• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNALISASI NILAI-NILAI KEMANDIRIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR NEGERI 09 SUNGAI RAYA KUBU RAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERNALISASI NILAI-NILAI KEMANDIRIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR NEGERI 09 SUNGAI RAYA KUBU RAYA."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... Xv BAB I PENDAHULUAN ...

A.Latar Belakang Penelitian... B. Rumusan Masaah Penelitian... C.Tujuan Penelitian ... D.Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi Disertasi ...

1 1 20 21 21 24 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...

A.Konsep Nilai ... 1 Jenis-jenis Nilai ... 2. Urgensi Nilai ... B. Nilai Kemandirian ...

1. Pengertian Nilai Kemandirian ... 2. Jenis Nilai Kemandirian ... C.Internalisasi Nilai... 1. Pengertian Internalisasi Nilai ... 2. Teknik Internalisasi Nilai Kemadirian ...

D. Internalisasi Nilai Kemandirian dalam Pendidikan Umum...

E. Pembelajaran IPA di SD ... 1. Hakekat IPA ... 2. Karakteristik Pembelajaran IPA di SD ... 3. Proses Pembelajaran IPA di SD ... F.Studi-Studi Terdahulu yang Relevan ... G. Kerangka Pemikiran Penelitian ...

25 25 29 32 33 33 39 54 54 59 60 65 65 70 74 88 96 BAB III METODE PENELITIAN ... A. Metode yang Digunakan ... B. Pendekatan Penelitian ... C. Pengumpulan Data ... 1. Sumber Data Primer dan Skunder ...

(2)

2. Instrumen Penelitian ... D.Teknik Pengumpulan Data ... 1. Teknik Observasi ... 2. Teknik Wawancara ... 3. Teknik Studi Dokumentasi ... E. Langkah-Langkah Penelitian ... 1. Studi Pendahuluan ... 2. Perumusan Pola Konseptual ... 3. Validasi Pola Konseptual ... 4. Refleksi dan Revisi Pola Konseptual ... 5. Uji Coba Terbatas ... 6. Revisi Pola ... 7. Analisis Data dan Evaluasi ... F. Strategi Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 1. Teknik Pengumpulan Data ... 2. Teknik Analisis Data ... 3. Keabsahan Data ...

105 106 106 107 196 110 111 112 115 116 117 117 117 118 118 119 120 BAB IV DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A.Data Penelitian... 1. Data Keadaan Umum Sekolah ... 2. Hasil Temuan Penelitian ...

a. Temuan program sekolah dengan internalisasi nilai-nilai Kemandirian Siswa... b. Temuan pembelajaran dengan internalisasi nilai-

nilai kemandirian siswa... c. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan

pengembangan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa ... B, Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ...

1. Program sekolah terkait internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 09 Sungai Raya Kubu Raya... 2. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan

internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa di SD Negeri 09 Sungai Raya Kubu Raya... 3. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan

pengembangan internalisasi nilai-nilai kemandiriaaaaaaaa 122 122 122 126 126 147 155 158 158 158 188 183 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...

A.Simpulan Umum ... B. Simpulan Khusus ... C.Rekomendasi ...

219 219 221 222 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

(3)
(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa perilaku mandiri merupakan implementasi dari fungsi dan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), tujuan pendidikan nasional dirumuskan, yaitu bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(5)

kreatif dan mandiri pada siswa dalam pembelajaran (PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat 1)

Bertolak dari fungsi, tujuan dan konsep pendidikan itu, bahwa dalam proses pembelajaran IPA di SD, tujuan yang akan dicapai tidak hanya terfokus pada aspek kognitif saja, akan tetapi aspek lainnya, seperti aspek afektif dan psikomotor. Oleh karena itu seorang guru, sekaligus seorang pendidik harus memberikan bekal pengalaman belajar sesuai dengan target substansi proses kegiatan pembelajaran yang direncanakan, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomor, sehingga para siswa memperoleh hasil belajar yang utuh dan bermakna. Secara kognitif daya nalarnya berkembang, kepekaan afeksinya tinggi dan aneka motoriknya berkembang sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya.

Proses pembekalan substansi yang ideal diharapkan tidak hanya aspek kognitif dalam bentuk hafalan, melainkan mampu terciptanya ”self concept”, yaitu

(6)

potensi diri manusia serta memanfaatkan substansi tersebut dalam pembinaan proses pelakonan (experiencing) kemandirian peserta didik saat mengikuti pembelajaran (Kosasih,1996: 35), demikian juga saat siswa mengikuti pembelajaran IPA di SD. Di dalamnya ada unsur memahami, mencintai dan mengamalkan. Fasli Jalal yang dikutip oleh Narmoatmojo (2010: 2) mengatakan bahwa pendidikan karakter yang didorong oleh pemerintah untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak membebani guru dan siswa. Sebab, hal yang terkandung dalam pendidikan karakter, sebenarnya sudah ada dalam kurikulum, namun selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara tersurat. Jadi sesungguhnya anjuran implementasi internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran di sekolah itu secara inplisit sudah terprogram dalam kurikulum, demikian juga dalam pembelajaran IPA di SD (KTSP, 2006: 484), tinggal yang menjadi pertanyaan pola internalisasinya seperti apa, bagaimana perencanaannya, dan bagaimana bentuk realisasi pelaksanaannya dalam pembelajaran IPA di SD,

(7)

dikembangkan melalui kegiatan internalisasi pada siswa dalam pembelajaran IPA SD, dengan harapan terbentuknya sikap mandiri pada siswa.

(8)

memberikan indikasi bahwa pendidikan nilai moral yang berimplikasi terbentuknya sikap perilaku mandiri, sesuai tuntutan tujuan pendidikan nasional yang telah diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang implimentasinya perlu dilakukan di semua jenjang pendidikan pada setiap mata pelajaran, di antaranya dalam pembelajaran IPA di SD, karena pendidikan nilai merupakan ruhnya mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa (Aeni, 2010). Jadi jelas bahwa penanaman nilai kemandirian pada siswa melalui pembelajaran IPA di SD itu adalah suatu keharusan yang harus dilakukan oleh guru sebagai salah satu upaya dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara utuh dan terintegratif. Utuh dalam artian bahwa hasil pembelajaran yang diperoleh siswa tidak hanya aspek konsep saja melainkan aspek lainnya berupa sikap dan perilaku dalam bentuk kemandirian. Sedangkan terintegratif, hasil belajar yang didapat siswa diperolehnya secara satu kesatuan antara kognitif, afektif dan psikomotor.

(9)

aspek lainnya seperti nilai-nilai kemandirian perlu ditanamkan pada siswa yang disebut dengan istilah internalisasi, karena dengan pembelajaran IPA nilai kemandirian siswa diharapkan dapat terbentuk dan dikembangkan.

Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (KTSP SD, 2006: 484). Berarti target yang akan dicapai dalam pembelajaran IPA, tidak sebatas pada konsep saja, namun aspek lain juga diperlukan, seperti: mandiri, tanggung jawab, peduli lingkungan, sikap tenggang rasa, pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, dan lain-lain. Dalam mengajarkan IPA kepada siswa SD perlu dikembangkan sikap ilmiah seperti sikap ingin tahu, sikap kerja sama, sikap mawas diri, sikap tanggung jawab, sikap berpikir bebas, dan sikap disiplin diri termasauk sikap mandiri (Sulistyorini, S, 2007: 10). Kesemua sikap ini adalah bagian dari dimensi afektif, yang oleh Kosasih (1985: 18) dikatakan sebagai sikap prilaku yang cenderung mencerminkan nilai, keyakinan/

belief sebagai tingkat tertinggi yang paling mantap. Di sinilah munculnya rasa

percaya diri yang mendorong siswa untuk bersikap kreatif dan mandiri, faktor inilah yang perlu dikembangkan oleh guru dalam pemelajaran IPA di SD melalui kegiatan internalisasi dengan pola yang mudah terlaksana oleh guru di sekolah.

