• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diktat Asuhan Keperawatan Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diktat Asuhan Keperawatan Keluarga"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PRAKTIS

ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA

(Bagi mahasiswa Keperawatan

&

Praktisi Perawat Perkesmas)

Ns. Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, SpKom

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat RahmatNyalah kami dapat menyelesaikan buku Aplikasi praktis asuhan keperawatan keluarga. Buku ini mencakup beberapa teori/ model yang melandasi asuhan keperawatan keluarga, yang dapat digunakan oleh mahasiswa dan petugas perkesmas di Puskesmas beserta contoh kasus yang sangat mudah diaplikasikan secara operasional. Bagi pengelola institusi pendidikan, buku ini dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kompetensi mahasiswa terkait asuhan keperawatan keluarga yang meliputi penilaian pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan psikomotor.

Saat ini, kondisi yang ada di Indonesia, program basic six Puskesmas hanya meliputi promosi kesehatan, KIA/KB, gizi, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular dan pelayanan kesehatan dasar. Sedangkan program perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan upaya kesehatan pengembangan yang terintegrasi kedalam upaya kesehatan wajib Puskesmas. Kondisi inilah yang akan menjawab seberapa besar masalah kesehatan keluarga melalui program perawatan kesehatan keluarga yang ada di Puskesmas dapat terdeteksi sedini mungkin dengan mengunggulkan upaya promosi kesehatan dan upaya preventif, tidak hanya kuratif dan rehabilitatif. Kurangnya pemahaman petugas kesehatan terhadap pentingnya asuhan keperawatan keluarga, melalui keluarga binaan wilayah Puskesmas dengan melakukan kunjungan rutin ke keluarga, membantu mengatasi masalah keluarga, memberdayakan peran keluarga, juga mempunyai andil besar terhadap bagaimana status kesehatan di keluarga. Untuk itulah penulis

(2)

berinisiatif memberikan gambaran konsep dan tehnik asuhan keperawatan keluarga secara lebih operasional.

Dengan adanya buku ini, kiranya semua pihak yang tertarik atau berminat dalam keperawatan kesehatan keluarga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya, sehingga program perkesmas terutama kunjungan keluarga binaan sudah tidak lagi menjadi program titipan. Hal ini tidak akan terjadi, bila perawat perkesmas bersungguh-sungguh dan secara rutin melakukan kunjungan rumah di keluarga binaannya.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan berupa saran dan petunjuk dalam penerbitan buku ini, terutama Ibu Wayan Mulati dan Ibu Dra. IGA Mandriwati, MKes yang banyak memberikan inspirasi dengan semangat dan motivasi beliau untuk maju. Juga ucapan terima kasih kepada orang tua tersayang (Alm S.Sjamsoel Achjar dan Sringati Oetami), suami tercinta (Agus Pujosiswono, SSi) dan kedua anak kami tercinta (Della Firsty Apskania dan Ganda Yudha Pamungkas), sehingga buku ini dapat terselesaikan. Kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Terima kasih.

Denpasar, Agustus 2009 Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I : KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA: A. Pengertian Keluarga

B. Tipe keluarga C. Fungsi keluarga

D. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga E. Level pencegahan keperawatan keluarga F. Tugas keluarga

G. Tingkat kemandirian keluarga

BAB II: ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Pengkajian

1. Penjajagan tahap I 2. Penjajagan Tahap II 3. Analisis data

4. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga 5. Prioritas masalah B. Perencanaan 1. Penetapan tujuan 2. Rencana tindakan C. Implementasi D. Evaluasi

BAB III : KOMPETENSI PERAWAT KOMUNITAS DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Level/ tingkatan praktik keperawatan keluarga

B. Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga C. Pemberdayaan keluarga (Empowering)

D. Pendidikan kesehatan keluarga (Health Education) E. Terapi modalitas dan terapi komplementer

BAB IV:METODE DAN MEDIA (ALAT PERAGA) PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA

A. Metode pendidikan kesehatan keluarga 1. Pengertian

2. Tujuan Pemilihan Metode Pendidikan Kesehatan 3. Macam Metode Pendidikan Kesehatan

(4)

b. Diskusi kelompok c. Ceramah d. Demonstrasi e. Studi kasus f. Panel g. Simposium h. Role play i. Pemutaran film j. Siaran terprogram k. Interview/ Tanya jawab B. Media (alat peraga) pendidikan kesehatan

1. Leaflet 2. Poster 3. Papan tulis 4. Flipchart 5. Buletin 6. Flash card

7. Buku cerita bergambar 8. Chart

9. Diorama

10. Flannel Graph

BAB V: KOMPETENSI KRITIS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Pengetahuan / knowledge

B. Sikap/ attitude C. Psikomotor

BAB VI: APLIKASI PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. Pengkajian

B. Perencanaan

C. Pelaksanaan & Evaluasi

BAB VII: APLIKASI PRAKTIS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAGI PRAKTISI PERAWAT PERKESMAS.

A. Pengkajian

B. Perencanaan, Pelaksanaan & Evaluasi DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Kriteria tingkat kemandirian keluarga Tabel 2.1 : Analisis data keperawatan

Tabel 2.2 : Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga

Tabel 2.3 : Rencana keperawatan keluarga Bpk A

Tabel 2.4 : Contoh catatan perkembangan keperawatan keluarga Bpk A Tabel 5.1 : Format penilaian kompetensi pengetahuan

Tabel 5.2 : Format penilaian kompetensi sikap Tabel 5.3 : Format penilaian kompetensi ketrampilan Tabel 7.1 :Analisis masalah keperawatan keluarga Bpk RS

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 : Model Family Centre Nursing Friedman Gambar 3.1 : Peran perawat Puskesmas minimal dan ideal Gambar 4.1 : Macam alat peraga berdasar tingkat intensitasnya

Gambar 7.1 : Upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan di Puskesmas Gambar 7.2 : Pengorganisasian Perkesmas di Puskesmas

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Web of caution keluarga Bpk RS dengan masalah kesehatan reproduksi remaja

Lampiran 2 : Laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan keluarga Bpk RS

(7)

BAB I

KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

A. PENGERTIAN KELUARGA

Pengertian Keperawatan Kesehatan Keluarga (Family Health Nursing) dapat dinyatakan berdasar berbagai sumber sebagai berikut:

1. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998)

2. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan peran sosial keluarga (Burgess dkk, 1963).

3. Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus, saling pengertian dan saling menyayangi (Murray & Zentner, 1997).

4. Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang saling tergantung satu sama lainnya untuk emosi, fisik dan dukungan ekonomi (Hanson, 1996).

5. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan perkawinan, darah atau adopsi dan hidup dalam satu rumah yang saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Baylon dan Maglaya, 1978).

6. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes R.I, 1988).

6. Keluarga menurut Stuart (1991), meliputi 5 sifat yaitu: a. Keluarga merupakan unit suatu sistem.

b. Setiap anggota keluarga dapat atau tidak dapat

saling berhubungan atau dapat dan tidak selalu tinggal dalam satu atap. c. Keluarga dapat mempunyai anak ataupun tidak mempunyai anak. d. Terdapat komitment dan saling melengkapi antar anggota keluarga.

e. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap perlindungan, kebutuhan hidup dan sosialisasi antar anggota keluarga.

Keluarga merupakan subsistem komunitas sebagai sistem sosial yang bersifat unik dan dinamis. Oleh karena itu perawat komunitas perlu memberikan intervensi pada keluarga untuk membantu keluarga dalam mencapai derajat kesehatan yang diinginkan, dengan mengambil langkah peningkatan pemberdayaan peran keluarga. Allender & Spradley, (1997) memberikan alasan mengapa keluarga menjadi penting, karena keluarga sebagai

(8)

sistem, membutuhkan pelayanan kesehatan seperti halnya individu agar dapat melakukan tugas sesuai perkembangannya. Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga, begitu juga sebaliknya dan tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan sistem diatasnya. Keluarga sebagai suatu sistem, dimana sistem keluarga merupakan bagian dari suprasistem yang lebih besar dan disusun dari beberapa subsistem, perubahan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi semua anggota keluarga. Mempelajari keluarga secara utuh lebih mudah daripada mempelajari masing-masing anggotanya

Keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan karena keluarga merupakan sumber kritikal untuk pemberian pelayanan keperawatan, intervensi yang dilakukan pada keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan kebutuhan individu. Disfungsi apapun yang terjadi pada keluarga akan berdampak pada satu atau lebih anggota keluarga atau keseluruhan keluarga, bila ada satu orang yang sakit akan berpengaruh pada keluarga secara keseluruhan. Adanya hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan setiap anggota keluarga, sangat memerlukan peran keluarga pada saat menghadapi masalah yang terjadi pada keluarga. Juga keluarga merupakan sistem pendukung yang vital untuk individu, merupakan support sistem utama individu dengan mengkaji setiap sumber yang tersedia.

Karakteristik keluarga yang sehat, bila anggota keluarganya berinteraksi satu dengan yang lainnya, anggota keluarga terlibat dalam peran masing-masing secara fleksibel, anggota keluarga selalu termotivasi untuk berkomunikasi dengan keluarga lainnya dan juga dengan masyarakat sekitar serta setiap anggota keluarga menguasai salah satu tugas keluarga seperti pengambilan keputusan atau upaya pencarian informasi.

B. TIPE KELUARGA

Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber, dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional seperti:

1. Menurut Maclin (1988), pembagian tipe keluarga: a. Keluarga tradisional

1). Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama

2). Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu kelurga hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau ditinggalkan.

3). Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

4). Bujang dewasa yang tinggal sendirian.

5). Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.

6). Jaringan keluarg besar : terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.

(9)

1). Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).

2). Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.

3). Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

4). Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama.

2. Menurut Allender & Spradley (2001), membagi tipe keluarga berdasarkan: a. Keluarga tradisional

1). Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak angkat

2). Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.

3). Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

4). Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.

5). Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja.

6). Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.

b. Keluarga non tradisional

1). Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. 2). Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.

3). Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga.

3. Menurut Carter & Mc Goldrick (1988) dalam Setiawati & Dermawan (2005), membagi tipe keluarga berdasar:

a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

b. Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

c. Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.

(10)

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998) ; Setiawati & Dermawan (2005) yaitu:

1. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.

2. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi biologis

Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.

6. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

7. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

D. TAHAPAN DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga menurut

(11)

Duvall & Miller (1985) ; Carter & Mc Goldrick (1988), mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti:

1. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru

Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua. 2. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.

3. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nila dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak. 4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.

5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

6. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anaggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.

7. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan ,pensiun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para

(12)

orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.

8. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

E. LEVEL PENCEGAHAN PERAWATAN KELUARGA

Pelayanan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi yaitu:

1.Pencegahan primer (primary prevention), merupakan tahap pencegahan yang dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa pencegahan spesifik (specific

protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti pemberian pendidikan

kesehatan, kebersihan diri, penggunaan sanitasi lingkungan yang bersih, olah raga, imunisasi, perubahan gaya hidup. Perawat keluarga harus membantu keluarga untuk memikul tanggung jawab kesehatan mereka sendiri, keluarga tetap mempunyai peran penting dalam membantu anggota keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. 2. Pencegahan sekunder (secondary prevention), yaitu tahap pencegahan kedua yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah berlangsung, dengan melakukan deteksi dini (early diagnosis) dan melakukan tindakan penyembuhan (promp treatment) seperti screening kesehatan, deteksi dini adanya gangguan kesehatan.

3. Pencegahan tersier (tertiary prevention), merupakan pencegahan yang dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai, selain mencegah komplikasi juga meminimalkan keterbatasan (disability limitation) dan memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti melakukan rujukan kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi yang bermasalah, memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah kematian. Rehabilitasi meliputi upaya pemulihan terhadap penyakit atau luka hingga pada tingkat fungsi yang optimal secara fisik, mental, sosial dan emosional.

F. TUGAS KELUARGA

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi / penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data maladaptif pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah:

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

(13)

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada daam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.

