penelitian, kemudian peneliti membandingkan
65
memperoleh makna dan temuan sebagai dasar untuk menyusun tesis, dan akhimya
penulis melakukan penarikan kesimpulan sebagai dasar untuk memberikan
rekomendasi penelitian. Atas dasar ini diharapkan dapat menemukan suatu temuan berdasarkan atas data lapangan. Upaya untuk mengembangkan temuan berdasarkan data lapangan inilah yang menjadi kekhasan dalam penelitiankualitatif.
Berpijak dari pemahaman tentang analisis data maka dalam penelitian ini
analisis datanya pada saat dan setelah dilapangan, karena apabila kesimpulan datadirasakan kurang kuat maka peneliti perlu kembali mengumpulkan data di
lapangan. Hal ini selain didasarkan pada fleksibilitas juga faktor kesinambungan
antara pengumpulan data, analisis data, menyusun tesis sampai pada suatukesimpulan.
F. Validitas Penelitian
Penelitian ini dituntut untuk memenuhi standar validitas, objektivitas dan reliabilitas (Nasution 1992: 122). Validitas penelitian ini mencakup validitas internal dan eksternal. Validitas internal menunjuk pada kesesuaian konsep
peneliti dengan konsep responden. Oleh karena itu peneliti berusaha mengatasi
kemungkinan terjadinya bias yang ada. Dalam memenuhi kredibilitas peneliti
melakukan hal-hal sebagaimana yang disarankan oleh Lexy J.Moleong (1994:17)yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan; (2) ketekunan pengamatan; (3) pengecekan
66
Maksud perpanjangan keikutsertaan peneliti memungkinkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan terpenuhi dan ketekunan pengamatan
ditujukan agar peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda. Pengecekan sejawat
dimaksudkan agar peneliti terbuka dan jujur dan kecukupan referensi ditujukan
sebagai bahan pembanding.
Validitas ekstemal menunjuk pada hingga manakah hasil penelitian dapat
diterapkan oleh orang lain atau pihak lain yang menerapkannya. Hal yang dapat
ditempuh peneliti adalah validitas internal, sedangkan validitas ekstemal peneliti
serahkan sepenuhnya kepada orang atau pihak lain yang menilainya.Reliabilitas berkaitan dengan pertanyaan apakah penelitian ini dapat
direplikasikan oleh peneliti lain dengan konsistensi yang tinggi. Penelitian ini sulit
mencapai reliabilitas yang dimaksudkan secara baik. Penyebabnya adalah faktor
status dan kedudukan peneliti, pilihan informal, kondisi dan situasi yang beda,
definisi konsep metode pengumpulan data dan analisis yang berpengaruh dalam
penelitian.
Obyektivitas menunjuk pada hasil penelitian yang dapat dibenarkan atau dikonfirmasikan oleh peneliti lain. Upaya peneliti untuk mencapai obyektivitas adalah tetap bersikap netral walaupun dalam pelaksanaannya penelitian ini sangat
67
G. Pembatasan Istilah
1. Efektivitas
Menurut Chung dan Maginson (1981) "efektivenes means different to different people", artinya dalam memaknai efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan masing-masing.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990:219) efektif berarti ada efek (akibat, pengamh, kesan). Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan. Berdasarkan dimensi waktu, efektivitas dapat diamati dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kriteria efektivitas jangka pendek adalah untuk menunjukkan hasil kegiatan dalam kurun waktu sekitar satu tahun, seperti kepuasan, efisiensi, dan produksi. Kriteria efektivitas jangka menengah dalam waktu lima tahun, adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan perusahaan. Sementara kriteria efektivitas jangka panjang adalah kemampuan untuk membuat perencanaan strategis bagi kegiatan masa depan.
didik, dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik s^a^flP|S£S2P£
gambaran dari prestasi akademik yang telah dicapainya dalam periockyje
tertentu disekolah; (3) Fungsi produksi secara ekonomis, fungsi ini melihat
produktivitas sekolah ditinjau dari segi keluaran ekonomis yang berkaitan dengan
pembiayaan layanan pendidikan disekolah. Hal ini mencakup "harga" layanan
yang diberikan (pengorbanan/cost) dan "perolehan" (earning) yang ditimbulkan
oleh layanan itu yang disebut "peningkatan nilai baik".