(10)

tujuan Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pengembangan nilai yang dimaksud adalah penginternalisasian nilai potensi kemandirian siswa melalui pembelajaran science (IPA) di sekolah. Sehingga tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran adalah menghasilkan manusia yang berkepribadian, bermoral, berakhlak dan mandiri secara intelektual, emosional, dan spiritual. Oleh karena itu komponen esensial kepribadian, moral, dan akhlak, kepercayaan, tanggung jawab dan kreatif menjadi nilai-nilai dasar dalam pengembangan kehidupan manusia yang mandiri.

Pengembangan nilai-nilai kemandirian dalam pembelajaran IPA di SD belum dapat dilaksanakan secara efektif, karena beberapa hal, antara lain, tingkat pemahaman guru dalam pengimplementasiannya masih rendah, metodologi pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional dan kurang variatif, manajemen berbasis sekolah belum terlaksana dengan baik, peran serta pemerintah belum memadai, dukungan moral dan dana dari masyarakat belum optimal, serta akibat pengaruh modernisasi yang terjadi di lingkungan siswa itu sendiri.

Rukiyati (2005/ http://www.suarakarya-online.com) mengatakan dalam

Suara Karya, bahwa bangsa Indonesia saat ini sering dianggap sebagai bangsa

(11)

tersebut, sehingga diperlukan upaya yang sangat besar dan sungguh-sungguh untuk membangun karakter bangsa agar dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan peradaban. Dalam hal ini, pendidikan nilai merupakan keniscayaan jika ingin membangun karakter bangsa. Pendidikan nilai mulai dilakukan dari keluarga, di sekolah dan masyarakat yang berlangsung sepanjang hidup manusia.

(12)

Bertolak dari itu, nilai-nilai kemandirian siswa dalam belajar sangat diperlukan pengembangannya, agar kelak menjadi generasi penerus yang handal, kreatif, inovatif berguna dan berdayaguna bagi Agama, Bangsa dan Negara sebagai bangsa yang memiliki kepribadian yang tinggi sesuai dengan ideologinya yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dalam pengembangannya para guru dan pendidik perlu menggunakan cara khusus atau pola yang terprogram untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD. Nilai-nilai yang dimaksud berupa aspek-aspek kemandirian siswa saat mengikuti pembelajaran seperti: kebebasan, usaha sendiri, prestasi, inisiatif, kreatif, percaya diri, dan tanggung ajawab (Masrun, 1986: 13).

Sehubungan dengan hal tersebut, Hartono (2011) mengatakan bahwa mengintegrasikan antara sains dan agama dapat menjadi alternatif ilmu pengetahuan baru yang sangat diperlukan dalam dunia Islam abad ke- 21 ini, terutama dalam menghadapi imperialisme ekonomi dari negara adidaya. Respons terbaik menghadapi imperialisme tersebut adalah membangun kemandirian ekonomi. Untuk mencapai kemandirian ekonomi itu dibutuhkan perangkat softwer (perangkat lunah) berupa internalisasi kemandirian pada diri setiap individu, yang hendaknya sudah mulai ditanamkan pada anak di rumah, di masyarakat dan di sekolah melalui pembelajaran yang disampaikan oleh, termasuk dalam pembelajaran IPA di SD.

(13)
(14)

Bila dilihat dari proses pembelajaran IPA di SD, ada yang namanya dampak pengiring, sebagai dampak dari pencapaian tujuan pembelajaran dan berpengaruh pada siswa, yang munculnya bisa dalam waktu singkat dan bisa juga ada jeda waktu setelah berlangsungnya pembelajaran (Marzuki, 2006: 55). Dampak positif-tidaknya pengaruh yang diberikan pembelajaran pada siswa tergantung aspek tujuan yang diharapkan oleh guru. Dari fakta yang terjadi, aspek kognitif mengemuka, aspek lain kurang mendapat perhatian begitu juga pada aspek sikap perilaku mandiri. Jadi tidak heran bila seorang siswa pintar, cekatan dan terampil, namun tidak berjiwa mandiri, tidak bermoral dan tidak berakhlak bahkan kadang kala terjadi perkelahian sesama siswa sebagai contoh: Siswa SD saling pukul akibat saling mengejek sehingga terjadi perkelahian yang mengakibatkan salah seorang siswa kena sabetan kaca pada pipinya yang berujung diperkarakan secara hukum (Tribun Pontianak Post, 16 Januari 2011).

Penyimpangan prilaku dan akhlak yang kurang baik juga terjadi di

kalangan siswa SD. Sering kita temukan anak-anak usia SD sudah tidak mampu

lagi membedakan mana orang tua mana teman, mana manusia mana hewan.

Bahasa yang digunakan selalu disertai dengan kata-kata kotor, seolah kata-kata

kotor itu menjadi bumbu penyedap yang wajib diucapkan. Dunia premanisme

sudah merambah siswa SD (http://bataviase.co.id, 2010), seperti yang terjadi di Cipinang Jatinegara Jakarta Timur karena di bawah pengaruh obat sejenis

(15)

porno yang akhirnya mencoba untuk melakukannya. Kasus ini trejadi di

Depok 4 orang siswa SD memperkosa bergilir 2 orang siswa SD

(detektifromantika.wordpress.com: 2008). Di sisi lain aspek emosi siswa

semakin rapuh, ditandai dengan tidak adanya percaya diri, sombong, cepat putus

asa, mencari jalan pintas untuk keluar dari masalah, dalam hal ini terjadinya

kasus siswa SD yang bunuh diri sebagaimana yang terjadi di Surabaya

(http://infoindonesia.wordpress.com, 2007) gara-gara tidak mampu membayar

SPP, seorang anak SD nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Tidak seimbangnya aspek kognisi dan aspek apektif yang akhirnya

melahirkan siswa yang cerdas secara intelektual tetapi tidak cerdas secara

etika, dan sopan santun, apa lagi berperilaku mandiri.

(16)

Faktor lainnya lagi yang juga dapat memberikan dampak negatif pada peri laku siswa dalam belajar, ialah faktor masyarakat modern yang cenderung berperilaku serba instan, praktis, ingin serba cepat yang dapat mempengaruhi perilaku kemandirian. Akibatnya keinginan serba cepat itu kadangkala menyebabkan aturan dilanggar, nilai-nilai moral terabaikan, bekerja asal-asalan, dan cenderung selalu tergantung pada orang lain dan tidak mandiri. Sikap manusia modern seperti ini telah digambarkan oleh Al-Qur’an dengan kata-kata al-’ajalah yaitu ketergesa-gesaan, serba instan (Q.S Al-Qiyamah: 20- 21). Akibat dari ini membawa dampak negatif pada masyarakat dan orang yang ada di

sekitarnya termasauk pada diri siswa, baik di masyarakat, di rumah maupun di

sekolah.

(17)

bangsa ini. Bangsa Indonesia ini lambat laun akan menjadi bangsa yang tidak berkarakter, tidak bermoral, dan tidak memiliki nilai-nilai kemandirian sebagai

bangsa yang memiliki kepribadian yang berediologi Pancasilan dan UUD 1945. Karena itu, sekarang saatnya untuk sungguh-sungguh memperhatikan

aspek pendidikan nilai bagi pembangunan karakter generasi muda Indonesia secara terpadu dan komprehensif dengan melibatkan para pengambil kebijakan di tingkat pusat sampai guru yang ada di sekolah, demikian juga pengembangan internalisasi nilai-nilai kemandirian pada siswa SD. Pendidikan karakter saat ini menjadi salah satu perhatian kuat pemerintah, yang menjadi tugas utama Diknas untuk mengembangkannya secara utuh sesuai tuntutan UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, temasuk di dalamnya penginternalisasikan nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD dengan pola yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangannya (Kartadinata,S: 2010/ http://file.upi.edu).

