• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

KOPING PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS

YANG MENJALANI HEMODIALISA

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H.ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh Ernita Novalia B

061101069

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul Penelitian : Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan.

Nama : Ernita Novalia B

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Penyakit gagal ginjal kronis merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversibel tanpa memperhatikan penyebabnya. Pasien gagal ginjal kronis akan menjalani hemodialisa sepanjang hidup apabila pasien tersebut tidak menjalani transplantasi ginjal. Kondisi ketergantungan kepada mesin dialisa dan perubahan gaya hidup terencana berhubungan dengan terapi hemodialisa menjadi masalah bagi pasien sehingga diperlukan cara dalam mengatasi masalah tersebut. Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,

menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam. Koping yang dilakukan ada dua yaitu adaptif dan maladaptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui koping yang dilakukan pasien penderita penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUP H.Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif murni. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisa kurang dan sama dengan satu tahun di RSUP H.Adam Malik Medan dengan jumlah sampel 41 orang. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner strategi koping dengan skala Likert. Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Dari hasil penelitian 26 atau 63,42% responden melakukan koping adaptif dan 15 atau 36,58% responden melakukan koping yang maladaptif. Koping yang paling sering digunakan pasien adalah spiritual. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengidentifikasi mekanisme koping terkait data demografi.

(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit H.Adam Malik

Medan yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dengan bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya penelitian dan penulisan skripsi ini terlaksana dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, MKes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina T. Siregar, MKep, SpKMB, selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, MKes, selaku dosen penguji I yang telah memberi masukan kepada penulis.

5. Ibu Jenny M. Purba, S.Kp, MNS, selaku dosen penguji II dan selaku pembimbing akademik yang banyak memberi masukan kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 6. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas

(5)

7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan yang telah memberikan izin penelitian dan kepada seluruh perawat di unit hemodialisa Rumah Sakit H.Adam Malik Medan yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.

8. Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada ayahanda Edison Butarbutar dan Ibunda Samaria Sinaga yang paling penulis sayangi dan cintai yang selalu bekerja keras, memberikan yang terbaik dan selalu berdoa untuk penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Tua/Mak Tua Jesica beserta seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menjalani pendidikan. Untuk adik-adikku tersayang (Dyanti, Irvan dan Irwan) terimakasih buat doa dan motivasi kalian, sungguh kalian selalu membuatku belajar dan belajar menjadi seorang kakak yang sebenarnya, You are always in my heart. Teman kelompok kecilku (K Dewi, K Martha, Desita, Efelyna dan Ester) dan teman-temanku yang terkasih (Yunita, Yohana, Henny, Murni, Mei, Efrida, Mona) terima kasih atas doa, saran, dukungan dan persaudaraan terhadap penulis. Teman-temanku satu angkatan serta seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih buat doa dan motivasi yang kalian berikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

2. Perumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Gagal Ginjal Kronis ... 6

1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis... 6

1.2 Stadium Gagal Ginjal Kronis ... 6

1.3 Etiologi Gagal Ginjal kronis ... 7

1.4 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis ... 8

1.5 Terapi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis... 11

2. Hemodialisa ... 13

1.1 Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialisa ... 13

1.2 Komplikasi ... 14

3. Koping... 16

1.1 Definisi Koping... 16

1.2 Sumber Strategi Koping... 17

1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koping ... 19

1.4 Macam-macam Koping... 20

1.5 Metode Koping... 21

1.6 Koping Terhadap Penyakit... 23

1.7 Mekanisme Koping ... 25

BAB 3. KERANGKA PENELITIAAN 1. Kerangka Teoritis... 27

2. Definisi Operasional... 28

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 29

2. Populasi dan Sampel... 29

3. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 30

4. Pertimbangan Etik Penelitian... 30

5. Instrumen Penelitian ... 31

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 33

7. Pengumpulan Data... 34

(7)

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian... 36 2. Pembahasan Penelitian ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Penelitian... 48 2. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA... 50 LAMPIRAN

1. Informed Consent

2. Jadwal Tentatif Penelitian

3. Taksasi Dana

4. Instrumen Penelitian

5. Hasil Penelitian

6. Hasil uji reliabilitas instrumen

7. Surat ijin penelitian

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi operasional variabel penelitian... 27 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden... 36 Tabel 5.2 Empat Strategi Koping Optimis Terhadap Masa Depan yang

digunakan pasien yang menjalani hemodialisa berdasarkan

jumlah persentase skor sering ... 37 Tabel 5.3 Lima Strategi Koping Menggunakan Dukungan Sosial yang

digunakan pasien yang menjalani hemodialisa berdasarkan

jumlah persentase skor sering ... 38 Tabel 5.4 Lima Strategi Koping Menggunakan Sumber Spiritual

yang digunakan pasien yang menjalani hemodialisa

berdasarkan jumlah persentase skor sering ... 38 Tabel 5.5 Enam Strategi Koping Mencoba Tetap Mengotrol Situasi

Atau Perasaan yang digunakan pasien yang menjalani

hemodialisa berdasarkan jumlah persentase skor sering ... 39 Tabel 5.6 Lima Strategi Koping Mencoba Menerima Kenyataan

Yang Ada yang digunakan pasien yang menjalani

hemodialisa berdasarkan jumlah persentase skor sering ... 40 Tabel 5.7 Koping pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

Judul Penelitian : Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan.

Nama : Ernita Novalia B

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Penyakit gagal ginjal kronis merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversibel tanpa memperhatikan penyebabnya. Pasien gagal ginjal kronis akan menjalani hemodialisa sepanjang hidup apabila pasien tersebut tidak menjalani transplantasi ginjal. Kondisi ketergantungan kepada mesin dialisa dan perubahan gaya hidup terencana berhubungan dengan terapi hemodialisa menjadi masalah bagi pasien sehingga diperlukan cara dalam mengatasi masalah tersebut. Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,

menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam. Koping yang dilakukan ada dua yaitu adaptif dan maladaptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui koping yang dilakukan pasien penderita penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUP H.Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif murni. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisa kurang dan sama dengan satu tahun di RSUP H.Adam Malik Medan dengan jumlah sampel 41 orang. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner strategi koping dengan skala Likert. Data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Dari hasil penelitian 26 atau 63,42% responden melakukan koping adaptif dan 15 atau 36,58% responden melakukan koping yang maladaptif. Koping yang paling sering digunakan pasien adalah spiritual. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk mengidentifikasi mekanisme koping terkait data demografi.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gagal ginjal kronis merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversibel tanpa memperhatikan penyebabnya (Isselbacher, 2000). Istilah penyakit ginjal tahap akhir atau end stage renal disease sering digunakan oleh pemerintah seperti

Health Care Financing Administration (HCFA) dan telah menjadi sinonim gagal ginjal kronis. Sidabutar, 1992 (dalam Lubis, 2006) menyatakan bahwa gagal ginjal kronis semakin banyak menarik perhatian dan makin banyak dipelajari karena walaupun sudah mencapai gagal ginjal tahap akhir akan tetapi penderita masih dapat hidup panjang dengan kualitas hidup yang cukup baik di samping prevalensinya yang terus meningkat setiap tahun.

(12)

Jakarta pada tahun 2006 ada sekitar 100.000 orang lebih penderita gagal ginjal di Indonesia.

