“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI FLASH 3 DIMENSI
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
STANDAR KOMPETENSI PERAKITAN KOMPUTER”
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh : ROSSI SANGRA
E.0451.055564
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI FLASH 3 DIMENSI
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
STANDAR KOMPETENSI PERAKITAN KOMPUTER NIP. 19641007 199101 1 001
Pembimbing II
Wawan Purnama, S.Pd, M.Si. NIP. 19671026 199403 1 004
Mengetahui,
Ketua Tim Pembimbing Skripsi
Program S-1 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Ade Gafar Abdullah, M.Si. NIP.19721113 199903 1 001
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Animasi Flash 3 Dimensi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Teknik Komputer dan Jaringan Standar Kompetensi Perakitan
Komputer
Oleh Rossi Sangra
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknik dan Kejuruan
© Rossi Sangra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
ABSTRAK
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan di kelas X Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung Kab. Cianjur. Observasi awal menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran memiliki beberapa kendala seperti kurangnya keaktifan dan keterbukaan siswa dalam mengungkapkan gagasan serta permasalahan yang dihadapinya. Siswa juga kurang melakukan interaksi baik dengan guru maupun sesama siswa sehingga kesulitan siswa tidak dapat diketahui. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan keterbukaan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan profil kegiatan pembalajaran, sehingga dari hasil gambaran tersebut peneliti bersama guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik penelitian tindakan kelas, dimana terdapat empat siklus yang tiap siklusnya terdiri dari beberapa tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelas, keaktifan siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada siklus ke-1, persentase keaktifan siswa adalah 68,75% yang dikategorikan cukup. Pada siklus ke-2, persentase keaktifan siswa meningkat menjadi 81,25% yang dikategorikan baik dan pada siklus ke -3 aktivitas terus meningkat menjadi 87,5% yang dikategorikan baik. kegiatan Pembelajaran Perakitan Komputer masih kurang efektif. Maka sangat besar kemungkinan diterapkannya model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi sebagai salah satu solusi alternatif masalah pembelajaran kelas. Kemudian siklus terakhir yaitu siklus ke -4 mencapai 100% siswa aktif yang dikategorikan sangat baik. Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw sangat menarik dan menyenangkan baik siswa maupun guru. Dari hasil analisa data diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mengoptimalkan aktivitas belajar siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
I
Application of Jigsaw cooperative learning model is motivated by the results of preliminary observations on eye training Computer Engineering and Networks in class X Computer Engineering and Networks at SMK 1 Bojongpicung Kab. Cianjur. Preliminary observations indicate that the learning activities have several constraints such as lack of liveliness and openness of the students in expressing ideas and the problems it faces. Students also interact less well with teachers and fellow students so that students can not be known difficulties. Application of Jigsaw cooperative learning model is expected to improve the liveliness and openness of students in learning activities.
The purpose of this study is to describe the profile pembalajaran activities, so that the description of the results of research with teachers to plan appropriate learning activities to enhance learning. The methodology used in this study is a qualitative research technique of classroom action research, in which there are four cycles in which each cycle consists of several stages of planning, action, observation, and reflection.
DAFTAR ISI
ABSTAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Balakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 4
1.3. Rumusan masalah... 4
1.4. Tujuan Penelitian ... 6
1.5. Batasan Masalah... 6
1.6. Manfaat Penelitian ... 7
1.7. Anggapan Dasar ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1. Belajar dan Hasil Belajar ... 9
2.2. Model Pembelajaran Menurut Teori Konstuktivisme ... 13
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 16
2.4. Animasi Multimedia Flash ... 20
2.4.1. Mengenal Animasi Macromedia Flash ... 21
2.5. Perakitan Komputer ... 22
2.5.1. Pengertian Perakitan Komputer ... 22
iii
2.5.3. Macam dan Jenis Perakitan Komputer ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24
3.1. Definisi Operasional... 24
3.2. Metode Penelitian... 25
3.3. Prosedur Penelitian... 28
3.4. Indikator Kinerja ... 35
3.5. Alur Penelitian ... 35
3.6. Lokasi da Subjek Penelitian ... 37
3.7. Populasi dan Sampel ... 37
3.7.1. Populasi ... 37
3.7.2. Sampel ... 38
3.8. Data dan Sumber Data Penelitian ... 39
3.8.1. Data Penelitian ... 39
3.8.2. Sumber Data Penelitian ... 40
3.9. Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.9.1. Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.9.2. Instrumen Penelitian ... 41
3.9.3. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 42
3.9.3.1. Uji Instrumen Kualitatif ... 43
3.10.Teknik Pengelolaan Data ... 46
3.11.Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 50
4.1. Gambaran Setting Penelitian ... 51
4.2. Profil Awal Pembelajaran ... 52
4.3. Refleksi Kegiatan Awal Pembelajaran... 52
4.4.Pengenalan dan Validasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 53
4.5. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Refleksi ... 54
4.5.1. Siklus ke-1 (Hasil Pengamatan observer) ... 55
4.5.2. Siklus ke-2 (Hasil Pengamatan observer) ... 60
4.5.3. Siklus ke-3 (Hasil Pengamatan observer) ... 63
4.5.4. Siklus ke-4 (Hasil Pengamatan observer) ... 67
4.6. Analisis Hasil Belajar Kognitif ... 71
4.6.1. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus I ... 72
4.6.2. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus II ... 73
4.6.3. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus III ... 73
4.6.4. Hasil Pre-test dan Post-test Siklus IV ... 74
4.7. Analisis Kelebihan dan Kendala Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Diklat Perakitan Komputer Dengan Menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi. ... 75
4.8. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
5.1. KESIMPULAN ... 78
5.2. SARAN ... 80
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Balakang Masalah
Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk terus dikembangkan agar
tujuan negara yang ingin mencerdaskan bangsanya terpenuhi. Dalam dunia
pendidikan, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa
kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan
membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya memikirkan jauh ke depan.
