• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI FLASH 3 DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN STANDAR KOMPETENSI PERAKITAN KOMPUTER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI FLASH 3 DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN STANDAR KOMPETENSI PERAKITAN KOMPUTER."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI FLASH 3 DIMENSI

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

STANDAR KOMPETENSI PERAKITAN KOMPUTER”

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh : ROSSI SANGRA

E.0451.055564

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI FLASH 3 DIMENSI

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

STANDAR KOMPETENSI PERAKITAN KOMPUTER NIP. 19641007 199101 1 001

Pembimbing II

Wawan Purnama, S.Pd, M.Si. NIP. 19671026 199403 1 004

Mengetahui,

Ketua Tim Pembimbing Skripsi

Program S-1 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Ade Gafar Abdullah, M.Si. NIP.19721113 199903 1 001

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Animasi Flash 3 Dimensi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Teknik Komputer dan Jaringan Standar Kompetensi Perakitan

Komputer

Oleh Rossi Sangra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan

© Rossi Sangra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

(4)
(5)

ABSTRAK

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan di kelas X Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung Kab. Cianjur. Observasi awal menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran memiliki beberapa kendala seperti kurangnya keaktifan dan keterbukaan siswa dalam mengungkapkan gagasan serta permasalahan yang dihadapinya. Siswa juga kurang melakukan interaksi baik dengan guru maupun sesama siswa sehingga kesulitan siswa tidak dapat diketahui. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan keterbukaan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan profil kegiatan pembalajaran, sehingga dari hasil gambaran tersebut peneliti bersama guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik penelitian tindakan kelas, dimana terdapat empat siklus yang tiap siklusnya terdiri dari beberapa tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelas, keaktifan siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada siklus ke-1, persentase keaktifan siswa adalah 68,75% yang dikategorikan cukup. Pada siklus ke-2, persentase keaktifan siswa meningkat menjadi 81,25% yang dikategorikan baik dan pada siklus ke -3 aktivitas terus meningkat menjadi 87,5% yang dikategorikan baik. kegiatan Pembelajaran Perakitan Komputer masih kurang efektif. Maka sangat besar kemungkinan diterapkannya model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi sebagai salah satu solusi alternatif masalah pembelajaran kelas. Kemudian siklus terakhir yaitu siklus ke -4 mencapai 100% siswa aktif yang dikategorikan sangat baik. Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw sangat menarik dan menyenangkan baik siswa maupun guru. Dari hasil analisa data diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mengoptimalkan aktivitas belajar siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

(6)

I

Application of Jigsaw cooperative learning model is motivated by the results of preliminary observations on eye training Computer Engineering and Networks in class X Computer Engineering and Networks at SMK 1 Bojongpicung Kab. Cianjur. Preliminary observations indicate that the learning activities have several constraints such as lack of liveliness and openness of the students in expressing ideas and the problems it faces. Students also interact less well with teachers and fellow students so that students can not be known difficulties. Application of Jigsaw cooperative learning model is expected to improve the liveliness and openness of students in learning activities.

The purpose of this study is to describe the profile pembalajaran activities, so that the description of the results of research with teachers to plan appropriate learning activities to enhance learning. The methodology used in this study is a qualitative research technique of classroom action research, in which there are four cycles in which each cycle consists of several stages of planning, action, observation, and reflection.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Balakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Rumusan masalah... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Batasan Masalah... 6

1.6. Manfaat Penelitian ... 7

1.7. Anggapan Dasar ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Belajar dan Hasil Belajar ... 9

2.2. Model Pembelajaran Menurut Teori Konstuktivisme ... 13

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 16

2.4. Animasi Multimedia Flash ... 20

2.4.1. Mengenal Animasi Macromedia Flash ... 21

2.5. Perakitan Komputer ... 22

2.5.1. Pengertian Perakitan Komputer ... 22

(8)

iii

2.5.3. Macam dan Jenis Perakitan Komputer ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1. Definisi Operasional... 24

3.2. Metode Penelitian... 25

3.3. Prosedur Penelitian... 28

3.4. Indikator Kinerja ... 35

3.5. Alur Penelitian ... 35

3.6. Lokasi da Subjek Penelitian ... 37

3.7. Populasi dan Sampel ... 37

3.7.1. Populasi ... 37

3.7.2. Sampel ... 38

3.8. Data dan Sumber Data Penelitian ... 39

3.8.1. Data Penelitian ... 39

3.8.2. Sumber Data Penelitian ... 40

3.9. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.9.1. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.9.2. Instrumen Penelitian ... 41

3.9.3. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 42

3.9.3.1. Uji Instrumen Kualitatif ... 43

3.10.Teknik Pengelolaan Data ... 46

3.11.Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 50

(9)

4.1. Gambaran Setting Penelitian ... 51

4.2. Profil Awal Pembelajaran ... 52

4.3. Refleksi Kegiatan Awal Pembelajaran... 52

4.4.Pengenalan dan Validasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 53

