• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN BELAJAR KOOPERATIF DAN BELAJAR KOMPETITIFSERTA KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP PENGEMBANGAN SELF-ESTEEM MELALUI KEGIATAN OLAHRAGA PERMAINAN PADA SISWASEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN BELAJAR KOOPERATIF DAN BELAJAR KOMPETITIFSERTA KEMAMPUAN MOTORIK TERHADAP PENGEMBANGAN SELF-ESTEEM MELALUI KEGIATAN OLAHRAGA PERMAINAN PADA SISWASEKOLAH DASAR."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Pertanyaan Penelitian ... 17

D. Tujuan Penelitian ... 19

E. Variabel Penelitian ... 19

F. Konstelasi Penelitian ... 21

G. Manfaat Penelitian ... 22

H. Asumsi ... 24

I. Hipotesis ... 27

J. Pembatasan Penelitian ... 27

K. Definisi Operasional ... 28

(2)

xi BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Pengantar ... 32

B. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 41

C. Pengertian Kompetisi dan Kooperasi ... 50

D. Kompetisi Sebagai Suatu Proses ... 53

E. Apakah Kompetisi Itu Baik atau Buruk?... 59

F. Filsafat Olahraga Kooperatif ... 61

G. Model Pembelajaran ... 65

H. Keterkaitan Pembelajaran Kooperatif dengan Self-esteem ... 73

I. Keterkaitan Pembelajaran Kompetitif dengan Self-esteem ... 78

J. Pengertian Self-esteem ... 84

K. Pengertian Kemampuan Motorik ... 93

L. Pembelajaran Afektif dalam Pendidikan Jasmani ... 101

M. Pengertian Emosi ... 102

N. Pandangan tentang Persepsi Motorik ... 104

O. Teori Kognitif Sosial dalam Self-esteem ... 116

P. Mastery Learning, Belajar Berhasil dan Self-esteem... 120

Q. Pemahaman Hubungan Aktivitas Jasmani dengan Self-esteem .... 122

R. Beberapa Penelitian Terkait ... 125

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 131

(3)

xii

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 142

D. Tempat dan Waktu Penelitian... 145

E. Teknik Pengumpulan Data ... 146

F. Instrumen Penelitian ... 147

G. Prosedur Eksperimen ... 156

H. Bahan Eksperimen ... 161

I. Teknik Analisis Data ... 176

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 178

B. Pembahasan... 188

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 200

B. Implikasi ... 201

C. Rekomendasi ... 205

DAFTAR PUSTAKA ... 207

(4)

xiii

(5)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Usulan Jenis dan Nomor Kompetensi untuk Anak-Anak ... 72

3.1 Pengelompokan Sampel Eksperimen ... 145

3.2. Kisi Kisi Pengaruh model Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Self-esteem ... 150

3.3. Butir Pernyataan yang Valid pada setiap Dimensi Variabel Hasil Uji Coba Ke-I ... 154

3.4. Butir Pernyataan yang Valid pada setiap Dimensi Variabel Hasil Uji Coba Ke-II ...155

3.5. Hasil Penghitungan Reliabilitas Angket Self Esteem ... ... 156

3.6. Tahap dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 159

3.7. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 160

3.8. Inti Pembelajaran Kooperatif dalam Pengembangan Self Esteem melalui Kegiatan Olahraga Permainan ... 167

3.9. Contoh Program Pengajaran Pendidikan Jasmani Pembelajaran Kooperatif dalam Pengembangan Self Esteem ... 168

3.10. Inti Pengajaran Kompetitif dalam Pengembangan Self Esteem melalui Kegiatan Olahraga Permainan ... 171

3.11. Contoh Program Pengajaran Pendidikan Jasmani Pembelajaran Kompetitif dalam Pengembangan Self Esteem ... 172

(6)

xv

4.2. Beda Skor Self Esteem Siswa ... 179

4.3. Hasil Uji Normalitas Data Seluruh Kelompok...181

4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Bartlett... 182

4.5. Ringkasan Hasil Uji Kesamaan dua Varians ... 183

4.6. RingkasanPenghitungan Rata-rata dan Standar Deviasi Seluruh Kelompok Perlakuan ... 183

4.7. Rangkuman Hasil Penghitungan ANAVA 2 x 2 pada Taraf Nyata α = 0,005 ... 184

(7)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Proses Kompetitif ... 54

2.2. Hierarki Perkembangan Self Esteem ... 88

2.3. Proses Persepsi Motorik ... 107

2.4. Aplikasi Reciprocal Determinan Bandura dalam Pembentukan Self Esteem ... 119

2.5. Model Self-esteem dan Aktivitas Jasmani ... 124

3.1. Rancangan Penelitian Desain Faktorial 2 x 2 ... 132

3.2. Desain Penelitian ... 141

4.1. Interaksi Pembelajaran dan Kompetitif dengan Kemampuan Motorik Tinggi dan Rendah ... 186

4.2. Proses Perkembangan Self Esteem melalui Aktivitas Jasmani Berbasis Pendidikan Berhasil ... 191

4.3. Pendidikan Berhasil dalam Pendidikan Jasmani ... 194

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia sudah enam puluh lima tahun merdeka. Ditinjau dari sisi waktu sudah cukup dewasa jika dibandingkan dengan usia seorang manusia, namun sampai sekarang negara ini masih tetap menyandang sebutan negara berkembang. Di bidang pendidikan pun masih terdapat beberapa permasalahan, seperti munculnya pro dan kontra terhadap Ujian Negara, sering terjadinya pergantian kurikulum pada waktu yang tidak semestinya, berita di media massa tentang siswa Sekolah Dasar berusaha bunuh diri, dan peristiwa tawuran antar pelajar. Kejadian-kejadian tersebut merupakan permasalahan dalam pendidikan.

(9)

pendidikan yang dikembangkan oleh Bloom (1976:30) yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Para pengembang kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk kurikulum pendidikan jasmani juga merujuk ke taksonomi tersebut (Puskur, 2004).

Ungkapan yang mendudukkan pendidikan jasmani sebagai pendidikan bersifat menyeluruh untuk mencapai keselarasan antara jasmani dan rohani pernah dituangkan dalam Undang Undang Republik Indonesia tahun 1950 No. 4 Bab IV tentang pendidikan jasmani sebagai berikut: “Pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan kepada segala jenis sekolah” (Tilaar, 1995: 658).

(10)

kejiwaan). Selanjutnya, karena esensi pendidikan menyeluruh yang amat mendasar, meskipun merujuk ke dokumen lama yang masih relevan yaitu Undang Undang Pendidikan Tahun 1950, Tilaar (1995:670) mensitir kembali isi undang-undang tersebut yang bunyinya sebagai berikut:

Pertumbuhan jiwa dan raga harus mendapat tuntunan yang menuju kearah keselarasan, agar tidak timbul penyebelahan kearah intelektualisme atau kearah perkuatan badan saja. Perkataan keselarasan menjadi pedoman pula untuk menjaga agar pendidikan jasmani tidak mengasingkan diri dari pendidikan keseluruhan (totaal opvoeding).

(11)

Bukti-bukti secara empirik diperlukan untuk menunjukkan pengaruh program pendidikan jasmani dalam rangka membina ketiga ranah tersebut. Sungguh merupakan sebuah cita-cita yang dianggap muluk manakala tidak digali bukti-bukti ilmiah tentang manfaat yang diperoleh dari pendidikan jasmani sedangkan yang berkembang justru mitos dan bahkan juga miskonsepsi, atau ketidak percayaan dan keraguan terhadap pendidikan jasmani yang dipandang tidak mengandung nilai-nilai pendidikan. Bahkan ada juga kritik yakni dalam pendidikan jasmani itu tidak berlangsung proses ajar (Crum, 2004) sebagai akibat dari proses pengajaran yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah pedagogik. Akibatnya, status pendididikan jasmani menjadi rendah dalam kurikulum (Dokumen Deklarasi Berlin, 1999; dalam Rusli Lutan, 2004:106-107).

(12)

Bandung. Sedangkan lahan kosong hanya halaman sekolah yang tidak terlalu luas, yang digunakan untuk upacara. Padahal setiap siswa membutuhkan ruang kosong sebesar 4 sampai 6 m2 (Tisna Sopandi, 1983: 30). Berdasarkan pernyataan Sopandi, jika setiap sekolah memiliki jumlah siswa 300 orang maka sekolah tersebut harus menyediakan lapangan atau tanah kosong untuk siswa bergerak bebas seluas 300 x 6 m2 atau sekitar 1800m2. Bahkan menurut Soemitra (1992: 122), setiap sekolah harus memiliki halaman sekolah dan lapangan untuk melakukan berbagai jenis permainan. Keberadaan Sekolah seperti yang dipaparkan tersebut, menurut Rusli Lutan (2004:69) fenomena ini sebagai bentuk “krisis global pendidikan jasmani” yang mengarah pada bentuk “keterlantaran pendidikan jasmani.”

