• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM LEASING KENDARAAN BERMOTOR (STUDI PADA PT. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE GRROUP KOTA MEDAN) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM LEASING KENDARAAN BERMOTOR (STUDI PADA PT. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE GRROUP KOTA MEDAN) SKRIPSI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM LEASING KENDARAAN BERMOTOR

(STUDI PADA PT. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE GRROUP KOTA MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

REZKI ULI ARAFAH SIREGAR NIM : 150200568

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM LEASING KENDARAAN BERMOTOR ( STUDI PADA FEDERAL INTERNATIONAL

FINANCE ASTRA KOTA MEDAN ) Rezki Uli Arafah Siregar*) Prof. Dr. Sunarmi, S.H, M.Hum**)

Detania Sukarja***)

Perjanjian pembiayaan konsumen pada Federal International Finance Cabang Kota Medan merupakan perjanjian hutang piutang antara pihak Federal International Finance Cabang Kota Medan dan pihak konsumen dengan penyerahan barang secara fidusia, dalam arti penyerahan barang tersebut dilakukan berdasarkan atas kepercayaan, serta tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh konsumen untuk melakukan pembayaran kembali hutang pembiayaan,tentunya hal itu merupakan suatu perbuatan yang akan membawa akibat hukum.

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian yuridis empiris, penelitian ini digunakan untuk memperjelas kesesuaian antara teori dan praktik.

Sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data primer, data sekunder, dan data tersier. Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis data kualitatif, dimana keseluruhan data baik primer maupun sekunder akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontrak pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh FIF ASTRA Cabang Medan telah memenuhi syarat-syarat perjanjian sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu adanya kesepakatan antara konsumen dan FIF cabang Kota Medan untuk membuat suatu perjanjian yaitu kendaraan bermotor ,adanya kecakapan hukum dari para pihak dan perjanjian pembiayaan kendaran bermotor tersebut dilaksanakan berdasarkan suatu sebab yang halal sehingga konsumen tidak akan dirugikan. FIF ASTRA Cabang Medan dalam menangani kredit bermasalah selalu berusaha menempuh penyelesaian dengan cara persuasif yaitu mengadakan pendekatan kepada Konsumen untuk dapat menyelesaikan tunggakan angsurannya dengan melewati beberapa tahapan, seperti tahapan menghubungi via telepon untuk mengingatkan keterlambatan pembayaran kredit, jika cara tersebut tidak mendapat tanggapan dari Konsumen, FIF ASTRA Cabang Medan akan menempuh cara persuasif lainnya yaitu dengan mendatangi Konsumen secara langsung ke alamat yang tertera, tahap terakhir jika konsumen yang tiga kali berturut-turut tidak membayar tunggakan angsurannya, maka FIF ASTRA Cabang Medan akan menarik kendaraan bermotor yang menjadi jaminan.

Kata Kunci: Leasing, Kredit Bermasalah, Penyelesaian

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU

**) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunianya dalam setiap tahapan kehidupan sehingga dapat melewati masa perkuliahan sampai pada tahap pengerjaan skripsi yang dapat terselesaikan dengan judul: “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM LEASING KENDARAAN BERMOTOR (STUDI PADA FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE ASTRA KOTA MEDAN)”.

Penulisan skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Meskipun begitu, saya menyadari bahwa didalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dari segi substansi maupun kata-perkata, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar kemudian skripsi ini menjadi lebih baik.

Penulisan ini tentunya tidak terlepas dari bantuan para pihak, sehingga dalam kesempatan ini, dengan rendah hati dan tanpa mengurangi rasa hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(5)

1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Prof. Sunarmi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk membimbing dan mengarahkan, memberikan masukan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;

8. Ibu Dr. Detania Sukarja, SH., MH., selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan arahan- arahan berupa masukan dalam penulisan skripsi , yang selalu sabar harus dikejar-kejar dan dihubungi “Terimakasih banyak ibu” ;

9. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara;

10. Ibu Zulfi Chairi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik;

(6)

11. Seluruh Dosen dan Staff pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas sumatera Utara;

12. Teristimewa kepada Orangtua tercinta yang tak henti-hentinya selalu mendoakan, memperhatikan, menyemangati dan memberikan dukungan secara terus-menerus dalam penyelesaian skripsi ini;

13. Kepada kakak saya Rahim Doli, Anggita Faradibah Siregar dan Junaida Siregar yang selalu mendukung dan menyemangati saya baik secara langsung maupun tidak;

14. Kepada sahabat dari SMP hingga sekarang, Gichara Angguna yang telah menemani hari- hari penulis dengan kegilaannya dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

15. Kepada sahabat sekaligus teman pertama di kampus, Gita Clarariska Pratama, Khairunisa Tanjung, Nurul Qoedatul Khairiyah Siregar yang telah menemani hari-hari selama perkuliahan dan selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini;

16. Kepada Kelompok Klinis yang telah bekerja bersama untuk berusaha menyelesaikan klinis sebaik mungkin;

17. Kepada sahabat-sahabat dari SMA sampai sekarang, Gichara Angguna, Dira Depira Prilia, Astriyani Karina, Rury anggun Fricilla, Yunita Anugrahani, Bayu Prayoga yang telah menyemangati dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini;

(7)

18. Kepada Group F Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Seluruh Rekan Sejawat Stambuk 2015;

19. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu dan berjasa dalam penulisan skripsi ini dan dalam hidup penulis.

Atas semua dukungan tersebut, kiranya Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan karunia-Nya dan balasan berlipat ganda. Demikian yang dapat di sampaikan, terima kasih.

Medan, April 2019 Penulis,

Rezki Uli Arafah Siregar

(8)

DAFTAR ISI

JUDUL: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM LEASING KENDARAAN BERMOTOR (STUDI PADA FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE ASTRA KOTA MEDAN)

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI……… iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 10

D. Keaslian Penulisan ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II ASPEK HUKUM KONTRAK PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR FIF ASTRA KOTA MEDAN ... 22

A. Pembiayaan Kredit Kendaraan Bermotor ... 22

B. Dasar Pembiayaan Leasing ... 32

(9)

C. Aspek Hukum Non Perfoming Financing (NPF) atau Pembiayaan

Bermasalah ... 44

D. Aspek Hukum Kontrak Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada FIF ASTRA Cabang Kota Medan ... 51

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM LEASING KENDARAAN BERMOTOR BERMASALAH PADA FIF ASTRA KOTA MEDAN ... 61

A. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Pembelian Kendaraan Bermotor Pada FIF ASTRA Cabang Medan ... 61

B. Proses Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Pembelian Kendaraan Bermotor Pada FIF ASTRA Cabang Medan ... 69

BAB IV PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Alat transportasi saat ini tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Segala aktivitas manusia baik laki-laki maupun perempuan membutuhkan suatu alat transportasi, alat transportasi yang digunakan pun sangat bervariasi tergantung kebutuhan pemakainya. Pada umumnya seseorang memilih alat transportasi yang aman dan nyaman hingga menginginkan alat transportasi yang mewah. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin.

Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari.1 Transportasi sendiri terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu transportasi laut, udara dan darat. Dari tiga macam sarana transportasi tersebut, sarana transportasi darat merupakan sarana transportasi yang paling banyak digunakan salah satunya kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun berupa mobil. Dalam kenyataanya kemampuan untuk memiliki sebuah kendaraan tidaklah mudah, mahalnya harga kendaraan bermotor baik baru maupun bekas mengakibatkan tidak terjangkaunya sebagian masyarakat untuk membeli kendaraan bermotor, akan tetapi karena pentingnya kegunaan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi di masyarakat sekarang ini dan mahalnya kendaraan bermotor maka terbuka peluang usaha bagi

1 Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi : Karakteristik, Teori, dan Kebijakan (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 23.

(11)

perusahaan pembiayaan untuk melayani atau membantu masyarakat agar bisa mempunyai kendaraan bermotor sendiri yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari- hari.2

Kebutuhan akan alat transportasi dirasakan mendesak apalagi bagi mereka yang tinggal di daerah yang tidak terjangkau sarana transportasi umum. Salah satu cara mengatasi hal tersebut, yaitu dengan memiliki alat transportasi sendiri. Kendaraan bermotor sebagai salah satu sarana transportasi menjadi sangat penting dalam mendukung seluruh aktifitas sehari-hari. Keterbatasan financial selalu menjadi penghambat seseorang untuk memiliki kendaraan bermotor tersebut karena tingginya harga kendaraan yang harus dibayar.3

Bentuk pelayanan atau bantuan yang diberikan kepada masyarakat yaitu melalui pembiayaan konsumen dengan memberikan fasilitas pembiayaan berupa dana untuk membeli kendaraan bermotor melalui transaksi jual beli bersyarat antara pembeli dan penjual. Penjual di sini bisa perseorangan maupun perusahaan. Fasilitas pembiayaan tersebut selanjutnya dituangkan dalam perjanjian yang diberi nama perjanjian pembiayaan dengan penyerahan hak milik secara fidusia antara pembeli atau konsumen disebut sebagai debitur dengan pihak perusahaan pembiayaan konsumen sebagai kreditur. dalam pembelian kendaraan tersebut hak milik seolah- olah beralih ke pembeli, akan tetapi pada kenyataannya tidak karena hak milik ada

2 Ibid, hlm. 24-25.

3 Sunaryo (1), Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2008), hlm.

95.

(12)

ditangan kreditur, dimana penyerahan hak milik berupa BPKB merupakan salah satu syarat terjadinya perjanjian pembiayaan tersebut.4

Kebutuhan masyarakat yang meningkat ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh pelaku usaha dalam memberikan penawaran alat transportasi baik berupa kendaran bermotor roda dua /motor/ kendaran bermotor roda empat kepada masyarakat.

Bahkan akhir-akhir ini pelaku usaha saling berlomba-lomba dalam menawarkan barangnya dengan pemberian hadiah, diskon, kemudahan kemudahan cara pembelian yaitu dengan cara pemberian kredit dengan uang muka yang ringan. Selain memberikan kemudahan kepada konsumen yang membutuhkan alat tranportasi tersebut, juga para pelaku usaha berlomba-lomba menawarkan dagangannya dengan cara membuat iklan maupun langsung membuka show room dijalan-jalan khususnya untuk alat transportasi sepeda motor atau melakukan promosi/pameran di mal/pasar swalayan untuk alat tranportasi roda empat/mobil maupun sepeda motor. Segala bentuk penawaran ini dilakukan agar konsumen tertarik untuk membelinya dan akhirnya pelaku usaha dapat dengan mudah untuk meraup keuntungan dari konsumen.5

Penjualan melalui sistem kredit mulai marak dan berkembang di masyarakat seiring dengan banyaknya produk yang diluncurkan ke pasar dan juga kebutuhan manusia yang kompleks yang juga didorong oleh kecenderungan masyarakat yang konsumtif, mendorong manusia untuk selalu mencari alat yang bisa memudahkan

4 Munir Fuady (1), Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori Dan Praktek, (Bandung : P.T.Citra Aditia Bakti, 1995), hlm. 1-2.

5 Ibid, hlm. 4-5.

(13)

aktifitasnya sehari-hari salah satu kebutuhan penting manusia adalah alat transportasi, untuk mendukung mobilitas manusia yang semakin tinggi. Sepeda motor adalah salah satu sarana transportasi yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini menjadi salah satu alternative yang sangat menggiurkan konsumen, masyarakat yang tadinya kesulitan untuk membeli kendaraan secara tunai, akan dapat teratasi dengan mudah dan cepat.6

Kondisi yang demikian ini melahirkan hubungan timbal balik di antara mereka. Dengan adanya kelebihan dana, maka timbul suatu pemikiran untuk menginvestasikan dana tersebut pada suatu usaha yang menguntungkan secara ekonomis maupun sosial. Disinilah kemudian muncul lembaga-lembaga keuangan sebagai perantara yang menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga keuangan merupakan perantara keuangan masyarakat.7

Lembaga keuangan di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang bertujuan untuk memberikan kridit, pinjaman dan jasa-jasa keuangan lainnya, sehingga dapat dikemukakan bahwa fungsi bank pada umumnya adalah melayani kebutuhan pembiayaan dan melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi banyak sektor perekonomian8.

6 R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan, (Jakarta: Pradya Paramita, 1994), hlm. 14.

7 Ibid, hlm. 23.

8 Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 162.

(14)

Pada kenyataannya lembaga keuangan yang disebut “bank” ini tidak cukup ampuh untuk menanggulangi berbagai keperluan dana dalam masyarakat, mengingat keterbatasan jangkauan penyebaran kredit dan keterbatasan sumber dana yang dimiliki. Hal ini semakin nyata terlihat dari banyaknya bank-bank yang ambruk dan di likuidasi. Menyikapi berbagai kelemahan yang terdapat pada lembaga keuangan

“bank” dalam menyalurkan kebutuhan dana, maka muncul lembaga keuangan bukan bank yang merupakan lembaga penyandang dana yang lebih fleksibel dan moderat daripada bank yang dalam hal-hal tertentu tingkat risikonya bahkan lebih tinggi.

Lembaga inilah yang kemudian dikenal sebagai “lembaga pembiayaan”, yang menawarkan model-model formulasi baru dalam hal penyaluran dana terhadap pihak- pihak yang membutuhkan.9

Pengertian lembaga keuangan bukan bank, dapat di lihat dalam Pasal 1 angka (4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, Lembaga Keuangan bukan bank, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana, dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan.10 Adapun maksud dari dikeluarkannya keputusan tersebut, adalah dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi dipandang perlu untuk memperluas sarana penyediaan dana yang

9 Ibid, hlm. 166.

10 Ibid, hlm. 200.

(15)

dibutuhkan masyarakat, sehingga peranannya sebagai sumber dana pembangunan semakin meningkat.11

Dalam Surat Keputusan Bersama Mentri Keuangan, Mentri Perindustrian Dan Mentri Perdagangan Nomor: KEP-122/MK/IV/2/1974, Nomor: 32/M/SK/2/1974, pasal 1 tentang perizinan usaha leasing, memberi definisi mengenai leasing yaitu yang dimaksud dengan leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala dan disertai dengan hak pilih (optio) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang- barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.12

Leasing adalah kegiatan pembiayaan yang dilakukan antara lembaga pembiayaan (lessor) dengan seseorang/ pengusaha (lessee) dan bekerja sama dengan pihak supplier/ dealer, dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak OPSI (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak OPSI (operating lease) untuk di gunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.13

11 Retnowulan Sutantio, Perjanjian Pembiayaan Konsumen, (Jakarta : Dalam Pustaka Peradilan Proyek Pembinaan Tehnis Yustisial Mahkamah Agung RI, 1994), hlm. 1.

12 Hasarudin Rahman, Legal Drafting, (Bandung : Penerbit Pt. Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 20.

13 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, (Bandung : Penerbit Pt. Citra Aditya Bakti, 1992), hlm. 14.

(16)

Federal International Finance Astra Cabang kota Medan, merupakan salah satu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang pembiayaan konsumen (consumer finance), yang berfokus pada pembiayaan sepeda motor dan pembiayaan barang-barang elektronik serta furniture. Kegiatan pembiayaan dilakukan melalui sistem pemberian kredit yang pembayarannya oleh konsumen dilakukan secara angsuran atau berkala.

Perjanjian pembiayaan konsumen pada Federal International Finance Astra Cabang Kota Medan merupakan perjanjian hutang piutang antara pihak Federal International Finance Astra Cabang Kota Medan dan pihak konsumen dengan penyerahan barang secara fidusia, dalam arti penyerahan barang tersebut dilakukan berdasarkan atas kepercayaan. Perlu di pahami, bahwa yang dimaksud dengan fidusia dalam hal ini bukanlah jaminan fidusia yang merupakan perjanjian accessoir atau tambahan dari perjanjian pokoknya yaitu hutang piutang namun hanya pada penyerahan barangnya saja yang dilakukan secara fidusia atau lebih sederhananya penyerahan barang dilakukan secara kepercayaan.14

Tindakan atau perbuatan perusahaan pembiayaan konsumen untuk menyerahkan dana pembiayaan yang diperlukan oleh konsumen, serta demikian pula tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh konsumen untuk melakukan pembayaran kembali hutang pembiayaan,tentunya hal itu merupakan suatu perbuatan yang akan membawa akibat hukum. Oleh karenanya, perbuatan tersebut perlu

14 Ibid, hlm. 16.

(17)

mendapatkan penanganan dari aspek hukum. Maka dalam perjanjian ini menggunakan asas kebebasan berkontrak.15

Perjanjian pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor dibuat sebagai perwujudan kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata). Perjanjian pembiayaan tersebut berfungsi sebagai dokumen sah bagi perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen. Sebagai suatu perjanjian yang menegaskan tentang pemenuhan hak dan kewajiban yang mengikat pihak penanggung dengan tertanggung, maka kedua belah pihak harus menaati seluruh isi perjanjian, karena jika salah satu pihak tidak memenuhi maka dapatlah dikatakan pihak yang ingkar janji tersebut telah wanprestasi dan berhak menuntut ganti kerugian, seperti yang tercantum dalam Pasal 1239 dan 1240 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata.16

Pengertian perjanjian akan lebih baik apabila “sebagai satu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.17 Para ahli hukum memberikan suatu pengertian perjanjian yang berbeda-beda. Perjanjian adalah:” Suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanankan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan”18 Persetujuan ini merupakan arti yang pokok dalam dunia

15 Subekti, R, Hukum Perjanjian (Jakarta : Penerbit Intermasa, 1979), hlm. 98.

16 Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III, ( Hukum Perikatan dengan Penjelasan ), (Bandung : Alumin, 2001), hlm. 99.

17 J Satrio, Hukum Perjanjian , (Bandung : Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 1982), hlm. 322.

18 Abdul kadir muhamad, hukum perikatan , (Bandung : Penerbit PT Citra Aditia Bakti, 1992), hlm. 78.

(18)

usaha dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang. Sedangkan Subekti memberikan pengertian perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Dari peristiwa itulah, timbul hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya perjanjian ini berupa rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak.

Berdasarkan kondisi sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen dan penyelesaian masalah yang timbul, jika terjadi perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen tersebut. Atas dasar itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Leasing Kendaraan Bermotor (Studi Pada Federal Internasional Finance Astra Kota Medan)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kontrak pembiayaan kredit kendaraan bermotor FIF ASTRA cabang kota Medan dalam memenuhi hak-hak konsumen?

2. Bagaimana penyelasaian kredit bermasalah dalam pembelian kendaraan bermotor dengan cara leasing pada FIF ASTRA Cabang Medan?