Gagal ginjal kronis dimana fungsi ginjal sudah rusak sehingga diperlukan terapi seperti cuci darah (dialisa) setiap jangka waktu tertentu atau transplantasi (Pearce, 1995). Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC, 2006) hemodialisa merupakan terapi yang paling sering digunakan pada penderita gagal ginjal kronis. Suhardjono, 2007 dalam Arifin, 2009 menyatakan bahwa penderita gagal ginjal tahap akhir dengan terapi pengganti ginjal di Indonesia mengalami peningkatan dengan insiden rata-rata tahun 2006 sebesar 30,7 % penduduk pertahun. Di RSUN Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dijumpai sebanyak 120 orang pasien gagal ginjal yang menjalani pengobatan hemodialisa (Buletin Info ASKES, 2006). Di Medan di RSUP Haji Adam Malik dijumpai 87 orang kasus gagal ginjal, di RSUD Dr. Pirngadi dijumpai sebanyak 109 orang kasus gagal ginjal, di RS Swasta (RS Rasyida) sebanyak 78 orang kasus gagal ginjal yang secara rutin menjalani pengobatan hemodialisa (Sinaga, 2007).

Pasien hemodialisa dirawat di rumah sakit atau unit hemodialisa dimana mereka menjadi pasien rawat jalan. Sebagian besar pasien membutuhkan waktu 12-15 jam hemodialisa setiap minggunya yang terbagi dalam dua atau tiga sesi dimana setiap sesi berlangsung 3-6 jam. Kegiatan ini akan berlangsung terus menerus seumur hidupnya kecuali pasien menjalani transplantasi ginjal (Brunner & Suddarth,2005).

(13)

hemodialisa. Waktu yang diperlukan untuk terapi hemodialisa akan mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial. Hal ini dapat menciptakan konflik, frustrasi, rasa bersalah serta depresi di dalam keluarga. Gaya hidup terencana berhubungan dengan terapi hemodialisa, pembatasan asupan makanan dan cairan, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta komplikasi hemodialisa menjadi dasar perubahan gaya hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa (Brunner & Suddarth, 2001; Sarafino & Taylor dalam Smet, 1994).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Caninsti, R pada tahun 2007 di unit hemodialisa RSAL Mintoharjo Jakarta menyatakan bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa khawatir dan takut jika pada proses hemodialisa terjadi hal-hal diluar dugaan yang menyebabkan penderita meninggal dunia. Penderita juga mengalami depresi berupa hilangnya minat melakukan aktivitas yang menyenangkan, rasa bersalah kepada keluarga, isteri/suami karena merasa dirinya sebagai beban, dan perasaan tidak berdaya karena ketergantungan pada hemodialisa seumur hidup.

Perubahan yang terjadi dalam hidup pasien hemodialisa merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya stress yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kesakitan dan pola perilaku individu. Banyak reaksi emosional yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa mengharuskan pasien tersebut bereaksi dan mengatasi masalah yang dialaminya dengan menggunakan koping yang ada dalam dirinya.

(14)

dan persepsi mereka terhadap kemungkinan dampak terhadap kehidupan, keluarga dan gaya hidup mereka (Avillion, 2005). Koping yang digunakan individu terhadap penyakit bisa mencoba merasa optimis terhadap masa depan, menggunakan dukungan sosial, menggunakan sumber spiritual, mencoba tetap mengontrol situasi atau perasaan,dan mencoba menerima kenyataan yang ada.

Koping yang digunakan oleh pasien dalam menjalani terapi hemodialisa akan mempengaruhi respon koping terhadap masalah yang dihadapinya. Respon individu bisa adaptif atau maladaptif tergantung faktor yang mempengaruhinya baik dari internal maupun eksternal. Respon koping adaptif merupakan respon koping yang baik tetapi jika respon koping pasien maladaptif dapat memperburuk kondisinya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui koping apa yang digunakan oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.

2. Perumusan Masalah

Bagaimanakah koping pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan?

3. Tujuan Penelitian

(15)

4. Manfaat Penelitian

1). Bagi instansi kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang koping yang umumnya digunakan pasien gagal ginjal kronis dalam menjalani terapi hemodialisa sehingga instansi kesehatan dapat meningkatkan pelayanan dan mengantisipasi kemungkinan hal buruk yang terjadi pada pasien hemodialisa..

2). Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini akan dapat memberikan informasi tentang gambaran koping pasien gagal ginjal kronis dalam menjalani terapi hemodialisa sehingga dapat menjadi dasar bagi praktisi keperawatan untuk membantu menerapkan strategi koping dalam memberikan asuhan keperawatan.

3). Bagi penelitian selanjutnya

(16)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Gagal Ginjal Kronis

1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut (Sidabutar dkk,2001). Gagal ginjal kronis terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya untuk mengekskresi sisa metabolisme dari dalam tubuh sehingga terjadi gangguan fungsi endokrin dan metabolisme, gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, serta asam basa. Brunner & Suddarth (2001) menyatakan bahwa gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.

1.2 Stadium Gagal Ginjal Kronis

Klasifikasi gagal ginjal kronis tidak selalu sama. Price & Wilson (2005) membagi perjalan klinis umum gagal ginjal kronis menjadi tiga stadium. Stadium pertama disebut penurunan cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin serum, kadar nitrogen dan urea darah (BUN) normal, serta gejalanya asimtomatik.

(17)

Stadium ketiga merupakan stadium akhir gagal ginjal kronis yang sering disebut gagal ginjal terminal atau uremia. Penyakit ginjal stadium akhir terjadi apabila sekitar 90% dari massa nefron telah rusak, atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. Pada stadium ini penderita mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Pada gagal ginjal tahap akhir urin menjadi isoosmotis, penderita biasanya menjadi oligurik dan terjadi sindrom uremik yang mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh.

1.3 Etiologi Gagal Ginjal kronis

Gagal ginjal kronis merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang yang progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Perjalanan gagal ginjal tahap akhir hingga tahap terminal bervariasi dari 2-3 bulan hingga 30-40 tahun.

(18)

8).Nefropati obstruktif pada traktus urinarius bagian atas seperti batu ginjal, neoplasma, fibrosis retroperitoneal dan nefropati obstruktif pada traktus urinarius bagian bawah seperti hipertrofiprostat, anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra.

Selain penyebab tersebut ada empat faktor risiko utama dalam perkembangan gagal ginjal tahap akhir yaitu usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Gagal ginjal tahap akhir yang disebabkan oleh nefropati hipertensif 6,2 kali lebih sering terjadi pada orang Afrika-Amerika daripada orang kaukasia. Secara keseluruhan insiden gagal ginjal tahap akhir lebih besar pada laki-laki yaitu 56,3% daripada perempuan 43,7% (Fauci & Longo s, 2001; Price & Wilson, 2005).

1.4 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis

(19)

Gagal ginjal ditandai dengan berbagai jenis gangguan biokimia. Salah satu gangguan biokimia akibat sindrom uremik yaitu asidosis metabolik berupa pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan yang dalam dan berat, yang timbul karena kebutuhan untuk meningkatkan ekskresi karbon dioksida. Selain asidosis metabolik, pada gagal ginjal kronis juga terjadi ketidakseimbangan Kalium dan Natrium. Ketidakseimbangan Natrium dan kalium akan mempengaruhi kerja jantung dan bisa menyebabkan gagal jantung kongestif (Brunner & Suddarth, 2005; Peterson, 1995).

Gangguan pada sistem perkemihan yang berhubungaan erat dengan metabolisme cairan. Berat jenis urin yang relatif konstan sekitar 1,010 mOsm menunjukkan hilangnya kemampuan pengenceran urin dari kadar plasma. Hal tersebut mengakibatkan penderita uremia mudah mengalami perubahan keseimbangan cairan yang akut. Diare atau muntah dapat menyebabkan dehidrasi secara cepat, sementara asupan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema, dan gagal jantung kongestif (Brunner & Suddarth,2005; Carpenter & Lazarus, 1984; Tierney,dkk, 1993).

