• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

VITA ZULFANI NIM: 141000662

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

VITA ZULFANI NIM: 141000662

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, November 2018

Vita Zulfani

(4)
(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S.

Anggota : Ir. Indra Chahaya S, M.Si.

dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes.

(6)

untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan dn resiko infeski penyakit yang bersumber dari limbah rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan limbah medis dan non medis, serta

pengetahuan dan sikap, tindakan perawat di RSU Haji Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif dengan cara observasi, kuesioner dan

wawancara. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 175 orang perawat, dengan jumlah sampel sebanyak 44 orang yang diambil melalui metode Simple Random Sampling. Metode pengumpulan data dilaksanakan dengan pengisian kuesioner melalui wawancara langsung dengan responden dan pengisian lembar observasi oleh peneliti. Analisis data dilaksanakan dengan analisisis unvariat yang hasilnya digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian diketahui penilaian tabel checklist observasi, RSU Haji Medan memperoleh skor sebesar 50% dari total penilaian 100% dan tidak memenuhi persyaratan karena skor minimum untuk pengelolaan limbah padat rumah sakit tipe B adalah 75%. Perilaku terhadap sistem pengelolaan limbah medis dan non medis di rumah sakit pada perawat di RSU Haji Medan sebagian besar dikategorikan baik yakni sebanyak 34 orang (77,3%) memiliki pengetahuan baik, 23 orang (52,3%) memiliki sikap baik, dan 36 orang (81,8%) memiliki tindakan yang baik, namun pengelolaan limbah medis belum memenuhi syarat sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik tidak selalu mencerminkan sistem pengelolaan yang baik pula. Kepada pihak rumah sakit agar memenuhi secara utuh pelaksanaan

pengelolaan limbah padat medis dan non medis yang meliputi tahap penampungan, pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204 tahun 2004.

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah, Rumah Sakit, Perilaku

(7)

environmental pollution and the risk of infeski disease sourced from waste home sick. Type of this research is descriptive research survey by way of observation, questionnaires and interviews. The population in this research totalled 175 people nurses, with the number of samples as many as 44 people were taken through Simple Random Sampling method. The data collection methods implemented by charging a questionnaire through the interview directly with the respondent and the charging sheet observations by researchers. Data analysis was carried out with analisisis unvariat the result described in the frequency distribution table.

Research results known to the assessment table observation checklist, RSU Haji Field obtained score of 50% of the total assessment 100% and does not meet the minimum score requirement because for the management of hospital solid waste type B is 75%. The behavior of the system of managing medical and non medical wastes in hospitals in nurse in RSU Haji mostly categorized either Field i.e. as many as 34 people (77.3%) have a good knowledge, 23 people (52.3%) have a good attitude, and 36 people (81.8%) have a good action, but the management of medical waste has not been qualified so that it can be concluded that the

knowledge, attitudes and actions which either do not always reflect the management system that good anyway. To the hospital to meet completely the implementation of solid waste management in medical and non medical which includes stage shelter, collection, transport and disposal of end of a decree of the Minister of health RI No. 1204 of the year 2004.

Keywords : Management, Waste, Hospital, Behavior

(8)

judul “PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018” disusun guna untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M., selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran bimbingan serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ir. Indra Chahaya S, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

(9)

7. Dr. Juanita, S.E., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan dukungan dan saran-saran serta membimbing selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Seluruh Dosen Beserta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Kak Dian yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis.

9. Seluruh Petugas Limbah dan Perawat di Rumah Sakit Umum Haji Medan yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

10. Ucapan terima kasih yang tulus penulis tujukan kepada Ayahanda tercinta Zul Akhyar dan Ibunda tercinta Neng Fatimah yang telah memberikan dukungan, serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

11. Teman-teman seperjuangan khususnya peminatan Kesehatan Lingkungan, atas motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Medan, November 2018

Vita Zulfani

(10)

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i

Halaman Pengesahan ii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Tujuan Umum 5

Tujuan Khusus 5

Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7

Rumah Sakit 7

Sarana Prasarana Rumah Sakit 7

Limbah Medis dan Non Medis 8

Pengertian 8

Jenis Limbah Medis 9

Bahaya Limbah Infeksius dan Benda Tajam 13

Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi 14

Bahaya Limbah Radioaktif 14

Pemilahan Limbah Medis 15

Pengelolaan Limbah Medis 17

Dampak Limbah Medis terhadap Kesehatan dan Lingkungan 20

Perawat 21

Peran Perawat dalam Pengelolaan Limbah Medis 21

Perilaku 23

Pengertian 23

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku 24

Pengetahuan 25

Pengertian 25

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 25

Tingkatan Pengetahuan 26

(11)

Tingkatan Tindakan 29

Metode Penelitian 30

Jenis Penelitian 30

Lokasi dan Waktu Penelitian 30

Lokasi 30

Waktu Penelitian 30

Populasi dan Sampel 30

Populasi 30

Sampel 30

Teknik Sampling 30

Variabel dan Definisi Operasional 33

Variabel 33

Definisi Operasional 33

Metode Pengumpulan Data 34

Data Primer 34

Data Sekunder 34

Metode Pengukuran 34

Metode Analisis Data 36

Pengolahan Data 37

Analisis Data 38

Hasil Penelitian 39

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39

Karakteristik Responden 40

Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis di RSU Haji Medan 41

Penampungan dan Pengumpulan 42

Pengangkutan 43

Pemusnahan dan Pembuangan Akhir 44

Sistem Pengelolaan Limbah Padat Non Medis RSU Haji Medan 44

Penampungan dan Pengumpulan 45

Pengangkutan 45

Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir 46 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non

