RENCANA 5 TAHUNAN DITJEN PERHUBUNGAN DARAT (Review)
TAHUN 2010 - 2014
1
1.1 Latarbelakang
Transportasi merupakan urat nadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai tugas sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan.
Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia yang terkait dalam sistem transportasi baik sarana, prasarana maupun pergerakan, antara lain : kelayakan, sertifikasi, perambuan, sumber daya manusia, geografi, demografi dan lain-lain.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 09 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan sebagai lembaga penunjang penggerak pembangunan nasional mempunyai peranan penting dalam pelayanan jasa transportasi darat.
Pembangunan bidang transportasi darat akan berpengaruh besar terhadap perekonomian nasional, mengingat kegiatan di bidang transportasi berperan penting dalam kegiatan distribusi barang dan jasa ke seluruh pelosok tanah air dan antar negara. Pembangunan transportasi darat akan berdampak signifikan terhadap kondisi perekonomian nasional, maka kebijakan transportasi ke depan akan sangat berpengaruh terhadap prospek perekonomian nasional yang tentu akan terpengaruh oleh kelambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh peran sektor transportasi.
Karenanya system transportasi nasional harus dibina agar mampu menghasilkan jasa transportasi yang baik, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancer, aman, nyaman dan efisien dalam menunjang dan menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah dan meningkatkan hubungan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan nusantara.
Dalam antisipasi kondisi tersebut, sistem transportasi darat ditata dan terus disempurnakan dengan didukung peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga terwujud baik keandalan untuk pelayanan maupun keterpaduan antar dan intramoda transportasi, serta disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijaksanaan tata ruang, pelestarian lingkungan hidup dan kebijaksanaan energi nasional agar selalu dapat memenuhi kebutuhan pembangunan, tuntunan masyarakat serta kebutuhan perdagangan nasional dan internasional dengan memperhatikan keandalan maupun kelaikan sarana transportasi.
Berkaitan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antara pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota, maka peranan sektor transportasi darat sangatlah dituntut persiapan dan kesiapan yang matang.
Menyadari peranan transportasi darat yang demikian kompleksnya, maka diperlukan adanya kesamaan visi, misi dan persepsi terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan maupun pemerintah, serta arah pengembangan ke depan nantinya.
Mengingat pembangunan perhubungan berdampak signifikan terhadap kondisi perekonomian nasional, maka kebijakan pembangunan perhubungan ke depan akan sangat berpengaruh terhadap prospek perekonomian nasional. Prospek perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal, kemajuan-kemajuan yang telah dicapai serta kebijakan strategis yang ditempuh selama ini. Kondisi internal yang akan berpengaruh positif adalah dukungan stabilitas politik dan keamanan berkaitan dengan suksesnya pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2009 yang telah menghasilkan pemerintahan baru yang kredibel, sehingga diharapkan mampu memulihkan perekonomian nasional, dan memberikan kepastian usaha di dalam negeri. Bidang perekonomian, terdapat kecenderungan peningkatan suku bunga internasional berkaitan dengan nilai US.$ dan fluktuatif harga minyak bumi dipasar global yang sangat tinggi sehingga pada gilirannya akan menimbulkan kenaikan biaya produksi, terutama yang berkaitan dengan biaya transportasi, biaya persediaan (inventory), biaya assuransi dan lain sebagainya yang kesemuanya ini akan me- nimbulkan kontraksi ekonomi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.
Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open economy) tentu akan terpengaruh oleh kelambatan pertumbuhan ekonomi dunia, sehingga harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana dan kebijakan di bidang perhubungan pada kurun waktu 2010-2014.
Arah kebijakan nasional dalam pengembangan perhubungan dalam kurun waktu 2010- 2014 adalah mengupayakan tersedianya infrastruktur melalui pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi yang berkelanjutan, guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau serta membuka keterisolasian wilayah tertinggal. Hal ini mengandung pengertian bahwa penyelenggaraan jasa perhubungan merupakan bagian integral dari sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keterkaitan ini dapat dijelaskan secara rinci bahwa usaha jasa perhubungan sebagai bagian integral dari kegiatan perekonomian bangsa, mengemban fungsi aksesibilitas ke seluruh wilayah tanah air sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dipandang perlu dilakukan penyusunan Rencana Lima (5) Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Tahun 2010-2014 sebagai masukan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Perhubungan 2010-2014 sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Strategis ini merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Departemen Perhubungan sebagai kesinambungan dari Rencana Strategis Departemen Perhubungan Tahun 2005-2009. Rencana Strategis Departemen Perhubungan Tahun 2010-2014 disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dalam jangka 25 tahun.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat 2010-2014 adalah untuk memberikan gambaran tentang visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan program Ditjen Perhubungan Darat dalam kurun waktu 2010-2014 sebagai masukan dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Perhubungan 2010-2014 agar bersinergi dan mempunyai kesatuan arah dan tujuan pegembangan perhubungan.
Tujuan penyusunan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat adalah memberikan acuan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Darat di bidang pembangunan dan penyelenggaraan pelayanan trasportasi dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas manusia dan barang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah yang terintegrasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dan cakupan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Jangkauan Waktu :
Kurun waktu Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan adalah tahun 2010-2014.
2. Substansi :
Substansi Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat meliputi evaluasi pencapaian Rencana Strategis Departemen Perhubungan kurun waktu 2005-2009, Kondisi Perubahan Lingkungan Strategis (Lingstra), Visi dan Misi Ditjen Perhubungan Darat, penentuan Tujuan, Sasaran dan Strategi yang selanjutnya dijabarkan ke dalam Arah Kebijakan dan Program secara rinci dan terukur sebagai penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan.
3. Pembiayaan
Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan 2010- 2014 ini merupakan acuan dalam penyusunan anggaran tahunan berbasis kinerja yang dimulai pada tahun 2005. Dengan demikian pembiayaan kegiatan Ditjen Perhubungan Darat dalam APBN 2010-2014 merupakan integrasi dari pembiayaan rutin dan pembangunan yang terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan transito. Belanja pegawai dan belanja barang dirinci menjadi belanja yang mengikat dan tidak mengikat, sedangkan belanja modal terdiri dari rupiah murni dan pinjaman luar negeri. Disamping itu terdapat kegiatan belanja modal yang dibiayai dari anggaran BUMN dan peranserta swasta.
1.4 Kerangka Pikir
Proses penyusunan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat 2010 – 2014 diawali dengan melakukan pemetaan terhadap pencapaian target yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Departemen Perhubungan selama kurun waktu 2005 – 2009. Di samping itu perlu dicermati permasalahan dan tantangan yang berpengaruh terhadap tugas pokok dan fungsi Departemen Perhubungan. Sejalan dengan itu akan diuraikan target pertumbuhan dan kebutuhan investasi sektor transportasi 2010-2014 sesuai dengan indikator target pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemetaan awal terhadap pencapaian target Rencana Strategis Departemen Perhubungan 2005-2009 dan target pertumbuhan serta kebutuhan investasi transportasi 2010-2014 merupakan dasar kebijakan lanjut untuk menentukan kebutuhan sarana dan prasarana perhubungan pada tahun 2010-2014. Sejalan dengan itu, diperlukan pengamatan dan analisis terhadap pengaruh lingkungan strategis yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan, baik internal maupun eksternal.