(20)

Penimbunan pigmen urin terutama urokrom bersama anemia pada insufisiensi ginjal lanjut akan menyebabkan kulit penderita putih seakan-akan berlilin dan kekuning-kuningan. Pada orang berkulit coklat, kulit akan berwarna coklat kekuning-kuningan, sedangkan pada orang berkulit hitam akan berwarna abu-abu bersemu kuning, terutama di daerah telapak tangan dan kaki. Selain itu kulit menjadi kering dan bersisik. Jika kadar natrium tinggi akan timbul kristal uremik di permukaan kulit yang berkeringat (Brunner & Suddarth, 2005; Roesman,1992; Kresnawan & Sukardjini, 1992).

Manifestasi saluran cerna dari uremia antara lain anoreksia, mual, muntah, adanya rasa kecap logam pada mulut, napas berbau amonia, peradangan dan ulserasi pada mulut, lidah kering dan berselaput. Pada gagal ginjal tahap akhir, metabolisme internal protein, karbohidrat, dan lemak mengalami keabnormalan (Brunner & Suddarth, 2005; Roesman,1992; Kresnawan & Sukardjini, 1992).

(21)

1.5 Terapi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis

Menurunnya fungsi ginjal dan semakin buruknya gejala uremia pada gagal ginjal kronis tahap akhir mengharuskan diberikannya pengobatan kepada penderita. Wilson (2005) menyatakan bahwa pengobatan gagal ginjal kronis dibagi dalam dua tahapan, dimana tahap pertama merupakan tindakan konservatif yang ditujukan untuk meredakan atau memperlambat perburukan progresif fungsi ginjal dan tahap kedua yaitu tindakan untuk mempertahankan kehidupan dengan dialisis dan transplantasi ginjal. Prinsip-prinsip penatalaksanaan konservatif didasarkan pada batas ekskresi yang dapat dicapai ginjal yang terganggu. Tindakan konservatif berupa diet, pembatasan cairan, dan konsumsi obat-obatan (Suhardjono, 2001; Potter & Perry, 2005; Wilson,2005).

(22)

Wilson (2005) mendefinisikan dialisa sebagai suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya. Penggunaan dialisa ditujukan untuk pengobatan gagal ginjal kronis pertamakali diusulkan oleh Abel, Rowntree & Turner pada tahun 1913 (Gibson, 1983; Van Stone, 1983).

Pada dialisa, molekul solut berdifusi melalui membran semipermiabel dengan cara mengalir dari sisi cairan yang lebih pekat atau konsentrasi solut lebih tingggi ke cairan yang lebih encer atau konsentrasi solut lebih rendah. Cairan mengalir lewat membran semipermiabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi (Daugirdas, Blake & Ing, 2001; Brunner & Suddarth, 2001; Daugirdas & Wilson, 2005; Van Stone 1983).

Potter & Perry (2005) menyatakan bahwa ada beberapa indikasi pelaksanaan dialisis yaitu gagal ginjal yang tidak dapat lagi dikontrol dengan penatalaksaan konservatif, perburukan gejala uremia yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik tahap akhir, gangguan cairan dan elektrolit serta yang tidak dapat dikontrol oleh tindakan yang lebih sederhana.

(23)

2. Hemodialisa

Hemodialisa ialah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar di dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialiser (Aristianty, 2008). Dialiser terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Satu kompartemen berisi darah dan kompartemen lain berisi cairan dialisat. Hemodialisa pertama kali digunakan pada manusia di Jerman pada tahun 1915 oleh George Haas di Universitas Klinik Giessen. Sedangkan di Indonesia hemodialisa dimulai pada tahun 1970. Hemodialisa bisa dilakukan di rumah atau di pusat-pusat hemodialisa (Suhardjono dkk, 2001; Van Stone, 1983).

2.1 Prinsip-prinsip yang Mendasari Hemodialisa

Pada hemodialisa aliran darah yang mengandung limbah metabolik dialirkan dari tubuh pasien ke dialiser untuk dibersihkan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Pertukaran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membran semipermeabel tubulus.

(24)

untuk memfasilitasi pengeluaran air sehingga tercapai isovolemia (Brunner & Suddarth, 2001).

Hemodialisa bagi penderita gagal ginjal kronis akan mencegah kematian yang lebih cepat. Namun hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik yang dilaksanakan oleh ginjal.

Di indonesia hemodialisa dilakukan 2 kali seminggu dengan setiap hemodialisia dilakukan selama 5 jam, tetapi ada juga yang melakukan 3 kali seminggu dengan lama dialisis 4 jam, hal ini bergantung pada keadaan penderita. Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun (Price & Wilson, 2005; Suhardjono dkk, 2001). Namun banyak komplikasi yang terjadi akibat terapi hemodialisa yang mempengaruhi kehidupan pasien hemodialisa.

2.2 Komplikasi Hemodialisa

Komplikasi yang bisa terjadi saat pasien melakukan hemodialisa antara lain hipotensi, emboli udara, nyeri dada, pruritus, gangguan keseimbangan dialisis, kram otot yang nyeri, mual, muntah, perembesan darah, sakit kepala, sakit punggung, demam, menggigil, sindrom disekuilibrium, aritmia temponade jantung, perdarahan intrakranial, kejang, hemolisis, hiperlipidemia, gangguan tidur dimana pasien selalu bangun lebih cepat di pagi hari, dan hipoksemia. (Brunner & Suddarth, 2005; Stone & Rabin, 1983; Suhardjono dkk, 2001).

(25)

Penderita menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit kronik, dan ketakutan terhadap kematian. Pasien-pasien yang lebih muda khawatir terhadap pernikahan mereka, anak-anak yang dimiliki dan beban yang ditimbulkan kepada keluarga mereka. Gaya hidup terencana berhubungan dengan terapi hemodialisa dan pembatasan asupan makanan serta cairan sering menghilangkan semangat hidup pasien (Brunner & Suddarth, 2005).

Hemodialisa menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu yang diperlukan untuk terapi hemodialisa akan mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustrasi, rasa bersalah serta depresi di dalam keluarga. Keluarga pasien dan sahabat-sahabatnya mungkin memandang pasien sebagi orang yang terpingkirkan dengan harapan hidup yang terbatas. Barangkali sulit bagi pasien, pasangan, dan keluarganya untuk mengungkapkan rasa marah serta perasaan negatif. Terkadang perasaan tersebut membutuhkan konseling dan psikoterapi (Brunner & Suddarth,2005).

(26)

hemodialisa. Jika rasa marah tersebut di proyeksikan kepada orang lain, hal ini dapat merusak hubungan keluarga (Brunner & Suddarth,2005).

3. Koping

3.1 Definisi Koping

Penderita gagal ginjal kronik yang mengalami stres atau ketegangan psikologis dalam menghadapi penyakit dan terapi yang dijalaninya memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan agar dapat mengurangi stres yang dialaminya. Pasien akan menggunakan berbagai cara dalam menghadapi masalahnya. Cara-cara itulah yang disebut dengan koping.

Ada banyak definisi koping yang dikemukakan para ahli. Kelliat (1999) mendefenisikan koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam. Sedangkan menurut Rasmun (2004) koping merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Koping juga diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi.

Coping is the process through which the person manages the demands of the person environment relationship that are appraised as being stressful and which generate emotions.

(Lazarus & Folkman, 1984 dalam Harwood, 2009)

(27)

dengan lingkungan sedemikian rupa sehingga ia dapat mengatasi masalah yang dialaminya.