(18)

membangun moral, karakter, prilaku mandiri dan akhlak mulia (Suprayogo, 2010). Atas dasar kondisi inilah peneliti merasa terpanggil untuk mengangkat permasalahnya kepermukaan melalui tulisan ilmiah disertasi ini, dengan harapan, paling tidak memberikan masukan agar pembelajaran IPA atau pembelajaran lainnya di SD itu tidak hanya sekedar menyampaikan konsep-konsep, dan berbagai keterampilan saja, akan tetapi justru bisa dijadikan sebagai sarana tepat guna dalam mengembangkan nilai-nilai kemandirian siswa melalui pembelajaran ke arah terbentuknya sikap dan perilaku siswa yang berkemandirian sesuai dengan tuntunan nilai-nilai ilahiyah. Allah SWT berfirman: ”Bertebaranlah kamu di muka bumi untuk mencari kurnia Allah” (Q.S. 62 Al-Aljumuah: 10). Selanjutnya Nabi SAW bersabda sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Ghazali dalam Kitabnya Ihya Ulumiddin Terjemahan bahwa: “Allah sesungguhnya menyukai hambaNya yang mengambil sesuatu pekerjaan, untuk memperoleh kecukupan dari pada bantuan orang lain” (Ismail Yakub, 2007: 10).

Ini artinya bahwa kemandirian itu sangat perlu ditanamkan pada diri anak, minimal dimulai pada siswa SD salah satunya dalam pembelajaran IPA di SD dengan pola yang tepat.

(19)

Ada beberapa pertimbangan lain perlunya ditanamkan nilai-nilai kemandirian pada siswa dalam pembelajaran IPA SD, yaitu:

1. Dilaksanakannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006), di mana dalam KTSP itu, yang diharapkan dicapai tidak hanya aspek kognitif saja, akan tetapi yang lainnya juga secara terintegrasi, yaitu; kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Firman ”Allah telah menjelaskan melalui firman-Nya, yang intinya bahwa ”pengakuan manusia terhadap Allah sebagai Tuhannya sudah

tertanam kuat dalam fitrahnya, dalam jiwanya” (Q.S. 7 Al-’A’raaf:

172), tinggal bagaimana pengembangannya melalui penginternalisasian nilai-nilai kemandirian pada diri siswa serta pemeliharaan potensi (perasaan religius), yang ada pada siswa tersebut, maka disinilah peran para pendidik dalam mengembangan keagamaan anak, termasuk dalam bidang akhlak/ budi pekerti, moral, tanggung jawab dan mandiri. Dengan kata lain bahwa nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA perlu dipribadikan.

Dalam kehidupan, manusia memiliki potensi beragama bahkan potensi tersebut sudah dianggap sebagai kebutuhan spiritual manusia. Menurut Jalaluddin (1996: 1), bahwa potensi bawaan (agama) tersebut memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaaan yang mantap lebih-lebih pada anak usia dini, demikian juga pada anak usia SD.

(20)

kesantunan pada anak (Sauri, 2002: 260), termasuk pempribadian nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA SD. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang pola internalisasi nilai-nilai kemandirian yang lebih memfokuskan masalahnya pada pengembangan nilai-nilai yang berbasis penelitian empirik (Sauri, 2002: 260). Selain itu Sauri (2002: 47) mengemukakan bahwa ”Tujuan yang hendak dicapai dalam pembinaan nilai -nilai agama pada hakekatnya adalah terwujudnya -nilai--nilai ideal yang bersumber dari agama dalam pribadi anak didik”. Maka dari itu, ”betapa pentingnya pembinaan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan serta nilai-nilai moral lainnya di sekolah, di keluarga, dan di masyarkat” (Somad, 2007: 6), termasuk dalam hal pengembangan internalisasi nilai-nilai kemandirian pada siswa. Namun yang menjadi permasalahan, pada usia berapa sikap anak-anak itu dapat terbentuk, dengan demikian apabila seorang guru dapat mengembangkannya, atau paling tidak untuk dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan saat guru mengembangkan nilai moral sebagai upaya guru menanamkan sikap perilaku kemandirian pada siswa melalui pembelajaran IPA di SD. Ormerd dan Duckworth menegaskan: ”the critical age for influencing pupils’ attitudes lies between eight and thirteen years” (dalam Dahar, 1985: 25).

(21)

belajar sains atau IPA, ini suatu pertanda upaya guru menanamkan sikap perilaku kemandiriaan sebagai refleksi dari pengembangan nilai moral akan membawa kesuksesan bagi guru. Untuk itu guru perlu pola yang tepat agar pengembangan internalisasi nila-nilai kemandirian siswa dalam belajar IPA di sekolah dapat berlangsung secara efektif sesuai tujuan yang sudah terprogram dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Tentu harapan yang tergambar dalam RPP itu tidak hanya berupa pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, prinsip-prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori saja, melainkan juga berupa keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang diperlukan (Dahar, W.R 1985: 298), seperti kejujuran, tanggap, tanggung jawab, demokratis, berakhlak dan santun serta bersikap mandiri.

4. Dari hasil penelitian menegaskan bahwa ”kemandirian” merupakan gambaran jati diri dan ciri utama bangsa, oleh karena itu perhatian terhadap hal itu tidak hanya bersifat simbolis atau kata-kata indah yang tertuang dalam undang-undang, namun perlu diimplementasikan secara operesioanal di lembaga-lembaga pendidikan, termasuk di SD (Maufur, 2005: 273).

5. Dari sumbar beberapa artikel dan jurnal mengungkapkan sebagai berikut: a. Apabila kita ingin mencetak generasi penerus yang mandiri, bermoral, dewasa

(22)

b. Kita sebagai Generasi Muda sangat perihatin dengan keadaan generasi penerus atau calon generasi penerus Bangsa Indonesai saat ini, yang tinggal, hidup dan dibesarkan di dalam bumi republik ini tanpa adanya upaya internalisasi nilai-nilai moral, nilai-nilai-nilai-nilai semangat juang yang mandiri dan nilai-nilai-nilai-nilai moral ketanggungjawaban yang agamawi. Untuk menyiapkan generasi penerus yang dimaksud perlu dilakukan beberapa hal mendasar yang memungkinkan (http://www.segalaartikel.blogspot.com/), di antaranya melalui penggunaan pola yang tepat, yaitu pola yang dikembangkan oleh guru di SD.

6. Pendidikan itu sangat penting dalam kehidupan, baik dalam keluarga, bangsa maupun negara. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu (http://blog.tempointeraktif.com/). Maka dari itu menurut pandangan Islam menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim tanpa kecuali sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, yang substansinya ”bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim”,

tanpa batas waktu (Riwayat Ibnu Majah dari Anash dalam Imam Ghazali, Terjemahan 2007: 32). Artinya bahwa pendidikan itu sangat perlu bagi seorang individu, termasuk pendidikan kemandirian.

(23)

Dengan pendidikan, manusia akan mendapatkan kemuliaan serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, pendidikan menjadi tugas orang tua dan guru di samping juga amanah yang harus dipikul oleh generasi berikutnya, dan dijalankan oleh para pendidik dalam mendidik anaknya. Sebagaimana firman Allah SWT, yang terjemahannya adalah: “Hai orang yang

beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”. (Q.S.66

At-Tahrim: 6). Substansi dari ayat ini mengandung makna bahwa orang tua dan guru

sangat berperan terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya, demikian juga penginternalisasian nilai-nilai kemandirian siswa dalam belajar.

(24)

oleh guru untuk menginternalisasikan nilai-nilai kemandirian siswa dalam pmebelajaran IPA di SD.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah, ”Bagaimana internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di Sekoah Dasar?”. Untuk menjawab masalah tersebut perlu solusi pemecahan masalah melalui pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana program sekolah dilaksanakan dengan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa di SD?

3. Seperti apa pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pengembangan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa di SD?

C. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah terbentuknya sebuah RPP yang berbasis nilai-nilai kemandirian siswa yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD. Adapun tujuann khususnya adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan program sekolah yang dilaksanakan dengan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD.

(25)

3. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPA dengan pengembangan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa di SD.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis bagi guru di sekolah dasar, mahasiswa calon guru/ PGSD, pengembang kurikulum dan pihak yang berkepentingan lainnya:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau bahan pertimbangan bagi guru yang mengajarkan IPA di SD. Selain itu bermanfaat juga bagi guru yang mengajarkan mata pelajaran lainnya, termasuk bagi calon guru (PGSD) yang akan ber-PPL, berpraktek mengajar di SD, sehingga dapat membentuk perilaku siswa yang mandiri, handal, kreatif, cerdas, cekatan, terampil dan berakhlak mulia sebagai generasi penerus harapan bangsa yang memiliki sikap yang berkepribadian yang mandiri,

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi dosen yang memberikan bimbingan PPL kepada mahasiswa yang akan berpraktek mengajar di sekolah, dan sekali gus menjadi bahan pemikiran bagi pengembanng kurikulum yang berbasis kemandirian dan kreativitas.