Menurut Buchori (2001) dalam Khabibah (2006: 1), bahwa pendidikan yang baik
adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu
profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu masalah yang sekarang ini masih terjadi di dunia pendidikan
adalah model pembelajaran konvensional yang masih saja digunakan oleh
pendidik. Padahal, cara ini membuat siswa menjadi pasif, diam, menulis apa yang
ditulis guru dan hanya mendengarkan guru saja. Dengan cara seperti ini, siswa
umumnya jadi lebih mudah bosan dan akhirnya tidak bisa menerima apa yang
disampaikan oleh guru.
Prestasi yang didapat pun kurang maksimal, karena guru mendominasi
kelas dan anak didik tidak diberikan kesempatan untuk berkembang secara
mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya. Padahal, seharusnya dalam
Rossi Sangra, 2013
Meskipun kenyataan telah memberikan bukti bahwa model pembelajaran
konvensional tersebut memberikan hasil yang kurang baik, tetap saja para guru
menerapkannya karena tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup
menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar. Padahal sebagai pendidik
diusahakan untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan agar bisa bergabung dan
maju di era globalisasi ini. Salah satu cara guru untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah dengan diubahnya model pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis ketika menjadi mahasiswa
pendampingan SMK di salah satu SMK Negeri di Kab. Cianjur ditemukan bahwa,
(i) proses pembelajaran mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) yang
dilakukan oleh guru cenderung monoton dan (ii) kurangnya respon dan minat
belajar dari siswa untuk memperdalam materi. Siswa pada umumnya hanya
menerima informasi yang diberikan oleh guru. Siswa lebih banyak mendengar,
menulis apa yang diiformasikan oleh guru, mengerjakan bahan praktek, dan
mengerjakan soal latihan. Akibatnya proses belajar mengajar dirasakan siswa
cukup membosankan, tidak menarik, dan membuat siswa tidak termotivasi untuk
belajar lebuh lanjut sehingga berdampak pada kurangnya siswa dalam memahami
konsep-konsep secara terperinci dan sistematis pada mata diklat TKJ yang harus
dikuasai.
Menurut pandangan konstruktifisme pengetahuan ditemukan, dibentuk,
dan dikembangkan oleh siswa. Siswa membangun pengetahuan secara aktif,
sementara guru perlu berusaha untuk mengembangkan kemampuan siswa. Dengan
Cara yang digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan potensi dan kemampuan
siswa, antara lain model yang bersifat student centered seperti model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw termasuk pembelajaran
kooperatif dengan sintaks seperti berikut ini : Pengarahan, informasi bahan ajar,
buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa
bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok
bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat
kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama
dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksnaan tutorial pada kelompok asal
oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.
Siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kelompoknya,
memahami konsep melalui situasi yang melibatkan keaktifan siswa dan menuntut
pula siswa untuk berfikir kritis, yang akhirnya proses ini akan merangsang siswa
untuk menyajikan apa yang ditemukan (pemahaman) dalam bentuk sajian
(representasi).
Berdasarkan uraian diatas dan berbagai faktor lain yang mendukung
penulis tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan
Menggunakan Multimedia Animasi Flash 3 Dimensi Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Teknik Komputer dan Jaringan
Rossi Sangra, 2013
1.2. Identifikasi Masalah
Dalam proses penelitian diperlukan suatu proses identifikasi terhadap
factor-faktor yang bisa mempengaruhi permasalahan yang sedang diteliti,
sehingga bisa lebih jelas dan mudah. Oleh karena itu, peneliti mengidentifikasikan
masalah tersebut dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
1. Aktifitas belajar peserta didik pada mata diklat TKJ kurang optimal.
2. Rendahnya keinginan dan keberanian siswa serta kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Metode mengajar yang monoton dan kurang bervareasi, sehingga
siswa atau kondisi kelas tidak lagi kondusif.
1.3. Rumusan Masalah
Perumusan masalah sangat diperlukan dalam suatu penelitian, agar
maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian lebih terarah dan
mempermudah untuk menentukan metode yang cocok dalam pemecahan masalah.
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka rumusan masalah secara
umum yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat
mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar pada mata diklat Teknik
Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung ?.
2. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dapat
memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif pada mata diklat
3. Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa
membuat prestasi belajar siswa pada mata diklat Teknik Komputer dan
Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung meningkat ?.
Berdasarkan rumusan masalah secara umum di atas, maka dibuat rumusan
masalah secara khusus sebagai berikut :
1. Bagaimana kemungkinan diterapkannya model pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw pada mata diklat Teknik Komputer dan
Jaringan ?
2. Bagaimana menemukan pola tahapan-tahapan dalam proses kegiatan
belajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw ?
3. Bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam proses kegiatan
pembelajaran pada saat diterapkan proses pembelajaran model
pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ?
4. Bagaimana hasil pre-test dan post test siswa tiap siklus dan hasil tes
sub sumatif siswa dalam mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan ?
5. Apa saja kendala-kendala dan kelebihan penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw yang dialami guru dan siswa
Rossi Sangra, 2013
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa
mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar pada mata diklat Teknik
Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung.
2. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa memberi
motivasi kepada siswa untuk lebih aktif pada mata diklat Teknik
Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung.
3. Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw bisa membuat
kegiatan belajar mengajar dalam kelas lebih kondusif pada mata diklat
Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN 1 Bojongpicung.
1.5. Batasan Masalah
Pembatasan masalah sangat diperlukan agar dalam pembatasan masalah
yang akan ditulis penulis tidak menyimpang dan tepat sasaran, serta untuk
menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji. Pembatasan masalah ini
sebagai berikut :
1. Kompetensi materi mata diklat TKJ yang diberikan yaitu Perakitan
Komputer dan Instalasi Software..
2. Lingkup penelitian dilakukan di SMKN 1 Bojongpicung dengan siswa
kelas X Progam keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Siswa. Penelitian ini diharapkan dapat memunculkan potensi
siswa yang berkopetensi, sehingga siswa diharapkan memiliki keahlian
yang bermanfaat di masa yang akan datang baik bagi yang
bersangkutan atau siswa lainnya maupun keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
2. Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
profesionalisme dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang
bekualitas.
3. Bagi Sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
untuk memperbaiki mutu pengajaran berdasarkan kurikulum yang
berlaku di sekolah dan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan pendidikan.
4. Bagi Penulis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman
dan wawasan penulis dalam menerapkan alternative model
pembelajaran yang sisesuaikan dengan kebutuhan mutu pendidikan.
1.7. Anggapan Dasar
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:58), manfaat merumuskan anggapan
Rossi Sangra, 2013
1. Agar ada dasar yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti
2. Untuk menegaskan variabel menjadi pusat penelitian
3. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis
Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (Suharsimi Arikunto, 2002:58) berpandangan bahwa “Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak
pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik”.
Sehingga berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dalam penelitian ini
yang menjadi anggapan dasar adalah :
1. Kompetensi materi TKJ yang diberikan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
2. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor utama yang dapat
membantu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Prestasi belajar mengajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yang
datang dari individu itu sendiri dan faktor eksternal yang dating dari
luar.
4. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai prestasi belajar yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan suatu model
pembelajaran strategi yang berpusat kepada siswa (Student Center) dimana siswa
dituntut untuk bekerjasama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya maupun
kepada kelompoknya. Cooperative Learning suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratoratif
yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen dan keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan
dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok
(Slavin, 1984).
Secara garis besar metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu sebagai
berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang
terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Pada kelompok asal siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai bahan ajarnya dengan karakteristik
heterogen. Setiap siswa pada kelompok asal bertanggung jawab terhadap
masing-masing bahan ajar sesuai ahlinya, anggota dari kelompok asal bertemu
menjadi kelompok ahli untuk saling membantu tentang topik pembelajaran
Rossi Sangra, 2013
dan menjelaskan apa yang telah mereka pelajari pada anggota kelompok
asalnya.
2. Soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang
lain (interpersonal skills) meliputi kemampuan dalam menghargai orang lain,
kemampuan dalam menanggapi pendapat/saran dan kemampuan dalam
bekerjasama dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal
skills) meliputi kemampuan dalam bertidak, percaya diri dan kemampuannya
dalam bertanggung jawab.
4. Prestasi belajar siswa merupakan hasil dari proses belajar ranah kognitif yang
dicerminkan oleh skor ulangan siswa.
3.2.Metode penelitian
Metode merupakan cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan.
Menurut Suharsimi (2007:2) penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu
objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu
suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Menurut Sukardi (dalam
Juli Hadi Purnama, 2008:38) metode penelitian adalah kegiatan yang secara
sistematis, direncanakan dan mengikuti aturan-aturan oleh yahg dilakukan para
peneliti untuk memecahkan permasalahan yang akan diteliti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research). Pada penelitian ini penulis membahas tentang
permasalahan dalam hal interaksi siswa dalam belajar sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan.
Menurut Suhardjono (2007:58) penelitian tindakan kelas adalah penelitian
tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan mutu prakter
pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pada
proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (
silabus,materi dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Penelitian tindakan
kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi (2007:2) menjelaskan penelitian tindakan kelas melalui paparan
gabungan definisi dari 3 kata, Penelitian + Tindakan +Kelas sebagai berikut :
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik suatu minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. 3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru.
Dengan menggabungkanbatasan pengertian tiga kata inti di atas maka
dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru
atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Dalam pengertian lain penelitian kelas menurut supardi (2007:104) diawali
dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action),
Rossi Sangra, 2013
refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang
diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) sebagaimana gambar di bawah ini :
Gambar 3.1 Spiral penelitian tindakan kelas (Hopkins,1993) Supardi (2007:105)
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS III
Pengamatan
dst Refleksi
Refleksi
Pelaksanaan
Menurut Suhardjono (2007:62) penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus
yaitu adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi
alami dan ditujukan untuk memecahkan permasalahn praktis. Tindakan
tersebut merupakan sesuatu yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian siklus
kegiatan.
Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelian
tindakan kelas adalah suatu pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran untuk
mengambil tindakan yang sengaja dilakukan demi perbaikan proses pembelajaran
di kelas. Penelitian tindakan kelas berlangsung secara alami dan dilakukan dalam
rangkaian siklus.
3.3. Prosedur Penelitian
Menurut Supardi (2007:117) prosedur pelaksanaan penelitian tindakan
kelas memiliki empat tahap. Keempat tahap tersebut adalah: perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observation) dan refleksi
(reflection). Kegiatan-kegiatan tersebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan
masalah. Apabila satu silkus belum menunjukkan tanda-tanda pemecahan
masalah kearah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada
siklus kedua, dan seterusnya, sampai peneliti merasa puas. Indikator keberhasilan
Rossi Sangra, 2013
Adapun siklus kegiatan masalah pada penelitian tindakan kelas dapat
dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini :
Gambar 3.2 Siklus Kegiatan Masalah (Supardi, 2007:117)
Berikut Penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan pada penelitian
tindakan kelas :
a. Perencanaan (Planning)
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan
tersebut dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas dimana peneliti dan guru
Re-reflecting Revised planning
Reflecting
Planning
Acting Re-acting
Observing
adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada
kesepakatan antara keduanya. Rancangan harus dilakukan bersama antara guru
yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses
jalannya tindakan. Hal tersebut untuk mengurangi subjektivitas pengamat serta
mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Pada tahap perencanaan peneliti
menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam
fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung (Suhardjono,2007:75).
Tindakan untuk pemecahan mesalah yaitu menyusun rencana tindakan
termasuk revisi dan perubahan rencana yang hendak dilakukan dalam
pembelajaran Teknik Komputer dan Jaringan, termasuk sistem penilaiannya
yang mengacu pada pelaksanaan KTSP. Dalam kaitan rencana disusun secara
kolaboratif antara peneliti dengan guru Teknik Komputer dan Jaringan.
Hal yang perlu dilaksanakan pada tahap ini adalah :
1. Menentukan kelas subjek yang akan diteliti, yaitu kelas X Teknik
Komputer dan Jaringan.
2. Menetapkan jumlah siklus, yaitu 4 silkus. Setiap siklus adalah pokok
bahasan mengenai mengopersikan Perakitan Komputer.
3. Menyiapkan sumber belajar dam metode mengajar berdasarkan model
pembelajaran untuk setiap siklusnya, yaitu berupa ceramah,
demonstrasi, praktek, diskusi dan Tanya jawab.
Rossi Sangra, 2013
5. Menentukan observer, dan alat bantu observer.
6. Menentukan cara pelaksanaan refleksi dan refleksi.
7. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.
b. Tindakan (Action)
Pada tahap ini, rancangan strategi dan scenario penerapan pembelajaran akan ditetapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja telah “dilatihkan”
kapada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas
sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan
baik dan tampak wajar. Skenario atau rancangan tindakan yang akan
dilakukan hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian
tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang dilakukan,
(b) kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru, (c) kegiatan yang
diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang media pembelajaran yang
akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis instrumen yang akan
digunakan untuk perngumpulan data/pengamatan disertai dengan penjelasan
rinci bagaimana menggunakannya (Suhardjono, 2007:77).
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :
1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, yaitu 5 kelompok
dimana tiap kelompok dengan komposisi tingkat kemampuan yang
2. Guru selaku praktisi melaksanakan pembelajaran Teknik Komputer
dan Jaringan menggunakan model pembelajaran kontekstual,
3. Setelah proses belajar mengajar selesai, guru menyuruh siswa untuk
mengerjakan latihan, job sheet atau memberikan port test.
4. Observer melakukan observasi terhadap kegiatan proses pembelajaran,
baik terhadap guru maupun terhadap siswa,
Gambaran Siklus pertama:
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw yang dilengkapi dengan media rencana pembelajaran, alat
peraga, dengan tahapan-tahapan yang sesuai dengan rencana pembelajaran
sebagai berikut :
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok
asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan
dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu
bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok
Rossi Sangra, 2013
jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson
disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan
jumlah 35 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai
dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi
pembelajaran, maka dari 35 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang
beranggotakan 4 siswa dan 5 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa.
Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam
kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau
dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar
materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi
yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Pengamatan (Observation)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal
yang diperlukan selama tindakan pelaksanaan berlangsung. Pengumpulan data
ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah
disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan. Pelaksanaan
skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses hasil
belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif yaitu hasil
pre-test dan post-test atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan
siswa, antusias siswa, mutu diskusi, dan lain-lain. Instrumen yang umum
dipakai adalah lembar observasi dan catatan lapangan yang dipakai untuk
memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar
observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung,
reaksi siswa, atau petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam
analisis dan untuk keperluan refleksi (Suhardjono, 2007 : 78).
d. Refleksi (Reflection)
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengakji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilkukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian yang
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Langkah
Rossi Sangra, 2013
strategik. Langkah reflektif ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi
situasi social dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuansi adanya
tindakan terencana (Suhardjono, 2007:80). Refleksi dalam penelitian tindakan
kelas mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan
atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka
dilakukan proses pengkajian ulang siklus berikutnya yang meliputi kegiatan :
perencanaan ulang, tindakan ulang melalui, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat teratasi (Hopkins dalam Suhardjono 2007:80).
3.4. Indikator Kinerja (Kriteria Keberhasilan)
Kriteria keberhasilan dalam penemuan dan pengujian serta peningkatan
kualitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, diharapkan akhirnya akan bermuara pada peningkatan aktivitas dan
interaksi siswa dan peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menerapkan kriteria
keberhasilan tersebut diatas, maka digunakan kriteria berikut ini :
a. Jika pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan semakin
meningkat setiap siklusnya.
b. Jika hasil belajar siswa (individu) melalui pre-test dan post-test setiap
siklus yang mendapat nilai rata-rata diatas 70 sudah lebih besar dari
70% maka sudah dikatakan berhasil dan silkus berikutnya tidak
Rossi Sangra, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Multimedia Animasi Flash 3 c. Jika grafik aktivitas siswa pada proses pembelajaran kooperatf tipe
jigsaw semakin meningkat pada setiap siklus.
d. Jika kelas sudah mencapai titik jenuh, dilihat dari persentase
keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran kooperif tipe jigsaw
yang stagnan (tidak mengalami peningkatan).
3.5. Alur Penelitian
Untuk memperjelas prosedur penelitian maka dibuatlah alur penelitian dari
perencanaan awal, tindakan dan refleksi untuk tiap siklusnya. Secara keseluruhan
bisa digambarkan seperti di bawah ini :
Rossi Sangra, 2013
Gambar 3.3 Tindakan dan refleksi untuk tiap siklus
Dapat dilihat pada alur penelitian di atas, penelitian ini dilakukan dengan
empat siklus. Untuk setiap siklusnya, tindakan diobservasi dan dievaluasi oleh
observer bersama-sama peneliti dan guru. Kegiatan observasi dan evaluasi
tindakan setiap siklus akan dilanjutkandengan analisis refleksi yang akan
menghsilkan rencana revisi tindakan untuk siklus berikutnya. Setiap rencana
revisi tindakan terdiri langkah-langkah berdasarkan analisis refleksi yang berasal
dari observasi dan evaluasi.
3.6.Lokasi dan Subjek Penelitian
3.6.1. Lokasi Penelitian
Analisis refleksi tindakan siklus IV Evaluasi seluruh
tindakan
Lokasi penelitian adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Bojongpicung Jl. Moch Ali,Darmaga Desa. Sukaratu Kec. Bojongpicung
Kab. Cianjur kode pos 43283.
3.6.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1 sebanyak 35
orang dengan rincian 15 siswa dan 20 siswi.
3.7. Populasi dan Sampel
3.7.1. Populasi
Nana Sudjana (2007:84) menyatakan bahwa :
Populasi maknanya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat diperoleh informasi. Elemen tersebut bisa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok social, sekolah, kelas, organisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah elemen.
Populasi sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X yang mengikuti mata diklat TKJ di SMKN 1 Bojongpicung
dengan jumlah keseluruhan 171 orang.
3.7.2. Sampel
Suhasimi Arikunto (2006:134) menuliskan batasan mengenai
sampel yaitu :
Rossi Sangra, 2013
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat berfungsi. Dalam penelitian ini penarikan
sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling
adalah teknik penarikan sampel dari populasi yang cukup besar sehingga
dibuat beberapa kelas atau kelompok. Teknik tersebut sangat cocok untuk
digunakan dalam penelitian ini, karena populasi yang ada telah
dikelompok-kelompokkan berdasarkan kelas. Dengan demikian, analisis
sampel ini bukan individu, tetapi kelompok yaitu berupa kelas yang terdiri
dari beberapa individu. Dalam penentuan kelas eksperimen dan kontrol
dilakukan tanpa acak. Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 35
orang.
3.8. Data dan Sumber Data Penelitiasn
3.8.1. Data penelitian
Nana Sudjana dan Ibrahim (2007:83) menyatakan bahwa “setiap
penelitian memerlukan data dan informasi dari sumber-sumber yang dapat
dipercaya agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk
menjawab masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis”. Data adalah
hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka. Dari
disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang akan dijadikan
bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan Suharsimi Arikunto
(2006:118), menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengelolaan data
yang dipakai untuk suatu keperluan.