4.5. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Refleksi ... 54

4.5.1. Siklus ke-1 (Hasil Pengamatan observer) ... 55

4.5.2. Siklus ke-2 (Hasil Pengamatan observer) ... 60

4.5.3. Siklus ke-3 (Hasil Pengamatan observer) ... 63

4.5.4. Siklus ke-4 (Hasil Pengamatan observer) ... 67

4.6. Analisis Hasil Belajar Kognitif ... 71

4.6.1. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus I ... 72

4.6.2. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus II ... 73

4.6.3. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus III ... 73

4.6.4. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus IV ... 74

4.7. Analisis Kelebihan dan Kendala Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Diklat Perakitan Komputer Dengan Menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi. ... 75

4.8. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. KESIMPULAN ... 78

5.2. SARAN ... 80

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Balakang Masalah

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk terus dikembangkan agar

tujuan negara yang ingin mencerdaskan bangsanya terpenuhi. Dalam dunia

pendidikan, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa

kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan

membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya memikirkan jauh ke depan.

Menurut Buchori (2001) dalam Khabibah (2006: 1), bahwa pendidikan yang baik

adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu

profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu masalah yang sekarang ini masih terjadi di dunia pendidikan

adalah model pembelajaran konvensional yang masih saja digunakan oleh

pendidik. Padahal, cara ini membuat siswa menjadi pasif, diam, menulis apa yang

ditulis guru dan hanya mendengarkan guru saja. Dengan cara seperti ini, siswa

umumnya jadi lebih mudah bosan dan akhirnya tidak bisa menerima apa yang

disampaikan oleh guru.

Prestasi yang didapat pun kurang maksimal, karena guru mendominasi

kelas dan anak didik tidak diberikan kesempatan untuk berkembang secara

mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya. Padahal, seharusnya dalam

(12)

Rossi Sangra, 2013

Meskipun kenyataan telah memberikan bukti bahwa model pembelajaran

konvensional tersebut memberikan hasil yang kurang baik, tetap saja para guru

menerapkannya karena tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup

menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar. Padahal sebagai pendidik

diusahakan untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan agar bisa bergabung dan

maju di era globalisasi ini. Salah satu cara guru untuk meningkatkan mutu

pendidikan adalah dengan diubahnya model pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis ketika menjadi mahasiswa

pendampingan SMK di salah satu SMK Negeri di Kab. Cianjur ditemukan bahwa,

(i) proses pembelajaran mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) yang

dilakukan oleh guru cenderung monoton dan (ii) kurangnya respon dan minat

belajar dari siswa untuk memperdalam materi. Siswa pada umumnya hanya

menerima informasi yang diberikan oleh guru. Siswa lebih banyak mendengar,

menulis apa yang diiformasikan oleh guru, mengerjakan bahan praktek, dan

mengerjakan soal latihan. Akibatnya proses belajar mengajar dirasakan siswa

cukup membosankan, tidak menarik, dan membuat siswa tidak termotivasi untuk

belajar lebuh lanjut sehingga berdampak pada kurangnya siswa dalam memahami

konsep-konsep secara terperinci dan sistematis pada mata diklat TKJ yang harus

dikuasai.

Menurut pandangan konstruktifisme pengetahuan ditemukan, dibentuk,

dan dikembangkan oleh siswa. Siswa membangun pengetahuan secara aktif,

sementara guru perlu berusaha untuk mengembangkan kemampuan siswa. Dengan

(13)

Cara yang digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan potensi dan kemampuan

siswa, antara lain model yang bersifat student centered seperti model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw termasuk pembelajaran

kooperatif dengan sintaks seperti berikut ini : Pengarahan, informasi bahan ajar,

buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa

bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok

bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat

kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama

dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksnaan tutorial pada kelompok asal

oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.

Siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kelompoknya,

memahami konsep melalui situasi yang melibatkan keaktifan siswa dan menuntut

pula siswa untuk berfikir kritis, yang akhirnya proses ini akan merangsang siswa

untuk menyajikan apa yang ditemukan (pemahaman) dalam bentuk sajian

(representasi).

Berdasarkan uraian diatas dan berbagai faktor lain yang mendukung

penulis tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan

Menggunakan Multimedia Animasi Flash 3 Dimensi Untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Teknik Komputer dan Jaringan

(14)

Rossi Sangra, 2013

1.2. Identifikasi Masalah

Dalam proses penelitian diperlukan suatu proses identifikasi terhadap

factor-faktor yang bisa mempengaruhi permasalahan yang sedang diteliti,

sehingga bisa lebih jelas dan mudah. Oleh karena itu, peneliti mengidentifikasikan

masalah tersebut dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

1. Aktifitas belajar peserta didik pada mata diklat TKJ kurang optimal.

2. Rendahnya keinginan dan keberanian siswa serta kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Metode mengajar yang monoton dan kurang bervareasi, sehingga

siswa atau kondisi kelas tidak lagi kondusif.

1.3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat diperlukan dalam suatu penelitian, agar

maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian lebih terarah dan

mempermudah untuk menentukan metode yang cocok dalam pemecahan masalah.

Sesuai dengan latar belakang masalah, maka rumusan masalah secara

umum yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat

mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar pada mata diklat Teknik

Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung ?.

2. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat

memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif pada mata diklat

(15)

3. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa

membuat prestasi belajar siswa pada mata diklat Teknik Komputer dan

Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung meningkat ?.

