GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN HEMODIALISIS
DI WILAYAH TANGERANG SELATAN
TAHUN 2013
SKRIPSI
Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
FAULYA NURMALA AROVA
109104000046
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Faulya Nurmala Arova
Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 12 Agustus 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln Mangunsarkoro RT 002 RW 007 Dsn Sumberan
Karanganyar Ambulu Jember 68172
Telepon : 0857-145-25-108 / 0823-119-77-315
Email : faulya.nurmala@yahoo.com/faulya.arova@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. TK Mujahiddin Tutul Tegalsari [1995-1997]
2. SD Negeri Karangayar V [1997-2003]
3. SMP Negeri 1 Ambulu [2003-2006]
4. MAU Amanatul Ummah [2006-2009]
5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [2009-2013]
Riwayat Organisasi
1. Pinru Pramuka [2001-2002]
2. Anggota Pramuka MAU Amanatul Ummah [2006-2007]
vi
4. Ketua Divisi Olahraga dan Seni MAU Amanatul Ummah [2007-2008]
5. BEM Jurusan Ilmu Keperawatan [2010-2012]
Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:
1. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” Tahun 2009
2. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era” Tahun 2009
3. Diskusi Publik “Kosmetik yang Aman untuk Kecantikan yang Alami” Tahun 2009
4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” pada Tahun 2009
5. Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya di Indonesia” Tahun 2009
6. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” Tahun 2010 sebagai panitia.
7. Simposium Nasional “Perspektif Islam dalam membangun Karakter Bangsa
Pada Era Milenium Kesehatan” Tahun 2010 sebagai peserta.
8. Seminar Profesi “Keperawatan Islami, Penerapam dalam Praktek dan Kurikulum Pendidikan Perawat di Indonesia” Tahun 2010 sebagai peserta.
9. Seminar Dokter Muslim “Smoking Cessation for Better Generation without Tobacco” Tahun 2010 sebagai peserta.
10. Pelatihan Kesekretariatan oleh CSS Mora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2010 sebagai peserta.
11. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment Method Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication In The Future” Tahun 2011 sebagai peserta
12. Seminar Kesehatan “Peran Kebijakan Standardisasi Internasional Rumah Sakit
dalam Meningkatkan Profesionalisme Pelayanan Kesehatan” Tahun 2011
vii
13. Workshop “Workshop Disaster Management” Tahun 2011 sebagai peserta
14. Seminar dan Workshop Emergency Nursing “Peran Perawat dalam Tatalaksana
Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” Tahun 2012 sebagai peserta.
15. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012 sebagai peserta. 16. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health” Tahun
2012 sebagai peserta.
17. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Meningkatkan Peran dan Mutu
Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2012
viii
Teruntuk Tuhan ku Allah SWT
Alhamdulillah, sujud syukur hamba haturkan padamu Ya Allah atas segala KaruniaMu hingga
hamba mu ini dapat menyelesaikan apa yang telah hamba mulai. Thanks a lot Allah and teruslah
menjagaku, melindungiku, membantuku dan mengabulkan doaku
Teruntuk Ibuku Siti Kunainah dan Bapakku Nurhadi serta Adikku Faisal Fian Azizi
Tiada kata yang bisa mengungkapkan betapa berterima kasihnya anakmu ini atas segala apa
yang telah kalian berikan. Perjuangan untuk selalu membahagiakan dan membanggakan bapak
dan ibu tidak akan pernah selesai hanya disini. Mala hanya mohon doa restu selalu untuk setiap
jalan yang Mala pilih.
Dhek Faisal ku tersayang, Thanks for your word...”Semangat mbak’e
...masak segitu ajah
nyerah” Kalimat mu ituh membuatku kembali untuk berjuang.
Teruntuk Sahabat-Sahabat Ku
“Fighters” (Fita, Fitri, Hanik. Etika, Ulvi, Humayra, Dian, Nyonya Dewi, Iqbal, Astuti)
The best Friend I ever had. Kalian selalu memberi semangat ditengah keputus-asaan yang aq
rasakan. Suka duka, perjalanan, cerita dan kenangan kita lalui bersama. Thanks a lot
Guys...We are always Fighters...dimanapun kita tetep Fighters
Teruntuk Teman, dan Adik Kelasku
Untuk Taufik Effendi di UI Depok...Thanks a lot untuk pinjeman kartu perpusnya..akhirnya
bahan-bahan yang diperlukan bisa ku dapatkan. Riyan Bahtera untuk bantuannya selama ini.
Adik kelas ku Eny Syarifah Hanif yang telah membantu mengetik...kemampuan mengetikmu dua
jempol dhek...Thanks yah.
“Sahabat sejati akan tetap bersama kita ketika kita merasa seisi dunia meninggalkan
kita. Maka rangkullah sahabatmu dengan kedua lenganmu karena mereka adalah
ix
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Oktober 2013
Faulya Nurmala Arova, NIM :109104000046
Gambaran Self-Care Management Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Wilayah Tangerang Selatan Tahun 2013
xii + 104 halaman + 6 tabel + 8 bagan + 7 lampiran
ABSTRAK
Non comunicable disease atau penyakit tidak menular telah menjadi persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti kasus penyakit kronis. Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan salah satu penyakit kronis yang perkembangannya lambat namun progresif, irreversibel, dan samar dengan prevalensi yang terus meningkat. Pasien GGK memiliki kompleksifitas masalah pada kondisi fisik, psikologis, sosial, spiritual dan ekonomi sehingga membutuhkan self-care management. Orem dalam Teori Self-Care percaya bahwa setiap individu memiliki kemampuan natural dalam merawat dirinya sendiri (self-care). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gambaran self-care management pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis, hambatan, dan sumber dukungan yang diterima oleh pasien. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Total partisipan dalam penelitian ini adalah 8 orang pasien GGK dewasa yang berumur antara 35-63 tahun dan telah menjalani hemodialisis selama kurun waktu 6 bulan hingga 7 tahun. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan 3 tema yang teridentifikasi yakni 1) gambaran self care management pasien GGK yang menjalani hemodialisis yang meliputi aspek pemenuhan kebutuhan fisik yakni terkait management nutrisi, pengaturan intake cairan, regiment pengobatan, perawatan akses vaskuler, dan aktivitas istirahat/tidur dan olahraga, kondisi psikologis meliputi self efficacy dalam pelaksanaan self-care management, kepatuhan maupun ketidakpatuhan terhadap regiment pengobatan, koping maladaptif (putus asa), dan banyak aktifitas, dan spiritual meliputi kepasrahan terhadap Tuhan, keyakinan akan kesembuhan dari Tuhan, dan aktifitas ibadah sholat; 2) hambatan dalam pelaksanaannya meliputi hambatan internal meliputi motivasi diri dalam pengaturan nutrisi, pembatasan cairan, dan aktifitas dan ekternal yakni ekonomi; dan 3) sumber social support yang dimiliki pasien berasal dari pasangan (suami/istri), keluarga, dan sesama pasien yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self-care management penting untuk diperhatikan pasien GGK yang menjalani hemodialisis sehingga hasil ini dapat digunakan untuk mengembangkan promosi kesehatan dan edukasi yang komprehensif tentang self-care management sebagai upaya dalam meningkatkan keterlibatan dan kesadaran pasien dan keluarga tentang kepatuhan terhadap regiment pengobatan terapeutik mereka.