Lipham dan Hoeh (1987) melihat efektivitas berdasarkan: (1) hubungan
dengan pencapaian tujuan bersama bukan pencapaian tujuan pribadi; (2) ukuran
perilaku memadai dihubungkan dengan harapan-harapan yang hams dicapai
melalui peranan yang dimainkan.
Steer (1985) efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur
keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran keberhasilan pendidikan
tersebut ada dua istilah yaitu validasi dan evaluasi. Validasi dapat dilihat dari dua
sisi yaitu intern dan ekstem. Validasi intern merupakan serangkaian tes dan
penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah suatu program
pendidikan telah mencapai sasaran yang ditentukan. Validasi ekstemal mempakan
serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti
apakah sasaran perilaku dari suatu program pendidikan secara intern telah valid.
Engkoswara (1987) mengemukakan bahwa keberhasilan manajemen
pendidikan adalah produktivitas pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau
69
dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun, pendapatan tamatan
serta keluaran yang memadai.
Efektivitas Dana adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan
yang memungkinkan untuk membandingkan dan memberikan anjuran kebijakan
dengan mengkuantifikasi total biaya dan akibat. Berbeda dengan manfaat dana
yang mencoba mengukur semua faktor yang relevan dalam suatu satuan nilai yang
umum, efektivitas dana menggunakan dua satuan nilai yang berbeda. Dana diukur dalam bentuk uang sementara efektivitas diukur dalam satuan barang, pelayananatau beberapa satuan nilai akibat lainnya. Karena tidak adanya satu satuan nilai
yang umum, maka dalam efektivitas dana tidak dapat diukur nilai efektivitas
bersih atau manfaat bersih, karena tidak masuk akal untuk mengurangi jumlah
biaya dari jumlah barang atau pelayanan. Akan tetapi dimungkinkan untuk dibuat
rasio efektivitas dana dan dana efektivitas. Rasio ini secara keselumhan
mempunyai arti yang berbeda dengan rasio manfaat dana. Jika rasio efektivitas
dana dan dana efektivitas menginformasikan seberapa besar barang atau jasadihasilkan per dolar yang dikeluarkan atau berapa banyak dolar dikeluarkan per
unit produksi maka rasio manfaat dana menjelaskan berapa banyak manfaat
dibanding dana yang dikeluarkan dalam suatu kesempatan. Rasio manfaat danahams lebih besar dari satu agar terdapat manfaat bersih.
70
adalah bahwa rekomendasi yang dihasilkannya tidak mudah dihubungkan dengan agregat kesejahteraan sosial. Tidak seperti manfaat dana upaya untuk mengukur efektivitas dana adalah untuk suatu program, hukum atau kelompok sasaran tertentu dan tidak dapat digunakan untuk menghitung manfaat pendapatan bersih sebagai ukuran dari agregat kepuasan yang dialami oleh anggota masyarakat.
Tugas dalam melakukan efektivitas dana mirip dengan yang dibutuhkan dalam manfaat dana, dengan dua pengecualian yaitu hanya dana yang disusutkan dari nilai sekarang dan kriteria kecukupan berbeda dengan yang biasanya digunakan dalam manfaat dana. Dalam efektivitas dana dua kriteria kecukupan yang paling sering digunakan adalah:
(1) Kriteria dana terkecil. Program yang mempunyai efektivitas lebih kecil dari
tingkat yang ditetapkan dikeluarkan, sementara program yang mencapai tingkat efektivitas tertentu yang ditentukan dengan dana yang terkecil direkomendasikan;
(2) Kriteria efektivitas maksimum. Program-program yang mempunyai dana lebih besar dari batas tertinggi yang ditetapkan dikeluarkan, sementara program
yang sesuai dengan tingkat dana yang ditetapkan dengan efektivitas maksimal direkomendasikan;
(3) Efektivitas marginal. Efektivitas dana kontinus dapat ditetapkan untuk masing-masing jenis pelayanan yang disediakan. Penyedia jasa dengan rasio efektivitas dana yang tertinggi disetiap titik sepanjang fungsi diluar tingkat minimum dari efektivitas mempunyai efektivitas marginal lebih tinggi yaitu efektivitas tertinggi yang dapat dicapai pada dolar terakhir yang dibelanjakan
pada suatu batas antara dolar yang terakhir dengan dana dolar yang harus
dikeluarkan sesudah itu;
(4) Efektivitas dana. Rasio efektivitas dana berbeda dengan rasio manfaat dana yang digunakan. Rasio efektivitas dana dapat menghasilkan estimasi yang bias mengenai dana nyata dari suatu jasa atau barang walaupun pengabaian dana bukan berarti mempakan kelemahan yang melekat pada efektivitas dana.