Medis di RSU Haji Medan 47

Sarana Prasarana Pengelolaan Limbah Medis RSU Haji Medan 49 Pengetahuan Responden tentang Limbah Medis dan Non Medis 50 Sikap Responden tentang Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis 51 Tindakan Responden terhadap Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis 52

(12)

Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan 59 Sarana Prasarana Pengelolaan Limbah Padat Medis dan Non Medis 61 Perilaku Responden tentang Limbah Medis dan Non Medis di Rumah Sakit Umum Haji Medan 62 Kesimpulan dan Saran 64

Kesimpulan 64

Saran 65

Daftar Pustaka 66

Daftar Lampiran

(13)

1 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya 19

2 Distribusi Responden Tiap Ruangan 31

3 Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Umur 40 4 Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Jenis Kelamin 40 5 Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan 41 6 Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Masa Kerja 42 7 Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Medis 43

8 Pengangkutan Limbah Padat Medis 43

9 Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis 44 10 Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Non Medis 45

11 Pengangkutan Limbah Padat Non Medis 45

12 Tempat Pembuangan Sementara dan Pembuangan Akhir Limbah 46 Padat Non Medis

13 Hasil Observasi Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di RSU Haji

Medan 47

14 Sarana Prasarana Pengelolaan Limbah Medis 51 15 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang

Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan 52 16 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Sikap tentang

Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan 52 17 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Tindakan terhadap

Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis di RSU Haji Medan 53

(14)

1 Kerangka Konsep 30

(15)

1 Lembar Observasi 68

2 Lembar Tabel Checklist Observasi 72

3 Lembar Kuesioner 73

4 Surat Izin Penelitian 78

5 Surat Keterangan Selesai Penelitian 79

6 Output Analisis Data 80

7 Dokumentasi Penelitian 82

(16)

SOP Standart Operasional Penanganan TPS Tempat Pembuangan Sementara TPA Tempat Pembuangan Akhir B3 Bahan Berbahaya Beracun MoU Memorandum of Understanding WHO World Health Organization

(17)

tanggal 21 Agustus 1997. Penulis beragama Islam, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zul Akhyar dan Ibu Neng Fatimah.

Pendidikan formal dimulai di TK Aisyah tahun 2002. Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Taman Harapan tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama di SMP Pertiwi Medan tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Medan tahun 2012-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, November 2018

Vita Zulfani

(18)

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah sakit berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang banyak sehingga potensial dalam menghasilkan sejumlah besar limbah (Depkes RI, 2006).

World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang

dihasilkan layanan kesehatan (rumah sakit) hampir 80% berupa limbah umum dan 20% berupa limbah bahan berbahaya yang mungkin menular, beracun atau

radioaktif. Sebesar 15% dari limbah yang dihasilkan layanan kesehatan merupakan limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan radioaktif sebesar 1%. Negara maju menghasilkan 0,5 kg limbah berbahaya per tempat tidur rumah sakit per hari.

Limbah rumah sakit yang tergolong berbahaya salah satunya adalah limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Lingkungan rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat merupakan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

(19)

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

Untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, salah satunya dengan melaksanakan

pengelolaan limbah sesuai persyaratan dan tata laksana yang telah ditetapkan untuk melindungi pasien, keluarga pasien dan seluruh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan hasil assessment tahun 2002, diketahui bahwa baru 49% dari 1.176 rumah sakit (526 rumah sakit pemerintah dan 652 rumah sakit milik swasta) di 30 provinsi, baru 648 rumah sakit yang memiliki insenerator dan 36% memiliki IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) dengan kondisi diantaranya tidak berfungsi. Untuk pengelolaan limbah padat, 80,7% sudah melakukan pemisahan antara limbah medis dan limbah non-medis, tetapi dalam masalah pewadahan sekitar 20,5% yang menggunakan pewadahan khusus dengan warna dan lambang berbeda (Wiku Adisasmito, 2010).

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Hal ini mempunyai konsistensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Sarana pelayanan kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari program kesehatan secara menyuluruh dalam mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat dan sejahtera (Pruss, 2013).

Menurut penelitian Rambe (2015) Peraturan dan kebijakan pengelolaan limbah medis padat RSUD Gunungtua yang memenuhi syarat hanya pada kegiatan

(20)

pengangkutan limbah medis padat, sedangkan untuk penampungan, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan akhir belum terpenuhi. Sumber limbah medis padat berasal dari ruangan-ruangan yang menghasilkan limbah medis padat yaitu ruang perawatan, IGD, poli, ruang operasi, ruang bersalin dan ICU. Timbulan limbah medis padat berkisar 0,07 – 0,175 m³/hari. Seringkali rumah sakit kehilangan citranya dan berubah fungsinya menjadi tempat yang memberikan kesan tidak teratur, kotor, tidak nyaman, berbahaya dan sebagainya. Salah satu penyebab yang cukup berperan dalam menciptakan kondisi rumah sakit yang demikian adalah kurangnya perhatian terhadap sanitasi rumah sakit tersebut. Kemerosotan mutu lingkungan yang dapat mengganggu atau menimbulkan keluhan masyarakat dan masalah kesehatan antara lain Tingginya angka kepadatan vektor penyakit (lalat, tikus, nyamuk, kecoa dan lain-lain).

Di Rumah Sakit sering kali ditemukan sistem pengelolaan terhadap sampah belum dilaksanakan dengan baik, terlihat dari banyaknya percampuran antara sampah medis dan non medis (Veronica, 2009). Semua perawat yang bekerja diruangan menghasilkan limbah medis dan non medis harus bertanggung jawab dalam pemilahannya. Proses pengelolaan limbah medis dilakukan oleh perawat pada tahap pemilahannya dan petugas kebersihan pada tahap

pengangkutannya. Perawat juga ikut atas pemilahan limbah medis dan non medis diruang tempatnya bertugas, karena perawatlah yang bertugas pada ruangan yang menghasilkan limbah medis. perawat lebih banyak berperan dalam hal melakukan tindakan pelayanan keperawatan kepada pasien seperti menyuntik, memasang selang infus, mengganti cairan infus, memasang selang urine, dan perawatan luka kepada pasien, perawatan dalam pemberian obat (Pruss, 2005).

(21)

Keberhasilan pengelolaan sampah rumah sakit selain dilihat dari tingkat pengetahuan ditentukan juga dari sikap. Sikap akan mempengaruhi perilaku perawat dan petugas lainnya untuk berperilaku dengan baik dan benar dalam melakukan upaya penanganan dan pembuangan sampah. Dukungan pengetahuan dan sikap ini akan berpengaruh langsung terhadap perilaku yang nyata dalam mengelola sampah (Paramita, 2007). Pada dasarnya perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap dari individu (Notoatmodjo, 2010).

Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Medan merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara professional. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat ini tentunya harus didukung oleh tenaga kesehatan yang bermutu, baik ditinjau dari pengetahuan, sikap, perilaku yang disiplin, termasuk pengetahuan dan perilaku tenaga kesehatan yaitu perawat dalam pembuangan sampah medis. Pembuangan sampah medis di rumah sakit mengacu pada konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai sistem manajemen lingkungan (Environmental Management System) dan diadopsi International Organization for Standardization (IOS) sebagai salah satu Organisasi

Internasional untuk Standardisasi (ISO) di bidang pengelolaan lingkungan dengan nomor seri ISO 14001 dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

Hasil survei yang dilakukan diketahui pengolahan sampah medis dan non medis tersebut belum sesuai dan memenuhi persyaratan. Berdasarkan hasil observasi peneliti masih ditemukan kemasan plastik jarum suntik dan kemasan plastik alat medis lainnya terkadang tidak dibuang sesuai jenis sampahnya,

(22)

meskipun tempat sampah telah disediakan sesuai dengan jenis sampah dan bak sampah telah diberi label sesuai jenis sampah. Jumlah kantong plastik masih kurang dan hanya tersedia warna kuning dan hitam. Pada pemusnahan limbah medis, insenerator dengan status belum terizini untuk melakukan pembakaran.

Berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai masalah pengelolaan limbah medis dan non medis serta pengetahuan, sikap, tindakan perawat di RSU Haji Medan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimana Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis serta

Pengetahuan, Sikap, Tindakan Perawat di RSU Haji Medan”?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Mengetahui pengelolaan limbah medis dan non medis, serta perilaku perawat di RSU Haji Medan.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik perawat yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman kerja.

2. Untuk mengetahui pengelolaan limbah medis dan non medis di RSU Haji Medan.

3. Untuk mengetahui sarana dan prasarana dalam pengelolaan limbah medis dan non medis di RSU Haji Medan.

4. Untuk mengetahui perilaku perawat dalam mengelola limbah medis dan non medis di RSU Haji Medan.

(23)

Manfaat Penelitian

1. Bagi rumah sakit: diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi tentang kondisi pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Haji Medan dan merupakan bahan pertimbangan dan peningkatan sanitasi rumah sakit tersebut.

2. Bagi peneliti: penelitian yang dilakukan dapat menjadi pengalaman dan menambah wawasan yang berguna dalam penerapan ilmu yang sudah didapatkan dari per kuliahan.

3. Bagi peneliti lain:

s

ebagai bahan referensi yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya yang berminat terhadap permasalahan lingkungan dan kesehatan.

.

(24)

Tinjauan Pustaka

Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyebutkan bahwa definisi rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Menurut peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No.

1204/menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

Sarana dan prasarana rumah sakit. Menurut Undang-undang Rumah Sakit Tahun 2009 Pasal 7 menerangkan bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Lokasi bangunan juga harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian

kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan rumah sakit. Dalam kajian kebutuhan penyelenggaraan rumah sakit harus didasarkan pada studi kelayakan dengan menggunakan prinsip pemerataan pelayanan, efisiensi dan efektivitas, serta demografi.

(25)

Bangunan rumah sakit harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.

Bangunan rumah sakit juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Persyaratan teknis bangunan rumah sakit, harus sesuai dengan fungsi,

kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.

Prasarana rumah sakit meliputi: instalasi air; instalasi mekanikal dan elektrikal; instalasi gas medik; instalasi uap; instalasi pengelolaan limbah;

pencegahan dan penanggulangan kebakaran; petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat; instalasi tata udara; sistem informasi dan komunikasi; serta ambulan. Semua prasarana tersebut harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan rumah sakit, untuk itu maka prasarana tersebut harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.

Limbah Medis dan Non Medis

Pengertian. Menurut World Health Organization yang dikutip oleh Chandra (2007), sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

(26)

Menurut Depkes RI (2006) yang disebut sebagai sampah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat, sedangkan menurut Djohan &

Halim (2013) sampah non medis adalah limbah hasil kegiatan rumah sakit di luar kegiatan medis. Limbah ini bisa berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman,serta unit pelayanan. Contohnya: karton, kaleng dan botol, serta sampah dari ruangan pasien yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan

penanganan dapat pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator. Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat- obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak sesuai diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri harus dihilangkan dengan cara merubah pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang, selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya (Sarwanto, 2009).