Ada indikasi di Indonesia terjadi mispersepsi dari orangtua, pendidik, dan pembuat kebijakan, yang tidak memandang pendidikan jasmani sebagai sebuah “academic subject”. Bukti ini juga diperkuat oleh pernyataan Rusli Lutan (2004:70) ketika melihat praktik pendidikan jasmani di sekolah-sekolah yang tidak menunjukkan adanya proses ajar. Kesan rendah diri pun muncul di kalangan pemangku profesi pendidikan jasmani yang mengarah pada status rendah dan penghargaan rendah dari kalangan pendidik itu sendiri.

(13)

sebagai mata pelajaran yang sangat bermanfaat dan setara dengan mata pelajaran yang lain, tetapi bahkan masih dipersepsikan sebagai mata pelajaran yang “mengganggu” kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan.

Di tengah berbagai kritik terhadap pendidikan jasmani, dijumpai pula bukti-bukti empirik hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan jasmani yang dikelola dengan baik. Dari dokumen konferensi puncak di Berlin (1999) tentang krisis pendidikan jasmani, para pakar membeberkan beberapa aspek meliputi (1) pendidikan jasmani dari perspektif fisik, (2) dampak psikologis dan keuntungan sosial dari keterlibatan dalam olahraga dan aktivitas jasmani implikasi terhadap pendidikan jasmani, (3) pendidikan jasmani dalam perspektif kesehatan dan sejahtera paripurna (well-being) dan, (4) perspektif nilai ekonomi pendidikan jasmani dan masalah gizi.

Keterkaitan pendidikan jasmani dengan domain fisik, psikologis, dan sosial menunjukkan bahwa aktivitas jasmani menjadi faktor penting dalam mengatur atau mengendalikan berat badan, kegemukan (obesitas), dan membina daya tahan umum (cardio vascular). Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas jasmani menunjukkan adanya hasil psikologis yang positif, dan meningkatkan self-esteem bagi anak-anak muda (Gruber, 1985). Selain itu juga ada bukti mengenai hubungan positif antara aktivitas jasmani dan kemajuan kemampuan kognitif (Dirjen Olahraga Depdiknas, 2003:124-127).

(14)

didik dalam menerima sikap, perilaku, dan nilai yang mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Banyak hal keterlibatan afektif dalam pendidikan jasmani berawal dari perasaan pribadi dan pengalaman subjektif siswa yang berasal dari respon-respon gerak mereka. Lebih lanjut, muncul pula perasaan personal, yang menghasilkan kesenangan, kepuasan, harga diri, dan keriangan dalam gerak dengan orang lain. (Allen, 1982; dalam Rink, 1985).

Pada masa kini berdasarkan pengamatan di lapangan, ketunaan ranah afektif dalam dunia pendidikan sangat menurun. Hal ini dapat dilihat pada media cetak dan elektronik. Antara lain, ada berita siswa Sekolah Dasar berusaha bunuh diri gara-gara terlambat diberi uang oleh orang tuanya. Seorang siswa mogok makan karena nilai matematikanya rendah. Ada juga siswa yang tiba-tiba demam pada hari yang ada pelajaran pendidikan jasmani. Berbagai peristiwa tersebut membuktikan anak-anak seperti itu memiliki self-esteem yang rendah. Self-esteem yang rendah dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan diri, dan bila hilang kepercayaan diri dapat menimbulkan hilangnya harga diri dan bahkan berdampak pada hilangnya kebermaknaan diri, bahkan bisa terjadi aksi bunuh diri.

(15)

gagal dalam melakukan suatu tugas gerak. Alasan-alasan seperti ini menimbulkan dampak negatif pada diri siswa, sehingga bisa melemahkan self-esteem siswa.

Keadaan rendahnya self-esteem para siswa dalam pengajaran pendidikan jasmani dapat menimbulkan dampak lebih lanjut, yaitu dapat menimbulkan rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia, sehingga bisa berdampak pada sikap dan mentalitas bangsa yang rendah. Dikhawatirkan bahwa sumber daya manusia Indonesia menjadi sangat lemah, tidak berdaya, serta tidak mampu bersaing dengan bangsa lain. Dampak lain juga akan menimbulkan rendahnya kualitas kepribadian warga negara, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan permasalahan identitas bangsa.

(16)

pendidikan jasmani menggunakan pula, pendekatan pembelajaran (learning approach), diantaranya: pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan pendekatan pembelajaran kompetitif (competitive learning).

Satu upaya yang dapat dilakukan guru pendidikan jasmani ketika ingin mengembangkan self-esteem para siswanya adalah memperbaharui cara cara pedagogik, didaktik, metodik, model mengajar serta gaya dan pendekatan kepada siswa, yang mampu menyebabkan siswa berhasil dalam setiap melakukan tugas gerak keterampilan yang dituntun oleh gurunya. Konsep ini sangat berdekatan dengan istilah developmentally appropriate practice (DAP). Ini berarti guru perlu memilih jenis pendekatan pembelajaran keterampilan yang menjamin keberhasilan penampilan keterampilan siswa, yang akan menimbulkan kepercayaan pada diri siswa, dan pada gilirannya akan menumbuhkan self-esteem pada diri siswa.

(17)

dicarikan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan atmosfir kehidupan anak-anak di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Pentingnya pengembangan self-esteem pada diri siswa perlu menjadi perhatian para pendidik, terutama dalam upaya mengangkat kepercayaan diri siswa sehingga bisa berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pengembangan self-esteem pada diri siswa melalui pembelajaran aktivitas jasmani bisa dilakukan dengan merancang dan mengorganisasikan keberhasilan tugas yang dilakukan oleh siswa. Keberhasilan pelaksanaan tugas gerak ini sangat bergantung pada pemilihan tugas ajar dengan memperhatikan tingkat kesulitan gerak, kompetensi siswa, dan cara-cara didaktik serta metodik pengajaran guru pendidikan jasmani. Kejelasan tugas gerak, tahapan tugas gerak, dan cakrawala gerak yang perlu dibelajarkan kepada siswa perlu diperhatikan oleh guru pendidikan jasmani (Crum, 2006).

(18)

kepada tim, (2) tanggung jawab perorangan, dan (3) semua punya kesempatan untuk berhasil.

Ada juga yang sekarang sedang marak dipergunakan dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani yaitu pendekatan pembelajaran (learning approach) dengan pendekatan kompetitif (competitive learning). Pembelajaran kompetitif adalah suatu pendekatan pengajaran pendidikan jasmani yang menekankan pada pengembangan keterampilan, kemampuan memprediksi situasi, berhati-hati dalam bertindak, dan taat terhadap aturan (Werner, 1979:6-7). Olahraga kompetitif merupakan bagian integral dari pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, dengan harapan akan tertanam nilai-nilai kompetitif pada siswa, hingga siswa di kemudian hari siap mengarungi kehidupan di masyarakat.

Siswa Sekolah Dasar harus dipersiapkan untuk belajar ke tingkat di atasnya, oleh karena itu perlu dibekali dengan berbagai pengalaman berkompetitif di sekolah dan di lingkungan tempat tinggalnya. Betapa pentingnya hidup berkompetisi dalam menghadapi era globalisasi, karena berkompetisi bukan hanya dengan teman atau saudara sebangsa dan setanah air, tetapi berkompetisi pula dengan bangsa lain yang datang ke negara Indonesia. Begitu juga menurut perintah agama, “berlomba-lombalah dalam kebajikan dan jangan saling tolong-menolong dalam kenistaan”.

(19)

dapat ditulisi sekehendak penulisnya. Hal ini merupakan pekerjaan besar dan berat bagi guru yang mengajar di sekolah dasar. Guru di sekolah dasar merupakan model bagi siswanya. Siswa sekolah dasar kelas awal yaitu kelas satu, dua, dan tiga lebih erat memegang kata-kata gurunya dari pada orang yang lebih tua lainnya. Penanaman segala aspek kehidupan harus menjadi landasan bagi siswa untuk menghadapi kehidupan selanjutnya. Mata pelajaran pendidikan jasmani merupakan media yang tepat untuk mengembangkan dan membina kepribadian siswa secara menyeluruh. Konsep pendidikan jasmani sebagai pendidikan menyeluruh, dinyatakan pula oleh Hoedaya (2009:20) bahwa guru pendidikan jasmani bukan seseorang yang hanya mendalami hal-hal teknis semata dan berurusan dengan obyek-obyek belaka, dalam hal ini obyek hidup (siswa), akan tetapi guru terutama harus menjadi pendidik yang bertanggung-jawab terhadap pembentukan keseluruhan pribadi siswanya.