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui kontrak pembiayaan kredit kendaraan bermotor FIF ASTRA cabang kota Medan dalam memenuhi hak-hak konsumen.

b. Untuk mengetahui penyelasaian kredit bermasalah dalam pembelian kendaraan bermotor dengan cara leasing pada FIF ASTRA Cabang Medan

2. Manfaat Penulisan

a. Sebagai kontribusi pemikiran tentang permasalahan perjanjian pembiayaan konsumen dalam hukum perjanjian dan diharapkan bisa menjadi masukan serta pengembangan ilmu dalam penelitian-penelitian berikutnya.

b. Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman intelektualitas tentang pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor.

c. Menambah wawasan mengenai wanprestasi dan penyelesaian dalam perjanjian pembiayaan konsumen dalam hal ini yang berkaitan dengan kredit pada leasing.

D. Keaslian Penulisan

Dalam pengerjaan penulisan skripsi ini, penulis terlebih dahulu melakukan pencarian atau penelusuran terhadap judul skripsi yang terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan dinyatakan bahwa tidak ada judul

(20)

yang sama pada arsip Perpustakaan Universitas Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Leasing Kendaraan Bermotor (Studi Pada Federal Internasional Finance Astra Kota Medan)” adalah hasil dari pemikiran dan ide serta gagasan dari penulis sendiri dan dikembangkan pemaparan dengan arahan Dosen Pembimbing. Keaslian dari penulisan skripsi ini terjamin benar adanya. Jikalau ada terdapat judul yang menyerupai dan terdaftar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum / Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara seperti judul penulis di atas, tentunya di luar sepengetahuan penulis dan pasti substansi di dalam skripsi tersebut berbeda dengan substansi di dalam skripsi penulis ini. Namun demikian adanya, di dalam penulisan skripsi ini terdapat kutipan-kutipan atau pendapat orang lain yang dilakukan sebagai referensi untuk mendukung fakta-fakta dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga melihat beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan Kredit Lessing dalam hal ini berbeda substansi dan lokasi penelitiannya dengan penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

Ketentuan mengenai perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata. Pasal 1313 KUH Perdata memberikan pengertian perjanjian yakni, “ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.19

19 Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1313.

(21)

Mariam Darus Badrulzaman terhadap rumusan tersebut berpendapat bahwa definisi perjanjian tersebut sudah otentik namun rumusannya disatu sisi adalah tidak lengkap karena hanya menekankan pada perjanjian sepihak saja dan disisi lain terlalu luas karena dapat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan janji kawin yaitu sebagai perbuatan yang terdapat dalam bidang hukum keluarga.20

Subekti dalam bukunya Perjanjian Indonesia, mendefinisikan kata perjanjian adalah sebagai suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Dalam perjanjian terdapat beberapa asas dalam perjanjian, salah satunya adalah asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.21

Asas kebebasan berkontrak tersebut diatur dalam buku III KUH Perdata, karena buku ke III KUH Perdata tersebut bersifat terbuka. Terbuka disini artinya siapa saja diperbolehkan baik dari segi bentuk dan isinya untuk mengadakan suatu perjanjian. Asalkan perjanjian yang akan diperjanjikan itu tidak dilarang oleh Undang-Undang. Tidak berlawanan dengan kesusilaan, serta tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Hal tersebut sesuai dengan isi Pasal 1337 KUH Perdata.22

20 Mariam Daruz Badrulzaman (1), Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Penerbit Alumni, 1994), hlm. 18.

21 Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1338.

22 Ibid, Pasal 1337.

(22)

Berdasarkan kedua Pasal tersebut telah dijelaskan mengenai makna

“kebebasan bagi setiap orang”. Kebebasan disini bukan tanpa pembatasan, artinya kebebasan yang memenuhi syarat-syarat tertentu, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata untuk syarat sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :23

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;

c. Mengenai suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Lembaga pembiayaan menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Lembaga Pembiayaan meliputi: 24

1) Perusahaan Pembiayaan, adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.

2) Perusahaan Modal Ventura, adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha.

23 Ibid, Pasal 1320.

24 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), hlm. 281.

(23)

3) Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur.

Pengertian dari Perusahaan Pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dalam Pasal 1 huruf (b) dikatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. Lembaga pembiayaan yang berkembang saat ini seperti:25

a. Lembaga pembiayaan proyek (project finance)

b. Lembaga Pembiayaan Modal Ventura (ventura capital) c. Lembaga pembiayaan sewa guna usaha (leasing) d. Lembaga pembiayaan anjak piutang (factoring) e. Lembaga pembiayan konsumen (consumer finance) f. Lembaga pembiayaan kartu kredit (credit card) g. Lembaga pembiayaan usaha kecil

Lembaga pembiayaan diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009.

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Sedangkan yang dimaksud dengan perusahaan pembiayaan adalah

25 Indonesia, (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan), Pasal 1 huruf (b).

(24)

badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau Usaha Kartu Kredit.26

Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) berdasarkan Peraturan Presiden nomor 9 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (7) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.Perusahaan pembiayaan diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, pengertian perusahaan pembiayaan dalam Pasal 1 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa.27

Pembiayaan konsumen dipakai sebagai terjemahan dari istilah “Consumer Finance”. Pembiayaan konsumen ini tidak lain dari sejenis kredit konsumsi (Consumer Credit). Hanya saja, jika pembiayaan konsumen dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, sementara kredit konsumsi diberikan oleh bank. 28 Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan finansial (consumer finance company).

Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan

26 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Rajawali Pers. 2008), hlm. 2.

27 Indonesia, (Peraturan Presiden nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan), Pasal 1 ayat (7).

28 Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, (Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 114.

(25)

kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan produksi ataupun distribusi.29

Pihak- pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen pada umumnya terdiri atas dua pihak, yaitu:

1. Perusahaan pembiayaan yang bertindak sebagai kreditur 2. Konsumen yang kedudukannya sebagai debitur

Di dalam praktek perjanjian konsumen umumnya dibuat dalam bentuk perjanjian baku atau disebut juga perjanjian standar (standard contract, standard segremeent). Menurut Purwahid Patrik perjanjian baku adalah “suatuperjanjian yang di dalamnya terdapat syarat-syarat tertentu yang dibuat oleh salah satu pihak”.

Selanjutnya J. Satrio merumuskan perjanjian standar sebagai “perjanjian tertulis, yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang mengandung syarat-syarat baku, yang oleh salah satu pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk disetujui”.

Jaminan yang ada dalam pembiayaan konsumen pada prinsipnya sama dengan jaminan dalam kredit bank, khususnya kredit konsumen, yaitu:30

1. Jaminan Utama, sebagai suatu kredit maka jaminan pokoknya adalah kepercayaan dari kreditur kepada debitur (konsumen) bahwa pihak konsumen dapat dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya.

29 Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2000), hlm. 149.

30 Munir Fuady (3), Hukum Tentang Pembiayaan, (Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 168.

(26)

2. Jaminan Pokok, sebagai jaminan pokok terhadap transaksi pembiayaan konsumen adalah barang yang dibeli dengan dana tersebut. Biasanya jaminan tersebut dibuat dalam bentuk Fiduciary Transfer of Ownership (fidusia).

3. Jaminan Tambahan, sering juga dimintakan jaminan tambahan terhadap transaksi pembiayaan konsumen ini, walaupun tidak seketat jaminan untuk pemberian kredit bank. Biasanya jaminan tambahan terhadap transaksi seperti ini berupa pengakuan hutang (Promissory Notes), atau Acknowledgement of Indebtedness, Kuasa Menjual Barang, dan Assigment of Proceed (Cessie) dari asuransi.

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi buruk.

Menurut Prof. Subekti, S.H, wanprestasi adalah “Apabila si berutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka dikatakan ia melakukan “wanprestasi”. ia alpa atau “lalai” atau ingkar janji. Atau juga ia melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau bebuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya”.31 Mengenai ganti kerugian akibat wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 KUH Perdata, yaitu:

“Penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perjanjian barulah mulai diwajibkan apabila si debitur setelah dinyatakan lalai memenuhi kewajibannya, masih tetap melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat tenggang waktu yang telah dilampaukannya”.

31 Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan XVI, (Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 1996), hlm. 4.

(27)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Yuridis Empiris. Penelitian ini digunakan untuk memperjelas kesesuaian antara teori dan praktik dengan menggunakan data primer mengenai Perlindungan hukum bagi konsumen dalam kredit kendaraan bermotor melalui leasing.. Dalam memperoleh data-data dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dengan narasumber di FIF ASTRA Cabang Kota Medan yang berhubungan langsung dengan materi penelitian yang ingin peneliti teliti tentang Perlindungan hukum bagi konsumen dalam leasing kendaraan bermotor di FIF ASTRA Cabang Kota Medan. dan telaah pustaka serta dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti..

2. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis empiris. Dalam perspektif yuridis dimaksudkan untuk menjelaskan dan memahami makna dan legalitas peraturan perundang-undangan yang mengatur Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Penyelesaian Kredit Bermasalah pada FIF ASTRA Cabang Medan.

3. Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian pada Kantor FIF ASTRA Cabang Medan.

(28)

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data primer, data sekunder, dan data tersier antara lain sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara lansung melalui wawancara dengan pejabat yang berkompeten, narasumber, dan pihak- pihak terkait dengan penulisan skripsi ini, dalam hal ini pihak-pihak dari FIF ASTRA Cabang Kota Medan.

b. Data sekunder, yaitu data atau dokumen yang diperoleh dari instansi lokasi penelitian, literatur, serta peraturan-peraturan yang ada releansinya dengan materi yang dibahas..32

c. Data tersier, berupa hasil-hasil penelitian, internet, buku, artikel ilmiah, dan lain-lain yang berkaitan dengan data primer dan sekunder.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan studi lapangan pada FIF ASTRA Medan, dengan melakukan wawancara untuk mendapatkan data primer dengan beberapa narasumber, selanjutnya penelitian dilakukan dengan cara Studi kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal, artikel dan sumber lainnya yang berkaitan tentang pencatatan sipil untuk mendapatkan data sekunder dan tersier.

32 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayumedia Publishing, 2006), hlm. 392.

(29)

6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis data kualitatif, dimana keseluruhan data baik primer maupun sekunder akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, dikategorisasikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data yang lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, serta dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas data.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan secara sistematis sangat diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Untuk memudahkan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang dibagi dalam beberapa bab yang saling berhubungan satu sama lain.

Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar dari pembahasan selanjutnya yang terdiri dari 7 (tujuh) sub bab yaitu: Latar Belakang , Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II ASPEK HUKUM PEMBIAYAAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR

Pada bab ini berisikan 4 (empat) uraian sub bab yaitu yang pertama menjelaskan tentang Pembayaran kredit kendaraan bermotor, yang kedua menjelaskan tentang sumber-sumber pembiayaan, ketiga menjelaskan tentang aspek

(30)

hukum Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah, dan yang terkhir yang keempat menjelaskan tentang Aspek Hukum Kontrak Pembiayaan Kendaraan Bermotor Pada FIF ASTRA Cabang Kota Medan

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM LEASING KENDARAAN BERMOTOR BERMASALAH PADA PT.FIF GROUP KOTA MEDAN

Pada Bab ini berisikan uraian 2 (dua) sub bab yang pertama menjelaskan tentang Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Pembiayaan Kredit Bermotor pada FIF ASTRA Medan, dan yang kedua menjelaskan tentang Proses Penyelesaian Leasing kendaraan bermotor Bermasalah pada FIF ASTRA Medan.

BAB IV PENUTUP

Berisikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dalam skripsi ini, disertai dengan saran.

(31)

BAB II

ASPEK HUKUM KONTRAK PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR FIF ASTRA KOTA MEDAN

A. Pembiayaan Kredit Kendaraan Bermotor 1. Pengertian Pembiayaan Kredit

Pembiayaan adalah salah satu tugas yang harus ada pada sebuah bank, seperti menyediakan dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang termasuk defisit unit.33 Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan, yang dimaksud pembiayaan adalah: “menyediakan dana atau tagihan atau yang bisa disamakan dengan itu berdasarkan manfaat yang bisa diambil dari dana tersebut atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak yang mengambil manfaat dari dana tersebut yang mewajibkan pihak tersebut untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil.34

Jasa pembiayaan merupakan salah satu cara yang digunakan masyarakat untuk mendapatkan sumber dana pembiayaan, disamping melalui badan usaha atau lembaga lainnya yang sama-sama memberikan kredit seperti melalui jasa perbankan.

Pembiayaan konsumen ini tidak lain dari sejenis kredit konsumsi, Hanya saja, jika

33 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 160.

34 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta:UUI Press, 2004), hlm. 163.