2. Manfaat Praktis

(26)

a. Bagi Guru Sekolah Dasar

Guru sebagai tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru tidak hanya sekedar menyampaikan konsep materi pokok pembelajaran saja, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan sikap kemandirian yang diinplisitkan dalam pembelajaran. Di samping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai panduan dalam mengimplimentasikan pendidikan nilai di sekolah, khususnya tentang pengembangan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah.

b. Bagi Mahasiswa atau Peneliti Sendiri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, utamanya mahasiswa calon guru yang akan berpraktek mengajar di SD, untuk dijadikan ”sebagai bahan pertimbangan bagaimana langkah yang harus dilakukan oleh guru

dalam menerapkan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalan embelajaran IPA di SD.

c. Bagi Dosen

(27)

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pengembang kurikulum untuk dijadikan rujukan dasar bahwa faktor nilai (moral, etika, estetika, dan aklakul karimah atau budi pekerti, dan kemandirian) sangat perlu dijadikan sebagai materi sisipan pada setiap mata pelajaran secara terintegrasi, yang pada akhirnya muncullah Kurikulum KTSP yang Berbasis Nilai sebagai aplikasi UU No.20 Tahun 2003. Dalam hal ini PGSD sebagai lemabaga LPTK termasuk berbagai Pergurruan Tinggi yang menangani ke LPTK-an diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai ujung tombak mengembalikan konsep kurikulum yang ada menjadi Kurikulum KTSP yang berbasis niilai kemandirian. E. Struktur Organisasi Disertasi

Dalam bagian ini akan dipaparkan secara beurutan keseluruhan isi disertasi, sebagai berikut:

(28)
(29)

97

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan, yang disebut dengan design researrch. Metode pengembangan tersebut terdiri dari tiga komponen utama yaitu: 1) model pengembangan, 2) prosedur pengembangan, 3) uji coba produk (Puslitjaknov, 2008: 8). Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang dihasilkan. Model pengembangannya berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Dari tiga model tersebut, sesuai dengan situasi kondisi di lapangan tentang internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa yang selama ini guru lakukan, seperti apa internalisasinya, dan bagaimana pengembangannya sehingga internalisasi yang dilakukan guru itu dapat dijadikan sebagai model oleh guru lainnya, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prosedural.

(30)

98

antaranya upaya peningkatan kualitas pendidikan di SD-SD, di samping SDN 09 menjadi SD inti, yang menggunakan Kurikulum RSBI), tepatnya di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya sekitar areal bandara Supadio Pontianak.

Dalam penelitian pengembangan itu menurut konsep Borg dan Gall (1983), perlu langkah-langkah strategis. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian pendahuluan (pra survei) untuk mengumpulkan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas, identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan);

2. Melakukan perencanaan (identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan, penentuan langkah-langkah pembelajaran), dan uji ahli atau uji coba pada skala kecil atau expert judgement.

3. Melakukan uji coba RPP yang berbasis nilai kemandirian di SD lain, tepatnya di SD Negeri 08 Sungai Raya Kubu terhadap guru yang mengajarkan IPA di kelas VI, kemudian hasilnya dibandingkan dari RPP yang telah dibuat oleh guru dengan hasil aplikasi RPP yang berbasis nilai kemandirian siswa, baik dilihat dari rancangan RPP-nya, maupun dalam aplikasinya, termasuk dari berbagai indikasi kemandirian siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Uji coba dilakukan dari tanggal 25 Maret 2012 sampai tanggal 30 Maret 2012;

4. Analisis data hasil uji-coba, baik RPP-nya maupun aplikasinya dalam pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri 08 Sungai Raya Kubu Raya, dan telah divalidasi oleh ahli, yaitu Dr.H. Tomo Djudin, Dosen tetap IPA FKIP Untan Pontianak.

(31)

99

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi di samping mengunakan wawancara, dan dukomentasi serta catatab lapangan. Wawancara digunakan untuk menjaring data yang dilakukan oleh guru dalam menginternalisasikan nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA. Subjek penelitiannya adalah guru yang mengajar IPA di kelas VI beserta para siswanya yang aktif mengikuti pembelajaran selama berlangsungnya penelitian. Observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menginternalisasikan nilai-nilai kemandirian siswa. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran keberadaan objek yang diteliti untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Untuk mendapatkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka data yang telah terkumpul perlu dilakukan pengecekan keabsahan datanya dengan teknik triangulasi, yaitu teknik penyilangan informasi yang diperoleh dari sumber yang satu ke sumber lainnya sehingga mendapatkan data yang absah untuk digunakan sebagai hasil capaian dalam penelitian (Arikunto, 2006: 18). Untuk lebih lancarnya pelaksanaan peneliatian, begitu juga saat berlanhsung try out, peneliti berkolabarasi dengan guru yang subyek penelitian, kepala sekolah, dan guru lainnya. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan cara mengkonfirmasi ulang informasi hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Data penelitian yang diperoleh dari sumber yang berbeda melalui wawancara dikonfirmasi ulang dengan data yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data yang absah setelah melalui proses penyilangan informasi atau tringulasi.

(32)

100

simpulan-simpulan umum.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena relevan dengan karakteristik masalah yang menjadi fokus penelitian. Selain itu, pendekatan ini mempunyai keunggulan dengan karakteristik tersendiri. Guba dan Lincoln dalam Alwasilah (2008: 104-107) secara rinci mengungkap 14 karakteristik pendekatan kualitatif sebagaimana yang diungkapkan pada bagian berikutnya.

Penelitian ini lebih dititikberatkan pada upaya untuk mengkaji suatu proses dan fenomena secara menyeluruh dan saling terkait. McMillan dan Schumacher (2001: 398) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif didasarkan pada asumsi bahwa realitas merupakan sesuatu yang bersifat ganda, saling berinteraksi dan terjadi pertukaran pengalaman-pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu.

Berdasarkan pembahasan tersebut, penelitian kualitatif meyakini bahwa realitas sesunguhnya merupakan sebuah konstruksi sosial. Pendekatan kualitatif lebih melihat sesuatu sebagaimana adanya dalam suatu kesatuan yang saling terkait yang lebih menekankan pada proses dari pada dampak atau hasil (Creswell, 1994: 145). Dalam penelitian ini realitas yang diteliti adalah internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran IPA di kelas VI SD, baik yang dilakukan oleh guru dengan caranya sendiri maupun yang dilakukan oleh guru setelah ada pengembangan RPP dari internalisasi yang telah dilakukan sebelumnya.

(33)

101

secara holistic (utuh). Nasution (1992: 5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dalam penelitian ini yang menjadi sasaran amatan oleh peneliti adalah tahapan-tahapan proses keterlaksanaan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran IPA di kelas VI dimulai dari awal kegiatam, kegiatan inti sampai pada kegiatan akhir pembelajaran di samping mengamati berbagai sikap kemandirian siswa dilihat dari berbagai aktivitas yang dilakukannya saat mengikuti pembelajaran IPA di kelas VI SD itu. Penelitian kualitatif ini memiliki ciri-ciri berikut: 1) sumber data dalam penelitian kualitatif adalah hal yang wajar atau

natural setting dan merupakan fakta kunci; 2) riset kualitatif bersifat deskriptif; 3) riset

kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata; 4) peneliti kualitatif cenderung menganalisa data secara induktif; dan (5) makna merupakan soal esensial bagi pendekatan kualitatif (Bogdan dan Biklen,1982: 27-29).