Jenis limbah medis. Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain-lain. Sampah jenis ini dapat

terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering,

(27)

seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami (Pruss, 2005).

Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah.

Selain itu, terdapat jenis sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan. Beberapa diantaranya sangat mahal biaya penanganannya karena berupa bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas- fasilitas kesehatan. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya.

Sementara sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia (Dwiyatmo, 2007).

Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik (Fauziah, 2005).

1. Limbah benda tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, misalnya jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan

(28)

gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

Pengelolaan limbah benda tajam adalah dengan cara harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. Jarum harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

2. Limbah infeksius

Limbah infeksius merupakan limbah yang dicurigai mengandung bahan pathogen. Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular.

Pengelolaan limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.

3. Limbah jaringan tubuh (patologis)

Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Pengelolaan limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke

(29)

incinerator.

4. Limbah sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Pengelolaan limbah sisotoksik harus dibakar dalam incinerator dengan suhu di atas 1000°C.

5. Limbah farmasi

Limbah farmasi berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.

Pengelolaan limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam

jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.

6. Limbah kimia

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah sitotoksik.

Pengelolaan limbah kimia dalam jumlah kecil sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

(30)

7. Limbah radio aktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang dapat berupa padat, cair dan gas.

Pengelolaan limbah radioaktif harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih yang diatur dalam kibijakan strategi nasional yang menyangkut perturan, infrastruktur, organisasi pelaksana (Depkes RI, 2006).

8. Limbah plastik

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis (Ditjen PP, 2011).

Pengelolaan sampah plastik harus dilihat dari jenis sampah, apakah sampah plastik mengandung bahan kimia, atau termasuk dalam sampah infeksius.

Pengelolaan sampah plastik sama dengan cara pengelolan pada sampah infeksius ataupun non infeksius.

Bahaya limbah infeksius dan benda tajam. Limbah infeksius dapat mengundang berbagai macam mikroorganisme patogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur

1. Akibat tusukan, lecet, atau luka di kulit 2. Melalui membrane mukosa

3. Melalui pernafasan

(31)

4. Melalui ingesti, contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi gastroenteritis dimana media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi saluran pernafasan melalui sekret yang terhirup atau air liur dan lain – lain.

Benda akibat tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi patogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya.

Kekhawatiran pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi virus pada darah (Pruss, 2005).

Bahaya limbah kimia dan farmasi. Kandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan sebagai akibat pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka bakar. Intosikasi dapat terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membaran mukosa, atau melalui pernafasan atau pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif (misalnya formaldehide atau volatile/mudah menguap) jika mengenai kulit, mata, atau membrane mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera. Cedera yang umum terjadi adalah luka bakar.

Bahaya limbah radioaktif. Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat

(32)

mengenai materi genetik. Bahaya yang mungkin timbul dengan aktifitas rendah mungkin terjadi karena kontaminasi permukaan luar container atau karena cara serta durasi penyimpanan limbah tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga kebersihan dan penanganan limbah yang terpajan radioaktif merupakan kelompok resiko (Dwiyatmo, 2007).

Pemilahan limbah medis. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No.1204/menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, upaya yang dapat dilakukan dalam pemilahan limbah rumah sakit diantaranya:

1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan.

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

4. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi untuk menguji Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

6. Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable),

(33)

limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label seperti pada tabel 1.

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

Tabel 1

Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

Kategori Warna

Kontainer/Plas tik

Lambang Keterangan

Radioaktif Merah Kantong boks timbal

dengan simbol radioaktif

Sangat Infeksius Kuning Kantong

plastik,kuat,anti bocor,atau kontainer yang dapat

disterilisasi dengan otoklaf

Limbah Infeksius, patologi dan

anatomi

Kuning Kantong plastik atau

kontainer kuat dan anti bocor

Sitotoksis Ungu Kontainer plastik

kuat dan anti bocor

Limbah Kimia

dan Farmasi Coklat - Kantong plastik atau

kontainer

Pengelolaan limbah medis. Pengelolaan limbah medis secara konvensional meliputi pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pemilahan, pemotongan dan pembuangan akhir.

(34)

1. Pemilahan dan pengurangan pada sumber

Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan hal-hal yaitu kelancaran penanganan dan penampungan, pengurangan jumlah limbah yang

memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3, diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah akan mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan penanganan.

Cara yang tepat untuk mengidentifikasi kategori sampah/limbah adalah adalah dengan melakukan pemilahan sampah berdasarkan warna kantong dan kontainer yang digunakan (WHO, 2005). Pemilahan limbah dilakukan untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya menggunakan kode warna).

Namun penggunaan kode tersebut perlu cukup perhatian secukupnya untuk tidak sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang mungkin juga menggunakan kode warna. Terdapat berbagai kantong yang digunakan untuk pembuangan sampah di rumah sakit dengan menggunakan bermacam- macam warna (Depkes RI, 2006).

2. Pengumpulan (Penampungan)

Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas, aman, dan higienis. Sampah harus dikumpulkan setiap hari (sesuai yang ditetapkan) dan diangkut ke tempat tempat penampungan sementara. Kantong

(35)

plastik harus diganti segera dengan kantong plastik baru dari jenis yang sama setelah tempat pengumpul 24 sampah atau kontainer telah dikosongkan.

Tempat pengumpul sampah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut (Ditjen PP dan PL, 2011) :

a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan

c. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 meter dan setiap radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka.

d. Setiap tempat pengumpul sampah dilapisi dengan kantung plastik sebagai pembungkus sampah dengan lambang dan warna yang telah ditentukan.

e. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila 2/3 bagian telah terisi sampah.

f. Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) dan sampah sitotoksik (plastik ungu) segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah dikosongkan, apabila akan dipergunakan kembali.

3. Pemisahan limbah

Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara

menggunakan kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode berwarna yaitu kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah rumah tangga biasa, kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan dibakar (limbah infeksius), kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah

(36)

yang sebaiknya dibakar tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan, biru muda atau transparan dengan strip biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan sejenis) sebelum pembuangan akhir (Adisasmito, 2008).

Dampak limbah medis terhadap kesehatan dan lingkungan. Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah harus

menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/ helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron untuk industri, sepatu boot, serta sarung tangan khusus. Dampak limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :

1. Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.

2. Kerusakan harta benda

3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam tertentu dan fosfor.

4. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.

5. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,

(37)

namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

Perawat

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit.

Menurut UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, mendefinisikan perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui

pendidikan keperawatan. Perawat berperan dalam memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatanmeliputi : pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanan, implementasi dan evaluasi Nursalam (2007).

Proses keperawatan tersebut menjadi standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Pelayanan

keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio- psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang

mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan di sini adalah bagaimana perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai manusia (Hidayat, 2004).

(38)

Peran perawat dalam pengelolaan limbah medis. The International Council of Nurses (ICN) (2006) menyikapi profesi perawat di seluruh dunia,

mengetahui pentingnya peranan lingkungan alam dalam kesehatan menyeluruh dan mengetahui bahwa ancaman lingkungan alam berasal dari limbah rumah sakit. ICN percaya bahwa setiap perawat memiliki tugas untuk mengurangi ataupun menghilangkan efek negatif dari hasil lingkungan limbah medis. ICN sebagai perwakilan organisasi dari perawat memiliki tanggung jawab secara langsung dan membuat kebijaksanaan bagaimana menangani limbah medis. ICN mendukung upaya untuk mengurangi dampak bahaya dari limbah medis, meliputi:

1. Mengambil keputusan yang dapat membantu mengurangi keracunan akibat penggunaan jumlah produk yang besar dalam bentuk kemasan .

2. Menggunakan tempat ruang khusus untuk mengembangkan produk alternatif yang kadar racunnya lebih rendah.

3. Membatasi penggunaan pestisida.

4. Mengurangi limbah medis dengan strategi menempatkan wadah untuk mengurangi volume limbah butuh perhatian khusus dan memfasilitasi daur ulang jika masih memungkinkan.

5. Dengan adanya pengelolaan limbah medis diharapkan dapat memperkecil racun pembunuh kuman.

6. Pengelolaan limbah medis diharapkan dapat mengurangi dengan cara pembakaran (incenerator) yang maksimal.

7. Memberikan pendidikan kepada pasien untuk mengetahui dampak polusi

(39)

lingkungan rumah sakit. Perawat yang profesional perlu menyadari konsekuensi dari limbah medis yang dihasilkan dari berbagai sektor kesehatan (ICN, 2006). organisasi perawat membutuhkan:

a. Fasilitas yang dapat diakses oleh perawat untuk melanjutkan program pendidikan dengan subjek limbah medis.

b. Penerapan pencegahan berdasarkan evaluasi pemilihan produk yang ramah lingkungan.

c. Mempertahankan keterlibatan perawat secara langsung dalam mengambil keputusan.

d. Mempertahankan mekanisme pengolahan limbah secara aman.

e. Mengembangkan kerjasama dengan tenaga ahli yang lain untuk mengelolalimbah yang aman.

f. Merumuskan dan membuat peraturan tentang kompetensi perawat dalam kesehatan lingkungan.

Perilaku

Pengertian. Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon (Skinner (1938) dalam Notoadmodjo, 2007).

Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Faktor lingkungan inilah yang paling besar menentukan status kesehatan. Kedua

(40)

adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang kompoten dan siap siaga dalam melayani masyarakat. Ketersediaan tenaga dan tempat pelayanan yang memadai. Faktor ketiga adalah faktor perilaku dalam hal ini faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pemahaman dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan. Faktor terakhir adalah keturunan.

Semua faktor saling berkaitan satu sama lain. (Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku. Perubahan perilaku manusia ditinjau dari tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviourcauses) (Notoadmodjo, 2010). Perilaku itu sendiri ditentukan oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (Predisposising factors)

Faktor faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. Tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sitem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana. Misalnya kelengkapan tempat sampah, ukuran yang tepat saat dipakai.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat termasuk petugas kesehatan. Menurut Kurt Lewin dalam teori model

perilakunya mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu

(41)

dan lingkungan karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motivasi, nilai-nilai, sifat keperibadian, dan sikap berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku (Azwar, 2010).

Pengetahuan

Pengertian. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indra penglihatan, pendengaran, raba, penciuman, dan raba.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain yaitu :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar seseorang dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula seseorang menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

(42)

Bertambahnya umur seseorang akan menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikis dan psikologi. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat merupakan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika

pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

Tingkatan pengetahuan. Bloom dalam Notoatmodjo (2007) tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu sebagai berikut :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (comprehension)

(43)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan pada suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Sikap (Attitude)

Pengertian. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Azwar (2010) menyatakan sikap adalah suatu pola perilaku tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

(44)

Tingkatan sikap. Notoatmodjo (2007) membagi tingkatan sikap menjadi:

1. Menerima (Receiving). Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (Responding). Merespon adalah memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing). Menghargai adalah mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible). Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pembentukan sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2010) adalah :

1. Pengalaman pribadi. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.

3. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

4. Media massa. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

5. Pengaruh lembaga pendidikan dan agama. Lembaga pendidikan dan agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

(45)

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral diri individu.

6. Pengaruh faktor emosional. Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang Didasari oleh emosi yang berfungsi semacam penyaluran frustasi atau penglihatan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Tindakan

Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata, maka diperlukan faktor pendukung lain. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan, sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak.

Tingkatan tindakan. Adapun tingkatan tindakan sebagai berikut:

1. Persepsi ( perception )

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin ( guided response )

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme ( mechanism )

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan, maka ini sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi ( adoption )

(46)

Adopsi adalah tindakan yang sudah berkembang dengan baik yang berarti bahwa tindakan sudah dimodifikasi dengan baik tanpa mengurangi kebenaran tindakan lanjut (Notoadmodjo, 2007).

Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka konsep

(47)

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif, dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan limbah medis dan non medis, serta pengetahuan dan sikap, tindakan perawat di RSU Haji Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi. Penelitian ini dilaksanakan di RSU Haji Medan dengan alasan bahwa dalam pengelolaan limbah masih mempunyai kendala dan dan belum pernah ada penelitian sejenis yang dilakukan di rumah sakit tersebut, selain itu lokasi penelitian dapat dijangkau dengan mudah oleh peneliti.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Oktober 2018.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi. Populasi adalah setiap subjek (misalnya: manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap di RSU Haji Medan

sebanyak 175 perawat.

Sampel. Adapun bagian sampel sebagai berikut:

Jumlah sampel. Sampel merupakan bagian populasi atau bagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Bila populasi lebih dari 100, maka

(48)

Maka peneliti mengambil 25% dari 175 orang sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 44 perawat.

Teknik sampling. Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel, diketahui

bahwa jumlah populasi penelitian dan hasil sampel adalah sama yaitu 44 perawat, maka peneliti mengambil teknik sampel simple random sampling. Teknik sampel simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara

memberikan peluang yang sama pada semua subyek (Hidayat, 2008).

Pengambilan dilakukan pada setiap ruang perawatan dengan rumus:

=

Keterangan :

: besar sampel untuk stratum : besar sampel

: total populasi

: total sub populasi dari stratum

Tabel 2

Distribusi Responden Tiap Ruangan

Ruangan Jumlah Anggota Jumlah Sampel

Poliklinik 16 16

175 44 = 4

ICU 20 20

175 44 = 5

An-Nisa 15 15

175 44 = 3

Ar-Rjial 10 10

175 44 = 2

Al-Ihsan 16 16

175 44 = 4 (Bersambung)

(49)

Tabel 2

Distribusi Responden Tiap Ruangan

Ruangan Jumlah Anggota Jumlah Sampel

Al-Ikhlas 17 17

175 44 = 4

Ibnu Sina 16 16

175 44 = 4

Fitrah 11 11

175 44 = 2

Jabal Nur 17 17

175 44 = 4

H. Ismail Anak 25 25

175 44 = 6

Pav. Shafa 15 15

175 44 = 3

Pav. Marwa 15 15

175 44 = 3

Jumlah 175 44

Kriteria sampel. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusi

dan eksklusi (Notoadmojo, 2012).

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Notoadmojo, 2012).

Kriteria inklusi meliputi :

a. Perawat yang berpendidikan minimal D3 Kesehatan b. Masa kerja minimal 2 tahun

2. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi adalah:

a. Kepala ruang.

b. Perawat yang sedang cuti seperti sakit, cuti hamil.

(50)

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel. Pengukuran variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent) yaitu mempengaruhi keberadaan variabel terikat dalam hal ini adalah sistem pengelolaan limbah padat, sarana prasarana, pengetahuan, sikap dan tindakan perawat.

2. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas dalam hal ini adalah pengelolaan limbah medis dan non medis dengan kriteria memenuhi syarat atau tidak sesuai Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004 di RSU Haji Medan.

Definisi operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Limbah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat.

2. Limbah non medis adalah limbah hasil kegiatan rumah sakit di luar kegiatan medis.

3. Pengelolaan limbah medis adalah proses limbah medis yang dihasilkan dari unit atau ruangan pelayanan medis ditampung dan dipisahkan limbah medis dan non medis. kemudian dikumpulkan, diangkut oleh petugas pengelola limbah ketempat pengumpulan sementara, sampai kemudian

dibuang/dimusnahkan.

4. Sarana dan Prasarana adalah peralatan dan bahan yang menunjang atau mendukung pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis dan non medis

(51)

5. Pengetahuan perawat adalah apa yang diketahui oleh perawat tentang pembuangan sampah medis dan non medis.

6. Sikap perawat merupakan reaksi atau respon perawat tentang bagaimana pembuangan sampah medis dan non medis.

7. Tindakan adalah respon atau reaksi perawat terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan dari pengukuran terhadap variabel penelitian tentang pengetahuan sikap dan tindakan serta lembar observasional untuk menilai pengelolaan limbah medis dan non medis di RSU Haji Medan.

Data sekunder. Dalam penelitian ini data sekunder dipeoleh dari profil ketenagakerjaan keperawatan dan data yang telah ada pada rumah sakit yaitu berupa data jumlah ruangan dan lain lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran dalam penelitian ini didasarkan dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang dikumpulkan dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 2006).