(20)

... ciri khas aktivitas siswa di dalam praktek belajar-mengajar pendidikan jasmani adalah kebebasan berekspresi, bereksplorasi, dan bereksperimen dalam kegiatan pembelajaran yang kaya unsur resolusi konfliknya. Di bawah pengawasan dan bimbingan sang guru, kebebasan yang diberikan pada siswa serta hikmah yang bisa dipetik dari pengalaman-pengalamannya akan mampu mendewasakan siswa dalam menghadapi dan mengatasi banyak persoalan hidup.

Siswa diharapkan mampu menerima kehidupan sosial, siswa mampu menampilkan dirinya. Di samping itu juga mampu bertingkah laku yang bermakna, serta mampu mengenal dan mengembangkan kepatutan atau kebermaknaan dirinya baik untuk diri sendiri, untuk orang lain, maupun untuk lingkungan hidupnya. Siswa sekolah dasar adalah anak masa kini dan manusia masa yang akan datang. Siswa sekolah dasar sebagai agen perubahan harus dibekali dengan pribadi yang terpuji dan akhlak yang baik, yaitu ahlaqul karimah. Melalui pendidikan jasmani dan diperkenalkannya pendekatan pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran kompetitif, siswa sekolah dasar memahami arti dan makna baik dari kedua pendekatan pembelajaran tersebut. Pada pendekatan kompetitif siswa bukan mengejar kemenangan tanpa menghiraukan etika, aturan, dan tatakrama. Kemenangan bukan segala-galanya, tetapi siswa harus paham bagaimana bersikap kalau dia menang, dan bagaimana pula bersikap bila dia kalah. Meraih kemenangan atau menerima kekalahan dalam suatu kompetisi harus diterima dengan bersikap wajar.

(21)

demikian bukan berarti ranah kognitif dan ranah afektif diabaikan. Vannier dalam Gallahue (1978:335-336) menyatakan bahwa pendidikan di sekolah dasar dibagi menjadi dua bagian yaitu: (1) usia bermain pada kelompok kelas bawah (kelas 1 – 2 – 3) dan (2) usia pengembangan keterampilan motorik pada kelompok kelas atas (kelas 4 – 5 – 6). Pada masa-masa ini aktivitas jasmani dalam bentuk permainan merupakan aktivitas yang paling diminati oleh siswa sekolah dasar.

(22)

Pendekatan pembelajaran yang sesuai tersebut dilandasi konsep dan teori-teori belajar pendidikan jasmani, dan dapat menjelaskan bagaimana proses pembelajaran pendidikan jasmani untuk meningkatkan self-esteem. Untuk itu perlu dicobakan beberapa pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani. Perlu di jelaskan kembali, bahwa dalam penelitian ini ada dua pendekatan pembelajaran (learning approach) yaitu pendekatan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pendekatan pembelajaran kompetitif (competitive learning). Pendekatan pembelajaran kooperatif adalah “suatu proses sosial manakala penampilan dievaluasi dan dihargai dalam konteks penampilan kolektif dari suatu kelompok orang yang bekerja sama yang dicirikan oleh keterlibatan mutual dari satu atau lebih partisipan” (Coackley, 2000).

(23)

Pengembangan self-esteem siswa melalui pembelajaran kooperatif dan kompetetif juga terkait dengan tingkat motorik siswa. Tingkat motorik yang dimaksud berupa kemampuan motorik yang terbagi ke dalam kemampuan motorik tinggi dan kemampuan motorik rendah. Pengelompokan ini didasarkan pada jenis pengukuran kemampuan daya tahan, keseimbangan, kekuatan, koordinasi, dan kelincahan bergerak. Selain itu, interaksi siswa yang terjadi dalam pendidikan jasmani dalam bentuk saling ketergantungan diantara siswa juga diprediksi mempengaruhi self-esteem siswa.

Penetapan pendekatan pembelajaran kooperatif dan kompetitif, yang divariasikan dengan kemampuan motorik tinggi dan rendah diduga memiliki keterkaitan dengan kepercayaan diri siswa. Pendidikan jasmani adalah untuk semua siswa, artinya semua siswa yang sedang mengikuti pelajaran pendidikan jasmani harus melaksanakan tugas gerak yang diberikan oleh guru. Tugas gerak yang diberikan oleh guru semua siswa harus merasakan pengalaman berhasil, jangan sampai siswa selalu gagal dalam melakukan tugas gerak tersebut. Setiap siswa mengalami keberhasilan dalam melakukan tugas gerak dalam proses pendidikan jasmani. Peristiwa keberhasilan dalam melakukan tugas gerak selanjutnya penulis mengistilahkan “pendidikan berhasil”. Pendidikan berhasil ini diterapkan dalam situasi pendekatan pembelajaran kooperatif dan kompetitif yang saling berinteraksi dengan kepercayaan diri, hingga diharapkan akan menumbuhkan self-esteem siswa.

(24)

dasar dalam meningkatkan self-esteem perlu diuji melalui penelitian ilmiah. Masalah ini relevan dengan kebutuhan pengembangan dan pembinaan self-esteem siswa sekolah dasar di Indonesia saat ini, dan sebagai bentuk upaya meminimalisir krisis akhlak di kalangan pelajar. Dengan demikian maka penelitian ini difokuskan pada pengaruh model pembelajaran kooperatif dan kompetitif dalam pendidikan jasmani dan kemampuan motorik terhadap self-esteem siswa sekolah dasar di Kota Bandung.

C. Pertanyaan Penelitian

(25)

tersebut beberapa pertanyaan awal dapat dikemukakan, seperti: bagaimana bentuk programnya? Bagaimana penerapan kaidah didaktik-metodiknya? Apakah jenis pendekatan pengajaran dapat mempengaruhi kualitas kepribadian siswa? Isu kritis yang ingin diangkat melalui penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pendekatan pengajaran pendidikan jasmani berupa pendekatan pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran kompetitif terhadap self-esteem peserta didik di sekolah dasar? Apakah variabel atributif kemampuan motorik tinggi dan rendah turut serta menentukan pengembangan self-esteem?

Pertanyaan khusus penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan self-esteem yang signifikan diantara siswa yang dibelajarkan olahraga permainan melalui pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran kompetitif?

2. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan motorik terhadap self-esteem siswa?

3. Apakah terdapat perbedaan self-esteem yang signifikan diantara siswa yang dibelajarkan olahraga permainan melalui pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran kompetitif pada siswa berkemampuan motorik tinggi?

(26)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkap pengaruh pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang terdiri dari pendekatan pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran kompetitif terhadap self-esteem, pada siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi dan kemampuan motorik rendah.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Ingin mengetahui pengaruh secara keseluruhan dari penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif dan pendekatan pembelajaran kompetitif pada siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi dan motorik rendah terhadap ( dalam hal ) self-esteem siswa sekolah dasar.

2) Ingin mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan motorik.

3) Ingin mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif bagi siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi terhadap self-esteem. 4) Ingin mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif bagi

siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah terhadap self esteem. 5) Ingin mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran kompetitif bagi

siswa yang memiliki kemampuan motorik tinggi terhadap self-esteem.

E. Variabel Penelitian

(27)

a. Pendekatan pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran manakala tujuan pengajaran dicapai secara kelompok dan mencirikan kerjasama diantara anggota kelompok siswa (Auweele, 1999: 381).

b. Pendekatan model belajar kompetitif yaitu: pembelajaran manakala tujuan pengajaran dicapai oleh individu atau kelompok siswa dan mencegah pencapaian tujuan pengajaran oleh individu atau kelompok siswa lain (Auweele, 1999: 381).

2. Variabel atribut terdiri dari:

a. Kemampuan motorik tinggi yaitu: tingkat kemampuan motorik tinggi dalam hal kemampuan daya tahan, kekuatan, keseimbangan, kecepatan, dan koordinasi gerak siswa berdasar hasil tes sebesar 27% kelompok atas. b. Kemampuan motorik rendah yaitu: tingkat kemampuan motorik rendah

dalam hal kemampuan daya tahan, kekuatan, keseimbangan, kecepatan, dan koordinasi gerak siswa berdasar hasil tes sebesar 27% kelompok bawah.

(28)

Children-SPPC. Begitu juga (Hater, 1985) sama dengan Haywood untuk mengukur self-esteem anak-anak dibagi kedalam enam domain, yaitu scholastic competence, social acceptance, athletic competence, physial appearence, behavioral conduct, dan general self-worth. Dengan demikian penetapan enam domain di atas didasarkan pada relevansi domain dengan kegiatan olahraga dan aktivitas jasmani serta skala pengukuran self-esteem bagi anak-anak sekolah dasar.

