• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN DOSEN YUNIOR DI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTHAN SYARIF QASIM PEKANBARU RIAU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN DOSEN YUNIOR DI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTHAN SYARIF QASIM PEKANBARU RIAU."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI MANAJEMEN PENGEMRANGAN DOSEN YUNIOR Dl INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SULTHAN SYARIF QASIM

PEKANBARU RIAU

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

RISNAWATI 989631

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

ABSTRAK

STRATEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN DOSEN YUNIOR Dl

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTHAN SYARIF QASIM

PEKANBARU RIAU

Oleh:

Risnawati:

Penelitian ini dilatarbelakangi keadaan dosen junior yang kurang menggembirakan terutama bila dihubungkan dengan kehaaisan memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Keadaan tersebut ditandai oleh beberapa karakteristik yakni masih sedikitnya jumlah dosen yang memiliki kewenangan mengajar mandiri, banyaknya jumlah dosen yang berada pada jenjang jabatan fungsional strata bawah, tingkat pendidikan dosen yang relatif rendah. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan dosen yunior diberi tanggung jawab penuh dalam mengajar dan mata kuliah yang bukan ahlinya. Sebagai upaya memahami inti permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian di IAIN SUSQA

Pekanbaru dengan judul: Strategi Manajemen Pengembangan Dosen Yunior di

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Syarif Qasim Pekanbaru, sebagai

studi kasus.

Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam fokus penelitian ini mencakup: visi, misi, tujuan dan strategi yang digunakan oleh pimpinan IAIN SUSQA dalam mengembangkan dosen yunior, upaya pelaksanaan peningkatan kualitas dosen yunior; kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan dosen yunior dan upaya pemecahannya, kecenderungan

kemampuan dosen yunior IArN SUSQA setelah memperoleh pengembangan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yang pada prinsipnya bersifat kualitatif, dengan menggunakan

teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi

serta dilengkapi dengan format isian yang harus diisi oleh dosen yunior dalam rangka memperoleh data tentang frekuensi dan bentuk/jenis pengembangan

yang pernah diikuti. Data tersebut, diolah dan dianalisis setelah data tersebut

terkumpul, oleh karena itu data tersebut bersifat tentatif.

Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka strategi manajemen pengembangan dosen yunior IAIN SUSQA, masih memerlukan penanganan

secara profesional. Selalu mengacu pada konsep manajemen strategik. sehingga program-program yang dikembangkan dapat terlaksana sesuai rencana Kemudian ditiap fakultas juga membuat program pengembangan khusus yang

(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul "STRATEGI

MANAJEMEN PENGEMBANGAN DOSEN YUNIOR DI INSTITUSI AGAMA ISLAM NEGERI SULTHAN SYARIF QASIM PEKANBARU RIAU" ini beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung, fjo^tjnnitt- 4.ooo

Yang membuat pernyataan.

Penulis

(5)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II

PEMBIMBING I

PROF. DR. H. TB. A DDIN MAKMUN, M.A.

PEMBIMBING n

(6)

ABSTRAK

STRATEGI MANAJEMEN PENGEMBANGAN DOSEN YUNIOR Dl

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTHAN SYARIF QASIM

PEKANBARU RIAU

Oleh:

Risnawati:

Penelitian ini dilatarbelakangi keadaan dosen junior yang kurang menggembirakan terutama bila dihubungkan dengan kehaaisan memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Keadaan tersebut ditandai oleh beberapa karakteristik yakni masih sedikitnya jumlah dosen yang memiliki kewenangan mengajar mandiri, banyaknya jumlah dosen yang berada pada jenjang jabatan fungsional strata bawah, tingkat pendidikan dosen yang relatif rendah. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan dosen yunior diberi tanggung jawab penuh dalam mengajar dan mata kuliah yang bukan ahlinya. Sebagai upaya memahami inti permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian di IAIN SUSQA

Pekanbaru dengan judul: Strategi Manajemen Pengembangan Dosen Yunior di

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Syarif Qasim Pekanbaru, sebagai

studi kasus.

Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam fokus penelitian ini mencakup: visi, misi, tujuan dan strategi yang digunakan oleh pimpinan IAIN SUSQA dalam mengembangkan dosen yunior, upaya pelaksanaan peningkatan kualitas dosen yunior; kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan dosen yunior dan upaya pemecahannya, kecenderungan

kemampuan dosen yunior IArN SUSQA setelah memperoleh pengembangan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yang pada prinsipnya bersifat kualitatif, dengan menggunakan

teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi

serta dilengkapi dengan format isian yang harus diisi oleh dosen yunior dalam rangka memperoleh data tentang frekuensi dan bentuk/jenis pengembangan

yang pernah diikuti. Data tersebut, diolah dan dianalisis setelah data tersebut

terkumpul, oleh karena itu data tersebut bersifat tentatif.

Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka strategi manajemen pengembangan dosen yunior IAIN SUSQA, masih memerlukan penanganan

secara profesional. Selalu mengacu pada konsep manajemen strategik. sehingga program-program yang dikembangkan dapat terlaksana sesuai rencana Kemudian ditiap fakultas juga membuat program pengembangan khusus yang

(7)

DAFTARISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTARISI ix

DAFTARTABEL xii

DAFTARGAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 8

C. Rumusan Masalah 12

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 13

1. Tujuan Penelitian 13

2. Manfaat Penelitian 13

E. Paradigma Penelitian 14

F. Sistematika Penulisan 17

BAB II LANDASAN PUSTAKA 19

A. Landasan yang Berkenaan dengan teoritik 19

1. Konsep Administrasi Pendidikan 19

2. Tugas-tugas Pokok Dosen 25

3. Hubungan Dosen Senior dengan Dosen Yunior 39

4. iStretagi Manajemen Pengembangan Dosen 45

a. Definisi Pengembangan Dosen 45

b. Tujuan Pengembangan Dosen 48

c. Konsep Pengembangan Dosen 52

d. Proses Pengembangan Dosen 59

e. Strategi Manajemen Pengembangan Dosen Yunior 70 B. Landasan yang Berkenaan dengan Empirik 75

1. Kesimpulan Temuan Empirik 81

2. Implikasi Bagi Studi ini 81

C. Kesimpulan Studi Kepustakaan 82

(8)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 83

A. Metode Penelitian 83

B. Subjek Penelitian 85

C. Datayang Diperlukan 87

D. Teknik Pengumpulan Data 88

E. Instrumen Penelitian 89

F. Tahap Penelitian 92

G. Validitas Penelitian 94

H. AnalisisData 95

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 99

A. Temuan Penelitian 99

1. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Manajemen

Pengembangan Dosen Yunior 99

a. Visi 99

b. Misi 10°

c. Tujuan 100

d. Strategi Manajemen Pengembangan Dosen

Yunior 102

2. Pelaksanaan Pengembangan Dosen Yunior 103 a. Kebijakan Program Pengembangan Dosen Yunior 103 b. Bentuk-bentuk Pengembangan Dosen Yunior 104 c. Upaya-upaya Peningkatan Pelaksanaan

Pengembangan Dosen Yunior 121

3. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan dalam

Mengembangkan Dosen Yunior 124

a. Kekuatan 126

b. Kelemahan 124

c. Peluang 126

d. Tantangan 127

4. Kecenderungan Kemampuan Dosen Yunior 128 a. Bidang Pendidikan dan Pengajaran 129

b. Bidang Penelitian 132

c. Bidang Pengabdian PadaMasyarakat 133

B. Pembahasan Penelitian 136

1. Visi, Misi ,Tujuan dan Strategi Pengembangan Dosen 136 a. Bidang Pendidikan dan Pengajaran 139

b. Bidang Penelitian 142

(9)

3. Kelemahan dan Tantangan serta upaya pemecahannya 167

a. Kelemahan dan Upaya Pemecahannya 167

b. Tantangan dan Pemecahannya 168

4. Kecenderungan Kemampuan Dosen Yunior 170 a. Bidang Layanan Pendidikan dan Pengajaran 171 b. Kecenderungan Kemampuan Dosen dalam Melakukan

Penelitian 175

c. Kecenderungan Kemampuan Dosen Yunior dalam MelakukanPengabdianPada Masyarakat 177

C. Kesimpulan Temuan Empirik 179

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 181

A. Kesimpulan Igl

B. Implikasi 187

C. Rekomendasi 190

DAFTARPUSTAKA 193

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keadaan Dosen IAIN SUSQA Pekanbaru Menurut Jabatan

Fungsional Pada Tahun 1998

2. Jenjang Jabatan Tenaga Fungsional Dosen

26

3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian 90

4. Jumlah dosen tetap yang sedang dan telah mengikuti Program

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma Penelitian 15

2. Kerja Administrasi/Manajemen 22

3. Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan 23

4. Pola Hubungan Dosen Senior dengan Dosen Yunior sebagai

Hubungan Apprenticeship 41

5. Pola Hubungan Dosen Senior dengan Dosen Yunior pada Golongan

Ill/a 43

6. Pola Hubungan Dosen Senior dengan Dosen Yunior pada Golongan

Ill/b 44

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara dengan Pejabat Struktural (Rektor, Dekan,

Pembantu Rektor I, Pembantu Dekan I, Bidang Akademis, Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan) Mengenai Pengembangan Dosen Yunior) 198

2. Pedoman Wawancara dengan Dosen Senior Mengenai Pengembangan

Dosen Yunior 200

3. Pedoman Wawancara dengan Dosen Yunior untuk Mengembangkan

Dirinya 202

4. Pedoman Observasi Mengenai Unjuk Kerja Instruksional Dosen Yunior .... 204

5. Pedoman Wawancara dengan Mahasiswa Mengenai Tugas Profesional

Dosen Yunior 205

6. Permohonan Ijin Mengadakan Studi Lapangan/Penelitian 206

7. Surat Ijin dari Rektor IAPN SUSQA Pekanbaru dalam Mengadakan

Penelitian 207

8. Surat Keterangan dari Rektor IAIN SUSQA Pekanbaru 208

9. Daftar Riwayat Hidup 209

(13)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pendidikan merupakan potensi yang strategik untuk pembangunan

masa depan. Di era globalisasi ini, pembangunan nasional diarahkan kepada

pembangunan manusia, oleh karena itu pembangunan di bidang pendidikan

diarahkan untuk mempersiapkan manusia yang mampu membangun sehubungan

dengan hal tersebut, tujuan Pendidikan Nasional dirumuskan sebagai berikut:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa bertanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

Perguruan tinggi sebagai sub sistem pendidikan Nasional mempunyai

fungsi dan peranan yang sangat penting dalam pembangunan Nasional. Fungsi

Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Nasional diantaranya adalah: "Sebagai

penghasil agen-agen perubahan yang mampu mendorong dan memelopori

perubahan dalam berbagai aspeknya menuju masyarakat modern; Pencipta dan

pendukung ide-ide yang selalu hidup, dan pemberi sumbangan bagi kemajuan

intelektual dan masyarakat" (Sun Haji: 1990).

Oleh sebab itu pendidikan tinggi harus terus dibina dan dikembangkan

untuk menyiapkan peserta didik agar menjadi anggota mayarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan profesional, serta kemampuan kepemimpinan yang

tanggap terhadap kebutuhan pembangunan serta pengembangan ilmu

(14)

pengetahuan dan teknologi, berjiwa penuh pengabdian dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara (GBHN,

1993). Didalam perwujudannyam yaitu melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang meliputi kegiatan-kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian

dan pengabdian pada masyarakat.

Institut Agama Islam Negeri Sultan Syarif Qasim (disingkat IAIN SUSQA) Pekanbaru yang didirikan berdasarkan surat keputusan Menteri Agama

Republik Indonesia No. 194 tahun 1970. Memiliki empat buah fakultas, yaitu

Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syari'ah, Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Da'wah.

Dalam pelaksanaannya IAIN SUSQA mengacu kepada tujuan umum pendidikan

tinggi, namun di samping itu IAIN mengemban misi dan tujuan khusus, yaitu

memadukan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya serta agama secara harmonis. Tujuan Pendidikan IAIN adalah:

Menyiapkan peserta didik, menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pendidikan Agama Islam; mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan Agama Islam, teknologi serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan Nasional (Buku Pedoman Akademik, IAIN SUSQA 1988/1999 : 3).

Falsafah dasar yang dianut oleh IAIN SUSQA adalah mengakui bahwa

kebahagiaan adalah Rahmat Allah SWT dan merupakan hak seluruh umat

manusia. Oleh karena itu IAIN bermaksud membawa kehidupan masyarakat

(15)

3

Agama Islam teknologi, seni dan agama, dalam keberadaannya selalu

berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.

Suatu elemen penting dalam mendukung misi tersebut adalah dosen.

Menurut PP. No. 10 tahun 1990 :

Dosen adalah seorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya diangkat oleh penyelenggara perguruan tinggi dengan tugas utama mengajar

pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Syarat untuk menjadi dosen

adalah: beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berwawasan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki kualifikasi sebagai

tenaga pengajar, mempunyai moral dan integrasi yang tinggi, dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara.

Dalam mencapai tujuan, peran sumber daya manusia ditujukan kepada

peningkatan kontribusi yang dapat diberikan oleh para dosen dalam organisasi

kearah tercapainya tujuan, jelaslah bahwa lahirnya satuan organisasi atau

kegiatan yang mengelola sumber daya manusia bukanlah yang dimaksud sebagai

tujuan namun hanya sebagai alat semata untuk meningkatkan efisiensi,

efektivitas, dan produktivitas kerja organisasi sebagai keseluruhan. Sehingga

pada gilirannya nanti dapat meningkatkan profesi dosen.

Tugas dosen atau tenaga edukatif sebagai anggota kelompok pengajar

adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan keahliannya/ilmunya, serta memberikan

bimbingan kepada para mahasiswa didalam proses pendidikannya. (Dit.

Perguruan Tinggi, Ditjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1982: 274).

Dalam proses perkuliahan, dosen merupakan faktor yang utama dan

(16)

dituntut memiliki kompetensi khusus yang meliputi kemampuan menguasai mated, media, evaluasi pengelolaan kelas dan Iain-lain dosen juga dituntut untuk terus menerus berusaha mengembangkan profesi dan profesionalisme.

"Human beings have two basic need to avoid pain and survive and the

need to grow, development and learn". Setiap orang sesuai dengan potensinya

mempunyai kebutuhan untuk tumbuh, berkembang dan belajar. Demikian juga semua dosen cenderung mengembangkan dirinya. Proses ini akan berjalan dengan baik apabila lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut PP nomor 38 tahun 1992 tentang tenaga kependidikan menekankan kewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan tuntutan

ilmu pengetahuan dan teknologi dan perkembangan bangsa (pasal 31).

Sebaliknya perguruan tinggi bertanggung jawab atas pelaksanaan

program-program yang dapat mengembangkan kemampuan profesional tenaga

kependidikan bidang ilmu pengetahuan yang merupakan ruang lingkupnya

(pasal 32).

Proses belajar mengajar merupakan inti kegiatan pendidikan, bahwa dalam rangka pengembangan pendidikan tinggi, modal pertama dan sebelum yang lainnya adalah kualifikasi pendidikan para tenaga edukatif. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Hartono Kasnadi dalam mimbar pendidikan (1990: 13)

mengatakan "Bahwa apapun yang dipengaruhi pada gilirannya faktor dosenlah

yang banyak menentukan. Karena itu upaya mengembangkan kemampuan dosen

melalui program berencana, baik yang formal maupun informal perlu

(17)

Begitu dominannya faktor sumber daya manusia, terutama tenaga edukatif sehingga diperlukan upaya peningkatan atau pengembangan kemampuan profesional. Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi mutu pendidikan tinggi terletak pada pengembangan sumber daya manusia terutama tenaga akademik (dosen). Oleh sebab itu peningkatan mutu, relevansi dan produktivitas tenaga dosen di perguruan tinggi perlu dikembangkan secara terencana, terpadu dalam suatu sistem pendidikan tinggi.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu tenaga akademik (dosen) di perguruan tinggi telah banyak dilakukan upaya tersebut antara lain berupa penataran dan lokakarya, program pencangkokan, pendidikan lanjutan S2 dan S3 baik dalam dan luar negeri. Akta mengajar Applied Approach dan pusat antar Universitas untuk sistem instruksional. Upaya peningkatan mutu dosen ini nampaknya akan terus ditingkatkan sebagaimana diisyaratkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada Rapat Kerja Para Pembantu Rektor Bidang Akademik, Koordinator Kopertis Wilayah dan Konsorsium Keilmuan di

Bandung di penghujung tahun 1993.

Pengembangan sumber daya manusia juga perlu direncanakan secara seksama dengan tetap memperhatikan faktor kemanusiaan, sehingga sumber

daya manusia itu dapat memberikan sumbangan berarti bagi tercapainya tujuan

lembaga pendidikan. Pengembangan dosen khususnya dosen yunior diharapkan

akan dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga pada akhirnya

akan meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Meski diakui bahwa

(18)

berkaitan dengan kebijakan dan proses manajemen lainnya khususnya

manajemen tenaga dosen, seperti perencanaan, rekrutment, peningkatan dan

pembinaan dosen terutama sekali dosen yunior pada satu sisi serta kelemahan

komitmen, keberanian serta kemampuan membelajarkan mahasiswa sesuai

dengan perkembangan Iptek modern pada sisi lain (Achmad Sanusi, 1987:

10-11). Dengan demikian persoalan kualitas pendidikan akan banyak berkaitan

dengan soal bagaimana mengajar dosen sebagai pendidik dan bagaimana belajar

mahasiswa. Dosen yunior khususnya dalam hal ini diharapkan pada keharusan

dan tuntutan mengembangkan kemampuan profesionalnya.

Secara profesional, untuk dapat melaksanakan tugas mengajar, dosen di

perguruan tinggi dituntut memiliki kemampuan utama yang secara umum

meliputi: penguasaan metodologi/strategi pengajaran dan penelitian; dan pribadi

dan sikap profesional.

Castetter mengemukakan salah satu model pengembangan sumber daya

manusia melalui tahapan perencanaan dengan cara merancang perencanaan

makro, mengorganisasikan dan mengembangkan perencanaan makro,

mengoperasikan serta mengimplementasikan rencana-rencana tersebut,

mengevaluasi dengan melihat hasil dan perencanaan yang telah dibuat untuk

kemudian dijadikan bahan masukan dan umpan balik perbaikan perencanaan

maupun penyusunan selanjutnya. Oleh karena itu dalam pengembangan sumber

daya manusia (dosen yunior) yang mendukung terlaksananya pengembangan

(19)

Oleh karena itu peningakatan kinerja dosen yunior di perguruan tinggi dikembangkan secara strategik, terencana, terpola dan terpadu dalam suatu sistem pengelolaan perguruan tinggi, sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan keberhasilan pembangunan nasional.

Dengan demikian jelaslah bahwa strategi pengembangan dosen yunior dalam upaya meningkatkan kinerja dosen yang berkaitan erat dengan

permasalahan peningkatan kualitas pendidikan pada perguruan tinggi. Seberapa

jauh besarnya keterhubungan kedua variabel itu sangat tergantung dari kondisi

masing-masing perguruan tinggi, karena setiap perguruan tinggi mempunyai

program pengembangan dosen yunior sendiri.

Dengan adanya strategi terprogram dalam mengembangkan dosen yunior

diharapkan akan merupakan jawaban dalam menghadapi masalah kinerja dosen

yunior, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Penelitian ini mencoba mendiskripsikan sekaligus menganalisis strategi pengembangan dosen yunior dengan studi kasus penelitian yang dilakukan di

Institut Agama Islam Negeri Pekanbaru - Riau dalam upaya peningkatan

kualitas pendidikan Tinggi. Hal ini dimaksudkan sebagai suatu langkah awal

yang bersifat mendasar dalam rangka mencapai tujuan untuk menemukan dan

mensistematikakan aktivitas yang akan dilakukan dengan sumber daya optimal

(20)

B. Permasalahan

Dalam Rencana Induk Pengembangan (RIP) IAIN SUSQA Pekanbaru

Riau mengenai bidang pengembangan staf dikatakan bahwa orientasinya

ditujukan pada peningkatan mutu lulusan secara menyeluruh, manusiawi dan

persuasif. Strategi ini didasarkan pada keyakinan bahwa mutu lulusan dapat

ditingkatkan apabila sumber daya manusia (dosen, tenaga administratif dan

tenaga penunjang lainnya) memiliki kemampuan, loyal dan sikap positif

terhadap tujuan pengembangan IAIN SUSQA. Salah satu cara yang mungkin

ditempuh adalah dengan jalan memotivasi dan membuka peluang yang luas bagi

tenaga akademik (dosen) untuk mengembangkan dirinya. Sistem kompetisi

sehat dalam meraih setiap kesempatan didukung oleh Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) melalui pendidikan lanjutan, penataran, studi perbandingan,

seminar, lokakarya dan magang, perlu digiatkan (1995). Maka Qiansar (dalam

Akta Mengajar V) menyatakan bahwa masalah tenaga akademik sangat peka

terhadap perkembangan dan pembinaannya harus dilakukan secara cermat.

Langkah IAIN SUSQA lima tahun terakhir sekarang ini, masig tetap

berupaya pada sekitar upaya kuantitatif, yakni penambahan sejumlah dosen

tetap dan penambahan sarana fisik.

Dalam surat edaran bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

BAKN No. 61395/MPK/97-21/SE/87 bidang kegiatan maupun tugas tenaga

pengajar (Lektor/IV keatas) Dalam butir mengenai tata hubungan antara tenaga

senior dari personil-personil akademik lainnya wajib mengembangkan

(21)

itu makin ke bawah makin intensif. Pengembangan dan pembinaan itu bertujuan menyiapkan tenaga yunior agar memiliki kemampuan melakukan karya

akademik secara mandiri (Ndaha, 1988).

Yang dimaksud dengan strategi pengembangan dosen yunior dalam

penelitian ini adalah rencana yang cermat yang dilakukan oleh personil

akademik dan non akademik untuk meningkatkan kemampuan melakukan karya akademik secara mandiri untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi.

Selanjutnya dosen yunior adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi yang

memiliki golongan dan kepangkatan Ill/a dan Ill/b dan menduduki jabatan

fungsional sebagai asisten ahli madya. Dalam menjalankan fungsinya, dosen

tersebut membantu tugas-tugas dosen senior dalam melakukan Tri Dharma

perguruan tinggi, atau ditugaskan oleh dosen senior untuk menyelenggarakan

kegiatan tersebut atas tanggung jawab dosen senior. Dengan demikian, dosen

yunior dalam menjalankan fungsinya masih bergantung kepada dosen senior

[image:21.595.80.480.504.728.2]

sebagai pembinaannya, oleh karena itu mereka disebut yunior atau asisten.

Tabel 1. Keadaan Dosen IAIN SUSQA Pekanbaru Menurut Jabatan Fungsional Pada Tahun 1998

No FAKULTAS JABATAN FUNGSIONAL JML

MM M LMU LMA L LKM LK GBM GB

1. 2. 3. 4. Tarbiyah Syariah Ushuluddin Da'wah 26 17 15 7 19 12 15 3 18 6 3 2 5 1 2 5 8 4 5 5 2 2 2 1 1 1 2 1 81 50 42 17

(22)

10

Keadaan dosen IAIN SUSQA Pekanbaru menurut jabatan fungsionalnya belum dapat dikatakan menggembirakan. Data yang disajikan pada tabel 1 menunjukkan masih sedikit jumlah dosen yang mencapai posisi jabatan fungsional tertinggi. Sementara itu terlihat banyaknya dosen yang berada pada posisi jabatan fungsional rendah. Bila jabatan fungsional yang dijadikan lambang kesenioran karena masih sedikit sekali dosen IAIN SUSQA Pekanbaru yang mandiri. Sampai saat ini baru sebanyak 39 orang (20,53%) dosen IAIN

SUSQA Pekanbaru yang telah memiliki kemandirian (mulai dari jabatan Rektor sampai jabatan Guru Besar) dalam pelaksanaan tugas pokoknya. Sedangkan Lektor Muda dan Lektor Madya sebanyak 37 orang (19,47%) sebahagian besar lainnya yang menjadi subjek penelitian ini. Sebanyak 114 orang (60%) masih

menempuh kategori belum mandiri dengan jabatan fungsional Asisten Ahli

Madya dan Asisten Ahli. Data yang paling tajam adalah sebanyak 65 orang (39,21%) dosen menempati posisi terbawah dengan jabatan fungsional Asisten

Ahli Madya. Dalam menjalankan tugas akademik mereka itu telah diserahi

tanggung jawab penuh oleh dosen seniornya.

Dosen-dosen yunior ini mendapatkan kesulitan-kesulitan tersendiri lebih-lebih dalam mendapatkan literatur sebagai bahan bacaan,apalagi mata kuliah yang diserahi itu adalah mata kuliah baru ataupun mata kuliah muatan lokal dimana silabinya belum tersusun secara sistematis.

Dengan kondisi dosen yunior seperti tersebut, ternyata mengundang

keluhan dari para mahasiswa seolah-olah kurang merasa yakin atas kemampuan

(23)

11

peserta didik melainkan datang juga dari mereka para dosen yunior, mereka

merasakan bahwa dalam melakukan tugas aikademik masih banyak memiliki kekurangan dan belum mantap. Namun demikian, sampai saat ini tugas tersebut

dijalankannya semaksimal mungkin, sehingga mampu mengantarkan mahasiswa

sampai kepada akhir studinya.

Apabila dikaitkan dengan kualitas dosen kemampuan akademik yang dimilikinya maupun kompetensi sebagai pengajar, ilmuan dan peneliti yang

profesional dan tingkat motif berprestasinya. Pekerjaan diperhatikan disudut

kepuasan yang dirasakan mahasiswa dan pihak-pihak lain. Dengan relevansi

yang dimaksudkan adanya kesesuaian antara kemampuan dan keahlian yang

dimiliki dosen dengan tuntutan dan kebutuhan perguruan tinggi baik dalam hal

keilmuannya maupun tugas-tugas akademik dan tugas-tugas profesionalnya.

Produktivitas berkaitan dengan jumlah dan kegiatan untuk yang diharapkan dosen, sedangkan motivasi dan kepuasan kerja berkaitan dengan semangat

dosen dan pihak-pihak lain untuk bekerja dan berkarya menunjang

kehidupannya.

Pengembangan dan pembinaan dosen yang mencakup semua dimensi

yang dikemukakan diatas hams dilakukan secara terencana, terpola dan

berkesinambungan baik oleh dosen yang bersangkutan maupun unsur-unsur lain

pada perguruan tinggi. Untuk itu strategi pengembangan kualitas dosen yunior

hendaknya dilakukan secara terpadu dalam satu sistem pengelolaan pendidikan

tinggi mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai

(24)

12

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dimmuskan masalah

pokok yang menjadi fokus penelitian dan pembahasan tesis ini. Fokus utama

dalam penelitian ini berkenaan dengan strategi pengembangan dosen yunior baik

melalui pengembangan mandiri atau individual maupun yang berkenaan

program pengembangan secara formal institusional yang terencana dalam

kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Berdasarkan hal itu

maka dalam penelitian ini diajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai

berikut ini.

1. Dengan visi, misi dan tujuan apa, dan juga menggunakan strategi apa, para

pimpinan perguruan tinggi IAIN SUSQA dalam mengembangkan dosen

yunior ?

2. Apakah upaya pelaksanaan peningkatan kualitas dosen yunior yang

dilakukan selama ini memenuhi harapan dan kebutuhan mereka baik

tuntutan pribadinya, tuntutan profesi, maupun harapan dan kebutuhan IAIN

SUSQA Pekanbaru?

3. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi dalam melaksanakannya serta bagaimana cara mengatasinya.

4. Bagaimana kecendmngan kemampuan profesional dosen yunior IAIN

(25)

13

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Studi ini untuk memahami mendiskripsikan dan menjelaskan strategi

pengembangan dosen yunior baik melalui program secara formal maupun secara

mandiri dalam mempengamhi kualitas pendidikan tinggi, terutama ditinjau dari

sudut konsep pengembangan sumber daya manusia, sehingga dapat

disambungkan kepada dunia pendidikan umumnya, dan strategi pengembangan

dosen yunior di IAIN SUSQA khususnya. Untuk lebih jelasnya tujuan khusus

tersebut dimmuskan seperti berikut ini.

1. Memperoleh gambaran tentang visi, misi dan tujuan serta strategi yang

digunakan oleh pimpinan IAIN SUSQA dalam mengembangkan dosen

yunior.

2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan dosen yunior.

3. Mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi

dalam pengembangan dosen yunior dan upaya pemecahannya.

4. Mengetahui kecendmngan kemampuan dosen yunior IAIN SUSQA

Pekanbaru setelah memperoleh pengembangan dan pembinaan.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritik. Hasil penelitian ini mengandung manfaat teoritik yakni

menegaskan perlunya strategi manajemen pengembangan dosen yang

kontekstual sifatnya. Analisis fenomena kontekstual menjelaskan tingkat

(26)

14

daya manusia. Selain itu hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi

positif tentang teori kebijakan yang lebih menekankan pada kebijakan

kepemimpinan yang lebih bernuansa kemanusiaan, bukan kebijakan

kemanajeran.

b. Manfaat praktis. Ada beberapa manfaat praktis yang dapat dipetik dari hasil

temuan-temuan penelitian ini. Pertama, penelitian membuahkan hasil bempa informasi ilmiah tentang beragam kinerja pelaksanaan tugas pokok dosen

pada masa lalu tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi dosen dalam

pelaksanaan tugas pokoknya pada masa mendatang. Kedua, hasil penelitian

ini yang bempa gambaran tentang aspek pengembangan dosen yunior pada

masa lalu, akan menjadi bahan masukan bagi unsur pimpinan dalam

menentukan langkah-langkah dan strategi-strategi pengembangan dosen

yunior pada masa mendatang.

E. Paradigma Penelitian

Untuk memperjelas kaitan antara aspek pelaksanaan strategi manajemen

pengembangan dosen yunior dengan kualitas pendidikan tinggi, di bawah ini

digambarkan dalam paradigma penelitian seperti tertera pada halaman

(27)

Input

Strategi Manajemen Pengembangan

PARADIGMA PENELITIAN

Lembaga

Personal

Visi Misi

Tujuan

Visi Misi

Tujuan

Proses Pelaksanaan Tugas

• Pendidikan dan

pengajaran

• Penelitian

• Pengabdian pada

masyarakat

A

V

Output

Kinerja Dosen Masa

Depan (profesional

dalam menjalankan

tugas)

Faktor Internal Faktor Eksternal

(28)

16

Bogdan dan Biklen (1982: 30) mengemukakan bahwa "A paradigm is a

loose collection of logically held together assumption, conception, or

proposition that orient thingking of research". Berangkat dari mmusan tersebut,

maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik dengan alur

berfikir berikut:

1. Konsep manajemen pengembangan dosen yunior sebagai tenaga profesional

di perguruan tinggi berstandar pada konsep dasar manajemen pengembangan

sumber daya manusia. Dosen yunior merupakan tenaga personel yang telah

melewati proses rekrutmen, seleksi, dan penempatan. Dalam

mengembangkan dosen yunior diperlukan strategi-strategi tersendiri.

Strategi-strategi tersebut dikembangkan oleh lembaga institut dan personel

(dosen denior). Baik lembaga atau personel memiliki visi, misi, tujuan dalam

mengembangkan berbagai strategi yang akan dilaksanakan.

2. Dalam konteks ini, kajian strategi manajemen pengembangan dosen yunior

terfokus pada pengembangan wawasan kemampuan profesional dosen

yunior. Dalam strategi pengembangan dosen yunior senantiasa mengacu

kepada tugas pokok dosen yang pada masing-masing bidang (pendidikan

dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat). Hasil

penilaian kinerja dosen yunior memperlihatkan jarak antara expected

performance dengan present performance, sehingga ditemukan tingkat

kebutuhan pengembangan.

3. Kinerja dosen yunior dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaannya

(29)

17

pemilikan kompetensi keilmuan, pemilikan kompetensi keguruan, rasa

tanggung jawab, dan pengalaman kerja. Di samping itu ada pula faktor

eksternal yaitu kondisi organisasi dan kebijakan pimpinan.

4. Dengan adanya strategi, visi, tujuan dan kebijakan-kebijakan yang

diputuskan dan dilaksanakan oleh lembaga (pejabat-pejabat struktural) dan

personel (dosen senior) dalam mengembangkan kinerja dosen yunior

diharapkan dosen masa kini menjadi dosen yunior masa depan (profesional).

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penyajian tesis ini akan diorganisasikan ke dalam lima bab

dan pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub pokok bahasan. Bab pertama

diberi judul pendahuluan berisi enam sub pokok bahasan yaitu latar belakang

permasalahan, mmusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

paradigma penelitian dan sistematika penulisan. Berikutnya pada bab kedua

yang mempakan tinjauan pustaka, disajikan konsep administrasi pendidikan,

tugas-tugas pokok dosen, tujuan pengembangan dosen, konsep pengembangan

dosen, strategi manajemen pengembangan dosen yunior dan proses

pengembangan dosen. Dalam bab dua ini juga akan disajikan studi yang relevan

(temuan empirik).

Bab ketiga membicarakan prosedur penelitian dengan sajian yang

mencakup metode penelitian, subjek penelitian, data yang diperlukan, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, tahap penelitian dan validitas

(30)

18

pembahasan yang mencakup sub pokok bahasan visi, misi dan tujuan

pengembangan dosen yunior, strategi pengembangan dosen yunior, bentuk

pengembangan dosen yunior, pelaksanaan pengembangan dosen yunior, bentuk

pengembangan dosen yunior, kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang

ditemukan serta kecendemngan kemampuan dosen yunior. Dalam pembahasan

juga dibahas tentang temuan-temuan penelitian yaitu visi, misi, tujuan

pengembangan dosen yunior, strategi manajemen pengembangan dosen yunior,

kebijakan program pengembangan dosen yunior, pelaksanaan pengembangan

dosen yunior, bentuk pengembangan dosen yunior, kekuatan, kelamahan,

tantangan dan peluang yang ditemui, kecendemngan kemampuan dosen yunior.

Bab kelima mempakan bab terakhir dengan tiga sub pokok sajian.

Pertama mempakan kesimpulan yang bertalian dengan pembahasan, kedua

menyangkut implikasi temuan, dan sajian terakhir mempakan sajian tentang

rekomendasi penelitian. Disamping itu dilengkapi dengan daftar pustaka, tabel,

gambar dan lampiran-lampiran untuk memperjelas bagi orang-orang yang

(31)
(32)

BABni

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian langkah pertama adalah perlu

mempertajam konsep dan menuangkan konsep itu dalam suatu kerangka pikiran

teoritis. Kerangka penelitian teoritis dituangkan sehingga membentuk kerangka

bempa premis, dan premis yang telah dibentuk itu kemudian dikaji dan diuji

dengan data empirik di lapangan.

Untuk memperoleh data empirik yang sesuai dengan mang lingkup masalah dan tujuan yang telah dimmuskan, penelitian ini menggunakan "metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa penelitian ini memenuhi ciri-ciri umum metode penelitian deskriptif yang dinyatakan oleh Winarno Surachmad (1989: 140), yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, dan pada masalah-masalah aktual; data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

kemudian dianalisis (karena itu metode inis ering disebut metode analitik).

Penelitian kualitatif mempakan penelitian yang berlatar belakang alamiah sebagai kebutuhan dengan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian. Nasution (1992: 59-60) menyebutkan bahwa karakteristik penelitian kualitatif antara lain: Pengambilan data yang dilakukan dalam suasana yang sewajarnya tanpa memanipulasi situasi yang ada dengan peneliti sebagai instmmen data; sampel bersifat purposive yakni diambil sesuai dengan fokus

(33)

84

kajian, yang dapat memberikan informasi setulus mungkin; hasil penelitian

bempa deskripsi, lebih mengutamakan poses dari produk; analisa data dilakukan

secara terns menems untuk mencari makna yang bersifat kontektual atau sesuai

dengan persepsi subjek yang diteliti; kesimpulan diraih melalui proses

verifikasi.

Dari pendapat tersebut bahwa sasaran yang dicapai dalam penelitian

kualitatif diarahkan pada upaya menemukan teori-teori yang bersifat deskriptif.

Prosesnya lebih diutamakan daripada hasil membatasi smdinya dengan

penentuan fokus dan menggunakan kriteria yang dipakai untuk kepentingan

keabsahan data serta disepakati hasil penelitian oleh subjek penelitian dan

peneliti (Lexy J. Moleong, 1994: 4-8).

Penelitian kualitatif ini tidak berangkat dari hipotesis dan teori untuk

diuji, tetapi peneliti langsung tumn ke lapangan untuk mengumpulkan data yang

relevan, kemudian teori tersebut diberi makna, penelitian ini mencoba

mendeskripsikan dan menganalisa strategi pengembangan dosen yunior

termasuk didalamnya visi, misi, mjuan, faktor pendukung, keadaan dan usaha

mentasinya.

Penelitian ini mengacu pula pada karakteristik utama penelitian kualitatif

seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1992: 27-29) sebagai

berikut:

- Qualitative researchers has the natural setting as the direct source of

data and the researches is the instrument

- Qualitative researches the descriptive

- Qualitative researches are concerned with process rather than simply

(34)

85

- Qualitative researchers tend to analyze their data inductively

- Meaning is essential concern to the qualitative approach

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dipahami bahwa penelitian ini

ditandai oleh keadaan peneliti yang berperan sebagai instmmen dalam keadaan

(setting yang waar. Keberadaan peneliti sebagai instmmen didasari oleh alasan

sebagaimana dijelaskan oleh S. Nasution (1988: 54) sebagai berikut: "Peneliti

mempunyai adatabilitas yang tinggi, jadi senantiasa dapat menyesuaikan diri

dengan simasi yang bembah-ubah yang dihadapi dalam penelitian". Dalam

penelitian kualitatif data yang dikumpulkan cendemng bersifat naratif daripada

angka-angka (meskipun demikian penelitian kualitatif tidak menolak data

kualitatif) dan hasil analisisnya bempa uraian-uraian yang sangat deskriptif dan

berdasarkan pada analisis data secara induktif.

B. Subjek Penelitian

Jenis data yang dikumpulkan adalah informasi dalam bentuk lisan dan

tulisan. Semua data yang berbentuk informasi lisan mempakan data primer,

karena diperoleh sendiri secara langsung oleh peneliti dari sumber aslinya.

Sedangkan data yang berbentuk informasi tertulis, semuanya akan mempakan

data sekunder. Kedua jenis data tersebut dipandang sama pentingnya dalam

penelitian ini.

Data primer yang dikumpulkan meliputi visi, misi, tujuan,

strategi-strategi kebijakan-kebijakan, harapan, kebutuhan, potensi, kekuatan dan

(35)

86

pelaksanaan tugas dosen yunior, dan kualitas kelulusan mahasiswa. Berdasarkan

jenis data yang dikumpulkan tersebut, maka sumber data mencakup orang,

benda, dan peristiwa. Orang sebagai sumber data, berstatus sebagai responden

dan informan. Benda sebagai sumber data berbentuk dakwaan yang dapat memberikan informasi tentang seluk beluk permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Peristiwa sebagai sumber informasi tidak lain daripada keadaan atau

kondisi yang sedang berlangsung dan dapat dibaca untuk memahami berbagai

aspek dan liku-liku tentang strategi-strategi yang dilaksanakan oleh pimpinan

lembaga dan dosen-dosen senior dalam mengembangkan kemampuan dosen

yunior dalam melaksanakan tugas dosen di perguman tinggi.

Penetapan subjek dilakukan dengan teknik purposive. Teknik tersebut

digunakan untuk menentukan subjek dari kalangan pemimpin institusional,

dosen senior dan dosen yunior untuk kpentingan pengamatan. Jenis-jenis

kegiatan yang diamati adalah strategi-strategi yang dilaksanakan oleh pimpinan

lembaga untuk mengembangkan dosen-dosen muda atau dosen yunior dan juga

pelaksanaan tugas-tugas yang berkaitan dengan Tri Dharma Perguman Tinggi

oleh dosen yunior.

Jumlah subjek penelitian sebanyak 40 orang, 20 orang dari kalangan

pimpinan institusional (10 orang pimpinan puncak; Rektor, Pembantu Rektor I,

Dekan, Pembantu Dekan I, sedangkan 10 orang lainnya adalah Ketua Jumsan

yang terdiri dari 4 orang Ketua Jumsan Fakultas Tarbiyah, sedangkan Fakultas

Syariah, Ushuluddin dan Da'wah diambil masing-masing 2 orang) subjek

(36)

87

orang dosen senior (Fakultas Tarbiyah 4 orang, Syariah, Ushuluddin dan

Da'wah masing-masing 2 orang). Perbedaan jumlah subjek tersebut didasarkan

pada pertimbangan besarnya jumlah kelas pada empat fakultas. Fakultas

Tarbiyah memiliki jumlah mahasiswa dan jumlah jam kuliah lebih banyak.

Cara penetapan subjek penelitian yang digunakan adalah teknik

purposive sampling (patton, 1980 dalam Natsir Luth, 1998: 82) yaitu penetapan

subjek penelitian yang didasarkan pada pertimbangan tertentu. Pertimbangan

yang diambil peneliti menumt Moleong (1993: 165-166) adalah subjek yang

dipilih dianggap mampu memberikan informasi seluas mungkin mengenai

fenomena yang terjadi sesuai fokus penelitian. Akhirnya jumlah subjek

penelitian bisa tidak terbatas, dan upaya merekrut subjek penelitian dihentikan

pada saat telah tercapai kejenuhan data (Ary, Lucy dan Yacob, 1982).

C. Data yang Diperlukan

Penelitian ini memerlukan sejumlah data yang dikumpulkan berdasarkan

permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya dijabarkan dalam

bentuk beberapa pertanyaan penelitian seperti yang dikemukakan pada Bab I.

Pertama, visi, misi dan tujuan serta strategi yang digunakan pimpinan

perguman tinggi IAIN SUSQA dalam mengembangkan dosen yunior.

Kedua, kebijakan program pengembangan dosen yunior dilaksanakan

(37)

88

Ketiga, upaya-upaya peningkatan kualitas dosen yunior yang

dilaksanakan selama ini untuk memenuhi harapan dan kebutuhan mereka baik tuntutan pribadi, profesi maupun harapan dan kebutuhan IAIN SUSQA.

Keempat, Potensi, kekuatan, kelemahan, ancaman dan kendala-kendala

dalam rangka pengembangan dosen yunior, cara memanfaatkan dan memahami.

Kelima, kecendemngan kemmpuan profesional dosen yunior IAIN

SUSQA dalam melakukan mgasnya sebagai tenaga pengajar, tenaga penelitian

dan sebagai anggota masyarakat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan sebagaimana yang disebutkan di atas, dapat

dikumpulkan dengan beberapa teknik, Menumt I Wayan Sukaryana (1992: 15)

mengemukakan bahwa Wawancara terstruktur atau tak terstruktur; Pengamatan

partisipan; analisis Dokumen.

Data penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi,

analisis dokumen, wawancara dilakukan secara mendalam (indepth interview)

dengan para pimpinan (pejabat struktural) seperti Rektor, Pembantu Rektor I,

Dekan, Pembantu Dekan I, Bidang Akademik, Ketua Jumsan, Sekretaris

Jumsan, dan dosen senior dan dosen yunior, dan juga mahasiswa. Observasi

dilakukan secara teriibat (Observasi partisipan) dimana peneliti secara langsung

mengamati dosen-dosen yunior yang melaksanakan proses perkuliahan dan juga

mengamati tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh pimpinan

(38)

89

Pengumpulan data dengan teknik dokumen peneliti lakukan dengan

berbagai dokumen bempa tulisan-tulisan atau catatan lain yang berkenaan

dengan studi ini.

E. Instrumen Penelitian

Instmmen dalam penelitian kualitatif tertuju pada peneliti sendiri, karena

iaberperan sebagai pengamat penuh dan berperan serta secara lengkap (I Wayan

Sukarnyana, 1992: 15). Oleh karena itu peneliti sebagai instmmen sangat

relevan dan sulit untuk digantikan kedudukannya.

Untuk data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara, peneliti

menyiapkan beberapa instmmen pedoman wawancara yang sebagian besar

peneliti mengisi untuk data yang dikumpulkannya dengan teknik observasi

peneliti menyiapkan instmmen dimana peneliti mengisi sendiri selama

melakukan observasi. Dalam rangka meningkatkan kemampuan peneliti sebagai

instmmen, peneliti membawa alat bantu yang dibutuhkan, antara lain tape

recorder, pedoman wawancara, dan alat tulis sesuai dengan kebutuhan lapangan.

Berikut ini akan dikategorikan kisi-kisi instmmen penelitian adalah

(39)

No

4.

90

Tabel 3

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

ASPEK YANG DITELITI (SUB ASPEK)

Pengembangan Dosen Yunior

a. Visi

b. Misi c. Tujuan d. Strategi

2. Kebijakan Program Pengembangan Dosen Yunior a. Program-program kebijakan untuk menunjang Tri

Dharma Perguman Tinggi

b. Pelaksanaan program-program kebijakan Tri

Dharma Perguman Tinggi

c. Evaluasi program kebijakan Tri Dharma Perguman

Tinggi

Harapan Kebutuhan dan Tuntutan terhadap

Pengembangan Kualitas Dosen Yunior

a. Tanggapan dosen yunior terhadap pengembangan

profesionalnya.

b. Kebutuhan dosen yunior terhadap pengembangan profesionalnya.

c. Tuntutan pribadi dosen yunior dalam pengembangan profesionalnya.

d. Tuntutan kelembagaan dalam pengembangan

dosen yunior.

e. Tuntutan dosen yunior dalam pengembangan

profesionalnya.

Potensi (Kontribusi), Kekuatan, kelemahan, Ancaman

dan Kendala:

a. Kontribusi-kontribusi dalam mengembangkan dosen yunior.

b. Kekuatan dan pengembangan dosen yunior

c. Kelemahan-kelemahan yang ditemui dalam pengembangan dosen yunior

d. Ancaman-ancaman dalam pengembangan dosen

yunior.

RESPONDEN/ SUMBER DATA

R, D, PR I, PDI

R, D, PR I, PD I, BA

R, D, PR I, PD I, DS, DY, BA, KJ, SJ.MHS

R, D, PR I, PD I,

(40)

e. Kendala-kendala yang ditemui dalam pengembangan dosen yunior

f Cara memanfaatkan potensi, kekuatan dalam pengembangan dosen yunior.

g. Cara mengatasi kelemahan, ancaman, dan

kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan

dosen yunior.

Kemampuan profesional dosen yunior setelah mengikuti program-program dan strategi yang

digunakan:

a. Kemampuan dosen yunior dalam melaksanakan

pendidikan dan pengajaran

b. Kemampuan dosen yunior dibidang penelitian

c. Kemampuan profesionalisme dosen yunior

dibidang pengabdian masyarakat.

Keterangan:

R = Rektor

D = Dekan

PR I = Pembantu Rektor I PR II = Pembantu Rektor II

PDI = Pembantu Dekan I

PDII = Pembantu Dekan II BA = Bidang Akademis

DS = Dosen Senior

DY = Dosen Yunior KJ = Ketua Jumsan

SJ Sekretaris Jumsan

MHS = Mahasiswa

(41)

92

F. Tahap Penelitian

Lexy J. Moleong (1994) mengutip pendapat Bogdan (1992) Kirk dan Miller

(1986) serta Lafland dan Lofland mengemukakan bahwa tahap penelitian kualitatif terdiri dari : Tahap pra lapangan, yang berisi menyusun rancangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan dan etika penelitian, tahap pekerjaan lapangan, terdiri dari bagaimana memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan pengumpulan data, dan tahap analisis data

yang terdiri dari konsep dasar analisis data menemukan tema dan memmuskan tesis

serta menganalisis berdasarkan hipotesis. Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas maka peneliti menempuh tahap-tahap penelitian sebagai

berikut.

Tahap pertama adalah tahap pralapangan (tahap persiapan). Pada tahap ini peneliti menjurus desain penelitian. Setelah desain penelitian ditulis sebelum diajukan ke bagian akademik untuk diseminarkan, peneliti berkonsultasi dahulu dengan ketua program studi untuk mendapatkan rekomendasi. Ketua program studi membaca dan memperbaiki serta menambah apabila ada kekurangan-kekurangan setelah itu barulah rekomendasi didapatkan. Kemudian dilanjutkan

kebagian akademik Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia untuk

diteruskan kepada Direktur Program Pascasarjana guna diseminarkan. Bersama itu pula peneliti bermohon kepada Bapak Direktur untuk menetapkan Bapak

Prof. Dr. H. Tb. Abin Syamsuddin Makmun, MA sebagai pembimbing I dan

(42)

93

diseminarkan dan dinyatakan layak untuk ditemskan dalam penelitian kemudian

peneliti memohon kepada bapak direktur untuk mendapatkan surat izin riset.

Bertolak kepada surat izin yang diberikan peneliti turan ke lapangan

untuk menjajaki dan meneliti keadaan lapangan sekaligus untuk memilih dan

memanfaatkan informan (sumber informasi) yang diperlukan informan yang

dipilih adalah yang memenuhi persyaratan: jujur, taat, patuh, suka berbicara

tidak termasuk sebagai anggota kelompok yang bertentangan latar belakang

penelitian dan mempunyai pandangan tertentu atau tentang peristiwa yang

terjadi (Lexy J. Moleong, 1994: 90). Selain itu kelengkapan penelitian juga

disiapkan. Etika penelitian mempakan bagian yang perlu dipahami untuk

penelitian

kualitatif

sebelum

memasuki

tahap

berikutnya.

Peneliti

mempersiapkan diri baik secara pisik ataupun mental. Kesemuanya itu

dilakukan agar pada tahap berikutnya prosesnya dapat berjalan dengan lancar.

Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan peneliti didalam tahap bempaya

memahami latar penelitian. Tahap ini disebut sebagai tahap "orientasi" untuk

mengetahui sesuai dengan yang perlu diketahui. Tahap ini bertujuan untuk

memperoleh informasi tentang latar penelitian secara tepat. "Latar terbuka

terdapat dilapangan umum seperti tempat pidato, orang berkumpul ditaman,

toko, bioskop, dan mang tunggu mmah sakit" (lexy Moleong, 1994: 94). Jadi

yang dimaksud dengan latar belakang penelitian disini adalah yang bersifat

tertutup.

Pada tahap ini peneliti bempaya untuk menjalin hubungan baik secara

(43)

94

diwawancarai atau diminta keterangannya flksibilitas dan adab stabilitas cukup memegang peranan penting dalam hal ini kondisi seperti terns dipertahankan

agar proses pengumpulan data dapat berjalan dengan lancar. Selama penelitian

dilaksanakan peneliti melakukan triangulasi dengan cara mengungkapkan

kembali data yang diperoleh dari sumber data dan meminta komentamya,

konfirmasi dan cek silang yang dianalisis kepada sumber data. Akhir dari tahap

ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis data lapangan dengan memjuk

kepada kajian teoritis dan lapangan unmk menghasilkan temuan-temuan

penelitian.

Tahap kedua adalah penyusunan laporan, tahap ini adalah tahap terakhir

dalam melakukan penelitian hasil-hasil kegiatan penelitian disusun secara

sistematis dan sistematik dalam bentuk kerja ilmiyah yang berbentuk tesis.

Setelah tesis ini disusun dengan rapi, selanjutnya dipertanggung jawabkan

secara ilmiah pada fomm ujian resume untuk memperoleh pengesahan.

G. Validitas Penelitian

Validitas adalah membuktikan bahwa apa yang diteliti oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi dalam dunia kenyataan

(Nasution, 1980: 105).

Validasi penelitian dilakukan dengan cara memperpanjang waktu

observasi yaitu dari bulan Pebmari hingga bulan April tahun 2000 apabila ada

(44)

95

mengadakan observasi yang dilakukan bulan berikutnya sesuai dengan data

yang diperlukan.

Berdasarkan data yang telah dihimpun, maka peneliti melakukan

triangulasi yaitu mencek kebenaran data dan menafsirkan data temtama

membandingkan dengan sumber informasi wawancara dan dokumentasi.

Mengadakan sumber cek dimana peneliti menanyakan dengan subjek penelitian

lapangan yang diperoleh apakah apa yang dilapor peneliti sesuai dengan subjek

peneliti (informan). Selanjutnya membiacarakan dengan subjek pembimbing

tentang data dan penafsiran data yang dibuat tentang tafsiran data yang dibuat

bagi keperluan analisis selanjutnya.

H. Analisis Data

Langkah selanjutnya setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan

analisis data faktor (1980) yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (1994: 103)

menegmukakan: "Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam pola kategori dan satuan dan umtan dasar."

Boddann dan Taylor (1975) dalam Lexy Moleong (1994: 103) mengemukakan

bahwa: "analisis data adalah proses yang merinci usaha secara formal

menemukan formal dan memmuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis

itu."

Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

(45)

96

mengorganisasikan data, mengurutkan data dan satuan uraian dasar. Proses ini

tidak dilakukan secara terpisah melainkan dilakukan dengan berkesinambungan,

agar tema yang dihasilkan benar-benar data yang diperoleh dari lapangan dalam

menganalisis data ada beberapa hal yang meliputi: Paksa diri anda sendiri untuk

mengambil keputusan untuk mempersempit studi; paksa diri anda sendiri untuk

memutuskan jenis studi yang diselesaikan; buat pertanyaan yang analisis;

rencanakan segi pengumpulan data berdasarkan temuan pada pengamatan

sebelumnya; buat komentar pengamat tentang gagasan tujuh pikiran yang

muncul; tulis memo untuk anda sendiri tentang apa yang berhasil dipelajari

untuk mempermudah penafsiran hasil analisis data. Patton (198): 268)

mengemukakan bahwa penafsiran memberikan arti yang signifikan terhadap

analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara

dimensi-dimensi uraian" (Lexy J. Moleong, 1994: 103).

Dalam menganalisis data tersebut terdapat dua pendekatan yang dapat

dijadikan pijakan yaitu: analisis data yang dilakukan sewaktu peneliti masih

berada di lapangan ketika pengumpulan data sedang beriangsung. Miles dan

Huberman dalam I Wayan Sukaryana (1992: 16) ada dua model yaitu: model

menyalin (flow model), dalam model ini terdapat komponen (reduksi data; sajian

data dan penarikan kesimpulan) yang dilakukan secara berkelanjutan. Model

kedua adalah model interaktip, komponen analisis reduksi dan sajian data

dilakukan secara bersamaan dalam pengumpulan data. Setelah data terkumpul

(46)

97

kesimpulan. Apabila kesimpulan dirasakan kurang kuat perlu dilakukan

verifikasi dan peneliti kembali mengumpulkan data di lapangan.

Langkah-langkah dalam menganalisis data S. Nasution (1992: 128-130)

adalah reduksi data; display data; mengambil simpulan verifikasi yang dilakukan secara terus menems selama proses pelatihan beriangsung. Aktivitas peneliti dalam reduksi data dimulai dengan menulis data di lapangan tems

menems dalam jumlah yang banyak. Tulisan tersebut kemudian direduksi

dirangkum sesuai dengan hal-hal yang pokok untuk mencari polanya. Pada

dasarnya laporan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun secara

sistematis, dan tonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih

sistematis, sehingga mudah dikendalikan (S. Nasution. 1992: 129).

Pada langkah display data menunjuk pada pembuatan suatu matriks,

grafik network, atau charts yang dapat digunakan unmk melihat gambaran

secara keselurahan atau bahagian tertentu secara lebih efektif. Sedangkan

lengkah verifikasi dilakukan sejak ada data yang dikumpulkan. Awalnya masih

kabur, bias, diragukan tetapi pada tahap berikutnya datanya akan bertambah

terus, sehingga pada akhirnya dapat diambil suatu kesimpulan yang lebih

grounded bersamaan dengan aktivitas ini, verifikasi dapat dilakukan dengan

mancari data baru.

Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan analisis data selama

dilaksanakan. Aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari proses

penyusunan pengkategorian atau pengklarifikasi data dalam rangka mencari

(47)

98

didalamnya. Atas dasar ini diharapkan dapat memenuhi suatu temuan

berdasarkan grounded atas data lapangan. Upaya pengembangan temuan data

lapangan inilah yang mencari keabsahan penelitian kualitatif.

Menunjuk pada uraian diatas, maka pada penelitian ini data yang

diperoleh dianalisis dengan data disoal setelah di lapangan. Selain didasarkan

pada fleksibilitas juga didasarkan pada faktor keseimbangan antara

oengumpulan data, menyusun tesis dampai pada kesimpulan tertentu.

Disaat penelitian analisis data dilakukan dengan cara "merekam data

lapangan" melakukan member check kepada subjek penelitian, melakukan

penyempurnaan analisis langkah berikutnya menyusun

kecenderangan-kecenderangan yang timbul sesuai dengan proses dan jenis data yang didapatkan

untuk menangkap makna yang terkandung didalamnya.

Sedangkan analisis setelah dari lapangan dan datanya telah terkumpul

yang dilakukan peneliti dengan cara mereduksi data yaitu dengan merangkum

laporan lapangan, mencatat dan memasukkan dalam file, dan menemukan

kecenderangan-kecenderangan yang timbul sesuai dengan fokus penelitian.

Setelah datadirekduksi baralah menunjukkan data sehingga hubungan data yang satu dengan yang lainnya menjadi jelas dan saling membentuk kesatuan yang

utuh, membandingkan sekaligus dan menganalisisnya secara mendalam untuk

memperoleh maknanya dan temanya sebagai dasar untuk menyusun tesis.

Akhirnya menarik kesimpulan sebagai dasar unmk memberikan rekomendasi

(48)
(49)

BABV

KESIMPULAN, IMPLDXASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan hasil penelitian dan pembahasan serta kajian

kepustakaan yang relevan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang penyajiannya

sesuai dengan fokus penelitian seperti telah dimmuskan sebelumnya. Adapun kesimpulan tersebut adalah seperti deskripsi di bawah ini.

Visi, misi dan tujuan pengembangan dosen yunior secara konseptual telah dimmuskan dalam Rencana Strategis IAIN SUSQA Pekanbara 1998-2008 secara umum, secara lisan dikemukakan dalam hal ini dikemukakan oleh Pembantu Rektor I. Bahwa visi pengembangan dosen yunior tidak saja

berbentuk kualitas seperti yang tertuang dalam Rencana Strategis, tetapi juga

berben&tuk kuantitas. Visi yang berbentuk kuantitas berkenaan dengan ratio

dosen, dimana diupayakan sesuai dengan kebutuhan fakultas masing-masing.

Misi pengembangan dosen yunior adalah meningkatkan kualitas dosen yunior

melalui pendidikan lanjutan sehingga dosen yunior itu mampu melaksanakan Tri

Dharma Perguraan Tinggi. Tujuan pengembangan dosen yunior adalah

pengembangan dibidang pendidikan dan pengajaran yaitu pada aspek menguasai

ilmu itu sendiri dan terampil dalam memberikan ilmu yang telah dikuasai

kepada mahasiswa, pengembangan dibidang penelitian dan pengabdian

masyarakat. Visi, misi dan tujuan pengembangan dosen yunior bara sebatas

tersurat dalam rencana strategis dan tersirat dari pimpinan institut. Sedangkan

(50)

182

realisasinya belum dapat teriaksana secara maksimal. Visi, misi dan tujuan yang direncanakan tidak diikuti oleh petunjuk-petunjuk pelaksanaannya, sehingga pimpinan-pimpinan di setiap fakultas belum dapat melaksanakannya secara

baik.

Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah direncanakan disusun pula strategi-strategi tersendiri. Strategi-strategi tersebut telah tersurat secara rapi dalam buku Rencana Strategis. Strategi-strategi tersebut adalah mengembangkan dan membina mutu dosen yunior; memberikan kesempatan

kepada dosen yunior unmk melanjutkan yang lebih tinggi sekaligus memberikan

kemudahan-kemudahan untuk melanjutkan pendidikan tersebut; mengadakan

kerjasama dengan perguraan tinggi seperti ITB, UNPAD, IKTP dan sebagainya

sehingga dosen-dosen IAIN itu dapat diterima di perguraan tinggi umum

tersebut; kerjasama lain juga dijalin dengan Dikti dan Pemda setempat untuk

mendapatkan dana tambahan; mengembangkan dosen yunior dibidang penelitian

dan pengembangan masyarakat. Upaya-upaya tersebut telah ada dan

dilaksanakan. Pelaksanaan strategi untuk menjalin kerjasama dengan perguraan-perguruan tinggi umum yang ada dan juga dengan Dikti. Hal ini dapat dilihat

dari banyaknya dosen-dosen yunior IAIN yang mendapatkan beasiswa di

perguman tinggi umum tersebut. Bagi dosen yunior yang tidak mendapat

beasiswa Dikti diusahakan oleh pimpinan institut untuk mendapatkan beasiswa

dari Pemda setempat dan kenyataannya hal ini benar-benar terjadi. Dalam hal

mengembangkan dan membina mutu dosen yunior dibidang tugas Tri Dharma

(51)

183

Bentuk-bentuk pengembangan dosen yunior yang dilaksanakan di IAIN SUSQA adalah mengirimkan dosen yunior untuk melanjutkan program pascasarjana (S2 dan S3). Pelatihan-pelatihan metodologi penelitian dan

pelatihan bahasa asing, penataran dan lokakarya, penataran dan diskusi ilmiah,

pembinaan dosen senior, pengembangan secara mandiri. Program pascasarjana

adalah program yang sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin mengikutinya, dengan memilih bidang studi yang diminatinya. Meskipun kesempatan

mengikuti program tersebut dibuka seluas-luasnya, namun angka partisipasinya

masih tetap saja rendah, begitu juga dengan pengiriman ke program

pascasarjana belum direncanakan secara jelas, sehingga tidak tergambar

beberapa kebutuhan jumlah, kualifikasi dan spesialisasi.

Program-program yang berkaitan dengan pelatihan-pelatihan metodologi

penelitian, bahasa asing, seminar-seminar, lokakarya dan diskusi ilmiah yang

diselenggarakan IAIN SUSQA dan instansi lain, dirasakan dapat memberikan

nilai tambah dan sumbangan-sumbangan yang cukup memadai dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya terutama tugas-tugas dosen pada Tri Dharma

Perguraan Tinggi, hal ini dirasakan oleh sebagian dosen yunior. Ini berarti

program-program tertentu sudah baik dan perlu untuk dilanjutkan

penyelenggaraannya. Akan tetapi ada juga sebagian dosen yunior yang lainnya

merasa program-program pengembangan yang diikutinya belum efektif, karena

kurang relevan dengan harapan dan kebutuhan yang mereka inginkan. Dengan

(52)

184

beberapa program tertentu saja yang telah dapat membanm menyelesaikan

sebagian tugas dosen.

Pengembangan dosen yunior secara mandiri, telah dilakukan oleh selumh dosen IAIN dengan frekuensi dan intensitas dengan bentuk bervariasi. Frekuensi membaca serta menulis yang mengikuti program pascasarjana lebih

tinggi dibandingkan dengan dosen yunior yang tidak mengikuti program

pascasarjana. Sedangkan kegiatan penataran, seminar dan lokakarya, temtama

banyak dilakukan dosen-dosen yang memiliki banyak kesempatan. Dengan

demikian pengembangan secara mandiri merupakan program paling efektif serta

menyentuh kebutuhan dosen yunior secara langsung.

Kekuatan-kekuatan yang dimiliki IAIN untuk mengembangkan dosen

yunior adalah adanya dukungan dari berbagai pihak sehingga pelaksanaan

pengembangan dosen yunior dapat teriaksana dengan baik. Kekuatan dari segi

dosen adalah secara potensial menguasai basis-basis keilmuan dan ke-Islaman,

sehingga dosen memadukan ilmu-ilmu dibidang umum dan agama dan hasilnya

lebih bermanfaat. Kekuatan lain yang dimiliki dosen yunior adalah besarnya

minat untuk mengikuti pelatihan baik pelatihan penelitian maupun pelatihan

bahasa asing. Kekuatan yang berasal dari pimpinan institut adalah menjadikan

pengembangan dosen sebagai suatu kebijakan dalam meningkatkan mutu

institut. Kekuatan lain dari institut adalah dengan cara memberikan informasi dan kesempatan serta dorongan moril kepada dosen untuk mengembangkan

(53)

185

tugas-tugas yang ditinggalkan selama dosen yang bersangkutan mengikuti

kegiatan pengembangan dosen yunior.

Peluang-peluang bagi dosen yunior dan pimpinan lembaga untuk mengembangkan kemampuan dosen yunior dalam melaksanakan tugas Tri Dharma Perguraan Tinggi adalah: terbukanya kesempatan dan kemudahan untuk mengikuti program pascasarjana, besarnya peluang bagi dosen yunior

yang mengikuti program pascasarjana untuk mendapatkan beasiswa dari Dikti

dan juga dari Pemda Riau.

Kelemahan-kelemahan dan kendala-kendala dalam pelaksanaan

pengembangan dosen yunior di lapangan adalah masalah sumber dana,

manajemen atau pengelolaan yang kurang transparan, pola dan dana yang tersedia belum mampu menunjang kegiatan-kegiatan pengembangan dosen yunior. Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut adalah

untuk mendapatkan sumber dana, calon mahasiswa pascasarjana mesti memiliki

kemauan, motivasi dan minat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pengembangan, dengan hal tersebut tentu saja mereka berusaha untuk mencari

sumber-sumber dana dari pihak-pihak yang bersedia; pengelolaan yang kurang

efektif dapat diatasi dengan cara mencari tenaga-tenaga yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman dibidang manajemen meskipun pimpinan lembaga

tidak berlatarbelakang ilmu manajemen, akan tetapi pimpinan dapat mengambil

pembantunya yang berpengalaman dibidang manajemen; pola dan dana yang

(54)

186

pengembangan dosen yunior, dan memprioritaskan dana untuk pengembangan

dosen yunior sehingga mutu dosen dapat meningkat.

Ada peluang tentu ada pula tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan dosen yunior antara lain adalah peluang untuk mendapatkan beasiswa memang sangat ketat, kurangnya dosen senior yang mau membimbing dosen yunior, masalah pribadi dosen yunior serta adanya kebijakan yang tidak

kondusif.

Kecendemngan kemampuan dosen yunior IAIN dalam melaksanakan

tugas Tri Dharma, dipengarahi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal dan

juga faktor ieksteraal. Seperti: kompetensi bidang keilmuan, kompetensi

keguraan termasuk di dalamnya latar belakang pendidikan, pengalaman kerja,

pengalaman-pengalaman dalam mengikuti berbagai program pengembangan dan

pendidikan tambahan lainnya. Kinerja dosen yunior dalam memberikan layanan

pendidikan dan pengajaran sebagai tugas pokoknya sehari-hari terlihat masih

rendah, hal ini terlihat dari tahap perencanaan (persiapan) pembelajaran,

prosedur (pelaksanaan) pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Pada

tahap perencanaan bahan pembelajaran, tidak ditemukan dosen yunior yang

mempersiapkan bahan secara sistematis dalam bentuk fisik (SAP), yang

ditemukan hanya ada sebagian kecil dosen yunior yang membuat kesimpulan

dan* berbagai buku yang mereka baca tentang materi yang akan diajarkan pada

hari itu. Pada tahap pelaksanaan proses pembelajaran kurang bermutu dan

(55)

187

Pada akhir proses perkuliahan, sebagian besar dosen tidak melakukan evaluasi hasil pembelajaran yang dicapai, dosen yunior yang melakukan penilaian (evaluasi) hasil pembelajaran belum melakukan tes yang sesuai, baik standar maupun ragamnya. Sebagian besar dosen yunior belum mempunyai komitmen yang kuat untuk memberikan layanan pendidikan dan pengajaran yang lebih bermutu. Lemahnya komitmen tersebut berkaitan erat dengan pola pembuatan keputusan ditingkat fakultas yang terkesan lebih mengedepankan

nuansa otoritas ketimbang pendekatan persuasif

Kecenderangan dosen unmk melakukan penelitian belum seimbang dengan keharasan melakukan penelitian. kecenderangan penelitian berkaitan erat dengan rendahnya kemampuan meneliti oleh dosen yunior. Hal ini dapat dilihat jelas pada kualitas proposal yang ditampilkan serta kualitas kerja

lapangan. Tidak jauh berbeda pula dengan kinerja dosen yunior dalam aspek

pengabdian pada masyarakat. Model pengabdian masyarakat tidak terencana dan

terkoordinasi secara sistematis. Hal ini tidak berarti pengabdian masyarakat yang dilakukan dosen IAIN tidak memenuhi kebutuhan masyarakat, hanya saja

dilaksanakan tidak terencana secara sistematis.

B. Implikasi

Implikasi penelitian ini berkaitan dengan implikasi temuan. Implikasi

temuan ini merapakan berbagai persoalan yang muncul berkaitan dengan

keadaan yang ditemukan di setting penelitian. ada beberapa temuan penelitian

(56)

188

kegiatan dan aktivitas institut. Berbagai implikasi tersebut berkaitan dengan temuan-temuan pada aspek visi, misi, tujuan dan strategi manajemen pengembangan dosen; pelaksanaan pengembangan dosen yunior; kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan serta kecenderangan kemampuan dosen

yunior.

Kesimpulan tentang visi, misi dan tujuan serta strategi manajemen pengembangan dosen yunior IAIN SUSQA Pekanbara adalah visi, misi, tujuan serta strategi yang direncanakan belum dajaat disosialisasikan kepada pimpinan-pimpinan fakultas dan jurasan dan tidak disertai pula dengan pemnjuk pelaksanaan secara khusus. Hal tersebut akan memberikan berbagai implikasi. Pertama, bahwa strategi-strategi yang

Gambar

Tabel 1. Keadaan Dosen IAIN SUSQA Pekanbaru Menurut JabatanFungsional Pada Tahun 1998

Referensi

Dokumen terkait

14 NASTITI WIJAYANTI UNIVERSITAS GADJAH MADA 15 SITI ISRINA OKTAVIA SALASIA UNIVERSITAS GADJAH MADA 16 AKHMAD KHARIS NUGROHO UNIVERSITAS GADJAH MADA. 17 INDRIANA KARTINI

(2002 年 5 月 ) : Influence of mulching and salt content of irrigation water on the performance of fruit vegetables... Sugimoto (2002 年 9 月 ) :

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetehui apakah penerapan etika pemasaran yang dilakukan oleh bank

Berdasarkan penejelasan di atas maka, penulis dapat menyimpulkan definisi operasional pada penelitian ini adalah peran literasi informasi terhadap

Proksi dari intergovernmental revenue dalam penelitian ini menggunakan perbandingan antara total dana perimbangan dengan total pendapatan.. Intergovernmental revenue diukur

iB wadiah pada Bank Jatim Syariah Cabang Surabaya.. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan. tabunganku iB wadiah berkaitan dengan prinsip

(2012) ini beberapa gambaran radiologi seperti efusi pleura dijumpai lebih sedikit pada pasien dengan infeksi HIV, hal tersebut berbeda dengan beberapa studi lain yang