Baik : Jika total nilai yang diperoleh > 75%

Sedang : Jika total nilai yang diperoleh 40%-75%

Kurang : Jika total nilai yang diperoleh < 40%.

(52)

Pengukuran pengetahuan. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh perawat tentang pengelolaan sampah medis dan non medis terhadap kesehatan yang diukur dengan 10 pertanyaan dengan total tertinggi dari hasil pertanyaan yaitu 20 dan terendah 0. Pengetahuan dapat diukur dengan scoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertinggi adalah 2 dengan kriteria jawaban:

Jawaban baik 2

Jawaban sedang 1

Jawaban kurang 0

Pengukuran sikap. Sikap dapat diukur dengan skoring kuesioner dimana jawaban yang memiliki sifat mulai dari hal yang positif sampai negative yang berisikan jawaban Setuju, Tidak setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Untuk sikap positif dengan jumlah pertanyaan 10 yang memiliki nilai tertinggi 30 dan terendah 0.

Jawaban sangat setuju 3

Jawaban setuju 2

Jawaban tidak setuju 1

Jawaban sangat tidak setuju 0

Untuk penilaian sikap negatif responden juga didasarkan pada 4 (empat) pilihan jawaban dari skala Likert , yaitu :

Jawaban sangat setuju 0

Jawaban setuju 1

Jawaban tidak setuju 2

(53)

Jawaban sangat tidak setuju 3

Pengukuran tindakan. Tindakan adalah dimana suatu perilaku apa yang dilakukan responden terhadap pengelolaan sampah medis dan non medis dengan memiliki 10 pertanyan dan memiliki total skor paling tinggi 20 dan yang paling rendah 0.

Jawaban iya 2

Jawaban kadang-kadang 1

Jawaban tidak pernah 0

Pengukuran pengelolaan limbah. Aspek pengukuran limbah padat berdasarkan Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004. Untuk lembar observasi penelitian sistem pengelolaan limbah padat dengan jumlah checklist ada 7 item dengan total skor = 100, yang diperoleh dari jumlah skor setiap item

dengan nilai skor yang berbeda sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Kualitas hasil pengelolaan limbah padat non medis rumah sakit tipe B, memenuhi syarat jika total skor > 75% dan tidak memenuhi syarat jika <75% .

Metode Analisis Data

Pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah memeriksa data yang telah terkumpulkan sesuai dengan hasil penelitian, meneliti kembali kesesuaian dan kebenarannya, apakah data

(54)

kurang lengkap dalam pengisian data untuk responden (Arikunto, 2006). Data dari lembar kuesioner diteliti kembali sehingga nantinya dapat

menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Coding

Data yang telah diisi oleh responden diberi kode dengan cara pemberian kode pada kolom yang telah tersedia di item pertanyaan untuk mempermudahkan dalam pengolahan data dan proses selanjutnya melalui tindakan

pengklarifikasian data. Pemberian kode baik data karakteristik responden, data pengetahuan dan perilaku. Contoh coding data adalah pengetahuan baik diberi kode 1, pengetahuan sedang diberi kode 2, dan pengetahuan kurang diberi kode 3.

3. Scoring

Tahap pensekoran data. Data yang diberi nilai adalah nilai skor dari kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan responden terhadap pengelolaan limbah medis dan non medis.

4. Entry

Memasukan data ke dalam komputer dengan menggunakan program atau software statistik komputer. Dalam penelitian ini program statistik

komputer yang dipakai ialah program SPSS (Statistical Product Service Solution).

5. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam table dan selanjutnya untuk pengolahan data atau analisis. Data penelitian yang

(55)

telah dianalisis dari program SPSS disusun dalam bentuk laporan.

Analisis data. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk menganalisis variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya agar dapat diketahui karakteristik dari subjek penelitian. Pada hasil ini menghasilkan distribusi dan presentase tiap variabel.

(56)

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta, Presiden Republik Indonesia menandatangani Prasasti untuk keempat Rumah Sakit Haji, yakni Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara No. 445.05/712.K, tanggal 7 Maret 1991 dibentuk Panitia Pembangunan Rumah Sakit Haji Medan dan akhirnya diletakkan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Haji Medan oleh Bapak Menteri Agama Republik Indonesia (Bapak H. Munawir Sjadzali) dan Bapak Gubernur Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 11 Maret 1991. Pada tanggal 4 Juni 1992, Bapak Presiden Soeharto berkenan meresmikan Rumah Sakit Haji Medan.

Rumah Sakit Umum Haji Medan merupakan salah satu Rumah Sakit Pemerintah yang terletak di Jl. RS Haji Medan Estate, Medan, Sumatera Utara, yang mempunyai luas tanah 60.000 m², luas bangunan 13.099 m² dan merupakan Rumah Sakit Tipe B.

Visi dan Misi RSU Haji Medan : Visi :

Rumah Sakit Unggulan dan Pusat Rujukan dengan Pelayanan Bernuansa Islami, Ramah Lingkungan Berdaya Saing sesuai Standar Nasional dan Internasional.

Misi :

1. Meningkatkan profesionalisme, kompetensi sumber daya manusia Rumah Sakit Umum Haji Medan yang memiliki integritas dan religius.

(57)

2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana Rumah sakit Haji Medan sesuai standar Nasional dan Internasional dengan prinsip kenyamanan dan

keselamatan.

3. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

4. Meningkatkan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan.

5. Meningkatkan pelayanan yang bekualitas, transparan, bersih, ramah, aman dan nyaman serta lingkungan yang sehat bernuansa Go Green.

Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perawat di Rumah Sakit Umum Haji Medan didapat gambaran karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 3

Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Umur

Usia Frekuensi Persentase (%)

20-24 tahun 11 25%

25-29 tahun 11 25%

30-34 tahun 16 36,4%

≥ 35 tahun 6 13,6%

Total 44 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah 30-34 tahun sebanyak 16 orang (36,4%), diikuti usia 20- 24 tahun sebanyak 11 orang (25%) , usia 25-29 tahun sebanyak 11 orang (25%) dan paling sedikit responden dengan umur > 35 tahun yaitu 6 orang (13,6%).

Tabel 4

Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 5 11,4%

Perempuan 39 88,6%

Total 44 100%

(58)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jenis kelamin responden terbanyak adalah responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu 39 orang (88,6%), dan paling sedikit responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 5 orang (11,4%).

Tabel 5

Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) D-III Keperawatan

D-III Kebidanan

19 43,2%

22 50,0%

S-1 Ners 3 6,8%

Total 44 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak adalah D-III Kebidanan sebanyak 22 orang (50,0%), diikuti D-III Keperawatan sebanyak 19 orang (43,2%) dan paling sedikit yaitu S-1 Ners sebanyak 3 orang (6,8%).

Tabel 6

Distribusi Proporsi Responden berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)

0-4 tahun 14 31,8%

5-8 tahun 15 34,1%

9-12 tahun 10 22,7%

≥ 13 tahun 5 11,4%

Total 44 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa masa kerja responden terbanyak adalah 5-8 tahun sebanyak 15 orang (34,1%), diikuti 0-4 tahun sebanyak 14 orang (31,8%), lalu 9-12 tahun sebanyak 10 orang (22,7%) dan paling sedikit yaitu ≥ 13 tahun sebanyak 5 orang (11,4%).

Sistem Pengelolaan Limbah Padat Medis RSU Haji Medan

Pengamatan dilakukan pada empat ruangan yang menghasilkan limbah padat medis yaitu: ruang rawat inap kelas III dan kelas II, ruang farmasi, dan

(59)

ruang bedah dan ruang laboratorium.

Penampungan dan pengumpulan. Menurut Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004, pada proses penampungan terdapat 12 item checklist diantaranya sebagai tabel berikut:

Tabel 7

Penampungan dan Pengumpulan Limbah Padat Medis

ITEM Keterangan

Ya Tidak

Tempat sampah limbah medis dan non medis terpisah √

Tempat sampah limbah medis memakai tutup √

Tempat sampah limbah medis kedap air √

Tempat sampah limbah medis tahan karat √

Tempat sampah limbah medis anti tusuk √

Tempat sampah limbah infeksius dan sitotoksis didesinfeksi

setelah dikosongkan √

Tempat penampungan/kantong plastik limbah sangat

infeksius berwarna kuning √

Tampungan limbah infeksius, patologi dan anatomi

menggunakan plastiik berwarna kuning √

Tampungan sampah sitotoksis menggunakan plastik

berwarna ungu √

Tampungan sampah limbah kimia dan farmasi menggunakan

plastik berwarna coklat √

Tampungan limbah domestik dilapisi plastik berwarna hitam √

Plastik tampungan sampah berlogo sesuai kategori sampah √ Berdasarakan observasi, pada tahap ini ruangan penghasil limbah padat medis yaitu ruang rawat inap kelas III dan dan kelas II, tempat sampahnya dilapisi plastik berwarna kuning berukuran 50x75 cm di dalamnya. Pada ruang farmasi dilapisi plastik berwarna kuning, tidak sesuai yang sebagaimana mestinya dilapisi plastik berwarna coklat. Setiap ruangan tempat sampah telah diberi label limbah patologis dan kondisi masing-masing tempat sampah pada ruangan tersebut memiliki tutup, tahan karat, anti tusuk dan kedap air.

Gambar

Gambar 1. Kerangka konsep
Gambar 1. Tempat pembuangan limbah medis dan non medis di ruang rawat inap
Gambar 3. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) limbah non medis
Gambar 5. Trolley pengangkut limbah padat medis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum mengakses setiap informasi yang berkaitan dengan penelitian, petugas harus menandatangani formulir pernyataan persetujuan untuk melindungi keamanan

Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan bahan masukan bagi Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan tinjauan fiqh siyasah terhadap

Dari hasil pengklasifikasi menggunakan algoritma MOA, didapatkan bahwa terdapat 2 tipe aerosol utama dan 1 tipe aerosol campuran untuk wilayah kajian, yakni

&lt;font face=&#34;Comic Sans MS, cursive&#34; size=&#34;+2&#34; color=&#34;#FF0099&#34;&gt;Rumah Handmade adalah sebuah toko online yang menjual barang-barang buatan tangan

Pembinaan bidang hukum harus mampu mengarahkan dan menampung kebutuhan-kebutuhan Hukum sesuai dengan kesadaran Hukum Rakyat yang berkembang ke arah modernisasi

Anonim, 2010. Kopi Arabika Kembali Dikembangkan.. Strategi Kebijakan Pengembangan Komoditas Kopi di Kabupaten Lampung Barat. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi

HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\Curre ntVersion\Policies\Explorer HKEY_LOCAL_MACHINE\Software\Microsoft\Windows\Curr entVersion\Policies\Explorer Buat sebuah DWORD

Dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan kompetensi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran SQ4R pada mata pelajaran menggambar busana dengan materi bagian-bagian