F. Konstelasi Penelitian

Pendekatan pembelajaran (A) Kemampuan motorik (B)

Pendekatan model belajar kooperatif

(A1)

Pendekatan model belajar kompetitif

(A2)

Tinggi (B1) (A1,B1) (A2,B1)

Rendah (B2) (A1,B2) (A2,B2)

Keterangan: A = Pendekatan Pembelajaran A1 = Pendekatan belajar kooperatif A2 = Pendekatan Kompetitif B = Kemampuan Motorik

(29)

1. Tujuan Umum :

Menunjukkan bukti pengaruh pendekatan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran kompetitif dengan variasi kemampuan motorik tinggi dan rendah dalam pengembangan self-esteem siswa sekolah dasar.

2. Tujuan Khusus :

a) Mengetahui secara keseluruhan perbedaan hasil belajar pendidikan jasmani berupa self-esteem siswa melalui pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran kompetitif.

b) Mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran kooperatif dan kompetitif dengan kemampuan motorik tinggi dan rendah dalam pengembangan self-esteem siswa.

c) Mengetahui perbedaan self-esteem antarasiswa yang dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran kompetitif pada siswa berkemampuan motorik tinggi. d) Mengetahui perbedaan self-esteem antarasiswa yang dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran kompetitif pada siswa berkemapuan motorik rendah.

G.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

(30)

pengembangan dan peningkatan mutu kurikulum pendidikan jasmani di Indonesia, khususnya siswa di Sekolah Dasar. Dalam kenyataan bahwa self-esteem berhubungan erat dengan motivasi akademik siswa. Karena itu, self-esteem dapat jadi pemicu keberhasilan siswa, Reasoner,

Robert.W, (2008:5).

2. Para guru pendidikan jasmani di jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada khususnya, dan guru pendidikan jasmani pada jenjang pendidikan selanjutnya. Guru pendidikan jasmani hendaknya dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani membina self-esteem siswa. Sebagaimana dijelaskan oleh Bridges, Kaci.A dkk.(2007:13) bahwa keterlibatan dalam aktivitas jasmani medmiliki pengaruh positif trehadap peningkatan mood dan self-esteem.

(31)

H.Asumsi

Pendidikan jasmani terkait dengan pendidikan karakter, yang berhubungan pula dengan self-esteem siswa. Aktivitas jasmani dalam pendidikan jasmani yang teratur menunjukkan ada hubungan kuat dengan peningkatan self-esteem (Gould, 2004:391). Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan jasmani melalui pendekatan kompetitif menumbuhkan self-esteem siswa, pendekatan kooperatif lebih menumbuhkan upaya-upaya untuk meraih keberhasilan dan kepercayaan diri siswa, sehingga kurang dapat menumbuhkan self-esteem siswa dari pada siswa yang sering terlibat dalam kegiatan kompetitif aktivitas jasmani (Gould,2004:116).

(32)

negatif karena terlalu mengutamakan kemenangan, tetapi pentingnya kooperatif mampu mengantarkan tim meraih keberhasilan (Wall & Murray, 1994: 328-329). Dengan demikian, pada olahraga kompetitif memicu siswa untuk meraih keberhasilan, tetapi pada olahraga permainan kelompok kooperatif diperlukan dan bergantung pada penampilan setiap anggota kelompok.

Keunggulan pembelajaran kooperatif dibanding pembelajaran kompetitif dalam menumbuhkan self-esteem siswa sangat bergantung pada berbagai faktor Lafont dan Winnykamen (dalam Auweele, 1999:383) menyatakan bahwa keunggulan itu bergantung pada tipe tugas gerak, dan secara khusus pada saling kebergantungan sesama siswa dalam kelompok dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kebergantungan itu muncul dipengaruhi oleh upaya siswa, gugahan kerjasama siswa, dan sikap mentalitas siswa dalam belajar aktivitas jasmani. Pada umumnya situasi pengajaran pendidikan jasmani sangat dipengaruhi oleh jenis cabang olahraga yang diberikan kepada siswa.

(33)

upaya-upaya dalam kelompok dalam meraih tujuan, bukan pada keuntungan keberhasilan bagi setiap siswa dalam kelompok.

Pandangan senada bahwa self-esteem terbentuk akibat dari interaksi sosial dan aktivitas jasmani, datang dari Gruber (1985; dalam Payne & Issacs, 1995:42). Hasil meta-analisis kuantitatifnya menunjukkan 27 dari 84 artikel terdapat pengaruh aktivitas jasmani terhadap self-esteem siswa. Dari kelompok itu 66% siswa menunjukkan skor self-esteem yang luar biasa. Gruber selanjutnya menyimpulkan bahwa keterlibatan dalam permainan atau aktivitas jasmani dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan self-esteem siswa. Ini dimungkinkan terjadi karena peristiwa fisiologis, terbentuknya hormon endorphin atau monamine (dari peristiwa neurotransmitter), pada gilirannya akan mempengaruhi kondisi dan keadaan semangat siswa.

(34)

I. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Secara keseluruhan terdapat perbedaan hasil belajar berupa self-esteem

siswa yang dibelajarkan olahraga permainan melalui pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan olahraga permainan melalui pendekatan pembelajaran kompetitif.

H2 : Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran kooperatif-kompetitif

dan kemampuan motorik dalam hal pengembangan self-esteem siswa.

H3 : Terdapat perbedaan hasil belajar olahraga permainan berupa self-esteem

siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran kompetitif pada siswa berkemampuan motorik tinggi.

H4 : Terdapat perbedaan hasil belajar olahraga permainan berupa self-esteem

siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran kompetitif pada siswa berkemampuan motorik rendah.

J. Pembatasan Penelitian

(35)

kemampuan motorik mempengaruhi keberhasilan penampilan gerak atau keterampilan dasar. Kemampuan motorik tinggi akan memudahkan belajar gerak siswa, sedangkan kemampuan motorik rendah akan menghambat belajar gerak siswa. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa Sekolah Dasar kelas lima putra dan putri. Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Perindustrian Angkatan Darat, jalan Papanggungan, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung.

K.Defenisi Operasional

Dalam upaya untuk lebih memahami penelitian ini, beberapa istilah perlu dijabarkan secara operasional sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran praktek pendidikan jasmani. Ada dua pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan model belajar kooperatif dan pendekatan model belajar kompetitif. Pendekatan belajar kooperatif ialah seperangkat cara mengajar yang membagi atribut-atribut kunci, dan yang paling penting siswa belajar secara kelompok dan merupakan kelompok belajar untuk menyelesaikan tugas ajar dalam satu waktu dan seluruh siswa harus berkontribusi terhadap hasil belajar tersebut. (Metzler, 2000:221).

(36)

3. Kemampuan motorik dasar yang dimaksudkan adalah: gerak seseorang yang dibawa sejak lahir dan tidak melalui latihan terlebih dahulu (Gallahue, 1991). Kemampuan motorik adalah kapasitas penampilan seseorang dalam melakukan tugas gerak (Wall & Murray:1994:20).

4. Self-esteem dalam penelitian ini adalah penghargaan diri yang terdiri dari enam komponen yaitu: (1) Scholastic Competence atau kemampuan intelektual, (2) Social acceptance atau penerimaan sosial, (3) Athletic competence atau kemampuan berolahraga, (4) Physical appearance atau penampilan fisik, (5) Behavioral Conduct atau tuntunan perilaku, (6) Global self-worth atau kebermaknaan diri.(Theodorakou & Zervas, 2003).

L.Metode Penelitian

(37)

individual, bi-dual, maupun olahraga permainan kelompok. Satu buah angket mengenai self-esteem siswa diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan prosedur statistik multivariat 2 x 2 untuk melihat letak perbedaan varian variabel secara bersama-sama dan secara tersendiri sesuai variabel yang diamati. Selain perbedaan antar kelompok, data juga dianalisis secara inter-relasional untuk melihat tingkat interaksi diantara variabel yang diamati. Kemudian, hasil analisis ditafsirkan untuk bisa menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Atas dasar penafsiran ini pula dirumuskan implikasi dan rekomendasi yang diperlukan sehubungan dengan dampak pengajaran terhadap self-esteem siswa. Hasil penelitian sangat diperlukan untuk menunjukkan kontribusi belajar aktivitas jasmani pada pencapaian tujuan pendidikan, terutama dalam hal perkembangan emosi self-esteem siswa.

1. Waktu dan tempat penelitian:

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1 April 2008 sampai dengan tanggal 4 Nopember 2008. Tempat penelitian di Sekolah Dasar Negeri Perindustrian Angkatan Darat, Jl. Papanggungan, Kota Bandung.

