• Tidak ada hasil yang ditemukan

EYD makalah dan analisis (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EYD makalah dan analisis (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENYALAHGUNAAN TANDA BACA SURAT NIAGA KORESPONDENSI BAHASA INDONESI

Dra. Ponco Dewi K. MM

Disusun Oleh:

1. Intannisa Nur K.

2.

Siti Nafilah

(8105164118)

ADMINISTRASI PERKANTORAN B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas analisis kasus ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Korespondensi Bahasa Indonesia dengan judul “Penyalahgunaan Tanda Baca Surat Niaga”.

Dalam Penulisan analisis ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak yang kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan analisis ini.

Semoga analisis sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami ibu Dra. Ponco Dewi yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih.

Jakarta, 24 Mei 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

(4)

BAB I PENDAHULUAN

Pada umumnya orang Indonesia dapat berbahasa Indonesia untuk keperluan sehari-hari, dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat penghubungan. Kita tentu juga punya kemampuan berbahasa Indonesia sebagai alat perhubungan; mampu membaca majalah yang ditulis dalam bahasa Indonesia, dan mampu, misalnya menulis surat dalam bahasa Indonesia. Kemampuan itu jelas beragam, ada yang mampu membaca hanya dengan kata-kata, ada pula yang mampu membaca dengan menafsirkan serta menyimpulkan isi bacaan, ada yang tidak teratur atau seenaknya, ada pula yang mampu menulis dengan susunan kalimat yang teratur, pilihan kata yang baik dan ejaan yang tertib.

Kemampuan berbahasa Indonesia itu tentunya dapat ditingkatkan terus-menerus melalui kegiatan belajar dan berlatih menggunakan bahasa Indonesia yang terus menerus pula. Sebagai warganegara yang baik, kita seyogianya mempelajari seluk-beluk pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang santun, sopan, dan yang tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau dialek (Efendi, 1995: 3). Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia dan ejaan bahasa Indonesia yang resmi.

Pada dasarnya, ketika berkomunikasi, manusia mengharpkan dapat melakukan komunikasi yang sebaik-baiknya baik secara lisan maupun tertulis. Namun, seringkali sesuatu yang baik yang menjadi idaman hamper setiap manusia itu tidak selalu terpenuhi semuanya untuk sepanjang waktu. Ada kalanya apa yang diinginkan manusia terpenuhi; ada kalanya harapan manusia tidak dapat terpenuhi. Dalam berbahasa dapat terjadi hal yang demikian. Tanpa disengaja penutur mengucapkan suatu kalimat yang salah. Seringpula tanpa disadari kekeliruan dalam mengucapkan suatu kalimat. Kesalahan itu dapat membuat orang lain tidak dapat memahami orang lain. Adapula kalimat yang diungkapkanya keliru, tetapi maknanya masih dapat dipahami orang lain.

(5)

kelengkapan kalimat serta ejaan dalam sebuah tulisan dapat mengungkapkan gagasan atau pikiran yang jelas (Efendi, 1995: 10). Kejelasan gagasan dalam sebuah tulisan akan memudahkan pembaca memahami tulisan itu.

Tekanan, nada, jeda, atau lagu yang nenudahkan pemahaman bahasa ragam lisan tidak dituliskan secara lengkap dalam bahasa ragam tulis. Oleh karena itu, dalam memahami sebuah tulisan, pembaca bertumpu pada keteraturan serta kelengkapan kalimat dan kecermatan ejaan dalam tulisan itu.

Dari latar belakang di atas maka pengarang berniat memaparkan kesalahan dalan ejaan terutama dalam tanda baca, yang tidak dituliskan secara lengkap dalam bahasa lisan. Masalah yang akan dibahsaa dalam makalah ini adalah sebagai berikut: bagaimana definisi analisis kelasahan bahasa tulis?, Apa saja jenis kesalahan penggunaan tanda baca?, Bagaimana jenis-jenis tanda baca

Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut: Mendeskripsikan definisi analisis kelasahan bahasa tulis, Mengidentifikasi jenis kesalahan penggunaan tanda baca, Mendeskripsikan jenis-jenis tanda baca.

Manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah manfaat teoritis dan manfaat paktis.

BAB II PEMBAHASAN Hakikat Kesalahan Berbahasa

Menurut Crystal (dalam Pateda 1989: 32), analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi secara sistemik kesalahan-kesalahan yang dilaksanakan peserta didik yang sedang mempelajari bahasa atau bahasa kedua dengan menggunakan teori dan prosedur linguistik. Dalam kaiatanya dengan kesalahan linguistik dibedakan antara istilah kesalahan berbahasa (error) dengan kekeliruan berbahasa (mistakes).

(6)

morfologi, sintaksis, dan semantik. Objek analisis kesalahan berbahasa tidak berbeda dengan objek linguistik. Artinya yang dijadikan objek analisis kesalahan berbahasa adalah secara umum pemakaian bahasa yang dilakukan oleh peserta didik. Namun bukan semua jenis pemakaian bahasa menjadi objek analisis kesalahan berbahasa, melainkan hanya pemakaian bahasa yang bersifat formal atau resmi, antara lain pemakaian bahasa tulis pada laporan penelitian, karya ilmiah (skripsi, tesisi, disertasi, dan makalah), laporan kegiatan (seperti kegiatan workshop, lokakarya, seminar, praktik kerja lapangan, dan lain-lain).

Di samping pemakaian bahasa tulis formal, pemakaian bahasa lisan formal menjadi objek analisis kesalahan berbahasa. Objek itu berdasarkan bidangnya dapat dikelompokkan sebagaimana bidang linguistik. Artinya, ada objek analisis berbahasa pada tataran fonologi, objek analisis kesalahan bidang morfologi, sintaksis, dan semantik.

Kesalahan Penggunaan Tanda Baca 1. Tanda titik (.)

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan seruan atau pertanyaan.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagab, ikhtisar atau daftar.

c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka

waktu.

e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang berakhir dengan tanda Tanya dan

tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatanya.

g. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatanya yang menunjukkan

jumlah.

h. Tanda titik dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel,

dan sebagainya. 2. Tanda koma (,)

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya

yang didahului oleh kata seperti, tetapi / melainkan.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk

(7)

d. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu

mengiringi iinduk kalimat.

e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat

pada awal kalimatt. Termasuk di dalamnya oleh, karena itu, jadi, lagi, pula, meskipun begitu,

akan tetapi.

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, aduh, kasihan dari kata yang lain

yang terdapat di dalam kalimat.

g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

h. Tanda koma dipakai di antar nama alamat, bagian-bagian kalimat, tempat dan taggal, dan nama

tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannnya dalam daftar

pustaka.

j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk

membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan

dengan angka.

m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

n. Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baaca—di belakang keterangan yang

terdapat pada awal kalimat.

o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang

megiringinya dalam kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. 3. Tanda titik koma (;)

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan

setara.

b. Tanda titik koma dipakai sebagai penggganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang

setara di dalam kalimat majemuk. 4. Tanda titik dua (:)

a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau

(8)

b. Tanda titik koma tidak dapat dipakai jikka rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap

yang mengakhiri pernyataan.

c. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian

d. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama kata yang menunnjukkan pelaku dalam

percakapan.

e. Tanda titik dua dipakai (i) di antarra jilid atau nommor dann halaman, (ii) di antara bab dan ayat

judul dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

5. Tanda hubung (-)

a. Tanda hubung menyambungkan suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan

bagian kata di depannya pada pergantian baris.

c. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.

d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

e. Tand ahubung boleh dipakai untuk memperjelash (i) hubungan bagian-bagian kata atau

ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata

f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan

huruf capital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf capital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing

6. Tanda pisah (—)

a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan di luar bangun

kalimat.

b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat

menjadi lebih jelas.

c. Tanda pisah dipaka di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke “ atau “ sampai

dengan”

7. Tanda ellipsis (…)

a. Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus—putus

b. Tanda eipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagia yang dihilangkan.

(9)

a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

b. Tanda tanya dipaki dalam tanda kurung untuk menyatakann bagian kliamat yang disangsikan

atau yang kurang dapat dibuktikan kebenaranya. 9. Tanda seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah pernyataan atau ungkapan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

10. Tanda kurung ((…))

a. Tanda kurung mengapit tambahan atau penjelasan.

b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok

pembicaraan.

c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadiranya di dalam teks dapat di hilangkan.

d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.

11. Tanda kurung siku ([ … ])

a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan

pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakann bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.

b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

12. Tanda petik (“…”)

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembiacaran dan naskah atau bahan

tertulis lain

b. Tanda petik mengapit judl syair, karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat

c. Tand apetik mengapit istilah ilmiah yang kuranggf dikenal atau kata yang mempunyai arti

khusus

d. Tanda petik penutup mengikuti tand aaca yang mengakhiri petikan langsung

e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang

mebbgapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat

13. Tanda petik tunggal (‘…’)

a. Tanda petik tunggal mengapit petikan tanda petik tunggal mengapit petikan tunggal mengapit

petikan yang tersusun di dalam oetikan lain

(10)

14. Tanda garis miring ( / )

a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa

satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap

15. Tanda penyingkat (‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Contoh Pemakaian Tanda Baca

2.1.1 Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:

1. Ayahku tinggal di Solo. 2. Biarlah mereka duduk di sana.

3. Dia menanyakan siapa yang akan datang.

Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. Misalnya:

1. Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A. 2. Dia memerlukan meja, kursi, dsb.

3. Dia mengatakan, “kaki saya sakit.”

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya:

a Saputra S. Ibrahim b George W. Bush

(11)

Tanda titik yang dilingkari warna biru di atas, dalam penempatannya tidak tepat. Seharusnya tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama. Jadi tanda titik di atas seharusnya ditempatkan setelah huruf “s” yang merupakan singkatan nama. Berikut perbaikannya: “Ny. Arjanti S.”

3. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:

a. III. Departemen Pendidikan Nasional A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini

2. …

b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

(12)

Misalnya:

pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik) Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut:

(1)Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.

Misalnya:

a pukul 9.00 pagi b pukul 11.00 siang

(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.

Misalnya:

a pukul 00.45 b pukul 07.30 c pukul 22.00

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Misalnya:

a 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) b 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

c 0.0.30 jam (30 detik)

6. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

Misalnya:

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab

(13)

Catatan:

Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan. 7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang

menunjukkan jumlah. Misalnya:

1. Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

2. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. 3. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.

Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

a Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung. b Lihat halaman 2345 dan seterusnya. c Nomor gironya 5645678.

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:

a Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional b Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.

Misalnya:

(14)

Adinda

Jalan Diponegoro 82 Jakarta

21 April 2008

(4) Tanda titik dipakai untuk pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan decimal. Misalnya:

Rp200.250,75 $ 50,000.50 8.750 m 8,750 m

Jadi pada gambar diatas penggunaan tanda titik salah. Seharusnya Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dilakukan sebagai berikut: Rp50.000 Rp60.000

2.1.2 Tanda Garis Miring

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.

Misalnya:

(15)

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata “atau”, “tiap”, dan “ataupun.”

Misalnya:

1. dikirimkan lewat darat/laut

2. harganya Rp1.500,00/lembar.harganya Rp1.500,00 tiap lembar’ 3. tindakan penipuan dan/atau penganiayaan tindakan penipuan Catatan:

Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.

Dari gambar di atas tampak tidak ada yang salah dalam penulisannya. Akan tetapi bila kita lihat lagi dengan saksama tanda garis miring yang diapit oleh dua kata itu. Penulisannya memakai spasi, seharusnya baik kata yang mendahulu tanda garis miring maupun kata yang sebelum tanda

garis miring, keduanya tidak menggunakan spasi. Berikut usulan perbaikan: “cash/kredit

disamping itu kata “kerdit” di atas seharusnya ditulis “credit” yang merupakan bentuk pasangan kata dari “cash” yang merupakan kata bahasa asing. Karena penulisan “kredit” diatas adalah kata bahasa Indonesia.

2.1.3 Tanda Kurung (( ))

1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:

a Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk). b Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).

(16)

 Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.

2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

Misalnya:

a Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

b Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri. 3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Misalnya:

a Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a). b Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.

4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. Misalnya:

a Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.

b Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.

Catatan:

Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah. Misalnya:

 Kemarin kakak saya membeli: 1) buku,

(17)

Samahalnya dengan tanda garis miring, tanda kurung pun bila mengapit suatu kata. Menempatkannya tidak memakai spasi baik diawal sebelum kata, maupun sesudah kata yang diapit. Dari gambar di atas, jelas tanda kurung yang mengapit kata “siang-siang” di atas itu, tidak tepat. Sebaiknya tanda kurung itu tidak menggunakan spasi baik sebelum kata “siang” maupun sesudah kata “siang” yang diapitnya. Misalnya: (siang-siang)

(18)

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi secara sistemik kesalahan-kesalahan yang dilaksanakan peserta didik yang sedang mempelajari bahasa atau bahasa kedua dengan menggunakan teori dan prosedur linguistik.

Ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ilmu yang digunakan sebagai dasar analisis berbahasa, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Jadi ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa adalah pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Objek analisis kesalahan berbahasa tidak berbeda dengan objek linguistik.

Artinya yang dijadikan objek analisis kesalahan berbahasa adalah secara umum pemakaian bahasa yang dilakukan oleh peserta didik. Namun bukan semua jenis pemakaian bahasa menjadi objek analisis kesalahan berbahasa, melainkan hanya pemakaian bahasa yang bersifat formal atau resmi, antara lain pemakaian bahasa tulis pada laporan penelitian, karya ilmiah (skripsi, tesisi, disertasi, dan makalah), laporan kegiatan (seperti kegiatan workshop, lokakarya, seminar, praktik kerja lapangan, dan lain-lain).

Jenis kesalahan berbahasa dalam bidang tanda baca meliputi: Tanda titik (.), Tanda koma (,), Tanda titik koma (;), Tanda titik dua (:), Tanda hubung (-), Tanda pisah (—), Tanda ellipsis (…), Tanda Tanya (?), Tanda seru (!), Tanda kurung ((…)), Tanda kurung siku ([ … ]), Tanda petik (“…”), Tanda petik tunggal (‘…’), Tanda garis miring ( / ), Tanda penyingkat (‘)

(19)

bahasa nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku memang sudah seharusnya diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

B. Saran

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka. Tarigan, Henru Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1997. Analasis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Referensi

Dokumen terkait

Pola pergerakan penumpang kapal antar pelabuhan utama yang disinggahi dimana marginal output lebih besar dari 50% sesuai wilayah operasinya dapat dilihat pada Tabel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Group Investigation (GI) berbantuan media Flashcard terhadap minat dan hasil belajar

EHUMXGXO ³3 eningkatan Aktivitas Siswa dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Share di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 04 Desa Sekabuk

Hasil dari proses ekstraksi berupa slurry yang selanjutnya disaring dalam alat penyaringan. Susu kecipir hasil penyaringan dipompa menuju tangki pencampuran untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesesuaian lahan tanaman kopi Robusta ( C. canephora ) pada lahan pertanaman kopi Robusta Kelompok Tani Bina Karya Desa Pesawaran Indah,

digunakan untuk mengatur lebar tampilan awal browser sesuai dengan lebar device yang

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kemiskinan di

Tahap pertama dari teknik Hashing adalah penelusuran pada data untuk melakukan perhitungan support count dari setiap kandidat k–itemset dan pada saat yang sama