(34)

metode-102

berinteraksi; 5) Sampel purposif, pemilihannya dilakukan secara teoretis disebabkan peneliti ingin meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari demi mendapatkan realitas yang berbagai-bagai; 6) analisis data secara induktif, karena lebih memungkinkan peneliti mengidentifikasi realitas yang berbagai-bagai dilapangan, membuat inteaksi antara peneliti dan responden lebih eksplisit, nampak, dan mudah dilakukan, serta memungkinkan identifikasi aspek-aspek yang saling mempengaruhi; 7) teori didasarkan pada data di lapangan; 8) Desain penelitian mencuat secara alamiah, karena sebagai akibat dari fungsi interaksi antara peneliti dan responden; 9) Hasil penelitian berdasarkan negosiasi; 10) Cara pelaporannya berupa kasus, karena pelaporan kasus lebih mudah diadaptasikan terhadap deskripsi realitas di lapangan yang dihadapi para peneliti; 11) Interpretasinya dilakukan secara idiografik atau kasus, kontektual dan berdasarkan hukum-hukum generalisasi; 12) Aplikasi tentatif, hasil temuannya bersifat sementara karena realitas yang dihadapinya beragam; 13) Batas penelitian ditentukan fokus; karena dengan fokus penelitian lebih memungkinkan menjadi mantap antara peneliti dan responden pada konteks tertentu; 14) Keterpercayaan dengan kriteria khusus; seperti internal validity, external validity,

reliability dan objectivity kedengaran asing bagi para peneliti naturalistik, karena

memang bertentangan dengan aksioma-aksioma naturalistik. Keempat istilah tersebut dalam panelitian naturalistik diganti dengan credibility, transfer ability, dependant

ability, dan confirmability.

(35)

103

pendekatan, metode dan teknik serta media pembelajaran sampai kepada pelaksanaannya, guru sendiri yang menentukannya. Peran peneliti hanya mengamati embelajaran mulai dari awal kegiatan,, kegiatan inti dan kegiatan akhir, agar mendapatkan data primer dan skunder yang akan digunakan dalam penelitian.

C.Pengumpulan Data

1. Sumber Data Primer dan Skunder

Moleong (2008: 60), mengatakan bahwa “informasi dapat diperoleh melalui internal sampling”. Informasi itu dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya. Berdasarkan fokus penelitian, tujuan penelitian, rumusan masalah, dan pertanyaan penelitian, maka sumber data dalam penelitian ini terbagi dua bagian, yaitu data primer dan data skunder. Dalam pada itu, data primer meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan: a). Perencanaan pembelajaran IPA dalam bentuk RPP yang berbasis nilai-nilai kemandirian; b). Keterlaksanaan perencanaan pembelajaran dengan pola internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA; dan c). Keberadaan visi khusus oleh guru dalam menginternalisasikan nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD. Sedangkan data skonder diambil dari aparat sekolah lainnya seperti: guru lain, kepala sekolah, termasuk para siswa yang bukan sampel. Demikian juga data skunder lainnya seperti: KTSP, Program Sekolah, Silabus dan RPP. datanya digunakan untuk kelengkapan data primer.

(36)

104

tahap akhir penelitian berupa pengevaluasian, baik melalui pemaparan hasil temuan melalui pengamatan lembar observasi, wawancara, dokumentasi maupun data yang diperoleh melalui catatan lapangan.

Data yang dikumpulkan berasal dari pelaku dan situasi pembelajaran yaitu guru dan siswa bahkan kepala sekolah, terkait dengan kegiatan internalisasi nilai-nilai kemandirian pada siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Teknik pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan jenis dan sumber data. Sumber data tentang kepala sekolah, guru-guru, dan siswa dikumpulkan melalui teknik wawancara dan pengamatan secara langsung. Sementara itu, sumber data yang berasal dari situasi atau proses pembelajaran dikumpulkan melalui pengamatan secara langsung disertai dengan wawancara. Penggunaan teknik ini dilakukan secara simultan.

2. Instrumen Penelitian

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti sendiri merupakan instrumen utama penelitian. Dalam hal ini, Lincoln dan Guba (1985: 39) dalam

Moleong (2008: 119), mengemukakan bahwa “seorang peneliti naturalistik memilih

menggunakan sendiri sebagai human instrumen pengumpul data primer. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti sendiri merupakan instrumen utama penelitian. Dalam hal ini, Lincoln dan Guba (1985: 39) dalam

Moleong (2008: 119), mengemukakan bahwa “seorang peneliti naturalistik memilih

menggunakan sendiri sebagai human instrumen pengumpul data primer. Dalam kedudukannya sebagai instrumen utama, maka peneliti dapat menangkap secara utuh situasi yang sesungguhnya serta dapat memberikan makna atas apa yang diamatinya

(37)

105

rsponden, dan berkemampuan untuk menggali informasi yang lain, yang tidak direncanakan semula.

Pendapat di atas, diperkuat dengan penyataan Nasution (1996: 55-56) tentang ciri-ciri manusia (peneliti) sebagai instrumen penelitian, yaitu: peka terhadap segala stimulus dari lingkungan yang diperkirakan bermakna; dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus; tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia; memahami sesuatu yang diamati berdasarkan penghayatan inderanya; berkemampuan menganalisis data serta menafsirkannya; dan berkemampuan dalam menarik suatu kesimpulan berdasarkan data yang terkumpul. D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan empat teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. 1. Teknik Observasi

Peneliti dan guru berkolaborasi secara pertisipatif mengamati langsung obyek yang sedang diteliti yakni keterlaksanaan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa saat berlangsungnya pembelajaran IPA. Internalisasi ini diasumsikan dapat membentuk pribadi siswa yang mandiri, percaya diri, disiplin, penuh perhatian, tekun, teliti, kreatif, berprestasi dan tanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan siswa tanpa bergantung pada pihak lain di sekolah, di rumah ataupun di masyarakat.

(38)

106

lima unsur penting yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) latar (setting); 2. pelibatan (participant); 3. kegiatan dan interaksi (activity and interaction); 4) frekuensi dan durasi (frequency and duration); dan 5) faktor substil (subtle factors).

Moleong (2008: 174-175) sejalan dengan pendapat Guba dan Lincoln memberikan alasan sebagai berikut:

1. Teknik pengamatan atau observasi adalah sebagai alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti berkesempatan menanyakannya langsung kepada subjek sebagai cek recek dari kebenaran data yang diperoleh.

2. Teknik pengamatan juga memungkinkan untuk melihat sendiri, kemudian mencatatnya dari peristiwa yang terjadi pada keadaan sesungguhnya.

3. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa penting dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

4. Teknik pengamatan adalah cara yang terbaik untuk mengecek kebenaran data 5. Melalui teknik pengamatan memungkinkan peneliti berkemampuan memahami

situasi-situasi yang rumit, jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku subyek sekaligus.

6. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak mungkin dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

(39)

107

selanjutnya melakukan proses wawancara terhadap kepala sekolah, guru, pengurus pramuka, pembina, dan siswa.

2. Teknik Wawancara

Wawancara dengan kepala sekolah untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan program yang dibuat oleh sekolah, terutama program yang berhubungan dengan pembelajaran IPA terkait dengan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa IPA di SD. Teknik wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari subyek yang diteliti berkaitan dengan item-item pertanyaan penelitian. Wawancara dapat menjaring sejumlah data verbal mengenai persepsi informan maupun responden tentang dunia empirik yang mereka hadapi. Pemikiran, tanggapan, maupun pandangan yang diverbalisasikan akan lebih mudah dipahami oleh peneliti dibandingkan dengan bahasa (ekspresi) tubuh. Oleh karena itu menurut Nasution (1996: 69) teknik pengamatan saja tidak cukup memadai dalam melakukan suatu penelitian. Wawancara dilakukan secara mendalam (indepth interview) dengan tetap berpegang pada pedoman wawancara yang telah dipersiapkan. Hal ini dilakukan agar arah percakapan tidak terlalu menyimpang dari data yang digali, juga untuk menghidari terjadinya bias penelitian. Untuk mendapatkan validitas informasi maka pada saat wawancara berlangsung, peneliti berusaha membina hubungan baik dengan cara menciptakan iklim saling menghargai, saling mempercayai, saling memberi dan menerima.