Data atau informasi tersebut adalah data empiris, yaitu data
lapangan atau data yang terjadi sebagaimana terjadi. Data tersebut harus
jelas sumber serta bentuknya apakah dalam bentuk dokumen tertulis atau
tidak, serta kapan waktu diperolehnya data tersebut. Data yang dimaksud
tersebut adalah penilaian hasil belajar siswa dalam mata diklat Teknik
Komputer dan Jaringan. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini
yaitu :
a. Materi mata diklat Teknik Komputer dan Jaringan
b. Nilai tes insteumen (pre-test dan pos-test) untuk melihat
perkembangan prestasi belajar siswa.
3.8.2. Sumber Data Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006:129) menyatakan bahwa :
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut responden. Apabila penelitian menggunakan dokumentasi maka dokumen atau catatlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan adalah subjek penelitian atau peubah penelitian.
Sumber utama data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
Rossi Sangra, 2013
Komputerdan Jaringan. Selain itu digunakan juga buku-buku literatur yang
dapat menunjang proses belajar mengajar Teknik Komputer dan Jaringan.
3.9. Teknik Pengumpulan Data
3.9.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian
ada beberapa teknik yang penulis gunakan, antara lain :
a. Observasi
Studi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori
atau pendekatan yang erat hubungannya dengan permasalahan yang
sedang diteliti. Studi ini dilakukan dengan cara mengamati aktifitas
siswa pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
pada mata diklat keahlian Teknik Komputer dan Jaringan.
b. Tes
Nana Sudjana (2007:100) menyatakan bahwa “Tes adalah alat ukur
yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban
yang diharapkan baik secara tertulis atau lisan atau secara perbuatan”.
Pre-test dan post-test pada setiap siklus untuk mengetahui tingkat
telah diajarkan dan peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam bentuk essay.
c. Dokumentasi
Foto-foto kegiatan pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw.
Penggunaan arsip-arsip seperti silabus, berkas-berkas kurikulum, dan
lain sebagainya.
d. Pedoman Wawancara
Untuk mengetahui kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung menggunakan model kooperatif tipe jigsaw.
e. Pedoman Aktifitas dan Angket
Untuk mengetahui aktifitas siswa, kesan, dan tanggapan siswa
yang mengukuti kegiatan pembelajaran.
3.9.2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan bentuk penjabaran operasional
dari peubah-peubah yang telah ditentukan sebelumnya secara teoritis.
Setiap item instrumen dirancang agar hasil data empiris sebagaimana
adanya dan sebelum membuat instrumen penelitian, terlebih dahulu
membuat kisi-kisi instrumen agar instrumen yang dibuat dapat secara tepat
mewakili indikator yang diharapkan pada responden penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
Rossi Sangra, 2013
pilihan yang digunakan untuk mengukur penguasaan materi Teknik
Komputer dan Jaringan. Catatan lapangan untuk menemukan pola
penerapan tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Observasi, pedoman aktifasi siswa, angket, dan dokumen untuk
mendapatkan data tentang aktifitas belajar siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar Teknik Komputer dan Jaringan.
3.9.3. Uji coba Instrumen Penelitian
Maksud dari penguji coba instrument ini adalah suatu pengujian
yang dilakukan olek peneliti terhadap instrumen yang digunakan.
Sebaiknya instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data
terlebih dahulu diujicobakan kepada kelas dalam populasi selain kelas
sample penelitian. Hal ini bertujuan mendapatkan alat ukur (instrumen)
yang valid dan reabel.
Setelah melakukan uji coba, hasil data tersebut dianalisis untuk
menyeleksi soal-soal yang telah dibuat. Apabila ada soal-soal yang tidak
memenuhi syarat, maka tidak akan digunakan dalam instrumen penelitian.
3.9.3.1. Uji Instrumen Kualitatif
Menurut Hopkins (Rochiati Wiriaatmadja, 2007:108) ada beberapa
bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas
(PTK), misalnya:
Dengan melakukan member check, yakni memeriksa kembali
observasi atau wawancara dari narasumber (kepala sekolah, guru, teman
sejawat, siswa, dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi atau
penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan
keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya.