Berdasarkan rumusan masalah secara umum di atas, maka dibuat rumusan

masalah secara khusus sebagai berikut :

1. Bagaimana kemungkinan diterapkannya model pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw pada mata diklat Teknik Komputer dan

Jaringan ?

2. Bagaimana menemukan pola tahapan-tahapan dalam proses kegiatan

belajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw ?

3. Bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam proses kegiatan

pembelajaran pada saat diterapkan proses pembelajaran model

pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ?

4. Bagaimana hasil pre-test dan post test siswa tiap siklus dan hasil tes

sub sumatif siswa dalam mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan ?

5. Apa saja kendala-kendala dan kelebihan penerapan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang dialami guru dan siswa

(16)

Rossi Sangra, 2013

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa

mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar pada mata diklat Teknik

Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung.

2. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa memberi

motivasi kepada siswa untuk lebih aktif pada mata diklat Teknik

Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung.

3. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa membuat

kegiatan belajar mengajar dalam kelas lebih kondusif pada mata diklat

Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung.

1.5. Batasan Masalah

Pembatasan masalah sangat diperlukan agar dalam pembatasan masalah

yang akan ditulis penulis tidak menyimpang dan tepat sasaran, serta untuk

menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji. Pembatasan masalah ini

sebagai berikut :

1. Kompetensi materi mata diklat TKJ yang diberikan yaitu Perakitan

Komputer dan Instalasi Software..

2. Lingkup penelitian dilakukan di SMKN 1 Bojongpicung dengan siswa

kelas X Progam keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.

(17)

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memunculkan potensi

siswa yang berkopetensi, sehingga siswa diharapkan memiliki keahlian

yang bermanfaat di masa yang akan datang baik bagi yang

bersangkutan atau siswa lainnya maupun keluarga, masyarakat, bangsa

dan negara.

2. Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan

profesionalisme dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang

bekualitas.

3. Bagi Sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

untuk memperbaiki mutu pengajaran berdasarkan kurikulum yang

berlaku di sekolah dan dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan pendidikan.

4. Bagi Penulis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman

dan wawasan penulis dalam menerapkan alternative model

pembelajaran yang sisesuaikan dengan kebutuhan mutu pendidikan.

1.7. Anggapan Dasar

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:58), manfaat merumuskan anggapan

(18)

Rossi Sangra, 2013

1. Agar ada dasar yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti

2. Untuk menegaskan variabel menjadi pusat penelitian

3. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis

Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (Suharsimi Arikunto, 2002:58) berpandangan bahwa “Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak

pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik”.

Sehingga berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dalam penelitian ini

yang menjadi anggapan dasar adalah :

1. Kompetensi materi TKJ yang diberikan sesuai dengan kurikulum yang

berlaku.

2. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor utama yang dapat

membantu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

3. Prestasi belajar mengajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yang

datang dari individu itu sendiri dan faktor eksternal yang dating dari

luar.

4. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai prestasi belajar yang

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan suatu model

pembelajaran strategi yang berpusat kepada siswa (Student Center) dimana siswa

dituntut untuk bekerjasama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya maupun

kepada kelompoknya. Cooperative Learning suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratoratif

yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen dan keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan

dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok

(Slavin, 1984).

Secara garis besar metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu sebagai

berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang

terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Pada kelompok asal siswa

dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai bahan ajarnya dengan karakteristik

heterogen. Setiap siswa pada kelompok asal bertanggung jawab terhadap

masing-masing bahan ajar sesuai ahlinya, anggota dari kelompok asal bertemu

menjadi kelompok ahli untuk saling membantu tentang topik pembelajaran

(20)

Rossi Sangra, 2013

dan menjelaskan apa yang telah mereka pelajari pada anggota kelompok

asalnya.

2. Soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang

lain (interpersonal skills) meliputi kemampuan dalam menghargai orang lain,

kemampuan dalam menanggapi pendapat/saran dan kemampuan dalam

bekerjasama dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal

skills) meliputi kemampuan dalam bertidak, percaya diri dan kemampuannya

dalam bertanggung jawab.

4. Prestasi belajar siswa merupakan hasil dari proses belajar ranah kognitif yang

dicerminkan oleh skor ulangan siswa.

3.2.Metode penelitian

Metode merupakan cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan.

Menurut Suharsimi (2007:2) penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu

objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu

suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Menurut Sukardi (dalam

Juli Hadi Purnama, 2008:38) metode penelitian adalah kegiatan yang secara

sistematis, direncanakan dan mengikuti aturan-aturan oleh yahg dilakukan para

peneliti untuk memecahkan permasalahan yang akan diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (Classroom Action Research). Pada penelitian ini penulis membahas tentang

(21)

permasalahan dalam hal interaksi siswa dalam belajar sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan.