3.2 Sumber Strategi koping

Menurut Brunner & Suddarth (2001) sumber strategi koping dapat berasal dari internal dan eksternal.

a. Sumber internal

Sumber strategi koping internal berasal dari dalam pribadi orang tersebut. Sumber internal ini meliputi kesehatan dan energi yang dimilikinya, kepercayaan seseorang menyangkut kepercayaan iman atau agama dan juga kepercayaan eksistensi, komitmen atau tujuan hidup, harga diri, kontrol dan kemahiran seseorang. Selain itu pengetahuan, keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan sosial juga mempengaruhi strategi koping individu yang bersumber dari internal.

(28)

b. Sumber eksternal

Dukungan sosial merupakan sumber-daya eksternal yang utama. Cobb, 1976 dalam Brunner & Suddarth, 2001 mendefinisikan dukungan sosial sebagi rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau lebih dengan tiga kategori. Kategori informasi pertama membuat orang percaya bahwa dirinya diperhatikan atau dicintai. Kategori ini sering muncul dalam hubungan antara dua orang dimana kepercayaan mutual dan keterikatan diekspresikan dengan cara saling menolong untuk memenuhi kebutuhan bersama. Ekspresi tersebut sering disebut sebagai dukungan emosional yang paling disadari dalam hubungan suami istri.

Kategori informasi yang kedua menyebabkan seseorang merasa bahwa dirinya dianggap atau dihargai. Hal ini paling efektif saat ada pengumuman publik mengenai betapa kedudukannya di dalam kelompok cukup terpandang. Keadaan tersebut akan menaikkan perasaan harga diri sehingga disebut sebagai dukungan harga diri.

Kategori informasi ketiga membuat seseorang merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan saling ketergantungan. Informasi disebarkan oleh anggota jaringan, dimana setiap anggota jaringan memahami informasi tersebut dan menyadari bahwa informasi tersebut telah disebarkan diantara mereka. Cobb menekankan bahwa dukungan sosial akan meningkatkan kepribadian mandiri, sebaliknya tidak menyebabkan ketergantungan.

(29)

mudah bagi individu yang mempunyai sumber finansial yang memadai karena perasaan ketidakberdayaan terhadap ancaman menjadi berkurang (Brunner & Suddarth,2001).

3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koping

Menurut Muktadin (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping meliputi kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan yang positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi.

Kesehatan fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting karena dalam usaha mangatasi stress individu dituntut untuk mengarahkan tenaga yang cukup besar. Keyakinan atau pandangan yang positif. Keyakinan menjadi sumber daya psikologi yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping yang berfokus pada masalah.

Keterampilan memecahkan masalah. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi dan tujuan menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dan tujuan untuk mengahasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sampai dengan hasil yang diinginkan tercapai dan akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

(30)

Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan.

3.4 Macam-macam Koping

Rasmun (2004) membagi koping menjadi dua macam yaitu koping psikologis dan koping psiko-sosial.

a. Koping Psikologis

Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis bergantung pada dua faktor yaitu bagaimana persepsi dan penerimaan individu terhadap stresor serta keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu. Jika strategi yang digunakan efektif maka akan menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika strategi koping yang digunakan tidak efektif akan berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

b. Koping Psiko-Sosial

Koping psiko-sosial ialah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yng diterima atau dihadapi oleh klien. Stuart & Sudden, 1991 (dalam Rasmun, 2004) mengemukakan bahwa terdapat dua kategori koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan.

(31)

kebutuhan dasar. Ada tiga macam perilaku yang berorientasi pada tugas yaitu perilaku menyerang, perilaku menarik diri dan kompromi.

Kategori kedua ialah reaksi yang berorientasi pada ego. Reaksi ini sering digunakan individu dalam menghadapi stres atau kecemasan. Jika individu melakukannya dalam waktu sesaat maka akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika digunakan dalam jangka waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunnya produktifitas kerja. Koping ini bekerja tidak sadar sehingga penyelesaiannya sering sulit dan tidak realistis.

3.5 Metode Koping

Menurut National Safety Council (2003), koping yang efektif merupakan suatu proses mental untuk mengatasi tuntutan yang dianggap sebagai tantangan terhadap sifat seseorang. Ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu metode jangka panjang dan metode jangka pendek (Bell, 1977 dalam Rasmun, 2004).

(32)

berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi; mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu.

Metode koping Jangka Pendek digunakan untuk mengurangi stres atau ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang. Cara yang termasuk ke dalam metode ini meliputi menggunakan alkohol dan obat-obatan; melamun dan fantasi; mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak meyenangkan; tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil; banyak tidur; merokok; menangis; dan beralih pada aktif aktivitas lain agar dapat melupakan masalah.

Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Rasmun, 2004).

3.6 Koping Terhadap Penyakit

(33)

ulang prioritas kebutuhan dan peran, menurunkan tingkat harapan, melakukan kompromi, membandingkan dengan orang lain, perencanaan aktivitas untuk menghemat energi, dan memahami tubuhnya.

Merasa optimis mengenai masa depan yaitu adanya harapan akan kesembuhan penyakitnya, adanya pikiran yang berpusat pada kepercayaan dasar bahwa setiap masalah ada solusinya.

Menggunakan dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan dukungan verbal, saran, bantuan yang nyata atau tindakan yang diberikan oleh orang-orang yang akrab degan subjek di dalam lingkungan sosialnya . Dukungan ini juga dapat berupa kehadiran orang tertentu dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

Menggunakan sumber spiritual, seperti berdoa dan menemui pemuka agama atau aktif pada kegiatan-kegiatan kerohanian juga menjadi cara koping dalam menghadapi masalah terutama yang disebabkan oleh penyakit. Mendekatkan diri kepada Tuhan juga bisa dilakukan dengan meminta saran atau mencari informasi yang berasal dari alim ulama atau pemuka agama.

Mengontrol situasi maupun perasaan, merupakan pengendalian diri tanpa menunjukkan emosi atau bereaksi dengan tenang (Wortman, Loftus & Weaver, 1999).

(34)

menjadi sumber psikologis yang sangat penting untuk membentuk koping seseorang dalam menghadapi masalahnya.

Pasien maupun keluarga menggunakan kombinasi antar koping yang berfokus pada emosi maupun yang berfokus pada masalah dalam meghadapi stresor yang berhubungan dengan penyakit. Menurut Keliat (1998) koping berfokus pada masalah melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor, yaitu:

1. Berbicara dengan orang lain, teman, keluarga dan perawat tentang masalahnya dan mencari jalan keluar dari nasihat orang lain.

2. Mencari tahu lebih banyak informasi tentang situasi yang dihadapi melalui buku, masmedia atau orang yang ahli.

3. Berhubungan dengan kekuatan supranatural. Melakukan kegiatan ibadah, menambah kepercayaan diri dan mengembangkan pandangan yang positif.

4. Melakukan latihan penanganan stres, dengan latihan pernafasan, meditasi, visualisasi dan stop berpikir.

5. Membuat berbagai alternatif tindakan dalam menangani situasi.

6. Belajar dari pengalaman masa lalu, tidak mengulangi kegagalan yang sama.

(35)

penelitian tentang koping pasien hemodialisa kronik yang dilakukan Kumar, Udaya T.R, Almaray,A., Soundarajan, P., Abraham,G. di Chennai India pada tahun 2003. Namun hasil yang berbeda diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Yeh,S.J & Chou,H pada tahun 2002 di Taiwan, dimana penelitian dilakukan pada pasien yang berusia lebih dari 15 tahun dan telah menjalani hemodialisa lebih dari tiga bulan. Dari hasil penelitian Yeh & Chou tersebut diperoleh bahwa pasien hemodialisa lebih sering menggunakan koping yang berorientasi pada emosi, menghindar dan menyendiri sedangkan koping yang berorientasi pada masalah jarang digunakan.