(40)

108

mengupayakan agar tetap produktif; dan 5). Mengakhiri interviu sebagai penutup wawancara.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah diungkapkan di atas,maka sebagai langkah awal yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan siapa yang akan di wawancara. Selanjutnya peneliti menyusun pedoman wawancara sebagai pedoman agar senantiasa terarah kepada fokus penelitian. Dalam prakteknya, pertanyaan terlontar secara sistematis sesuai dengan pedoman, namun tidak jarang ditambahkan beberapa pertanyaan tambahan atas fenomena baru yang muncul. Pedoman wawancara isinya mengacu kepada rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

Waktu dan tempat wawancara ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama antara pewawancara dengan yang terwawancara. Di akhir kegiatan wawancara, peneliti tidak langsung menutup kegiatan wawancara, melainkan berpesan agar kiranya terwawancara bersedia kembali untuk diwawancarai pada kesempatan lain apabila terdapat fenomena-fenomena yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Dalam penelitian ini, teknik wawancara dimaksudkan untuk melengkapi data hasil observasi. Wawancara dilakukan terhadap subyek penelitian yang dalam hal ini kepala sekolah, guru, tata usaha, komite sekolah dan siswa. Teknik wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yakni wawancara yang dilakukan untuk menanyakan permasalahan-permasalahan seputar pertanyaan penelitian dalam rangka memperjelas data atau informasi yang tidak jelas pada saat dilakukan observasi.

3. Teknik Studi Dokumentasi

(41)

109

ditelti dari subyek penelitian. Teknik studi dokumentasi ini sesungguhnya bertujuan untuk melengkapi data yang yang berkaitan dengan program pembelajaran siswa SD, dan sekaligus sebagai data pelengkap yang telah diperoleh melalui observasi dan wawancara. Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Di samping itu Nasution (1996: 86) mengungkapkan bahwa dokumen dapat memberikan latar belakang yang luas mengenai pokok penelitian, dan dapat dijadikan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. Dokumen dapat dipandang sebagai info yang dapat membantu dalam menganalisis dan menginterpretasi data.

Dalam konteks penelitian ini, analisis dokumen. dilakukan untuk mengetahui proses penginternalisasian nilai-nilai kemandirian pada siswa saat berlangsungnya pembelajaran IPA. Dokumen diperoleh dari kepala sekolah, guru, siswa termasuk kegiatan intra kurikuler, kokurikuler maupun kegiatan ekstra kurikuler.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Desain penelitian yang dikembangkan lebih mengacu pada siklus disain

research and development melalui beberapa penyesuaian karena mempertimbangkan

(42)

110

1. Studi Pendahuluan

Langkah awal yang dilakukan untuk menghasilkan pola konseptual adalah melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan diarahkan pada dua sasaran

(PRODUK) RPP& Keterlaksanaan

Tujuan Pendidikan

Pola Internalisasi Nilai-Nilai Kemandirian

(Konseptual) Evaluasi &

Revisi Analisis/ Pembahasan

Revisi Pola

Uji Coba Terbatas

Refleksi & Revisi Pola

Validasi Pola dan Isi

Full up Pola Internalisasi nilai Menurut

Guru (Silabus-RPP)

Studi Pendahuluan

Internalisasi Nilai-Nilai Kemandirian Siswa dlm

[image:42.595.101.522.128.616.2]

Pembelajaran IPA di SD

(43)

111

teks, jurnal, sumber-sumber hasil penelitian, dan kajian lainnya yang berkaitan langsung dengan pola internalisasi nilai yang dilaksanakan oleh guru yang mengajar IPA di SD. Beberapa aspek pokok tentang teori yang dikaji melalui studi pendahuluan ini berhubungan dengan konsep dan pemahaman mendasar tentang keterlaksanaan Pola Internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD yang didukung dengan sejumlah hasil penelitian terdahulu. Stelah dilakukan penelitian dengan melihat kejadian dan peristiwa pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru di lapangangan, pada akhirnya ditemukan suatu konseptual yang dianggap relevan tentang Pola Internalisaisi Nilai-Nilai Kemandirian Siswa dalam Pembelajaran IPA di SD sesuai harapan yang dianjurkan dalam tujuan pendidikan nasional. Sedangkan beberapa aspek pokok yang menjadi arah kajian terhadap lembaga adalah kurikulum yang digunakan (KTSP/ Silabus dan RPP). Selain itu, dikaji pula visi, misi, tujuan lembaga dan profil lulusan yang diharapkan. Data kajian yang diperoleh melalui studi pendahuluan sangat berarti bagi pengembangan pola internalisasi nilai dalam penelitian selanjutnya.

2. Perumusan Pola Konseptual

(44)

112

kemoralan, keetikaan dan kesantunan sebagai cerminan mempribadinya nilai-nilai ilahiyah pada diri setiap individu siswa. Pola konseptual ini mencakup beberapa langkah yang saling terkait, mulai dari kegiatan awal, kegiatan Inti sampai pada kegiatan akhir pembelajaran.

[image:44.595.110.506.234.465.2]

Berikut ini digambarkan pola konseptual dari pola investigasi kelompok seperti ditampilkan pada gambar di halaman berikut ini.

Gambar 3.2 : Pola Konseptual dari Pola Internalisasi Nilai

Sesuai dengan rumusan konseptual, kegiatan awal meliputi persiapan berbagai perangkat dan instrumen yang diperlukan dan identifikasi nilai IPA yang meliputi penjelasan satuan bahasan dan sub satuan bahasan, menentapkan guru dan kelas sebagai tempat pelaksanaan, penentuan waktu pelaksanaan observasi dan wawancara ke sekolah. Proses pelaksanaan meliputi kegiatan pokok berupa implementasi pola internalisasi yang diikuti dengan pemantauan (monitoring) dan pengecekkan. Pada langkah ini, guru terlibat langsung untuk melaksanakan pengamatan terhadapa proses penanaman nilai dalam pembelajaran matematika di sekolah tersebut. Hasil kerja guru ini kemudian di analisis hingga menemukan tujuan dan aspek-aspek yang diamati dalam proses pembelajaran IPA dan aspek-aspek pokok yang diperoleh melalui wawancara. Kegiatan siswa ini diamati pula oleh peneliti (dosen) dan hasil-hasil monitoring ini menjadi bagian dari sumber data dalam penelitian ini.

Kegiatan Awal PROSES PELAKSANAAN EVALUASI

Perencanaan Persiapan

Identifikasi Nilai dalam Pembelajaran IPA

Implementasi (Pengumplan Data

& Analisis Temuan) Penyusunan

Laporan

(45)

113

Kegiatan akhir yang dirumuskan pola konseptual ini adalah melaksanakan evaluasi. Evaluasi dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara cermat tentang aspek-aspek pengetahuan dan nilai-nilai moral yang berkembang dalam diskusi, penyajian hasil kerja kelompok, dan penganalisisan hasil laporan dan wawancara masing-masing kelompok. Jika dianalisis dengan pola transaksi pendidikan atau mekanisme EDS (Effector, Detector, dan

Selector), keterlaksanaan pola internalisasi nila secara investigasi kelompok untuk

mencapai tujuannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Dampak keterlaksanaan internalisasi nilai-nili kemandiriarian siswa dalam pembelajaran IPA adalah meningkatkan kemampuan kemandirian siswa dalam belajar dan memperbaiki sistem pembelajaran. Internalisasi nilai yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan salah satu untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran nilai-nilai ke-IPA-an di sekolah. Keterlaksanaan internalisasi

Siswa Proses Pembelajara

n IPA Di SD 09

Sungai Raya Kubu

Raya

EFFECTO

Evaluasi Keterlaksanaan Pola Internalisasi Nilai-Nilai Kemandirian Siswa dalam Pembelajaran IPA

Melalui pengamatan langsung, wawancara dan catatan lapangan

Pelaksanaan Internalisasi nilai/Pengumpulan Data

(Pengamatan PBM & Wawancara, Analisis Temuan, Diskusi Hasil)

Implementasi Pola

HASIL PENELITIAN 1. Intetnalisasi nilai-nilai

kemandidirian siswa dalam pembalajaran IPA 2. Pempribadian sikap

kemandiria siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah ke arah peningkatan prestasi belajarnya. 3. Berkembangnya rasa

tanggung jawab, keber-samaan, rasa demokratis, dan percaya diri. 4. Peningkatan pemahaman

tentang prosedur implement pola internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA di kelasVI SD

DETECTOR

[image:45.595.121.531.234.627.2]

(46)

114

kualitas pembelajaran. Perubahan yang diharapkan adalah meningkatnya pengetahuan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab, kebersamaan, percaya diri, kesadaran demokrasi dalam berbagai hal, dan kehangatan hubungan afiliasi melalui internalisasi/penanaman nilai dalam pembelajaran. Oleh karena itulah perubahan ini masuk criteria detector. Penelitian selama proses pengembangan model akan berguna jika diikuti dengan penilaian atas perubahan yang terjadi pada siswa dan peningkatan proses pembelajaran oleh guru yang mengjar IPA di kelas. Karena itulah, strategi, metode dan teknik-teknik evaluasi yang berkesinambungan berperan sebagai selector untuk menilai perubahan-perubahan tersebut.