2. Populasi dan sampel penelitian dan lokasi penelitian

(38)

3. Desain Penelitian:

R

Keterangan:

R = Pemilihan sampel secara random

XA = Penerapan pendekatan belajar kooperatif XB = Penerapan pendekatan belajar kompetitif O = Pengukuran self-esteem

4. Alat pengumpul data:

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani alat pengumpul data ada dua yaitu; tes kemampuan gerak dasar yang disusun oleh Kirkendall, Gruber, dan Johnson (1980:320-327). Alat pengumpul data self-esteem yaitu kuesioner (angket) yang disusun oleh peneliti dengan diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya. Alat pengolah data, menggunakan statistik Analisis Varians dan Uji Lanjut dari Duncant.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik ANAVA 2 x 2. Sebuah analisis dua arah untuk dua variabel atributif, untuk melihat keberbedaan dua valiabel bebas atas dua variabel atribut terhadap variabel terikat secara bersamaan. Selain itu juga dilihat interaksi variabel terhadap variabel terikatnya.

XA

(39)

131

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian metode eksperimen merupakan metode penelitian yang dapat dengan benar menguji hipotesis mengenai hubungan-hubungan sebab-akibat (L R.Gay:1981: 2007). Sekelompok siswa dipilih secara random, untuk kemudian dikelompokkan berdasarkan kemampuan motorik tinggi dan rendah. Masing-masing kelompok dibagi lagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok satu (A1) mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif, dan kelompok dua (A2) mendapat perlakuan pembelajaran kompetitif.

(40)

pengaruh dari perlakuan tersebut. Rancangan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Model

Pembelajaran (A) Kemampuan

Motorik (B)

Model Pembelajaran Kooperatif

(A1)

Model Pembelajaran Kompetitif

(A1)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

[image:40.595.106.515.191.619.2]

Rendah (B2) A1B2 A2B2

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Desain Faktorial 2 X 2.

Keterangan:

A1B1 : rerata skor penyebaran angket self-esteem siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif pada siswa yang mempunyai kemampuan motorik tinggi.

A1B2 : rerata skor penyebaran angket self-esteem siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif pada siswa yang mempunyai kemampuan motorik rendah.

A2B1 : rerata skor penyebaran angket self-esteem siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran kompetitif pada siswa yang mempunyai kemampuan motorik tinggi.

(41)

Penelitian ini melibatkan satu variabel bebas yang dimanipulasi, satu variabel bebas yang dikendalikan (atribut), dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang dimanipulasi terdiri atas; (a) model pembelajaran kooperatif (cooperative learning approach) dan (b) model pembelajaran kompetitif (competitive learning approach). Variabel bebas yang dikendalikan (atribut) adalah kemampuan motorik, yang terdiri atas (a) kemampuan motorik tinggi dan (b) kemampuan motorik rendah, dengan variabel terikatnya adalah self esteem. Rancangan penelitiannya menggunakan desain faktorial 2 X 2. Unit-unit eksperimen dikelompokkan ke dalam sel yang diatur secara proporsional sehingga unit-unit eksperimen bersifat homogen.

Agar rancangan penelitian yang dilakukan dapat memenuhi persyaratan untuk pengujian hipotesis, dan hasil dari perlakuan (treatment) yang diberikan dapat mencerminkan perlakuan yang diberikan, serta dapat digeneralisasikan kepada populasi yang ada, maka dalam penelitian ini dilakukan pengontrolan terhadap validitas internal dan validitas eksternal.

1. Validitas Internal

(42)

dilaksanakan (Vockell & Asher, 1995:219). Dapat dijelaskan pula bahwa validitas internal berhubungan dengan sebab-akibat antara perlakuan dan hasil pengamatan dari variabel bebas. Agar validitas internal dapat berwujud dengan baik, maka harus diusahakan untuk menghilangkan beberapa kemungkinan yang mengancam validitas internal. Selanjutnya Vockell & Asher (1995:219). menentukan sepuluh variabel eksternal yang menjadi ancaman terhadap validitas internal suatu penelitian, yaitu sejarah, pemilihan subjek, kematangan, instrumentasi, statistik, mortalitas, tes awal, instabilitas, peneliti, dan sosial psiklogis.

Sehubungan dengan pelaksanaan eksperimen yang telah dilakukan, semua variabel eksternal yang disebutkan tadi berusaha dikendalikan pengaruhnya dengan cara sebagai berikut (Campbell, 2002:55):

a. Pengaruh Sejarah. Variabel ini menunjuk kepada adanya kegiatan tambahan di luar eksperimen atau kejadian-kejadian yang dialami subjek peneliti di luar eksperimen yang muncul selama eksperimen berlangsung, yaitu periode antara saat eksperimen dimulai sampai eksperimen berakhir. Pengaruh sejarah dikendalikan dengan cara mengatur rencana eksperimen dengan jelas dan terjadwal dengan baik, serta menyarankan kepada subjek penelitian agar tidak menggunakan waktu luangnya untuk berolahraga di luar sekolah.

(43)

disesuaikan dengan jadwal pelajaran pendidikan jasmani di sekolah tempat penelitian dalam waktu enam bulan.

c. Pengaruh Pengetesan. Variabel ini dikontrol dengan memberikan tenggang waktu pengetesan kemampuan motorik awal pada tanggal 1 April 2008 sedangkan tes awal self-esteem dilaksanakan pada tanggal 6 Aprill 2008. Tes akhir dilaksanakan setelah 24 pertemuan berakhir. Tes self-esteem akhir perlakuan dilakukan tanggal 20 Nopember 2008 .

d. Pengaruh Instrumentasi. Variabel instrumentasi menunjuk pada perubahan hasil eksperimen sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada proses pengetesan yang dilakukan. Misalnya, petugas pengetesan yang tidak sama dalam menjelaskan pengetesan terhadap siswa. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan cara tidak mengubah pengetes (guru) pada proses mengetes, baik pada tes awal maupun pada tes akhir. Petugas tes adalah guru-guru pendidikan jasmani pada sekolah yang dijadikan objek penelitian. Diasumsikan guru-guru tersebut memiliki tingkat kemampuan berpikir dan tingkat keterampilan yang hampir sama. Peneliti tidak terlibat langsung dalam proses penelitian, dan demikian juga dalam proses pengumpulan data, dengan harapan terhindar dari gejala “hallo effect.” e. Pengaruh pemilihan subjek. Pengaruh pemilihan subjek menunjuk pada

(44)

f. Pengaruh mortalitas. Pengaruh mortalitas menunjuk kepada murdurnya subyek dari kelompok eksperimen, yang mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi kelompok. Pengendaliannya dilakukan dengan cara memberikan motivasi terus-menerus, misalnya dengan cara memberikan penguatan/reinforcement berupa verbal atau hadiah/bingkisan nilai pada saat selesai atau akhir pertemuan/perlakuan. Memonitor kehadiran subjek dengan ramah tetapi ketat melalui pengecekan kehadiran.

g. Pengaruh instabilitas. Pengaruh instabilitas menunjuk pada adanya ketidaktetapan dalam memperoleh skor sebagai akibat proses pengetesan. Pengendaliannya dilakukan dengan melakukan menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data.

h. Pengaruh Statistik. Statistik dapat mempengaruhi validitas internal karena adanya kelompok yang memiliki skor terlalu tinggi atau skor terlalu rendah (ekstrim). Pengendalian terhadap pengaruh statistik dilakukan dengan cara tidak memasukkan subjek yang memiliki skor yang ekstrim tersebut sebagai anggota sampel penelitian, dan dengan melakukan pengacakan terhadap subjek sampel yang memiliki skor ekstrim.

(45)

peneliti akan hasil penelitiannya, dengan tidak terlibat secara aktif (mengajar) dalam pemberian perlakuan.

j. Pengaruh aspek sosial dan psikologis. Pengaruh aspek sosial dan psikologis menunjuk pada ancaman terhadap validitas internal yang muncul sebagai akibat dari dinamika psikologis (kejiwaan) dan interaksi sosial yang terjadi pada saat eksperimen berlangsung.

Campble (2002) menyatakan variabel yang muncul akibat dinamika kejiwaan dan interaksi sosial adalah:

Difusi; terjadi akibat dari adanya komunikasi yang menyebabkan pertukaran informasi antar anggota kelompok eksperimen. Pengaruh difusi dikendalikan dengan cara memisahkan kelompok eksperimen berdasarkan perlakuan. Pemisahan dilakukan dengan cara menggunakan dua kelompok yang berbeda untuk setiap perlakuan yang diberikan, diutamakan kelompok satu dengan kelompok lainnya tidak saling mengenal. Pengendalian terjadinya difusi dilakukan dengan cara memperhatikan:

a. Perlakuan; terjadi karena peneliti atau pelaksana penelitian merasakan adanya ketidak adilan dalam perlakuan antara dua kelompok eksperimen, dan melakukan upaya untuk mengubah perlakuan. Pengaruh perubahan perlakuan dikendalikan dengan merancang program perlakuan yang setara untuk tiap-tiap kelompok eksperimen.