Pengaruh strategis internal akan diformulasikan dalam bentuk kekuatan dan kelemahan, sedangkan pengaruh strategis eksternal akan diformulasikan dalam bentuk peluang dan ancaman. Dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan lingkungan strategis serta mencermati pencapaian target pada rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan 2005-2009, maka di dalam penyusunan Rencana 5 Tahunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan 2010-2014 akan dirumuskan langkah-langkah kebijakan lanjut dalam mencapai target kinerja pelayanan sarana dan prasarana perhubungan. Dalam rangka memperjelas arah tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Darat akan dirumuskan Visi Ditjen Perhubungan Darat yang dijabarkan lanjut ke dalam Misi Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan. Berdasarkan visi dan misi dimaksud diformulasikan tujuan, sasaran, prioritas, strategi dan arah kebijakan pembangunan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan. Bagan alur pikir penyusunan Rencana Ditjen Perhubungan Darat 2010-2014 disampaikan pada diagram sebagai berikut :
Gambar 1.1. Aspek-aspek Fundamental VISI
MISI
SASARAN TUJUAN
Kebijakan Startegi Program
Kegiatan efektif, efisien, tepat sasaran dan berkelanjutan
VISI
MISI
SASARAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
2010-2014
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
2010-2014 EVALUASI PENCAPAIAN
TARGET KINERJA TAHUN 2005 - 2009
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
PROGRAM 2010-2014 TUJUAN PEMBANGUNAN
STRATEGI KEKUATAN, KELEMAHAN,
PELUANG, ANCAMAN
2.1. Bidang Angkutan Jalan
Dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta memperlancar gerak dari roda perekonomian maka diperlukan sarana dan prasarana transportasi jalan yang memadai. Dengan adanya sarana dan prasarana transportasi yang memadai seperti bus, terminal maka diharapkan dapat membantu masyarakat dalam bermobilisasi baik mobilisasi penumpang maupun barang. Transportasi diharapkan juga dapat sebagai pendukung program pemerintah dalam rangka meratakan hasil pembangunan di seluruh wilayah Indonesia termasuk pada pulau- pulau terpencil.
1. Perkembangan Sarana Lalu Lintas Angkutan Jalan
a. Pembinaan Pengujian Kendaraan Bermotor merupakan salah satu tugas Direktorat LLAJ. Dengan terbitnya PP No. 38 Tahun 2007, maka pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor menjadi kewenangan Kabupaten / Kota.
b. Pada 2008 terdapat 440 unit tempat pengujian kendaraan bermotor dengan 508 jenis alat uji yang terdiri dari :
1). 257 unit uji mekanis 2). 235 unit uji non mekanis 3). 16 unit uji keliling
c. Untuk pengembangan karier dan peningkatan kualitas profesionalisme PNS yang menjalankan tugas di bidang pengujian kendaraan bermotor, telah dikeluarkan Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No.1076/Kp.108/DRJD/2005 tentang Kompetensi Penguji Kendaraan. Pada saat ini telah dilakukan peralihan kualifikasi teknis dari strata ke kompetensi.
d. Untuk menghindari pemalsuan Buku Uji dan Plat Uji harus dicetak dengan security printing. Sesuai ketentuan yang ada, Surat Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No.2889/AJ.402/DRJD/2007 tanggal 25 Juli 2007 tentang perubahan atas peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.2757/AJ.402/DRJD/2006 tentang Pedoman Teknis Buku Uji, Tanda Uji Berkala dan Tanda Samping Kendaraan Bermotor. Adanya tuntutan teknologi dalam pencetakan buku uji, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap pedoman teknis buku uji, tanda uji berkala dan tanda samping kendaraan bermotor.
Adapun beberapa ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK 2757/AJ.402/DRJD/2006 ada sebagian perubahan sebagai berikut : 1). Pasal 3 ayat (3) : Lembar bagian dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari 6 (enam) lembar dengan 12 (dua belas) halaman yang diberi
nomor halaman secara berurutan dari nomor 1 sampai dengan nomor 12 yang dicantumkan pada setiap halaman di bagian sudut kanan atas.
2). Pasal 4 ayat (1) : Sisi luar bagian sampul buku uji sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 memiliki warna dasar biru tua yang pada halaman depan memuat tulisan “BUKU UJI BERKALA KENDARAAN BERMOTOR”, pada halaman depan sudut kiri atas memuat logo perhubungan dengan warna foli emas dan biru tua serta bagian atas memuat stiker yang ditempel berupa logo Kabupaten/Kota tempat dikeluarkannya buku uji dan lubang berbentuk bidang segi empat, dengan ukuran panjang 40 mm x 8 mm.
3). Pasal 5 ayat (2) : Unsur pengaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa : tinta atau hologram
4). Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (1) huruf d dan e :
a). halaman 6,7,8 dan 9 memuat kolom hasil pengujian berkala, pengesahan hasil uji serta penguji yang berwewenang mengesahkan hasil uji
b). halaman 10, 11 dan 12 tempat memuat catatan khusus yang dapat digunakan oleh Penguji dan/atau Pemeriksa kendaraan bermotor di jalan dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil
5). Mengubah lampiran I dengan mengubah data-data pada kartu elektronik (smart card), mengubah lampiran II untuk memperjelas letak ruang untuk penempelan stiker logo daerah, mengubah lampiran III dengan menambahkan huruf c1 pada contoh 3 kolom 4 mengenai “Dimensi tangki”
menambah data “Muatan Sumbu Terberat (MST)” pada contoh 3 kolom 5 mengubah ketentuan pada contoh 4 mengenai “hasil uji (test result)” menambah ketentuan tentang “hasil pengujian berkala, pengesahan hasil uji serta Penguji yang berwenang mengesahkan hasil uji” pada contoh 5 kolom 9 serta menambah lampiran mengenai “stiker” sebagaimana contoh 1 s/d 6 dalam lampiran perubahan peraturan.
Sebagai Operasionalisasi Kepetusan Menteri tersebut pada tahun 2008 telah dikeluarkan Surat Keputusan Pengesahan dan Sertifikasi Tipe Kendaraan Bermotor, Pengesahan Rancang Bangun Kendaraan Bermotor dan Pemasangan Sistem Pemakaian Bahan Bakar Gas Tahun 2008 sebanyak 1.445 Surat Keputusan. Adapun perinciannya dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Rekapitulasi Keputusan Dirjen Hubdat Tentang Pengesahan Dan Sertifikasi Tipe Kendaraan Bermotor, Pengesahan Rancang Bangun Kendaraan Bermotor Dan
Pemasangan Sistem Pemakaian BBG Tahun 2008
No. Keterangan Jumlah
1.