4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga. 5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh kelurga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

G. TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA

Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan mengetahui criteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes (2006) sebagai berikut:

1. Tingkat kemandirian I ( keluarga mandiri tingkat I / KM -I) a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan

Masyarakat

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan.

2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/ KM-II) a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.

d. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.

3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/ KM-III) a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.

(14)

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif. f. Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran

4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/ KM-IV) a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan. c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.

d. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.

f. Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran g. Melakukan tindakan promotif secara aktif

Kriteria tingkat kemandirian keluarga, diuraikan seperti tabel 1.1 Tabel 1.1

Kriteria tingkat kemandirian keluarga

No Kriteria Tingkat kemandirian

keluarga

I II III IV

1 Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat

V V V V

2 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan.

V V V V

3 Tahu dan dapat mengungkapkan

masalah kesehatan secara benar V V V

4 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

V V V

5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan secara aktif. V V V

6 Melaksanakan tindakan

pencegahan sesuai anjuran

V V

7 Melakukan tindakan promotif

(15)

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. TEORI MODEL FAMILY CENTRE NURSING FRIEDMAN

Model ini menjelaskan bahwa keluarga sebagai suatu system sosial yang merupakan kelompok terkecil dari masyarakat. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan karena perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu yang didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama. Model family centre nursing Friedman, seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1

Model Family Centre Nursing Friedman

Pengkajian keluarga: Pengkajian individu sebagai -Identifikasi data sosiokultural anggota keluarga:

-Data lingkungan -Mental

-Struktur keluarga -Fisik

-Fungsi keluarga -Emosi -Strategi koping dan stress -Sosial

keluarga -Spiritual

Identifikasi keluarga, subsistem keluarga dan masalah kesehatan individu

(16)

(diagnosis keperawatan)

Rencana tindakan: -Setting tujuan

-Identifikasi sumber daya -Alternatif pendekatan -Memilih alternatif tindakan -Prioritas masalah

Intervensi

Implementasi dari rencana tindakan

Evaluasi perawatan

Data yang terkumpul dilakukan analisis menggunakan diagram masalah untuk menyusun diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan 5 tugas perawatan keluarga seperti potensial, risiko dan aktual. Tahap awal perencanaan adalah penyusunan tujuan baik tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang ditujukan untuk mengatasi masalah sedangkan tujuan jangka pendek ditujukan untuk mengatasi etiologi/ penyebab masalah. Rencana intervensi dirancang berdasarkan tujuan khusus dengan menggunakan media informasi kesehatan seperti leaflet, buku panduan, booklet, lembar balik untuk merubah pengatahuan, sikap dan tindakan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dialami keluarga. Implementasi keperawatan dilakukan untuk membantu memandirikan keluarga, sedangkan evaluasi menggambarkan keberhasilan dalam proses keperawatan keluarga dan dapat digunakan untuk perencanaan kegiatan berikutnya.

A. PENGKAJIAN (ASSESSMENT)

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre

Nursing Friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu:

I. Data Umum

a. Identitas kepala keluarga

1. Nama kepala Keluarga (KK) :

2. Umur (KK) :

4. Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) : 5. Pendidikan kepala Keluarga (KK) : 6. Alamat dan nomor telpon : b. Komposisi anggota keluarga :

(17)

Na ma U mur Se x Hub dengan KK Pendi dikan Pe ker ja an Ketera ngan c. Genogram :

Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan gambar dengan simbul berbeda (Friedman, 1998) seperti :

Laki-laki : Perempuan :

Meninggal dunia : X

Tinggal serumah : ---Pasien yang diidentifikasi : Kawin Cerai Anak adopsi Anak kembar Aborsi/keguguran d. Tipe keluarga e. Suku bangsa :

1. Asal suku bangsa keluarga 2. Bahasa yang dipakai keluarga

3. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi kesehatan.

f. Agama :

1. Agama yang dianut keluarga

2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan g. Status sosial ekonomi keluarga:

(18)

2. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan 3. Tabungan khusus kesehatan

4. Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi)

h. Aktifitas rekreasi keluarga

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c. Riwayat keluarga inti:

1. Riwayat terbentuknya keluarga inti

2. Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau penyakit menular di keluarga)

d. Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) : 1. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga

2. Riwayat kebiasaan/ gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan

III. Lingkungan

a. Karakteristik rumah :

1. Ukuran rumah (luas rumah) 2. Kondisi dalam dan luar rumah 3. Kebersihan rumah

4. Ventilasi rumah

5. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) 6. Air bersih

7. Pengelolaan sampah 8. Kepemilikan rumah 9. Kamar mandi/ wc 8. Denah rumah

b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal : 1. Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja 2. Aturan dan kesepakatan penduduk setempat 3. Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan c. Mobilitas geografis keluarga:

1. Apakah keluarga sering pindah rumah

2. Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan stress) d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

1. Perkumpulan/ organisasi sosial yang diikuti oleh anggota keluarga

(19)

2. Digambarkan dalam ecomap e. Sistem pendukung keluarga

Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah

IV. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga:

1. Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga

2. Cara keluarga memecahkan masalah b. Struktur kekuatan keluarga :

1. Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah

2. Power yang digunakan keluarga c. Struktur peran (formal dan informal) :

1. Peran seluruh anggota keluarga d. Nilai dan norma keluarga

V. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif :

1. Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang.

2. Perasaan saling memiliki

3. Dukungan terhadap anggota keluarga 4. Saling menghargai, kehangatan b. Fungsi sosialisasi :

1. Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar

2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga c. Fungsi perawatan kesehatan :

1. Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota

keluarga (bukan hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi/ promosi).

2. Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan penjajagan tahap II (berdasar 5 tugas keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan).

VI. Stress dan koping keluarga

a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga. b. Respon keluarga terhadap stress

c. Strategi koping yang digunakan d. Strategi adaptasi yang disfungsional :

(20)

VII. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga

c. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut THT, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genitalia.

d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

VII. Harapan keluarga

1. Terhadap masalah kesehatan keluarga 2. Terhadap petugas kesehatan yang ada ANALISIS DATA

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan perumusan diagnosis keperawatan. Analisis data dibuat dalam bentuk matriks seperti tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Analisis data keperawatan

NO DATA Diagnosis keperawatan

1 Data subjektif:

- Keluarga mengatakan anak L mengalami nyeri haid yang berlangsung 1-2 hari.