(Dunn 1998:462)
Meningkatkan kualitas dan melakukan penghematan dana adalah sasaran yang saling sesuai, kualitas adalah dasar dimana dua yang lain yaitu dana dan
71
jangan berharap mampu membangun sistem penyerahan dan manajemen dana
yang efektif.
Gibson (1985: 85) mengemukakan ada beberapa Indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas yaitu: (1) produktivitas; (2)
efisiensi; (3) kepuasan; (4) daya suai; dan (5) pengembangan. Adapunpenjelasannya sebagai berikut:
(1) Produktivitas
Produktivitas dalam manajemen atau organisasi diartikan sebagai suatu kriteria efektivitas dalam kemampuan organisasi yang menghasilkan output baik
secara kualitas maupun kuantitas. (2) Efisiensi
Efisiensi dalam organisasi atau manajemen bisa diartikan sebagai
perbandingan antara suatu karya dengan hasil yang dicapai oleh karya itu.
Efisiensi sebagai ciri efektivitas mengukur ketepatan penggunaan sumber-sumber
organisasi yang melibatkan unsur modal alokasi biaya, waktu, tenaga, sumber
daya dalam upaya mencapai tujuan secara maksimal. Apabila dikaitkan dengan
pemanfaatan dana bantuan maka efisiensi dapat dilihat bagaimana tingkat
kesesuaian biaya, tenaga, alat dan waktu yang dipergunakan.
(3) Daya Suai
72
suatu kemampuan manajerial dalam merespon pembahan dalam lingkungan
organisasi itu sendiri bila dihubungkan dengan pemanfaatan dana bantuan maka
dimensi internal ciri tersebut adalah berhubungan dengan persoalan yang menyangkut sejauh mana sekolah bisa memanfaatkan dana bantuan dalam peningkatan mutu SLTP swasta. Selanjutnya pada dimensi ekstemal ciri daya suai berkaitan erat dengan persoalan sejauhmana daya respon hasil pemanfaatan.dari
sebuah dana bantuan terhadap sekolah. (4) Kepuasan
Suatu organisasi dalam berbagai aktifitasnya mempakan suatu sistem interaksi antar manusia. Sebagai sistem interaksi maka faktor-faktor yang berkaitan dengan nilai keuntungan, motif serta kepuasan menjadi sesuatu yang amat penting, maka apabila seseorang yang terlibat dalam suatu kegiatan senantiasa didorong oleh suatu motif maka biasanya akan mendorong seseorang kepada suatu tingkat kegairahan kerja yang secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerja seseorang. Dalam manajemen masalah
kepuasan sebagai ciri efektivitas sering diukur dari indikator tentang sampai
sejauhmana sikap partisipasi organisasi yaitu frekuensi presensi kerja, ketepatan kerja, semangat kerja dan ketenangan kerja.(5) Pengembangan
Pengembangan sebagai suatu ciri^ efektivitas adalah mengukur sampai
73
dapat dikaitkan dengan kemampuan mengelola dan memanfaatkan dana bantuan
itu sendiri.
2. Pemanfaatan Dana
Bertitik tolak dari konsep keuangan atau pembiayaan, pembiayaan mempakan salah satu kajian dalam administrasi pendidikan yang membicarakan mengenai bagaimana sumber-sumber dana diperoleh, bagaimana sumber-sumber dana dimanfaatkan setelah memperolehnya, serta mempertanggungjawabkannya dalam satuan pendidikan tertentu. Dalam penelitian ini manajemen pemanfaatan dana mencakup pada lingkup kegiatan yang luas, seperti: (1) perencanaan dana guna memaksimumkan selisih antara dana dan perolehan; (2) penghematan secara menyelumh; (3) rencana investasi oleh manajemen puncak.