Tipe Sepeda Motor 1312.
Tipe Roda 3 103.
Tipe Roda 4 atau Lebih 4524.
Tipe Landasan Kendaraan Bermotor 655.
Rancang Bangun Kereta Tempelan 346.
Rancang Bangun Kereta Gandengan 47.
Rancang Bangun dan Rekayasa Kendaraan Bermotor 7418.
Tipe Kendaraan CBU Bekas 69.
Sistem Pemasangan BBG 2T o t a l 1.445
Sumber : Dit. LLAJ, Ditjen Hubdat
2. Perkembangan Prasarana Lalu Lintas Angkutan Jalan a. Jaringan Jalan
1). Peranan Jalan
Dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 375/KPTS/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Penetapan ruas-ruas jalan dalam jaringan jalan primer menurut peranannya sebagai Jalan Arteri, Jalan Kolektor 1, Jalan Kolektor 2 dan Jalan Kolektor 3.
Tabel 2.2
Panjang Jalan menurut Kewenangan Tahun 2004 - 2008
Jalan (km) 2004 2005 2006 2007 2008
Nasional 34.629 34.318 34.318 36.318 36.318
Provinsi 46.498 46.771 46.771 50.044 50.044
Kabupaten 229.080 229.208 229.208 245.253 245.253
Kota 21.863 21.934 21.934 23.469 23.469
Tol 660 772 772 772 772
Sumber : Dep. Pekerjaan Umum 2). Kelas Jalan
Ruas-ruas jalan di Pulau Jawa ditetapkan sebagai jalan kelas II, IIIA, IIIB, dan IIIC dengan muatan sumbu terberat jalan masing-masing adalah 10,0 ton untuk jalan kelas II dan 8 ton untuk jalan kelas IIIA, IIIB dan IIIC.
Penetapan kelas jalan tersebut didasarkan atas pertimbangan ketentuan kelas jalan dan kemampuan jaringan prasarana jalan yang ada. Selain di Pulau Jawa, Penetapan Kelas Jalan di Pulau Kalimantan, Sumatera dan Propinsi Bali, NTB, Maluku Utara, Papua.
3). Simpul Jaringan Transportasi Jalan Terminal Penumpang Tipe A
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1361/AJ.106/DRJD/2003 tanggal 11 Agustus 2003 telah ditetapkan Simpul Jaringan Transportasi Jalan untuk Terminal penumpang Type A diseluruh Indonesia sebanyak 203 simpul.
b. Jaringan Trayek
1). Trayek Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP)
Sebagai titik tolak pelayanan angkutan umum antar kota antar propinsi, Ditjen Hubdat dengan SK. No. 1200/AJ.205/DRJD/2004 tanggal 12 Agustus 2004 tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) di seluruh Indonesia.
Tabel 2.3
Perkembangan Bus AKAP
Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat
2). Trayek Lintas Batas Negara
Trayek lintas batas negara antara Indonesia dengan negara tetangga diantaranya beberapa telah ditetapkan dan dilayani dengan moda transportasi jalan dan beberapa masih dalam proses perundingan kesepakatan.
Lintas Batas Negara yang telah dilayani:
a). Pontianak-Kuching
Berdasarkan hasil kesepakatan Kelompok Kerja Pembangunan Sosial Ekonomi Malaysia-Indonesia (Sosek Malindo), sejak tanggal 2 Januari 1993 dioperasikan perusahaan dan jumlah kendaraan umum untuk trayek Pontianak-Kuching sebagai berikut:
Tabel 2.4
Perusahaan kendaraan umum yang berdomisili di Pontianak untuk melayani trayek Pontianak-Kuching
No. Nama Perusahaan Mobil Bus RIT SEAT
1 Perum DAMRI 6 eksekutif 6 35
2 Andau Kapur 2 eksekutif 2 36
3 Jiwana Sakti 9 eksekutif 9 40
Jumlah 17 eksekutif 17 111
Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat
Tabel 2.5
Perusahaan kendaraan umum yang berdomisili Kuching untuk melayani trayek Kuching- Pontianak
No. Nama Perusahaan Mobil Bus RIT SEAT
1 Sri Tebakang 3 eksekutif 3 32
2 Kirata 3 eksekutif 3 32
3 Saphire Pacific 3 eksekutif 3 32
4 Eva Transport 5 eksekutif 5 53
5 Sri Merah 3 eksekutif 3 66
6 Bintang Jaya Ekspres 3 eksekutif 3 32
Jumlah 20 eksekutif 20 247
Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat No. Tahun Jumlah
PO
Jumlah
Total Bus - Rit Bus Cadangan
1 2004 759 17.777 1.586 19.363 35.823
2 2005 765 17.753 1.500 19.253 36.247
3 2006 772 17.703 1.494 19.197 36.242
4 2007 790 17.932 1.496 19.428 26.569
5 2008 822 18.445 1.525 19.970 37.427
b). Pontianak-Bandar Sri Begawan Via Kuching
Uji coba Angkutan Lintas Batas Negara Pontianak-Bandar Sri Begawan Via Kuching dilakukan sejak tanggal 16 November 2008 dan Launcing pada tanggal 15 Januari 2009. Trayek dilayani sebanyak 20 (duapuluh) unit bus tetapi baru beroperasi 12 (duabelas) unit bus dengan data sebagai berikut :
(1) Perusahaan ALBN dari Indonesia, terdapat 2 (dua) perusahaan yaitu Perum DAMRI (4 unit bus) dan PO. Setia Jiwana Sakti (4 unit bus) (2) Perusahaan ALBN dari Bandar Seri Begawan, dengan perusahaan
ADBH Sdn.Bdn (4 unit bus)
c). Indonesia - Papua New Guinea (Jayapura-Vanimo) masih dalam tahap pembahasan draft kesepakatan
d). Indonesia – Timor Leste masih dalam tahap pembahasan draft kesepakatan
3). Angkutan Tidak Dalam Trayek
Sesuai KM 84 Tahun 1999, disamping adanya angkutan dalam trayek terdapat pula angkutan tidak dalam trayek, meliputi: taksi, angkutan sewa, angkutan pariwisata dan angkutan khusus.
Untuk angkutan taksi dan angkutan khusus pengaturan izin operasinya oleh Walikota untuk dalam kota dan oleh Gubernur untuk angkutan lebih dari satu kota. Disamping mempunyai kewenangan untuk memberikan izin trayek bis AKAP, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dalam hal ini Direktur LLAJ mempunyai kewenangan pula kewenangan untuk memberikan izin angkutan tidak dalam trayek meliputi: taxi bandara, angkutan sewa, angkutan pariwisata dan angkutan khusus.
c. Terminal
Terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan.
Sejalan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah menetapkan Simpul Terminal Tipe A dengan SK Dirjen No.
1361/AJ.106/DRJD/2003 tanggal 11 Agustus 2003 tentang Penetapan Simpul JTJ untuk terminal Penumpang Type A diseluruh Indonesia sebanyak 165 lokasi yang didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut :
1). Fungsi Kota;
2). Asal Tujuan Perjalanan;
3). Pelayanan AKAP;
4). Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara;
5). Jarak antara dua terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 Km di Pulau Jawa 30 Km di Pulau Sumatra dan 50 km di Pulau lainnya.
Tabel 2.6
Data Jumlah Terminal Tahun 2005 - 2008
URAIAN TAHUN
2005 2006 2007 2008
Tipe A 120 108 108 108
Tipe B 174 187 187 187
Tipe C 134 136 136 136
TOTAL 428 431 431 431
Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat
3. Perkembangan SDM LLAJ (Penegakan Hukum Bidang LLAJ dan Penyidik Negeri Sipil Bidang LaLu Lintas dan Angkutan (PPNS LLAJ))
a. Pelanggaran Operasional
Pada tahun 2008 pelanggaran mengalami peningkatan yang cukup banyak dibanding dengan tahun 2007, dikarenakan pada tahun 2007 belum semua daerah melapor. Sedangkan pada Tahun 2008 ini telah banyak daerah yang melaporkan pelanggaran yang terjadi. Jumlah pelanggaran operasional bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat dilihat pada table 2.7
Tabel 2.7
Jumlah Pelanggaran Operasional Tahun 2006-2008
No. Jenis Pelanggaran 2006 2007 2008
PO Kend PO Kend PO Kend
1 Penyimpangan Trayek 93 329 30 50 33 65
2 Tanpa Izin Trayek/Operasi 4 31 22 25 18 40
3 Trayek Mati 0 0 5 11 6 11
4 Tanpa Buku Uji 1 1 8 15 5 7
5 Buku Uji Mati 0 0 14 23 10 34
6 Lain - lain 4 4 0 0 14 68
Jumlah 102 365 79 124 86 225
Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat
Grafik Pelanggaran Operasional Tahun 2007-2008
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bidang LLAJ
Jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 2008 adalah 2.044 orang. Yang terdiri dari 54 orang PPNS yang ada di Ditjen Perhubungan Darat (pusat) dan 1.990 PPNS yang ada di Provinsi/Kabupaten/Kota (daerah). Untuk data PPNS daerah dapat dihimpun dari 32 provinsi yang mana pada tiap-tiap provinsi belum semua melaporkan jumlah PPNS-nya.
Tabel 2.8
Daftar PPNS Bidang LLAJ Tahun 2007-2008
NO PROPINSI JUMLAH
2007 2008
1 PUSAT 49 54
2 NANGROE ACEH DARUSSALAM 63 28
3 SUMATERA UTARA 143 146
4 KEPULAUAN RIAU 3 5
5 RIAU 21 54
6 JAMBI 21 21
7 BENGKULU 6 11
8 BANGKA BELITUNG 15 14
9 SUMATERA BARAT 119 123
10 SUMATERA SELATAN 95 108
11 LAMPUNG 73 68
12 BANTEN 57 70
13 DKI JAKARTA 101 128
14 JAWA BARAT 77 165
15 JAWA TENGAH 219 220
16 DIY 102 108
17 JAWA TIMUR 361 417
18 KALIMANTAN TIMUR 4 9
19 KALIMANTAN TENGAH 34 38
20 KALIMANTAN SELATAN 7 10
21 SULAWESI SELATAN 27 37
22 SULAWESI UTARA 24 19
23 SULAWESI TENGAH 22 33
24 SULAWESI BARAT 9 8
25 SULAWESI TENGGARA 6 4
26 GORONTALO 9 16
27 BALI 7 10
28 NTB 10 17
29 NTT 47 51
30 MALUKU 7 10
31 PAPUA BARAT 4 1
32 PAPUA 31 4
33 MALUKU UTARA 1 37
TOTAL 1.774 2.044
Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat
c. Penjatuhan Sanksi Administratif
Sanksi administatif pada pelanggaran tarif angkutan Bus AKAP ekonomi pada masa angkutan lebaran dengan dasar hukum Peraturan Dirjen SK.2523/AJ.201/DRJD/2008. Adapun data pelanggarannya sebagai berikut:
Tabel 2.9
Penjatuhan Sanksi Administrasi Pelanggaran Tarif
No. Tahun Jumlah Sanksi
PO BUS
1 1996 (1416 H) 88 140
2 1997 (1417 H) 44 56
3 1998 (1418 H) 51 62
4 1999 (1419 H) 43 49
5 2000 (1420 H) 64 86
6 2000 (1421 H) 48 68
7 2001 (1422 H) 91 179
8 2002 (1423 H) 59 85
9 2003 (1424 H) 26 38
10 2004 (1425 H) 35 56
11 2005 (1426 H) 27 42
12 2006 (1427 H) 26 39
13 2007 (1428 H) 16 19
14 2008 (1429 H) 25 40
Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat
4. Kegiatan-kegiatan Strategis
a. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Pengujian Kendaraan Bermotor
Langkah/usaha untuk memperbaiki tingkat keselamatan dan menurunkan emisi gas buang dari kendaraan adalah dengan peningkatan kualitas dan kuantitas dari pengujian kendaraan bermotor oleh Unit Pengujian Kendaraan Bermotor di Kota/Kabupaten. Pada tahun 2008 ini telah dilakukan rehabilitasi alat uji kendaraan bermotor di BPLJSKB, Bekasi dan pengadaan emission test kendaraan bermotor GVW > 3,500 kg untuk menurunkan tingkat emisi gas buang kendaraan.
Saat ini, pengujian berkala untuk kendaraan bermotor hanya diwajibkan bagi bus, kendaraan umum dan mobil barang saja, sedangkan untuk mobil penumpang pribadi dan sepeda motor belum dilakukan. Dari 440 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, sampai dengan akhir tahun 2008 baru tersedia 257 Unit Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor secara mekanis, 235 unit secara non mekanis dan 16 unit uji keliling dengan 2.091 tenaga penguji yang telah memiliki sertifikat kompetensi penguji berkala kendaraan bermotor.
b. Perkembangan Penanganan Muatan Lebih
Pada tahun anggaran 2008 telah dilakukan rehabilitasi peralatan operasional jembatan timbang di 4 (empat) lokasi yaitu Lampung, Sumedang, Cilacap, dan Lamongan dan juga dibangun sistem informasi/konektivitas jaringan di 3 (tiga) lokasi jembatan timbang yaitu JT.Jabar, Jateng dan Jatim. Selain itu juga dilakukan monitoring terhadap kinerja jembatan timbang sehingga diperoleh data pelanggaran sebagai berikut :
Tabel. 2.10
Rekapitulasi Data Pelanggaran Di Jembatan Timbang Pada Tahun 2008
PROPINSI JUMLAH DITIMBANG
PELANGGARAN TERHADAP JBI (KEND) TINDAKAN 5 - 25 % 25 - 50 % 50 - 60 % > 60 % Pengembalian
Kendaraan Penurunan
Muatan Surat Tilang
NAD 61.618 30.581 2.168 709 488 - - 3.222
SUMUT 410.595 8.413 230 31 55 117 - 1.773
BABEL - - - - - - - -
JAMBI - - - - - - - -
SUMBAR 71.114 - - - 259 - - -
SUMSEL - - - - - - - -
RIAU - - - - - - - -
BENGKULU - - - - - - - -
LAMPUNG 16.834 3.171 731 304 - - 50 510
BANTEN - - - - - - - -
JABAR 278.043 39.557 22.274 9.852 14.698 6.627 5.092 13.595
JATENG 3.934.444 770.452 295.525 65.292 1.962 34.719 19.590 40.079
DIY 247.509 30.762 26.919 5.940 2.382 2.444 148 5.959
JATIM 5.240.760 1.123.485 21.899 20.381 3.298 13.741 6.643 223.451
BALI 598 248 142 30 - - - 73
TOTAL 10.261.515 2.006.669 369.888 102.539 23.142 57.648 31.523 288.662 Sumber : Dit.LLAJ. Ditjen Hubdat
c. Upaya Peningkatan Keselamatan Dan Kelancaran Pengguna Jalan Dalam Berlalu Lintas
Untuk meningkatkan keselamatan dan kelancaran pengguna jalan dalam hal ini maka LLAJ memasang 1.951.855 M Marka Jalan, 70.902 M Guadrail, 15.784 Buah Rambu Lalu Lintas dan No.Rute, 524 Buah RPPJ, 51 Buah Traffic Light, 57 Buah Cermin Cekung, 23.185 Buah Deliniator, 10.206 Buah Paku Marka, 2.500 Buah Traffic Cone, 53 Paket APILL yang dipasang di jalan nasional diseluruh Indonesia serta dilakukannya Manajenen dan Rekayasa Lalu Lintas di 19 Lokasi untuk mengurangi tingkat kemacetan lalau lintas di jalan nasional.
5. Permasalahan yang dihadapi
Hampir keseluruhan pada pelaksanaan program kegiatan pada tahun 2008 dapat terealisasi sesuai dengan program yang direncanakan. Tetapi ada beberapa kegiatan/program yang tidak dapat dilaksanakan ataupun pencapaian hasilnya kurang memenuhi target. Adapun kegiatan yang menemui hambatan dalam pelaksanaannya yaitu:
a. Kegiatan yang tidak terealisasi antara lain pembekalan kepala teknis terminal penumpang, perencanaan teknis penyusunan penetapan jaringan lintas angkutan B3 di P. Sumatera; pembangunan test track/proving ground di BPLJSKB Bekasi Tahap I termasuk supervisi, pembangunan Terminal Tipe A Badung termasuk supervisi, Evaluasi Biaya pokok tarif AKAP. Penyebab kegiatan tersebut diatas tidak dapat terealisasi karena peserta yang mendaftar kurang dari kuota yang disediakan untuk kegiatan pembekalan kepala teknis terminal, adanya revisi DIPA penghematan 10% (perencanaan tehnis penyusunan penetapan jaringan lintas angkutan B3 di Pulau Sumatera), DED pembangunan test track belum final dan kegiatan DED test track berada di tahun yang sama (pembangunan test track/proving grond di BPLJSKB Bekasi Tahap I termask supervisi), ABT tanggal 29 Agustus 2008 dan lelang gagal (pembangunan Terminal Tipe A Badung termasuk supervisi), dan dikarenakan kenaikan harga BBM tahun 2008 secara mendadak sehingga mempengaruhi perencanaan pelaksanaan evaluasi biaya pokok tarif AKAP.
b. Kegiatan yang pencapaiannya tidak memenuhi target. Penyebab kegiatan LLAj tidak mencapai target antara lain : karena adanya penghematan dana sebesar 10%, keterbatasan waktu dan personel seperti kegiatan semiloka perlengkapanjalan dan bimbingan teknis manajemen dan rekayasa lalu lintas dan tidak sinkronnya antara jadwal pelaksanaandengan turunnya anggaran seperti kegiatan evaluasi jaringan trayek AKAP dan survey pengaruh biaya transport terhadap harga sembako.
6. Upaya yang dilakukan
Dari hambatan-hambatan di atas maka untuk menanggulanginya dilakukan berbagai upaya yaitu :
a. Menyusun jadwal program kegiatan yang lebih baik lagi sehingga tidak ada program kegiatan yang saling tumpang tindih waktu pelaksanaannya dan menyingkronisasikan dengan turunnya anggaran sehingga program kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia yang ada di Direktorat LLAJ c. Mengkalkulasikan dana lebih teliti dengan mempertimbangkan terjadinya
kegiatan-kegiatan diluar rencana.
d. Meningkatkan kinerja PPNS sehingga pelanggaran yang terjadi dapat menurun dan memberikan sanksi tegas terhadap pelanggarnya.
2.2. Bidang Angkutan Penyeberangan
Transportasi sungai merupakan salah satu moda transportasi yang tertua diantara moda transportasi lain. Pada masa lalu, transportasi sungai memiliki peran yang sangat penting dalam perhubungan dan komunikasi di dunia. Kondisi ini menjelaskan mengapa pada umumnya kota-kota besar dan pusat perdagangan di dunia berada di dekat sungai. Jika terdapat jaringan sungai, maka transportasi sungai dapat digunakan sebagai moda transportasi utama guna meningkatkan akses suatu wilayah tanpa harus melakukan pembangunan sarana dan prasarana transportasi jalan raya yang mahal.
Fenomena transportasi sungai di dunia dan Indonesia dewasa ini memperlihatkan peran transportasi sungai dalam melayani kebutuhan pergerakan dan komunikasi tidak sepenting di masa lalu. Hal ini disebabkan antara lain perkembangan moda transportasi jalan dan rel lebih cepat dibandingkan perkembangan transportasi sungai, dimana transportasi jalan lebih menawarkan: fleksibelitas, layanan dari pintu ke pintu, keteraturan jadwal, ketersediaan dan frekuensi armada tinggi, biaya murah serta kebutuhan penanganan barang dan ruang penyimpanan kecil.
1. Perkembangan Sarana LLASDP
a. Perkembangan Jumlah Lintas Penyeberangan
Sejak pertama kali ditetapkannya lintas penyeberangan pada tahun 1989, melalui Keputusan Menteri Perhubungan KM No. 64 Tahun 1989, sebanyak 44 lintas penyeberangan, sampai saat ini telah menjadi sebanyak 184 lintas penyeberangan, ditambah dengan 43 lintas penyeberangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Gubernur atau Bupati/Walikota) setelah era otonomi daerah. Sehingga jumlah total lintas penyeberangan yang telah ditetapkan adalah sebanyak 227 lintas penyeberangan. Dari 227 lintas tersebut, yang beroperasi pada tahun 2008 sebanyak 125 lintasan dan yang belum/tidak beroperasi sebanyak 102 lintasan. Dari sisi pengoperasiannya, sebanyak 34 lintas adalah berupa lintas penyeberangan dengan angkutan komersil dan sisanya sebanyak 70 lintasan berupa lintas penyeberangan angkutan perintis.
Tabel 2.11
Kondisi Perkembangan Lintas Penyeberangan
No. Status Operasional Lintas Jumlah 1. Jumlah lintas yang ditetapkan
a. Melalui Keputusan Menteri Perhubungan 184 b. Melalui Keputusan Pemerintah Daerah 43 2. Status pengoperasian
a. Lintasan yang beroperasi 125
b. Lintasan yang belum dan tidak beroperasi 102 3. Jenis Pengoperasian angkutan
a. Lintas penyeberangan dengan angkutan komersil 34 b. Lintas penyeberangan dengan angkutan perintis 70 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
Tabel 2.12
Lintas Penyeberangan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan
No. No. KM Tahun Jumlah Lintas
1 KM No. 64 1989 44
2 KM No. 25 1991 21
3 KM No. 49 1994 23
4 KM No. 33 1995 10
5 KM No. 1 1997 8
6 KM No. 13 1997 26
7 KM No. 30 1998 18
8 KM No. 43 1998 1
9 KM No. 82 1998 12
10 KM No. 66 2000 5
11 KM No. 1 2001 4
12 KM No. 58 2002 1
13 KM No. 16 2003 1
14 KM No. 71 2004 3
15 KM No. 76 2004 1
16 KM No. 38 2005 4
17 KM No. 48 2005 1
18 KM No. 69 2005 1
Jumlah 184
Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat Tabel 2.13
Lintas Penyeberangan yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
No Nama Lintas Provinsi
1.
Singkil - P. Banyak NAD2.
Singkil - Sinabang NAD3.
Balohan – Ulheu Lheu NAD4.
Tebas Kuala - Tebas Seberang Kalimantan Barat5.
Parit Sarem – S. Nipah Kalimantan Barat6.
Pamatat – Patumbukan – Labuhan Bajo Sulsel - NTT7.
Bira – Sikeli Sulawesi Selatan8.
Sikeli - Tondasi Sulawesi Selatan9.
Wakai - Ampana Sulawesi Tengah10.
Bitung-Siau Sulawesi Utara11.
Dongkala – Bau Bau Sulawesi Tenggara12.
Bau Bau - Mawasangka Sulawesi Tenggara13.
Aimere - Waingapu NTT14.
Waingapu - Sabu NTT15.
Kalabahi - Lewoleba NTT16.
Saumlaki - Tepa Maluku17.
Dobo - Benjina Maluku18.
Tulehu - Pelauw Maluku19.
Umiputih - Waley MalukuNo Nama Lintas Provinsi
20.
Tulehu – Saparua Maluku21.
Saparua - Nalahia Maluku22.
Nalahia - Amahai Maluku23.
Hunimua – Masohi Maluku24.
Namlea - Ambalau Maluku25.
Ambalau - Wamsisi Maluku26.
Wamsisi – Namrole Maluku27.
Namrole - Leksula Maluku28.
Ternate – Bacan Maluku Utara29.
Ternate - Batang Dua Maluku Utara`30.
Sorong - Seget Irian Jaya Barat31.
Seget - Seremuk Irian Jaya Barat32.
Seremuk - Konda Irian Jaya Barat33.
Konda - Teminabuan Irian Jaya Barat34.
Mogim - Kais Irian Jaya Barat35.
Kais - Inawatan Irian Jaya Barat36.
Inawatan - Kokoda Irian Jaya Barat37.
Bade - Mur – Kepi Irian Jaya Barat38.
Waren - Nabire Papua39.
Merauke - Atsy Papua40.
Atsy - Asgon Papua41.
Atsy - Senggo Papua42.
Atsy - Agat Papua43.
Biak - Numfor PapuaSumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
Berdasarkan jenis pengoperasian, lintas penyeberangan yang sudah beroperasi dapat dibedakan dalam 2 lintas, yaitu : lintasan komersil dan perintis yang disubsidi pemerintah.
Tabel 2.14
Jenis Pengoperasian Angkutan Penyeberangan
No. Jenis Pengoperasian Jumlah
a. Lintasan komersil 34
b. Lintasan perintis yang disubsidi pemerintah 70
Jumlah yang beroperasi 104
Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
1). Lintasan Komersil
Lintas komersil 2008 sebanyak 34 lintas penyeberangan dengan rincian status: Antar Propinsi (AP) sebanyak 10 lintas, Dalam Propinsi (DP) sebanyak 19 lintas dan Dalam Kabupaten/Kota (DK) sebanyak 5 lintas.
Tabel 2.15
Lintas Penyeberangan Komersil
No. Nama Lintasan Status Propinsi
1.
Balohan – Malahayati DP NAD2.
Sibolga – Gn. Sitoli DP Sumatera Utara3.
Ajibata – Tomok DP Sumatera Utara4.
Palembang – Muntok AP Sumsel-Babel5.
Merak – Bakauheni AP Lampung-Banten6.
Ujung – Kamal DP Jawa Timur7.
Jangkar – Kalianget DP Jawa Timur8.
Ketapang – Gilimanuk AP Jawa Timur-Bali9.
Rasau Jaya – Tl. Batang DP Kalimantan Barat10.
Pontianak Kota – Siantan DP Kalimantan Barat 11. Batu Licin – Tj.Serdang DP Kalimantan Selatan 12. Penajam – Balikpapan DP Kalimantan Timur 13. Mamuju – Balikpapan AP Sulsel-Kaltim 14. Pagimana – Gorontalo AP Sulteng-Gorontalo15. Bajoe – Kolaka AP Sulsel-Sultra
16.
Bira – Pamatata DP Sulawesi Selatan17.
Padangbai - Lembar AP Bali - NTB18.
Kayangan - Pototano DP NTB19.
Torobulu – Tampo DP Bali-NTB20.
Bitung – Ternate AP Sulut - Malut21.
Sape – Labuan Bajo AP NTB-NTT22.
Kupang – Larantuka DP NTT23.
Kupang – Rote DP NTT24.
Kupang – Kalabahi DP NTT25.
Kupang – Waingapu DP NTT26.
Kupang – Aimere DP NTT27.
Galala – Namlea DK Maluku (Mlk Tengah)28.
Pokka – Galala DK Maluku (Mlk Tengah)29.
Hunimua – Waipirit DK Maluku (Mlk Tengah)30.
Bastiong – Sidangole DK Maluku Utara31.
Bastiong – Rum DK Maluku Utara32.
Siwa – Lasusua AP Sulsel-Sultra33.
Bau-Bau - Wara DP Sultra34.
Kupang - Sabu DP NTTKeterangan :AP : Antar Propinsi, DP : Dalam Propinsi, DK : Dalam Kab/Kota Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
2). Lintasan perintis yang disubsidi pemerintah
Lintas penyeberangan perintis tahun 2008 sebanyak 70 lintas penyeberangan, yang terdiri dari 56 lintas penyeberangan yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan dan 14 lintas penyeberangan yang
ditetapkan berdasarkan Sk Gubernur. Sedangkan rincian status terdiri dari : 3 lintas Antar Propinsi (AP) dan 67 lintas Dalam Propinsi (DP).
Tabel 2.16
Lintas Penyeberangan Bersusidi
No. L i n t a s Status Propinsi Penetapan
1.
Singkil – Pulau Banyak DP NAD KM. Perhubungan2.
Singkil – Sinabang DP NAD KM. Perhubungan3.
Padangf – Sikakap DP Sumbar KM. Perhubungan4.
Padang – Tua Pejat DP Sumbar KM. Perhubungan5.
Padang - Siberut DP Sumbar KM. Perhubungan6.
Sadai – Tanjung Ru DP Babel KM. Perhubungan7.
Bengkulu – Enggano DP Bengkulu KM. Perhubungan8.
Jepara – Karimunjawa DP Jateng KM. Perhubungan9.
Tayan – Teraju DP Kalbar KM. Perhubungan10.
Tanjung Harapan – Tl. Kalong DP Kalbar KM. Perhubungan11.
Kuala Tebas – S. Kuala Tebas DP Kalbar KM. Perhubungan12.
Parit Sarem – Sungai Nipah DP Kalbar KM. Perhubungan13.
Bitung - Melonguane DP Sulut KM. Perhubungan14.
Bitung – Pananaru DP Sulut KM. Perhubungan15.
Bitung – Siau DP Sulut KM. Perhubungan16.
Luwuk – Salakan DP Sulteng KM. Perhubungan17.
Salakan – Banggai DP Sulteng KM. Perhubungan18.
Gorontalo – Wakai – Ampana DP Sulteng KM. Perhubungan19.
Kendari – Lenggara DP Sultra KM. Perhubungan20.
Bau Bau – Dongkala DP Sultra KM. Perhubungan21.
Dongkala – Mawasangka DP Sultra KM. Perhubungan22.
Ende – Waingapu DP NTT KM. Perhubungan23.
Waingapu – Sabu DP NTT KM. Perhubungan24.
Waingapu – Aimere DP NTT KM. Perhubungan25.
Larantuka – Waiwerang DP NTT KM. Perhubungan26.
Waiwerang – Lewoleba DP NTT KM. Perhubungan27.
Lewoleba – Baranusa DP NTT KM. Perhubungan28.
Baranusa – Kalabahi DP NTT KM. Perhubungan29.
Kupang – Lewoleba DP NTT KM. Perhubungan30.
Kupang – Ende AP NTT KM. Perhubungan31.
Sape – Waikelo AP NTB – NTT KM. Perhubungan32.
Balikpapan – Taipa AP Kaltim–Sulteng KM. Perhubungan33.
Pamatata–Patumbukan–Jampea–Labuhan Bajo DP Sulsel – NTT KM. Perhubungan
34.
Tolehu – Pelauw DP Maluku KM. Perhubungan35.
Pelau – Umeputih DP Maluku SK. Gubernur36.
Umeputih – Wailey DP Maluku KM. Perhubungan37.
Tolehu – Saparua DP Maluku KM. Perhubungan38.
Saparua – Nalahia DP Maluku KM. Perhubungan39.
Nalahia – Amahai DP Maluku KM. PerhubunganNo. L i n t a s Status Propinsi Penetapan
40.
Tual – Larat DP Maluku KM. Perhubungan41.
Larat – Saumlaki DP Maluku KM. Perhubungan42.
Saumlaki – Tepa DP Maluku Utara KM. Perhubungan43.
Tual – Dobo DP Maluku Utara KM. Perhubungan44.
Dobo – Benjina DP Irjabar SK. Gubernur45.
Tobelo – Daruba DP Irjabar SK. Gubernur46.
Tobelo – Subaim DP Irjabar SK. Gubernur47.
Sorong – Saonek DP Irjabar SK. Gubernur48.
Saonek - Kabarai DP Irjabar SK. Gubernur49.
Sorong - Waigama DP Irjabar SK. Gubernur50.
Sorong – Seget DP Irjabar SK. Gubernur51.
Seget – Seremuk DP Irjabar SK. Gubernur52.
Seremuk - Konda DP Irjabar SK. Gubernur53.
Konda - Taminabuan DP Papua KM. Perhubungan54.
Taminabuan - Mugim DP Papua KM. Perhubungan55.
Mugim – Kais DP Papua KM. Perhubungan56.
Kais – Inanwatan DP Papua KM. Perhubungan57.
Inanwatan - Kokoda DP Papua KM. Perhubungan58.
Biak – Serui DP Papua SK. Gubernur59.
Serui – Waren DP Papua SK. Gubernur60.
Waren – Nabire DP Papua SK. Gubernur61.
Biak – Numfor DP Papua SK. Gubernur62.
Numfor – Manokwari DP Papua KM. Perhubungan63.
Merauke – Atsy DP Merauke KM. Perhubungan64.
Atsy – Senggo DP Merauke KM. Perhubungan65.
Atsy – Asgon DP Merauke KM. Perhubungan66.
Atsy – Agats DP Merauke KM. Perhubungan67.
Merauke - Tanah Merah DP Merauke KM. Perhubungan68.
Bade – Mur DP Merauke KM. Perhubungan69.
Mur – Kepi DP Merauke KM. Perhubungan70.
Teluk Gurita - Kalabahi - Kisar DP NTT KM. Perhubungan Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
b. Perkembangan Jumlah Kapal Penyeberangan
Seiring dengan pembangunan pelabuhan sementara di Srengsem (selesai pada tahun 1977), sementara itu dilakukan pengadaan kapal Ro-Ro dari Jepang (KMF Merak (ex Nahagama). Sejak itulah dimulainya sejarah penggunaan kapal penyeberangan Ro-Ro di Indonesia. Selanjutnya dalam perkembangannya mulailah dibangun kapal penyeberangan pada galangan di dalam negeri. Sampai saat ini terdapat 196 unit kapal, yang terdiri dari Kapal Ro-Ro, Kapal LCT, Kapal Cepat dan Bus Air.
Tabel 2.17
Jumlah Kapal SDP yang beroperasi
No. Jenis Kapal Jumlah
1. Kapal Ro-Ro 171
2. Kapal LCT 10
3. Kapal cepat penumpang 11 4. Kapal penumpang/bus air 4
Jumlah 196
Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
Tabel 2.18
Jumlah Kapal Penyeberangan yang beroperasi berdasarkan kepemilikan
No. Pemilik/operator Jumlah
1. PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) 80
2. Kerja Sama Operasi (KSO) 2
3. Swasta 112
4. Pemda 2
Jumlah 196
Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
2. Perkembangan Prasarana LLASDP
Dimulai dengan diserahterimakannya pelabuhan Merak dan sebagian pelabuhan Panjang dari Ditjen Perhubungan Laut kepada Ditjen Perhubungan Darat pada tahun 1973, sampai saat ini terus dibangun pelabuhan-pelabuhan penyeberangan, seiring dengan pembukaan dan penetapan lintas penyeberangan baru. Sampai tahun 2008, jumlah pelabuhan penyeberangan yang telah beroperasi sebanyak 175 pelabuhan. Pelabuhan tersebut diselenggarakan oleh PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) sebanyak 34 pelabuhan, Dinas Perhubungan sebanyak 77 pelabuhan, UPT Ditjen Perhubungan Darat sebanyak 3 pelabuhan. Dan sisanya sebanyak 61 pelabuhan belum ditetapkan karena masih dalam proses penyelesaian pembangunan.
Tabel 2.19
Perkembangan Pelabuhan Penyeberangan
No. Penyelenggara Jumlah
1. PT. ASDP Persero 34
2. Dinas Perhubungan 77
3. UPT Ditjen Perhubungan Darat 3
4. Dalam Proses Pembangunan 61
Jumlah 175
Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
Tabel 2.20
Pelabuhan Penyeberangan yang dioperasikan oleh PT. ASDP No. Pelabuhan Lintas yang dilayani
1. Bakauheni Merak-Bakauheni
2. Merak Idem
3. Ujung Ujung-Kamal
4. Kamal Idem
5. Ketapang Ketapang-Gilimanuk
6. Gilimanuk Idem
7. Padangbai Padangbai-Lembar
8. Lembar Idem
9. Khayangan Kahayangan-Pototano
10. Pototano Idem
11. Sape Sape – Labuhan Bajo
12. Labuhan Bajo Idem
13. Larantuka Larantuka-Kalabahi
14. Rote Kupang-Rote
15. Bolok Kupang-Rote Dsn
16. Telaga Pungkur Telaga Pungkur –Tj. Uban No. Pelabuhan Lintas yang dilayani
17. Tj. Uban Idem
18. Batu Licin Batulicin-Tj. Serdang
19. Tj. Serdang Idem
20. Penajam Penajam-Kariangau
21. Bitung Bitung-Ternate
22. Pagimana Pagimana-Gorontalo
23. Mamuju Mamuju-Balikpapan
24. BajoE BajoE-Kolaka
25. Kolaka Idem
26. Bastiong Bastiong-Sidangole
27. Sidangole Idem
28. Rum Bastiong-Rum
29. Pokka Pokka-Galala
30. Galala Idem
31. Hunimua Hunimua-Waipirit
32. Waipirit Idem
33. Namlea Namlea-Negeri Lima
34. Muntok Palembang-Muntok
Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
3. Perkembangan Kinerja Angkutan Penyeberangan a. Perkembangan Produksi Angkutan Penyeberangan
Tabel 2.21
Produksi Angkutan Penyeberangan tahun 1999 – 2008 Tahun Penumpang
(orang) Kend R-4
(unit) Kend R-2
(unit) Barang (ton) 1999 42.852.763 5.900.575 3.681.054 13.120.299 2000 40.538.799 6.546.288 3.475.653 14.803.719 2001 34.197.063 6.130.548 3.595.304 14.371.231 2002 29.408.039 6.318.019 4.250.175 13.361.041 2003 37.649.113 5.903.365 3.428.908 17.039.805 2004 27.603.012 6.529.693 4.334.519 16.606.806 2005 26.501.889 6.272.819 4.719.152 25.187.160 2006 27.829.666 5.738.196 5.037.859 25.422.005 2007 40.557.832 5.720.396 6.154.104 31.936.937 2008 46.926.166 6.850.114 7.374.333 41.079.174
Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
b. Perkembangan Produksi Angkutan di (5) Lima Lintas Penyeberangan Utama 1) Perkembangan Produksi Angkutan di Lintas Merak – Bakauheni
Tabel 2.22
Produksi Angkutan Lintas Merak - Bakauheni Tahun 1999 – 2008 Tahun Penumpang
(orang) Kend R-4
(unit) Kend R-2
(unit) Barang (ton) 1999 13,731,991 2,007,143 62,275 6,418,832 2000 14,013,180 2,580,568 49,534 6,671,523 2001 11,546,449 2,152,303 47,786 6,675,810
2002 9,452,757 2,156,467 58,105 7,239,257
2003 8,427,604 2,111,991 36,690 7,103,559
2004 8,875,387 2,468,168 147,900 8,025,256
2005 4.050.409 2.356.082 225.563 0 *
2006 3.810.594 2.219.075 327.084 0 *
2007 14.585.873 2.219.075 327.084 18.058.364 2008 16.363.319 2.693.983 424.244 20.573.457 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
2) Perkembangan Produksi Angkutan di Lintas Ujung - Kamal Tabel 2.23
Produksi Angkutan Lintas Ujung - Kamal Tahun 1999 – 2008 Tahun Penumpang
(orang) Kend R-4 (unit) Kend R-2
(unit) Barang (ton) 1999 14,414,780 1,553,401 1,731,195 1,494,013 2000 14,254,319 1,581,618 1,770,023 2,120,995 2001 13,348,557 1,559,236 1,984,528 2,125,966 2002 14,022,345 1,667,588 2,408,573 2,320,364 2003 20,485,178 1,240,757 1,951,909 1,897,905 2004 12,077,956 1,761,805 2,932,358 2,585,303 2005 11.618.231 1.700.869 3.029.185 2.422.347 2006 10.411.408 1.516.321 3.217.565 2.259.391 2007 9.875.436 1.009.397 3.282.384 2.059.249 2008 10.650.973 1.615.251 3.638.258 5.693.377 Sumber : Dit. LLASDP. Ditjen Hubdat
3) Perkembangan Produksi Angkutan di Lintas Ketapang - Gilimanuk Tabel 2.24
Produksi Angkutan Lintas Ketapang - Gilimanuk Tahun 1999 – 2008 Tahun Penumpang
(orang) Kend R-4
(unit) Kend R-2
(unit) Barang (ton)
1999 5,782,372 1,145,083 239,202 3,143,059
2000 6,073,763 1,261,147 289,965 4,242,694
2001 4,725,014 1,446,504 333,991 3,911,605
2002 4.361.089 1.446.473 296,748 4,058,662
2003 3,608,396 1,341,632 298,694 4,344,737