Menurut Suhardjono (2007:58) penelitian tindakan kelas adalah penelitian

tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan mutu prakter

pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pada

proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (

silabus,materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Penelitian tindakan

kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Suharsimi (2007:2) menjelaskan penelitian tindakan kelas melalui paparan

gabungan definisi dari 3 kata, Penelitian + Tindakan +Kelas sebagai berikut :

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik suatu minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. 3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dengan menggabungkanbatasan pengertian tiga kata inti di atas maka

dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru

atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Dalam pengertian lain penelitian kelas menurut supardi (2007:104) diawali

dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),

(22)

Rossi Sangra, 2013

refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang

diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) sebagaimana gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Spiral penelitian tindakan kelas (Hopkins,1993) Supardi (2007:105)

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS III

Pengamatan

dst Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan

(23)

Menurut Suhardjono (2007:62) penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus

yaitu adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi

alami dan ditujukan untuk memecahkan permasalahn praktis. Tindakan

tersebut merupakan sesuatu yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian siklus

kegiatan.

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelian

tindakan kelas adalah suatu pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran untuk

mengambil tindakan yang sengaja dilakukan demi perbaikan proses pembelajaran

di kelas. Penelitian tindakan kelas berlangsung secara alami dan dilakukan dalam

rangkaian siklus.

3.3. Prosedur Penelitian

Menurut Supardi (2007:117) prosedur pelaksanaan penelitian tindakan

kelas memiliki empat tahap. Keempat tahap tersebut adalah: perencanaan

(planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observation) dan refleksi

(reflection). Kegiatan-kegiatan tersebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan

masalah. Apabila satu silkus belum menunjukkan tanda-tanda pemecahan

masalah kearah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada

siklus kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas. Indikator keberhasilan

(24)

Rossi Sangra, 2013

Adapun siklus kegiatan masalah pada penelitian tindakan kelas dapat

dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini :

Gambar 3.2 Siklus Kegiatan Masalah (Supardi, 2007:117)

Berikut Penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan pada penelitian

tindakan kelas :

a. Perencanaan (Planning)

Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan

tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan

tersebut dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas dimana peneliti dan guru

Re-reflecting Revised planning

Reflecting

Planning

Acting Re-acting

Observing

(25)

adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada

kesepakatan antara keduanya. Rancangan harus dilakukan bersama antara guru

yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses

jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi subjektivitas pengamat serta

mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Pada tahap perencanaan peneliti

menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk

diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam

fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung (Suhardjono,2007:75).

Tindakan untuk pemecahan mesalah yaitu menyusun rencana tindakan

termasuk revisi dan perubahan rencana yang hendak dilakukan dalam

pembelajaran Teknik Komputer dan Jaringan, termasuk sistem penilaiannya

yang mengacu pada pelaksanaan KTSP. Dalam kaitan rencana disusun secara

kolaboratif antara peneliti dengan guru Teknik Komputer dan Jaringan.

Hal yang perlu dilaksanakan pada tahap ini adalah :

1. Menentukan kelas subjek yang akan diteliti, yaitu kelas X Teknik

Komputer dan Jaringan.

2. Menetapkan jumlah siklus, yaitu 4 silkus. Setiap siklus adalah pokok

bahasan mengenai mengopersikan Perakitan Komputer.

3. Menyiapkan sumber belajar dam metode mengajar berdasarkan model

pembelajaran untuk setiap siklusnya, yaitu berupa ceramah,

demonstrasi, praktek, diskusi dan Tanya jawab.

(26)

Rossi Sangra, 2013

5. Menentukan observer, dan alat bantu observer.

6. Menentukan cara pelaksanaan refleksi dan refleksi.

7. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.

b. Tindakan (Action)

Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario penerapan pembelajaran akan ditetapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja telah “dilatihkan”

kapada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas

sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan

baik dan tampak wajar. Skenario atau rancangan tindakan yang akan

dilakukan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian

tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang dilakukan,

(b) kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru, (c) kegiatan yang

diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang media pembelajaran yang

akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis instrumen yang akan

digunakan untuk perngumpulan data/pengamatan disertai dengan penjelasan

rinci bagaimana menggunakannya (Suhardjono, 2007:77).

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, yaitu 5 kelompok

dimana tiap kelompok dengan komposisi tingkat kemampuan yang

(27)

2. Guru selaku praktisi melaksanakan pembelajaran Teknik Komputer

dan Jaringan menggunakan model pembelajaran kontekstual,

3. Setelah proses belajar mengajar selesai, guru menyuruh siswa untuk

mengerjakan latihan, job sheet atau memberikan port test.

4. Observer melakukan observasi terhadap kegiatan proses pembelajaran,

baik terhadap guru maupun terhadap siswa,

Gambaran Siklus pertama:

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw yang dilengkapi dengan media rencana pembelajaran, alat

peraga, dengan tahapan-tahapan yang sesuai dengan rencana pembelajaran

sebagai berikut :

 Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap

kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.

Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok

asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan

dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu

bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi

pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang

disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok

(28)

Rossi Sangra, 2013

jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson

disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan

jumlah 35 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai

dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi

pembelajaran, maka dari 35 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang

beranggotakan 4 siswa dan 5 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa.

Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal

memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam

kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada

pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

 Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,

selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau

dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil

diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan

persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.  Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

 Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar

individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

 Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian

(29)

 Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar

materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi

yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Pengamatan (Observation)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal

yang diperlukan selama tindakan pelaksanaan berlangsung. Pengumpulan data

ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah

disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan. Pelaksanaan

skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses hasil

belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif yaitu hasil

pre-test dan post-test atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan

siswa, antusias siswa, mutu diskusi, dan lain-lain. Instrumen yang umum

dipakai adalah lembar observasi dan catatan lapangan yang dipakai untuk

memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar

observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung,

reaksi siswa, atau petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam

analisis dan untuk keperluan refleksi (Suhardjono, 2007 : 78).

d. Refleksi (Reflection)

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengakji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilkukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian yang

dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Langkah

(30)

Rossi Sangra, 2013

strategik. Langkah reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi

situasi social dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuansi adanya

tindakan terencana (Suhardjono, 2007:80). Refleksi dalam penelitian tindakan

kelas mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan

atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka

dilakukan proses pengkajian ulang siklus berikutnya yang meliputi kegiatan :

perencanaan ulang, tindakan ulang melalui, dan pengamatan ulang sehingga

permasalahan dapat teratasi (Hopkins dalam Suhardjono 2007:80).

3.4. Indikator Kinerja (Kriteria Keberhasilan)

Kriteria keberhasilan dalam penemuan dan pengujian serta peningkatan

kualitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, diharapkan akhirnya akan bermuara pada peningkatan aktivitas dan

interaksi siswa dan peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menerapkan kriteria

keberhasilan tersebut diatas, maka digunakan kriteria berikut ini :

a. Jika pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan semakin

meningkat setiap siklusnya.

b. Jika hasil belajar siswa (individu) melalui pre-test dan post-test setiap

siklus yang mendapat nilai rata-rata diatas 70 sudah lebih besar dari

70% maka sudah dikatakan berhasil dan silkus berikutnya tidak

(31)

Rossi Sangra, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Multimedia Animasi Flash 3 c. Jika grafik aktivitas siswa pada proses pembelajaran kooperatf tipe

jigsaw semakin meningkat pada setiap siklus.

d. Jika kelas sudah mencapai titik jenuh, dilihat dari persentase

keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran kooperif tipe jigsaw

yang stagnan (tidak mengalami peningkatan).

3.5. Alur Penelitian

Untuk memperjelas prosedur penelitian maka dibuatlah alur penelitian dari

perencanaan awal, tindakan dan refleksi untuk tiap siklusnya. Secara keseluruhan

bisa digambarkan seperti di bawah ini :

(32)

Rossi Sangra, 2013

Gambar 3.3 Tindakan dan refleksi untuk tiap siklus

Dapat dilihat pada alur penelitian di atas, penelitian ini dilakukan dengan

empat siklus. Untuk setiap siklusnya, tindakan diobservasi dan dievaluasi oleh

observer bersama-sama peneliti dan guru. Kegiatan observasi dan evaluasi

tindakan setiap siklus akan dilanjutkandengan analisis refleksi yang akan

menghsilkan rencana revisi tindakan untuk siklus berikutnya. Setiap rencana

revisi tindakan terdiri langkah-langkah berdasarkan analisis refleksi yang berasal

dari observasi dan evaluasi.

3.6.Lokasi dan Subjek Penelitian

3.6.1. Lokasi Penelitian

Analisis refleksi tindakan siklus IV Evaluasi seluruh

tindakan

(33)

Lokasi penelitian adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1

Bojongpicung Jl. Moch Ali,Darmaga Desa. Sukaratu Kec. Bojongpicung

Kab. Cianjur kode pos 43283.

3.6.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 sebanyak 35

orang dengan rincian 15 siswa dan 20 siswi.

3.7. Populasi dan Sampel

3.7.1. Populasi

Nana Sudjana (2007:84) menyatakan bahwa :

Populasi maknanya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat diperoleh informasi. Elemen tersebut bisa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok social, sekolah, kelas, organisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.

Populasi sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah siswa

kelas X yang mengikuti mata diklat TKJ di SMKN 1 Bojongpicung

dengan jumlah keseluruhan 171 orang.

3.7.2. Sampel

Suhasimi Arikunto (2006:134) menuliskan batasan mengenai

sampel yaitu :

(34)

Rossi Sangra, 2013

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh

sampel yang benar-benar dapat berfungsi. Dalam penelitian ini penarikan

sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling

adalah teknik penarikan sampel dari populasi yang cukup besar sehingga

dibuat beberapa kelas atau kelompok. Teknik tersebut sangat cocok untuk

digunakan dalam penelitian ini, karena populasi yang ada telah

dikelompok-kelompokkan berdasarkan kelas. Dengan demikian, analisis

sampel ini bukan individu, tetapi kelompok yaitu berupa kelas yang terdiri

dari beberapa individu. Dalam penentuan kelas eksperimen dan kontrol

dilakukan tanpa acak. Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 35

orang.

3.8. Data dan Sumber Data Penelitiasn

3.8.1. Data penelitian

Nana Sudjana dan Ibrahim (2007:83) menyatakan bahwa “setiap

penelitian memerlukan data dan informasi dari sumber-sumber yang dapat

dipercaya agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk

menjawab masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis”. Data adalah

hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka. Dari

(35)

disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang akan dijadikan

bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan Suharsimi Arikunto

(2006:118), menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengelolaan data

yang dipakai untuk suatu keperluan.