x
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, October 2013
Faulya Nurmala Arova, NIM : 109104000046
The Description of Self-Care Management for End Stage Renal Disease (ESRD) Patient on Hemodialysis in South Tangerang District Year 2013. xii + 104 halaman + 6 tabel + 8 bagan + 7 lampiran
ABSTRACT
Non Comunicable Diseases has become global issue because of increasing case day by day especially for chronic disease’s case. End Stage Renal Disease (ESRD) is one of chronic disease that slow in expansion but progressive, irreversible, vague and the prevalent also increase. ESRD patients have complex problems in many aspects such as in physical, psychology, social, spiritual, and economic condition so they need self-care management. Orem in her Self-Care Theory believe that individual have natural ability for his/her self-care. This study aims to explore the decription of self care management ESRD patients on hemodialysis, barriers for do it, and support system resources that patient have. The study design uses qualitative-phenomenology. Total partisipant in this study is 8 ESRD patients in the age 35-63 years and have done hemodialysis therapy for 6 month until 7 years. Data was collected by in-depth interviews. Results showed that 3 themes has identified by researcher as 1) the description of self-care management for ESRD’s patients on hemodialysis in three aspects as physical needs such as nutrition management, fluid intake management, medication treatment, maintenance of vascular access, and sleep and exercise activity, psychological condition such as self efficacy in the implementation of self-care management, adherence and nonadherence to implement medication treatment, maladaptive coping (desperate) and many activities, and spiritual such as resignation to God, belief in cure from God, and sholat activity; 2) barriers for implementation as from internal such as self motivation for nutrition management, fluid retriction, and activity and also external factors such as economic; 3) Social support resources that ESRD’s patients have as from their partner (husband/wife), family, and patients on same hemodialysis unit. This research shows that self-care management is important for ESRD patients on hemodialysis and also could be used to develop health promotion services and comprehensive education about self-care management as a effort to increase patient and family involvement and awareness to adherence with their complex terapeutic medication treatment.
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia, rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penelitian ini yang berjudul Gambaran Self-Care Management Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Wilayah Tanggerang Selatan. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua umat manusia
dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah dengan doa, kesungguhan, kerja keras,
dan kesabaran disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua rogram Studi Ilmu
Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, MSN selaku Sekretaris
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
xii
selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
serta kesabaran selama membimbing peneliti dan memberikan banyak
masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti.
4. Ibu Tien Gartinah, M.N selaku Dosen Penasehat Akademik peneliti yang
telah membimbing dan memberikan nasehat selalu kepada peneliti terkait
banyak hal selama menjalani masa perkuliahan di Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Staf Pengajar Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah serta staff
akademik Bapak Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah
membantu urusan di kampus.
6. Departemen Agama dengan program Beasiswa Santri Berprestasi yang telah
memberikan kesempatan untuk berkuliah di Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu dalam
pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan penelitian.
8. Segenap Jajaran Staf Dinas Kesehatan Tangerang Selatan yang telah
memberikan kesempatan dan izin dalam melakukan studi pendahuluan
xiii
9. Segenap Jajaran Staf Puskesmas Ciputat Timur, Pisangan, dan Benda Baru
yang telah memberikan informasi data pasien GGK di wilayah kerjanya dan
memberikan izin untuk penelitian.
10. Pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis yang menjadi partisipan
dalam penelitian ini atas kerjasama dan segala informasi yang telah
diberikan untuk kepentingan penelitian ini.
11. Kedua orang tua saya yaitu Nurhadi S.Pd dan Siti Kunainah S.Pd yang
senantiasa memberikan cinta kasih, dukungan penuh secara material maupun
spiritual dalam do’a yang selalu mengiringi setiap langkah peneliti sehingga
dapat menyelesaikan penelitian ini.
12. Adikku Faisal Fian Azizi dengan kata-kata penyemangat, motivasi, dan
sarannya untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabatku tercinta “Fighters” (Fita, fitri, Etika, mala, dian, Ulfi, Dewi, mayra, Astuti dan Iqbal) dan teman-teman angkatan 2009 yang
berjuang bersama untuk menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi
di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan memohon do’a kepada Allah SWT , penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pembacanya, semua kebaikan yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Amin
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat, Januari 2014
xiv
JUDUL HAL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
1. Identifikasi Masalah ... 6
2. Pertanyaan Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ... 7
2. Tujuan Khusus ... 7
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kesehatan ... 8
2. Bagi Masyarakat ... 8
3. Bagi Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan ... 9
4. Bagi Peneliti ... 9
xv BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Gagal Ginjal Kronis ... 11
1. Definisi ... 11
2. Klasifikasi ... 12
3. Etiologi ... 12
4. Patofisiologi ... 13
5. Komplikasi ... 16
6. Penatalaksanaan ... 16
7. Perubahan Yang Terjadi Pada Pasien GGK ... 19
B. Teori Self-Care Orem dan Self Efficacy Bandura ... 23
1. Teori Self-Care Orem ... 23
2. Teori Self-Efficacy Bandura ... 29
C. Nursing Care Plan ... 32
D. Penelitian Terkait ... 35
E. Kerangka Teori... 39
BAB III : KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep ... 40
B. Definisi Istilah ... 40
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 42
B. Partisipan Penelitian ... 42
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44
D. Instrumen Penelitian... 44
E. Sarana Penelitian ... 44
F. Teknik Pengumpulan Data ... 45
G. Teknik Analisis Data ... 47
H. Validasi Data ... 48
I. Etika Penelitian ... 49
xvi
B. Hasil Penelitian ... 53
1. Karakteristik Partisipan ... 53
2. Hasil Analisa Data ... 55
BAB VI : PEMBAHASAN PENELITIAN A. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
1. Gambaran Self-Care Management ... 83
2. Hambatan dalam Self-Care Management ... 98
3. Sumber Social Support ... 100
4. Kaitan dengan Nursing Care Plan ... 101
B. Keterbatasan Penelitian ... 105
C. Implikasi untuk Ilmu Keperawatan dan Pelayanan Kesehatan ... 106
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 109
xvii
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Bagan Hal
2.1 Patofisiologi ... 14
2.2 Kerangka Teori ... 39
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 40
4.1 Tekhnik Analisis Data ... 47
5.1 Self-Care Management (Pemenuhan Kebutuhan Fisik) ... 56
5.2 Pengaturan Nutrisi ... 58
5.3 Pengaturan Intake Cairan ... 61
5.4 Perawatan Akses Vaskuler ... 64
5.5 Self-Care Management (Kondisi Psikologis) ... 68
5.6 Self-Care Management (Sikap Spiritual) ... 75
5.7 Hambatan dalam Self-Care Management ... 78
xviii
Nomor Tabel Judul Tabel Hal
2.1 Klasifikasi Penyakit GGK ... 12
2.2 Perubahan pada Pasien GGK ... 19
2.3 Nursing Care Plan ... 32
2.4 Penelitian Terkait ... 35
5.1 Karakteristik Partisipan Utama ... 54
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Inform Consent dan Persetujuan Partisipan Utama
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam Partisipan Utama
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Pemberian Izin Studi Pendahuluan Dinkes Tangerang Selatan
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian Dinkes Tangerang Selatan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Non Comunicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular telah menjadi
perhatian khusus dunia terutama World Health Organization (WHO) karena
menjadi penyebab kematian utama dan kecacatan di dunia. Tahun 2008, penyakit
dengan waktu yang panjang dan progresifitas yang lambat ini dilaporkan telah
membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya dan 80% atau 29 juta
kematian terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah maupun sedang.