3.7 Mekanisme Koping

(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi koping pasien gagal ginjal kronis dalam menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dimana kerangka penelitian menggunakan model teori pendekatan sistem yang terdiri dari komponen masukan (input), proses, dan keluaran (output).

Dalam penelitian ini diuraikan sebagai input adalah stresor pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa, proses mengidentifikasi koping yang digunakan oleh pasien gagal ginjal dalam menjalani terapi hemodialisa sedangkan keluaran adalah koping apa yang digunakan oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa dalam menghadapi masalah yang terjadi.

Skema 3.1. Kerangka penelitian koping pasien gagal ginjal kronis dalam menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(37)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1Defenisi operasional variabel penelitian

Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala Koping

pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani terapi hemodialisa

Upaya yang dilakukan oleh pasien gagal ginjal kronis dalam mengatasi dan

menyelesaikan masalah yang ada selama menjalani terapi hemodialisa., diidentifikasi menjadi lima bagian yaitu optimis terhadap masa depan, dukungan sosial, kepercayaan spiritual, kontrol diri, dan menerima kenyataan

Kuesioner 1. 25-61.5 mal adaptif 2. 62.5-100 adatif

(38)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi koping pasien gagal ginjal kronis dalam menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dimana kerangka penelitian menggunakan model teori pendekatan sistem yang terdiri dari komponen masukan (input), proses, dan keluaran (output).

Dalam penelitian ini diuraikan sebagai input adalah stresor pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa, proses mengidentifikasi koping yang digunakan oleh pasien gagal ginjal dalam menjalani terapi hemodialisa sedangkan keluaran adalah koping apa yang digunakan oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa dalam menghadapi masalah yang terjadi.

Skema 3.1. Kerangka penelitian koping pasien gagal ginjal kronis dalam menjalani terapi hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(39)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1Defenisi operasional variabel penelitian

Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala Koping

pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani terapi hemodialisa

Upaya yang dilakukan oleh pasien gagal ginjal kronis dalam mengatasi dan

menyelesaikan masalah yang ada selama menjalani terapi hemodialisa., diidentifikasi menjadi lima bagian yaitu optimis terhadap masa depan, dukungan sosial, kepercayaan spiritual, kontrol diri, dan menerima kenyataan

Kuesioner 1. 25-61.5 mal adaptif 2. 62.5-100 adatif

(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif murni dengan tujuan untuk mengetahui koping yang dilakukan oleh pasien gagal ginjal kronis dalam menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa kurang dan sama dengan satu tahun di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan. Adapun jumlah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa selama satu tahun terakhir di Rumah Sakit H.Adam Malik Medan adalah 163 orang. Pasien tersebut ada yang rawat jalan dan ada yang rawat inap. Menurut Arikunto (2005) jika populasi lebih dari 100 maka dalam penentuan sampel dapat diambil antara 20-25% dari jumlah populasi. Dalam penelitian ini diambil sampel sebesar 25% dari populasi yaitu 41 orang pasien gagal ginjal kronis yang telah menjalani hemodialisa kurang dan sama dengan satu tahun.

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakanpurposive sampling,

(41)

karena gagal ginjal kronis, menjalani hemodialisa kurang dan sama dengan satu tahun, berusia di atas atau sama dengan 17 tahun, dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sedangkan kriteria ekslusi ialah pasien yang koma, pasien yang menjalani hemodialisa tapi bukan karena gagal ginjal kronis, dan pasien yang berusia dibawah 17 tahun.

3. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di unit hemodialisa Rumah Sakit H.Adam Malik Medan pada bulan Februari 2010 sampai Maret 2010. Peneliti memilih RSUP H.Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian karena Rumah Sakit ini memiliki unit hemodialisa dan jumlah pasien yang cukup banyak sehingga mudah didapatkan subjek penelitian, lokasinya strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti serta rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

(42)

sebagai gantinya peneliti menggunakan inisial nama, kebebasan responden dari rasa sakit baik fisik maupun tekanan psikologis.

Peneliti terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan maksud penelitian. Setelah responden bersedia menjadi subjek penelitian responden menandatangani lembar persetujuan (informmed consent). Peneliti tidak memaksa responden ketika responden menolak atau mengundurkan diri saat penelitian, peneliti tetap menghargai hak responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini (Nursalam, 2003).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu: 1) kuesioner berisi data demografi, 2) kuesioner koping pasien gagal ginjal kronis dalam menjalani hemodialisa.

1). Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi meliputi nama (inisial), usia, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pekerjaan, suku bangsa, dan tingkat pendidikan.

(43)

sesuai konsep pada tinjauan kepustakaan. Kuesioner ini terdiri dari empat pernyataan menyatakan optimis terhadap masa depan yaitu pernyataan nomor 1,3,13,25; lima pernyataan yang menyatakan menggunakan dukungan sosial yaitu pernyataan nomor 6,7,9,11,22; lima pernyataan menyatakan menggunakan sumber spiritual yaitu pernyataan nomor 5,18,19,20,24; enam pernyataan menyatakan mencoba tetap mengotrol situasi atau perasaan yaitu pernyataan nomor 4,8,12,14,15,21; dan lima pernyataan menyatakan mencoba menerima kenyataan yang ada yaitu pernyataan nomor 2,10,16,17,23.

Kuesioner koping menggunakan skala Likert yang dibagi menjadi empat tingkatan yaitu Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Kadang-kadang (KK) dan Sering (SR). Kuesioner koping terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Pernyataan yang negatif ada lima yaitu pernyataan nomor 4,8,13,19,22 sedangkan selebihnya merupakan pernyataan positif. Setiap tingkatan untuk pernyataan yang positif diberi nilai dimana nilai 1 untuk Tidak Pernah, nilai 2 untuk Jarang, nilai 3 untuk Kadang-kadang, dan nilai 4 untuk sering. Untuk pernyataan yang negatif diberi nilai 4 untuk Tidak pernah, nilai 3 untuk Jarang, nilai 2 untuk Kadang-Kadang dan nilai 1 untuk Sering. Dari penilaian tersebut diperoleh nilai minimum 25 dan nilai maksimum 100. Menurut Sudjana (1992) untuk menghitung panjang kelas menggunakan rumus statistik:

p =

MR

(44)

perhitungan diperoleh range 25 dan jumlah kelas ada 2 sehingga didapat panjang kelas adalah 37,5. Batasan nilai masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

maladaptif : nilai 25-61,5 adaptif : nilai 62,5-100

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner koping pasien ada yang menggunakan Jalowiec Coping Scale dan ada yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan kepustakaan, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada semua kuesioner. Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang diteliti. Penelitian tentang validitas ini bersifat subyektif dan keputusan apakah instrumen sudah mewakili atau tidak. Uji validitas dilakukan oleh ahli dalam bidang keperawatan jiwa.

(45)

7. Pengumpulan Data

Setelah peneliti memperoleh ijin dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan direktur Rumah Sakit Umum H.Adam Malik Medan peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian pada bulan Februari sampai Maret 2010. Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan cara memberi kuesioner pada responden yang diawali dengan perkenalan, penjelasan tujuan pengisian kuesioner dan menanyakan persetujuan responden. Setelah responden menandatangi surat persetujuan, peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner.

Responden yang tidak mampu mengisi sendiri dibantu oleh peneliti dengan cara membacakan kuesioner dan responden memberikan jawaban. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya mengenai hal yang tidak dimengerti responden selama pengisian kuesioner. Peneliti juga melakukan observasi terhadap lingkungan dan kondisi pasien saat mengisi kuesioner. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti meminta kembali kuesioner, dikumpulkan dan selanjutnya dilakukan pengolahan atau analisa data.