(32)

pembiayaan konsumen dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, sementara kredit konsumsi diberikan oleh bank.35

Menurut keputusan tersebut bidang usaha dari Lembaga Pembiayaan itu meliputi ;

1. Sewa Guna Usaha ( Leasing ) 2. Modal Ventura ( Ventura Capital )

3. Perdagangan Surat Berharga ( Securitas Company ) 4. Anjak Piutang ( Factoring )

5. Usaha Kartu Kredit ( Credit Card )

6. Pembiayaan Konsumen ( Consumer Finance )36

Dari berbagai bidang usaha lembaga pembiayaan tersebut di atas, yang sama pentingnya dengan bidang-bidang usaha dari lembaga pembiayaan lainnya adalah Pembiayaan Konsumen, atau yang di kenal dengan istilah Consumer Finance.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan, dijelaskan bahwa pembiayaan konsumen sebagai suatu kegiatan yang “dilakukan dalam bentuk penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang, yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen”.37

Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut sangat diperlukan sejumlah dana yang dalam dunia perekonomian lazim disebut dengan modal. Seirama dengan perkembangan masa, maka jika yang mengatur perbankan dikenal adanya

35 Munir Fuady, Op.Cit,, hlm. 65.

36 Indonesia (Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan), Pasal 2.

37Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : Penerbit Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 315.

(33)

Hukum perbankan atau mengatur perkreditan yang namanya Hukum perkreditan, tentunya yang mengatur bantuan finansial lewat lembaga pembiayaan dikenal juga cabang Hukum bisnis yang namanya Hukum pembiayaan. Lembaga pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha dibidang lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di Indonesia.38 Di tinjau berdasarkan taraf hidup dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka dapat ditemui adanya dua sisi yang berbeda, di satu sisi ada orang atau sekumpulan orang atau badan hukum yang memiliki kelebihan dana dan di sisi lain begitu banyaknya masyarakat baik perorangan maupun lembaga/badan usaha yang membutuhkan dana.

Dalam lembaga keuangan konvensional pembiayaan juga disebut kredit yang diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dengan bahasa latin kredit berarti

“Credere” artinya percaya. Maka arti dari percaya tersebut adalah bahwa pihak yang memberi kredit tersebut memberikan kepercayaan kepada pihak yang menerima kredit bahwa kredit yang diberikan harus dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.39

Kredit merupakan salah satu kegiatan usaha bank dalam penyaluran dana kepada masyarakat, sebagai lembaga intermediasi harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan maksimal. Disamping itu berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang No.

10 Tahun 1998 selanjutnya di sebut UU Perbankan, perbankan Indonesia bertujuan

38 Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 1-2.

39 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada,2005), hlm. 92-93.

(34)

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Pemberian kredit membantu masyarakat semakin berkembang khususnya pada sektor riil yang diusahakan oleh pengusaha kecil, dan akan menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat.40

Pemberian kredit dari bank kepada nasabah debitur didasarkan pada perjanjian kredit, perjanjian kredit berisi kesepakatan tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak antara bank dengan nasabah debitur, yang akan menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Asas ini membentuk suatu hubungan kontraktual serta meletakan hak dan kewajiban terhadap para pihak sesuai dengan yang disepakati bersama. Dalam praktek perbankan perjanjian kredit di buat secara tertulis dan dalam bentuk perjanjian baku.41

Dari pengertian kredit dan pembiayaan diatas ternyata pengertian kredit pada UU Perbankan 1998 lebih luas bila dibandingkan pengertian pembiayaan dalam UU Perbankan 1998. Karena dalam UU Perbankan 1998 hanya diisyaratkan adanya bunga, sedangkan dalam UU Perbankan 1998 tentang pembiayaan selain mengisyaratkan adanya bunga, juga ada mengisyaratkan adanya imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

40 Etty Mulyati, “Asas Keseimbangan Pada Perjanjian Kredit Perbankan dengan Nasabah Pelaku Usaha Kecil,” (Jurnal Bina Mulia Hukum, Vol.1, No.1, 2016), hlm. 37.

41 Ibid.

(35)

Pada dasarnya Pembiayaan dan Kredit merupakan salah satu jenis pelayanan jasa suatu bank baik bank konvensional ataupun bank syariah yang mana bank memberikan jasa peminjaman uang kepada masyarakat pada bank konvensional atau bank membiayai pembelian sesuatu dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat pada bank yang berbasis syariah.

2. Pengaturan Pembiayaan Kredit

Pengaturan hukum mengenai pembiayaan dan kredit itu berdasarkan kepada pasal 1313 KUH Perdata. Dimana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1313, dinyatakan bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari perkataan overeekomst dalam bahasa Belanda. Kata overeekomst tersebut lazim diterjemahkan juga dengan kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut sama artinya dengan perjanjian.42

Menurut pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu : 43

a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya b. Cakap untuk membuat sesuatu perjanjian c. Mengenai sesuatu hal tertentu

42 Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1313.

43 Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1320.

(36)

d. Suatu sebab yang halal.

Syarat sepakat dan cakap bagi sahnya perjanjian, disebut sebagi syarat subjektif karena menyangkut orang atau pihak – pihak yang terlibat dalam perjanjian, sedangkan syarat mengenai suatu hal tertentu dan sebab yang halal disebut sebagai syarat objektif karena menyangkut objek yang diperjanjikan oleh orang – orang atau subjek yang membuat perjanjian. suatu syarat subjektif jika tidak terpenuhi ( sepakat mereka yang mengikatkan dirinya atau cakap untuk berbuat sesuatu ) maka perjanjiannya dapat dimintakan pembatalan oleh salah satu pihak. Apabila syarat objektif tidak terpenuhi (mengenai sesuatu hal tertentu atau sebab yang halal) maka perjanjiannya batal demi hukum.

Syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata sudah dipenuhi, maka berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata, perjanjian telah mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan kekuatan suatu Undang-Undang.44

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, ditemukan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, namun Undang-Undang tersebut tidak menentukan lebih lanjut mengenai bagaimana bentuk persetujuan pinjam-meminjam tersebut.

Pengertian tentang perjanjian kredit belum dirumuskan, oleh karenanya perlu untuk memahami pengertian perjanjian kredit yang diutarakan oleh para pakar hukum antara lain, Marhainis Abdul Hay mengemukakan bahwa perjanjian kredit adalah

44 Megarita, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Saham Yang Di Gadaikan, (Medan : USU Press, 2008), hlm. 49.

(37)

identik dengan perjanjian pinjam-meminjam dan dikuasai oleh ketentuan Bab XIII dari Buku III KUH Perdata.45

Perjanjian kredit bank berasaskan konsensualisme, artinya mengikat setelah ada kesepakatan dari pihak yang melakukan perjanjian. Dengan demikian, perjanjian kredit ini tunduk pada Buku III KUH Perdata juga ketentuan UU Perbankan 1998.

3. Perkembangan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan

Apabila dilihat dari latar belakang sejarah leasing itu sendiri, yang berasal dari Amerika Serikat dan banyak diterapkan di Negara-negara dimana situasi, kondisi serta hukumnya sangat berbeda dengan Amerika Serikat, maka kesulitan mencari definisi leasing dapatlah dimengerti. Sedangkan dilihat dari arti katanya, leasing berasal dari bahasa Inggris “lease” yang berarti “menyewakan”, yang merupakan suatu pengertian yang kompleks. Tetapi secara umum leasing dipandang sebagai kontrak antara pemilik atau penyewa barang (lessee), dimana pemilik barang memberikan penempatan sementara dalam penggunaan barang kepada pihak pemakai untuk jangka waktu tertentu.46

Di Indonesia sendiri lembaga leasing sudah ada sekitar dua puluh tahun terakhir ini. Undang-undang yang secara resmi mengatur belum ada, karena itu masih mengikuti peraturan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan merupakan lembaga keuangan yang mengatur keuangan secara

45 Marhainis Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia, ( Bandung : Pradnya Paramita, 1975 ), hlm. 67.

46 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet-1 (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 258.

(38)

keseluruhan. Penggunaan lembaga leasing sebagai lembaga pembiayaan yang relatif masih belum lama, ternyata dalam dunia usaha nampaknya cukup menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Tetapi dalam prakteknya penggunaan jasa leasing sering terjadi permasalahan yang antara lessor dan lesse, sehingga mengakibatkan barang modal tersebut diambil kembali oleh lessor tanpa ada tuntutan melalui peradilan perdata. Sedangkan sesuai dengan pasal 1238 KUH-Perdata pihak lessor seharusnya memberikan somasi atas kelalaian lesse dan memberikan surat pernyatan bahwa lesse telah lalai (wanprestasi), kecuali perjanjian leasing yang bersangkutan menyatakan lain.47

Leasing atau perusahaan pembiayaan adalah lembaga keuangan non-bank yang kegiatan utamanya adalah pemberian kredit untuk pembiayaan barang modal.

Berbeda dengan bank yang memperoleh sumber pendanaan dari deposan masyarakat umum atau perusahaan, perusahaan leasing memperoleh sumber pendanaannya melalui dana pinjaman dari bank.48

Perluasan bidang usaha kegiatan perusahaan pembiayaan (leasing) dicanangkan oleh OJK pada tahun 2014 dalam rangka mengembangkan industi pembiayaan di Indonesia. Semula bidang usaha perusahaan pembiayaan hanya sebatas pemberian fasilitas pembiayaan finance dan operating lease, diperluas menjadi finance dan operating lease, installment financing, fee based income,

47 Indonesia (Burgerlijk Wetboek), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Staatsblaad Nomor 23 Tahun 1847, Pasal 1238.

48 Kasmir, Op.Cit, hlm. 208.

(39)

pembiayaan modal kerja, pembiayaan proyek dan pembiayaan infrastruktur (POJK No. 29 tahun 2014).

Seiring dengan perluasan kegiatan usaha perusahaan pembiayan (leasing), OJK juga menerapkan sistem manajemen risiko yang berlaku pada 19 November 2015. OJK menetapkan one obligor concept dimana perusahaan pembiayaan wajib menetapkan kualitas kredit yang sama terhadap 1 (satu) debitur dengan beberapa kontrak pembiayaan atau kredit yang berbeda. OJK juga menetapkan bahwa batasan maksimum piutang pembiayaan yang masuk dalam kategori Non Performing Financing (NPF) kategori 3 (tiga) sebesar 5%. Definisi NPF kategori 3 (tiga) adalah piutang pembiayaan tidak tertagih lebih dari 90 (sembilan puluh) hari.49

Berkaitan dengan aturan baru yang ditetapkan OJK, maka perusahaan leasing sebagai salah satu lembaga non-bank wajib mengimplementasikan sistem manajemen risiko yang dimulai dari penerapan manajemen risiko internal termasuk manajemen risiko dalam kegiatan penyaluran dana leasing. Kegiatan penyaluran dana untuk pembiayaan barang modal kepada para konsumen, merupakan kegiatan utama perusahaan leasing. Selain memberikan pendapatan, kegiatan tersebut juga melibatkan risiko apabila dana yang digunakan untuk kegiatan tersebut tidak tertagih atau macet dikarenakan konsumen mengalami kesulitan keuangan atau mengalami kebangkrutan.50

49 Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka Utama Grafiti, 1993), hlm. 119.

50 Ibid, hlm. 121.

(40)

Risiko utama yang dihadapi perusahaan leasing adalah kemungkinan konsumen tidak memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian. Hal ini dapat membahayakan kelancaran bisnis perusahaan, baik berupa penetapan cadangan piutang tidak tertagih yang akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, penurunan tingkat kepercayaan bank sebagai kreditur perusahaan, penghapusan piutang tidak tertagih yang akan menurunkan nilai keuntungan perusahaan, penghentian kegiatan perusahaan, hingga risiko kebangkrutan yang mungkin dihadapi perusahaan leasing.51

Pengelolaan risiko kredit bagi perusahaan leasing sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Risiko kredit mendapatkan perhatian yang besar karena tingkat risiko dari karakteristik dan kondisi konsumen yang diberikan fasilitas leasing akan menentukan tingkat risiko yang ditanggung oleh perusahaan leasing. Pengelolaan risiko kredit merupakan sebuah pendekatan terstruktur untuk mengelola ketidakpastian melalui penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan manajerial sumber daya. Strategi yang dapat diambil mencakup transfer risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi dampak negatif dari risiko, dan menerima beberapa atau semua konsekuensi dari risiko tertentu.52

51 Komar Andasasmita, Leasing dan Praktek . (Bandung : Ikatan Notaris Bandung, 1993), hlm. 77.

52 Siti Ismijati, Tinjauan Umum mengenai Leasing dan Peranannya dalam Usaha Memenuhi Kebutuhan akan Alat-alat Produksi, (Yogyakarta : Diktat Penataran Dosen Hukum Perdata Universitas Gadjah Mada, 1994), hlm. 25.

(41)

Dalam perkembangannya leasing telah memperkenalkan metode baru untuk memperoleh dan mendapatkan barang modal, yaitu dengan jalan membayar angsuran tiap bulan atau tiap triwulan kepada perusahaan leasing, dengan demikian perusahaaan-perusahaan dapat menggunakan barang modal tanpa harus memilikinya.

Bila perusahaan ingin membeli barang modal tersebut, maka hanya harga sisa yang telah disepakati bersama saja yang dilunasi, sedangkan harga barang modal yang digunakan perusahaan ditanggung oleh pihak leasing. Pihak perusahaan mempunyai hak opsi dimana dapat memilih apakah akan membeli atau memperpanjang pinjaman atau mengakhiri pinjaman leasing tersebut.53

B. Dasar Pembiayaan Leasing

1. Pengertian Pembiayaan Leasing

Perjanjian pembiayaan, lahir dari Kepres No.1251/KMK.013/1988 yang telah di perbarui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan, KPTS Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01-1991 tentang kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing). Perjanjian pembiayaan ini antara lain sebagai berikut :

a. Perjanjian sewa Guna Usaha b. Perjanjian Anjang Piutang c. Perjanjian Modal ventura d. Perjanjian Kartu kredit

e. Perjanjian pembiayaan konsumen f. Perjanjian simpanan

53 Siti Ismijati, Op.Cit, hlm. 27.

(42)

g. Perjanjian kredit h. Perjanjian penitipan i. Perjanjian bagi hasil54

Leasing merupakan suatu “kata atau peristilahan” baru dari bahasa asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia , yang sampai sekarang padanannya dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak atau belum ada yang dirasa cocok. Istilah leasing ini sangat menarik karena bertahan dalam nama tersebut tanpa diterjemahkan dalam bahasa setempat, baik di Amerika yang merupakan asal-usul adanya lembaga leasing ini, maupun di negara-negara yang telah mengenal lembaga leasing ini.55

Istilah leasing yang berarti sewa-menyewa. Dalam peraturan perundang–

undangan yang berlaku di Indonesia, leasing diistilahkan “ sewa guna” dalam Kepmenkeu No. 1169/KMK.01/1991 tentang kegitan Sewa guna usaha (leasing) disebutkan bahwa sewa guna usaha merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal (misal mobil atau mesin pabrik) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.56

Secara umum leasing berarti equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Leasing juga berarti pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh

54 Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Bisnis, (Bandung, : Alumni, 1994), hlm. 31.

55 Achmad Anwari, Leasing di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987), hlm. 43.

56 Indonesia, (Salinan keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia no : 1169/KMK.01/1991 tentang sewa guna usaha leasing) bab I Pasal 1.

(43)

perusahaan yang menggunakan barang modal tersebut, dan dapat membeli atau memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa.57

Perjanjian leasing tidak hanya sebatas suatu kontrak atau persetujuan sewa yang obyeknya berupa barang modal, dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa, namun lebih kompleks, karena dalam leasing dapat timbul hak beli, dan hal ini sangat mendekati transaksi jual beli aktiva angsuran dan dapat pula seperti sewa menyewa biasa. Leasing memiliki sejarah yang cukup panjang.58

Sejak dikeluarkan Keputusan Bersama Tiga Menteri mengenai status hukum leasing di Indonesia, maka para sarjana hukum di Indonesia bertanya-tanya tentang apakah sebenarnya leasing itu bila ditinjau dari segi hukum di Indonesia, sebab selama ini segi-segi ekonomislah yang lebih sering ditonjolkan dalam informasi tehnis yang diberikan oleh pihak-pihak yang bersangkutan, namun aspek yuridisnya belumlah dianalisis secara mendalam.

Bertalian dengan sifat hukum perdata dari leasing tampaknya ada dua pendapat yang berlawanan : Pendapat yang pertama menyatakan “Bahwa leasing dalam pengertian yuridis adalah sewa-menyewa”. Sedangkan pendapat yang kedua menyatakan, “Bahwa kontrak lease berdasarkan hukum perdata tidak dapat ditetapkan di bawah satu penyebutan (noemen).59

57 Ainun Naim (2), Akuntansi Keuangan. (Yogyakarta : BPEF, 1992 ), hlm. 150.

58 Achmad Anwari, Op.Cit, hlm. 45.

59 Komar Andasasmita, Leasing dan Praktek, (Bandung : Ikatan Notaris, 1993 ) hlm. 77.

(44)

Bandingkan dengan ketentuan Pasal 1 huruf (a) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169 Tahun 1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing).60

“Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (Finance lease) maupun Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”.

Pada prinsipnya pengertian dari lembaga leasing itu sendiri adalah sama dan harus terdiri dari unsur-unsur pengertian sebagai berikut61 :

1) Pembiayaan perusahaan

2) Penyediaan barang-barang modal 3) Adanya jangka waktu tertentu 4) Pembayaran secara berkala 5) Adanya hak pilih (optie)

6) Adanya nilai sisa yang disepakati bersama

Dalam realitasnya, leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu barang dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan leasing ini ada dua katagori global, sebagaimana yang dijelaskan dalam Kepmenkeu No 1169/KMK.01/1991 yaitu operating lease dan financial lease. Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang disewanya, tidak terjadi pemindahan kepemilikan (transfer of title) asset, baik di awal maupun di

60 Indonesia, (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169 Tahun 1991 Tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha), Pasal 1 huruf (a).

61 Amin Widjaya Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, (Jakarta : Rineka Cipta,2001), hlm. 9.

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan Terhadap Konsumen Berkaitan Dengan Pemanfaatan Kontrak Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Sepeda Motor PT Federal International Finance (FIF) Kota

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR DI PT.PARA MULTI FINANCE CABANG PADANG.. Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna

Konsumen kepada peraturan baru yang dibuat sepihak oleh pihak Pelaku Usaha yang melanggar Pasal 18 Ayat (1) huruf d Undang-Undang Perlindungan Konsumen, bahwa

Saat ini, masih banyak Perusahaan Pembiayaan Konsumen kendaraan bermotor yang tidak mendaftarkan Fidusianya dengan alasan-alasan tertentu, padahal Fidusia itu sendiri

Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan).. Dengan ini

Adapun judul skripsi ini adalah “Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT.

Mengenai cara penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek fasilitas pembiayaan konsumen yang dilakukan kreditur kepada kreditur (konsumen), penulis

Setelah melakukan penelitian di PT Pegadaian UPC Kalisat, menurut hasil wawancara tentang perlindungan konsumen leasing pada saat sebelum transaksi meliputi beberapa hal yang harus