• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Kajian Pustaka. Tabel 2.1 Penelitian terdahulu. terdahulu. menjelaskan bahwa fokus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II Kajian Pustaka. Tabel 2.1 Penelitian terdahulu. terdahulu. menjelaskan bahwa fokus"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II Kajian Pustaka

2.1 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu No. Nama/ judul skripsi Hasil penelitian

terdahulu

Perbedaan Persamaan

1 Dwi Astita.(2017).

” Implementasi biaya pemeliharaan

barang gadai ditinjau dari Fatwa MUI Nomor:

25/DSN-

MUI/III/2002 pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Unit Pelayanan Syariah Semangka Kota Bengkulu1

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perhitungan dan penentuan biaya ijarah (biaya

pemeliharaan) dalam gadai syariah di PT Pegadaian (Persero) Syariah Unit

Pelayanan Syariah Semangka Kota Bengkulu dilakukan dengan melihat besarnya nilai barang pinjaman nasabah.

Penelitian ini fokus

membahas mengenai penetapan harga lelang.

meneliti tentang barang

jaminan gadai dan

berlandaskan Fatwa MUI Nomor:

25/DSN-

MUI/III/2002.

2 Alawiyah Rahmah.(2019).

”Pelaksanaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pelaksanaan

menggunakan satu landasan yaitu

Pelaksanaan Lelang pada Benda

1 Dwi Astita, „Implementasi Biaya Pemeliharaan Barang Gadai Ditinjau Dari Fatwa MUI Nomor:

25/DSN-MUI/III/2002 Pada PT Pegadaian (Persero) Syariah Unit Pelayanan Syariah Semangka Kota Bengkulu‟ (IAIN Bengkulu, 2017).

(2)

6 Lelang pada Benda

Jaminan Gadai berdasarkan Fatwa DSN No.25/DSN- MUI/III/2002 tentang Rahn dan POJK

No.31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian”. 2

lelang Pegadaian Syariah Cabang Cinere sama dengan Fatwa DSN No.25 / DSN-MUI / III / 2002, yaitu mengenai tanggal jatuh tempo, pemberitahuan kepada murtahin dan pengembalian

kelebihan dana.

Namun, jika terjadi kekurangan

penjualan, hasil lelang tidak sesuai dengan fatwa tersebut, karena Pegadaian Syariah cabang Cinere tidak mewajibkan nasabah untuk menanggung kewajiban

kekurangan tersebut.

Dalam kesesuaian hukumnya Pegadaian Syariah Cabang Cinere belum

berlandaskan Fatwa DSN MUI tentang rahn.

Jaminan Gadai

2 Alawiyah Rahmah, „Pelaksanaan Lelang Pada Benda Jaminan GadaiI Berdasarkan Fatwa DSN NO.

25/DSN-MUI/III/2002 Tentang RAHN DAN POJK NO. 31/POJK. 05/2016 Tentang Usaha Pergadaian.‟ (Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).

(3)

7 sepenuhnya

mengikuti peraturan dalam fatwa

No.25/DSN-

MUI/III/2002 tentang Rahn “kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin”

3 Siti Farihah (2017)

”Analisis

Pelaksanaan Lelang Benda Jaminan Gadai berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN- MUI/III/2002 tentang Rahn di Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang”. 3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Pegadaian Syari`ah Majapahit Semarang, ketika marhun dijual dan hasil penjualan tidak cukup untuk melunasi hutang, murtahin tidak meminta kekurangan, tetapi dalam fatwa DSN dan surat bukti rahn (SBR) pihak rahin wajib melunasi yang menjadi

kekurangan utangnya.

meneliti lebih dalam

mengenai perhitungan penetapan harga lelang barang jaminan.

meneliti tentang prosedur lelang barang jaminan gadai yang

berlandaskan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.25/DSN- MUI/III/2002 tentang rahn.

3 Siti Farihah, „Analisis Pelaksanaan Lelang Benda Jaminan Gadai Berdasarkan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Di Pegadaian Syari‟ah Cabang Majapahit Semarang‟ (UIN Walisongo, 2017).

(4)

8 Jika rahin tdiak

memenuhi kewajibannya, murtahin akan mengalami kerugian 4 Parita Yuliana (2018)

“Tinjauan Hukum Islam terhadap Penarikan Barang Jaminan Akibat Ketidakmampuan Nasabah Membayar Angsuran (Studi Kasus di Pegadaian Syariah

Purwokerto”. 4

Hasil dari penelitian tersebut adalah penarikan barang jaminan tersebut dilakukan sesuai dengan hukum Islam karena tidak adanya unsur kewenang- wenangan.

Penelitian ini membahas tentang penetapan harga lelang barang

jaminan gadai.

meneliti tentang barang jaminan.

5 Saliha Nadella N (2018).”Pelaksanaan Lelang Benda

Jaminan pada Pegadaian Syariah di Banda Aceh (Studi Kasus pada Kantor Cabang Pegadaian Syariah Kota Banda Aceh)”. 5

hasil penelitian ini adalah

penyelenggaraan lelang barang jaminan telah memenuhi

persyaratan sebagai berikut: yaitu

memenuhi syarat dan ketentuan lelang,

Penelitian ini lebih dalam mengenai perhitungan penetapan harga lelang barang jaminan

meneliti tentang lelang barang

jaminan.

4 Parita Yuliana, „TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN BARANG JAMINAN AKIBAT KETIDAKMAMPUAN NASABAH MEMBAYAR ANGSURAN (Studi Kasus Di Pegadaian Syariah Purwokerto‟ (IAIN PURWOKERTO, 2018).

5 Saliha Nadella, „Pelaksanaan Lelang Benda Jaminan pada Pegadaian Syariah di Banda Aceh (Studi Kasus pada Kantor Cabang Pegadaian Syariah Kota Banda Aceh)‟, ETD Unsyiah, 2018.

(5)

9 serta tidak

menyimpang dari ketentuan baik dari segi objek lelang, subjek lelang dan harga lelang dan memenuhi semua prosedur sesuai dengan fatwa no.25/dsn- mui/iii/2002

mengenai penjualan marhun.

2.2 Tinjauan Teori 1. Teori Gadai

a. Gadai Syariah

1) Definisi Gadai Syariah

Pengertian gadai dalam islam disebut rahn, yaitu perjanjian menahan suatu barang sebagai jaminan hutang. Kata rahn secara bahasa berarti “tetap”,

“berlangsung” dan “menahan”. Sedangkan secara harfiah berarti menjadikan suatu benda yang bernilai menurut pandangan syara’ sebagai jaminan utang dengan adanya jaminan utang maka seluruh atau sebagian utang itu dapat diterima.6

6 Iwan Setiawan, „Penerapan Gadai Emas Pada Bank Syariah Perspektif Hukum Ekonomi Islam‟, Jurnal Al-Daulah, 6 (2016).

(6)

10 2) Landasan Hukum Gadai Syariah

a) Sumber Hukum berdasarkan Al-Quran

Sumber hukum mengenai gadai syariah terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 282:7

ٌۢ تِتبَك ْىُكَُْيَّث تُتْكَيْن َٔ ۚ ُُِٕجُتْكٱَف ًًَّٗسُّي ٍمَجَأ َٰٓ َٗنِئ ٍٍْيَذِث ىُتَُياَذَت اَرِئ ۟ا ََُُٰٕٓياَء ٍَيِزَّنٱ بَُّٓيَأَٰٓ َي ُّكَقْنٱ ِّْيَهَل ِٖزَّنٱ ِمِهًُْيْن َٔ ْتُتْكَيْهَف ۚ َُّللّٱ ًََُّّهَل بًََك َتُتْكَي ٌَأ تِتبَك َةْأَي َلَ َٔ ۚ ِلْذَعْنٱِث َلَ ْٔ َأ بًفيِعَض َْٔأ بًٓيِفَس ُّكَقْنٱ ِّْيَهَل ِٖزَّنٱ ٌَبَك ٌِاَف ۚ بًٔـْيَش ُُِّْي ْسَخْجَي َلَ َٔ ۥَُّّث َس َ َّللّٱ ِكَّتَيْن َٔ

ْىَّن ٌِاَف ۖ ْىُكِنبَج ِّس ٍِي ٍِْيَذيَِٓش ۟أُذِْٓشَتْسٱ َٔ ۚ ِلْذَعْنٱِث ۥُُّّيِن َٔ ْمِهًُْيْهَف َُْٕ َّمًُِي ٌَأ ُعيِطَتْسَي َشِّكَزُتَف بًَُٓ ىَذْحِئ َّم ِضَت ٌَأ ِءَٰٓاَذَُّٓشنٱ ٍَِي ٌَ َْٕض ْشَت ًٍَِّي ٌِبَتَأ َشْيٱ َٔ مُج َشَف ٍِْيَهُج َس بََُٕكَي َْٔأ ا ًشيِغَص ُُِٕجُتْكَت ٌَأ ۟ا ًََُٰٕٓٔـْسَت َلَ َٔ ۚ ۟إُلُد بَي اَرِئ ُءَٰٓاَذَُّٓشنٱ َةْأَي َلَ َٔ ۚ ٖ َشْخُ ْلْٱ بًَُٓ ىَذْحِئ ٌَُٕكَت ٌَأ ََّٰٓلَِئ ۖ ۟ا َُٰٕٓثبَت ْشَت َّلََأ َٰٓ ََْٗدَأ َٔ ِحَذ ََّٓشهِن ُو َْٕلَأ َٔ ِ َّللّٱ َذُِل ُطَسْلَأ ْىُكِن َر ۚ ۦِِّهَجَأ َٰٓ َٗنِئ ا ًشيِجَك ۚ ْىُتْعَيبَجَت اَرِئ ۟ا َُٰٓٔذِْٓشَأ َٔ ۗ بَُْٕجُتْكَت َّلََأ حبَُ ُج ْىُكْيَهَل َسْيَهَف ْىُكَُْيَث بَََٓٔ ُشيِذُت ًح َش ِضبَح ًح َش َجِت ۗ ُ َّللّٱ ُىُكًُِّهَعُي َٔ ۖ َ َّللّٱ ۟إُمَّتٱ َٔ ۗ ْىُكِث ٌۢ قُٕسُف ۥََُِّّاَف ۟إُهَعْفَت ٌِئ َٔ ۚ ذيَِٓش َلَ َٔ تِتبَك َّسَٰٓبَضُي َلَ َٔ

ىيِهَل ٍءَْٗشِّهُكِث ُ َّللّٱ َٔ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak

7 Q.S Al-Baqarah [2]:282

(7)

11 ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

b) Sumber Hukum berdasarkan Hadits

Dasar hukum landasan hadits yang dijadikan rujukan dalam gadai syariah yaitu hadits Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW pernah menggadaikan baju besinya kepada orang Yahudi untuk memperoleh makanan. Hadis tersebut menunjukan bahwa Rasulullah memperbolehkan seorang menggadaikan sesuatu atau barang miliknya untuk dijadikan jaminan terhadap utang-utangnya, sebagaimana dicontohkannya sendiri. Melakukan transaksi bisnis, termasuk gadai, diperbolehkan oleh Islam baik orang-orang Muslim maupun non- Muslim, tidak ada anjuran agar umat Islam berbisnis dengan orang- orang Islam saja. Diizinkan menjadikan barang apa saja sebagai jaminan

(8)

12 asalkan mempunyai nilai harta (dapat diperjualbelikan), barang jaminan dapat diambil kembali setelah orang yang berutang melunasi utangnya.8 c) Sumber Hukum berdasarkan Ijma` Ulama

Pada dasarnya para ulama telah bersepakat bahwa gadai itu boleh. Para ulama tidak pernah mempertentangkan kebolehannya demikian pula landasan hukumnya. Jumhur ulama pun berpendapat bahwa gadai disyariatkan pada waktu tidak berpergian maupun pada waktu berpergian.9

3) Rukun dan Syarat Gadai Syariah

Terdapat beberapa rukun bagi akad rahn yang terdiri dari: orang yang menggadaikan (rahin), barang jaminan (marhun), orang yang menerima gadai (murtahin) sesuatu yang karenanya diadakan gadai, yakni harga, dan sifat akad rahn. Sedangkan untuk sahnya akad rahn, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak yang terlibat dalam akad rahn yaitu:

berakal, baligh, barang yang dijadikan jaminan ada pada saat akad, serta barang jaminan dipegang oleh orang yang menerima gadai (marhun) atau perwakilannya.10

4) Jenis Barang Gadai Syariah a) Emas (Perhiasan, emas batangan) b) Berlian

c) Kendaraan (Mobil, Sepeda motor) d) Elektronik (Laptop, handphone)

5) Model Perhitungan Uang Pinjaman di Pegadaian Syariah

Pada dasarnya, Pegadaian Syariah beroperasi berdasarkan dua akad transaksi Syariah yaitu:11

8 Dewi Septiana Dewi Septiana and S H Amnawaty, „Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Sebagai Alternatif Pembiayaan Di Kota Bandar Lampung‟, PACTUM LAW JOURNAL, 1.02 (2018), 155–63.

9 Muhammad Sholikul Hadi, „Pegadaian Syariah‟, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003. Op.Cit., Hlm,52

10 Arman Lugito, „Studi Perbandingan Model Perhitungan Laba Antara Pegadaian Syariah Dengan Pegadaian Konvensional‟, Jurnal Akuntansi AKUNESA, 1.2 (2013).

11 Lugito.

(9)

13 a) Akad rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan benda jaminan milik nasabah sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah sampai waktu yang telah disepakati bersama.

b) Akad ijarah. Artinya akad pengalihan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk memperoleh uang sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.

Untuk bisa mendapatkan layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya cukup menyerahkan harta bergerak ( emas, berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk dijadikan jaminan dilengkapi dengan dengan fotocopy kartu tanda pengenal. Kemudian bagian penaksir akan menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai dasar perhitungan pengenaan jasa simpan dan pinjaman maksimum yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90% dari nilai taksiran barang.

b. Gadai Konvensional

1) Definisi Gadai Konvensional

Gadai merupakan hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya dari orang yang berutang atau orang lain atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang yang berpiutang lainnya dengan

(10)

14 pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan.12

2) Landasan Hukum Gadai Konvensional

Dasar hukum gadai diatur dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata (civil code) buku kedua tentang benda Bab XX Pasal 1150-1160.13

3) Model Perhitungan Uang Pinjaman di Pegadaian Konvensional

Nilai taksiran atas barang yang akan digunakan tidak sama dengan besarnya pinjaman yang diberikan. Setelah nilai taksiran ditentukan, petugas menentukan jumlah uang pinjaman yang dapat diberikan.

Penentuan uang pinjaman ini juga ditentukan oleh Perum Pagadaian berdasarkan golongan yang sesarnya berkisar antara 80-92%.14

c. Perbedaan Gadai Syariah dan Gadai Konvensional

Ada perbedaan yang dalam antara prinsip hukum gadai syariah dan konvensional dari segi teknis, kita bisa melihat operasi dalam praktiknya PT.

Pegadaian dan PT. Pegadaian Syariah, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Perbedaan Gadai Syariah dan Gadai Konvensional15

Gadai Konvensional Gadai Syariah

menggunakan bunga pinjaman. menggunakan pendekatan bagi hasil (mudharabah) atau fee based income,

dengan sistem ijarah.

berlaku satu perjanjian saja yakni hutang perjanjian dilakukan dengan akad, yakni

12 CahyushaDesmutya Herfika, „Analisis Komparasi Mekanisme Produk Kredit Pada Pegadaian Konvensional Dan Pembiayaan Pada Pegadaian Syariah (Studi Pada Pt Pegadaian Di Nganjuk Dan Kediri)‟ (Universitas Brawijaya, 2013).

13 Ibid.,

14 Lugito.

15 Zuhriati Khalid, Pelaksanaan Gadai Konvensional dan Gadai Syariah (Studi pada PT. Pegadaian Cabang Gaharu Medan dan PT. Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan), dari

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/diakses pada tanggal 17 Maret 2021

(11)

15 piutang dengan penyerahan barang

sebagai jaminan.

tergantung pada jenis akad atau pinjaman yang akan dilakukan dengan menggunakan harta sebagai barang jaminan, yang terdiri dari akad rahn, akad

ijarah, akad qardh hasan, akad mudharabah, akad bai muqayyadah dan

akad musyarakah selain bertujuan untuk menolong

masyarakat ekonomi lemah juga berorientasi pada bisnis oriented yakni menarik keuntungan melalui penarikan

bunga atas sewa modal.

dilakukan murni secara sukarela atas dasar tolong menolong (ta’awun) tanpa mencari keuntungan atau berfungsi sosial

(akad tabarru)

objek jaminan adalah barang-barang yang bergerak

objek jaminan adalah seluruh barang baik bergerak maupun tidak bergerak biaya bunga dihitung per 15 hari biaya pemeliharaan dihitung per 10 hari.

bunga dihitung dengan persentase berdasarkan pada golongan barang

dihitung berdasarkan jumlah besarnya biaya pemeliharaan yang sesuai dengan besarnya jumlah atau nilai objek jaminan.

jika telah jatuh tempo tetapi pinjaman tidak dilunasi, maka barang jaminan akan

dijual kepada masyarakat

objek jaminan gadai dilelang kepada masyarakat.

sisa uang hasil dari penjualan barang yang tidak diambil oleh nasabah, menjadi

milik perusahaan gadai/Pegadaian sebagai keuntungan perusahaan

diserahkan kepada lembaga ZIS (Zakat, Infak dan Shadaqah).

tidak dikenakan biaya administrasi diawal, tetapi diakhir yang digabungkan

dengan bunga

nasabah dikenakan biaya administrasi minimum Rp.1.000 (seribu rupiah) dan maksimum Rp.60.000 (enam puluh ribu

rupiah) pada saat akad baru dilakukan

(12)

16 atau akad perpanjangan

penyelesaian sengketa jalur non litigasi dilakukan melalui lembaga BAN (Badan

Arbitrase Nasional)

melalui lembaga tahkim yakni BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah

Nasional).

penyelesaian sengketa jalur litigasi menjadi kewenangan Pengadilan Negeri

gadai syariah melalui Pengadilan Agama

2. Konsep Harga Lelang a. Pengertian Harga

Harga (price) adalah nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk mendapatkan keuntungan dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu dan tempat tertentu.16 Harga mengacu pada uang yang diterima oleh penjual dan pendapatan penjualan produk atau jasa, yaitu penjualan yang terjadi pada perusahaan atau tempat usaha. Harga tersebut tidak selalu harga yang diharapkan oleh penjual barang / jasa, melainkan harga yang sebenarnya sesuai kesepakatan antara pembeli dan penjual (harga).17

Harga dan jumlah barang yang diperdagangkan bergantung pada penawaran dan permintaan barang. Jika kuantitas yang diberikan penjual pada harga tertentu sama dengan kuantitas yang diminta pembeli pada harga tersebut, maka kondisi pasar berada dalam kondisi keseimbangan. Oleh karena itu, harga suatu dan jumlah suatu barang yang diperdagangkan bergantung pada keadaan keseimbangan pasar tersebut.18

16 Dr Sudaryono, „Manajemen Pemasaran Teori Dan Implementasi‟, Yogyakarta: Andi, 2016. Hlm, 216

17 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Gramedia Pustaka Utama, 2013). Hlm, 302

18 Sadono Sukirno, „Makroekonomi Teori Pengantar‟, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2004. Hlm, 32

(13)

17 b. Harga Lelang

Sebagaimana diketahui harga itu sendiri ditentukan oleh pasar, dan pelelangan disebut dengan pasar lelang (action market). Pasar lelang sendiri diartikan sebagai pasar yang terorganisir, dimana harga menyesuaikan diri dengan penawaran dan permintaan, serta biasanya dengan barang dagangan standar, jumlah pembeli dan penjual cukup besar dan tidak saling mengenal.19 Menurut dari ketentuan pasar yang berlaku, pelaksanaan lelang dapat menggunakan persyaratan tertentu misalnya penjual dapat menolak penawaran yang dianggap terlalu rendah yaitu menggunakan harga batas minimum atau biasanya disebut juga sebagai Harga Limit Lelang (HLL):

bisa berupa Nilai Pasar Lelang (NPL) atau dalam bentuk Nilai Minimum Lelang (NML). Sementara itu, harga lelang merupakan penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta lelang dan telah disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.20

c. Penetapan Harga

Menurut Machfoedz, penetapan harga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi tujuan pemasaran perusahaan, strategi dan bauran pemasaran, biaya dan metode penetapan harga. Pada saat yang sama, faktor eksternal adalah sifat pasar dan permintaan serta persaingan.21 Penetapan harga jual dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:22

1) Harga jual ditentukan oleh pasar yang artinya penjual tidak memiliki kendali atas harga yang ditawarkan di pasaran. Harga ditentukan oleh

19 SUSANTI SUSANTI, „KONSEP HARGA LELANG BARANG JAMINAN GADAI DALAM EKONOMI ISLAM (STUDI KASUS PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG SIMPANG PATAL PALEMBANG)(Skripsi)‟ (UIN RADEN FATAH PALEMBANG, 2016). Hlm, 52

20 Peraturan Menteri Keuangan Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang bab 1 Pasal 27.

21 SUSANTI. Hlm, 50

22 Fitri Wahyuni, „ANALISIS PENETAPAN HARGA LELANG BARANG JAMINAN DALAM MENGURANGI RISIKO PEMBIAYAAN MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada Produk Griya IB Hasanah BNI Syariah KC Tanjung Karang)‟ (UIN Raden Intan Lampung, 2018).

(14)

18 mekanisme penawaran dan permintaan dalam keadaan seperti ini penjual tidak dapat menetapkan harga yang diinginkannya.

2) Harga ditentukan oleh pemerintah, artinya pemerintah berhak menentukan harga barang atau jasa terutama harga untuk masyarakat.

Perusahaan tidak dapat menetapkan harga jual produk sesuai keinginannya.

3) Harga jual ditentukan oleh perusahaan, penjual menentukan harga dan pembeli dapat memilih, membeli atau tidak. Harga ditentukan oleh keputusan dan kebijakan dalam perusahaan.

Selain penentuan harga, penjual barang juga dapat menetapkan harga untuk tujuan yang antar penjual maupun antar barang yang satu dengan yang lain. Penetapan harga bertujuan untuk memperoleh pendapatan investasi Biasanya tingkat keuntungan investasi memiliki persentase yang telah ditentukan, Untuk mencapai tujuan tersebut perlu ditetapkan harga tertentu untuk barang yang diproduksi.23

d. Harga Menurut Perspektif Ekonomi Islam

Harga sebuah barang dan jasa tergantung pada hubungan antara permintaan dan penawaran, perubahan harga saat ini juga bergantung pada saat terjadinya perubahan permintaan dan penawaran. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan dari Anas yaitu suatu hari terjadi kenaikan harga yang luar biasa di masa Rasullullah SAW, maka sahabat meminta nabi untuk menentukan harga pada saat itu, dalam bahasa Arab yang maknanya pada harga yang adil berarti qimah al adl. Istilah qimah al adl (harga yang adil) pernah digunakan oleh Rasulullah Saw. dalam mengomentari kompensasi bagi pembebasan budak di mana budak ini akan menjadi manusia merdeka dan majikannya tetap mendapat kompensasi dengan harga yang adil.24

23 SUSANTI. Hlm, 50-51

24 Mustafa Edwin, „Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam‟, Jakarta: Prenada Media Group, 2006.

Hlm, 160

(15)

19 Para pemikir telah banyak berkontribusi dibidang ekonomi Islam, bahkan terdapat ciri khas yang berbeda antara satu pemikir dengan pemikir lainnya. Konsep harga Islam juga menraik banyak daya tarik bagi para pemikir Islam dengan menggunakan kondisi ekonomi sekitar dan pada massanya.25 Al-Ghazali adalah salah satu tokoh Islam yang menjelaskan mengenai konsep mekanisme pasar (ekonomi) Islam. Seperti cendikiawan muslim sebelumnya, perhatian Al-Ghazali terhadap kehidupan masyarakat tidak terfokus pada satu bidang tertentu tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Ia melakukan studi keislaman secara luas untuk mempertahankan ajaran agama Islam. Perhatiannya di bidang ekonomi terkandung dalam ilmu fiqhnya karena pada hakikatnya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fiqh Islam.26

Pemikiran sosio ekonomi Al-Ghazali berakar pada apa yang disebutnya sebagai “fungsi kesejahteraan sosial Islam”. Tema yang menjadi pangkal seluruh karyanya adalah konsep maslahat atau kesejahteraan bersama sosial atau utilitas (kebaikan bersama), yakni sebuah konsep yang mencakup semua aktivitas manusia dan membuat kaitan erat antara individu dengan masyarakat. Proses perkembangan pasar adalah teori yang dikemukakan oleh Al-Ghazali. Al-Ghazali yang bernama lengkap Abu Hamid Al-Ghazali sebagai ahli tasawuf mengemukakan pandangan mereka dan mulai berpikir tentang pasar. Pandangannya dijelaskan secara detail, bahwa peran aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai kekuatan permintaan dan penawaran. Bagi Al-Ghazali merupakan bagian dari keteraturan alami (natural order).27

Al-Ghazali menjelaskan secara eksplisit mengenai perdagangan regional, bahwa:

25 Sukarno Wibowo and Dedi Supriadi, „Ekonomi Mikro Islam‟, Bandung: Pustaka Setia, 2013. Hlm, 83

26 Ibid., hlm, 128.

27 Muhamad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam (BPFE-Yogyakarta, 2004). Hlm, 354

(16)

20

“Praktek-praktek ini terjadi di berbagai kota dan negara. Orang- orangcyang melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk mendapatkan alatalat dan makanan dan membawanya ke tempat lain. Urusan ekonomi orang akhirnya diorganisasikan ke kota-kota yang mungkin tidak mempunyai alat-alat yang dibutuhkan, dan kedesa-desa yang mungkin tidak memiliki semua bahan makanan yang dibutuhkan. Keadaan inilah yang pada gilirannya menimbulkan kebutuhan alat transportasi. Terciptalah kelas pedagang regional dalam masyarakat. Motifnya tentu saja mencari keuntungan. Para pedagang ini bekerja keras memenuhi kebutuhan orang lain dan mendapatkan keuntungan dan makan oleh orang lain juga”.28

Walaupun Al-Ghazali tidak menjelaskan konsep permintaan dan penawaran dalam istilah modern. Ada banyak bagian dari dalam bukunya yang berbicara mengenai harga yang berlaku, seperti yang ditentukan oleh praktik-praktik pasar, dan hal ini dikenal sebagai al-tsaman al-adl (harga yang adil) dikalangan ilmuwan Muslim atau equilibrium price (harga keseimbangan) dikalangan ilmuwan Eropa kontemporer.29

Seperti pemikir lain pada masanya, Al-Ghazali juga berbicara tentang harga yang biasanya berkaitan dengan keuntungan. Keuntungan belum secara jelas dikaitkan dengan pendapatan dan biaya. Bagi Al-Ghazali keuntungan adalah kompensasi darikepayahan perjalanan, risiko bisnis, dan ancaman diri keselamatan sipedagang. Walaupun ia tidak setuju dengan keuntungan yang berlebih untuk menjadi motivasi pedagang bagi AlGhazali keuntungan sesungguhnya adalah keuntungan di akhirat kelak. Menurutnya, keuntungan normal berada dikisaran berkisar antara 5-10% dari harga barang.30

28 S E Sukarno Wibowo, „MM Dan Dedi Supriadi, M‟, Ag., Ekonomi Mikro Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2013. Hlm, 133

29 Azwar Karim, „Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam‟ (Jakarta: Rajawali Pers, 2004). Hln, 317

30 Karim. Hlm, 135

(17)

21 3. Lelang

a. Pengertian Lelang

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106 / PMK.06 / 2013 (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 / Pmk.06 / 2010 tentang Perubahan atas Ketentuan Pelaksanaan Lelang Pasal 1), pengertian barang dan lelang dijelaskan. Lelang adalah penjualan barang yang ditawarkan kepada masyarakat dengan harga tertulis atau harga lisan yang harganya terus naik atau turun hingga mencapai harga tertinggi, diikuti dengan pengumuman lelang. Sedangkan barang lelang adalah benda atau hak yang dapat dijual melalui lelang.31 Pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304 / KMK.1 / 2002 mendefinisikan lelang sebagai: lelang adalah penjualan barang di tempat umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan..32

Secara umum lelang diartikan sebagai komoditas yang dijual secara publik atau umum, harga penawaran tertulis atau lisan akan naik atau turun untuk mencapai harga tertinggi dan kemudian diumumkan pengumuman lelang.33 Menurut definisi lelang, lelang memiliki beberapa unsur yaitu:34 1) Penjualan barang kepada publik berlangsung di depan umum.

2) Sebelumnya mengumumkan lelang atau mengumpulkan peminat atau peserta lelang.

3) Dilakukan oleh atau di depan petugas lelang dan mencatat waktu lelang.

4) Dilengkapi dengan menawarkan atau menentukan harga yang unik dan kompetitif.

b. Dasar Hukum Lelang

Dalam Alquran dan Hadis, tidak ada aturan yang jelas tentang lelang.

Menurut pengertian lelang dapat dibandingkan dengan pengertian sistem

31 Menteri Keuangan Republik Indonesia, „Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 237/PMK. 09/2016 Tentang Tata Kelola Pengawasan Intern Di Lingkungan Kementerian Keuangan‟, 2016.

32Mentri Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 240/PMK.06/2016 Tentang Pengurusan Piutang Negara, (Jakarta, 30 Desember, 2016).

33 N M Wahyu Kuncoro, 97 Risiko Transaksi Jual Beli Properti (RAIH ASA SUKSES, 2015). 265

34 Ibid.,

(18)

22 penjualan dimana terdapat aktivitas antara pembeli dan penjual. Dalam hal ini, pegadaian sebagai pihak penjual dan orang yang mengikuti lelang sebagai pihak pembeli. Jual beli termasuk dalam Q.S al-Baqarah 275:

ۚ ِّسًَْنا ٍَِي ٌُبَطْيَّشنا ُُّطَّجَخَتَي ِ٘زَّنا ُوُٕمَي بًََك َّلَِئ ٌَُٕيُٕمَي َلَ بَث ِّشنا ٌَُٕهُكْأَي ٍَيِزَّنا

ۚ بَث ِّشنا َو َّشَح َٔ َعْيَجْنا ُ َّاللَّ َّمَحَأ َٔ ۗ بَث ِّشنا ُمْثِي ُعْيَجْنا بًَََِّئ إُنبَل ْىَََُّٓأِث َكِن َر َُِءبَج ًٍََْف

َكِئ َنُٔأَف َدبَل ٍَْي َٔ ۖ ِ َّاللَّ َٗنِئ ُِ ُشْيَأ َٔ َفَهَس بَي َُّهَف ََٗٓتَْبَف ِِّّث َس ٍِْي خَظِل َْٕي ٌَُٔذِنبَخ بَٓيِف ْىُْ ۖ ِسبَُّنا ُةبَقْصَأ

c. Asas Lelang

Dalam pelelangan dikenal asas-asas lelang, yang mana asas-asas tersebut tidak dapat dipisahkan dari pelelangan itu sendiri, yang menyangkut asas-asas tersebut adalah:35

1) Asas keterbukaan.

Harapannya, semua lapisan masyarakat mengetahui rencana lelang tersebut, dan selama undang-undang tidak melarangnya, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti lelang. Oleh karena itu, setiap lelang harus didahului dengan pengumuman lelang. Prinsip tersebut juga bertujuan untuk mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat, bukan untuk membuka peluang terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

2) Asas Keadilan.

Implikasinya, dalam proses lelang, lelang harus mampu mewujudkan rasa keadilan yang proporsional kepada semua pihak yang terlibat. Prinsip ini untuk mencegah terjadinya keberpihakan pejabat lelang kepada peserta lelang tertentu atau berpihak hanya kepada kepentingan penjual.

3) Asas kepastian hukum

Diharapkan lelang yang sudah berlangsung memberikan jaminan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan lelang. Untuk setiap

35 Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) 1992, Profesi Hukum Itu Asyik Sarjana Hukum Bukan Sekedar Pengacara dan Hakim, (Jakarta:2017), 78

(19)

23 lelang, catatan lelang dicatat oleh petugas lelang yang merupakan bukti nyata. Risalah lelang digunakan oleh penjual atau pemilik barang, pembeli dan petugas lelang untuk mempertahankan dan melaksanakan hak dan kewajibannya.

4) Asas efisiensi.

Prinsip efisiensi akan memastikan lelang dapat dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang relatif murah, karena lelang dilakukan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan, dan pembeli diberi wewenang pada saat itu.

5) Asas akuntabilitas.

Pejabat lelang harus bertanggung jawab terhadap tugas lelang, termasuk pengelolaan lelang dan pengelolaan dana.

d. Syarat Lelang

Lelang merupakan salah satu transaksi jual beli, meskipun dilakukan dengan cara yang berbeda, namun tetap memiliki kesamaan syarat dan ketentuan yang diatur dalam transaksi jual beli secara umum. Menurut Madzhab Hanafi, jual beli hanya ijab dan qabul nya saja, sedangkan ulama Hanafiya percaya bahwa yang cocok dengan jual beli adalah kesediaan untuk jual beli antara kedua belah pihak. Namun, karena unsur kemauan yang berkaitan dengan hati biasanya tidak terlihat, kedua belah pihak membutuhkan indikator kesediaan tersebut. Bisa dalam bentuk kata-kata (ijab dan qabul), atau bisa juga dalam bentuk tindakan, yaitu saling memberi (menyerahkan barang dan mengumpulkan uang).36

Ada perbedaan antara lelang dan jual beli umum. Jual beli memiliki hak memilih dan dapat dipertukarkan di muka umum dan sebaliknya.

Sedangkan tidak adanya hak memilih dalam lelang dan tidak ada hak untuk menukar barang di depan umum. Penjualan dalam bentuk lelang dilakukan di depan peminat atau orang banyak dan biasanya tawaran secara bertahap dinaikkan atau diturunkan. dirumuskan rukun dan syarat-syarat dapat

36 Rahmat Syafii, „Fiqih Muamalah, Cet‟, Ke-1, Bandung: Pustaka Setia, 2001. 75

(20)

24 diaplikasikan dalam panduan dan kriteria umum sebagai pedoman pokok yaitu:

1) Transaksi dilakukan secara sukarela oleh pihak yang memenuhi syarat secara hukum.

2) Objek lelang harus halal dan bermanfaat.

3) Kepemilikan atau kendali penuh atas barang yang dijual.

4) Kejelasan dan transparansi item lelang tanpa adanya manipulasi.

5) Kesanggupan penyerahan barang dari penjual.

6) Kejelasan dan kepastian harga tidak akan menimbulkan konflik.

7) Jangan gunakan metode yang mengarah pada kolusi dan penyuapan untuk menenangkan tawaran tersebut.

4. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002

Secara etimologis, fatwa adalah jawaban atas suatu peristiwa, seperti yang dikatakan zamakhsyari dalam al-Kasysaf yang merupakan bentukan dari kata al-fataa (pemuda) dalam usianya dan sebagai kiasan (metafora) atau isti`arah. Istilah “fatwa” sudah banyak diadopsi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga makna “fatwa” dalam KBBI adalah keputusan atau pendapat para mufti atas sesuatu. Secara terminologi, fatwa adalah menafsirkan hukum Syara` dalam sebuah pertanyaan sebagai jawaban atas pertanyaan, apakah penanya adalah individu atau kelompok, memiliki identitas yang jelas atau tidak.37

Fatwa Dewan Syariah Nasional Hukum Syariah nomor: 25 / DSN- MUI / III / 2002, mengingat bentuk jasa keuangan yang dibutuhkan masyarakat adalah pinjaman yang menggunakan barang sebagai jaminan hutang. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) perlu memenuhi kebutuhan masyarakat akan berbagai produknya, dan menerapkan cara ini sesuai dengan prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional berkeyakinan bahwa perlu

37 Muhammad Syukri Albani Nasution and Rahmat Hidayat Nasution, Filsafat Hukum & Maqashid Syariah (Prenada Media, 2020). 8

(21)

25 ditetapkan fatwa sebagai standar rahn, yaitu barang tersebut adalah sebagai jaminan hutang.38 Mengingat Firman Allah dalam Qur`an surat Al- Baqarah[2]: 283:39

بًضْعَث ْىُكُضْعَث ٍَِيَأ ٌِْاَف ۖ خَضُٕجْمَي ٌبَْ ِشَف بًجِتبَك أُذ ِجَت ْىَن َٔ ٍشَفَس َٗهَل ْىُتُُْك ٌِْئ َٔ

ۚ َحَدبََّٓشنا إًُُتْكَت َلَ َٔ ۗ َُّّث َس َ َّاللَّ ِكَّتَيْن َٔ َُّتََبَيَأ ًٍَُِت ْؤا ِ٘زَّنا ِّدَإُيْهَف ََُِّّاَف بًَُْٓتْكَي ٍَْي َٔ

ىيِهَل ٌَُٕهًَْعَت بًَِث ُ َّاللَّ َٔ ۗ ُُّجْهَل ىِثآ

Menetapkan bahwa menggadaikan barang sebagai pinjaman itu bentuk jaminan hutang rahn dan diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut ini:40

1) Murtahin (penerima barang) memiliki hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

2) Marhun dan hasil penjualannya masih menjadi milik rahin. Prinsipnya, tanpa ijin Rahin, murtahin tidak boleh menggunakan marhun, tanpa mengurangi nilai marhun dan manfaatnya hanya sebagai pengganti biaya perawatan dan pemeliharaan.

3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya ini adalah kewajiban rahin, tapi murtahin juga bisa melakukannya, dan biaya penyimpanan serta pemeliharaan tetap menjadi kewajiban rahin.

4) Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

5) Penjualan marhun:

a) Saat habis masa berlakunya, murtahin harus Peringatan rahin untuk melunasi hutangnya.

b) Jika rahin masih belum bisa melunasi utangnya, maka marhun akan menjual / mengeksekusi melalui lelang menurut hukum syari`ah.

38 Dsnmui.or.id diakses pda 1 Januari 2021.

39 QS Al-Baqarah[2]: 283

40 Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002

(22)

26 c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya pemeliharaan, dan biaya penyimpanan yang belum dibayar serta penjualan.

d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin

2.3 Kerangka Berpikir

Penetapan harga lelang barang ditinjau

berdasarkan Fatwa DSN MUI

Menganalisis penetapan harga

lelang barang jaminan ditinjau berdasarkan Fatwa

DSN MUI

Hasil dan analisa Fatwa DSN nomor:

25/DSN-MUI/III/2002

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa penelitian yang dilakukan dengan menggunakan WebQual 4.0 seperti Safuan dan Khuzaini (2018) meneliti kualitas website dengan dimensi kegunaan, kualitas informasi

Dengan kata lain, potensi wisata yaitu berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat atau daerah yang dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata yang

Terdapat perbedaan penelitian Brata, Husani, dan Ali (2016) dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti, perbedaannya terletak pada perusahaan offline sedangkan

Gadai di pegadaian syariah merupakan perjanjian antara seseorang untuk menyerahkan harta benda berupa emas, kendaraan, atau harta benda lainnya sebagai jaminan

Desa adalah desa adat atau yang disebut dengan Desa, ialah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang untuk mengelola dalam

Menurut Mathis (2006 :113) faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan untuk pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi yang

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi marketing politik yang digunakan pada saat pemilu 2014 berhasil untuk mendapatkan dukungan dari para pemilih pada

c. Pilihan penyalur, konsumen harus menentukan penyalur mana yang dipilih untuk membeli produk. Dalam hal ini konsumen memilih penyalur dapat dikarenakan faktor