8. Analisa Data

(46)

analisa data. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS.

(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian tentang koping pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di unit hemodialisa rumah Sakit H.Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan mulai tanggal 16 Februari 2010 sampai 16 Maret 2010 terhadap 41 orang responden yang sedang menjalani hemodialisa dibawah dan sama dengan 1 tahun di unit hemodialisa Rumah Sakit H.Adam Malik Medan.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yaitu data demografi responden dan koping pasien selanjutnya dianalisa apakah koping yang dilakukan oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa adaptif atau maladaptif.

1.1 Distribusi Karakteristik Responden

(48)

Tabel 5.1.Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n=41)

4. 47-55 tahun 14 34.1

5. 56-64 tahun 8 19.5

1. Belum menikah 6 14.6

2. Menikah 31 75.6

3. Janda/duda 4 9.8

4. Agama

1. Islam 16 39

2. Kristen protestan 18 43.9

3. Katolik 3 7.3

4. Perguruan tinggi 7 17.1

7. Pekerjaan

1. Bertani 4 9.8

2. PNS/TNI/POLRI 8 19.5

3. Pegawai swasta 14 34.1

4. Tidak bekerja 10 24.4

5. Lain-lain 5 12.2

1.2 Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa

(49)

dukungan sosial, menggunakan sumber spiritual, kontrol diri dan menerima kenyataan. Kelima koping tersebut digunakan untuk mengetahui adaptif tidaknya koping yang dilakukan pasien.

Tabel 5.2 menggambarkan lima strategi koping yang digunakan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa berdasarkan persentase skor sering . Responden yang menyemangati diri sendiri sebanyak 46.3%, percaya bahwa terapi hemodialisa akan membantu memulihkan keadaannya sebanyak 43.9% dan yang yakin bahwa keadaannya akan baik-baik saja sebanyak 36.6%.

Tabel 5.2Empat Strategi Koping Optimis Terhadap Masa Depan yang digunakan pasien yang menjalani hemodialisa berdasarkan jumlah persentase skor sering

No Koping optimis terhadap masa depan Frekuensi Persentase 1.

2. 3.

4.

Yakin bahwa keadaan saya akan baik-baik saja.

Percaya bahwa terapi hemodialisa akan membantu memulihkan keadaan saya. Saya memikirkan cara lain dalam mengatasi penyakit saya untuk

mengganti terapi hemodialisa terutama yang berhubungan dengan kekuatan supranatural.

Menyemangati diri sendiri karena saya harus tetap tegar, tidak boleh menyerah

15

Tabel 5.3 menggambarkan lima strategi koping menggunakan dukungan sosial yang digunakan oleh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berdasarkan persentase skor sering . Responden yang menyerahkan semua keputusan tentang terapi kepada keluarga sebanyak 68.3%, meminta dukungan dan bantuan dari keluarga sebanyak 48.8% dan menceritakan masalah yang dialami selama menjalani hemodialisa kepada petugas kesehatan sebanyak 41.5%.

(50)

No Koping optimis terhadap masa depan Frekuensi Persentase (%)

Saya mencari informasi tentang terapi hemodialisa dari buku, majalah, atau media lain.

Saya menceritakan masalah yang saya hadapi dalam menjalani hemodialisa dengan orang yang juga menjalani terapi yang sama.

Saya menceritakan masalah yang saya alami selama menjalani hemodialisa kepada petugas kesehatan.

Meminta dukungan dan bantuan dari keluarga.

Tabel 5.4 menunjukkan lima stategi koping menggunakan sumber spiritual yang digunakan oleh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berdasarkan persentase skor sering . Responden yang berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan sebanyak 85.4%, yakin Tuhan akan selalu memberi kekuatan sebanyak 80.5% dan mencari ketenangan dengan relaksasi atau rekreasi sebanyak 31.7%.

Tabel 5.4Lima Strategi Koping Menggunakan Sumber Spiritual yang digunakan pasien yang menjalani hemodialisa berdasarkan jumlah persentase skor sering

N

o Koping optimis terhadap masa depan Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3. 4. 5.

Saya berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Saya mencari ketenangan dengan relaksasi atau rekreasi.

Saya berpikir untuk bunuh diri. Saya yakin bahwa Tuhan akan selalu memberi kekuatan bagi saya.

Mengerjakan sesuatu hal untuk

mengatasi kecemasan meski tidak yakin akan berhasil

(51)

hemodialisa berdasarkan persentase skor sering . Responden yang membuat hemodialisa yang merupakan kondisi yang sulit menjadi mudah dan dapat diatasi sebanyak 48.8%, menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjaga kesehatan sebanyak 48.8%, berusaha untuk tetap tenang dan santai saat menjalani terapi sebanyak 43.9%.

Tabel 5.5 Enam Strategi Koping Mencoba Tetap Mengotrol Situasi Atau Perasaan yang digunakan pasien yang menjalani hemodialisa berdasarkan jumlah persentase skor sering

No Koping optimis terhadap masa depan Frekuensi Persentase (%) 1.

Saya menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjaga kesehatan.

Saya menyembunyikan perasaan sedih saya dan berusaha untuk tegar

dihadapan orang lain.

Saya tetap megikuti kegiatan yang pernah saya ikuti sebelumnya. Saya menahan diri terhadap hal-hal yang bertantangan dengan terapi. Berusaha membuat hemodialisa yang merupakan kondisi yang sulit menjadi mudah dan dapat diatasi.

Saya berusaha untuk tetap tenang dan santai saat menjalani terapi

(52)

Tabel 5.6 Lima Strategi Koping Mencoba Menerima Kenyataan Yang Ada yang digunakan pasien yang menjalani hemodialisa berdasarkan jumlah persentase skor

sering

No Koping optimis terhadap masa depan Frekuensi Persentase (%) 1.

2. 3.

4. 5.

Saya menerima keadaan apa adanya. Saya mencoba menemukan hikmah dari kondisi saya saat ini.

Saya menganggap pantangan-pantangan terapi hemodialisa itu adalah suatu yang baik.

Menerima hemodialisa sebagai suatu kenyataan yang harus dihadapi. Saya melakukan hal-hal yang masih bisa saya lakukan untuk keluarga.

15

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa yang melakuka kopingnya adaptif sebanyak 26 orang (63.42%) dan responden yang melakukan kopingnya maladaptif sebanyak 15 orang (36.58).

Tabel 5.7Koping pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUP H.Adam Malik Medan

No Koping pasien hemodialisa Frekuensi Persentase

1. Adaptif 26 63.42

2. Maladaptif 15 36.58

2. Pembahasan Koping Pasien

(53)

masalah terkait penyakit gagal ginjal kronis dan hemodialisa yang mereka jalani dengan menggunakan koping yang konstruktif.

Hasil penelitian ini didukung penelitian Caninsti, 2007 bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa telah mampu menyesuaikan diri dengan penyakitnya dan beranggapan bahwa dengan menjalani terapi hemodialisa bukan berarti tidak dapat lagi beraktivitas. Pasien juga sadar bahwa pengaturan nutrisi dalam menjalani hemodialisa dilakukan agar kondisi tubuhnya tetap stabil dan sehat sehingga tidak mengurangi semangat mereka.

Kepercayaan dan keyakinan serta adanya dukungan yang kuat dari orang lain terutama keluarga memberikan ketenangan batin bagi pasien dalam menjalani hemodialisa. Hal ini yang menyebabkan pasien melakukan koping adaptif walaupun tidak terlepas dari pengaruh berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pasien sehingga melakukan koping yang adaptif antara lain faktor keyakinan, pandangan yang positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi serta kondisi lingkungan dan pelayanan saat menjalani hemodialisa (Muktadin,2002).

(54)

Dalam penelitian ini sebanyak 85.4% responden menggunakan strategi koping spiritual dengan berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan landasan Bangsa Indonesia pada sila pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa yang mencerminkan bahwa Indonesia adalah negara beragama. Agama mengajarkan bahwa ada Tuhan yang mengatur kehidupan ini sehingga kita harus tetap berserah kepadaNya. Responden pada penelitian ini mayoritas beragama Kristen protestan. Dalam ajaran agama Kristen doa dan kepercayaan sebagai penyembuh merupakan respon terhadap penyakit (Potter & Perry, 2005). Semua yang terjadi akan indah pada waktunya dan sudah ada dalam rancangan Tuhan oleh karena itu berserah dan bersyukur dalam doa kepadaNya adalah hal yang paling penting dilakukan.

Strategi koping lainnya yang menbantu pasien untuk melakukan koping adaptif yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan sumber daya eksternal utama dalam menghadapi masalah (Brunner & Suddarth, 2001) dan menurut Mechanic, 1962 (dalam Potter dan Perry, 2005) dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap masalah yang dihadapinya. Dukungan sosial membuat seseorang merasa bahwa dirinya diperhatikan, dicintai, dihargai dan akan meningkatkan kepribadian mandiri dari individu tersebut. Dukungan sosial bisa didapat dari keluarga, lingkungan dan tim kesehatan.

(55)

dan saran-saran mengenai strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan mengajak orang lain berfokus pada aspek-aspek yang lebih positif.

Dukungan dari orang lain di luar keluarga juga memberikan pengaruh positif pada pasien. Responden penelitian ini sebagian besar suku batak dengan hubungan kekerabatan sangat tinggi. Apabila ada orang yang mengalami kemalangan atau sakit maka kerabat akan datang silih berganti untuk memberi penghiburan kepada orang yang mengalami kemalangan atau sakit tersebut (Sudiharto, 2007). Dukungan ini memperlihatkan kepedulian dan kasih sayang bagi pasien sehingga sangat berarti baginya dalam melakukan koping yang adaptif dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani hemodialisa.

(56)

hemodialisa dan beradaptasi dengan baik terhadap perubahan gaya hidup karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya.

Dukungan sosial tidak hanya diperoleh pasien dari keluarga atau teman tetapi juga dari profesional kesehatan dimana dukungan yang diberikan membantu untuk menyesuaikan diri dengan pengalamannya dan memecahkan masalah dalam upaya beradaptasi dengan kondisi pelayanan kesehatan (van Sarvellen,1984 dalam Anderson & McFarlane, 2006). Asumsi peneliti bahwa dengan konsultasi kepada perawat atau dokter tentang masalah yang mereka hadapi dalam menjalani hemodialisa akan memberikan pengetahuan kepada pasien tentang penyakit dan hemodialisa yang dijalaninya.

Strategi lainnya yaitu mencoba tetap mengotrol situasi atau perasaan juga membantu pasien untuk melakukan koping yang positif. Strategi ini diperlukan pasien dengan penyakit kronis. Dalam penelitian ini sebanyak 48.8% responden sering menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjaga kesehatan sehingga harus menjalani hemodialisa. Namun keadaan tersebut tidak menjadi sesuatu yang memperburuk kondisi pasien karena mereka bisa menyikapinya dengan berusaha membuat hemodialisa yang merupakan kondisi yang sulit menjadi mudah dan dapat diatasi. Hal ini menjadi kendali bagi pasien dalam mengatasi masalahnya dan memungkinkan mereka mengambil tindakan guna meningkatkan kesehatan sehingga bisa mengubah kebiasaan buruk mereka dan beradaptasi dengan kondisi saat ini.

(57)

untuk membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan adanya internet dan media komunikasi lainnya seperti Televisi, media massa, majalah, buku, dan handphone semakin memudahkan pasien untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan termasuk tentang hemodialisa, sehingga pengetahuan pasien tentang hemodialisa akan meningkat. Pengetahuan yang lebih tentang hemodialisa akan mempengaruhi koping pasien dalam menjalani hemodialisa dimana pengetahuan memberikan perasaan memiliki kendali dalam diri pasien. Hal tersebut membuat pasien semakin optimis terhadap masa depannya (Harwood,dkk 2009).

Menerima kenyataan yang ada dan sadar akan keadaan dirinya yang menderita suatu penyakit membuat individu cenderung mencari hikmah dari keadaan tersebut. Namun dalam penelitian ini responden yang mampu menerima keadaan apa adanya hanya 36.6%. Hal ini berkaitan dengan respon individu terhadap penyakit. Penyakit gagal ginjal kronis dan hemodialisa yang harus dijalani pasien mengkibatkan perubahan gaya hidup dengan masa depan yang tidak pasti membuat responden menyangkal keadaan yang dialaminya (Brunner & Suddarth, 2001).

(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dibuat kesimpulan dan saran penelitian mengenai koping pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan.

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: dari 41 responden pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit H.Adam Malik Medan responden berusia 47-55 tahun sebanyak 31,4%, responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58,5%, responden yang memiliki pasangan hidup sebanyak 75,6%, responden beragama Kristen protestan sebanyak 43.9%, responden suku bangsa batak sebanyak 60%, responden lulusan SMA sebanyak 41,5% dan responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 34,1%. Responden yang melakukan koping adaptif sebanyak 63,42%, responden yang melakukan koping yang maladaptif sebanyak 36,58%. Jadi sebagian besar responden dalam penelitian ini melakukan mekanisme koping yang adaptif. Strategi koping yang paling sering digunakan adalah spiritual sebanyak 85,4%.

2. Saran

a. Bagi Praktik Keperawatan

(59)

dan menjadi pertimbangan dalam pemberian asuhan keperawatan tentang koping pasien hemodialisa.

b. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi pendidikan keperawatan mengenai koping pasien yang menjalani hemodialisa.

c. Bagi Penelitian Keperawatan

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. & McFarlane, J.(2006).Buku Ajar Keperawatan Komunita: Teori dan praktek(edisi 3).Jakarta:EGC

Arikunto, S. (2005).Manajemen Penelitian(ed rev). Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, A. (2009). Instalasi Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin. Diunduh

tanggal 31 Agustus 2009 dari:

http://hemodialisarsudulinbanjarmasin.blogspot.com/

Avram, M.M(editor). (1982). Prevention of Kidney Disease and Long-Term Survival.New York: Plenum Publishing Corporation.

Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8, vol 1-2).

Jakarta: EGC.

Caninsti,R. (2007). Gambaran Kecemasan dan Depresi pada Penderita Gagal Ginjal kronis yang Menjalani Hemodialisa. Diunduh tanggal 18 Oktober

2009 dari:

http://www.ui.ac.id/opac/themes/libri/detail.jsp?id=94222&lokasi=lokal Carpenter,C.B & Lazarus,J.M. (1984). Dyalisis and Transplantation in the

Treatment of Renal Failure. Dalam R.G.Petersdorf, R.D. Adams, E.Braundwald, K.J. Isselbacher, J.B. Martin & J.D. Wilson (Eds)

Harrison s Principles of Internal Medicine: Asian Edition (10thed). Singapore: Mc Graw-Hill International Book Company.

Chou, H., & Yeh, S.J. (2002). Coping Strategies and Stressors in Patients With Hemodialysis. Diunduh tanggal 18 Oktober 2009 dari: http://www.psychosomaticmedicine.org/cgi/content/full/69/2/182

Cormier-Daigle, M. & Stewart, M.(1997). Support and Coping of Male Hemodialysis-dependent Patients. Diunduh tanggal 18 Oktober 2009 dari: http://www.sciencedirect.com/science?_ob=Article

Daugirdas,J.T., Blake,P.G. & Ing,T.S. (2001). Handbook of Dialysis (3rded.) Philadelphia:Lippincott Willians & Wilkins

(61)

Fauci & Longos. 2001.Harrison s Principles of Internal Medicine(15th ed). New York: McGraw-Hill.

Ganong, W.F. (2002).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (edisi 20). Jakarta: EGC. Harwood, L. dkk. (2009). Stressors and Coping in Individuals With Chronic

Kidney Disease. Diunduh tanggal 31 Agustus 2009 dari: http://proquest.umi.com/pqweb?did .

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Jalowiec. (1979).Coping Scale.Unpublished.

Keliat,B.A. (1998).Penatalaksaan Stres.Jakarta:EGC. Keliat,B.A. (1999).Penatalaksaan Stres.Jakarta:EGC.

Kresnawan, R. & Sukardjini, K. (1992). Penyusunan Diet pada Penderita Gagal Ginjal Kronik dengan Terapi Konservatif. Dalam R.P. Sidabutar & Suhardjono (Eds.), Gizi pada Gagal Ginjal Kronik: Beberapa Aspek Penatalaksanaan.Jakarta: Perhimpunan Nefrologi Indonesia.

Kumar, U.T.R., Amalray,A., Soundarajan, P. Abraham, G. (2003). Level of Stress and Coping Abilities in Patients on ChronicHhemodialysis and Peritoneal Dialysis. Diunduh tanggal 18 Oktober 2009 dari: http://medind.nic.in/iav/t03/i3/iavt03i3p89.pdf

Lazarus & Folkman, S. (1989).Stres, Apprasial and Coping.New York:Springer. Long, B.C., & Phipps, W.J. (1989). Essentials of Medical-Surgical

Nursing: a Nursing Process Approach.St. Louis: Mosby.

Lubis, A. J. (2006).Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal Ginjal Terminal Yang Melakukan Terapi Hemodialisa.Diunduh tanggal 2 September 2009 dari: http://library.usu.ac.id/download/fk/06010311.pdf.

Missouri, F., & Worret-Holoday. (1996). Psychiatric Menthal Health Nursing(2nded). Toronto: Mosby.

Muktadin. (2002).Konsep Koping dalam Pelayanan Keperawatan. Jakarta:EGC National Safety Council. (2003).Manajemen Stres. Jakarta:EGC.

(62)

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.

Pdepersi. (2000). Pengobatan Gagal Ginjal Kronik, Betapa Mahalnya. Diunduh tanggal 31 Agustus 2009, dari: http://www.pdpersi.co.id

Peterson, J.C. (1995). Chronic Renal Failure. Dalam C.C. Tisher & C.S. Wilcox (Eds.), Nephrology: House Officer Series (3rd ed.). Maryland: Williams and Wilkins.

______Penulisan Daftar Pustaka (bibliography) dan Kutipan (citation) dengan Gaya (style) APA (American Psychological Association). Diunduh tanggal 2 Oktober 2009 dari:

http://mmjar.itmaranatha.org/wp-content/uploads/daftar-pustaka-dan-kutipan.pdf.

Polit & Hungler (1999). Nursing Research principles and Methods. Philadhelpia: WB Saunders Lippinacoot.

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan (edisi 4, vol 1-2). Jakarta: EGC.

Price & Wilson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit

(edisi 6, vol 2). Jakarta: EGC.

Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi: Teori dan Pohon Masalah Keperawatan(edisi 1). Jakarta: Sagung Seto.

Santrock,J.W. (1998).Adolescence(11thed). Boston: The McGraw Hill.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sidabutar,R.P. dkk. (2001). Gagal Ginjal Kronik. DalamBuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam(edisi 3). Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Sinaga, U. M. (2007). Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat dalam Masalah Pengandaan Donor Organ Manusia. Diunduh tanggal 30 September 2009 dari:http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_usul_maja di_sinaga.pdf .

Smet, B. (1994).Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Sophia, S. (2002).Petunjuk Sitasi Serta Cantuman Daftar Pustaka Bahan Pustaka

(63)

Stone, W.J., & Rabin, P.L. (1983). End-Stage Renal Disease. New York: Academic Press, inc.

Stuart, G.W., & Sundeen, S. J. (1998). Buku Saku: Keperawatan Jiwa (edisi 3). Jakarta: EGC.

Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural.Jakarta:EGC.

Tierney,L.M., Jr, McPhee, S.J., Papdakis, M.A. & Schroeder, S.A. (Eds.). (1993).

Current Medical Diagnosis & Treatment: A Lange Medical Book. New Jersey: Prentice-Hall International.

Tjokronegoro, A., & Sudarsono, S. (1999).Metodologi Penelitian Bidang

Kedokteran (cetakan ketiga). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Van Stone, J.C. (1993). Dialysis and the Treatment of Renal Insufficiency. New York: Grune & Stratton, inc.

Wade, Carole& Tavris, Carol. (2007).Psikologi(edisi 9). Jakarta: Erlangga. Wortman,C.B., Lotfus, E.F., Weaver,C. (1999). Psychology 5th edisi. USA: The

(64)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Oleh :

Ernita Novalia B

Saya adalah mahasiswi Program S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi koping yang digunakan oleh pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, penelitian ini tidak akan memberikan dampak yang membahayakan bagi kesehatan Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu bersedia maka saya akan memberikan kuisioner kepada Bapak/Ibu untuk dijawab yang meliputi pernyataan tentang data demografi dan koping. Saya mengharapkan Bapak/Ibu menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan apa yang dialami oleh Bapak/Ibu saat ini.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Atas partisipasi Bapak/Ibu saya mengucapkan terimakasih.

Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi peserta dalam penelitian ini, silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini.

Medan,

Peneliti Responden

( Ernita Novalia B) ( )

Nomor Responden :

(65)

Lampiran 2

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No Kegiatan September Oktober November Januari Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul penelitian 3 Menyiapkan proposal

penelitian

4 Mengajukan sidang proposal 5 Sidang proposal penelitian 6 Revisi proposal penelitian 7 Mengajukan izin penelitian 8 Pengumpulan data

9 Analisa data

10 Penyusunan laporan/skripsi 11 Pengajuan sidang skripsi 12 Ujian sidang

13 Revisi

14 Mengumpulkan skripsi

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi operasional variabel penelitian
Tabel 3.1 Defenisi operasional variabel penelitian
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n=41)
Tabel 5.2 Empat Strategi Koping Optimis Terhadap Masa Depan yang digunakanpasien yang menjalani hemodialisa berdasarkan jumlah persentase skor �sering�
+4

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh

mengontruksi siswa untuk belajar sedangkan pada fase tersebut sebaiknya peserta didik diberikan permasalahan, namun belum terlihat adanya masalah. 2) Pada sintak

[r]

usaha terhadap jenis bantuan yang diharapkan dari penyuluh perikanan, persepsi pelaku usaha terhadap frekuensi kehadiran penyuluh perikanan yang dibutuhkan di lokasi usaha,

Ada hubungan interval persalinan dalam kejadian VBAC dan interval persalinan memiliki peluang 4,387 kali dalam keberhasilan dilakukannya VBAC dengan interval persalinan

Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi swasta, belanja pemerintah, dan tenaga kerja pada sektor primer terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor primer

Portofolio: menilai laporan peserta didik tentang kaidah-kaidah penulisan teks laporan hasil observasi Tes tertulis: menilai kemampuan peserta didik dalam memahami,