Kondisi tersebut mendorong WHO membuat suatu strategi The 2008 -2013 Action
Plan for The Global Strategy for The Prevention and Control of Non
Comunicable Disease dengan komponen kunci yakni surveilan, pencegahan dan
pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah tersebut (WHO, 2013). Pada Mei
2012, World Health Assembly juga menyepakati sebuah target global untuk
mengurangi kematian akibat NCD sebesar 25 % hingga 2025 (Horton, 2013).
Indonesia sebagai negara yang berkembang telah melaporkan bahwa jumlah
kematian akibat NCD lebih besar dibandingkan dengan jumlah kematian akibat
Comunicable Disease (WHO, 2011). Aditama mengatakan bahwa ancaman
terhadap penyakit tidak menular atau NCD seperti jantung, penyakit berkaitan
dengan darah, diabetes melitus, penyakit degeneratif, dan penyakit kronis telah
meningkat (Faizal, 2012). Pemerintah juga telah memberikan prioritas utama
terkait masalah tersebut dan berupaya mengadopsi strategi global WHO dalam
2
Penyakit kronis yang perkembangan penyakitnya juga perlu mendapatkan
perhatian adalah penyakit gagal ginjal kronis (GGK) yang merupakan komplikasi
dari beberapa NCD seperti hipertensi, diabetes melitus, dan juga penyakit renal
lainnya. Etiologi dari GGK menurut US Renal System tahun 2000 menunjukkan
bahwa diabetes melitus dan hipertensi menjadi etiologi dengan prosentase tinggi
yakni 34% dan 21% (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006).
Angka kejadian GGK yang dilaporkan dari seluruh dunia rata-rata
menunjukkan trend yang penting dimana kadang melambat, kadang naik dan
dapat stabil (USRDS Annual Report, 2012). National Institut of Diabetes Melitus
and Digestif and Kidney Disease (NIDDK) menyebutkan bahwa antara 1980 dan
2009, rata-rata prevalensi GGK di US meningkat mendekati 600%, dari 290 kasus
menjadi 1.738 kasus per juta penduduk. Jumlah kematian pasien GGK juga
menunjukkan kenaikan dari 10.478 pada tahun 1980 menjadi 90.118 pada tahun
2009 (National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, 2012).
Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat penderita GGK yang cukup
tinggi. PERNEFRI (Persatuan Nefrologi Indonesia) tahun 2011 melaporkan
bahwa diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang
terdeteksi menderita GGK tahap akhir dan menjalani hemodialisis hanya sekitar
4-5 ribu saja. Banyak yang telah menjalani terapi dialisis meninggal dunia karena
mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk berobat dan proses dialisis (Fransisca,
2011). Penyakit ginjal kronik menurut Soelaeman merupakan penyakit yang
diderita oleh satu dari 10 orang dewasa. Indonesian Renal Registry tahun 2008
melaporkan jumlah pasien hemodialisis (cuci darah) mencapai 2260 orang dari
Tangerang Selatan tahun 2012 melaporkan bahwa terdapat 170 pasien GGK di
wilayahnya (Dinkes, 2012). Kondisi komorbiditas yang terus berkembang pada
insufisiensi renal kronik berkontribusi terhadap tingginya angka morbiditas dan
mortalitas diantara pasien dengan GGK (Burrows-Hudson, 2005 dalam Smeltzer,
2009).
Terapi yang dilaksanakan pasien GGK untuk menggantikan fungsi ginjal
yang rusak salah satunya adalah terapi hemodialisis. Terapi ini merupakan
prosedur penyelamatan jiwa yang mahal, tidak asing karena paling sering dijalani
oleh pasien GGK, dan suatu tekhnologi tinggi untuk mengeluarkan zat-zat sisa
metabolisme tubuh dan zat-zat toksin di dalam tubuh melalui membran semi
permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada alat dialiser melalui
proses difusi, osmosis atau ultrafiltrat (Smeltzer, 2001). Lebih dari 70%
negara-negara melaporkan sedikitnya 80% dari pasien menggunakan terapi hemodialisis
(USRDS Annual Report , 2012).
Pasien GGK yang menjalani hemodialisis memiliki permasalahan yang
kompleks terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi, dan spiritual pasien
(Farida, 2010). Masalah yang dirasakan pasien pasca hemodialisis seperti
kelemahan, fatigue, bibir kering dan gatal-gatal pada kulit dapat berpengaruh
terhadap fungsi fisik , mental dan mengganggu aktifitas pasien (Curtin, 2002).
Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap penderita GGK yang
menjalani terapi ini yakni sekitar Rp 550.000 – Rp 1.000.000 setiap terapi juga
menjadi hal yang patut diperhatikan (PELITA, 2013). Umumnya pasien menjalani
terapi secara rutin 2-3 kali dalam seminggu selama 4-5 jam sepanjang hidupnya
4
menyatakan bahwa biaya untuk cuci darah saja, rata-rata Rp 50-80 juta per tahun,
tergantung rumah sakitnya (Dianing, 2013). GGK merupakan suatu masalah yang
terus berkembang menjadi masalah kesehatan dengan tingkat morbiditas,
mortalitas dan biaya yang tinggi.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti menemukan adanya
perubahan pada aspek sosialisasi dan fisik pasien dimana pasien mengatakan
jarang keluar rumah karena kondisinya yang lemah. Biaya menjadi masalah yang
berarti buat pasien dan keluarga walaupun terdapat pembiayaan dari pihak lain
yakni Jamkesmas, namun untuk beberapa obat tidak termasuk dalam bantuan
pembiayaan tersebut. Tenaga pelayanan kesehatan juga menyebutkan bahwa
pasien mengatakan sudah mengikuti petunjuk dan saran yang diberikan dokter
kepadanya, namun terdapat komplikasi-komplikasi yang dialami pasien. Sebuah
penelitian melaporkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis akan
mengalami perubahan terhadap gaya hidup, keterbatasan dalam aktifitas/
mobilitas, ketidakmampuan dalam melakukan perjalanan, pembatasan makanan
dan cairan, bergantung kepada orang lain, penurunan kemampuan menolong
orang lain, kehilangan penghasilan, kelemahan, ketidaknyamanan, pasrah
terhadap takdir, dan kematian (Gibson, 1995).
Pasien GGK juga membutuhkan kemampuan dalam perawatan dirinya sendiri
(self-care). Saat ini kemampuan self-care pasien di komunitas telah menjadi
perhatian dunia seiring dengan peningkatan kejadian penyakit kronis di dunia.
Kondisi dari peningkatan biaya pengobatan serta jumlah tenaga edukator yang
tidak cukup juga turut andil menjadi alasan self-care penting ditingkatkan sebagai
komunitas (Taylor & Renpenning, 2011). Orem percaya bahwa setiap individu
memiliki kemampuan natural dalam merawat dirinya sendiri dan perawat harus
fokus terhadap dampak kemampuan tersebut bagi pasien (Orem,1995 dalam
Simmons, 2009).
Penelitian oleh Heirdarzadeh (2010) pada pasien GGK menunjukkan bahwa
78,3% pasien menginginkan kemampuan self-care dan yang paling banyak
diinginkan adalah kemampuan dalam perawatan akses vaskuler sedangkan yang
paling sedikit terkait dengan nutrisi. Penelitian lainnya juga telah melaporkan
bahwa ada hubungan yang langsung dan signifikan antara kemampuan self-care
dengan kualitas hidup, dimensi fisik, psikologis, dan sosial (Heidarzadeh dkk,
2010), terhadap keaktifan dan keefektifan proses perawatan pasien (Curtin &
Mapes, 2001) dan terhadap self efficacy pasien (Bag & Mollaoglu, 2009).
Penelitian lain tentang self efficacy training pada penderita GGK
menunjukkan keefektifan terhadap ketaatan dalam pengaturan intake cairan yang
dapat mempengaruhi fluid weight gain (Joanna Briggs Institute, 2011) dan
responden yang menerima self efficacy training merasa lebih percaya diri terhadap
kemampuannya dan keikutsertaan dalam promosi perilaku kesehatan dan lebih
taat dalam pembatasan intake cairan (Tsay, 2003). Teori kognitif sosial Bandura
menyebutkan bahwa keyakinan self-efficacy mempengaruhi pilihan seseorang
dalam membuat atau menjalankan tindakan yang ingin mereka capai. Keyakinan
ini juga dapat membantu menentukan sejauh mana usaha yang akan dikerahkan
seseorang (Shunk, 1981 dalam Mukhid, 2009).
Uraian tersebut menunjukkan bahwa self-care management pada pasien gagal
6
menyebutkan bahwa tujuan dari perawat adalah membantu pasien untuk
menemukan perawatan dirinya (self-care) (Basavanthappa, 2007). Mengetahui
kemampuan serta kemauan pasien GGK dalam kaitannya dengan self-care
management membantu serta mendorong mereka secara aktif dalam proses
pengobatan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup mereka. Penjelasan di
atas membuat peneliti tertarik untuk melihat gambaran self-care management
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di wilayah
Tangerang Selatan.
B. Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Penatalaksanaan pasien GGK tahap akhir adalah terapi penggantian ginjal
yakni dengan transplantasi atau dialisis. Dialisis kemudian menjadi pilihan yang
banyak dijalani oleh pasien. Hal tersebut disebabkan oleh mahal dan sulitnya
menemukan donor ginjal. Terapi tanpa usaha dari diri pasien untuk merawat
dirinya sendiri juga dapat mempercepat keparahan atau penurunan kondisi pasien.
Self-care management pada pasien GGK penting untuk diketahui serta
diperhatikan oleh tenaga kesehatan karena dapat memberikan konstribusi,
dukungan, informasi sesuai dengan kebutuhan pasien, dan berperan serta dalam
melibatkan pasien dan keluarga untuk memelihara kondisi pasien GGK.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam
bentuk pertanyaan “Bagaimana gambaran self-care management pada pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di wilayah Tangerang
2. Pertanyaan Penelitian
a) Bagaimana gambaran self-care management pada pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisis di wilayah Tangerang
Selatan?
b) Adakah hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan self-care
management pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
hemodialisa di wilayah Tangerang Selatan?
c) Bagaimana bentuk dukungan yang diterima oleh pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisa di wilayah Tangerang Selatan
dan sumber dukungan dalam pelaksanakan self-care management ?
d) Bagaimana gambaran self efficacy pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisis di wilayah Tangerang Selatan terhadap
self-care management ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran dan
mengeksplorasi self-care management pada pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisis di Tangerang Selatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi dan mengeksplorasi gambaran self-care management
pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di
8
b) Mengidentifikasi hambatan - hambatan yang ditemukan dalam
pelaksanaan self-care management pada pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisa di wilayah Tangerang Selatan
c) Mengidentifikasi bentuk dan sumber dukungan pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisa di wilayah Tangerang Selatan
dalam upaya pelaksanakan self-care management.
d) Mengidentifikasi gambaran self efficacy pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisis di wilayah Tangerang Selatan terhadap
self-care management.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan, acuan, dan pertimbangan terhadap keluhan dan
masalah yang dilaporkan pasien dan keluarga terkait penyakitnya sehingga
tenaga kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menyiapkan
strategi untuk meningkatkan self-care management pasien menjadi lebih
baik serta meningkatkan keterlibatan keluarga dalam mendorong dan
mendukung perilaku self-care pasien.
2. Bagi Masyarakat
Self-care bukan hanya berfokus pada pasien, namun didalamnya terdapat
peran keluarga dan masyarakat sehingga diharapkan dengan penelitian ini
bagi pasien dan dapat memberikan dukungan penuh dalam upaya
meningkatkan atau mendorong pelaksanaannya.
3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi seluruh mahasiswa di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
meningkatkan pengetahuannya mengenai self-care management pada
pasien gagal ginjal kronis.
4. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian, menjadi acuan untuk
penelitian selanjutnya secara lebih spesifik pada self-care management
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dan menambah
wawasan tentang gambaran self-care management pada pasien gagal ginjal
kronis.
E. Ruang Lingkup penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan serta mengeksplorasi
self-care management pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis di wilayah
Tangerang Selatan, dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang
self-care management pada pasien. Data diperoleh dengan cara wawancara
mendalam yang berpedoman pada pedoman wawancara dan lembar observasi
10
Fokus penelitian ini adalah pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan
berdomisili di wilayah Tangerang Selatan. Partisipan dalam penelitian adalah
pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan partisipan pendukungnya adalah
seseorang yang merawat pasien. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gagal Ginjal Kronis 1. Definisi
Ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia.
Ginjal melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk mempertahankan
homeostasis. Ginjal merupakan jalan penting untuk mengeluarkan berbagai
macam zat-zat sisa metabolisme tubuh selain juga berperan penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit (Sherwood, 2001).
Gagal ginjal kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer,
2009). Batas penurunan fungsi ginjal sehingga menimbulkan gejala adalah
sebesar 75-85% dan ketika fungsi ginjal sudah di bawah 25% maka gejala
akan muncul dan terlihat jelas (Fransiska, 2011).
End Stage Renal Disease (ESRD) atau gagal ginjal tahap akhir terjadi
ketika nilai GFR (Glomerulus Filtration Rate) kurang dari 15 mL/min. Pada
poin tersebut terapi penggantian ginjal (dialisis atau transplantasi) sangat
dianjurkan (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal terminal terjadi apabila 90% fungsi
12
2. Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju
Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2
dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :
Tabel 2.1
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis dengan rumus Kockroft – Gault
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal
atau ↑
≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau
ringan
60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau
sedang
30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau
berat
15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
3. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit
yakni uropati obstruktif , lupus eritematosis dan lainnya sebesar 21 %. (US
Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal
kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan
glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan
46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan
13,65% (Sudoyo, 2006).
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit, manifestasi klinis dan terapi
penatalaksanaan untuk pasien dengan gagal ginjal kronis dapat dilihat pada
14
Penurunan aliran darah renal, penyakit renal primer, kerusakan dari penyakit lain, Sumbatan
aliran urin
Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis menurut Black & Hawks (2005)
↓ reabsorpsi
16
5. Komplikasi
Smeltzer (2001) menyebutkan bahwa komplikasi potensial GGK
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatannya yang mencakup :
a. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme, dan masukan diet yang berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin-angiotensin-aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang sel darah
merah, pendarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin iritasi oleh
toksin dan kehilangan darah selama hemodialisis.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan
peningkatan kadar almunium.
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama
mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001;
Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat mengobati GGK
namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan
adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses penyakit
melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan) dan
mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein
sehari-hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme
(menyediakan kalori nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau
mengurangi katabolisme); 2) Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti
pruritus , neurologik, perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler; 3)
meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet; 4)
Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga (Black &
Hawks, 2005)
Terapi hemodialisis merupakan prosedur penyelamatan jiwa yang mahal
dan tidak asing bagi pasien GGK karena paling sering dijalani. Terapi ini
merupakan suatu teknologi tinggi dalam terapi penggantian ginjal untuk
mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme tubuh dan zat-zat toksin di dalam
tubuh melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan
dialisat pada alat dialiser melalui proses difusi, osmosis atau ultrafiltrat
(Smeltzer, 2001). Terapi untuk gagal ginjal kronis secara lebih lanjut dapat
dilihat pada patofisiologi gagal ginjal kronis.
Indikasi dilakukan dialisis ada dua yakni indikasi klinis dan indikasi
biokimiawi. Yang termasuk di dalam indikasi klinis adalah 1) sindrom
uremik berat, misalnya muntah-muntah hebat, kesadaran menurun,
kejang-kejang dan lain sebagainya; 2) overhidrasi yang yang tidak bisa diatasi
dengan pemberian diuretik; 3) edema paru akut yang tidak bisa diatasi dengan
18
sama dengan 150 mg%; 2) kreatinin plasma sama atau lebih dari 10 mg%; 3)
bikarbonat plasma kurang atau sama dengan 12 meq/L (Bakta & Suastika,
1999).
Masalah yang sering muncul saat pasien hemodialis adalah instabilitas
kardiovaskuler selama dialisis dan sulitnya mendapatkan akses vaskuler
(Rubenstein dkk, 2007). Terdapat lima cara akses ke sirkulasi darah pasien
untuk hemodialisis yakni ; 1) fistula arteriovena ; 2) graft arteriovena ; 3)
shunt (pirai arterovena) eksternal ; 4) kateterisasi vena femoralis ; 5)
kateterisasi vena subklavia (Baradero dkk, 2009).
Komplikasi dari hemodialisis yang dapat terjadi pada pasien meliputi ; 1)
hipotensi merupakan hasil dari pengeluaran secara cepat dari volume darah
(hipovolemia), penurunan cardiac output dan penurunan sistemik
intravaskuler ; 2) Kram otot yang sedikit diketahui penyebabnya namun dapat
dikaitkan dengan hipotensi, hipovolemia, ultrafiltrasi yang tinggi dan
penggunaan larutan sodium rendah dialisis ; 3) kehilangan darah merupakan
hasil dari darah yang tidak keluar secara lengkap dari dializer, tidak sengaja
terpisah dari tubing darah, ruptur membran dialisis, atau pendarahan setelah
melepaskan jarum setelah hemodialisis selesai ; 4) hepatitis, dimana saat ini
angka kejadiannya telah menurun dan The Centers for Disease Control
(CDC) mengupayakan untuk dilakukan vaksinasi untuk semua pasien dan
petugas dalam layanan dialisis (Lewis, 2011).
Depresi dan gangguan tidur terjadi dengan frekuensi yang lebih pada
pasien dengan hemodialisis. Penelitian menunjukkan prevalensi depresi tinggi
(24,6%) pada pasien GGK dan depresi pada caregiver sebesar 31,9% (Rai, et.
al 2001).
7. Perubahan Yang Terjadi pada Pasien GGK
Pasien yang terdiagnosa menderita GGK dan menjalani terapi
hemodialisis mengalami perubahan-perubahan fungsi dari dirinya yang dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2.2 Perubahan pada pasien GGK
Fungsi fisiologis (Black & Hawk, 2005)
Ketidakseimbangan
eletrolit
Pasien dapat mengalami hyponatremia sehingga
berefek pada retensi cairan yang berkontribusi
terhadap kondisi hipertensi dan gagal jantung,
hiperkalemia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia
dimana kondisi tersebut berkontribusi terhadap
osteomalasia, osteitis fibrosa, dan osteosclerosis.
Perubahan metabolik Peningkatan produk sampah metabolisme protein
yakni BUN dan kreatinin di dalam darah. Kreatinin
serum adalah indikator fungsi ginjal yang paling
akurat. Hipoproteinemia dapat terjadi ketika intake
diet protein tidak adekuat. Peningkatan trigliserida
hampir secara umum dapat ditemukan. Asidosis
metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal
20
Perubahan
hematologi
Efek primer pada gagal ginjal adalah anemia karena
ginjal tidak mampu memproduksi eritropoentin
sehingga pasien dapat mengalami kelemahan, fatiq
dan intoleransi terhadap dingin.
Perubahan
gastrointestinal
Pasien seringkali mengalami anoreksia, mual,
muntah, rasa pahit, metallic, dan rasa asin serta
napas seringkali berbau amonia, amis dan berbau
busuk. Stomatitis, parotitis dan gingivitis merupakan
masalah yang sering pada pasien. Konstipasi juga
merupakan masalah umum untuk pasien
Perubahan
imunologi
Kerusakan pada sistem imun membuat pasien mudah
untuk terinfeksi.
Perubahan
metabolisme
obat-obatan
Gagal ginjal memiliki efek yang serius pada
metabolisme obat. Pasien uremia memiliki resiko
tinggi untuk keracunan obat-obatan karena
perubahan renal dalam farmakokinetik obat-obatan.
Perubahan
kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler yang paling umum
adalah hipertensi. Apabila volume dalam jantung
overload dapat terjadi hepertrofi ventrikuler dan
gagal jantung. Disritmia juga dapat terjadi karena
hiperkalemia, asidosis, hipermagnesium, dan
penurunan perfusi koroner.
Perubahan respirasi Efek dalam sistem respirasi yakni edema pulmonal
napas, dan sesak.
Perubahan
muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem yang
terkena dampak lebih awal dan 90% pasien gagal
ginjal mengalami renal osteodistrofi yang dapat
berlanjut pada osteomalasia, osteitis fibrosa,
osteoporosif, dam osteosklerosis. Beberapa pasien
juga mengeluhkan kram otot.
Perubahan
integumen
Masalah pada kulit merupakan masalah yang
mengganggu kenyamanan pasien. Kulit pasien
menjadi kering karena atropi kelenjar keringatdan
perubahan warna kulit juga terjadi akibat pigmen
urokrom. Pasien juga mengalami pruritus akibat
hiperparatiroidisme sekunder dan deposit kalsium
pada kulit. Rambut dan kuku menjadi tipis dan
rapuh.
Perubahan
neurologik
Neuropati perifer menyebabkan banyak manifestasi
seperti kaki terasa terbakar, ketidakmampuan
menemukan posisi kaki yang nyaman, perubahan
gaya berjalan, footdrop, dan paraplegi.
Perubahan
reproduktif
Pasien wanita dapat mengalami ketidakteraturan
menstruasi, terutama amenore dan infertilitas. Pasien
laki-laki melaporkan kondisi impoten akibat faktor
fisik dan psikologis, atropi testicular, oligospermia,
22
melaporkan adanya penurunan libido.
Perubahan endokrin Gagal ginjal juga berefek pada sistem endokrin
seperti insulin dan fungsi paratiroid.
Fungsi psikologis
Ekspresi psikologis yang terjadi dapat berupa sedih, depresi, perasaan
menyesal, gangguan gambaran diri, dan rendah diri. Gambaran ekspresi
psikologis yang dialami tersebut terutama di awal pasien didiagnosa gagal
ginjal dan harus menjalani hemodialisis (Farida , 2010).
Fungsi spiritual
Perubahan ekspresi spiritual yang terjadi pada pasien GGK yang menjalani
hemodialisis berupa rasa syukur, pasrah, dan upaya meningkatkan ibadah
(Farida , 2010).
Psikososial
Perubahan pola interaksi sosial yang terjadi yakni pasien cenderung lebih
banyak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar rumah dan untuk interaksi
dengan jarak yang jauh menjadi terbatas. Interaksi baru juga terjadi dengan
sesama pasien yang menjalani hemodialisis. Selain itu terjadi gangguan
fungsi seksual pada pasien dan gangguan mobilitas atau bepergian sehingga
Ekonomi
Perubahan status ekonomi juga dirasakan oleh pasien dimana kebutuhan
akan keuangan bertambah dengan menjalani hemodialisis walaupun biaya
hemodialisis tidak membayar (dengan dibebankan kepada pihak lain seperti
asuransi atau pemerintah), namun informan mengatakan ada biaya lain yang
harus dikeluarkan setiap bulan yakni untuk obat-obatan yang tidak dijamin,
pemeriksaan laboratorium, atau biaya transportasi dari rumah ke rumah sakit
yang cukup besar (Farida , 2010).
B. Teori Self-Care (Orem) dan Self-Efficacy (Bandura) 1. Teori Self-Care Orem
Individu akan berusaha berperilaku untuk dirinya sendiri dalam
menemukan dan melaksanakan treatment pengobatan untuk memelihara
kesehatan dan kesejahteraan (Taylor & Renpenning, 2011). Hal tersebut
merupakan bagian yang natural dari manusia. Orem percaya bahwa
manusia memiliki kemampuan dalam merawat dirinya sendiri (self-care)
dan perawat harus fokus terhadap dampak kemampuan tersebut (Orem,
1995 dalam Simmons, 2009).
Filosofi dari ilmu keperawatan adalah memandirikan dan membantu
individu memenuhi kebutuhan dirinya (self-care). Salah satu teori
self-care dalam ilmu keperawatan yang terkenal adalah teori self-care Orem.
Orem dalam hal ini melihat individu sebagai satu kesatuan utuh yang
terdiri dari aspek fisik, psikologis, dan sosial dengan derajat kemampuan
24
berupaya untuk memacu kemampuan tersebut. Individu juga memiliki
kemampuan untuk terus berkembang dan belajar (Asmadi, 2008 ;
Kusnanto, 2003). Orem mendefinisikan keperawatan sebagai seni dimana
perawat memberikan bantuan khusus kepada individu dengan
ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk
perawatan mandiri serta berpartisipasi secara intelegensi dalam perawatan
medis yang diberikan oleh dokter (Swanburg, 2000).
Teori Orem mendeskripsikan peran dari perawat adalah menolong
seseorang dalam ketidakmampuannya dalam melaksanakan self-care.
Tujuan utama sistem Orem ini adalah menemukan kebutuhan self-care
(self-care demand) pasien hingga pasien mampu untuk melaksanakannya
(Orem, 2007 dalam Mosby Dictionary, 2009). Menurut Orem, asuhan
keperawatan diberikan apabila pasien tidak mampu melakukannya, namun
perawat tetap harus mengkaji mengapa klien tidak dapat memenuhinya,
apa yang dapat perawat lakukan untuk meningkatkan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan menilai sejauh mana klien
mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri (Hartweg,1995 dalam
Potter & Perry, 2005).
Teori Orem mengidentifikasi dua set dari ilmu keperawatan yakni
nursing practice science dan foundational sciences. Termasuk di dalam
nursing practice science yakni 1) wholly compensatory dimana perawat
membantu penuh ketidakmampuan total pasien dalam melakukan aktivitas
self care ; 2) partially compensatory dimana perawat membantu
supporting-educative dimana perawat membantu pasien untuk membuat
keputusan dan memiliki kemampuan dan pengetahuan. Dan termasuk di
dalam foundational sciences adalah self-care, self care agency, dan human
assistance (Basavanthappa, 2007 ; Tomey & Alligood, 2006).
Teori orem ini dikenal dengan sebagai Self-Care Deficit Theory yang
terdiri atas tiga teori terkait , yaitu :
a. Theory of self-care dimana mendeskripsikan tentang mengapa dan
bagaimana seseorang merawat diri mereka sendiri.
b. Theory of self-care deficit dimana mendeskripsikan dan menjelaskan
mengapa seseorang dapat dibantu dalam perawatan dirinya di
keperawatan.
c. Theory of nursing system dimana mendeskripsikan dan menjelaskan
hubungan yang diciptakan perawat untuk dimiliki dan dipelihara
oleh pasien. (Tomey & Alligood, 2006 ).
Self-care didefinisikan sebagai aktifitas praktek seseorang untuk
berinisiatif dan menunjukkan dengan kesadaran dirinya sendiri untuk
memelihara kehidupan, fungsi kesehatan, melanjutkan perkembangan
dirinya, dan kesejahteraan dengan menemukan kebutuhan untuk
pengaturan fungsi dan perkembangan (Orem, 2001 dalam Alligood &
Tomey, 2010). Self-care agency merupakan kompleks yang akan
mempengaruhi seseorang untuk bertindak dalam mengatur fungsi dan
perkembangan dirinya (Orem, 2001 dalam Alligood & Tomey, 2010).
Nursing agency terdiri atas perkembangan kemampuan seseorang yang
26
mereka sebagai perawat dalam kerangka hubungan interpersonal yang sah
untuk bertindak, mengetahui dan menolong seseorang untuk menemukan
kebutuhan perawatan diri yang terapeutik (therapeutik self-care demand)
dan mengatur perkembangan dan latihan dari self-care agency mereka
(Alligood & Tomey, 2010).
Basic conditioning factors adalah faktor yang mempengaruhi nilai
dari self care demand , self-care agency dan nursing agency. Sepuluh
faktor yang telah teridentifikasi meliputi umur, jenis kelamin, status
perkembangan, status kesehatan, pola kehidupan (pattern of living), faktor
sistem pelayanan kesehatan, faktor sistem keluarga, faktor sosial budaya,
ketersediaan sumber, dan faktor eksternal lingkungan (Alligood & Tomey,
2010, Muhlisin & Indarwati, 2010). Jika dilakukan secara efektif, upaya
perawatan diri dalam memberikan kontribusi bagi integritas struktural
fungsi dan perkembangan manusia (Asmadi,2008).
Area hemodialisis merupakan salah satu area praktik keperawatan
untuk mengaplikasikan teori self-care Orem ini dimana aplikasi ini akan
sesuai karena penting sekali untuk pasien untuk aktif terlibat dalam
perawatan dirinya. Tujuan utama praktek keperawatan adalah untuk
membantu pasien menyiapkan diri untuk berperan serta secara adekuat
dalam perawatan dirinya dengan cara meningkatkan outcome pasien dan
kualitas hidup. Sebagai perawat, kita dapat melakukan hal tersebut dengan
membentuk hubungan saling percaya antara perawat dan pasien,
menyediakan dukungan dan pendidikan kesehatan, memperbolehkan
pengambilan keputusan, dan mendorong pasien untuk aktif berpartisipasi
dalam tretmen hemodialisis (Simmons, 2009).
Self-care management pada pasien GGK yang menjalani
hemodialisis merupakan usaha positif pasien untuk menemukan dan
berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan mereka untuk mengoptimalkan
kesehatan, mencegah komplikasi, mengontrol gejala, menyusun
sumber-sumber pengobatan, meminimalisir gangguan dalam penyakit yang dapat
mengganggu kehidupan yang mereka sukai (Curtin & Mapes, 2001). Yang
termasuk didalamnya menurut Richard (2009) meliputi :
a) Pembatasan cairan
Ukuran pembatasan cairan dapat diukur dengan Interdialytic Weight
Gain (IDWG) atau berat yang diperoleh selama dialisis. IDWG
dipengaruhi oleh ukuran tubuh, volume urin output, apa yang pasien
minum, intake natrium, adanya riwayat diabetes melitus (DM
mempengaruhi intake cairan karena hiperglikemia menstimulasi haus),
kontrol gula darah, cuaca, dan self efficacy (kepercayaan diri pasien
dalam mengatur pembatasan cairan). Perspektif pasien dalam
kaitannya dengan pembatasan cairan menunjukkan bahwa mereka
memiliki perasaan negatif tentang diri mereka sendiri dan kemampuan
mereka dalam mengatur pembatasan cairan seperti rasa malu, hilang
kepercayaan diri, dan memiliki kemampuan yang kecil di dalam dalam
28
b) Pengaturan diet
Self-care management pada diet pasien GGK penting untuk
mempertahankan status nutrisi dan keseimbangan elekrolit. Yang
penting diperhatikan dalam hal ini adalah kepatuhan terhadap program
diet yang telah ditentukan karena program tersebut telah disusun
dengan tepat sesuai dengan kondisi ginjal serta kecukupan kalori dan
nutrisi yang diperlukan tubuh pasien yang menderita GGK. Penelitian
melaporkan walaupun pasien memiliki pengetahuan tentang diet dan
komplikasi jika tidak mematuhi program tersebut , mereka tetap tidak
mengikuti program diet yang telah ditetapkan itu. Faktor-faktor yang
positif berhubungan dengan self-care management pada diet yaitu usia
lanjut, wanita, dan self efficacy yang baik. Sedangkan faktor-faktor
yang tidak berkaitan adalah lamanya waktu hemodialisis, edukasi,
social support, dan kadar serum pottasium.
c) Pengobatan
Pasien GGK yang menjalani hemodialisis selain menjalani treatmen
tersebut mereka biasanya mengkonsumsi banyak macam obat. Banyak
hal terkait dengan obat yang perlu diketahui oleh pasien mengingat
banyaknya jumlah obat seperti tentang waktu minum masing-masing
obat, jumlah obat yang diminum, dosisnya, jenisnya, untuk apa saja
obat-obatan tersebut, dan efek dalam tubuh pasien.
d) Akses vaskuler
Akses vaskuler merupakan jalan keluar masuknya darah pasien saat
perawatan akses tersebut secara mandiri mengingat bahwa akses ini
akan selalu digunakan pasien untuk hemodialisis. Selain itu beberapa
hal yang tidak boleh dilakukan pada daerah akses vaskuler (lengan
cimino) juga penting dijelaskan pada pasien seperti tidak boleh
dilakukan pengukuran darah atau mengakat benda berat, dan lakukan
latihan meremas-remas bola untuk mempertahan akses vaskuler tetap
baik.
e) Perspektif pasien tentang self-care management
Penelitian melaporkan bahwa untuk mendapatkan pelayanan yang
terbaik pasien akan fokus dalam mengatur hubungan mereka dengan
dokter dan layanan kesehatan (Cutin & Mapes, 2001). Penelitian lain
menunjukkan bahwa pasien merasa diet dan pembatasan cairan tidak
perlu untuk mereka dan termasuk peraturan yang kaku dimana ketika
mereka mematuhinya maka mereka dikategorikan patuh dan apabila
tidak mengikutinya dikategorikan tidak patuh (Krespi dkk, 2004).
Mengetahui perspektif pasien tersebut penting dalam upaya memahami
apa yang dihendaki oleh pasien serta strategi yang dapat dilakukan
untuk pasien agar pasien dapat mengikuti treatmen yang telah
ditetapkan.
2. Teori Self Efficacy Bandura
Penelitian terhadap pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
30
agency dibarengi dengan peningkatan self efficacy begitu pula sebaliknya
(Bağ & Mollaoğlu, 2010). Bandura mendefinisikan self efficacy sebagai
penilaian diri seseorang atas kemampuannya untuk merencanakan dan
melaksanakan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu.
Bandura menggunakan istilah self efficacy ini sebagai keyakinan (beliefs)
seseorang tentang kemampuannya untuk mengorganisasikan dan
melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil (Bandura, 1997 dalam
Mukhid, 2009).
Efek keyakinan terhadap self efficacy pada proses kognitif bentunya
bervariasi. Kebanyakan perilaku diatur oleh pemikiran sebelumnya
terhadap tujuan personal yang ingin diwujudkan. Pengaturan tujuan
personal ini dipengaruhi oleh penilaian diri akan kemampuannya.
Keyakinan self-efficacy yang kuat membuat seseorang mengatur tujuan
yang terbaik dalam diri mereka. Keteguhan mereka terhadap hal tersebut
merupakan komitmen untuk mereka. Keyakinan diri terhadap efficacy juga
memegang peranan kunci dalam pengaturan motivasi diri seseorang
(Bandura, 1991 dalam Bandura 1993).
Persepsi seseorang yang tinggi terhadap efficacy dapat berdampak
pada kesiapan dan pelaksanaan usaha yang berbeda (Bandura, 1982).
Perasaan efficacy yang kuat meningkatkan kecakapan seseorang dan
kesejahteraannya karena seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi
membuat perasaannya tenang dan memandang tugas-tugas yang sulit
sebagai tantangan untuk ditangani dan bukan ancaman untuk dihindari
kesehatan menunjukkan hubungan yang kuat antara self efficacy dan
progres dari perubahan perilaku dan upaya pemeliharaan kesehatan.
Pendekatan untuk mengukur self efficacy menurut Bandura yakni dengan
menanyakan tentang persepsi atau keyakinan terhadap perilaku tertentu
dapat dilaksanakan dan menanyakan seberapa kuat keyakinannya tersebut
32
C. Nursing Care Plan
Nursing diagnosis Readines for Enhanced Self Health Management
As evidence by choices of daily living are appropriate for meeting goals (e.g treatment, prevention), describes reduction
of risk factors, expresses desire to manage the illness (e.g treatment, prevention of sequelae), expresses little difficulty
with prescribed regimens, no enexpected acceleration of illnes symptoms
Intervention (NIC) Outcome (NOC)
Health Education
Identify internal or external factors that may enhance or reduce motivation for healthy behavior
Determine personal context and social-cultural history of individual, family, or target group
Assist individuals, families, and communities in clarifying health beliefs and values Identify characteristics of target population that affect selection of learning strategies Prioritize identified learner needs based on client preference, skills of nurse, resources
available, and likelihood of successful foal attainment Formulate objectives for health education program
Identify resources (e.g., personnel, space, equipment, money, etc.) needed to conduct program
Consider accessibility, consumer preference, and cost in program planning Strategically place attractive advertising to capture attention of target audience Develop educational materials written at a readability level appropriate to target
audience
Teach strategies that can be used to resist unhealthy behavior or risk taking rather than
Adherence Behavior
Ask health related questions...
Seeks health information from variety of sources...
Uses reputable health information to develop strategies...
Weight risks/benefits of health behavior... Provide rationale for adopting a health
behavior...
Uses strategies to eliminate unhealthy behavior...
Uses strategies to optimaze health... Uses health care services congruent with
need...
Performs activities of daily living consistent with energy and tolerance...
Intervention (NIC) Outcome (NOC) give advice to avoid or change behavior
Keep presentation focused and short and beginning and ending on main point Use group presentation to provide support and lessen threat to learners experiencing
similar problems or concern as appropriate
Use peer leaders, teachers, and support group in implementing programs to groups less likely to listen to health professionals or adults (i.e. adolescent) as appropriate
Use lectures to convey the maximum amount of information when appropriate
Use group discussions and role-playing to influence health beliefs, attitudes and values Use demonstration/return demonstrations, learner participation and manipulation of
materials when teaching psychomotor skills
Use computer-assisted instruction, television , interactive video, and other technologies to convey information
Use teleconferencing, telecommunications, and computer technologies to distance learning
Involve individuals, families, and groups in planning and implementing plans for lifestyle or health behavior modification
Determine family , peer and community support for behavior conducive to health Utilize social and family support and family support system to enhance effectiveness
of lifestyle or health behavior modification
Describes rationale for deviating from a health regiment...
34
Nursing diagnosis Ineffective Self Health Management
Related factor complexity of health care system, complexity of therapeutic regiment , decisional conflict, deficient
knowledge, economic difficulties, excessive demands made (e.g individual, family), family conflict, family patterns of
health care, inadequate number of cues to action, perceived barriers, seriousness, benefits, and susceptibility,
powelessness, regimen, social support deficit as evidence by failure to include treatment regimen in daily living and to
take action to reduce risk factors, ineffective choice in daily living for meeting health goals, report desire to manage the
illness, report difficulty with prescribed regimens.
Intervention (NIC) Outcome (NOC)
Self Efficacy Enhancement
Explore individual`s perception of his/her capability to perform the desired behavior
Explore individual`s perception of benefits of executing the desired behavior Identify individual`s perception of risks of not executing the desired behavior Identify barriers to changing behavior
Provide information about the desired behavior
Assist individual to commit to a plan of action for changing behavior Reinforce confidence in making behavior changes and taking action
Provide an environment supportive to learning knowledge and skills needed to carry out the behavior
Use teaching strategies that are culturally and age-appropriate (e.g., games, computer assisted instruction, or conversation maps)
Model/demonstrate desired behavior Engage in role play to rehearse behavior
Provide positive reinforcement and emotional support during the learning
Compliance Behavior Accepts diagnosis...
Seeks reputable information about diagnosis ... Discusses prescribed treatment regiment with health
professional ...
Performs treatment regimen as prescribed ... Keep appointments with health professional ... Report changes in symptomps to health professional
...
Modifies treatment regiment as directed by health professional...
Monitor medication therapeutic effects ... Perform self-screening whe directed ...
Perform activities of daily living as prescribed... Seeks external reinforcement for performance of
Intervention (NIC) Outcome (NOC) process and while implementing the behavior
Provide positive reinforcement and emotional support during the learning process and while implementing the behavior
Provide opportunities for mastery experiences (e.g., successful implementation of the behavior)
Use positive persuasive statements regarding the individual`s ability to carry out the behavior
Encourage interaction with other individuals who are successfully changing their behavior (e.g., support group or group education participation)
Prepare individual for the physiologic and emotional states that may be experienced during initial attempts to carry out a new behavior
Measurement Scale
Judul Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian
Pengalaman Self-Care
Hasil penelitian menunjukkan baiknya pemahaman informan
tentang penyakit ginjal kronik dan hemodialisis melalui pemahaman
informan akan pengalaman riwayat dahulu, masalah psikologis yang
dialami informan seperti stress dan masalah ketidakberdayaan