Data atau informasi tersebut adalah data empiris, yaitu data

lapangan atau data yang terjadi sebagaimana terjadi. Data tersebut harus

jelas sumber serta bentuknya apakah dalam bentuk dokumen tertulis atau

tidak, serta kapan waktu diperolehnya data tersebut. Data yang dimaksud

tersebut adalah penilaian hasil belajar siswa dalam mata diklat Teknik

Komputer dan Jaringan. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini

yaitu :

a. Materi mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan

b. Nilai tes insteumen (pre-test dan pos-test) untuk melihat

perkembangan prestasi belajar siswa.

3.8.2. Sumber Data Penelitian

Suharsimi Arikunto (2006:129) menyatakan bahwa :

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut responden. Apabila penelitian menggunakan dokumentasi maka dokumen atau catatlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan adalah subjek penelitian atau peubah penelitian.

Sumber utama data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

(36)

Rossi Sangra, 2013

Komputerdan Jaringan. Selain itu digunakan juga buku-buku literatur yang

dapat menunjang proses belajar mengajar Teknik Komputer dan Jaringan.

3.9. Teknik Pengumpulan Data

3.9.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian

ada beberapa teknik yang penulis gunakan, antara lain :

a. Observasi

Studi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori

atau pendekatan yang erat hubungannya dengan permasalahan yang

sedang diteliti. Studi ini dilakukan dengan cara mengamati aktifitas

siswa pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

pada mata diklat keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.

b. Tes

Nana Sudjana (2007:100) menyatakan bahwa “Tes adalah alat ukur

yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban

yang diharapkan baik secara tertulis atau lisan atau secara perbuatan”.

Pre-test dan post-test pada setiap siklus untuk mengetahui tingkat

(37)

telah diajarkan dan peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dalam bentuk essay.

c. Dokumentasi

Foto-foto kegiatan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw.

Penggunaan arsip-arsip seperti silabus, berkas-berkas kurikulum, dan

lain sebagainya.

d. Pedoman Wawancara

Untuk mengetahui kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran

berlangsung menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.

e. Pedoman Aktifitas dan Angket

Untuk mengetahui aktifitas siswa, kesan, dan tanggapan siswa

yang mengukuti kegiatan pembelajaran.

3.9.2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan bentuk penjabaran operasional

dari peubah-peubah yang telah ditentukan sebelumnya secara teoritis.

Setiap item instrumen dirancang agar hasil data empiris sebagaimana

adanya dan sebelum membuat instrumen penelitian, terlebih dahulu

membuat kisi-kisi instrumen agar instrumen yang dibuat dapat secara tepat

mewakili indikator yang diharapkan pada responden penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

(38)

Rossi Sangra, 2013

pilihan yang digunakan untuk mengukur penguasaan materi Teknik

Komputer dan Jaringan. Catatan lapangan untuk menemukan pola

penerapan tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Observasi, pedoman aktifasi siswa, angket, dan dokumen untuk

mendapatkan data tentang aktifitas belajar siswa dalam mengikuti proses

belajar mengajar Teknik Komputer dan Jaringan.

3.9.3. Uji coba Instrumen Penelitian

Maksud dari penguji coba instrument ini adalah suatu pengujian

yang dilakukan olek peneliti terhadap instrumen yang digunakan.

Sebaiknya instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data

terlebih dahulu diujicobakan kepada kelas dalam populasi selain kelas

sample penelitian. Hal ini bertujuan mendapatkan alat ukur (instrumen)

yang valid dan reabel.

Setelah melakukan uji coba, hasil data tersebut dianalisis untuk

menyeleksi soal-soal yang telah dibuat. Apabila ada soal-soal yang tidak

memenuhi syarat, maka tidak akan digunakan dalam instrumen penelitian.

3.9.3.1. Uji Instrumen Kualitatif

Menurut Hopkins (Rochiati Wiriaatmadja, 2007:108) ada beberapa

bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas

(PTK), misalnya:

Dengan melakukan member check, yakni memeriksa kembali

(39)

observasi atau wawancara dari narasumber (kepala sekolah, guru, teman

sejawat, siswa, dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi atau

penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan

keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya.

Validasi juga dapat dilakukan degan triangulasi dengan

meminimalkan subjektivitas, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis,

konstruk ataupun analisis yang timbul dengan membandingkan dengan

hasil orang lain, misalnya peer observer yang hadir dan menyaksikan

situasiyang sama. Bentuk lain dari triangulasi adalah: triangulasi waktu,

triangulasi ruang, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoretis (Burns,

1999:164). Triangulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data

dalam waktu yang berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu

tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin

bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data

tentang proses pembelajaran dengan seperangkat teknik tertentu dapat

dikumpulkan pada jam awal, tengah dan siang pada hari yang berbeda dan

jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali. Triangulasi

peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulandata yang sama oleh

beberapa peneliti sampai diperoleh data yang relative konstan. Misalnya

dua atau tiga peserta penelitian dapat mengalami proses pembelajaran

yang sama dengan waktu yang sama pula. Triangulasi ruang dapat

(40)

Rossi Sangra, 2013

ajang penelitian yang sama dan data yang sama dikupulkan dari

kelas-kelas tersebut. Triangulasi teoretis dapat dilakukan degan memaknai gejala

perilaku tertentu dengan dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi

terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan motivasi dapat

ditinjau dari teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavoristik,

kognitif, dan konstruktivis (Suwasih Madya, 2007).

Selanjutnya validasi juga dapat dilakukan dengan audit trail. Audit

trail dilakukan dengan memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh

peneliti atau peer observer. Audit trail dapat dilakukan oleh kawan sejawat

peneliti yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui PTK

Pada tahap akhir validasi, dapat dilakukan dengan meminta nasihat

kepada pakar, yang disebut expert opnion, yang dalam hal ini adalah

pembimbing penelitian. Pakar atau pembimbing akan memberikan arahan

atau judgements terhadap maslah-masalah penelitian. Perbaikan,

modifikasi atau penghalusan berdasarkan arahan pembimbing atau pakar

selanjutnya akan memvalidasi hipotesis, konstruk, atau kategori dan

analisis yang peneliti lakukan. Dengan demikian akan meningkatkan

derajat kepercayaan penelitian.

Reliabilitas data PTK secara hakiki memang rendah karena situasi

PTK terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali

apapun (alami)sehingga sulit untuk mencapai reliabilitas yang tinggi,

padahal tingkat realiabilitas tinggi hanya dapat dicapai dengan

(41)

(variabel) dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK.

Karena akan bertentangan dengan cirri khas penelitian tindakan itu sendiri,

yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan

perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah satu

tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas

PTK termasuk : menyajikan (dalam lampiran) data asli seperti transkip

wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penlitian dipublikasikan),

menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang

sama dan kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan

(Suwasih Madya,2007).

Penelitian PTK dapat menggunakan metode ganda dan perspektif

kolaborator untuk memperoleh gambaran yang lebih objektif. Proses

penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian

tentang praktik pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan

dengan cara yang lebih substansial dan kritis. Proses tersebut mendorong

guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan bekerjasama sebagai

masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang

sedang mereka pegang dalam kultur politik lembaga tempat mereka

bekerja. Proses kelompok dan tekanan kolektif kemungkinan besar akan

mendorong keterbukaan terhadap perubahan kebijakan dan praktik.Selain

itu, menurut Wallace (1998:209-210) ada kelebihan lain dari PTK

(42)

Rossi Sangra, 2013

dikumpulkan, apakah dalam hal kedalaman atau dalam hal cakupan atau

dalam keduanya dan ini disebabkan makin banyak perspektif yang

digunakan akan makin intensif pemeriksaan terhadap data atau makin luas

cakupan persoalan dalam hal tim peneliti saling berkolaborasi dalam

meneliti kelasnya masing-masing (Swasih Madya,2007).

3.10. Teknik Pengolahan Data

Adapun langkah-langkah pengolahan data terhadap data yang terkumpul

dari setiap siklus adalah sebagai berikut.

1) Menganalisis data hasil observasi terhadap aktivitas siswa

 Dengan menentukan persentasi rata-rata dari masing-masing

indikator yang diamati lalu setelah itu dianalisis.

Tabel. 3.1. Klasifikasi Aktivitas Siswa

PERSENTASE RATA-RATA (RT) KATEGORI

80% ≤ RT Sangat Baik

60% ≤ RT < 80% Baik

40% ≤ RT < 60% Cukup

(43)

0% ≤ RT < 20% Sangat Kurang

(Disarikan dari Teti Rusmiati,2006 : 26)

Persentase rata-rata

=

2) Menghitung hasil tes pada setiap siklus

 Penskoran terhadap jawaban yang diberikan siswa. Tiap-tiap butir

soal yang dijawab oleh siswa diberi skor sesuai dengan lengkap

tidaknya jawaban yang diberikan

 Penilaian terhadap jawaban siswa. Setelah penskoran tiap butir

jawaban, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan skor yang

diperoleh oleh masing-masing siswa.

 Pengelompokan nilai tes dengan rentang nilai tertentu. Setelah

penskoran lalu skor hasil tes dikelompokkan dengan rentang nilai

tertentu untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian ranah

kognitif siswa.

Tabel 3.2 Tingkat keberhasilan ranah Kognitif

PERSENTASE RATA-RATA KATEGORI

90% ≤ TB < 100% Sangat Baik

(44)

Rossi Sangra, 2013

55% ≤ TB < 75% Cukup

30% ≤ TB < 30% Kurang

0% ≤ TB < 30% Sangat Kurang

(Disarikan dari Teti Rusmiati, 2006:27)

Keterangan :

= Persentase tingkat keberhasilan belajar siswa (%) ∑ = JUmlah skor yang diperoleh siswa

∑ = Skor maksimum

 Penentuan nilai rata-rata tesdari seluruh siswa yang mengikuti tes.

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa

secara klasikal, yaitu jika >85% siswa memperoleh skor >65% dari

skor total

Keterangan :

(45)

3) Menentukan efektivitas terlihat dari hasil observasi kegiatan siswa, yaitu

seberapa besar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu juga

efektivitas pembelajaran ditentukan dari gain yang dinormalisir. Untuk

memperoleh gain yang dinormalisir digunakan rumus dibawah ini.

(g)

Keterangan :

(g) = Gain yang dinormalisasi

Post-test = Tes akhir pembelajaran siklus

Pre-test = Tes diawal pembelajaran tiap siklus

Setelah memperoleh nilai gain yang dinormalisir lalu

diklasifikasikan sesuai dengan criteria efektivitas pembelajaran pada tabel

di bawah ini.

Tabel 3.3. Kriteria Efektivitas Pembelajaran

SKOR KATEGORI

(g) ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ (g) < 0,70 Sedang

(g) < 0,30 Rendah

(46)

Rossi Sangra, 2013

Setelah ada kejelasan tentang jenis instrument, langkah selanjutnya adalah

menyusun pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan

membuat kisi-kisi instrument. Dalam kisi-kisi tersebut memuat aspek yang akan

diungkap melalui pertanyaan. Dan aspek yang akan diungkap bersumber dari

masalah penelitian. Untuk lebih jelasnya, kisi-kisi tes instrument penelitian ini

dapat dilihat pada lampiran.

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis refleksi dan hasil evaluasi terhadap model

pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Diklat Perakitan Komputer

Dengan Menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi yang diterapkan pada mata

diklat Perakitan Komputer dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan Multimedia

Flash 3 Dimensi setelah melakukan pengamatan pada kegiatan

pembelajaran di kelas, siswa terlihat lebih aktif dan antusias mengikuti

kegiatan dengan menggunakan multimedia flash 3 dimensi. Interaksi

antara siswa dan guru telah terjalin dengan baik, siswa lebih berani

mengutarakan pendapatnya sehingga kesulitan siswa dapat diketahui

dan diatasi bersama.

2. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelas, keaktifan siswa

secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada siklus ke-1,

persentase keaktifan siswa adalah 68,75% yang dikategorikan cukup.

Pada siklus ke-2, persentase keaktifan siswa meningkat menjadi

81,25% yang dikategorikan baik dan pada siklus ke -3 aktivitas terus

meningkat menjadi 87,5% yang dikategorikan baik. Kemudian siklus

(48)

Rossi Sangra, 2013

3. Prestasi siswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi dinilai kurang. Hal

ini ditunjukan dari hasil observasi awal terhadap nilai hasil belajar dan

praktikum pada semester sebelumnya. Sesuai dengan standar kopetensi

kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah bahwa nilai kelulusannya adalah ≥ 70. Untuk mata pelajaran perakitan

komputer, jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 hanya sejumlah

(49)

5.2. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan pada penelitian ini, ada bebrapa saran yang

dapat disampaikan peneliti untuk para peneliti selanjutnya, antara lain

sebagaiberikut :

1. Pada guru diharapkan untuk mengembangkan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dengan memperbaiki kekurang-kekurangannya

dan melakukan refleksi untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk lebih melakukan

pendekatan baik guru atau siswa sehingga benar-benar mengetahui

masalah dan kendala yang dialami oleh guru maupun siswa.

3. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran hendaknya sumber-sumber

belajar lain untuk melengkapi kebutuhan literatur sesuai dengan

(50)

82

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

(Edisi revisi IV). Bandung: Rineka Cipta.

Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R W. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Fernandes, Ibiz. (2002). Animation is the process of recording and playing back a

sequence of stills to achieve the illusion of continues motion. California :

Macromedia Flash.

Ibraham. (2000). Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Kurnia, Egi jul. (2009). Penerapan Kooperatif Tipe Think-Talk-write Pada Mata

Diklat Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi SMK Negeri

12 Bandung (Suatu penelitian tindakan kelas dikelas X program keahlian

elektronika pesawat udara SMK Negeri 12 Bandung). Skripsi : tidak

diterbitkan.

(51)

Maulana, Dany. (2008). Belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme

berubah perilaku sebagai akibat pengalaman.

Purwanto, Ngalim. (2001). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Gambar

Gambar 3.1 Spiral penelitian tindakan kelas (Hopkins,1993) Supardi (2007:105)
Gambar 3.2 Siklus Kegiatan Masalah (Supardi, 2007:117)
Gambar 3.3 Tindakan dan refleksi untuk tiap siklus
Tabel. 3.1. Klasifikasi Aktivitas Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

8.6.1.Guru dapat mengolah hasil penilaian proses pembelajar-an untuk berbagai tujuan pada setiap standar kompetensi teknik Pemelihara-an Mekanik Industri 8.7 Melakukan

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, agar saudara dapat hadir dan membawa dokumen asli sesuai dengan yang di upload pada website :hhtp/www.lpse.sumsel.polri.go.id

akan memberi peluang yang besar bagi anaknya untuk menjadi perokok, sehingga. akan meningkatkan jumlah perokok di

Koalisi Sembada Terancam Pecah, Sri Purnomo tetap Percaya Diri Sahabat MQ/ meski isu perpecahan koalisi sembada semakin cepat/ namun balon Bupati Sleman dari koalisi

[r]

Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang