• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA TERHADAP SIKAP BERAGAMA SISWA DI MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH BOTONG KEC.BUNGAYA KAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA TERHADAP SIKAP BERAGAMA SISWA DI MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH BOTONG KEC.BUNGAYA KAB."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA TERHADAP

SIKAP BERAGAMA SISWA DI MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH

BOTONG KEC.BUNGAYA KAB.GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

HASRIANI 105 190 1218 11

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436 H/2015M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PRAKATA

Assalamu’ Alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah, inayah serta berkah-Nya atas selesainya skripsi ini.

Sholawat serta salam smoga Allah SWT, melimpahkan rahmatnya kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat serta kita semua ummatnya sampai akhir zaman.

Dalam penyelesaan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik dari dukungan, motivasi, bimbingan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis banyak mengucapkan trima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada:

1. Kepada kedua Orang tua-Ku yang tercinta, Bapak Sarani dan Ibunda tercinta Cece Dg Ratang yang telah mengasuh dan memberikan dukungan baik moral maupun materil sejak kecil sampai sekarang

2. Bapak DR.H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bantuan dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan kepemimpinan kepada penulis.

(7)

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam beserta seluruh staf yang telah mengembangkan Fakultas.

(8)
(9)

ABSTRAK

HASRIANI, 105 19 01218 11 “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Sikap Beragama Siswa Di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa ” (di bimbing Oleh Drs.

H. Abd Samad T dan Dra. St. Rajiah Rusydi, M. Pd.I).

Skripsi ini merupakan suatu pembahasan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama islam dalam keluarga terhadap sikap beragama siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. gowa untuk mengetahui suasana pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berada di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey dan merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa dan orang tua siswa. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik penarikan sampel secara Porposive Sampling yakni sampel diambil secara langsung yaitu kelas I, II, III yang berjumlah 134 siswa dan sampel pada siswa dikhususkan kepada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga langsung kepada guru yang mengajar Pendidikan Agama Islam. Selanjutnya data yang dikumpulkan di lapangan diolah dengan analisis deskriptif kuantitatif.

Dari hasil penelitian membuktikan bahwa, pengaruh pendidikan agama islam dalam keluarga terhadap sikap beragama siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab, Gowa adanya kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam dan keluarga, siswa dapat belajar dengan efektif dan suasana yang kondusif, bersikap baik terhadap guru Pendidikan Agama Islam dan orang tua, siswa mampu menerima pelajaran dengan baik sehingga siswa bisa menambah pengetahuannya terkhusus dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berpengaruh terhadap akhlak dan tingkah laku siswa di dalam keluarga. Guru dan keluarga mampu memberikan pembelajaran tentang keagamaan dan pengetahuan mana yang baik dan mana yang buruk, orang tua mampu memberikan pengawasan yang ketat, untuk memberikan pendidikan dan pengalaman yang diberikan kepada anak. Siswa mampu menerima pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang sangat berpengaruh terhadap sikap, sifat, dan tingkah laku yang dimiliki siswa.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

BERITA ACARA ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakan... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga ... ... 8

a. Pengertian Pendidikan ………..……….…………. 8

b. Pengertian Pendidikan Agama Islam……..……….….. 9

c. Pengertian Keluarga……….….… 11

B. Sikap Beragama………..…..……… 17

a. Pengertian Sikap……….….….. 17

b. Pengertian Sikap Beragama………..……….…. 18

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Beragama……..….… 21

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….……….... 27

B. Lokasi dan Objek Penelitian………..…..………... 27

C. Variabel Penelitian…...………...…. 28

D. Definisi Operasional Variabel………..…..….. 28

E. Populasi dan Sampel………..…….…… 29

F. Instrumen Penelitian………...……..…………... 31

(11)

G. Teknik Pengumpulan data…...……….…... 32 H. Teknik Anlisis Data………....…….. 33 BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran umum Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec.

Bungaya Kab. Gowa... 34 1. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Darunnajah Botong

Kec. Bungaya kab. Gowa... 34 2. Keadaan Guru Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec.

Bungaya Kab. Gowa... 36 3. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Barunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa... 37 4. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec.

Bungaya Kab. Gowa... 39 5. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya kab. Gowa... 40 B. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Sikap Beragama Siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa ... 42 C. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Sikap

Beragama Siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec.

Bungaya Kab. Gowa... 47 BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan... 52 B. Saran... 53 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel I : Jumlah Populasi Siswa Dan Orang Tua Di MA Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Bungaya ... 28 Tabel II : Jumlah Sampel Siswa Dan Orang Tua Di Ma Darunnajah

Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa ... 29 Tabel III : Keadaan Guru Ma Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab.

Gowa ... 37 Tabel IV : Bagang Stuktur Organisasi Ma Darunnajah Botong Kec.

Bungaya Kab. Gowa ... 38 Tabel V : Keadaan Siswa Ma Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab.

Gowa ... 40 Tabel VI : Sarana Dan Prasarana Di Ma Darunnajah Botong Kec.

Bungaya Kab. Gowa ... 41 Tabel VII : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Tentang

Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Sikap Beragama Siswa Di Ma Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa ... 43 Tabel VIII : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Tentang

Keluarga Dan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengingatkan Pada Siswa Untuk Menjalankan Kewajiban Sebagai Umat Islam ... 44 Tabel IX : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Tentang

Keluarga Dan Guru Pendidikan Agama Islam Selalu Mengingatkan Pada Siswa Ketika Melakukan Kesalahan ... 45

(13)

Tabel X : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Tentang Siswa Paham Saat Mendapatkan Pelajaran Dari Guru Pendidikan Agama Islam ... 46 Tabel XI : Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Tentang

Guru Pendidikan Agama Islam Yang Sering Menyapa Siswa ... 46

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah “ usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memaikan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan- kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peran hidup secara tepat”.

Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita-cita tertentu, maka yang

(15)

merupakan masalah pokok bagi pendidikan adalah memiliharah atau tujuan yang akajn dicapai.

Redja Mudiyaharjo, (2002 :11) Pengantar pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indinesia.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa Pendidikan Nasional adalah

“Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap[ terhadap perubahan zaman “.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan islam, baik sebagai sistem maupun institusinya, merupakan warisan budaya bangsa, yang berurat berakar pada masyarakat bagian integral dari system pendidikan nasional.

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bias dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, berkenaan dengan ini, di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa :

“Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran ”.

Sedangkan tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No,20 Tahun 2003 pasal 3 yaitu bertujuan untuk berkembangnya

(16)

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepad Tuhan yang Maha Esa, berakh;lak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan suatu bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, Karena pandangan setiap bangsa itu tidak sama, yaitu semua mengingatkan terwujudnya manusia yang baik yaitu manusia yang sehat, kuat serta mempunyai keterampilan, pikirannya cerdas serta pandai, dan hatinya berkembang dengan sempurna.

Dalam perkembangannya pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berartisegala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

Dalam firman Allah Swt dalam Q.S An-Nahl 16 :78

(17)

































Terjemahnya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui satupun, dan Dia member kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur .” Departemen Agama RI (2005:59)

Orang tua sebagai penanggung jawab dalam keluarga tidak dapat disalahkan begitu saja. Adanya kesibukan orang tua dalam mencari nafkah, bekerja, dan lain-lain merupakan suatu hal yang wajar dalam kehidupan sosial manusia demi untuk kebutuhan keluarganya, Namun, apa yang dilakukan oleh orang tua tentunya tidak harus melepaskan tanggung jawabnya sebagai pembimbing dan pendidik dalam rumah tangga.

Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama seharusnya memberikan pembinaan akhlak, perhatian, arahan, dan bimbingan lkepda anak-anaknya yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal ini pendidikan islam menempatkan orang tua sebagai pendidik utama dan pertama.

Hal ini terlihat dari penegasan Allah SWT. Dalam QS At Tahrim / 66 :6.

(18)















































Terjemahnya :

Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Departemen agama RI (2013:560)

Ayat di atas mengandung tututan kepada keluarga untuk menjaga diri sekaligus memelihara anak-anaknya, agar tidak terjebak ke dalam perilaku yang bertentangan dan melanggar hokum Allah Swt, Orang tua dituntut untuk membangun kehidupan rumah tangga yang terdiri dari orang-orang yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.

Keluarga adalah salah satu elemen pokok pembangunan entitas pendidikan, menciptakan proses naturalisasi social,

(19)

membentuk kepribadian, serta member berbagai kebiasaan baik pada anak-anak yang terus bertahan selamanya. Dengan kata lain, keluarga merupakan benih awal penyusunan kematangan individu dan struktur kepribadian. Dalam banyak kasus, untuk mengikuti orang itu dalam berbagai kebiasaan dan perilaku.

Keluarga merupakan lembaga istitusi pendidikan yang paling nyata pengaruhnya terhadap pembetukan akhlas dan moral anak.

Banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak mereka setelah diserahkan kepada guru di sekolah maka lepaslah tanggung jawab dan kewajibannya untuk memberikan pendidikan kepada anak mereka. Semua tanggung jawabnya telah beralih kepada guru di sekolah. Padahal salahsatu faktor yang mempengaruhi perilaku keagamaan seoramng anak adalah faktor pendidikan dalam keluarga.

Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis akan mencoba melihat Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Sikap Beragama siswa di MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH BOTONG Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa.

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka selanjutnya penulis merumuskan masalah yang di anggap perlu untuk dikaji lebih lanjut.

Adapun rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pendidikan agama islam dalam keluarga

dalam sikap beragama siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa ?

2. Usaha-usaha apa yang dilakukan dalam meningkatkan Sikap Beragama Siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh pendidikan agama islam dalam keluarga terhadap sikap beragama siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa 2. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan

sikap beragama siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian yang menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu (s1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam,Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

(21)

Penelitian ini akan berguna untuk :

1. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi khasanah pengetahuan dalam pengembangan ilmu pendidikan, khususnya terdapat pengaruh Pendidikan Agama Islam dalam keluarga terhadap sikap beragama siswa Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa.

2. Hasil penelitian ini dapat menghasilkan informasi bagi para keluarga terhadap sikap beragama siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan cara berfikir atau bertingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan, dan latihan proses mendidik.

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu salain mengasuh, mendidik, atau memelihara anak, pendidikan juga merupakan pengembangan keterampilan, pengetahuan maupun kepandaian melalui pengajaran, latihan- latihan atau pengalaman. Lebih jauh pendidikan juga dapat mengembangkan intelektual serta akhlak anak didik yang dilakukan secara bertahab.

Pendidikan berarti proses penyampaian nilai-nilai baik sosial kemasyrakatan maupun moral keagamaan, yang kemudian dilanjutkan dengan pemahaman, penghayatan,dan pengalaman terhadap nilai-nilai tersebut sebagaimana yang ia telah terima.

Sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya semaksimal mungkin.

(23)

Pendidikan merupakan suatu keharusan yang diberikan kepada anak. Anak sebagai manusia kecil yang berpotensi perlu dibina dan dibimbing. Potensi anak yang bersifat laten ini perlu diaktualisasikan agar anak tidak lagi dikatakan sebagai animal educable, yaitu sejenis binatang yang memungkinkan untuk di didik. Namun lebih dianggap sebagai manusia secara mutlak, sebab anak adalah manusia yang memiliki potensi akal untuk dijadikan kekuatan agar menjadi manusia susila.

b. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum berbicara mengenai pendidikan agama islam, maka perlu dipahami terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan, pada dasarnya pendidikan tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari, baik dalam kehidupan individu, keluaga, maupun masyarakat. Pendidikan merupakan kata yang sudah umum. Boleh dikatakan semua orang mengenal kata pendidikan walaupun dalam pengertian yang berbeda-beda.

Dalam bahasa Indonesia kata “ pendidikan” berasal dari kata

“didik” yang diberi awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti proses pengubahan sikap dan tingkahlaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia.

Pengertian pendidikan secara bahasa tersebut hampir sama dengan pengertian pendidikan :

(24)

Menurut Frederick J. Mc Donald,(1959: 4) yang menyatakan bahwa : “ Education is a process or an activity which is directed at prodicing desirable changes in the behavior of human beigs”.

Artinya, pendidkan adalah suatu proses aktivitas yang ditujukan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku manusia sesuai dengan yang diinginkan.

Pendidikan agama islam adalah bimbingan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani maupun rohani siterdidik dalam mencapai terbentuknya.

Pendidikan agama islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Daradjat dalam Abdul Majid, Dian Andayani, (2005; 130) pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.

Pendidikan agama islam merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, sebelum pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan sistem sekolah pada abad ke-19. Kalau meminjam bahasanya Tilaar bahwa pendidikan agama islam telah

(25)

berhasil survey dalam berbagai situasi dan kondisi mengarungi masa, oleh karenanya pendidikan agama Islam mengandung nilai- nilai historis, nilai religius dan nilai moral. Tentunya karena pendidikan Agama Islam berlandaskan kepada beberapa hal, yaitu pertama. Landasan spiritual, yang berupa nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah. Kedua, landasan filosifis yang berupa kurikulum, yang dalam pengertian luas merupakan produk ijtihad yang dapat meliputi seluruh aspek kependidikan. Ketiga, landasan operasional yang meliputi berbagai didaktik metodik, dana dan sarana serta leadership dan manajemen. Sehingga penting menjadikan pendidikan agama Islam sebagai salah satu pendidikan alternative, tentunya dengan membutuhkan paradigma-paradigma baru untuk meningkatkannya, antara lain dengan peningkatan manajemen pendidikan Islam itu sendiri.

Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan:

pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

c. Keluarga

(26)

Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari atas ayah, ibu, dan anak, yang didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, dan atau adopsi dengan dijiwai oleh suasana efektif dan tanggungjawab.

Yang dimaksud pendidikan Agama islam dalam keluarga adalah segala bimbingan secara sadar yang diberikan oleh pendidik (orang tua maupun anggota keluarga), baik secara langsung maupun tidak langsung guna mencapai terbentuknya kepribadian yang utama.

Pendidikan agama islam anak dalam keluarga merupakan hal fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya.

Artinya hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya baik disekolah maupun dalam masyarakat.

Dalam keluarga ada dua pegangan peran utama dalam interaksi edukatif yaitu orang tua dan anak. Keduanya mempunyai peranan masing-masing. Orang tua berperan sebagai pendidik dengan mengasuh, membimbing, member teladan, dan membelajarkan anak. Sedangkan anak sebagai peserta didik melakukan kegiatan belajar mengajar dengan cara fikir, menghayati, dan berbuat didalam dan terhadap dunia kehidupannya.

(27)

Orang tua yang terdiri dari ibu dan bapak adalah manusia dewasa yang sudah dibebani tanggung jawab terhadap keluarga. Dalam pendidikan peran ibu lebih dominan dari pada ayah, sebab ibu lebih banyak menyertai anak. Ibu merupakan bagian dari diri anak, selain itu naluri ibu lebih dekat dengan anak dibandingkan dengan ayah.

Meskipun peran ibu dalam pendidikan anak lebih dominan dari pada ayah, bukan berarti tanggung jawab mendidik anak hanya terletak pada ibu saja. Selain memenuhi kebutuhan materi bagi anak-anak dan istri, sebenarnya ayah juga sangat berperan dalam mendidik anak.

Baik ayah maupun ibu berkewajiban mendidik anak agar menjadi manusia shaleh, berguna bagi agama, nusa dan bangsa, ayah dan ibu (orang tua) bertanggung jawab dihadapan Allah terhadap pendidikan anak-anaknya. Sebab anak adalah generasi yang akan memegang tongkat estafet perjuangan agama dan khalifah di bumi. Bila pendidikan terhadap anak baik, maka orang tua akan berbahagia baik didunia maupun diakhirat.

Dalam QS At Tahrim 66 : 6

















(28)































Terjemahnya :

Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yangt diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa diperintahkan. Departemen Agama RI (2013 : 560)

Ayat di atas menunjukkan, bahwa orang tua berkewajiban memelihara diri dari hal-hal yang tidak pantas, serta lebih duhulu menjalankan perintah agama secara baik. Sebab anak lebih cenderung meniru dan mengikuti kebiasaan yang adadalam lingkungan hidupnya. Jadi kalau orang tua memiliki kebiasaan melakukan hal-hal yang baik, maka anak akan menjadi manusia saleh,karena sejak kecil sudah ditempa hal-hal yang baik.

Dengan demikian keluarga merupakan lading terbaik dalam penyampaian nilai-nilai agama. Orang tua memiliki peranan yang strategis dalam mentradisikan ritual keagamaan sehingga nilai-nilai agama dapat ditanamkan kedalam jiwa anak.

Kebiasaan orang tua dalam melaksanakan ibadah, misalnya

(29)

seperti: salat, puasa, infaq dan sadaqah menjadi suru teladan bagi anak untuk mengukutinya.

Keluarga merupakan unik sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan unik pertama dalam masyarakat. Dalam keluarga pulalah proses sosialisasi dan perkembangan individu mulai terbentuk.

Menurut Thohari Musnamar,(1992; 55) dalam bukunya Dasar-Dasar konseptual Bimbingan dan kongseling islami mendefenisikan keluarga ialah “ komunitas terkecil dalam masyarakat”. Defenisi ini sesuai dengan pendapat William J.Goode yang mengatakan bahwa keluarga merupakan unsur inti dalam struktur sosial yang lebih besar (masyarakat).

Melalui keluarga, masyarakat dapat memperoleh dukungan yang diperlukan dari pribadi-pribadi. Sebaliknya keluarga, keluarga hanya dapat terus berjalan jika didukung oleh masyarakat yang lebih luas. Jika keluarga adalah suatu sistem yang terkecildari masyarakat. Pada lingkungan ini, pembentukan kepribadian anak mulai di bangun. Selain itu, keluarga adalah sebagai proses pendidikan orang orang tua untuk penanaman nilai-nilai moral.

Jalaluddin, (1998; 201)dalam bukunya Psikologi Agama mengatakan, bahwa keluarga memiliki peran pendidikan, yaitu dalam menanamkan rsa dan sikap keberagamaan pada anak. Dengan kata lain, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam usaha

(30)

menanamkan rasa keagamaan pada anak dan melalui pendidikan dilakukan pembentukan sikap keagamaan tersebut.

Dalam lingkungan keluarga, orang tua bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak, sehingga mereka dapat menyiapkan anak yang sholeh yang di dalam hatinya tertanam imam dan islam penciptaan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak ini akan membawa nikmat dan penyejuk bagi keluarga.

Perbuatan orang tua sehari-hari dalam lingkungan keluarga merupakan suatu metode yang paling efektif bagi pembinaan kepribadian anak, karena apa yang disaksika anak akan langsung diserap maknanya oleh anak sebagai suatu seyogyanya ditiru. Dininilah pentingnya perilaku orang tua terkontrol, sehingga member dampak yang baik pada anak- anak. Oleh karena itu,orang tua harus dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang baik dan bermanfaat bagi anak- anaknya.

Dari uraian diatas, jelas bahwa peran orang tua dalam mendidik anak lebih ditujukan kearah pembinaan pribadi anak yang dilaksanakan dalam keluarga agar kelak mereka mampu melaksanakan kehidupannya sebagai manusia dewasa baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat. Pelaksanaan dan penampilan kehidupan dewasa

(31)

tidak mungkin tampa suatu landasan yang kuat yang tidak saja melandari kehidupan di duni kini melainkan juga di akhirat kelak, melalui mengidentifikasi tingkah laku orang tuanya sebab ia terbiasa melihat, mendengar dan menyerap makna-makna dan tindakan orang tuanya.

Pendidikan dalam keluarga memilki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui ketauladan dan kebiasan hidup sehari-hari dari keluarga. Baik tidaknya keteladanan yang diberikan keluarga akan mempengaruhi jiwa anak. Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti dia akan mempunyai sifat-sifat itu, dan menjauhi sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah yang membuat anak melakukan yang baik dan meninggalkan yang kurang baik. Dengan demikian maka fungsi keluarga dalam konteks pendidikan anak adalah member bimbingan/pimpinan belajar melalui pembiasaan dan keteladanan yang dapat dicontoh oleh anak.

Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al Ahzab 21 : 33

















(32)





















Terjemahnya :

sungguh telah ada pada (diri) Rasullullah suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiyamat dan dia banyak menyebut Allah.

Departemen agama RI (2013 : 420)

Sebagaimana dikemukakan diatas, bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pembentukan landasan kepribadian anak.

B. Sikap Beragama 1. Pengertian Sikap

Sikap adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan beragama adalah menganut (memeluk) agama. Jadi perilaku beragama adalah tanggapan atau reaksi siswa terhadap segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan agama yang tercaermin dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian sikap/perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.

(33)

sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (di rumah, sekolah, dll) dan senantiasa berhubungan dengan obyek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide, sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap obyek.

Sikap adalah perasaan dan efektif seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negative atau ragu, dengan memiliki kadar intensitas yang tidak tentu sama terhadap obyek tertentu, tergantung pada situasi dan saat tertentu mungkin sesuai sedangkan di saat dan situasi berbeda belum tentu cocok.

Sikap adalah dapat bersifat relatif consistent dalam sejarah hidup individu, kerna ia merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu.

2. Pengertian sikap beragama

Sikap beragama merupakan perwujudan dari pengalaman dan penghayatan seseorang terhadap agama, dan agama menyangkut persoalan batin seseorang, karenanya persoalan sikap keagamaan pun tak dapat dipisahkan dari kadar ketaatan seseorang terhadap agamanya.

Sikap adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan sedeangkan beragama adalah penganut (memeluk) agama. Sikap beragama adalah tanggapan atau reaksi siswa terhadap

(34)

segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap dapat didefinisikan sebagai berikut ; “Sikap adalah kesiapan pada seeorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.” Pendapat lain mengatakan bahwa “sikap merupakan predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konsasi”.

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Dalam istilah kecenderungan (predisposition) terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi. Tindakan mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan dan lain-lain) dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek tersebut. Misalnya ia menyukai atau tidak menyayanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya.

Menurut Harun Nasution (1974; 10) agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namum mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.

(35)

Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam penyelenggaraan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan tanggungjawab kepada Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap keagamaan adalah suatu kesiapan respon sifat yang positif atau negatif terhadap aturan-aturan atau hukum-hukum dan petunjuk hidup yang berdasarkan wahyu Tuhan yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya pada agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif pemahaman dan perilaku terhadap agama afektif dan perilaku terhadap agama sebagai komponen kognitif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan serta tindak keagamaan dalam diri seseorang.

Menurut Zakiah Daradjat,(1979: 78) mengatakan bahwa sikap keagamaan merupakan peroleh dan bukan bawaan. Ia terbentuk melalui pengalaman langsung yang terjadi dalam hubungannya dengan unsur-unsur lingkungan materi dan social misalnya rumah tenteram, orang tertentu, teman, orang tua, jamaah, dan sebagainya.

(36)

Dengan demikian walaupun sikap keagamaan bukan merupakan bawaan akan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal individu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan yaitu : 1. Faktor internal manusia adalah homo religius (makhluk beragama)

karena manusia sudah memiliki potensi untuk beragama.

2. Faktor eksternal faktor pembawaan atau fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai kecenderungan untuk berkembang. Namun perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada faktor luar (eksternal) yang membeikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor eksternal itu tiada lain adalah lingkungan dimana individu itu hidup.

Lingkungan itu adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Perkembangan agama pada remaja ditandai dengan sikap remaja terhadap agama yaitu :

1. Percaya turut-turutan 2. Percaya dengan kesadaran

3. Percaya tapi agak ragu-ragu (bimbang) 4. Tidak percaya sama sekali.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Beragama

Dalam penjelasan sebelumnya, bahwa sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tidak keagamaan seseorang. Walaupun sikap terbentuk karena pengaruh lingkungan, namun faktor individu itu sendiri ikut pula menentukan.

(37)

pembentukan sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

1. Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan menganalisis pengarah yang dating dari luar termasuk minat dan perhatian.

2. Faktor eksternal, berupa faktor diluar individu yaitu pengaruh lingkungan yang diterima.

Pada dasarnya manusia lahir dalam keadaan fitrah (potensi beragama), hanya faktor lingkungan (orang tua) yang mempengaruhi perkembangan fitrah beragama anak. Dari sini, jiwa keagamaan anak berkaitan erat dengan hereditas (keturunan) yang bersumber dari orang tua, termasuk keturunan beragama. Faktor keturunan agama ini didasarkan atas pendapat ulama mesir Ali Fikri, dia berpendapat bahwa kecenderungan nafsu itu berpindah dari orang tua secara turun temurun.

Oleh karena itu anak merupakan rahasia dari orang tuanya. Manusia sejak awal perkembangannya berada di dalam garis keturunan dari keagamaan orang tua.

Tingkat usia sikap beragama anak akan mengalami perkembangan sejalan dengan tingkat usia anak. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh berbagai aspek kejiwaan termasuk kemampuan berfikir anak. Anak yang menginjak usia berfikir kritis lebih kritis pula dalam memahami ajaran ajaran agamanya, baik yang diterima di sekolah maupun diluar sekolah. Meskipun tingkat usia bukan satu- satunya faktor penentu dalam perkembangan jiwa keagamaan anak.

(38)

Faktor eksternal manusia memiliki potensi dasar yang dapat dikembangkan sebagai makhluk yang beragama. Potensi yang dimiliki manusia secara umum disebut fitrah beragama atau hereditas. Sebagai potensi, maka perlu adanya pengaruh dari luar diri manusia, pengaruh tersebut berupa pemberian pendidikan (bimbingan, pengajaran dan latihan). Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan adalah lingkungan dimana individu itu hidup, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu peranan keluarga dalam menanamkan kesadaran beragama anak sangatlah dominan. Pengaruh orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan jiwa keagamaan anak dalam pandangan islam sudah disadari.

Salah seorang ahli psikologi,(Hurlock 2000: 24) berpendapat bahwa keluarga merupakan “training center” bagi penanaman nilai (termasuk nilai-nilai agama). Pendapat ini menunjukkan bahwa keluarga mempunyai peran sebagai pusat pendidikan bagi anak untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai (tata krama, sopan santun, atau ajaran agama) dan kemampuan untuk mengamalkan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara personal maupun social kemasyarakatan. Lingkungan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program yang sistemik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran, dan latihan kepada siswa agar mereka berkembang sesuai dengan potensi secara optimal, baik

(39)

menyangkut aspek fisik, psikis, (intelektual dan emosional), sosial, maupun moral-spiritual.

Sekolah mempunyai pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak.

Pengaruh itu dapat dibagi menjadi 3 yaitu : a. Kurikulum yang berisikan materi pengajaran b. Adanya hubungan guru dan murid

c. Hubungan antar anak (pergaulan) sekolah.

Dilihat dari kaitannya dengan jiwa keagamaan, tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh sebab sikap keagamaan tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur.

Lingkungan masyarakat setelah menginjak usia sekolah,, sebagian besar waktu siswa dihabiskan disekolah dan masyarakat. Dalam masyarakat anak melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Maka dari itu perkembangan jiwa keagamaan anak sangat bergantung pada kualitas perilaku atau akhlak warga masyarakat itu sendiri. Dalam upaya menanamkan sikap keagamaan pada anak, maka ketiga lingkungan tersebut secara sinergi harus bekerja sama, dan bahu membahu untuk menciptakan iklim, suasana lingkungan yang kondusif. Dengan demikian walaupun sikap keagamaan merupakan bawaan tetapi dalam pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor eksternal. Adapun sifat keagamaan pada anak usia sekolah dasarnya diperolehnya dari faktor internal dan eksternal.

(40)

Menurut Jalaludin dan Ramayulis,(2001: 1) Unreflective (kurang mendalam atau tampa kritik) kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang terkadang-kadang kurang masuk akal.

Meskipun demikian ada beberapa anak yang memiliki ketajaman pikiran untuk menimbang pemikiran yang mereka terima dari orang lain.

Egosentris anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak pada tahun pertama dalam pertumbuhannya dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalamannya. Apabila kesadaran itu mulai subur pada ddiri anak, maka akan tumbuh keraguan pada rasa egonya. Semakin bertumbuh semakin meningkat pula egoismenya. Sehubungan dengan itu maka dalam masalah keagamaan anak telah menonjolkan kepentingan dirinya yang menuntut konsep keagamaan yang mereka pandang dari kesenangan pribadinya.

Anthromorphis pada umumnya konsep anak mengenai ke- Tuhanan berasal dari hasil pengalamannya dikala ia berhubungan dengan orang lain. Tapi realitanya bahwa konsep ke-Tuhanan mereka tampak jelas memegang aspek-aspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dilampirkan mereka menganggap bahwa peri keadaanTuhan itu samna dengan manusia. Konsep ke-Tuhanan yang demikian itu mereka bentuk sendiri berdasarkan fantasi masing-masing.

Verbalis ritualis dari realita yang kita alami ternyata kehidupan agama pada anak-anaksebagian besar tumbuh mula-mula dari sebab verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat

(41)

keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman mereka menurut tuntutan yang diajarkan kepada mereka.

Imitative dalam kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan bahwa tindakan keagamaan yang dilakukan anak-anak pada dasarnya mereka peroleh dari meniru.terwujudnya tingkahlaku keagamaan melalui sifat meniru itu. Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir pada ana. Rasa kagum pada anak belum bersifat kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum terhadap dapat disalurkan melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa takjub.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian survey dan merupakan penilitian kualitatif dengan mengoksplorasikan data di lapangan dengan metode analisis deskriktif yang bertujuan memberikan gambaran secara cepat tepat tentang pengaruh pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Sikap Beragama Siswa Di MA Darunnajah Botong Kec.Bungaya Kab. Gowa.

Metode kualitatif sebagai prosedur peniliti yang menghasilkan data kualitatif yang berupa ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka yang terobsesi. Pada sisi lain, Kirk dan Miller (1995, 60) mendifinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya

B. Lokasi Dan Obyek Penelitia

Adapun lokasi penilitian ini yaitu di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah orang tua dan siswa Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa.

(43)

C. Variable Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1998; 99) variabel adalah obyek penelitian, atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Peneliatian ini berdiri dari tiga variabel yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas satu yaitu Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga (X)

2. Variabel terikat yaitu sikap beragama (Y) D. Defenisi Operasional Variabel

1. Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

2. Keluarga adalah kelompok social kecil yang umum terdiri dari atas ayah, ibu, dan anak, yang didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, dan atau adopsi dengan dijiwai oleh suasana efektif dan tanggungjawab.

3. Sikap beragama merupakan perwujudan dari pengalaman dan penghayatan seseorang terhadap agama, dan agama menyangkut persolan batin seseorang, karenanya persoalan sikap keagamaan pun tak dapat dipisahkan dari kadar ketaatan seseorang terhadap agamanya.

(44)

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Pada setia kegiatan penelitian yang dilakukan seseorang selalu memerlukan adanya obyek yang dijadikan sebagai sasaran peneliti, obyek itulah yang disebut populasi. Menurut Suharsimi Arikunto (1998;

115), populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Dalam penelitian ini populasinya adalah 68 siswa di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa, orang tua siswa sebanyak 66. Jadi jumlah populasi secara keseluruhan 134 sebagai mana pada gambar table berikut.

Tabel I

Jumlah Populasi Siswa dan orang tua di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa N

o

Siswa da

n or an g tu

a sis

Laki - l a k i

Perempua n

Jumla h

(45)

w a

1. Siswa

ke la s I

6 10 16

2. Siswa

ke la s II

7 15 22

3. Siswa

ke la s III

10 20 30

4. Oran

g tu

a sis w

33 33 66

(46)

a

5. 56 78 134

Sumber Data : Kantor Madrasah Aliyah Darunnajah Botong 2015 2. Sampel

Menurut Suharnimi Arikunto (2000 : 109) Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jika subyek penelitian kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Tetapi apabila subyek penelitian lebih besar jumlahnya (lebih dari 100) maka dapat diambil sampel antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

Setiap penelitian tidak selamanya perlu menyelidiki setiap individu yang ada dalam populasi karena disamping menggunakan waktu dan memakan biaya serta keterbatasan lainnya, oleh karena itu perlu adanya sampel yang dapat mewakili dari semua objek yang akan menjadi sasaran dalam penelitian ini.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa penelitian ini teknik Cluster sampling / judgmental sampling yakni sampel diambil di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong yakni semua siswa per-kelas. Adapun responden selaku sampel dalam penelitian ini adalah 134 x 15%. Untuk lebih jelasnya lihat table dibawah ini.

Tabel II

Jumlah sampel siswa, dan orang tua di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa

(47)

N o

Siswa , da

n or an g tu

a

Laki - l a k i

Perempua n

Jumla h

1. Kelas

I

1 1 2

2. Kelas

II

1 2 3

3. Kelas

III

2 3 5

4. Orang

tu a sis wa

5 5 10

5. 9 11 20

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting.

Karena instrumen sangat menentukan bagi lancarnya dan valitnya hasil penelitian dan merupakan alat bantu agar kegiatan penelitian dan merupakan alat bantu agar kegiatan penelitian berjalan secara sistematis dan tersrtuktur. Instrumen penelitian menurut Suharsimi

(48)

Arikunto, (1998; 121) adalah “ Alat penelitian pada waktu meneliti menggunakan suatu metode”.

Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan suatu metode, masing-masing dari metode tersebut mempunyai alat atau instrumen.

Beberapa metode dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian yakni Angket dan Wawancara dan Observasi : 1. Pedoman angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto,2002; 128). Angket yang akan peneliti berikan pada responden dalam hal ini adalah berbentuk cheklist.

2. Pedoman wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara atau interviewed (Suharsimi Arikunto, 2002; 132).

Wawancara dilakukan secara langsung dengan kepala sekolah Madrasah Aliyah Darunnajah Botong, untuk mengetahui keadaan sekolah dan keadaan guru, wawancara dengan orang tua siswa, dilakukan untuk mengetahui keadaan siswa yang akan diteliti.

3. Pedoman observasi, yaitu pengamatan dengan memperhatikan sesuatu meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dalam hal ini, dengan menggunakan observasi maka peneliti menggunakan observasi terlibat atau pengamatan secara langsung pada objek penelitian.

(49)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik / metode antara lain :

1. Observasi, yaitu pengamatan dengan memperhatikan sesuatu meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluru alat indra. Dalam hal ini, dengan menggunkan observasi maka peneliti menggunakan observasi terlibat atau pengamatan secara langsung pada objek penelitian.

2. Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

3. Interview (wawancara) yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewe) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Yang akan penulis wawancarai dalam penelitian ini Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Darunnajah Botong, untuk mengetahui keadaan sekolah dan keadaan guru, wawancara dengan wali kelas, wawancara dengan orang tua siswa, dilakukan untuk menegtahui keadaan siswa yang akan diteliti.

4. Dokumentasi yaitu bentuk pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan melalui dokumen-dokumen tertulis baik pada instansi terkait maupun referensi-referensi ilmiah lainnya.

H. Teknik Analisis Data

(50)

Penulisan ini merupakan deskriptif dengan menggunakan data kualitatif, lalu dianalisis dengan menggunakan teknik induktif untuk melihat persentase kecenderungan variabel penelitian sesuai dengan rumus yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2000; 246) sebagai berikut :

% 100 N x

Pf

Keterangan :

F = Frekuensi / banyaknya individu N = Jumlah Frekuensi banyaknya individu

P = Angka Persentase

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec.

Bungaya Kab. Gowa

Sekolah Madrasah Aliyah Swasta Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa ini didirikan pada tahun 2011 dan menerima siswa pada tahun 2011, sejak berdirinya sekolah ini dari tahun 2011 sampai sekarang, sekolah ini sudah mengalami 1 kali pergantian pimpinan (kepala sekolah), yaitu :

1) Ridwan, S.Pd.I 2) Jumain, S.Pd.I

1. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

a. Visi

” Menghasilkan lulusan yang berilmu, Bertakwa dan berakhlak mulia

“.

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu lulusan yang berkualitas baik secara keilmuan, maupun secara moral dan sosial.

2) Menyelenggarakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

(52)

3) Meningkatkan pencapaian prestasi akademik dan prestasi non akademik.

4) Mengoptimalkan penghayatan terhadap nilai-nilai agama untuk dijadikan sumber kearifan bertindak.

5) Mewujudkan amal islami dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

6) Membentuk peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat selalu bersemangat untuk belajar di semua situasi dan kondisi tidak terbatas pada situasi formal/madrasah.

7) Membekali siswa agar mampu melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.

c. Tujuan

1) Terlaksananya pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dan kekompakan (team teaching) untuk lebih mengoptimalkan SDM Guru dan mencegah terjadinya kekosongan jam pelajaran sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2) Penerapan evaluasi atau penilaian hasil belajar (Ulangan harian, MID semester dalam satu semester dua ulangan blok bersama akhir semester) secara konsisten dan berkesinambungan.

3) Optimalisasi pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.

(53)

4) Memotivasi dan membantu peserta didik untuk pengembangan diri dalam mengenali potensi diri dan minat melalui program bimbingan konseling sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal.

5) Optimalisasi pelayana terhadap peserta didik dengan mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran.

6) Optimalisasi pengembangan diri dalam hal minat dan bakat siswa melalui program bimbingan konseling dan ekstrakurikuler (KIR, pramuka, seni, olahraga, dan keterampilan lain yang relevan) sehingga setiap siswa dapat mengembangkan bakat yang dimiliki secara optimal.

2. Keadaan Guru Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Guru yang secara realitas melaksanakan tugas mengajar yang tentunya memiliki kecakapan untuk membina siswa dan mendidik secara profesional untuk membangun bangsa. Berdasarkan dari data yang diporoleh dari kantor tata usaha di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa menunjukkan guru yang ada di Madrasah Aliyah Darunnajah botong kecamatan Bungaya kabupaten Gowa

(54)

seluruhnya 18 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel III

Keadaan Guru Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

N o

Nama

Pend.

Terakhir

Status Kepegaw

aian

Jabatan

1 Ridwan,

S.Pd.I S1 Tetap Pendidik

2

Muhammad Yahya, S.Kom

S1 Tetap

Wakamad kurikulum, pendidik

3 Muliadi, S.Pd S1 Tetap

Pendidik, wakamad kesiswaan

4 Sinawati,S.Pd S1 Tetap Pendidik

5 Sitti Hajar,

S.Pd S1 Tetap Pendidik

6 Jumain, S.Pd S1 Tetap Kamad

7 Handayani,

S.Pd.I S1 Tetap Pendidik

8 Sahabuddin SLTA Tetap Pendidik

9 Abubakar,

S.Pd.I S1 Tetap

Pendidik, wakamad sarpras

10 Asmi, S.Pd.I S1 Tetap Pendidik

(55)

11 Mursidin,

S.Pd.I S1 Tetap

pendidik, wakamad humas 12 Arismawati,

S.Pd S1 Tetap Pendidik

13 Irmayanti,

S.Pd.I S1 Tetap Pendidik

14 Ratnawati,

S.Pd S1 Tetap Pendidik

15 Farida,A.Md D3 Tetap Perpustakaan

16 Sri hardianti SMA Tetap Staf TU

17 Takdir SMA Tetap Staf TU

18 Syarufuddin SMA Tetap Penjaga

Sumber data: Kantor tata usaha Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kec. Bungaya Kab. Gowa 2015

3. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

Adapun struktur organisasi Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa, dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Tabel IV

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI MAS DARUNNAJAH BOTONG

(56)

KET :

Dari bagan struktur organisasi diatas dapat dipahami bahwa terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan baik jika ada hubungan kerjasama antara berbagai unsur, mulai dari kepala sekolah dan jajarannya sebagai mitra kerja sampai kepada orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah sebagai penunjang terlaksananya pendidikan di sekolah dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan Nasional.

4. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

Siswa merupakan bagian dari komponen yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah karena siswa merupakan obyek pendidikan dan tujuan untuk diberi pengajaran. Pendidikan tidak mungkin terlaksana tanpa adanya siswa sebagai obyek yang menerima pendidikan.

NARA SUMBER

KEPALA SEKOL

KETUA SAHABUD

SEKRETARI BENDAHAR

GURU-GURU DAN PEGAWAI

(57)

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami siswa sendiri. Bila siswa belajar akan terjadi perubahan mental pada diri siswa. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses pembelajaran di kelas.

Dengan demikian yang menjadi sarana pokok dalam proses belajar mengajar adalah siswa sehingga tujuan dari pendidikan dan pengajaran adalah merubah pola tingkah laku anak didik kearah kematangan kepribadiannya.

Untuk dapat mengetahui keadaan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel V

Keadaan Siswa MA Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

N o

Sis wa

Jenis kelamin

J umlah L

aki- Laki

Pere mpuan

1 Kela

s I 6 10 1

6

2 Kela

s II 7 15 2

2

3 Kela

s III

1

0 20 3

0

(58)

Jumlah

2

3 45 6

8 Sumber Data : Kantor Tata Usaha Madrasah Aliyah Darunnajah

Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa 2015

5. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu faktor yang penting karena dapat menunjang kelancaran proses belajar mengajar, fasilitas yang tersedia dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran secara efisien dan efektif.

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh tingkat kemampuan siswa dalam menerima pelajaran dan keahlian guru dalam proses belajar mengajar, namun ada faktor lain tidak

bisa diabaikan yakni sarana dan prasarana yang ada dalam sekolah tersebut.

Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang ada pada Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel VI

Sarana dan Prasarana MA Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

(59)

N o

Jenis ruangan,

gedung sekolah

Jumla h

Keteranga n

1 Ruang

kepala madrasah

1 Baik

2 Ruang wakil kepala

1 Baik

3 Ruang guru 1 Baik

4 Ruang tata

usaha

1 Baik

5 Ruang

belajar/ke las

3 Baik

6 Perpustakaa

n

1 Baik

7 Laboratorium IPA

1 Baik

8 Ruang UKS 1 Baik

9 Ruang OSIS 1 Baik

10 Ruang BK 1 Baik

11 Lapangan

upacara

1 Baik

12 Sarana

olahraga

1 Baik

13 Kantin 1 Baik

(60)

14 Kamar mandi/W C guru

1 Baik

15 Kamar

mandi/W C siswa

1 Baik

16 Masjid 1 Baik

Sumber Data: Kantor Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa 2015

B. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Sikap Beragama Siswa Di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

Sebelum berbicara .mengenai pendidikan agama islam, maka perlu dipahami terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan, pada dasarnya pendidikan tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari hari, baik dalam kehidupan individu, keluarga, maupun masyarakat.

Pendidikan agama islam adalah bimbingan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani maupun rohani siterdidik dalm tercapai terbentuknya akhlak yang mulia.

Dari argument diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengaruh pendidikan agama islam dalam sikap

(61)

beragama siswa adalah hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan di rumah, sekolah dan masyarakat dan senang tiasa berinteraksi dengan obyek seperti manusia, wawasan maupun ide.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka untuk mengetahui tentang pengaruh pendidikan agama islam dalam keluarga terhadap sikap beragama siswa yang ada pada Madrasah Aliyah Darunnajah Botong Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel VII

Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responde tentang pengaruh PAI dalam keluarga terhadap sikap beragama siswa

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat sering 7 33 %

2 Sering 2 25 %

3 Kadang-kadang 1 42 %

4 Tidak Pernah - -

Jumlah (N) 10 100 %

Sumber data : Hasil tabulasi angket item nomor 1

Dari data di atas diketahui bahwa ada 12 siswa atau 50 % yang menjawab bahwa guru dan keluarga dalam memberikan pengetahuan dan kepribadian pada siswa, 3 siswa atau 25 %

(62)

yang menjawab sering, 8 siswa atau 42 % yang menjawab kadang-kadang, 1 siswa yang menjawab kurang atau 4%, dan 0 siswa yang menjawab tidak pernah. Jadi, data tersebut di atas menunjukkan bahwa guru dan keluarga kadang-kadang memberikan pengetahuan dan kepribadian pada siswa.

Menurut siswa responden Nur Fadilah Rahman (siswa kelas 2) yang sempat diwawancarai oleh penulis ketika dimintai alasan sebagai berikut :

“Kami selalu siswa sangat senang karena bukan Cuma keluarga yang mengetahui tentang kepribadian kami tetapi guru pai kami juga mengetahui sehingga mereka tau mana yang dapat diajarkan”.

(wawancara tanggal 20 agustus 2015 di Madrasah Aliyah Darunnajah Botong).

Tabel VIII

Daftar Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden tentang keluarga dan Guru PAI dalam mengingatkan pada siswa

untuk menjalankan kewajiban sebagai umat islam

No Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat sering 5 50 %

2 Sering 5 50 %

3 Kadang-kadang - -

4 Tidak Pernah - -

Jumlah (N) 10 100 %

Gambar

Tabel I  :  Jumlah  Populasi  Siswa  Dan  Orang  Tua  Di  MA  Darunnajah  Botong Kec. Bungaya Kab
Tabel X  :  Daftar  Distribusi  Frekuensi  Tanggapan  Responden  Tentang  Siswa  Paham  Saat  Mendapatkan  Pelajaran  Dari  Guru  Pendidikan Agama Islam ...............................................
Tabel II
Tabel III
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan risiko persediaan obat, khususnya untuk pasien yang ada pada RSUP H.Adam Malik Medan dilakukan atas pertimbangan masa kadaluarsa obat, yang diatasi

Teori ini menyatakan bahwa hidup dapat muncul dari kondisi yang cocok dari bahan anorganik2. pada saat bumi mengalami pendinginan melalui suatu proses yang kompleks, saat fase

Pada keyataannya dalam usahatani rakyat bayak sistem bertaniyang tujuan utamanya adalah untuk memenuhi keperluan hidup petani beserta keluarganya atau yang sering

Kama Mzee wa kanisa lazima ujifunze na kuelewa utume wa kanisa lako, kazi zako na muundo wa uongozi pamoja na ngazi zake katika kanisa la Waadventista Wasabato.. Asante

Mata kuliah yang ditawarkan oleh Pogram Studi Magister Manajemen dengan total kredit sebanyak 42 kredit terklasifikasi dalam beberapa kelompok kompetensi: mata kuliah

Hal tersebut dapat dilihat dengan menggunakan variasi parameter yang sama didapatkan data hasil pengukuran yang berbeda, dikarenakan sink mark yang terdapat pada

Melangkah maju bukanlah karena memperbaiki apa yang telah dilakukan, melainkan mencapai apa yang belum dilakukan. Refleksi ini menemani penulis dalam proses penulisan

Dari hasil wawancara dengan ketiga konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah ini, diperoleh beberapa informasi atau data penting yang dapat digunakan