Peluang untuk melakukan pemanfaatan dana dapat dinyatakan dengan
konsep yang terkandung dalam pemborosan. Cara terbaik untuk menambah
bermanfaatnya dana adalah dengan menghapuskan penggunaan berlebih dari
semua sumber daya. Guna menambah bermanfaatnya dana ke lima kegiatanberikut dapat dilakukan secara serempak dengan kegiatan meningkatkan kualitas
menjadi kegiatan yang terpenting, yaitu: (1) Meningkatkan Kualitas
74
lebih sedikit pekerjaan ulang mengulangi, waktu tempuh proses yang lebih singkat dan penurunanjumlah sumber daya yang digunakan. Peningkatan kualitas mempakan padanan kata dari tingkat hasil (yield) yang lebih baik. Kualitas proses mencakup kualitas kerja proses yang terjadi dibidang: pengembangan, produksi, dan penjualan produk maupun jasa layanan. Secara khusus bermakna cara produk atau jasa layanan dibuat dan diserahkan. Secara lebih spesifik mengacu pada pengelolaan atau manajemen sumber daya. Sumber daya yang dimaksud adalah manusia (kegiatan para karyawan), mesin, material, metode dan pengukuran.
(2) Meningkatkan Produktivitas
Produktivitas meningkat bila masukan (input) lebih sedikit dapat menghasilkan keluaran (output) yang sama atau output meningkat dengan input yang sama dan berkaitan dengan berbagai sumber daya langsung. Sedangkan
output adalah produk, jasa layanan atau tingkat hasil dan nilai tambah. Kurangi
jumlah tenaga kerja disuatu jalur produksi, lebih sedikit jumlah tenaga kerja
disuatu jalur adalah lebih baik. (3) Memperpendek Jalur Produksi
Dalam bidang manufaktur jalur produksi yang panjang membutuhkan lebih banyak orang lebih banyak barang dalam proses dan waktu tempuh produksi yang lebih lama. Lebih banyak orang berarti makin banyak kesalahan yang dapat dibuat yang berdampak pada masalah kualitas. Tingkat kualitas, persediaan, dan waktu tempuh produksi yang jauh lebih panjang menciptakan dana operasi yang
75
(4) Mempersingkat Waktu Tempuh
Waktu tempuh yang lebih pendek berarti pemanfaatan yang lebih baik dari sumber daya organisasi. Berarti fleksibilitas dalam memenuhi kehendak konsumen dan dana operasi lebih rendah. Waktu tempuh mempakan ukuran sejati dari kemampuan manajemen dan mengusahakannya menjadi makin singkat harus menjadi obsesi dari manajemen puncak. Cara untuk mempersingkat waktutempuh mencakup: memperbaiki dan mempercepat umpan balik bempa pesanan konsumen dan berkomunikasi secara lebih baik dengan para pemasok. Hal ini akan mengurangi tingkat persediaan bahan baku dan berbagai persediaan lainnya. Merampingkan dan meningkatkan fleksibilitas akan berdampak pada waktu tempuh produksi yang makin singkat. Bila semua orang dalam organisasi bekerja keras mencapai sasaran ini maka akan terhimpun banyak manfaat positif pada manajemen dana yang efektif.
(5) Penghematan secara menyeluruh
Penghematan secara menyeluruh mampu menciptakan prosedur yang singkat, fleksibel, efisien, bebas kesalahan dan bebas kemacetan. Dengan kata lain apabila organisasi dapat menemukenali masalah yang muncul ditempat kerja maka organisasi akan dapat mengidentifikasi kekurangan yang terjadi pada
manajemen tahap hulu.
76
penyerahan bersamaan dengan memenuhi tingkat kualitas dan target dana. Sesuai dengan aksioma utamakan kualitas. Kualitas adalah dasar dimana dana dan penyerahan dibangun. Sistem just in time (JIT) menekankan dua sasaran yaitu: biaya dan penyerahan namun hanya dapat diwujudkan bila sistem jaminan kualitas yang mantap sudah ada. Dengan menghapuskan semua jenis kegiatan tidak bernilai tambah, JIT membantu penghematan. JIT mempakan cara yang paling praktis dalam menghemat dana secara drastis bagi organisasi yang belum pernah mencoba sebelumnya. JIT juga menekankan waktu penyerahan. Pendekatan konvensional umumnya adalah menyerahkan produk yang berasal dari persediaan dimana konsumen menanggung dana tambahan. Semua upaya dalam JIT ditujukan untuk membuat dan menyerahkan produk secara tepat waktu
yaitu memproduksi hanya sebanyak yang dibutuhkan, pada saat dibutuhkan,
mengurangi dana yang berlebihan pada persediaan memungkinkan membangun
fleksibilitas kedalam sistem manajemen.
3. Peningkatan Mutu
77
bersifat unik. Ungkapan mutu yang mutlak juga erat kaitannya dengan ukuran: (1)
kebaikan (goodness); (2) keindahan (beauty); (3) kebenaran (truth); dan (4)
idealitas, seperti: high, quality, top quality, quality product. Dengan kata lain
dalam praktek kehidupan manusia umumnya cendemng untuk menerapkan makna
mutu itu secara relatif. Atas dasar mutu itu membutuhkan standar ukuran tertentu
sebagai patokan. Dengan mengacu kepada ukuran baku mutu (quality standard)
orang-orang bempaya menjangkaunya sesuai dengan kadar kemampuannya. Bagi
praktek penyelenggaraan sistem pendidikan, makna mutu yang bersifat relatiflah
yang cendemng bermuatan nilai pedagogis. Yang penting setiap orang berhak atas
mutu individualnya sesuai dengan kondisi objektifnya.
Untuk memungkinkan kemudahan pengenalan, pengamatan,
pengungkapan dan atau pengukuran serta pendeskripsian secara kuantitatif dan
atau kualitatif karakteristik/ciri utama mutu, maka seyogyanya dapat
diidentifikasikan
secara
jelas
indikator-indikatornya
dan
didefinisikan
deskriptornya secara operasional.
Menumt Abin dan Muhtaram (2000:13-18) secara garis besar indikator
mutu dibagi kedalam dua kategori yaitu:
(1) kelayakan mutu perangkat unsur-unsur (components) sistemnya;
(2) kelaikan mutu perangkat aspek kinerja (performance) sistemnya.
Pertama,
indikator dan deskriptor mutu perangkat komponen sistem,
menunjukkan; (a) kesesuaian dengan spesifikasi/rancang bangun yang telah
ditetapkan (conformance to specification); (b) kecocokan dengan maksud atau
pemntukkannya (fitness for purpose or use); (c) tanpa cacat atau kelemahan (zero
defects); (d) benar/tepat untuk pertama kalinya dan seterusnya (right first time,
every time); artinya untuk setiap komponen mempunyai indikator dan persyaratan
78
(a) stake holder; dapat dilihat siapa yang berkepentingan dengan pendidikan; (b) visi,misi,nilai,tujuan,fungsi,tugas pokok dan strategi, dapat dilihat format dan
kandungan rumusan/pernyataannya siapa yang membuatnya;
(c) persyaratan ambang dengan kelengkapan peraturan dan normatifnya, dapat dilihat keadaan dan kelengkapannya;
(d) masukan (dasar, instrumental dan lingkungan) dapat dilihat dari segi keadaan dan kelengkapannya, seperti bagaimana pendayagunaan dan pemberdayaannya serta pengamh dan kontribusi dan daya dukungnya
terhadap keselumhan kehidupan dan kinerja sistemnya;
(e) proses operasional, unsur ini mencakup proses teknis operasional pendidikan (sebagai pelayanan pokok) dan manajerial administratif yang memungkinkan
terselenggara dan berlangsungnya operasi pendidikan;
(f) keluaran, dapat dicermati berapa banyak peserta didik yang lulus tepat pada waktunya, yang lebih cepat (jika sistem mengijinkan dan yang terlambat
untuk setiap angkatan (cohort);
(g) dampak (outcome), dapat dilihat secara umum berapa banyak yang dapat diterima melanjutkan studi pada SLTP (negeri/swasta) atau kejar paket B atau
tidak melanjutkan setiap angkatan.