3. Validasi Pola Konseptual

Validasi dilaksanakan untuk meningkatkan kayakinan terhadap ketepatan pola konseptual yang telah dirumuskan. Prosedur validasi pola konseptual ini dilakukan melalui konsultasi dan diskusi intensif dampak para dosen (promotor, ko-promotor, dan pembimbing anggota) dan beberapa praktisi pendidikan tinggi. Selain dilakukan dengan pihak-pihak tersebut, validasi pola konseptual juga dilakukan melalui tukar pikiran (dialog) dengan sejumlah teman sejawat yang telah memiliki pengalaman dalam penelitian sejenis. Hasil konsultasi dan diskusi pemantapan pola ini dapat menjadi dasar pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan evaluasi dan refleksi pada tahap berikutnya.

4. Refleksi dan Revisi Pola Konseptual

(47)

115

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif tentang internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa, hendaknya tidak hanya pada mata pelajaran IPA saja, tetapi pada mata pelajaran lain juga perlu, seperti IPS, PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, dan mata pelajaran lainnya sesuai harapan yang sudah tertuang dalam tujuan pendidikan nasional, di samping adanya penegasan dalam KTSP. Pencapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor merupakan satu kesatuan hasil belajar yang harus dicapai setiap individu siswa. Demikian juga pada mata pelajaran IPA, yaitu aspek kognitif, keterampilan dan sikap ilmiah merupakan satu kesatuan yang harus dikembangkan dalam setiap pembelajaran IPA, khususnya di SD-SD (KTSP: 2006); Kedua, sumber data dan aspek kajian makin diperluas, yaitu dengan mengkaji kurikulum, silabus, RPP dan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa. Selain itu, sumber data tidak hanya berasal dari siswa yang terlibat dalam keterlaksanaan pola, tetapi juga bagi guru lainnya, yang mengajar bukan IPA, seperti pada mata pelajaran IPS, Matematika, SBK, Bahasa Indonesia, dan PKn, sekalipun di dalamnya sudah ada pesan-pesan nilai, karena dari fakta yang ada, guru cenderung mengedepankan aspek kognitif kebanding aspek lainnya; Ketiga, pendalaman kajian teoritik, baik yang bersumber dari buku maupun hasil-hasil penelitian sebelumnya. Selain beberapa aspek pokok tersebut, terdapat perubahan teknis yang menyangkut penuturan bahasa tulis dan sejumlah perbaikan teknis lainnya. Seluruh saran, pemikiran positif, dan bahan refleksi dan evaluasi dalam tahap ini menghasilkan pola konseptual inovatif dalam kerangka penelitian ini. Pada tahap berikutnya, pola konseptual ini akan diuji cobakan dengan mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan dalam kerangka penelitian.

(48)

116

Uji coba terbatas dilakukan untuk melihat kelayakan suatu model atau pola agar dapat dikembangkan dalam ruang lingkup yang lebih luas, termasuk mencermati kemungkinan timbulnya kendala dalam keterlaksanaannya secara berkelanjutan. 6. Revisi Pola (RPP)

Revisi pola dilakukan berdasarkan catatan atau kesimpulan yang diperoleh melalui proses uji coba terbatas telah dilakukan. Tujuan revisi pola ini hanya untuk menyempurnakan pola uji coba sebelum uji coba dilakukan secara luas.

7. Analisis dan Evaluasi

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa keterlaksanaan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa ini dianalisis secara kualitatif. Pengumpulan data melalui pendekatan kualitatif menggunakan teknik wawancara dan pengamatan. Data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan akan dianalisis secara kualitatif dengan berpedoman pada perpaduan bentuk analisis McMillan dan Schumacher (2001: 477), yang mengemukakan empat tahap dalam proses analisis data dengan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 18). Sedangkan pengumpulan data melalui lembar pengamatan yang merupakan teknik pengumpulan data melalui pendekatan kuantitatif akan dianalisis secara kuantitatif dengan prosentasi (%). Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif ini akan menjadi perpaduan yang saling melengkapi untuk merumuskan kesimpulan akhir dari seluruh rangkaian penelitian ini. Kesimpulan yang berhasil dirumuskan merupakan dasar untuk mengevaluasi keterlaksanaan pola internalisasi ini sekaligus menjadi saran dan rekomendasi dalam pengembangan tahap akhir keterlaksanaan pola internalisasi ini.

(49)

117

salah satu indikator yang menggambarkan secara kualitatif bahwa pola yang dikembangkan ini mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan komunikasi sosial siswa di sekolah.

F. Strategi Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan dan penganalisisan data dalam tradisi penelitian kualitatif sebagai pendekatan utama dalam penelitian ini merupakan proses yang bersifat interaktif dan terjadi dalam siklus waktu yang bersamaan (Creswell, 1994: 155; McMillan dan Schumacher 2001: 405). Lebih lanjut dikemukakan bahwa proses ini merupakan strategi, yang teknik pelaksanaan bersifat fleksibel dan bergantung pada jenis strategi utama yang digunakan. Dalam keadaan ini, peneliti dapat mengumpulkan data dengan lebih leluasa tanpa mengabaikan prosedur-prosedur mendasar dalam penelitian kualitatif.

(50)

118

Analisis data dalam pendekatan kualitatif diartikan sebagai upaya mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan melalui penjaringan dengan lembar pengamatan, catatan lapangan, dan catatan melalui data yang diperoleh dari dokumentasi serta bahan-bahan lain yang secara sistematik dapat digunakan untuk kelengkapan data yang diperoleh atau ditemukan saat berlansungnya penelitian (Bogdan dan Biklen, 1982: 145). Beberapa data yang telah diperoleh itu disusun dan diidentifikasi secara sistematis dengan cara mengorganisasikan data tersebut ke dalam kategori yang sudah diberikan kode (koding) pada masing-masing data sesuai dengan fokus permasahan penelitian untuk melihat dan sekaligus memilih mana yang penting, dan mana pula yang akan dijadikan data utama sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kesimpulan akhir penelitian (Sugiyono, 2008: 89). Karena penelitian ini sifatnya survey, maka sesuai arahan yang dikemukakan oleh McMillan adan Schumacher (2001: 318), analisis data difokuskan terhadap suatu fenomena tertentu yang dipilih peneliti untuk dipahami secara mendalam tanpa memperhatikan jumlah tempat atau partisipan untuk studi tersebut termasuk kajian yang rinci terhadap latar tertentu.

Mengacu pada beberapa pendapat yang telah dikemukakan bahwa pada penelitian kualitatif, pengumpulan dan penganalisaan data merupakan satu kesatuan kegiatan yang saling berinteraksi maka langkah-langkah penelitian ini dilakukan mulai dari penentuan subyek, perekaman data, penganalisisan dan penyajian data, dan penginterpretasian tentatif selama proses pengumpulan data ditempatkan sebagai satu kesatuan yang saling terkait.

3. Keabsahan Data

(51)

119

(52)

224

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan Umum

Bertolak dari pembahasan hasil temuan penelitian dan analisis data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, dapat ditarik simpulan-simpulannya secara umum terurai di bawah ini.

Internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 09 Sungai Raya Kubu Raya merupakan bentuk strategis untuk dijadikan rujukan dalam menginternalisasikan nilai-nilai kemandirian atau nilai-nlai lainnya pada siswa, saat berlangsungnya pembelajaran IPA di SD.

Internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD, bisa juga dikatakan sebagai upaya guru mempribadikan nilai-nilai pada siswa seperti nilai-nilai moral, nilai-nilai etika, nilai estetika, dan nilai-nilai akhlak termasuk nilai-nilai kemandirian yang bisa dijadikan sebagai sisipan pembelajaran oleh guru di samping aspek kognitif .

(53)

225

Pengembangan internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD itu sesungguhnya merupakan wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA itu diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar

IPA yang dikembangkan dalam pembelajaran itu meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru 225yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

Dari empat unsur pembelajaran IPA itulah nilai-nilai kemandirian siswa

(54)

226

penggunaan RPP yang sudah dirancang oleh guru secara terprogram dengan nilai-nilai, yaitu nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD. Adapun nilai-nilai kemandirian yang diinternalisasikan adalah: 1) kebebasan (freedom), indikasinya siswa bertindak dan berbuat atas kemauannya sendiri tidak selalu ketergantungan pada pihak lain; 2) progresif dan ulet (progressive and

resilient), indikasinya tekun (diligent), antusias (enthusiastic) tanpa mengenal

lelah, dan disiplin (discipline) bertindak dan berbuat sesuai petunjuk, dan perhatian (attention); 3) inisiatif (initiative), indikasinya adalah mengejar prestasi (pursuit of achievement), kepuasan (satisfaction), dan kreatif (kreative); 4) terkendali (restrained), indikasinya mampu memecahkan masalah dengan usaha sendiri (able to solve problems on their own), dan tanggung jawab (responsibility); dan 5) kemantapan (stability), indikasinya percaya diri (confidence), rasa hormat (respect), dan tidak congkak/ rendah hati (not cocky /

humble).

B.Simpulan Khusus

1. Internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD dapat berdampak positif bagi terjadinya perubahan perilaku siswa yang mandiri, jika proses keterlaksanaannya didukung dengan kegiatan yang bertolak dari visi, misi dan tujuan yang telah dirumuskan.

(55)

227

proses pembelajarannya sesuai dengan RPP sekalipun internalisainya menurut pola guru sendiri.

3. Internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD membuat siswa lebih mandiri, jika guru melakukan sinkronisasi RPP yang telah bermuatan nilai itu dengan aplikasinya dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir.

C. Rekomendasi

Bertolak dari hasil temuan, pembahasan, analisis, dan simpulan dari hasil penelitian ini, maka direkomendasikan kepada kepala sekolah, guru, pakar, dan praktisi lainnya sebagai berikut:

(56)

228

Kesemua itu kiranya dapat dijadikan kepala sekolah sebagai pijakan di samping merujuk dari hasil penelitian ini untuk dijadikan sebagai Juknis dan Juklak (Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan) dalam membuat berbagai program, terutama yang berhubungan dengan digalakkannya Pendidikan Karakter mulai dari Pendidikan Pra Sekolah (TK atau PAUD) sampai Perguruan Tinggi, termasuk internalisasi nilai-nilai kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA di SD 09, apa lagi SD itu adalah salah satu SD inti yang menjadi panutan bagi SD-SD lainnya di lingkungan Sungai Raya salah satu Kabupaten baru di Provinsi Kalimantan Barat Pontianak.

Kepada guru IPA khususnya, dan guru semua mata pelajaran dianjurkan agar dalam mengajarkan mata pelajaran menurut kelasnya masing-masing, tidak sekedar mengajarkan kognitif saja, namun sikap dan keterampilan (kognitif, afektif dan psikomotor) sangat diperlukan, sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang utuh dan terintegrasi. Jadi guru dalam mengajarnya, antara rancangan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaannya harus sejalan, saling berhubungan satu sama lain. Paling tidak hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai rujukan dalam menginternalisasikan nilai-nilai dalam pembelajaran, dimulai dari pembuatan RPP sampai kepada pelaksanaannya.

(57)

229

(58)

229

DAFTAR PUSTKA

Aeni. (2010). Perlunya Aplikasi Pendidikan Nilai di Sekolah Dasar (Online): http://file.upi.edu/Derektor/jurnal.

Akdon. (2006). Strategic Management for Educational Management (Strategik untuk Manajemen Pendidikan). Bandung: Alfabeta.

Ali, MB & Deli,T. (1997).Kamus Bahasa Indonesia/ Dilengkapi dengan EYD, etakan pertama.Bandung:Citra Umbara.

Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. (2004). Psikologi Remaja (PerkembanganPeserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara.

Alwasilah A. Chaedar. (2003). Pokoknya Kualitatif/ Darsar-Dasar Merancang

Penelitian Kualitatif. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

………... A. Chaedar. (2007).``Pengantar``Contextual Teaching and Learning/

Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasikkandan Bermakna.

Bandung: MLC.

………. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

………. (2009). Etnopedagogi (Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan

Gur). Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

... (2012). Pokoknya Rekayasa Literasi. Cetakan kep1. Bandung: PT.Kiblat Buku Utama.

Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Amran. (2009). Pengaruh Disiolin Kerja Terhadap Kinerja Kantor Departemen

Sosial Kabupaten Gorontalo (Jurnal Ichsan Gorontalo). Volume 4. No.2

Edisi Mei-Juli 2009.

Amrullah. (2010). Perencanaan strategis. Makalah disampaikan pada perkuliahan Teknologi Pendidikan. Pelembang: UNSRI.

Anonimus .(2008). Internalisasi paradigma 4 pilar pendidikan. Tersedia (online):www.wordpress.com.

………. (2009). Internalisasi Nilai-Nilai Agama. Tersedia (online): www. blogspot. Com.

Arends, Richardl. (1997).Classroom instructional management. New York:The Mc Graw-Hill Company.

Arifin. (1976). Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan

Sekolah dan Keluarga. Jakrta: Bulan Bintang.

(59)

230

Aunurahman. (2010). Pendidikan Nilai dan Moral Makin Diperlukan. Pontianak: Pontianak Post Tanggal 10 April 2010.

………. (2010). Konsep Dan Aktualisasi Kompetensi Pedagogis Guru

………. (2007). Membangun Kultur Keluarga dan Sekolah Untuk Memperkokoh

Gambar

Gambar 3.1: Langkah-langkah (alur) penelitian
Gambar 3.2 : Pola Konseptual dari Pola Internalisasi  Nilai
Gambar 3.3: IPA EDS (dan memperbaiki sistem pembelajaran. Internalisasi nilai yang dikembangkan dalam Effector, Detector, Selector) untuk menganalis  dampak  penelitian                       (dimodifikasi dari Somantri, 2001: 78)

Referensi

Dokumen terkait

Massa yang menganggap Masfuk adalah sosok yang sangat dibanggakan disinilah tercipta hegemoni rasa kekagumannya terhadap orang yang dianggap berjasa sehingga ketika Masfuk

Gambar 24 Hasil Jawaban Soal Kelima Subjek D Berdasarkan hasil jawaban tes subjek C dan D pada soal kelima untuk semua tahap polya mereka belum memenuhi

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya serta memberikan kekuatan, ketabahan, kemudahan berfikir dalam

Keseimbangan sangat dibutuhkan oleh setiap pemain dalam permainan sepak bola terutama pada saat melakukan pergerakan yang berlangsung cepat seperti salah satunya pada saat

Sementara itu beberapa perilaku siklikal yang seyogyanya dimiliki oleh komponen leading indicator adalah: (i) memiliki periode yang panjang dan konsistensi periode leading antara

Pendidikan Islam X, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut, hasil analisis data deskriptif subjek menunjukkan komitmen organisasi, kompensasi, serta motivasi kerja para

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan,

d) Calon juga hendaklah diberikan bimbingan terlebih dahulu sebelum menghadiri sesi penilaian RPL. Bimbingan hendaklah memberi fokus kepada mekanisme-mekanisme