(46)

kelompok lainnya. Pengaruh persaingan dikendalikan dengan memisahkan kelompok eksperimen, memberikan penjelasan kepada anggota kelompok mengenai eksperimen yang sedang dilakukan.

c. Hilangnya semangat. Terjadi ketika subjek dari satu kelompok merasa diabaikan, merasa bahwa upaya yang dilakukan merupakan hal yang sia-sia. Pengaruh hilangnya semangat ini dikendalikan dengan mengurangi perhatian-perhatian khusus yang diberikan kepada salah satu kelompok atau anggota kelompok, dan menjelaskan bahwa eksperimen yang dilakukan merupakan bagian dari kegiatan sekolah.

2. Validitas Eksternal

(47)

penggeneralisasian pengaruh eksperimen kepada kondisi lingkungan yang lain. Pengendalian terhadap validitas eksternal dilakukan sebagai berikut:

a. Validitas Populasi. Pengendalian terhadap validitas populasi dilakukan dengan jalan, 1) Agar hasil eksperimen dapat digeneralisasikan dari sampel ke populasi terjangkau, dan dari populasi terjangkau ke populasi sasaran, maka penarikan sampel dilakukan secara acak, 2) Pengaruh interaksi antara efek perlakuan dan manusia dikendalikan dengan cara memberikan batasan yang jelas terhadap kriteria karakteristik subjek eksperimen (sampel) dan populasi, yaitu a) siswa sekolah dasar kelas lima yang memiliki kemampuan motorik tinggi dan belum diketahui tingkat self-esteemnya, dan b) siswa sekolah dasar kelas lima yang memiliki kemampuan motorik rendah dan belum diketahui tingkat self-esteemnya. b. Validitas Ekologi. Pengendalian terhadap validitas ekologi dilakukan

dengan cara: 1) mendeskripsikan variabel bebas dengan jelas 2) menyusun program perlakuan, jadwal kegiatan, dan tempat pelaksanaan dengan jelas 3) untuk menghindarkan “Hallo effect” atau “Hawthorne” subjek eksperimen tidak diberi tahu bahwa mereka sedang diteliti, 4) memastikan bahwa subjek eksperimen tidak sedang diteliti oleh peneliti lain untuk menghindarkan adanya perlakuan ganda, dan 5) memilih instruktur-instruktur yang mengajar dan mengawasi pembelajaran dengan kemampuan yang relatif sama, yaitu para guru yang dilibatkan berlatar pendidikan Sekolah Guru Olahraga.

B. Desain Penelitian

(48)

(PINDAD) I, II, dan III, yang berusia antara 11-12 tahun. Dipilihnya siswa pada tingkatan ini, karena pada tahapan kelas ini perkembangan emosi siswa menuju kestabilan emsoi. Pada tahap perkembangan emosi ini siswa telah mampu merasakan dan bersikap secara lugas, menuju kematangan emosional, mampu berempati, bersikap toleran, dan berperilaku lugas.

Penelitian ini dikenakan pada dua kelompok yang berbeda. Satu kelompok merupakan kelompok eksperimen (SE), dan satu kelompok lain merupakan

kelompok kontrol (SK). Penelitian ini diawali dengan tindakan pengukuran

pertama (pre-test), berupa angket self-esteem. Program perlakuan yang diberlakukan pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran kooperatif, sedangkan pada kelompok kontrol adalah pembelajaran kompetitif. Pada tahapan menjelang akhir penelitian dilakukan pengukuran pada aspek self-esteem siswa untuk mengetahui perbedaan hasil perlakuan.

(49)

O X1 O

R

[image:49.595.119.499.100.508.2]

O X2 O

Gambar 3.2. Desain Penelitian

Nonequivalent Comparison Group Design (Campbell, 2002:55)

Pengertain simbol-simbol tersebut adalah:

R : Kelompok random, yaitu subyek penelitian yang diperoleh secara random. Pada kedua kelompok ini ingin diketahui perbedaan self esteem siswa.

X1 : Perlakuan, yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif dalam hubungan dengan self esteem.

X2 : Perlakuan, yaitu penerapan model pembelajaran kompetitif dalam hubungan dengan self esteem.

O : Observasi berupa tes atau pengukuran self esteem yang didasarkan pada kelompok motorik tinggi dan kelompok motorik rendah.

(50)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa Sekolah Dasar kelas V yang belum diketahui tingkat self-esteemnya. Sehubungan jumlah sekolah dasar yang ada di Provinsi Jawa Barat sangat banyak, maka tidak mungkin peneliti mengambil populasi penelitian semua Sekolah Dasar. Perlu ditetapkan populasi terjangkau, yaitu siswa Sekolah Dasar kelas V yang belum diketahui tingkat self-esteemnya, yaitu siswa-siswa yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri PINDAD (Perindustrian Angkatan Darat) I, II, dan III Jalan Papanggungan, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri kelas V dari tiga sekolah dasar (SD Negeri PINDAD I, II, dan III), yang berada di komplek PINDAD Kota Bandung. Semua siswa terdaftar pada tahun ajaran 2007/2008, sehingga sah sebagai siswa di sekolah tersebut, serta belum dilakukan pengukuran self-esteem. Hal ini diketahui dengan cara bertanya, apakah selama ini pernah ada penelitian tentang self-esteem di sekolah? Jawaban guru pendidikan jasmani, belum ada penelitian terkait pengembangan self-esteem siswa di sekolah bersangkutan.

(51)

gerak di sekolah. Pada fase ini latihan atau pembelajaran ditekankan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi organ-organ tubuh secara fungsional (Bompa:1994:18,19). Secara fisiologis siswa kelas V Sekolah Dasar mempunyai karakteristik yang relatif sama dan telah siap untuk dikembangkan menuju tahap penguasaan keterampilan gerak dasar (gerak fundamental) dan pemahaman terhadap nilai-nilai aktivitas fisik. Dikemukakan oleh Anarino, Cowell dan Hazelton (1980:117) bahwa secara fisiologis para siswa kelas V memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. koordinasi dalam keterampilan gerak dasar telah mulai terbentuk, 2. daya tahan mulai meningkat, 3. pertumbuhan fisik relatif menetap, 4. koordinasi mata dan tangan baik, 5. perbedaan jenis kelamin belum tampak, 6. otot-otot penunjang gerak telah berkembang dengan baik, 7. pemahaman tubuh mulai berkembang, dan 8. lebih menyukai cabang olahraga kompetitif.

Dari data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang ada pada Sekolah Dasar Negeri I, II, dan III PINDAD terdapat 210 siswa kelas V yang terdaftar pada tahun ajaran 2007/2008. Dengan demikian populasi terjangkau pada penelitian ini berjumlah 210 siswa kelas V yang bersekolah pada Sekolah Dasar Negeri PINDAD tersebut.

(52)

kemudian digulung dan dimasukan ke dalam kotak undian. Setelah gulungan kertas diaduk, pengundian kemudian dilakukan untuk mendapatkan 80 sampel dari total 160 sampel, dan terjaring ada 34 siswi dan 46 siswa. Pada tahap ini pengundian dilakukan satu per satu dengan cara mengambil gulungan kertas dari dalam kotak dengan mata tertutup sampai mencapai jumlah yang dikehendaki. Dengan demikian semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Tahap berikutnya adalah melakukan penempatan 80 sampel yang telah terpilih kedalam dua kelompok (eksperimen dan kontrol). Untuk keperluan ini dilakukan random assigment (Vockell & Asher, 1995: 255-256). Dengan cara ini dapat dikatakan bahwa kesempatan atau peluang untuk masuk ke dalam salah satu kelompok tersebut sama besar. Pada tahap ini juga dilakukan undian sama seperti pada langkah-langkah untuk mendapatkan sampel (random sampling). Dengan cara tersebut didapatkan 80 sampel untuk setiap kelompok. Dengan demikian hanya kesempatan, yang dijadikan satu-satunya faktor bagi siswa untuk dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

(53)
[image:53.595.105.518.281.630.2]

kemampuan motorik terendah. Sedangkan anggota sampel yang skornya berada diantara kedua kategori tersebut tidak dilibatkan dalam penelitian. Secara keseluruhan jumlah sampel penelitian yang terlibat adalah 80 siswa, yang terbagi ke dalam 4 sub-kelompok (sel) perlakuan. Yaitu dua kelompok untuk model pembelajaran koooperatif (kemampuan motorik tinggi dan rendah), dan dua kelompok untuk model pembelajaran kompetitif (kemampuan motorik tinggi dan rendah). Adapun hasil penenttuan hasil sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut.