Validasi juga dapat dilakukan degan triangulasi dengan
meminimalkan subjektivitas, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis,
konstruk ataupun analisis yang timbul dengan membandingkan dengan
hasil orang lain, misalnya peer observer yang hadir dan menyaksikan
situasiyang sama. Bentuk lain dari triangulasi adalah: triangulasi waktu,
triangulasi ruang, triangulasi peneliti, dan triangulasi teoretis (Burns,
1999:164). Triangulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data
dalam waktu yang berbeda, sedapat mungkin meliputi rentangan waktu
tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin
bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. Misalnya, data
tentang proses pembelajaran dengan seperangkat teknik tertentu dapat
dikumpulkan pada jam awal, tengah dan siang pada hari yang berbeda dan
jumlah pengamatan yang memadai, katakanlah 4-5 kali. Triangulasi
peneliti dapat dilakukan dengan pengumpulandata yang sama oleh
beberapa peneliti sampai diperoleh data yang relative konstan. Misalnya
dua atau tiga peserta penelitian dapat mengalami proses pembelajaran
yang sama dengan waktu yang sama pula. Triangulasi ruang dapat
Rossi Sangra, 2013
ajang penelitian yang sama dan data yang sama dikupulkan dari
kelas-kelas tersebut. Triangulasi teoretis dapat dilakukan degan memaknai gejala
perilaku tertentu dengan dituntun oleh beberapa teori yang berbeda tetapi
terkait. Misalnya, perilaku tertentu yang menyiratkan motivasi dapat
ditinjau dari teori motivasi aliran yang berbeda: aliran behavoristik,
kognitif, dan konstruktivis (Suwasih Madya, 2007).
Selanjutnya validasi juga dapat dilakukan dengan audit trail. Audit
trail dilakukan dengan memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh
peneliti atau peer observer. Audit trail dapat dilakukan oleh kawan sejawat
peneliti yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui PTK
Pada tahap akhir validasi, dapat dilakukan dengan meminta nasihat
kepada pakar, yang disebut expert opnion, yang dalam hal ini adalah
pembimbing penelitian. Pakar atau pembimbing akan memberikan arahan
atau judgements terhadap maslah-masalah penelitian. Perbaikan,
modifikasi atau penghalusan berdasarkan arahan pembimbing atau pakar
selanjutnya akan memvalidasi hipotesis, konstruk, atau kategori dan
analisis yang peneliti lakukan. Dengan demikian akan meningkatkan
derajat kepercayaan penelitian.
Reliabilitas data PTK secara hakiki memang rendah karena situasi
PTK terus berubah dan proses PTK bersifat transformatif tanpa kendali
apapun (alami)sehingga sulit untuk mencapai reliabilitas yang tinggi,
padahal tingkat realiabilitas tinggi hanya dapat dicapai dengan
(variabel) dan hal ini tidak mungkin atau tidak baik dilakukan dalam PTK.
Karena akan bertentangan dengan cirri khas penelitian tindakan itu sendiri,
yang salah satunya adalah kontekstual/situasional dan terlokalisasi, dengan
perubahan yang menjadi tujuannya. Penilaian peneliti menjadi salah satu
tumpuan reliabilitas PTK. Cara-cara meyakinkan orang atas reliabilitas
PTK termasuk : menyajikan (dalam lampiran) data asli seperti transkip
wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penlitian dipublikasikan),
menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang
sama dan kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan
(Suwasih Madya,2007).
Penelitian PTK dapat menggunakan metode ganda dan perspektif
kolaborator untuk memperoleh gambaran yang lebih objektif. Proses
penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian
tentang praktik pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan
dengan cara yang lebih substansial dan kritis. Proses tersebut mendorong
guru untuk berbagi masalah-masalah umum dan bekerjasama sebagai
masyarakat penelitian untuk memeriksa asumsi, nilai dan keyakinan yang
sedang mereka pegang dalam kultur politik lembaga tempat mereka
bekerja. Proses kelompok dan tekanan kolektif kemungkinan besar akan
mendorong keterbukaan terhadap perubahan kebijakan dan praktik.Selain
itu, menurut Wallace (1998:209-210) ada kelebihan lain dari PTK
Rossi Sangra, 2013
dikumpulkan, apakah dalam hal kedalaman atau dalam hal cakupan atau
dalam keduanya dan ini disebabkan makin banyak perspektif yang
digunakan akan makin intensif pemeriksaan terhadap data atau makin luas
cakupan persoalan dalam hal tim peneliti saling berkolaborasi dalam
meneliti kelasnya masing-masing (Swasih Madya,2007).
3.10. Teknik Pengolahan Data
Adapun langkah-langkah pengolahan data terhadap data yang terkumpul
dari setiap siklus adalah sebagai berikut.
1) Menganalisis data hasil observasi terhadap aktivitas siswa
Dengan menentukan persentasi rata-rata dari masing-masing
indikator yang diamati lalu setelah itu dianalisis.
Tabel. 3.1. Klasifikasi Aktivitas Siswa
PERSENTASE RATA-RATA (RT) KATEGORI
80% ≤ RT Sangat Baik
60% ≤ RT < 80% Baik
40% ≤ RT < 60% Cukup
0% ≤ RT < 20% Sangat Kurang
(Disarikan dari Teti Rusmiati,2006 : 26)
Persentase rata-rata
=
∑∑
2) Menghitung hasil tes pada setiap siklus
Penskoran terhadap jawaban yang diberikan siswa. Tiap-tiap butir
soal yang dijawab oleh siswa diberi skor sesuai dengan lengkap
tidaknya jawaban yang diberikan
Penilaian terhadap jawaban siswa. Setelah penskoran tiap butir
jawaban, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan skor yang
diperoleh oleh masing-masing siswa.