Kedua, Indikator dan deskriptor mutu perangkat aspek kinerja sistem, menunjukkan: (a) tingkat kelaikan nisbah atau hubungan (korelasional, regresional, proporsional, kontribusi relatif, detemiinasi secara positif atau negatif) antara komponen pendidikan yang satu dengan lainnya; (b) hasil-hasil analisis perhitungan kuantitatif (rasio, korelasi, proporsi) dan atau analisis kualitatif dari relasi (nisbah) antar komponen sistem dipandang sebagai indikator
kelaikan kinerja sistem, seperti berikut:
(a) aspiratif, dapat dideteksi melalui analisis rasional hubungan komponen stake
holder dengan gugus komponen visi, misi, dan tujuan;
(b) regulasi normatif, dapat dilihat melalui analisis rasional hubungan antara gugus komponen visi,misi dan tujuan dengan komponen persyaratan
ambangnya;
(c) akuntabilitas pendidikan, dapat dideteksi melalui analisis rasional dan tingkat keterkaitan antara komponen persyaratan ambang dengan komponen masukan
(input), proses, keluaran (output);
(d) efisiensi pendidikan, dapat dicermati dan dideteksi melalui analisis rasional dan tingkat keterkaitan pendayagunaan perangkat komponen masukan (dasar,instrumental,lingkungan) dalam komponen proses operasional
79
(e) produktivitas pendidikan, dapat dideteksi melalui proses analisis statistik, yaitu mendeteksi seberapa banyak daya hasil suatu satuan program yang dioperasionalkan melalui suatu proses dalam suatu periode atau kurun waktu tertentu untuk mewujudkan produk (hasil) seperti yang telah ditetapkan dalam persyaratan ambangnya;
(f) relevansi pendidikan, dapat dicermati dan dideteksi melalui analisis rasional
dan analisis statistik atas keterkaitan komponen produk (output) dengandampak (outcomes) dalam jangka waktu yang relatif panjang (pasca siklus
pendidikan);(g) pendidikan apresiatif; dapat dicermati dan dideteksi keterkaitan antara
komponen dampak (outcomes) dengan komponen stake holder, melalui
analisis rasional dan statistik berdasarkan studi telusuran lulusan (tracer studies).
Dengan memperhatikan kedua gugus indikator diatas maka mutu dapat
diproyeksikan, diprogramkan, dikembangkan, dilakukan pengawasan dan
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dimmuskan pada bagian ini didasarkan pada
temuan-temuan data penelitian, yang pembahasannya disesuaikan dengan poin-poin
pertanyaan penelitian. Berangkat dari temuan penelitian yang disajikan dalam Bab
IV maka dimmuskan kesimpulan-kesimpulan penelitian sebagai berikut:
(1) Secara kuantitatif efektivitas pemanfaatan dana Bank Pembangunan Asia
(ADB) dalam bentuk perencanaan yang disusun proyek yang dipemntukkan bagi
SLTP swasta, sebagian besar telah mencapai sasaran dengan efektivitas dan
efisiensi mempakan tujuan dari perencanaan program yang harus dijalani denganproses mendayagunakan semua sumber daya yang ada sesuai dengan porsi yang
telah ditetapkan. Akan tetapi dalam implementasinya selaras dengan tujuan dan perencanaan program tersebut nampaknya terjadi penyesuaian manajemen antara harapan yang diinginkan dengan tuntutan kebutuhan sekolah serta tuntutan kebutuhan proyek dihadapkan dan berkaitan dengan waktu, sasaran dan hasil yang diharapkan sesuai dengan kemampuan pengelola serta dana yang ada. Temuan lapangan analisis masih bersifat kuantifikasi pemenuhan kebutuhan yang hanya difokuskan pada aspek pemanfaatannya saja sedangkan tindak lanjutnya belum menunjukkan adanya upaya kearah yang berkesinambungan. Kondisi tersebut apabila ditinjau dari aspek sasaran pemanfaatan dinilai masih belum optimal danmemuaskan.
141
(2) Secara kualitatif pelaksanaan pemanfaatan dana bank Pembangunan Asia
(ADB) selama ini masih bersifat parsial dan belum mengarah kepada pencapaian
tujuan pemanfaatan bantuan yang efektif, hal ini dibuktikan dengan beberapa
temuan penelitian: (a) pemanfaatan bantuan sesuai fungsinya belum banyak
dirasakan karena penggunaan pemanfaatannya belum optimal, (b) aspek
pemanfaatan jangka panjang bisa dikatakan belum mencapai sasaran secara
sistematis karena pendukung peningkatan mutu pendidikan sering dilupakan para
analisis atau peneliti yang selalu mendukung dari sisi aktivitas jangka pendek.
(3) Faktor pendukung dalam Implementasi pemanfaatan dana bantuan masih
banyak yang harus ditingkatkan yaitu dengan cara (1) meningkatkan sumber daya
manusia; (2) menyiapkan staf yang berkualitas; (3) meningkatkan tugas-tugas manajerial secara efektif; (4) meningkatkan sistem pengambilan dan pembuatan keputusan secara efektif; (5) berorientasi pada pemecahan masalah. Untuk dapat melaksanakan kegiatan tersebut tentunya diperlukan akan adanya sebuah pelatihan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Moekijat (1985: 20) mengemukakan bahwa tujuan diadakannya pelatihan adalah (a) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat danefektif; (b) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional; (c) untuk mengembangkan sikap, sehingga
142
keterampilan dan pengetahuan aplikasi yang disesuaikan dengan standar kinerja
institusi tertentu. Sedangkan dilihat dari sisi peserta, maka manajemen program
pelatihan dalam batas-batas tertentu harus mengadopsi
prinsip-prinsip
pembelajaran orang dewasa, seperti: pemilihan para pelatih, pemilihan peserta
pelatihan, metode pelatihan yang digunakan, perbedaan individu-individu, serta
motivasi.
(4) Faktor penghambat dalam Implementasi pemanfaatan dana bantuan masih
banyak yang hams ditingkatkan yaitu dengan cara: merubah kebijakan atasan.
Karena secara konseptual membah kebijakan atasan sangat diperlukan dalam
implementasi kebijakan pemberian dana, dimana didalamnya terdapat inovasi
dalam sistem dan mekanisme kerja berdasarkan azas pemerataan.
(5) Faktor peluang dalam Implementasi pemanfaatan dana bantuan masih banyak
yang tidak mendapatkan pengawasan dengan baik, pengawasan yang dimaksud
adalah diarahkan untuk mengendalikan kualitas dengan kriteria harapan (operasional dari visi dan misi) sebagai produk dari hasil fungsi perencanaan, yaitu dengan cara: (1) meningkatkan kualitas dan kemampuan pengawas; (2) meningkatkan kerjasama antara sekolah dengan pengawas.143
perencanaan dan kinerja proses pemanfaatan dana bantuan dalam pendidikan yang
berjalan disekolah, dengan cara: (1) mendorong masyarakat sekolah untuk
memperbaiki etos kerja; dan (2) meninjau kembali pelaksanaan kegiatan proyek.
(7) Rumusan strategi dalam pemanfaatan dana bantuan bank pembangunan asia
(ADB) dalam peningkatan mutu SLTP swasta dalam: (1) Pelatihan dan
Pengembangan; (2) Pembinaan; (3) Pengawasan; dan (4) Pemerataan. Dari
masing-masing mmusan strateginya belum mencapai hasil yang optimal.
B. Implikasi
Ada beberapa implikasi yang dapat dimmuskan sehubungan adanya
kesimpulan yang diperoleh yaitu:
(1) Keberhasilan dari pemanfaatan dana bantuan salah satunya perlu didasarkan
pada perencanaan program yang matang dan sistematis. Apabila hal tersebut
tidak dilaksanakan maka dampak atau kontribusi dari pemanfaatan tersebut
kurang berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan;
(2) Keberhasilan dari pemanfaatan dana bantuan salah satunya perlu didasarkan
pada efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Implikasinya bahwa untuk
memmuskan suatu proses pelaksanaan program yang efektif dan efisien perludiadakan pengkajian secara mendalam mengenai analisis masiikan dan
analisis proses;
(3) Ditemukannya faktor pendukung dalam pemanfaatan dana bantuan akan memberikan informasi yangfaktual dengan tujuan untuk memperbaiki sistem