• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Pembahasan Koping Pasien

3. 4. 5.

Saya menerima keadaan apa adanya. Saya mencoba menemukan hikmah dari kondisi saya saat ini.

Saya menganggap pantangan-pantangan terapi hemodialisa itu adalah suatu yang baik.

Menerima hemodialisa sebagai suatu kenyataan yang harus dihadapi. Saya melakukan hal-hal yang masih bisa saya lakukan untuk keluarga.

15 15 13 9 22 36.6 36.6 31.7 22 29.3 Tabel 5.7 menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa yang melakuka kopingnya adaptif sebanyak 26 orang (63.42%) dan responden yang melakukan kopingnya maladaptif sebanyak 15 orang (36.58). Tabel 5.7Koping pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUP H.Adam Malik Medan

No Koping pasien hemodialisa Frekuensi Persentase

1. Adaptif 26 63.42

2. Maladaptif 15 36.58

2. Pembahasan Koping Pasien

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebanyak 63,41% responden melakukan koping yang adaptif sedangkan 36,58% melakukan koping yang maladaptif artinya sebagian besar responden beradaptasi dengan baik terhadap masalah yang timbul akibat penyakit gagal ginjal kronis yang dideritanya dan hemodialisa yang dijalaninya. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengatasi

masalah terkait penyakit gagal ginjal kronis dan hemodialisa yang mereka jalani dengan menggunakan koping yang konstruktif.

Hasil penelitian ini didukung penelitian Caninsti, 2007 bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa telah mampu menyesuaikan diri dengan penyakitnya dan beranggapan bahwa dengan menjalani terapi hemodialisa bukan berarti tidak dapat lagi beraktivitas. Pasien juga sadar bahwa pengaturan nutrisi dalam menjalani hemodialisa dilakukan agar kondisi tubuhnya tetap stabil dan sehat sehingga tidak mengurangi semangat mereka.

Kepercayaan dan keyakinan serta adanya dukungan yang kuat dari orang lain terutama keluarga memberikan ketenangan batin bagi pasien dalam menjalani hemodialisa. Hal ini yang menyebabkan pasien melakukan koping adaptif walaupun tidak terlepas dari pengaruh berbagai faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pasien sehingga melakukan koping yang adaptif antara lain faktor keyakinan, pandangan yang positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi serta kondisi lingkungan dan pelayanan saat menjalani hemodialisa (Muktadin,2002).

Strategi koping spiritual berupa keyakinan dan kepercayaan merupakan koping psikososial yang sangat penting yang akan memberikan harapan hidup bagi seseorang dan menjadi sumber koping positif (Lazarus & Folkman, 1989). Ketika penyakit menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantunya ke arah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Kekuatan spiritualitas seseorang dapat menjadi faktor penting dalam cara menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis (Potter & Perry, 2005).

Dalam penelitian ini sebanyak 85.4% responden menggunakan strategi koping spiritual dengan berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan landasan Bangsa Indonesia pada sila pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa yang mencerminkan bahwa Indonesia adalah negara beragama. Agama mengajarkan bahwa ada Tuhan yang mengatur kehidupan ini sehingga kita harus tetap berserah kepadaNya. Responden pada penelitian ini mayoritas beragama Kristen protestan. Dalam ajaran agama Kristen doa dan kepercayaan sebagai penyembuh merupakan respon terhadap penyakit (Potter & Perry, 2005). Semua yang terjadi akan indah pada waktunya dan sudah ada dalam rancangan Tuhan oleh karena itu berserah dan bersyukur dalam doa kepadaNya adalah hal yang paling penting dilakukan.

Strategi koping lainnya yang menbantu pasien untuk melakukan koping adaptif yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan sumber daya eksternal utama dalam menghadapi masalah (Brunner & Suddarth, 2001) dan menurut Mechanic, 1962 (dalam Potter dan Perry, 2005) dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap masalah yang dihadapinya. Dukungan sosial membuat seseorang merasa bahwa dirinya diperhatikan, dicintai, dihargai dan akan meningkatkan kepribadian mandiri dari individu tersebut. Dukungan sosial bisa didapat dari keluarga, lingkungan dan tim kesehatan.

Dukungan yang kuat dari keluarga, orang terdekat terutama pasangan hidup pasien akan mempengaruhi koping yang dilakukan pasien dalam menghadapi masalahnya. Niven (2002) mengatakan dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan mekanisme koping individu dengan memberikan dukungan emosi

dan saran-saran mengenai strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan mengajak orang lain berfokus pada aspek-aspek yang lebih positif.

Dukungan dari orang lain di luar keluarga juga memberikan pengaruh positif pada pasien. Responden penelitian ini sebagian besar suku batak dengan hubungan kekerabatan sangat tinggi. Apabila ada orang yang mengalami kemalangan atau sakit maka kerabat akan datang silih berganti untuk memberi penghiburan kepada orang yang mengalami kemalangan atau sakit tersebut (Sudiharto, 2007). Dukungan ini memperlihatkan kepedulian dan kasih sayang bagi pasien sehingga sangat berarti baginya dalam melakukan koping yang adaptif dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani hemodialisa.

Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa juga sering memperoleh dukungan sosial dengan berbagi cerita bersama orang-orang yang juga mengalami kondisi yang sama dengannya. Sesuai dengan pendapat Davison dkk., 2000 dalam Wade & Tavres, 2007 bahwa pertemanan dan hubungan dengan keluarga yang informal tidak cukup untuk membantu seseorang dalam mengahadapi masa-masa sulit. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang mengalami penyakit dan masalah yang sama memberikan mjjotivasi dan manfaat bagi pasien untuk tetap bertahan dalam menghadapi masalahnya. Dukungan ini diperoleh pasien dengan bercerita, bertanya dan berbagi pengalaman dengan orang-orang yang telah lebih dulu atau yang sudah menjalani hemodialisa dalam waktu yang lama. Tindakan ini memberi motivasi bagi pasien untuk tetap semangat dalam menjalani hidup sekalipun harus tetap menjalani

hemodialisa dan beradaptasi dengan baik terhadap perubahan gaya hidup karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya.

Dukungan sosial tidak hanya diperoleh pasien dari keluarga atau teman tetapi juga dari profesional kesehatan dimana dukungan yang diberikan membantu untuk menyesuaikan diri dengan pengalamannya dan memecahkan masalah dalam upaya beradaptasi dengan kondisi pelayanan kesehatan (van Sarvellen,1984 dalam Anderson & McFarlane, 2006). Asumsi peneliti bahwa dengan konsultasi kepada perawat atau dokter tentang masalah yang mereka hadapi dalam menjalani hemodialisa akan memberikan pengetahuan kepada pasien tentang penyakit dan hemodialisa yang dijalaninya.

Strategi lainnya yaitu mencoba tetap mengotrol situasi atau perasaan juga membantu pasien untuk melakukan koping yang positif. Strategi ini diperlukan pasien dengan penyakit kronis. Dalam penelitian ini sebanyak 48.8% responden sering menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa menjaga kesehatan sehingga harus menjalani hemodialisa. Namun keadaan tersebut tidak menjadi sesuatu yang memperburuk kondisi pasien karena mereka bisa menyikapinya dengan berusaha membuat hemodialisa yang merupakan kondisi yang sulit menjadi mudah dan dapat diatasi. Hal ini menjadi kendali bagi pasien dalam mengatasi masalahnya dan memungkinkan mereka mengambil tindakan guna meningkatkan kesehatan sehingga bisa mengubah kebiasaan buruk mereka dan beradaptasi dengan kondisi saat ini.

Kemajuan teknologi juga mempengaruhi pasien untuk melakukan koping yang adaptif. Kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi memudahkan pasien memperoleh pengetahuan dan informasi tentang gagal ginjal dan hemodialisa

untuk membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan adanya internet dan media komunikasi lainnya seperti Televisi, media massa, majalah, buku, dan handphone semakin memudahkan pasien untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan termasuk tentang hemodialisa, sehingga pengetahuan pasien tentang hemodialisa akan meningkat. Pengetahuan yang lebih tentang hemodialisa akan mempengaruhi koping pasien dalam menjalani hemodialisa dimana pengetahuan memberikan perasaan memiliki kendali dalam diri pasien. Hal tersebut membuat pasien semakin optimis terhadap masa depannya (Harwood,dkk 2009).

Menerima kenyataan yang ada dan sadar akan keadaan dirinya yang menderita suatu penyakit membuat individu cenderung mencari hikmah dari keadaan tersebut. Namun dalam penelitian ini responden yang mampu menerima keadaan apa adanya hanya 36.6%. Hal ini berkaitan dengan respon individu terhadap penyakit. Penyakit gagal ginjal kronis dan hemodialisa yang harus dijalani pasien mengkibatkan perubahan gaya hidup dengan masa depan yang tidak pasti membuat responden menyangkal keadaan yang dialaminya (Brunner & Suddarth, 2001).

Sebanyak 36.58% responden dalam penelitian ini melakukan koping yang maladaptif artinya pasien tidak mampu mengatasi stres akibat masalah yang dihadapinya dengan menggunakan koping yang konstruktif. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, pengalaman, dukungan dan kemampuan dalam memecahkan masalah.

BAB 6

Dokumen terkait