- Keluarga mengatakan tidak diobati apapun tetapi terkadang diberikan feminax 1 butir sehari bila terasa nyeri. - Anak L mengatakan bila haid,

badan terasa malas

beraktivitas, perut mulas, pegal, merasa lelah dan inginnya marah-marah.

- Anak L mengatakan kadang mendapatkan haid 2 kali sebulan.

- Keluarga mengatakan tidak tahu penyebab, akibat, cara perawatan nyeri haid.

Data objektif:

- Anak L Tampak malas

- Nyeri bila ditekan pada abdomen

Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bapak A khususnya Anak L berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri haid.

(21)

1. Diagnosis sehat / wellness

Diagnosis sehat/ wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga potensial, hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S (symptom/ sign), tanpa komponen etiologi (E).

Contoh perumusan diagnosis sehat/ wellness:

Potensial peningkatan kemampuan keluarga Bapak A dalam meningkatkan kesehatan reproduksi pada ibu N.

2. Diagnosis ancaman (risiko)

Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan symptom/ sign (S).

Contoh diagnosis risiko:

Risiko cedera pada keluarga Bapak A khususnya ibu N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

3. Diagnosis nyata/ gangguan.

Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatan di keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata/ gangguan, terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan symptom/ sign (S).

Contoh diagnosis nyata/ aktual:

Gangguan cerebral pada keluarga Bapak A khususnya ibu N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu:

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi : a. Persepsi terhadap keparahan penyakit

b. Pengertian c. Tanda dan gejala d. Faktor penyebab

e. Persepsi keluarga terhadap masalah

(22)

a. Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.

b. Masalah dirasakan keluarga

c. Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami.

d. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan e. Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan f. Informasi yang salah

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, meliputi: a. Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.

b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

c. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga. d. Sikap keluarga terhadap yang sakit

4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi: a. Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan b. Pentingnya higyene sanitas

c. Upaya pencegahan penyakit

5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga, meliputi: a. Keberadaan fasilitas kesehatan

b. Keuntungan yang didapat

c. Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

d. Pengalaman keluarga yang kurang baik e. Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga seperti tabel 2.2.

Tabel 2.2

Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga

(23)

Sifat masalah: 1 Aktual = 3 Risiko = 2 Potensial = 1 Kemungkinan masalah untuk dipecahkan 2 Mudah = 2 Sebagian = 1 Tidak dapat = 0 Potensi masalah untuk

dicegah

1 Tinggi = 3

Cukup = 2 Rendah = 1 Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2

Tidak segera diatasi = 1

Tidak dirasakan adanya masalah = 0

B. PERENCANAAN (PLANNING)

Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan keluarga adalah melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk meperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & Mc Farlane, 2000)

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi problem/ masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S= spesifik, M = measurable / dapat diukur, A=achievable / dapat dicapai, R=reality, T=time limited/ punya limit waktu).

Contoh pembuatan rencana keperawatan keluarga seperti tabel 2.3. Tabel 2.3

Rencana keperawatan keluarga Bapak A DIAG NOSIS KEPE RAWA TAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI STANDAR EVALUASI RENCANA INTERVEN SI

(24)

Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga Bapak A khusus nya Anak L berhubungan dengan ketidakmam puan keluar ga merawat anggota keluarga yang menga lami nyeri haid. Tujuan umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 minggu, diharapkan nyeri haid berkurang. Tujuan Khusus: Setelah pertemuan 6x45 menit, keluarga mampu: 1. Mengenal masalah nyeri haid dengan: a. Menjelaskan apa yang dimaksud nyeri haid b.Menjelaskan tanda/gejala haid Respon verbal Respon verbal Haid adalah peristiwa meluruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengan dung pembuluh darah. Menyebutkan 5 dari 8 tanda/gejala yang terjadi sebelum haid: malas beraktivitas, lemas, mudah lelah, emosi labil, kram perut, nyeri kepala, pingsan, sakit pada payudara. Diskusikan dengan keluarga pengertian haid. Anjur kan keluarga untuk mengung kap kembali pengertian haid. Diskusikan tanda dan gejala yang biasanya terjadi pada anak L Anjurkan keluarga untuk menyebut kan kembali tanda

(25)

c. Menjelaskan penyebab nyeri haid. Respon verbal Menyebutkan 3 dari 4 penyebab nyeri haid: hormon, posisi rahim, penyakit infeksi rahim, faktor psikis seperti stress sebelum haid. Beri pujian atas jawaban yang benar. Diskusikan bersama keluarga penyebab nyeri haid. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali penyebab nyeri haid. Jelaskan kembali tentang hal-hal yang telah didiskusikan . 2. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah nyeri haid : a.Menjelaskan akibat yang terjadi bila nyeri haid tidak diatasi. b.Mengambil keputusan untuk mencegah nyeri haid agar tidak bertambah parah. Respon verbal Respon verbal Menyebutkan akibat bila nyeri haid tidak diatasi seperti syok, TD/N/RR meningkat. Keputusan keluarga untuk mengatasi nyeri haid agar tidak bertambah berat. Identifikasi akibat nyeri haid yang lalu. Motivasi keluarga untuk mengungkap kan kembali akibat nyeri haid bila tidak diatasi. Diskusikan dengan keluarga tentang rentangan nyeri yang dialami remaja untuk mengambul keputusan selanjutnya.

(26)

Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi nyeri haid. Motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi nyeri haid secara tepat. Beri reinforce ment atas keputusan yang diambil keluarga. 3. Merawat keluarga dengan nyeri : a. Menjelaskan cara perawatan nyeri haid. b.Mendemons trasikan cara perawatan nyeri haid. Respon verbal. Respon psikomotor Cara perawatan nyeri haid: 1. Kompres dengan air hangat.

2.Mandi air hangat 3.Minum hangat 4.Kurangi makanan bergaram 5.Posisi menungging 6.Menggosok pinggang/perut yang sakit. 7.Kurangi makanan yang mengandung cafein/ coklat. 8.Minum air putih, juice buah-buahan, teh chamomile. 9.Jika banyak mengeluarkan darah, makan suplemen zat besi Keluarga

mendemonstasikan kembali cara perawatan nyeri haid seperti yoga, imagery guidance, Gali pengetahuan keluarga dalam mengatasi nyeri haid. Diskusikan dengan keluarga cara perawatan nyeri haid. Motivasi keluarga untuk mengung kapkan kembali apa yang telah disampaikan . Demonstarsi kan cara perawatan nyeri haid seperti yoga,

(27)

tehnik nafas dalam, relaksasi, obat tradisional. Keluarga dapat menilai keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan self control yang disediakan dengan mengobservasi adanya penurunan denyut nadi, penurunan skala nyeri dan lamanya nyeri terjadi. imagery guidance, nafas dalam, relaksasi, obat tradisional. Motivasi keluarga untuk redemonstra si. Beri pujian positif atas upaya keluarga dalam menilai keberhasilan terapi modalitas yang dilaku kan. 4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam perawa tan nyeri haid:

Respon verbal Menciptakan suasana rumah yang tenang, kembangkan

komunikasi yang terbuka, menyedia kan waktu dan menjadi pendengar yang baik bagi remaja. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan dan komunikasi yang efektif untuk mengurangi nyeri haid. Beri kesem patan keluar ga untuk bertanya tentang hal yeng belum jelas. 5. Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan bila nyeri haid berlanjut: a.Menyebutka n manfaat fasilitas kesehatan. Respon verbal Menjelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri bila haid berlanjut. Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan. Anjurkan keluarga

(28)

b.

Memanfaatkan fasilitas pelaya nan kesehatan

Respon psikomotor Kunjungan

keluarga ke

fasilitas kesehatan bila haid lebih dari satu kali sebulan.

untuk periksa ke pelayanan kesehatan bila haid lebih dari 1 kali sebulan dengan jumlah banyak dan rasa nyeri hebat. Tanyakan perasaan keluarga setelah mengunjung i fasilitas kesehatan. C. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi.

D. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai (Patton, 1986 dalam Helvie, 1998). Program evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana program dan pengambil kebijakan tentang efektifitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan ketrampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga.

Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk keluarga setempat sesuai dengan kondisi dan situasi keluarga, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah keluarga. Evaluasi ditujukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan keluarga dan program apa yang dibutuhkan keluarga, apakah media yang digunakan tepat, ada tidaknya program perencanaan yang dapat diimplementasikan, apakah program dapat menjangkau keluarga, siapa yang menjadi target sasaran program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Evaluasi juga bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dalam perkembangan program dan penyelesaiannya.

(29)

Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah hasil program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program, sumber daya dan waktu pelaksanaan program yang telah dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas program yang disusun sudah memenuhi kebutuhan keluarga, dengan membandingkan perbedaan program terkait keefektifannya.

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan. Evaluasi proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perubahan perilaku.

Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga, didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, analysis, planning) seperti tabel 2.4.

Tabel 2.4

Contoh catatan perkembangan keperawatan Keluarga Bapak A

Tanggal No Dx Implementasi Evaluasi Paraf

17/8/2009 1.1 Dengan menggunakan leaflet, mendiskusikan bersama keluarga tentang: pengertian haid, gejala sebelum haid, penyebab nyeri haid. Menanyakan pada keluarga tentang hal-hal yang belum dimengerti menyangkut pengertian, gejala, penyebab nyeri haid. Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali pengertian, gejala, penyebab nyeri haid. Memberi pujian atas jawaban yang benar dari keluarga.

SUBJEKTIF:

-Keluarga mengatakan nyeri haid yang terjadi pada anak L termasuk nyeri ringan dengan skala 2, terjadi 1-2 hari menjelang haid.

-Keluarga mengatakan haid merupakan proses meluruhnya/ pelepasan sel telur yang tidak dibuahi, yang terkadang dapat menimbulkan sakit perut pada wanita.

-Keluarga mengatakan gejala yang biasanya terjadi sebelum haid seperti adanya perasaan malas beraktivitas, lemas, emosi labil, nyeri kepala, keram perut, pingsan. -Keluarga mengatakan nyeri haid pada remaja dapat disebabkan karena hormon, pengaruh posisi rahim, penyakit infeksi rahim, faktor psikis seperti stress.

OBJEKTIF:

(30)

setiap penjelasan dengan baik.

ANALYSIS:

Tujuan instruksional khusus (TUK 1) tercapai sesuai rencana.

PLANNING:

Evaluasi kembali TUK 1 tentang pengertian, gejala, penyebab nyeri haid pada pertemuan kunjungan berikut.

Lanjutkan ke TUK 2 tentang bagaimana mengidentifikasi nyeri haid untuk pengambilan keputusan yang akan diambil keluarga.

BAB III

KOMPETENSI PERAWAT KOMUNITAS DALAM ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA

Keperawatan keluarga sepenuhnya tidak hanya menjadi tanggung jawab perawat keluarga, namun tanggung jawab perlu pula diberikan kepada keluarga dengan mempertimbangkan kapasitas, kompetensi dan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga (Feeley & Gottlieb, 2000). Tingkatan praktik keperawatan keluarga tergantung dari perawat mengartikan keluarga dan pemahamannya dan tergantung bagaimana perawat memandang keluarga tersebut. Penekanan praktik keperawatan keluarga dengan menggabungkan holistik, sistemik berdasarkan kekuatan yang ada pada keluarga. Keluarga dapat menjadi fokus perawatan, perawat keluarga harus bisa bekerja secara simultan antara individu dan keluarga.

A. LEVEL/ TINGKATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA

Terdapat beberapa level / tingkatan keperawatan keluarga menurut Bozzet, 1987 dalam Friedman, (1998) yaitu:

1. Level 1

Individu merupakan fokus intervensi dan keluarga sebagai background. Keluarga dipandang sebagai konteks bagi klien yang merupakan latar belakang atau fokus sekunder,

(31)

sedangkan individu merupakan bagian terdepan atau fokus primer yang berkaitan dengan pengkajian dan intervensi keperawatan. Dalam hal ini perawat keluarga, dapat menganggap keluarga sebagai bagian sistem pendukung sosial klien tetapi hanya dengan sedikit keterlibatan keluarga ke dalam rencana perawatan klien.

2. Level 2

Keluarga sebagai penjumlahan dari anggota-anggotanya (keluarga sebagai kumpulan dari anggota keluarga). Dalam praktik keperawatan keluarga, keluarga dipandang sebagai kumpulan dari anggota keluarga, sehingga asuhan keperawatan bisa digunakan untuk seluruh anggota keluarga tersebut. Asuhan keperawatan diberikan bukan hanya pada satu individu, tetapi bisa lebih individu.

3. Level 3

Subsistem dalam keluarga bisa dilihat dari hubungan antara anggota-anggota keluarga. Subsistem keluarga merupakan pusat perhatian sebagai penerima pengkajian dan intervensi keperawatan keluarga. Sebagai contoh, hubungan antara anak dengan anak, akan beda dengan hubungan antara ayah dengan anak atau ibu dengan anak.

4. Level 4

Seluruh anggota keluarga merupakan fokus intervensi. Keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian dan perawatan keluarga. Keluarga menjadi yang utama dengan anggota keluarga sebagai latar belakang atau konteks. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi, adanya saling ketergantungan antara subsistem keluarga dengan keseluruhan keluarga dan lingkungan sekitar.

Karakteristik dari optimalisasi fungsi keluarga, dapat dilihat dari bagaimana keluarga menghargai perasaan orang lain, mendorong otonomi dari anggota-anggotanya, mengharapkan anggota-anggotanya bertanggung jawab terhadap kebutuhannya sendiri, bersikap terbuka dan spontan dalam mengekspresikan perasaan, kepercayaan dan perbedaan yang ada.

B. PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pengertian peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran juga diartikan sebagai bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu atau peran merupakan cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik yang diakui oleh pemerintah dan diberi kewenangan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab secara profesional sesuai kode etik keperawatan.

Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga meliputi peran sebagai pendidik (educator), peneliti (researcher), konselor (counselor), manajer kasus (case manager), kolaborator (collaborator), penghubung (liaison), pembela (advocate) (Helvie, 1998; Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Berikut dijelaskan masing-masing peran tersebut.

(32)

1. Pendidik (educator)

Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga sebagai pendidik (educator), diharapkan perawat komunitas harus mampu memberikan informasi kesehatan yang dibutuhkan keluarga melalui pendidikan kesehatan, pemberian pendidikan kesehatan dapat dilakukan di rumah pada saat kunjungan rumah (home

visit) atau pada institusi formal dan pilihan sesuai dengan tingkatan kemampuan

masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2000). Fokus dan isi pendidikan kesehatan kepada keluarga meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dampak dari penyakit (Friedman, Bowden & Jones, 2003).

2. Peneliti (researcher)

Peran sebagai peneliti ditunjukkan oleh perawat komunitas dengan berbagai aktivitas penelitian yang berfokus pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Perawat dapat mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, analisis data, intepretasi data, mengaplikasi penemuan, mengevaluasi, desain dan menerapkan hasil temuan dalam pengembangan dan perbaikan praktik keperawatan komunitas. Perawat komunitas mengaplikasikan hasil riset dalam praktik keperawatan keluarga, mengumpulkan data, merancang dan mendesiminasikan hasil riset.

3. Konselor (counselor)

Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan keluarga, mendengar keluhan keluarga secara objektif, memberikan umpan balik dan informasi serta membantu keluarga melalui proses pemecahan masalah dan mengidentifikasi sumber yang dimiliki keluarga (ICN, 2002). Perawat memberikan bantuan secara profesional dengan metode yang disesuaikan kebutuhan dan masalah yang dihadapi keluarga, sehingga keluarga memahami dan menggunakan pengertiannya atas tujuan yang ditetapkan bersama secara wajar, dan akhirnya keluarga dapat menjadi lebih produktif. Perawat membantu mengidentifikasi alternatif solusi, membuat keluarga menyadari proses pemecahan masalah yang dihadapinya.

4. Manajer kasus (case manager)

Perawat komunitas dapat mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan kesehatan keluarga, merancang rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mengawasi dan mengevaluasi dampak terhadap pelayanan yang diberikan. Perawat perlu menunjukkan kemampuan dalam mengidentifikasi sumber daya dan sumber dana keluarga, memotivasi dan melakukan koordinasi dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan keluarga.

5. Kolaborator (collaborator)

Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan antara perawat dengan keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan keluarga secara komprehensif. Perawat komunitas dapat berpartisipasi bekerjasama membuat keputusan kebijakan, berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan, berpartisipasi bekerjasama melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah keluarga. Perawat harus mampu melakukan komunikasi secara lebih efektif. Kolaborasi yang efektif dapat dilihat dari komunikasi dengan keluarga, kelompok dan tim serta pemecahan masalah yang dilakukan (Clark, 1999).

(33)

6. Penghubung (liaison)

Perawat sebagai peran penghubung (liaison) membantu mempertahankan kontinuitas diantara petugas profesional dan non profesional. Perawat komunitas diharapkan merujuk permasalahan klien kepada sarana pelayanan kesehatan serta sumber yang ada di masyarakat seperti Puskesmas, RS, tokoh agama, tokoh masyarakat (Alender & Spradley, 2001).

7. Pembela (advocate)

Peran sebagai advocate ditunjukkan oleh perawat yang tanggap terhadap kebutuhan komunitas dan mampu mengkomunikasikan kebutuhan tersebut kepada pemberi pelayanan secara tepat. Perawat komunitas juga mampu menggunakan sumber-sumber atau dukungan yang tersedia di masyarakat serta membantu komunitas mengambil keputusan guna mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Advokasi ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan bagi decision maker atau pengambil kebijakan.

8. Pemberi perawatan langsung

Perawat komunitas memberikan asuhan keperawatan pada keluarga secara langsung dengan menggunakan prinsip tiga tingkatan/ level pencegahan (pencegahan primer (primary prevention), pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary prevention).

9. Role model, dengan menampilkan perilaku yg dapat dipelajari oleh orang lain, menjadi panutan bagi keluarga, memberikan contoh yang benar bagi keluarga

10. Referral resourse, dengan membuat rujukan dan follow up rujukan ke pelayanan kesehatan lain atau ke tenaga kesehatan lain yang diperlukan keluarga.

11. Pembaharu (inovator), dengan cara membantu melaksanakan perubahan kearah yang lebih baik untuk perbaikan dan kepentingan kesehatan keluarga.

Gambaran peran perawat Puskesmas minimal dan ideal, seperti gambar 3.1 Gambar 3.1

(34)

Ditwat 25

PERAN PERAWAT PUSKESMAS

(MINIMAL VS IDEAL)

KLIEN

PENDIDIK KESEHATAN

PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN

PENEMU KASUS KOORDINATOR/PENGHUBUNG

KONSELOR ROLE MODEL

PEMODIFIKASI LINGKUNGAN

KONSULTAN

PEMBAHARU (CHANGE AGENT)

MANAJER KASUS ADVOKAT

PENELITI

Keterangan:

= peran dan fungsi perawat minimal = peran dan fungsi perawat ideal

C. PEMBERDAYAAN KELUARGA (EMPOWERING)

Pemberdayaan merupakan proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada keluarga. Pemberdayaan merupakan upaya memobilisasi keluarga agar mampu berperan dalam pengambilan keputusan dan tindakan strategis, juga merupakan upaya fasilitasi agar keluarga mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan pemecahan masalah dengan memanfaatkan potensi keluarga sesuai kebutuhannya (Hitchock, Schubert dan Thomas,1999)

Pemberdayaan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi keluarga menuju kualitas kehidupan yang lebih baik serta meningkatkan potensi keluarga dalam bidang kesehatan, membantu keluarga agar mampu membantu dirinya sendiri, mandiri, berswadaya dan mampu mengadopsi inovasi. Fokus peningkatan kesadaran keluarga melalui kegiatan promosi kesehatan, membutuhkan partisipasi aktif dan hubungan kerjasama. Pemberdayaan dilakukan untuk membantu keluarga dalam kegiatan promosi kesehatan, preventif, pemulihan kesehatan sehingga berfungsi secara optimal.

Perawat komunitas perlu mengetahui karakteristik keluarga setempat yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik, dengan cara mengumpulkan pengetahuan yang menyangkut informasi keluarga seperti nilai, norma dan sikap, pengambilan keputusan keluarga, kepemimpinan dan sebagainya. Selain itu perlu melakukan pendekatan agar keluarga sadar bahwa mereka punya masalah yang harus dipecahkan dan kebutuhan yang harus dipenuhi, dengan cara merangsang keluarga untuk mendiskusikan masalahnya dan merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan. Membantu mengidentifikasi masalah yang paling menekan, membangun rasa percaya diri keluarga, mengorganisir kekuatan dan sumber yang dapat dimanfaatkan keluarga, meningkatkan kemampuan keluarga untuk mandiri.

(35)

Keberhasilan pemberdayaan keluarga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk kelompok yang diajak bekerjasama, situasi sosial politik yang mendukung dan pengalaman keluarga. Adanya hubungan saling percaya, saling menghormati, ketertarikan anggota terhadap manfaat dan kemampuan mengambil langkah kompromi dari keluarga. Ketersediaan sumber daya manusia yang trampil, adanya ketersediaan sumber dana, memiliki tujuan yang jelas dengan peran masing-masing anggota serta adanya keterlibatan pengambil kebijakan.

Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pemberdayaan keluarga antara lain menumbuhkembangkan potensi yang ada di keluarga seoptimal mungkin untuk mengatasi masalah keluarga dan meningkatkan status kesehatan keluarga, berprinsip meningkatkan kontribusi keluarga baik secara fisik maupun non fisik, mengembangkan kegiatan keluarga melalui fasilitas dan memotivasi dengan memperkuat sumber daya keluarga sehingga nantinya agar terjadi alih peran antara petugas kesehatan kepada keluarga, memanfaatkan potensi yang dimiliki keluarga.

D. PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA (HEALTH EDUCATION)

Pendidikan kesehatan merupakan upaya terencana untuk perubahan perilaku masyarakat sesuai dengan norma-norma kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang terjadi, seharusnya didasarkan pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran yang dihasilkan akibat pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan strategi penting dalam asuhan keperawatan komunitas, karena pendidikan kesehatan merupakan upaya transformasi pengetahuan tertentu dari perawat kepada masyarakat. Pendidikan kesehatan diberikan agar masyarakat menjadi tahu, mau dan mampu dalam menyelesaikan masalah.

Pendidikan kesehatan ini dilakukan dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pendidikan kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya dan mampu mengubah dan mengatasi lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial maupun budaya (Notoatmodjo, 2005).

Pendidikan kesehatan (health education), merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi kesehatan (health promotion) yang dapat dilakukan kepada keluarga. Promosi kesehatan merupakan pendidikan kesehatan plus atau promosi kesehatan adalah lebih dari kegiatan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Promosi kesehatan salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan kesehatan, selain itu dapat juga dilakukan dengan menggunakan media kesehatan keluarga seperti menggunakan spanduk, VCD, penyebaran leaflet dan sebagainya. Promosi kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan, baik perubahan yang terjadi di keluarga juga perubahan yang terjadi di lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, budaya). Promosi

(36)

kesehatan tidak hanya ditujukan untuk peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan fisik dan lingkungan non fisik dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan keluarga.

Pendidikan kesehatan diperlukan pada lima tingkat pencegahan yaitu pada health

promotion, dalam upaya peningkatan gizi, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),

hygiene dan perbaikan sanitasi lingkungan. Specific protection (pencegahan spesifik), dalam program imunisasi. Early diagnosis and prompt treatment, ditujukan pada keluarga yang sulit mendeteksi penyakit yg terjadi di keluarga. Disability limitation, ditujukan pada keluarga yg tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yg lengkap terhadap penyakitnya. Rehabilitation, diperlukan pendidikan kesehatan pada pemulihan cacat dengan latihan atau ditujukan pada masyarakat untuk kembali diterima sebagai anggota keluarga dan masyarakat setelah sembuh dari penyakit.

E. TERAPI MODALITAS & TERAPI KOMPLEMENTER

Terapi modalitas merupakan terapi yang dilakukan perawat secara mandiri sebagai alternatif pengobatan yang dapat dilakukan klien dan keluarga dalam hal pengobatan dan sudah dibuktikan secara riset dampaknya terhadap kesehatan klien. Sedangkan terapi komplementer merupakan terapi alternatif yang dipakai oleh tenaga praktisi lainnya dalam pengobatan sebagai terapi pelengkap tindakan perawat. Perawat dapat memberikan alternatif pengobatan nyeri haid yang dapat dilakukan di rumah tanpa harus meminum obat dengan penggunaan terapi modalitas (modality therapies) seperti thermal therapy (kompres hangat), relaksasi progresif, imagery guidance. Penggunaan terapi modalitas biasanya dilengkapi dengan penggunaan terapi komplementer (complementary therapies) / terapi pelengkap seperti senam haid, yoga, meditasi. Penggunaan terapi modalitas dan terapi komplementer merupakan cara sehat bagi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan reproduksinya, karena penggunaan obat-obatan yang secara bebas dibeli di warung tanpa resep, akan berdampak negatif terhadap kesehatan tubuh remaja. Penggunaan terapi modalitas dan komplementer di rumah, dapat meningkatkan kemampuan keluarga secara mandiri dengan mengenal perawatan organ reproduksi secara sehat.

BAB IV

METODE DAN MEDIA (ALAT PERAGA) PENDIDIKAN

KESEHATAN KELUARGA

(37)

1. Pengertian

Implementasi kegiatan asuhan keperawatan komunitas ditujukan untuk melakukan perubahan masyarakat baik perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku kesehatan. Setiap perubahan di masyarakat, memerlukan peran perawat komunitas dengan melihat tujuan apa yang ingin dicapai pada setiap kegiatan keperawatan komunitas yang dilakukan. Apakah program yang dilakukan mengharapkan adanya perubahan pengetahuan, sikap atau tindakan. Salah satu bentuk program kegiatan yang dilakukan perawat komunitas adalah melakukan pendidikan kesehatan (health education).

Pendidikan kesehatan (health education), merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan dalam rangka promosi kesehatan (health promotion). Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat agar mereka memperoleh pengetahuan kesehatan sehingga nantinya berpengaruh terhadap sikap dan perubahan perilaku kesehatannya. Perubahan yang terjadi di masyarakat, dapat dipengaruhi oleh peran perawat komunitas dalam menyampaikan pesan kesehatan, sasaran penerima pesan kesehatan yang dalam hal ini adalah masyarakat, juga dipengaruhi oleh bagaimana pesan tersebut sampai di masyarakat dengan memperhatikan aspek waktu, kesesuaian metode dan media/ alat peraga yang digunakan, ketersediaan sarana dan fasilitas yang ada di masyarakat, tujuan penyampaian pendidikan kesehatan, besarnya kelompok masyarakat yang akan diberikan pesan kesehatan dan kemampuan masyarakat dalam menerima pesan kesehatan tersebut.

Metode merupakan cara untuk melaksanakan pendidikan kesehatan kepada sasaran, sedangkan tehnik adalah segala upaya tertentu agar cara yang dilaksanakan dapat terwujud secara baik dan sempurna. Pemilihan metode pendidikan kesehatan, disesuaikan dengan tujuan pendidikan, kemampuan sasaran, kemampuan pemberi pendidikan kesehatan, besarnya kelompok masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat serta waktu penyampaian pendidikan kesehatan.

2. Tujuan pemilihan metode pendidikan kesehatan

Pemilihan metode pendidikan kesehatan tergantung daripada tujuan yang akan dicapai yaitu terjadinya perubahan perilaku (apakah program mengharapkan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan). Berikut ini beberapa metode pendidikan kesehatan untuk merubah masing-masing unsur perilaku yang diharapkan seperti:

1. Perubahan pengetahuan/ knowledge, dapat menggunakan metode ceramah, seminar, studi kasus, curah pendapat, panel, symposium.

2. Perubahan sikap/ attitude, dapat menggunakan metode diskusi kelompok, tanya jawab, roleplay, pemutaran film, sisran terprogram.

3. Perubahan tindakan/ practice, dapat menggunakan metode demonstrasi, bengkel kerja, latihan mandiri, eksperimen

3. Macam metode pendidikan kesehatan

Pada sasaran individu dan keluarga, perawat komunitas dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi. Sedangkan pada sasaran kelompok dan masyarakat,

Referensi

Dokumen terkait

Intervensi keperawatan yang disusun oleh penulis untuk mengatasi masalah pada keluarga Tn.S adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi yang meliputi

Tujuan: Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan Bronkitis kronis yang meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.. Hasil:

Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan

c) Pilar III: hubungan professionalHubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada

Intervensi keperawatan keluarga yang di lakukan adalah yang pertama kaji dan catat keluhan nyeri, dengan rasional untuk menentukan intervensi dan mengetahui efek

Hasil studi menunjukkkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada keluarga remaja yang merokok dengan masalah perilaku kesehatan cenderung berisiko yang dilakukan tindakan keperawatan

Bagi pelayanan keperawatan diharapkan mampu memotifasi keluarga dalam melaksanakan teknik bernyanyi dan permainan kartu bergambar, mengajarkan untuk cuci tangan, dan pendidikan

KESIMPULAN Asuhan keperawatan keluarga pada tahap perkembangan keluarga lanjut usia hipertensi dengan masalah pemeliharaan kesehatan tidak efektif, tindakan yang dilakukan adalah