• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI GAMBARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI GAMBARAN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

GAMBARAN SELF EFFICACY LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUMPANDANG BARU

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

ANDI NURFADILAH REZKY

C12114006

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

(2)

ii HALAMAN PERSETUJUAN

(3)

iii HALAMAN PENGESAHAN

(4)

iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ANDI NURFADILAH REZKY

NIM : C12114006

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan sama sekali.

Makassar, 24 Januari 2018 Yang membuat pernyataan,

(ANDI NURFADILAH REZKY)

(5)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Gambaran Self Efficacy Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru”.

Mulai perencanaan sampai dengan penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT. dan kedua orang tua serta keempat adik saya yang senantiasa memberi dukungan serta semangat, berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan perhatian khususnya kepada:

1. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.

2. Ibunda Andi Masyitha Irwan, S.Kep., Ns., MAN., Ph.D selaku pembimbing 1 yang membimbing dan memberi masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Silvia Malasari, S.Kep., Ns., MN selaku pembimbing 2 yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Kusrini Kadar, S.Kp., MN., Ph.D dan Ibu Arnis Puspitha, S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji yang senantiasa memberi masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Elly L. Sjattar, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberi nasihat terhadap penulis.

(6)

vi 6. Kepala Dinas Kesehatan dan pihak Puskesmas Jumpandang Baru yang telah

memberi izin untuk mengambil data di Puskemas Jumpandang Baru.

7. Seluruh lansia yang bersedia menjadi responden dalam penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman dan adik-adik CRANIAL, pengurus harian LDM Al-Aqsho, KAMMI, KSE, BK Lisan, BK Siaga Ners yang senantiasa memberi semangat dalam proses pembuatan skripsi.

9. Sahabat beserta saudara terkhusus Kiky, Miftah, Leni, Aya, Wahda, Nisa, Nurul, Daya, Yunul, Dilla, Ayu, Andin yang tak henti-hentinya memberikan semangat serta motivasi dalam proses penyusunan proposal ini.

10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan proposal ini, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap, dengan adanya skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai self efficacy pada lansia hipertensi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.

Makassar, September 2017

Andi Nurfadilah Rezky

(7)

vii ABSTRAK

Andi Nurfadilah Rezky. C12114006. Gambaran Self Efficacy Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru. Dibimbing oleh Andi Masyitha Irwan dan Silvia Malasari.

Latar belakang : Penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu penyakit tidak menular yang sering didapatkan di masyarakat adalah hipertensi. Menurut Pusdatin (2014), hipertensi merupakan penyakit tertinggi yang diderita lanjut usia (lansia). Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes pada Tahun 2014, bahwa lansia di Indonesia yang mengalami hipertensi pada tahun 2013 yaitu sebesar 57,6 %. Menghadapi pasien hipertensi diperlukan adanya kepatuhan perawatan diri mereka untuk meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu komponen yang mempengaruhi perawatan diri pasien hipertensi yaitu self efficacy. Penderita hipertensi yang memiliki self efficacy yang baik dapat menghasilkan beberapa manfaat dalam penanganan hipertensi contohnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi.

Tujuan penelitian : Diketahui gambaran tingkat self efficacy yang dialami oleh penduduk lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru.

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif dengan menggunakan kuesioner self efficacy to manage hypertension.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling kuota dengan jumlah sampel 93 orang.

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 39 lansia (41.9%) yang memiliki self efficacy yang baik dan sebanyak 54 lansia (58,1%) yang memiliki self efficacy yang kurang baik.

Kesimpulan dan saran: Disimpulkan bahwa lebih banyak lansia yang memiliki self efficacy yang kurang baik dibandingkan yang yang memiliki self efficacy baik di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru. Disarankan kepada tim pelayanan kesehatan memperhatikan self efficacy lansia penderita hipertensi dan menjadikan data awal sebagai pertimbangan merumuskan intervensi/tindakan yang tepat kepada lansia penderita hipertensi untuk meningkatkan self efficacy mereka.

Kata Kunci : Self efficacy, lansia, penderita hipertensi.

Sumber Literatur : 24 Kepustakaan (2003-2017)

(8)

viii ABSTRACT

Andi Nurfadilah Rezky. C12114006. The Description of Self Efficacy of Elderly Hypertension Patient in Work Area at Puskesmas Jumpandang Baru. Guided by Andi Masyitha Irwan and Silvia Malasari

Background : Non-Communicable Disease in Indonesia continue increased along with the progress in this time. One of Non-communicable disease which is commonly found in society is Hypertension. According to Pusdatin (2014), hypertension is the highest disease suffered by elderly. Based on Center for Data and Information in Ministry of Health in 2014, that elderly in Indonesia who sustain hypertension in 2013 is 57,6%. Facing the hypertension patients requires their self-care obedience to improve a level of health. One of the component which is affect about self-care hypertension patients is Self Efficacy. The hypertension patients who have a good self efficacy can produced several benefits in treatment hypertension for example the obedience to consuming anti-hypertensive medicine.

The Research Purposes : The description given by the level self efficacy of elderly population who sustain the hypertension in work area at Puskesmas Jumpandang Baru.

Method : The type of this research is quantitative research with the design of research was used descriptive survey using self efficacy to manage hypertension questionnaire. The sampling techniques in this research used quota sampling up to 93 people.

Research Result : The results showed that 39 elderly (41.9%) had good self efficacy and 54 elderly (58,1%) who had bad self efficacy.

Conclusions and Suggestions: The concluded of the research was more the elderly people who have bad self efficacy than their who have good self efficacy in work area at Puskesmas Jumpandang Baru. It is suggested to health care team to pay attention about self efficacy of elderly hypertension patient and used an initial data as consideration to formulate appropriate intervention or action to elderly hypertension patient to improve their self efficacy.

Keyword : Self efficacy,elderly, hypertension patients Source of Literatures: 24 literature (2003-2017)

(9)

ix DAFTAR ISI

SAMPUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

a. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 5

b. Bagi Institusi Pendidikan ... 5

c. Bagi Mahasiswa Keperawatan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tinjauan Umum Tentang Lansia ... 7

1. Definisi Lansia ... 7

2. Masalah Kesehatan Lansia ... 7

B. Tinjauan Umum Hipertensi ... 9

1. Definisi Hipertensi ... 9

2. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Hipertensi ... 10

3. Tanda dan Gejala Hipertensi ... 13

(10)

x

4. Penatalaksanaan Hipertensi... 14

C. Tinjauan Umum Self Efficacy ... 17

1. Definisi Self Efficacy ... 17

2. Sumber Self Efficacy ... 18

D. Hubungan Self Efficacy dengan Hipertensi ... 20

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... 23

A. Rancangan Penelitian ... 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 23

D. Alur Penelitian ... 26

E. Variabel Penelitian ... 27

1. Identifikasi Variabel ... 27

2. Definisi Operasional Variabel ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Pengelolaan dan Analisis Data ... 28

1. Pengumpulan Data ... 28

2. Pengolahan dan Analisa Data ... 29

H. Masalah Etika ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 37

C. Keterbatasan Peneltian ... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

Lampiran I ... 46

Lampiran II ... 47

Lampiran III ... 48

Lampiran IV ... 50

Lampiran V ... 54

(11)

xi Lampiran VI ... 62 Lampiran VII ... 63

(12)

xii DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan 4.1 Alur Penelitian

(13)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Lansia dengan Hipertensi di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar (n=93)

Tabel 5.2 Respon Lansia Berdasarkan Instrumen Self efficacy Untuk Mengelola Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar (n=93) Tabel 5.3 Self efficacy Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar (n=93)

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lembar penjelasan untuk responden

Lampiran II Lembar persetujuan responden

Lampiran III Kuisioner data demografi, kuisioner self efficacy

Lampiran IV Master tabel

Lampiran V Hasil SPSS analisis data

Lampiran VI Rekomendasi etik

Lampiran VII Dokumentasi Perizinan

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyakit di Indonesia terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Beberapa penyakit yang tersebar terdiri dari penyakit menular dan penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular yang sering didapatkan di masyarakat adalah hipertensi. Menurut Pusdatin (2014), hipertensi merupakan penyakit tertinggi yang diderita lanjut usia (lansia).

Lansia di Indonesia yang mengalami hipertensi pada tahun 2013 yaitu sebesar 57,6 % (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan data dari Kemenkes RI (2014) penderita hipertensi di Sulawesi Selatan pada tahun 2013 mencapai 29,0 %. Khusus Kota Makassar terdapat 11.596 penderita hipertensi yang terdeteksi (Dinkes, 2016). Menurut Dinkes (2016), penderita hipertensi dengan prevalensi tertinggi di Kota Makassar yaitu di Puskesmas Jumpandang Baru dengan jumlah penderita sebanyak 1541 orang sehingga perlunya dilakukan penelitian di tempat tersebut. Dari hasil studi pendahuluan di Puskemas Jumpandang baru, didapatkan sebanyak 213 jumlah lansia yang menderita hipertensi.

Hipertensi dapat disertai gejala ataupun tanpa gejala yang memberi ancaman terhadap kesehatan secara terus-menerus (Vitahealth, 2005 dalam Situmorang, 2015). Gejala yang sering muncul berupa sakit kepala atau rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging, dan mimisan (Kemenkes RI, 2014). Peningkatan

(16)

2 tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), penyakit jantung koroner dan gangguan pada otak yang bisa menyebabkan stroke bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2014).

Menghadapi pasien hipertensi diperlukan adanya kepatuhan perawatan diri mereka untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perawatan diri hipertensi meliputi diet rendah garam, mengurangi konsumsi alcohol, tidak merokok, olahraga atau latihan fisik, dan konsumsi obat hipertensi. Salah satu komponen yang mempengaruhi perawatan diri pasien hipertensi yaitu self efficacy. Penderita hipertensi yang memiliki self efficacy baik dapat menghasilkan manfaat dalam penanganan hipertensi contohnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi (Seymour & Huber, 2012).

Dari perspektif teoritis, dinilai self efficacy berhubungan dengan penyakit manajemen diri kronis, sehingga menunjukkan bahwa konteks penyakit ini penting untuk diukur. Salah satu penyebab kurangnya perawatan yang memadai pada penderita hipertensi yaitu akibat perilaku individu itu sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan Seymor & Huber (2012) menunjukkan bahwa mendorong pasien untuk memiliki self efficacy yang tinggi dalam kemampuan mereka untuk merawat tekanan darah tinggi mereka dapat menghasilkan beberapa manfaat dalam hal kepatuhan perawatan diri mereka termasuk kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi (Seymour & Huber, 2012).

(17)

3 Menurut Bandura, self efficacy adalah salah satu faktor psikologis yang paling penting yang berdampak pada kepatuhan terhadap pengobatan (Bandura, 1982 dalam Saffari, Mohammadi, & Bengt, 2015). Teori lain menyatakan bahwa self efficacy adalah kemampuan persepsi seseorang untuk menyelesaikan tujuan, atau tantangan (Bandura, 1986 dalam Saffari et al., 2015). Self efficacy telah dianggap sebagai prediktor yang paling menonjol untuk perubahan perilaku kesehatan seperti kepatuhan terhadap pengobatan pada pasien dengan penyakit kronis (Ogedegbege, 2003 dalam Saffari et al., 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mulyati, et al (2013) mengenai analisis faktor yang mempengaruhi self management behaviour, didapatkan bahwa salah satu variabel yang diteliti adalah self efficacy. Penelitian tersebut mengukur self efficacy dengan menggunakan instrumen skala self efficacy pada penyakit kronik secara umum. Instrumen tersebut tidak menggunakan instrumen skala self efficacy secara spesifik pada penderita hipertensi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran self efficacy lansia penderita hipertensi di Puskesmas Jumpandang Baru sebagai puskesmas dengan penderita hipertensi terbanyak di Kota Makassar yaitu sebanyak 1541 jiwa. Penelitian ini menggunakan instrumen self efficacy pada penderita hipertensi secara spesifik.

B. Rumusan Masalah

Jumlah penderita hipertensi terbanyak yaitu lansia. Oleh karena itu, lansia perlu mendapatkan perhatian khusus terhadap penanganan hipertensi.

(18)

4 Lansia penderita hipertensi memerlukan adanya self efficacy yang baik untuk melakukan perawatan diri hipertensi secara teratur. Menghadapi lansia hipertensi diperlukan adanya kepatuhan perawatan diri mereka untuk meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu komponen dari perawatan diri yaitu self efficacy yang baik sehingga penderita hipertensi dapat menghasilkan beberapa manfaat dalam penanganan hipertensi contohnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi. Dengan demikian, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Berapa jumlah lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru?

2. Bagaimanakah gambaran self efficacy pada lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Diketahuinya gambaran tingkat self efficacy yang dialami oleh penduduk lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya jumlah lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru.

b. Diketahuinya tingkat self efficacy pada lansia penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru.

(19)

5 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teorotis

a. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian mengenai self efficacy dengan pasien penderita hipertensi khususnya lansia.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur tambahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa keperawatan mengenai self efficacy pada penderita hipertensi.

c. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai gambaran self efficacy pada lansia yang menderita hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat Lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada responden mengenai pentingnya self efficacy pada pasien hipertensi.

(20)

6 b. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan terhindar dari berbagai penyakit termasuk hipertensi.

(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Lansia

1. Definisi Lansia

Lanjut usia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 dalam Kemenkes RI (2014) tentang kesejahteraan, yaitu seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas.

Lansia yang tinggal sendiri dalam satu rumah atau biasa disebut dengan rumah tangga tunggal lansia perlu mendapatkan perhatian khusus (KemenkesnRI, 2013).

2. Masalah Kesehatan Lansia

Proporsi lansia yang mengalami keluhan kesehatan semakin besar. Sebanyak 37,11 persen penduduk pra lansia mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir, meningkat menjadi 48,39 persen pada lansia muda, meningkat lagi menjadi 57,65 persen pada lansia madya, dan proporsi tertinggi pada lansia tua yaitu sebesar 64,01 persen. Pola yang sama juga terjadi baik menurut tipe daerah maupun jenis kelamin. Proporsi l ansia perempuan yang mengalami keluhan kesehatan lebih tinggi daripada lansia laki-laki pada semua kelompok umur, kecuali kelompok lansia tua (Mustari, Rachmawati, & Nugroho, 2014).

(22)

8 Menurut (Kemenkes RI, 2016), 10 keluhan kesehatan lanjut usia yang biasa muncul berdasarklan kelompok umur adalah sebagai berikut:

a. Hipertensi dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65- 74 tahun sebesar 57,6 %, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 63,8 %.

b. Artritis dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun sebesar 51,9 %, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 54,8 %.

c. Stroke dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun sebesar 46,1%, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 67%.

d. PPOK dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun sebesar 8,6%, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 9,4%.

e. Diabetes mellitus dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun sebesar 4,8%, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 3,5%.

f. Kanker dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun sebesar 3,9%, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 5%.

(23)

9 g. Penyakit jantung koroner dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun sebesar 3,6%, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 3,2%.

h. Batu ginjal dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65- 74 tahun sebesar 1,2%, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 1,1%.

i. Gagal jantung dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65-74 tahun sebesar 0,9%, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 1,1%.

j. Gagal ginjal dengan jumlah penderita untuk kelompok umur 65- 74 tahun sebesar 0,5%, dan untuk kelompok usia 75 tahun keatas sebesar 0,6%.

B. Tinjauan Umum Hipertensi 1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal.

Hipertensi sering dikatakan sebagai sillent killer, karena termasuk salah satu penyakit mematikan yang tidak disertai gejala berupa peringatan bagi korbannya. Hipertensi merupakan penyakit yang kerap dijumpai di masyarakat dengan jumlah penderita yang terus meningkat setiap tahunnya. Hipertensi dapat disertai gejala ataupun tanpa gejala yang memberi ancaman terhadap kesehatan secara terus- menerus (Vitahealth, 2005 dalam Situmorang, 2015). Hipertensi atau

(24)

10 yang dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi terhambat sampai ke bagian tubuh yang membutuhkan (Vitahealth, 2005 dalam Situmorang, 2015).

Seseorang dapat dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistole mencapai >140 mmHg dan tekanan darah diastole >90 mmHg.

Penderita pre-hipertensi apabila tekanan darah sistole berkisar antara 120-139 mmHg dan tekanan darah diastole berkisar antara 80-89 mmHg (Kemenkes RI, 2014).

2. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Hipertensi

Menurut Situmorang (2015), faktor yang berperan dalam kasus- kasus hipertensi, yaitu faktor keturunan, faktor obesitas, faktor stres, faktor pola makan dan faktor merokok.

a. Faktor Keturunan

Riwayat hipertensi di dalam keluarga didapatkan sebesar 70-80 % kasus essensial. Kemungkinan hipertensi essensial lebih besar bagi mereka yang terdapat riwayat hipertensi pada kedua orang tuanya. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satu menderita hipertensi.

b. Faktor Obesitas

Berat badan adalah salah satu di antara semua faktor risiko dapat dikendalikan yang paling erat kaitannya dengan

(25)

11 hipertensi. Orang gemuk memiliki peluang lebih besar terkena hipertensi dibanding dengan orang kurus. Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Sebanyak 70%

kasus baru penyakit hipertensi terdiri dari orang dewasa yang berat badannya sedang bertambah. Dugaannya adalah jika berat badan seseorang bertambah, volume darah akan bertambah pula, sehingga beban jantung untuk memompah darah juga bertambah. Sering kali kenaikan volume darah dan beban pada tubuh yang bertambah berhubungan dengan hipertensi, semakin besar bebannya, semakin berat juga kerja jantung dalam memompah darah ke seluruh tubuh. Kemungkinan lain adalah dari faktor produksi insulin, yakni suatu hormon yang diproduksi oleh pangkreas untuk mengatur kadar gula darah.

Jika berat badan bertambah, terdapat kecenderungan pengeluaran insulin yang bertambah. Dengan bertambahnya insulin, penyerapan natrium dalam ginjal akan berkurang.

Dengan bertambahnya natrium dalam tubuh, volume cairan dalam tubuh juga akan bertambah. Semakin banyak cairan termasuk darah yang ditahan, tekanan darah akan semakin tinggi. Terdapat kecenderungan pengeluaran insulin yang bertambah.

Untuk mengetahui seseorang itu termasuk memiliki berat badan belebih atau tidak, yaitu dengan cara menghitung Body

(26)

12 Masa Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus: Berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan (meter).

BMI <18 : Kurang berat badan

BMI >18,1- 25,0 : Normal

BMI >25,0 – 27,0 : Gemuk atau kelebihan berat badan

BMI > 27,0 : Sangat gemuk atau obesitas.

c. Faktor Stress

Hubungan stress dengan hipertensi melalui aktivitas saraf simpatis, dalam kondisi stress adrenalin dalam aliran darah meningkat, sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah sehingga siap untuk bereaksi. Stress adalah respon yang dapat mengancam kesehatan jasmani ataupun emosional. Bila seseorang terus menerus dalam keadaan ini, maka tekanan darah akan tetap meningkat. Tanda-tanda stress antara lain denyut jantung meningkat, kekuatan otot, terutama sekitar bahu dan leher, sulit tidur, konsentrasi menurun, nadi dan tekanan darah meningkat. Makan terlalu banyak atau sedikit, tidak tenang, dan tidak mampu menyelesaikan masalah.

d. Faktor Rokok

Merokok dapat mempermudah terjadinya penyakit jantung. Selain itu, merokok dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Hal ini disebabkan pengaruh nikotin dalam

(27)

13 peredaran darah. Kerusakan pembuluh darah juga diakibatkan oleh pengendapkan kolesterol pada pembuluh darah, sehingga jantung bekerja lebih cepat (Vita Health, 2005).

e. Faktor Pola Makan yang Salah

Makanan yang diawetkan dan komsumsi garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah yang tinggi seperti monosodium glutamat (MSG), dapat menaikkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih, sehingga dapat menahan air (retensi) sehingga meningkatkan jumlah volume darah, akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik, selain itu natrium yang berlebihan akan menggumpal pada dinding pembuluh darah, dan natrium akan terkelupas sehingga akibatnya menyumbat pembuluh darah (Vita Health, 2005).

3. Tanda dan Gejala Hipertensi

Silent killer merupakan istilah yang sering digunakan untuk hipertensi kerena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.

Kalaupun muncul gejala tersebut seringkali dianggap gangguan biasa sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Vita health, 2005).

(28)

14 Menurut Situmorang (2015) Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan penyakit lainnya. Gejala-gejala itu adalah :

a) Sakit kepala

b) Jantung berdebar-debar

c) Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat

d) Mudah lelah e) Penglihatan kabur f) Wajah memerah g) Hidung berdarah

h) Sering buang air kecil, terutama dimalam hari i) Telinga berdenging (tinnitus)

j) Dunia terasa berputar (vertigo) 4. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Non Farmakologis

Salah satu faktor yang dapat menurunkan tekanan darah dan dapat menguntungkan yaitu menjalani pola hidup sehat yang telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap

(29)

15 awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4-6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi (Soenarta et al., 2015). Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah:

1. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.

2. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari (Irwan, Kido, Taniguchi, &

Shogenji, 2016).

3. Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu,

(30)

16 dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.

4. Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alcohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.

5. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.

b. Terapi Farmakologi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup

(31)

17 sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :

1. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

2. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya

3. Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti pada usia 55-80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid

4. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)

5. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi.

C. Tinjauan Umum Self Efficacy 1. Definisi Self Efficacy

Self efficacy menurut Bandura (2004) dalam Permatasari, Lukman, & Supriadi (2014) adalah keyakinan seseorang tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan tindakan yang ingin dicapai dan mempunyai pengaruh pada kehidupan mereka. Keyakinan tentang self efficacy akan memberikan dasar motivasi, kesejahteraan dan prestasi seseorang. Self efficacy akan menentukan bagaimana seseorang merasa, berfikir, memotivasi dirinya dan berperilaku.

(32)

18 Self efficacy adalah salah satu faktor psikologis yang paling penting yang berdampak pada kepatuhan terhadap pengobatan (Bandura, 1982 dalam Saffari et al., 2015). Teori lain menyatakan bahwa self efficacy adalah kemampuan persepsi seseorang untuk menyelesaikan tujuan, atau tantangan (Bandura, 1986 dalam Saffari et al., 2015). Self efficacy telah dianggap sebagai prediktor yang paling menonjol untuk perubahan perilaku kesehatan seperti kepatuhan terhadap pengobatan pada pasien dengan penyakit kronis (Ogedegbege, 2003 dalam Saffari et al., 2015).

2. Sumber Self Efficacy

Menurut Bandura (1997, dikutip dalam Darmansyah, Nursalam,

& Suharto, 2013) self efficacy terdiri dari 4 sumber utama yaitu:

a. Performance accomplishment merupakan suatu pengalaman atau prestasi yang pernah dicapai oleh individu tersebut di masa lalu. Faktor ini adalah pembentuk self efficacy yang paling kuat.

Prestasi yang baik pada masa lalu yang pernah dialami oleh subjek akan membuat peningkatan pada ekspektansi efikasi, sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkan efikasi individu.

b. Vicarious experience merupakan pengalaman yang diperoleh dari orang lain, dan meniru perilaku mereka untuk mendapatkan seperti apa yang orang lain peroleh. Self efficacy akan meningkat apabila individu mengamati seseorang yang memiliki

(33)

19 kemampuan setara dengan dirinya mengalami keberhasilan dan sebaliknya self efficacy menurun apabila mengamati seseorang yang memiliki kemampuan setara dengan dirinya mengalami kegagalan. Pengaruh yang diberikan faktor ini terhadap self efficacy adalah berdasarkan kemiripan orang yang diamati dengan diri pengamat itu sendiri. Semakin orang yang diamati memiliki kemiripan dengan dirinya, maka semakin besar potensial self efficacy yang akan disumbangkan oleh faktor ini.

c. Verbal persuasion merupakan persuasi yang dilakukan orang lain secara verbal maupun oleh diri sendiri (self talk) yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak atau berperilaku.

Individu mendapat pengaruh atau sugesti bahwa ia mampu mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapi. Seseorang yang senantiasa diberikan keyakinan dan dorongan untuk sukses, maka akan menunjukkan perilaku untuk mencapai kesuksesan tersebut, begitu pun sebaliknya.

d. Vicarious experience adalah pada faktor subjek mendapatkan feedback langsung dari pihak lain, sedangkan pada vicarious experience subjek sendiri lah yang secara aktif mengamati pihak lain tanpa intervensi dari pihak yang diamati. Besar pengaruh yang dapat diberikan oleh pemberi persuasi adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi serta kriteria kerealistisan tentang apa yang dipersuasikan. Selain itu, subjek dapat memberikan

(34)

20 persuasi kepada dirinya sendiri dengan semacam self talk kepada dirinya sendiri.

e. Emotional arousal merupakan pembangkitan emosi positif sehingga individu mempunyai kepercayaan diri untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Kondisi emosional (mood) juga mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang terkait self efficacy. Keadaan emosi yang menyertai individu ketika dirinya sedang melakukan suatu kegiatan akan mempengaruhi self efficacy seseorang pada bidang tersebut. Emosi yang dimaksudkan adalah emosi yang kuat seperti takut, stres, cemas dan gembira. Emosi-emosi tersebut dapat meningkatkan ataupun menurunkan self efficacy seseorang.

D. Hubungan Self Efficacy dengan Hipertensi

Self efficacy merupakan konsep penting yang dapat digunakan untuk menggambarkan kepatuhan pasien hipertensi. Self efficacy seorang penderita hipertensi dianggap baik apabila mereka mampu beradaptasi dengan baik (Bandura, 1989 dalam Ogedegbe, Mancuso, Allegrante, &

Charlson, 2003). Salah satu cara untuk mengetahui self efficacy pasien yaitu dengan membina hubungan yang baik antara dokter dengan pasien kemudian memberikan instrumen yang dirancang untuk mengukur self efficacy. Self efficacy adalah salah satu teori dan model yang paling ampuh yang telah digunakan untuk menjelaskan kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi. Self efficacy bertujuan untuk menggambarkan keyakinan pasien

(35)

21 tentang pengetahuan dan pengobatan hipertensi yang merupakan aspek penting untuk memahami kegagalan pasien dalam pengobatan dan mengontrol atau tekanan darahnya.

Menghadapi pasien hipertensi diperlukan adanya kepatuhan perawatan diri mereka untuk meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu komponen dari perawatan diri yaitu self efficacy. Penderita hipertensi yang memiliki self efficacy yang baik dapat menghasilkan beberapa manfaat dalam penanganan hipertensi contohnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi.

Dari perspektif teoritis, dinilai self efficacy berhubungan dengan penyakit manajemen diri kronis, sehingga menunjukkan bahwa konteks penyakit ini penting untuk diukur. Salah satu penyebab kurangnya perawatan yang memadai pada penderita hipertensi yaitu akibat perilaku individu itu sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan Seymor & Huber (2012) menunjukkan bahwa mendorong pasien untuk memiliki self efficacy yang tinggi dalam kemampuan mereka untuk merawat tekanan darah tinggi mereka dapat menghasilkan beberapa manfaat dalam hal kepatuhan perawatan diri mereka termasuk kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi (Seymour & Huber, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mulyati, et al (2013) didapatkan bahwa adanya hubungan antara self efficacy dengan perawatan diri pada pasien hipertensi. Penelitian tersebut mengukur self efficacy pada penderita hipertensi.

(36)

22 BAB III

KERANGKA PENELITIAN Kerangka Konseptual

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Ket Bagan 3.1:

= Variabel yang diteliti Lansia Masalah

Psikososial

Self Efficacy

Keterbatasan

Fisik

Gangguan Kesehatan

Produktifitas Menurun

Hipertensi

Farmakologi Non Farmakologi

Status Kesehatan

(37)

23 BAB IV

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian deskriptif survey, rancangan yang digunakan untuk memperoleh fakta-

fakta, menggambarkan secara sistematis, mendeskripsikan karakteristik self efficacy individu yang mengalami hipertensi. Pada penelitian ini tidak dilakukan intervensi tetapi mengumpulkan informasi dengan menggunakan kuisioner self efficacy untuk mengatur hipertensi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru sebagai Puskemas dengan jumlah penderita hipertensi terbanyak di Kota Makassar (Dinkes, 2016).

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2018.

Peneliti mengambil data lansia di Puskesmas kemudian mengunjungi dan menentukan kriteria inklusi sampai jumlah sampel terpenuhi.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia berjumlah 122 orang.

Teknik populasi yang digunakan yaitu populasi terjangkau dengan

(38)

24 populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu. Populasi terdiri dari lansia yang menderita hipertensi berdasarkan data dari Puskesmas selama 2 bulan terakhir sejak November hingga Desember 2018.

2. Sampel

Sampel sebagai bagian dari seluruh objek penelitian yang diharapkan mewakili dan dapat menggambarkan rata-rata gambaran self efficacy lansia penderita hipertensi. Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu non probability sampling khususnya sampling kuota yaitu menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri- ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan terpenuhi. Sampel pada penelitian ini yaitu lansia penderita hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu:

a. Kriteria Inklusi

1) Berusia > 60 tahun;

2) Tekanan darah sistole mencapai >140 mmHg dan tekanan darah diastole > 90 mmHg;

3) Didiagnosa hipertensi oleh dokter;

4) Bersedia menjadi responden secara sukarela.

b. Kriteria Ekslusi

1) Pasien dengan penyakit lain yang tidak memungkinkan untuk menjawab kuisioner penelitian yaitu pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau menderita stoke.

2) Pasien tuli atau tidak bisa mendengar.

(39)

25 3. Besar Sampel

Menurut Riduwan & Akdon (2010) penentuan besar sampel dalam sebuah penelitian dapat dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

Keterangan:

n : Besar sampel N : Besar populasi D : Presisi 5% (0,05)

Jumlah sampel dapat ditentukan sesuai dengan rumus diatas:

(40)

26 D. Alur Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat data mengenai penderita hipertensi terbanyak di Kota Makassar kemudian mengajukan permohonan izin ke Puskesmas tempat penelitian dan pemerintah setempat dan dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan masalah etik.

Bagan 4.1 Alur Penelitian Menentukan sampel (n = 93 orang)

Sampel dalam penelitian ini yaitu lansia yang hipertensi

Pembacaan kuisioner Menentukan populasi (N = 122 orang)

Populasi dalam penelitian ini yaitu semua lansia hipertensi yang ada di wilayah Puskesmas Jumpandang Baru

Hipertensi

Pengukuran tekanan darah

Pengumpulan data

Pengolahan data dan analisis data

Penyajian hasil dan pembahasan

(41)

27 E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah self efficacy pada lansia yang menderita hipertensi.

2. Definisi Operasional Variabel Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Kriteria

Objektif Self efficacy Self efficacy adalah persepsi

atau pemahaman lansia

dalam mengatasi tekanan

darah tinggi termasuk

pengobatan, kunjungan ke dokter, dan mengontrol emosi.

Peneliti memberikan dan

membacakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai aspek self efficacy pada penderita hipertensi.

Responden kemudian mengisi angka 1 sampai 10 sesuai dengan persepsi yang dirasakan sehari-hari.

Kuisioner self efficacy khusus hipertensi.

Self efficacy baik apabila skor rata-rata dari responden bernilai > 9,

dan self

efficacy rendah apabila skor rata-rata < 9.

Hipertensi Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistole mencapai >140 mmHg dan tekanan darah diastole >90 mmHg.

Peneliti mengukur tekanan darah pada responden dalam kondisi yang tenang dan rileks sekitar 30 menit setelah melakukan aktifitas. Tekanan darah yang diambil yaitu rat-rata dari pengukuran tekanan darah pertama dan kedua dengan selang 15 menit.

Cara pengukuran yaitu dengan memasang manset sekitar 2 jari di atas garis lengan, meletakkan stetoskop pada arteri brakhialis pada lipatan siku, sambil menekan nadi kemudian menaikkan tekanan pada spigmomanometer dengan cara

memompa kemudian dengankan

hingga tidak terdengar denyut nadi maka inilah yang disebut tekanan darah sistole dan turunkan hingga terdengan denyut nadi kembali yang disebut tekanan darah diastole.

Tensimeter spigmoman ometer merk One Med dan stetoskop merk One Med.

Hipertensi stage 1 yaitu tekanan darah sistole 140-159

mmHg dan

tekanan darah diastole 90-99 mmHg.

Hipertensi stage 2 yaitu tekanan darah

>160 mmHg dan tekanan darah diastole

> 100 mmHg

(42)

28 F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah self efficacy khusus hipertensi yang dinamakan self-efficacy to manage hypertension yang dirancang oleh Warren-findlow & Huber, (2013). Kuisioner ini terdiri dari 5 item pertanyaan dengan 10 pilihan jawaban. Dalam versi Bahasa Inggris, instrumen ini telah tervalidasi dan memiliki nilai validitas dan realibilitas sebesar 0,81. Namun, karena responden yang akan diteliti menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga peneliti melakukan proses translasi dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Peneliti melakukan uji validitas dan realibilitas yang telah ditranslasi ke Bahasa Indonesia sebesar 0,83 berdasarkan penilaian Croncbach Alpha. Hasil dari uji validitas dan realibilitas menunjukkan kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dinyatakan valid. Kuisioner ini kemudian diberikan kepada lansia yang menderita hipertensi dengan cara meminta lansia membaca kemudian menjawab sesuai keadaan yang dirasakan. Lansia yang tidak memiliki kemampuan membaca, maka kuisioner akan dibacakan peneliti dengan bahasa mudah dipahami.

G. Pengelolaan dan Analisis Data 1. Pengumpulan Data

Kegiatan penelitian meliputi:

1. Peneliti menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan;

(43)

29 2. Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan dan meminta kesediaan calon responden agar berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani informed consent;

3. Melakukan pengukuran tekanan darah kepada sampel yang sesuai kriteria inklusi;

4. Memberikan kuisioner kepada sampel yang sesuai kriteria inklusi;

5. Mengumpulkan data dari kuisioner yang telah diberikan.

2. Pengolahan dan Analisa Data 1. Cara Pengolahan data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan fasilitas program komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Yaitu untuk melihat apakah data mengenai self efficacy lansia hipertensi yang diperoleh sudah terisi lengkap atau masih kurang.

b. Coding

Yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut macamnya dengan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item kusioner self efficacy dan data demografi responden.

(44)

30 c. Scoring

Memberikan nilai pada setiap item kuisioner self efficacy.

d. Tabulasi

Setelah data diberikan kode selanjutnya dilakukan pengolahan data kedalam satu tabel menurut sifat yang dimiliki guna memudahkan penganalisian data.

2. Analisis Data

a. Analisi Univariat

Untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Hasil univariat terdiri dari distribusi frekuensi dan presentasi data demografi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah self efficacy sedangkan variabel dependen yaitu lansia yang menderita hipertensi.

H. Masalah Etika

Dalam melakukan penelitian, peneliti menekankan masalah etika sesuai dengan pedoman Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan (2007) meliputi:

1. Respect for persons (Menghormati harkat dan martabat manusia) Penelitian yang dilakukan memberikan kewenangan kepada responden dan melindungi responden. Peneliti menghormati hak subjek penelitian, apakah subjek tersebut bersedia untuk ikut serta dalam penelitian atau tidak, dengan memberikan informed consent (lembar

(45)

31 persetujuan) pada subjek penelitian terkait dengan kesediaan menjawab kuisioner.

2. Beneficence dan non maleficence (Prinsip etik berbuat baik)

Penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian, memberikan manfaat, memenuhi persyaratan ilmiah, sekaligus mampu menjaga privasi tentang gambaran respon fisik, respon psikologis, dan kualitas hidup subjek penelitian serta tidak menyinggung atau melakukan hal- hal yang merugikan (non maleficence, do no harm) subjek penelitian.

3. Justice ( Prinsip etik keadilan)

Subjek penelitian diperlakukan dengan kehati-hatian dan terbuka mengenai penelitian tentang gambaran respon fisik, respon psikologis, dan kualitas hidup, memperhatikan hak dari subjek penelitian serta adil dalam hal memberikan perlakuan dan manfaat keikutsertaan subjek dalam penelitian.

(46)

32 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 7 Januari 2018 sampai dengan 4 Februari 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur self efficacy pada lansia dengan hipertensi. Responden yang ikut dalam penelitian ini yaitu sebanyak 93 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jenis penelitian deskriptif survey. Instrumen yang digunakan untuk mengukur self efficacy lansia penderita hipertensi yaitu dengan menggunakan “self-efficacy to manage hypertension” yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan 10 pilihan jawaban.

Hasil data yang ditampilkan berupa analisis univariat. Analisis univariat meliputi data demografi dan kuisioner. Analisis univariat ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik responden yang diteliti dan self efficacy lansia yang menderita hipertensi.

(47)

33 Hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Lansia dengan Hipertensi di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar (n=93)

Karakteristik Responden Jumlah

F %

Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki Usia (Mean, SD) Tingkat Pendidikan Tidak Tamat/Tamat SD Tidak Tamat/Tamat SMP Lebih Tinggi SMP Pekerjaan

Bekerja Tidak Be kerja

Konsumsi Obat Hipertensi Ya

Tidak

Konsumsi Obat Herbal Ya

Tidak Penyakit Lain

Ada (reumatik, gastritis, stoke dan diabetes mellitus)

Tidak Ada

Konsumsi Obat Hipertensi &

Herbal Ya Tidak

73 20 (+ 67,8)

61 16 16

64 29

42 51

27 66 36

57

17 76

78,5 21,5 ( + 8,8 )

35,6 17,2 17,2

68,8 31,2

45,2 54,8

29,0 71,0 38,7

61,3

18,2 81,8

Sumber: Data Primer 2018

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 73 orang (78,5%). Rata- rata usia responden berada pada + 67,8 tahun. Latar belakang responden terdiri dari berbagai macam latar pendidikan. Tingkat pendidikan didominasi oleh responden yang tidak tamat SD/tamat SD, sedangkan untuk responden yang tamat SMP/tidak tamat SMP sama jumlahnya dengan responden yang tingkat pendidikan lebih tinggi dari

(48)

34 SMP. Lebih dari setengah responden (68,8%) yang bekerja. Jenis pekerjaan yang paling banyak yaitu ibu rumah tangga. Responden yang mengkonsumsi obat hipertensi dari dokter hampir sama jumlahnya dengan responden yang tidak mengkonsumsi obat hipertensi. Sedangkan pada konsumsi obat herbal, meskipun telah terdiagnosa hipertensi oleh dokter, namun kurang dari setengah responden yang tidak mengkonsumsi obat herbal yaitu sebanyak 27 orang (29,0%). Lebih dari setengah responden hanya menderita penyakit hipertensi tunggal yaitu sebanyak 57 orang (61,3%). Jenis penyakit lain yang paling banyak yaitu reumatik, gastritis, stoke dan diabetes mellitus. Lebih dari setengah responden tidak mengkonumsi obat medis maupun herbal.

(49)

35 2. Self efficacy

a. Respon Lansia Berdasarkan Instrumen Self efficacy Untuk Mengelola Hipertensi

Tabel 5.2 Distribusi Respon Lansia Berdasarkan Instrumen Self efficacy Untuk Mengelola Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar (n=93)

Sumber: Data Primer 2018 Ket:

1. Self efficacy rendah 2. Self efficacy rendah 3. Self efficacy rendah 4. Self efficacy rendah

5. Self efficacy rendah 6. Self efficacy rendah 7. Self efficacy rendah 8. Self efficacy rendah

9. Self efficacy baik 10. Self efficacy baik

Pernyataan Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

f % f % F % f % f % F % F % f % f % f %

Melakukan hal-hal untuk mengatasi

tekanan darah

2 2,2 1 1,1 1 1,1 0 0 10 10,8 4 4,3 3 3,2 24 25,8 23 24,7 25 26,9

Menilai perubahan yang terjadi

1 1,1 3 3,2 0 0 0 0 8 8,6 4 4,3 4 4,3 20 21,5 27 29,0 26 28,0

Mengontrol tekanan darah

2 2,2 1 1,1 1 1,1 1 1,1 7 7,5 4 4,3 6 6,5 24 25,8 24 25,8 23 24,7

Mengontrol emosi 0 0 0 0 2 2,2 2 2,2 7 7,5 3 3,2 4 4,3 14 15,1 36 38,7 25 26,9

Melakukan usaha selain minum obat

1 1,1 1 1,1 1 1,1 0 0 9 9,7 3 3,2 4 4,3 21 22,6 28 30,1 25 26,9

(50)

36 Dari hasil penelitian ini, self efficacy diukur dengan menggunakan kuisioner self efficacy khusus hipertensi lansia dimana dinilai self efficacy kurang apabila berada pada rentang 1-8 dan dinilai self efficacy baik apabila berada pada rentang 9- 10. Distribusi respon lansia berdasarkan instrumen self efficacy untuk mengelola hipertensi didapatkan bahwa tingkat self efficacy tertinggi yaitu pada keyakinan lansia mengontrol emosi.

Kemampuan mengontrol emosi sebanyak 38,7% yang berada di rentang keyakinan 9 dan 26,9 % yang berada pada rentang keyakinan 10. Tingkat self efficacy antara keyakinan melakukan hal-hal untuk mengatasi tekanan darah hampir sama dengan keyakinan mengontrol tekanan darah. Sedangkan untuk keyakinan menilai perubahan yang terjadi dan keyakinan melakukan usaha lain selain minum obat memiliki frekuensi yang sama.

b. Self efficacy Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru

Tabel 5.3 Self efficacy Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar (n=93)

Self efficacy Hipertensi Jumlah

F %

Self efficacy Baik Kurang Baik

39 54

41,9 58,1

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil penelitian yang terdiri dari 93 orang responden menunjukkan bahwa self

(51)

37 efficacy lansia yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jumpandang Baru diperoleh self efficacy lebih dari setengah responden dalam kategori kurang baik sebesar 58,1 % dengan jumlah responden sebesar 54 orang.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Dari hasil analisa berdasarkan jenis kelamin responden, prevalensi hipertensi lebih banyak dialami oleh perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Lasianjayani & Martini, (2014) juga memiliki hasil analisa yang sama yaitu antara 45 orang penderita hipertensi, sebanyak 29 orang berjenis kelamin perempuan dan sebesar 16 orang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini berarti bahwa penderita hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.

Menurut Kumar, dkk (2005) dalam Lasianjayani & Martini (2014), prevalensi hipertensi antara laki-laki dan perempuan hampir sama.

Namun, pada perempuan yang telah mengalami menopause memiliki potensi untuk terkena penyakit kardiovaskular. Pada kondisi tersebut terjadi perubahan hormonal yaitu terjadi penurunan perbandingan estrogen dan androgren yang menyebabkan peningkatan pelepasan renin, sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah (Coylewright, 2008 dalam Mutmainah & Rahmawati, 2010). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Caparara (2006 dikutip dalam Putri

& Suprapti, 2014) bahwa laki-laki dilaporkan memiliki self efcacy

(52)

38 yang lebih tinggi karena mampu mengatur afeksi negatif, mereka juga memiliki harga diri yang lebih tinggi dan keseimbangan hedonis. Di sisi lain, perempuan merasa lebih mampu mengelola emosi positif, yaitu mengekspresikan sukacita dan kepuasan bagi pencapaian tujuan mereka atau keberhasilan orang lain.

Dalam penelitian ini, rata-rata usia lansia yang menderita hipertensi adalah 67,8 tahun. Hasil yang sama didapatkan oleh penelitian di Medan yang dilakukan oleh Pratiwi & Tala (2013), mengenai gambaran status gizi pasien hipertensi lansia di RSUP H.

Adam Malik Medan, bahwa dari seluruh responden terbanyak berada pada kelompok usia 60-74 tahun (lanjut usia) yaitu sebanyak 62,1%

dan pada kelompok ini responden terbanyak mengalami hipertensi derajat 1. Menurut Maryam (2008) dalam Mamahit (2017) pada lanjut usia terjadi proses yang dinamakan proses menua. Proses ini merupakan proses dimana menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normal, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Semakin bertambahnya usia, kemampuan lansia menurun dan mengalami perubahan. Menurut Muchtadi (2011) dalam Okatiranti, Irawan, & Amelia (2017) terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya pada sistem kardiovaskular seperti katup jantung menebal dan kaku, menurunnya elastisitas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian Porter &amp; Hui-Chin (2003) menemukan bahwa ibu yang memi- liki parenting self-efficacy tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melaku- kan tugas

Dengan demikian mahasiswa yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mengerahkan usaha yang tinggi ketika menghadapi kesulitan untuk menyelesaikan skripsinya dan

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa self efficacy dapat meningkatkan kulitas hidup pasien stroke, Karena self efficacy yang tinggi akan meningkatkan rasa

Self efficacy diyakini sebagai faktor lain yang dapat mempengaruhi kemandirian alumni santri karena self efficacy akan mendorong alumni santri untuk memiliki

Semakin lama seseorang bekerja dalam hal ini caregiver dalam merawat penderita skizofrenia, maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki caregiver tersebut dalam

Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kisti &amp; Fardana (2012) bahwa keyakinan atau kepercayaan diri akan kemampuan dirinya (self

Karena Learning Start with a Question mendorong siswa untuk bersikap proaktif, model ini menjadi pilihan yang baik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy

120 http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed Dampak self efficacy yang tinggi mendorong mahasiswa kedokteran khususnya mahasiswa tahun pertama untuk dapat mengendalikan stres