Pengelompokan nilai tes dengan rentang nilai tertentu. Setelah
penskoran lalu skor hasil tes dikelompokkan dengan rentang nilai
tertentu untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian ranah
kognitif siswa.
Tabel 3.2 Tingkat keberhasilan ranah Kognitif
PERSENTASE RATA-RATA KATEGORI
90% ≤ TB < 100% Sangat Baik
Rossi Sangra, 2013
55% ≤ TB < 75% Cukup
30% ≤ TB < 30% Kurang
0% ≤ TB < 30% Sangat Kurang
(Disarikan dari Teti Rusmiati, 2006:27)
∑
∑
Keterangan :
= Persentase tingkat keberhasilan belajar siswa (%) ∑ = JUmlah skor yang diperoleh siswa
∑ = Skor maksimum
Penentuan nilai rata-rata tesdari seluruh siswa yang mengikuti tes.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa
secara klasikal, yaitu jika >85% siswa memperoleh skor >65% dari
skor total
∑ ∑
Keterangan :
3) Menentukan efektivitas terlihat dari hasil observasi kegiatan siswa, yaitu
seberapa besar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu juga
efektivitas pembelajaran ditentukan dari gain yang dinormalisir. Untuk
memperoleh gain yang dinormalisir digunakan rumus dibawah ini.
(g)
Keterangan :
(g) = Gain yang dinormalisasi
Post-test = Tes akhir pembelajaran siklus
Pre-test = Tes diawal pembelajaran tiap siklus
Setelah memperoleh nilai gain yang dinormalisir lalu
diklasifikasikan sesuai dengan criteria efektivitas pembelajaran pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3.3. Kriteria Efektivitas Pembelajaran
SKOR KATEGORI
(g) ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ (g) < 0,70 Sedang
(g) < 0,30 Rendah
Rossi Sangra, 2013
Setelah ada kejelasan tentang jenis instrument, langkah selanjutnya adalah
menyusun pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan
membuat kisi-kisi instrument. Dalam kisi-kisi tersebut memuat aspek yang akan
diungkap melalui pertanyaan. Dan aspek yang akan diungkap bersumber dari
masalah penelitian. Untuk lebih jelasnya, kisi-kisi tes instrument penelitian ini
dapat dilihat pada lampiran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis refleksi dan hasil evaluasi terhadap model
pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Diklat Perakitan Komputer
Dengan Menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi yang diterapkan pada mata
diklat Perakitan Komputer dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan Multimedia
Flash 3 Dimensi setelah melakukan pengamatan pada kegiatan
pembelajaran di kelas, siswa terlihat lebih aktif dan antusias mengikuti
kegiatan dengan menggunakan multimedia flash 3 dimensi. Interaksi
antara siswa dan guru telah terjalin dengan baik, siswa lebih berani
mengutarakan pendapatnya sehingga kesulitan siswa dapat diketahui
dan diatasi bersama.
2. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dikelas, keaktifan siswa
secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada siklus ke-1,
persentase keaktifan siswa adalah 68,75% yang dikategorikan cukup.
Pada siklus ke-2, persentase keaktifan siswa meningkat menjadi
81,25% yang dikategorikan baik dan pada siklus ke -3 aktivitas terus
meningkat menjadi 87,5% yang dikategorikan baik. Kemudian siklus
Rossi Sangra, 2013
3. Prestasi siswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw menggunakan Multimedia Flash 3 Dimensi dinilai kurang. Hal
ini ditunjukan dari hasil observasi awal terhadap nilai hasil belajar dan
praktikum pada semester sebelumnya. Sesuai dengan standar kopetensi
kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah bahwa nilai kelulusannya adalah ≥ 70. Untuk mata pelajaran perakitan
komputer, jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 hanya sejumlah
5.2. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan pada penelitian ini, ada bebrapa saran yang
dapat disampaikan peneliti untuk para peneliti selanjutnya, antara lain
sebagaiberikut :
1. Pada guru diharapkan untuk mengembangkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dengan memperbaiki kekurang-kekurangannya
dan melakukan refleksi untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.
2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk lebih melakukan
pendekatan baik guru atau siswa sehingga benar-benar mengetahui
masalah dan kendala yang dialami oleh guru maupun siswa.
3. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran hendaknya sumber-sumber
belajar lain untuk melengkapi kebutuhan literatur sesuai dengan
82
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
(Edisi revisi IV). Bandung: Rineka Cipta.
Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, R W. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Fernandes, Ibiz. (2002). Animation is the process of recording and playing back a
sequence of stills to achieve the illusion of continues motion. California :
Macromedia Flash.
Ibraham. (2000). Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Kurnia, Egi jul. (2009). Penerapan Kooperatif Tipe Think-Talk-write Pada Mata
Diklat Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi SMK Negeri
12 Bandung (Suatu penelitian tindakan kelas dikelas X program keahlian
elektronika pesawat udara SMK Negeri 12 Bandung). Skripsi : tidak
diterbitkan.
Maulana, Dany. (2008). Belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilaku sebagai akibat pengalaman.
Purwanto, Ngalim. (2001). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.