Tabel 3.1. Pengelompokkan Sampel Eksperimen

Model Pembelajaran (A)

Kemampuan motorik (B)

Model Pembelajaran Kooperatif

(A1)

Model Pembelajaran Kompetitif

(A1)

Tinggi (B1) 20 20

Rendah (B2) 20 20

D. Tempat dan Waktu Penelitian

(54)

penelitian di sekolah ini didasarkan pada informasi bahwa siswa-siswa di sekolah ini memiliki self-esteem yang cukup konsisten, sebagai akibat dari lingkungan kedisiplinan anggota ABRI. Selain itu, lingkungan sekolah pun didukung oleh infrastruktur yang mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah, baik dari sumber daya manusianya, sarana bangunan fisik, maupun fasilitas dan peralatan pengajaran pendidikan jasmani.

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama enam bulan, jumlah pertemuan sebanyak 24 pertemuan, dengan frekuensi perlakuan satu minggu satu kali pertemuan sesuai dengan jadwal pelajaran pendidikan jasmani di sekolah tersebut. Hal ini dilakukan dengan alasan; Pertama; agar tidak mengganggu proses belajar-mengajar pada sekolah tersebut. Kedua, agar siswa tidak merasa sedang diteliti. Penelitian dilakukan sejak tanggal 1 April 2008 sampai dengan tanggal 4 November 2008.

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan uji coba instrumen penelitian yang dilakukan untuk menguji kelayakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan alat ukur self-esteem siswa sekolah dasar.

E. Teknik Pengumpulan Data

(55)

instrumen pengukuran kemampuan motorik dari Arnheim dan Sinclair (1975; dalam Kirkendall, 1980:321). Data tentang self-esteem diambil sebelum perlakuan dan setelah 24 kali pertemuan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Measuring Self-esteem in Children (Haywood, 1986:317), kemudian dibuat angket yang dikembangkan oleh peneliti.

Dengan demikian penelitian ini menggunakan dua macam instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data, yaitu (1) tes kemampuan motorik, untuk mengukur kemampuan motorik tinggi dan rendah, dan (2) instrumen pengukuran self esteem, untuk mengukur tingkat self-esteem.

F. Instrumen Penelitian

1. Konsep yang mendasari penyusunan instrumen.

(56)

yang dikaji untuk masing-masing instrumen disesuaikan dengan kajian teoretis dan definisi operasional masing-masing variabel.

Sesuai dengan konsep kemampuan motorik yang ditujukan untuk mengukur kemampuan motorik siswa sekolah dasar dalam menampilkan keterampilan gerak dan aktivitas fisik secara keseluruhan, maka tes yang digunakan adalah tes kemampuan motorik untuk siswa sekolah dasar yang dikembangkan oleh Arnheim dan Sinclair (1975; dalam Kirkendall, 1980:321). Tes ini terdiri atas tujuh item tes yaitu: a. melempar pada sasaran atau target (target throwing), b. Kelentukan togok dan tungkai bagian belakang (back and hamstring), c. melompat jauh ke depan tanpa awalan (standing long jump), d. telungkup langsung bangun (face down to standing), e. push up pada kursi (chair push-up), f. kesetimbangan statis (static balance), dan g. kelincahan lari (run agility).

Pengetesan dilakukan pada hari Selasa tanggal 1 April 2008 mulai pukul 07.00 sampai pukul 11.00 Waktu Indonesia Barat di komplek Sekolah Dasar PINDAD Kota Bandung.

(57)

akademik), b. social acceptance (penerimaan sosial), c. athletic competence (kemampuan berolahraga), d. physical appearance (penampilan fisik), e. behavioral conduct (perilaku yang bermakna), f. self-worth (kebermaknaan diri). Mengacu kepada enam komponen tersebut disusunlah angket oleh peneliti dengan setiap komponen terdiri dari 15 option. Untuk memvalidasi angket, peneliti melakukan beberapa kali uji coba angket tersebut sehingga diperoleh angket yang peneliti anggap tepat untuk mengukur self esteem siswa Sekolah Dasar kelas V, yang berusia sekitar 11 tahun.

a. Pengembangan Spesifikasi Instrumen Penelitian

Lima hal pokok yang dikembangkan dalam spesifikasi instrumen penelitian adalah: subjek, tujuan, model skala, kisi-kisi, dan waktu. Subjek adalah dua kelompok peserta didik atau siswa sekolah dasar kelas 5 Sekolah Dasar Negeri PINDAD Kota Bandung.

(58)

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Pengaruh model Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Self-esteem

Variabel Sub variabel Indikator

Self esteem is your personal judgment of your own capability, significance, success, andworthness, andyou convey it to others in words and in actions (Coopersmith;

1967,dalam Haywood 1993: 313).

Jika diubah kedalam Bahasa Indonesia, self-esteem adalah penilaian personal tentang kapabilitas diri, signifikansi diri, keberhasilan diri, nilai diri,dan kesesuaian diri dengan kenyataan yang ada. (Coopersmith; 1967,dalam Haywood 1993: 313). 1) kompetensi skolastik Belajar Bekerja Membaca Menulis Mengingat Menyelesaikan Pandai Terampil Rajin Tekun 2) kompetensi keolahrgaan Menangkap Melempar Berguling Menendang Berlari Melompat Menggiring bola Berloncat Menggantung Memukul 3) kompetensi sosial Berkomunikasi

Bergaul Berteman Menyukai teman Disukai guru Meminta maaf Mudah marah Menolong teman Mengatasi kesedihan Menyapa teman 4) penampilan fisikal Badan kuat

[image:58.595.109.514.161.680.2]
(59)

Tabel 3.2. (Lanjutan)

Kisi-kisi Pengaruh model Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Self-esteem

Variabel Sub variabel Indikator

Tata Perilaku Jujur

Menepati janji Amanah Menolong

Memperbaiki kesalahan Menerima akibat Hidup hemat Mematuhi guru Sopan

Hormat

Memberi salam Peduli teman Kebermaknaan Diri Beribadah

Memberi manfaat Berbagi ilmu Mendoakan teman Patuh beragama

Berbakti pada orangtua Berguna

Beprestasi Belajar serius Memotivasi diri

3. Penulisan butir pernyataan

[image:59.595.108.512.176.561.2]
(60)

mengandung sugesti, (4) pernyataan harus berlaku bagi semua responden. Sesuai dengan petunjuk ini, maka setiap butir pernyataan dirumuskan dalam suatu kalimat yang sederhana, jelas, tegas, dan spesifik. Perumusan tiap butir kemampuan pernyataan disesuaikan dengan perkiraan kemampuan verbal responden dalam menangkap maksud dari setiap butir pernyataan tersebut.

4. Penelaahan butir pernyataan

Penelaahan butir-butir pernyataan dilakukan secara kualitatif oleh para profesional yang dalam hal ini melibatkan dua orang dosen SPS UPI, seorang guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar, dan seorang guru Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Penelaahan dilakukan dalam bentuk penelusuran butir pernyataan secara memadai atau tidak memadai.

5. Uji coba dan analisis hasil uji coba

Pelaksanaan uji coba dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang telah disusun, sehingga diketahui layak tidaknya alat ukur tersebut dipergunakan sebagai alat pengumpul data. Uji coba pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 3 Desember 2007, pukul 07.00 sampai pukul 08.30. Uji coba yang kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 5 Maret 2008. Pukul 07.00 sampai pukul 08.30. Uji coba melibatkan sekitar 32 orang siswa kelas V SD N Babakan Sari, yaitu siswa di luar lingkungan sekolah objek penelitian.

6. Penentuan Validitas dan reliabilitas

(61)

tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya akan memberikan hasil ukur sesuai dengan maksud pengukuran tersebut (Azwar; 1997).

Jenis validitas yang dicermati dalam angket ini adalah validitas isi dan butir. Penelaahan validitas isi dilakukan melalui analisis rasional atau melalui profesional judment. Tujuannya untuk mengetahui kesesuaian item-item tes yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.

(62)
[image:62.595.107.516.156.488.2]

Tabel 3.3. Butir Pernyataan yang Valid pada setiap Dimensi Variabel Hasil Uji Coba ke I

Jenis dan dimensi Variabel

Nomor Pernyataan Jumlah Pernyataan Valid

Kemampuan Akademik (scholastic Competence)

2,4 2

Kemampuan Berolahraga (Athletic Competence)

1,2,6,7,8,9 6

Penerimaan Sosial (Social Acceptance)

1,5,7,8,10,12 6

Penampilan Fisik (Physical Appearence)

3,6,7,9,10 5

Perilaku

(Behavioral Conduct)

1,4,6,7,11,12,13 7 Kebermaknaan Diri

(Self Worth)

2,6,11,12 4

Jumlah 30

(63)
[image:63.595.110.516.153.479.2]

Tabel 3.4. Butir Pernyataan yang Valid pada Setiap Dimensi Variabel Hasil Uji Coba ke II

Jenis dan dimensi Variabel

Nomor Pernyataan Jumlah Pernyataan Valid

Kemampuan Akademik (scholastic Competence)

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 15

Kemampuan Berolahraga (Athletic Competence)

1,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 12

Penerimaan Sosial (Social Acceptence)

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 15 Penampilan Fisik

(Physical Appearence)

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 15

Perilaku

(Behavioral Conduct)

1,2,3,4,5,6,8,9,10,11,13,14,15 13

Kebermaknaan Diri (Self Worth)

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 15

Jumlah 85

(64)
[image:64.595.109.516.138.291.2]

Tabel 3.5. Hasil Penghitungan Reabilitas Angket Self-Esteem

Test 1 Test 2

Test 1 Pearson Corelation Sig (2- tailed) N

1000 30.000

078 .681 30 Test 1 Pearson Corelation

Sig (2- tailed) N

.078 .681 30

1000 30.000

G.Prosedur Eksperimen

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi beberapa tahapan dimulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap persiapan terdiri dari kegiatan penelitian, penyeleksian subjek, dan kemampuan motorik. Tahap pelaksanaan adalah tahap pemberian perlakuan atau manipulasi, sedangkan Tahap akhir berisi kegiatan pengecekan manipulasi dan pelaksanaan tes akhir.

1. Tahap persiapan

a. Tahap pra penelitian

(65)

b. Tahap penyeleksian subjek

(66)

c. Pemberian Perlakuan

(67)
[image:67.595.109.514.137.520.2]

Tabel 3.6. Tahap dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Tahap Perlakuan

Waktu Pelaksanaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 Tes Kemampuan

Motorik X

Tes Awal X Perlakuan

X X X X X X X X X X X X X X X X Tes Akhir

X

Tes kemampuan motorik bertujuan untuk menentukan subjek yang memiliki motorik tinggi dan subjek memiliki motorik rendah.

Tahap tes awal yaitu subjek mengisi angket yang sudah baku, sehingga diperoleh data awal atau data sebelum perlakuan.

Tahap perlakuan adalah pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani selama 18 minggu. Materi pembelajaran disampaikan oleh guru pendidikan jasmani di sekolah dasar negeri PINDAD tersebut. Ke empat orang guru Pendidikan jasmani itu memiliki latar belakang pendidikan yang sama yaitu lulusan Sekolah Guru Olahraga (SGO). Guru-guru tersebut juga saat penelitian ini dilakukan sedang menjalani kuliah Program S-1 di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) kajian Pendidikan Jasmani, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), Universitas Pendidikan Indonesia.

(68)

d. Tahap Akhir

[image:68.595.120.504.253.706.2]

Tes akhir untuk mengisi angket self-esteem diberikan pada hari Kamis tanggal 28 Agustus 2008, mulai pukul 07.00 sampai pukul 09.00 Waktu Indonesia Bagian Barat. Tes self-esteem dimaksudkan untuk mengukur tingkat self-esteem siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri PINDAD. Untuk melihat jadwal pertemuan pemberian perlakuan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 3.7. Waktu Pelaksanaan Penelitian Pertemuan

ke-

Hari, Tanggal, Tahun Kelompok Keterangan 1 Selasa, 15 April 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 17 April 2008 Motorik Rendah Terlaksana 2 Selasa, 22 April 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 24 April 2008 Motorik Rendah Terlaksana 3 Selasa, 29 April 2008 Motorik Tinggi Terlaksana

Rabu, 30 April 2008 Motorik Rendah Terlaksana 4 Selasa, 6 Mei 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 8 Mei 2008 Motorik Rendah Terlaksana 5 Selasa, 13 Mei 2008 Motorik Tinggi Terlaksana

Kamis, 15 Mei 2008 Motorik Rendah Terlaksana 6 Rabu, 21 Mei 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 22 Mei 2008 Motorik Rendah Terlaksana 7 Selasa, 27 Mei 2008 Motorik Tinggi Terlaksana

Kamis, 29 Mei 2008 Motorik Rendah Terlaksana 8 Selasa, 3 Juni 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 5 Juni 2008 Motorik Rendah Terlaksana 9 Selasa, 10 Juni 2008 Motorik Tinggi Terlaksana

Kamis, 12 Juni 2008 Motorik Rendah Terlaksana 10 Selasa, 17 Juni 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 19 Juni 2008 Motorik Rendah Terlaksana 11 Selasa, 24 Juni 2008 Motorik Tinggi Terlaksana

(69)
[image:69.595.117.511.135.466.2]

Tabel 3.7. Waktu Pelaksanaan Penelitian (Lanjutan) Pertemuan

ke-

Hari, Tanggal, Tahun Kelompok Keterangan

13 Selasa, 8 juli 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 10 Juli 2008 Motorik Rendah Terlaksana 14 Selasa, 15 Juli 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 17 Juli 2008 Motorik Rendah Terlaksana 15 Selasa, 22 Juli 2008 Motorik Tinggi Terlaksana

Kamis, 24 Juli 2008 Motorik Rendah Terlaksana 16 Selasa, 29 Juli 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 31 Juli 2008 Motorik Rendah Terlaksana 17 Selasa, 5 Agustus 2008 Motorik Tinggi Terlaksana

Kamis, 7 Agustus 2008 Motorik Rendah Terlaksana 18 Selasa, 12 Agustus 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Kamis, 14 Agustus 2008 Motorik Rendah Terlaksana 19 Selasa, 19 Agustus 2008 Motorik Tinggi Terlaksana

Kamis, 21 Agustus 2008 Motorik Rendah Terlaksana 20 Senin, 25 Agustus 2008 Motorik Tinggi Terlaksana Selasa, 26 Agustus 2008 Motorik Rendah Terlaksana

H. Bahan Eksperimen

Bahan eksperimen adalah Rencana Pelaksanaan yang disusun oleh peneliti dan menjadi pegangan bagi para guru penjas. Materi perlakuan disesuaikan dengan materi yang ada dalam kurikulum. Untuk satu semester dibuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk 16 sampai 20 pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk model pendekatan pembelajaran kooperatif dan untuk model pendekatan kompetitif dibuat berbeda secara pelaksanaan proses belajar mengajarnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran.

(70)

pertemuan. Selama perlakuan pembelajaran kooperatif dipilih tema, baik aktivitas bermain maupun pembelajaran permainan yang menyerupai kecabangan olahraga. Pada pembelajaran kompetitif sangat diutamakan aktivitas gerak yang dipelajari siswa dan dikemas dalam bentuk kompetisi, seperti format pertandingan.

(71)

Emotional Control, berkaitan dengan kemampuan siswa melibatkan diri secara kognitif-afektif terhadap tugas gerak yang akan dilakukannya. Perlibatan kognitif ini diarahkan untuk menjaga keterhubungan emosi dengan tugas gerak yang sedang ditampilkannya. Siswa perlu memelihara kegiatan fisik yang dilakukan agar senantiasa seluruh potensi tubuh dan keterampilan yang dimiliki siswa mampu dicurahkan untuk melakukan tugas gerak yang dibebankan. Siswa juga diminta untuk responsif terhadap variasi tugas dan tantangan gerak yang dihadapkan kepadanya. Dalam kaitan ini, guru memberikan tahapan belajar gerak dan memperkaya cakrawala gerak yang perlu dimiliki siswa. Guru juga memberikan masalah-masal

Gambar

Tabel 2.1. Usulan Jenis dan Nomor Kompetensi untuk Anak-Anak ..........................
Gambar    2.1. Proses Kompetitif .....................................................................................
Gambar 3.1.  Rancangan Penelitian Desain Faktorial 2 X 2.
Gambar 3.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pernyataan tentang paritas berpengaruh terhadap kejadian BBLR sejalan dengan penelitian yang dilakukan Endriana (2012) dimana paritas berhubungan dengan BBLR hal ini

Sertifikat Badan Usaha (SBU) Kualifikasi Usha Non Kecil (M/B)- subkualifikasi sesuai yang tercantum dalam LDK masing-masing paket, dengan klasifikasi Bangunan

ESD dimodelkan menggunakan Ansys Fluent dengan menggunakan metode Moving Mesh kemudian dianalisis efisiensi dari ESD dan gaya dorong pada kapal sebelum dan setelah

Sehingga, untuk lebih meningkatkan kinerja manajerial kepala sekolah di. SMPN Kabupaten Karawang maka perlu diadakan Pendidikan dan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah penyesuaian perkawinan pada pasangan beda agama cukup baik, hal ini didukung oleh karakteristik-karakteristik penyesuaian

Hasil implementasi tersebut terdiri dari 9 form dan 1 prosedur yaitu divisi produksi, formula group, transaksi BPM, PS bahan dasar, PS roti jadi, laporan BPM, laporan

Proyek Bank Jabar Depok merupakan proyek re-built gedung dari Bank Jabar, gedung yang akan baru dibangun ini memiliki 4 lantai, Dengan lama pengerjaan selama 270 hari atau sekitar

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana