• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh :Abdul Mu id. 1,Yuliatin, 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh :Abdul Mu id. 1,Yuliatin, 2"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Budaya Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja dan prestasi Guru di SMP Al-Furqon NU Driyorejo Gresik.

Oleh :Abdul Mu’id.1,Yuliatin,2 masabdulmuid@gmail.com

Abstraksi:

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode dan teknik yang digunakan dalam memperoleh data pada penelitian ini meliputi : Metode observasi, interview dan Dokumentasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al-Furqon NU Driyorejo Gresik tergolong baik, hal ini dibuktikan dan diamati melalui nilai, norma dan kebiasaan. Seperti sholat berjam’ah, doa bersama, program upacara bendera, kegiatan MGMP, rapat kerja, family gathering, budaya disiplin guru berupa pengisian yang kosong oleh guru piket, controlling oleh kepala sekolah, absensi guru dan ta’limul qur’an. 2) dampak budaya organisasi dalam peningkatan kinerja guru yaitu adanya nilai, norma dan kebiasaan yang ada di SMP Al-Furqon NU Driyorejo Gresik mampu menciptakan kedisiplinan guru menjadi semakin baik, dan mampu menciptakan komitmen dan loyalitas dalam diri guru SMP Al-Furqon NU Driyorejo Gresik. 3) faktor penghambat kinerja guru yaitu absensi yang belum bisa berjalan dengan maksimal, kerana masih menggunakan absensi manual, kurangnya pemberian motivasi kepada guru, seperti pemberian reward kepada guru teladan, kenaikan gaji.

Key word : Peranan Budaya Organisasi, Kinerja dan prestasi Guru, SMP Al- Furqon NU Driyorejo

1Dr.H.Abdul Muid ,S.Ag., M.Pd.I Adalah dosen dan direktur pascasarjana IAI Qomaruddin Bungah Gresik, Ketua Dewan Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Maziyatul Ilmi Menganti Gresik,dosen STAI Arrosyid Surabaya,wakil Ketua LPTNU Gresik, Anggota LAKPESDAM PCNU Gresik,Anggota Komnasdik Jawa Timur, Dewan Pengasuh Yayasan Ponpes Al-Furqon NU Driyorejo, dan Anggota Majlis Ulama Indonesia Kabupaten Gresik Jawa Timur.

2 Hj.Yuliatin,SE adalah seorang Guru SMP Al-Furqon NU Driyorejo, Kepala Sekolah Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Maziyatul Ilmi Boboh Menganti Gresik.

(2)

A.PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Dewasa ini sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang cukup besar dan mendasar, terutama dalam konteks pembangunan masyarakat, negara dan bangsa. Tantangan itu dirasakan sehubungan dengan keadaan dan permasalahan di berbagai bidang kehidupan yang secara langsung memiliki kaitan dengan sistem pendidikan nasional. Tantangan tersebut berasal dari dua faktor yang saling berpengaruh, baik dari faktor luar (ekstern) maupun dari faktor yang berasal dari dalam (intern).

Berkaitan dengan hal tersebut, di era globalisasi yang serba canggih ini diharapkan peran budaya organisasi yang positif dapat menjadi solusi terhadap peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan kinerja bagi guru sebagai tenaga pendidik yang profesional. Karena peningkatan kinerja guru dan mutu pendidikan merupakan permasalahan serius bagi bangsa pada saat ini.

Budaya organisasi yang memiliki nilai-nilai positif tentunya merupakan sebuah karakter bangsa yang dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan bermartabat. Pergeseran nilai dan budaya pada saat ini semakin kita rasakan dan ini semua merupakan efek dari transisi budaya, yaitu dari budaya tradisional kepada tradisi teknologi dan informasi atau yang sering diistilahkan era globalisasi.

Transisi budaya merupakan sebuah tantangan terhadap bangsa ini dan termasuk dunia pendidikan. Oleh karena itu, budaya organisasi yang memiliki nilai dan norma-norma diharapkan mampu memfilter budaya yang semakin mengglobal tersebut. Budaya yang positif merupakan cerminan dan acuan personil dalam mewujudkan tujuan organisasi. Robbins sebagaimana dikutip oleh Sutrisno mengemukakan bahwa: “Budaya organisasi merupakan sistem nilai bersama dalam suatu organisasi yang menentukan tingkatan bagaimana para pegawai/karyawan melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi”.3

Pernyataan di atas menggambarkan bahwa, budaya organisasi memiliki peran penting dalam membentuk watak (perilaku) seseorang atau kelompok pada suatu organisasi, termasuk organisasi sekolah.

3 Edy Sutrisno, “Budaya Organisasi”, (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 24.

(3)

Budaya sebuah sekolah dapat terlihat melalui perbuatan- perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan warga sekolah secara terus-menerus. Setiap sekolah memiliki sejumlah budaya dengan satu budaya dominan dan sejumlah budaya lain sebagai pendukungnya. Pelaksanaan budaya sekolah merupakan produk interaksi setiap individu yang menjadi komponen dari lembaga tersebut. Budaya sekolah hadir karena adanya adaptasi antara akumulasi, transformasi, dan pergumulan beragam nilai.

Hal ini sejalan dengan pendapat Kluckhohn, yang menegaskan bahwa:4

“Kebudayaan terdiri dari semua kelangsungan proses belajar”.

Sehubungan dengan terciptanya sekolah yang efektif, efisien, dan produktif, tidaklah terlepas dari faktor guru sebagai posisi sentral dalam pelaksanaan proses pendidikan. Dengan kata lain, berhasil atau tidaknya sebuah sekolah dalam usahanya menciptakan kualitas dan kuantitas output sangat bergantung pada kinerja guru.

Guru sebagai salah satu agen sosialisasi dalam lembaga pendidikan diharapkan dapat melakukan tranformasi nilai-nilai kepada para peserta didik. Pada masa di mana perubahan tata nilai dalam masyarakat yang begitu cepat, seorang guru dituntut untuk tetap dapat menjaga fungsi dasarnya sebagai pendidik nilai. Namun perubahan dan pergeseran nilai yang ada dalam masyarakat telah menjadikan guru kehilangan pedoman dalam melaksanakan tuntutan profesionalnya. Albertus, menyatakan: Persoalan pokok yang dihadapi guru sebagai agen pembawa nilai akibat pergeseran tata nilai adalah masalah mengenai kejernihan visi. Pergeseran tatanan nilai dalam masyarakat membuat guru bisa kehilangan pegangan dan pijakan. Ia bisa larut dalam berbagai macam pemahaman nilai itu yang tidak jarang bertentangan dengan visi pendidikan.

Kinerja guru akan menjadi bermakna bila mereka memahami, mendengar, dan peduli terhadap harapan masyarakat, terutama dalam hal peranan dan tugas-tugas seorang guru yang akan menentukan

4 Nata,” Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan Multididpliner : normatif perenialis, sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, manajemen, teknologi, informasi, kebudayaan, politik, ekonomi, hukum”, (Jakarta : Rajawali Pers dalam Jurnal Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala). Vol 3 No 2 (Mei 2015), hal. 30.

(4)

bagaimana identitas, sikap, perilaku, dan peran guru dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Sekolah yang berprestasi pada dasarnya tidak lepas dari kinerja guru yang ada di sekolah tersebut. Efektivitas kinerja guru (performance) dapat dilihat sejauh mana kinerja tersebut dapat memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik.

Usman menyatakan bahwa:

“Untuk menjadikan pendidikan sebagai sebuah sector pembangunan yang efektif, guru adalah faktor yang mutlak.

Bukan saja jumlahnya yang harus dicukupi, melainkan juga mutunya harus baik; sebab jumlah dan mutu guru adalah unsur yang secara langsung ikut menentukan kekuatan sektor pendidikan. Dengan kata lain, kekuatan dan mutu pendidikan suatu negara dapat dinilai dengan mempergunakan faktor guru sebagai salah satu indeks utama”.5

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka budaya organisasi diharapkan dapat menimbulkan komitmen dan tanggung jawab guru dalam menciptakan peserta didik yang berilmu, mandiri, berakhlak mulia, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan negaranya, sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dari latar belakang uang telah dipaparkan, maka peneliti berniat melakukan penelitian dengan judul: “Budaya Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo 2.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo Untuk mengetahui dampak budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam meningkatkan kinerja guru SMP Al Furqon NU Driyorejo 3.Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa manfaat, yaitu

5 Nasir Usman, “Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru”, (Bandung:

Citapustaka Media Perintis, 2012), hal.1.

(5)

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan masukan dalam rangka penyusunan teori dan konsep-konsep baru serta dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga, Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Lembaga sebagai bahan pemikiran untuk mengembangkan nilai-nilai unggul budaya organisasi yang dapat meningkatkan kinerja guru.

b. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan/pengetahuan sebagai hasil pengamat langsung, serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selama di perguruan tinggi.

4.Penelitian Terdahulu

Setelah melakukan tinjauan pustaka, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian yang terkait dengan tema yang peneliti angkat, diantaranya adalah :

a. Marno (2010), Jurnal dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang meneliti tentang

“Aktualisasi sistem nilai dalam budaya organisasi pada madrasah berprestasi di kota Malang”.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam aktualisasinya Madrasah Surya Buana dan MAN 3 Malang memiliki dasar pijakan yang sama, yaitu kualitas dan agama, yang meliputi paradigma ilmu pengerahuan yang mengutamakan keterpaduan antara IPTAK dan IMTAK, nilai-nilai yang ditemukan dalam budaya organisasi keduanya meliputi : nilai dasar ajaran islam, yaitu Tauhid dan Ibadah dan nilai-nilai warga sekolah, yaitu perjuangan, tanggung jawab, ikhlas, ihsan, kedisiplinan, dll.6

b. Djunawir Syafar (2017), Jurnal Manajemen Pendidikan Islam yang meneliti tentang “Birokrasi, Perilaku dan Budaya

6 Marno, “Aktualisasi sistem nilai dalam budaya organisasi pada madrasah berprestasi di kota Malang”, Jurnal dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Vol 3 No. 01 (Juli-Desember 2010), hal 366.

(6)

Organisasi dalam Lembaga Pendidikan Islam Roudlotul Athfal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa birokrasi dalam madrasah tersebut terdiri dari birokrasi secara struktural dan independent. Dalam membangun perilaku organisasi lembaga memiliki nilai dasar perilaku islami, nilai-nilai kejujuran dan kedisiplinan. Kedisiplinan merupakan hal yang wajib, karena untuk mengajari anak-anak berperilaku disiplin, gurunya harus benar-benar mencerminkan perilaku disiplin. Sedangkan dalam budaya organisasinya Roudhotul Athfal masih sangat menjaga dan mempertahankan budaya akar rumput, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan program bahasa jawa yang dilaksanakan pada setiap hari sabtu, dengan tujuan agar nilai tradisi masyarakat tidak akan tergerus oleh perunahan sosial.7

c. Jurman (2014), dari Jurnal Ilmiah DIDAKTA, mahasiswa Magister Pendidikan Prigram Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang meneliti tentang “Budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja guru pada SMA Negeri 1 Simeuleu Timur”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam meningkatkan kinerja guru, SMA Negeri Simeuleu Timur telah melakukan pembinaan disiplin guru. Hal ini terbukti dengan keseriusan guru dan pegawai dalam mematuhi peraturan atau tata tertib sekolah, sekolah sangat serius dalam mensosialisasikan pemahaman tentang kedisiplinan, dan sistem pemberian motivasi terhadap guru.8

d. Salfen Hasri (2013) dari Jurnal Ilmu Pendidikan yang meneliti tentang : Budaya Organisasi di Perguruan Tinggi (Studi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi)”.

Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa: pertama, terbentuknya budaya organisasi tidak terlepas dari peran pimpinan organisasi. Pimpinan adalah “model nilai berjalan”

yang dipatuhi, dan diteladani oleh anggota organisasi. Sementara

7 Djunawir Syafar, “Birokrasi, Perilaku dan Budaya Organisasi dalam Lembaga Pendidikan Islam Roudlotul Athfal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol 2, No. 2, (November 2017), hal. 284.

8 Jurman,“Budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja guru pada SMA Negeri 1 Simeuleu Timur”, Jurnal Ilmiah DIDAKTA, Vol XIV, No. 2 ( Februari 2014), hal 62.

(7)

itu, nilai yang dikembangkan dan diterapkan sejak dini adalah kejujuran, keadilan dan tanggung jawab. Nilai tersebut mengukuhkan hubungan internal anggota organisasi dan mendorong mereka bekerja efektif. Hal ini dimaknai sebagai keunggulan dan strategi organisasi.9

e. Paulus Mikku Ate (2014), dari Jurnal Pendidikan Humaniora yang meneliti tentang “Budaya Organisasi Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah swasta di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur”.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya organisasi sekolah dipengaruhi nilai-nilai pokok yang dianut, dihidupi dan ditanamkan para pendiri, pengganti, dan pemimpin;

budaya organisasi mempengaruhi kinerja guru dan upaya melanggengkan budaya organisasi melalui penentuan pemimpin oleh yayasan, penggunaan seragam, penegakan disiplin, dan melaksanakan perayaan.10

f. Surya Kanta, Prof. Dr. Murniati AR, M. Pd. dan Dr. Bahrun M.

Pd. (2017) dari Jurnal Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang meneliti tentang

“Budaya Organisasi Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada Sekolah Menengah Atas di Kota Banda Aceh”.

Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pola pembinaan disiplin pada kedua SMA tersebut telah dijalankan sesuai dengan peraturan yang ada, pembinaan disiplin dilakukan dengan pendekatan persuasif, lewat pengawasan, membimbing dan memberi pengarahan, dan pemberian sanksi sesuai tingkat pelanggaran. Cara pemberian motivasi pada kedua SMA tersebut telah berjalan dengan efektif, namun tidak ada pemberian sertifikat, bonus, dan honor apabila para guru dan personil sekolah menjalankan tugas yang dibebankan dengan baik.

Hubungan perilaku antara personil sekolah di kedua SMA tersebut dilaksanakan dalam bentuk interaksi formal dan informal, serta berjalan dengan kondusif. Hubungan kerja terjalin lewat budaya kerja sama, budaya transparansi, budaya

9 Salfen Hasri, Budaya Organisasi di Perguruan Tinggi (Studi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi), Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol 2 ( Januari 2013). Hal. 124

10 Paulus Mikku Ate, “Budaya Organisasi Sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah swasta di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur”, Jurnal Pendidikan Humaniora, Vol 2 No. 4, (Desember 2014), hal 391.

(8)

kepedulian, budaya saling menghargai, dan kegiatan-kegiatan sekolah yang meningkatkan solidaritas para personil sekolah.

Hambatan yang ditemukan pada kedua SMA tersebut dalam meningkatkan kinerja adalah budaya disiplin kerja yang belum maksimal diperlihatkan oleh para guru.11

g. Moh. Pandoyo, Eko Supriyanto, dan Djalal Fuadi (2017), Universitas Muhamadiyah Surakarta yang meneliti tentang

“Menumbuhkembangkan Budaya Organisasi Di Smpit Nur Hidayah Surakarta”.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Sosialisasi budaya organisasi bagi guru dan karyawan diarahkan kepada upaya memperluas informasi dan pemahaman guru dan karyawan tentang budaya organisasi. Pemeliharaan budaya organisasi bagi guru dan karyawan dilakukan untuk melestarikan budaya organisasi yang telah ada tertanam semakin kokoh dalam diri guru dan karyawan dalam proses perjalanan organisasi sehingga memberikan ciri khusus organisasi. Pengembangan budaya organisasi dilakukan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pelaksanaan budaya semangat, kebersamaan, keilmuan dan nilai perilaku hidup muslim amar ma‟ruf nahi munkar menuju akhlaqul karimah.12

h. Sri Harmonika (2016) ISSN : 2502-2474 yang meneliti tentang

“Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di Mts Negeri Batu Dan Smp Ar-Rohmah Putri Malang, Jawa Timur”.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dua lembaga tersebut melihat kondisi kinerja guru mengacu pada empat standar kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional dengan 14 (empat belas) sub kompetensi. Berdasarkan temuan dari empat standar kompetensi dasar tersebut maka aspek yang lebih dominan yang ditekankan yakni pada aspek kompetensi pedagogik karena kompetensi pedagogik merupakan inti dari proses pendidikan yang ada di

11 Surya Kanta, Murniati AR, dan Dr. Bahrun, “Budaya Organisasi Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada Sekolah Menengah Atas di Kota Banda Aceh”, Jurnal Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,Vol 5, No 1 ( Februari 2017), hal 55.

12 Moh. Pandoyo, Eko Supriyanto, dan Djalal Fuadi, “Menumbuhkembangkan Budaya Organisasi Di Smpit Nur Hidayah Surakarta”, Universitas Muhamadiyah Surakarta, Varia Pendidikan, No 1, (Juni 2017).Hal 38.

(9)

sekolah. Sedangkan nilai budaya organisasi yang dikembangkan dalam meningkatkan kinerja guru di MTs Negeri Batu dan SMP Ar-Rohmah Putri Malang yakni motivasi need power dan kebutuhan akan prestasi, kedisiplinan, guyub rukun antar guru.

Ketaatan, shalat berjamaah di masjid, Adab menuntut ilmu dan saling menghormati.13

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti ingin menganalisis budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja guru. Sehingga nanti akan ditemukan perbedaan dan persamaan. Persamaan dalam penelitian ini yaitu tentang budaya organisasi, dan perbedaannya adalah bahwa penelitian ini menggunakan subyek guru, bukan karyawan atau lainnya.

5.Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi pembahasan yang lebih meluas, maka kiranya perlu dibuat batasan masalah. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas dalam penulisan penelitian mengenai “Budaya Organisasi dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo” adalah : 1. Budaya Organisasi, yakni budaya organisasi yang ada di sekolah SMP Al Furqon NU Driyorejo. Dalam hal ini peneliti lebih menfokuskan Budaya organisasi dalam hal kedisiplinan guru.

2. Kinerja guru, yakni kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo.

6.Definisi Istilah 1. Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah sesuatu yang berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma perilaku, ideologi, sikap, kebiasaan, dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi.

2. Kinerja Guru

Kinerja merupakan hasil kerja atau prestasi kerja seseorang atau organisasi dengan penampilan yang melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal, baik bersifat

13 Sri Harmonika, “Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di Mts Negeri Batu Dan Smp Ar-Rohmah Putri Malang, Jawa Timur”, Jurnal Al Muta’aliyah, Vol 1 No. 1, (Januari 2016), hal 89.

(10)

fisik dan non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi.

(11)

B.KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Budaya Organisasi

Berdasarkan asal usul katanya (etimologis), bentuk jama‟

dari budaya adalah kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhayah yang merupakan bentuk jama‟ dari budi, yang artinya akal atau segala sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran manusia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan budaya dalam dua pandangan, yaitu pertama, hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; kedua, menggunakan pendekatan antropologi yaitu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.14

Para ahli berbeda pendapat dalam menjelaskan pengertian organisasi. Pandangan klasik tentang organisasi dinyatakan oleh Max Weber; organisasi merupakan tata hubungan sosial, dalam hal ini seseorang individu melakukan proses interaksi sesamanya di dalam organisasi tersebut, organisasi mempunyai batasan- batasan tertentu (boundaries), dengan demikian seseorang yang melakukan hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas kemauan sendiri. Mereka dibatasi oleh aturan-aturan tertentu, dan organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun proses interaksi di antara orang-orang yang bekerja sama di dalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja.15

Organisasi berfungsi dengan berbagai struktur dan proses yang saling bergantung. Struktur dan proses-proses organisasi adalah tidak tetap, atau statik, tetapi lebih merupakan pola-pola hubungan yang berubah secara kontinyu dalam suatu kegiatan

14 Aan Komariah, Cepi Triatna, “Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif”

(PT. Bumi Aksara : Jakarta , 2016) hal. 96.

15 Miftah Toha, “Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya”, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 113.

(12)

sosial yang lebih luas. Oleh karena itu, perubahan adalah suatu aspek universal dan kontinual semua organisasi.16

Sedangkan Budaya organisasi mengacu pada norma perilaku, asumsi, dan keyakinan (belief) dari suatu organisasi, sementara iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi- asumsi dan keyakinan itu (Owens, 1991). Creemers dan Reynolds (1993) menyatakan bahwa "organizational culture is a pattern of beliefs and expectation shared by the organization's members."

Sonhadji (1991) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan terhadap organisasi. Greenberg dan Baron (1995) menekankan budaya organisasi sebagai kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma perilaku, dan ekspektasi yang dimiliki oleh anggota organisasi. Peterson (1984) menyatakan bahwa budaya organisasi mencakup keyakinan, ideologi, bahasa, ritual, dan mitos. Akhirnya, Creemers dan Reynolds (1993) menyimpulkan bahwa budaya organisasi adalah keseluruhan norma, nilai, keyakinan, dan asumsi yang dimiliki oleh anggota di dalam organisasi.

Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma perilaku, ideologi, sikap, kebiasaan, dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi (dalam hal ini termasuk organisasi universitas swasta).

Budaya organisasi adalah kepribadian organisasi yang mempengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi (Gibson, Ivanichevich, dan Donelly, 1988). Fungsi budaya organisasi adalah:

a. Memberikan rasa identitas kepada anggota organisasi, b. Memunculkan komitmen terhadap misi organisasi,

c. Membimbing dan membentuk standar perilaku anggota organisasi, dan

d. Meningkatkan stabilitas sistem sosial (Creemers dan Reynolds, 1993; Greenberg dan Baron, 1995).

16 Sukanto Reksohadiprodjo dan T. Hani Handoko, “Organisasi Perusahaan;

Teori, Struktur dan Perilaku”, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hal. 311.

(13)

Lain lagi pendapat Kroeber dan Kluchorn (dalam Gibson, Ivancevich dan Donnelly, 1996) budaya mengandung pola eksplisit maupun implisit dari dan untuk perilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan hasil kelompok manusia secara berbeda termasuk benda-benda ciptaan manusia. Inti utama dari budaya terdiri dari ide tradisional (terus menurun dan terseleksi) dan tertanam pada nilai yang menyertai.

Berangkat dari pendapat tersebut, maka karakteristik budaya tersebut meliputi:

a. Mempelajari, budaya diperlukan dan diwujudkan dalam belajar observasi dan pengalaman;

b. Saling berbagi, individu dalam kelompok, keluarga dan masyarakat saling berbagi budaya;

c. Transgenerasi, merupakan kumulatif dan melampaui generasi satu ke generasi lain;

d. Persepsi pengaruh, membentuk perilaku dan struktur bagaimana seseorang menilai dunia;

e. Adaptasi budaya didasarkan pada kapasitas seseorang berubah atau beradaptasi.

Orientasi budaya suatu masyarakat mencerminkan interaksi dari lima karakteristik. Individu suatu masyarakat mengekspresikan budaya dan karakteristik melalui nilai-nilai kehidupan dan lingkungan sekitar. Nilai (kepercayaan yang berlaku umum yang didefinisikan apa yang benar dan salah atau menspesifikasikan preferensi umum) sebaliknya mempengaruhi sikap individu mengenai bentuk perilaku yang dipertimbangkan lebih efektif dalam situasi tertentu.17

2. Karakteristik Budaya Organisasi

Karakteristik budaya organisasi dikemukakan oleh Robbins, yaitu:

a. Inisiatif perseorangan, tampil dalam bentuk tingkatan tanggung jawab, kebebasan, dan ketidakterikatan yang dimiliki seseorang. Inisiatif individu atau perseorangan harus dihargai sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi.

17 Hendyat Soetopo, “Perilaku Organisasi; Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 122-124.

(14)

b. Toleransi atas risiko, tampil dalam bentuk peluang dan dorongan terhadap personel untuk bersikap agresif, inovatif dan berani mengambil resiko. Toleransi kepada anggota organisasi untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk kemajuan organisasi serta berani mengambil risiko terhadap apa yang dilakukannya.

c. Pengarahan dan performance, yaitu tingkat kemampuan organisasi dalam menciptakan sasaran dan performance yang diharapkan secara jelas. Pengarahan mengenai kejelasan sasaran dan harapan yang diinginkan organisasi yang tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi yang akan berpengaruh terhadap kondisi kinerja organisasi.

d. Integrasi, yaitu tingkatan kedaan yang menunjukkan bahwa unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja secara koordinat. Integrasi dimaksudkan untuk dapat mendorong unit-unitnya dalam bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

e. Dukungan manajemen, yaitu tingkat dukungan yang jelas dari para manajer terhadap bawahannya dalam hal komunikasi, bimbingan dan dukungan. Perhatian dan dukungan manajer terhadap bawahan sangat membantu kelancaran kinerja suatu organisasi.

f. Pengadilan, yaitu sejumlah ketentuan, aturan dan sejumlah supervisi langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku para pegawai.

g. Bukti diri, adalah tanda keanggotaan suatu organisasi yang telah menunjukkan keterikatan pada suatu organisasi secara keseluruhan bukan pada suatu unit atau profesi tertentu.

h. Sistem imbalan, sistem imbalam seperti kenaikan gaji atau promosi dilakukan berdasarkan prestasi kerja bukan atas dasar senioritas sehingga mampu mendorong kreativitas atau perilaku inovatif sesuai dengan kemampuan dan keahlian dari anggota organisasi.

i. Toleransi konflik, yaitu tingkat keterbukaan bagi pegawai untuk mengembuskan konflik dan kritik.

j. Pola komunikasi, yaitu tingkatan jaringan komunikasi organisasi terhadap hierarki otoritas formal.18

18 Ahmad Susanto, “Konsep, Strategi, dan implementasi Manajemen Peningkatan Kinerja Guru”, (Jakarta : Prenamedia Group, 2016 ), hal. 188-189.

(15)

3. Fungsi Budaya Organisasi

Budaya organisasi yang terpelihara dengan baik, mampu menampilkan perilaku iman, takwa, kreatif, inovatif, dan dapat bergaul harus terus dikembangkan. Manfaat yang dapat diambil dari budaya demikian adalah dapat menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik, membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan, kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan, menemukan kesalahan dan cepat memperbaiki, cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi di luar.

Budaya organisasi yang kuat akan memberikan dampak positif bagi kinerja institusi secara umum sebab budaya organisasi tersebut akan mengarahkan perilaku para pegawai dan manajemen organisasi. Pusdiklat Pertamina mencatat lima fungsi budaya organisasi, yaitu sebagai berikut.

1. Pembatas peran, filosofi yang diutarakan oleh pendiri atau pemimpin berfungsi sebagai “diskriminan” yang membedakan satu organisasi dengan organisasi yang lain.

2. Identitas, identitas tertentu dipentingkan anggota sebagai identitas yang membedakan satu dengan yang lain dan memebrikan kebanggaan tersendiri.

3. Perekat komitmen anggota organisasi, perekat sosial dan perekat para pegawai agar mereka satu langkah dalam melihat kepentingan lembaga secara keseluruhan demi tercapainya standar kinerja lembaga yang telah ditetapkan.

4. Peningkat stabilitas sistem sosial; penciptaan dan pemeliharaan kerja yang baik melalui aktivitas bersama dalam upacara, syukuran-syukuran, event-event, keolahragaan, dan sebagainya dapat meningkatkan stabilitas sistem sosial.

5. Mekanisme kontrol; budaya organisasi memberikan petunjuk, sikap dan perilaku budaya anggota kelompok.

Norma-norma kelompok yang merupakan bagian dari budaya organisasi haruslah inheren di dalam hati para anggotanya.

Budaya organisasi bukan saja bermanfaat bagi anggota organisasi, tetapi juga bagi organisasi sebagai lembaga.

Budaya organisasi bermanfaat sebagai salah satu unsur yang dapat menekan turn over pegawai karena budaya organisasi mendorong anggota memutuskan untuk tetap berkembang

(16)

bersama lembaga. Di samping itu, budaya organisasi dapat dijadikan pedoman dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dengan ruang lingkup kegiatan intern lembaga dan menunjukkan pada pihak eksternal tentang keberadaan lembaga dan ciri khas yang dimiliki, di tengah lembaga- lembaga yang ada di masyarakat, serta sebagai acuan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan lembaga.

Dengan adanya budaya organisasi dapat membuat program-program pengembangan usaha dan pengembangan sumber daya manusia yang didukung penuh dari seluruh jajaran sumber daya yang ada. Bila suatu organisasi memahami dan menghargai suatu budaya organisasi serta memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya budaya organisasi maka organisasi tersebut akan mejadi suatu organisasi yang berhasil.19

Menurut Peterson dalam Ahmad Susanto, budaya sekolah penting dipelihara adalah karena beberapa alasan sebagai berikut :

a. Budaya sekolah memengaruhi prestasi dan perilaku sekolah. artinya bahwa budaya menjadi dasar bagi siswa dapat meraih prestasi melalui ketenangan yang diciptakan iklim dan peluang-peluang kompetitif yang diciptakan program sekolah.

b. Budaya sekolah tidak tercipta dengan sendirinya, tetapi memerlukan tangan-tangan kreatif, inovatif dan visioner untuk menciptakan dan menggerakkannya.

c. Budaya sekolah adalah unik walaupun mereka menggunakan komponen yang sama tetapi tidak ada dua sekolah yang persis sama.

d. Budaya sekolah memberikan kepada semua level manajemen untuk fokus pada tujuan sekolah dan budaya menjadi kohesi yang mengikat bersama dalam melaksanakan misi sekolah.

e. Meskipun demikian, budaya dapat menjadi counter productive dan menjadi suatu rintangan suksesnya bidang pendidikan dan budaya dapat bersifat

19 Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership ... hal 109 – 110.

(17)

membedakan dan menekankan kelompok-kelompok tertentu di dalam sekolah.

f. Perubahan budaya merupakan suatu proses yang lambat, seperti perubahan cara mengajar dan struktur pengambilan keputusan.20

4. Faktor-Faktor Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah suatu konsep yang sangat bervariasi, hal ini terbukti dari sudut pandang para pakar dalam menafsirkan elemen budaya organisasi, ada yang memandang unsur yang tampak dan ada pula yang melihat yang tampak dan tersembunyi (abstrak). Dalam hal ini Kotter dan Heskett sebagaimana dikutip Komariah & Triatna mengemukakan:

“Budaya organisasi muncul dalam dua tingkatan, yaitu tingkatan yang kurang terlihat, berupa nilai-nilai yang dianut oleh anggota kelompok yang cenderung bertahan meskipun anggotanya sudah ganti. Nilai- nilai ini sangat sukar berubah dan anggota organisasi seringkali tidak menyadari karena banyaknya nilai.

Tingkatan yang lebih terlihat berupa pola gaya perilaku organisasi, yaitu orang-orang yang baru masuk terdorong untuk mengikutinya”.21

Organisasi yang solid perlu menetapkan nilai-nilai untuk dianut anggota organisasi, karena nilai-nilai dalam suatu organisasi sangat menentukan sikap para anggota organisasi dalam bertindak atau berperilaku.

Gaplin seperti dikutip oleh Ilhamsari mengemukakan bahwa, “Bila memandang dari sudut keseluruhan aktivitas organisasi yang tampak, unsur-unsur organisasi, meliputi: (a) Aturan dan kebijakan, (b) Tujuan dan pengukuran, (c) Kebiasaan dan norma, (d) Pelatihan, (e)

2020

Ahmad Susanto, “Konsep, Strategi, dan implementasi Manajemen..., hal. 195- 196.

21 Ibid,. hal. 104.

(18)

Upacara dan peristiwa, (f) Perilaku manajemen, dan (g) Penghargaan dan pengakuan”.22

Organisasi yang terdiri dari orang-orang atau kelompok memerlukan aturan dan kebijakan berupa sistem nilai dan keputusan-keputusan sebagai suatu strategi organisasi dalam mencapai harapan yang diinginkan, termasuk organisasi sekolah. Aturan dan kebijakan merupakan alat untuk memberdayakan sumber daya organisasi pendidikan.

Murniati AR. mengemukakan bahwa “Sistem pemberdayaan penyelenggaraan pendidikan menuntut adanya berbagai komponen pendidikan, baik instrumental input maupun environmental input, seperti kepala sekolah, guru, kurikulum, siswa, tenaga administrasi, dan sebagainya, yang kesemuanya harus terintegrasi sebagai suatu sistem dalam melaksanakan berbagai aktivitas dalam penyelenggaraan pendidikan”.23 Dengan demikian, sebuah organisasi akan eksis bila didukung oleh unsur-unsur organisasi itu sendiri, baik unsur manusia maupun non manusia.

Budaya di sekolah dapat dilihat dari pola hubungan yang terjadi di sekolah, yaitu pola hubungan kedinasan, yaitu pola hubungan antara guru dengan kepala sekolah, pola hubungan kolegial antara guru dengan guru dan pola hubungan edukatif, yaitu guru dengan siswa. Dari ketiga pola hubungan tersebut meliputi nilai, norma dan kebiasaan. Pertama, nilai. Kata “nilai”

yang dalam bahasa inggris disebut value, dapat dimaknai dengan harga. Tetapi ketika kata harga tersebut dihubungkan dengan suatu objek atau persepsi dari suatu sudut pandang tertentu, harga yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran yang bermacam- macam. Allport mengemukakan bahwa “nilai adalah keyakinan yang membuat sesorang bertindak atas dasar pilihannya”. Begitu juga definisi yang dikemukakan oleh Fraenkel “nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang. Dengan demikian nilai merupakan hal yang sangat mempribadi

22Bayu Ilhamsari, “Budaya Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Guru pada SMK Negeri 3

Banda Aceh”, Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, (2011), hal. 16-17

23 Murniati, AR, “Manajemen Strategik Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan”, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), hal. 64.

(19)

sebagaimana ditegaskan oleh Allport dan Fraenkel tersebut.

Dengan nilai tersebut dapat membuat manusia bertindak berdasarkan keyakinan dirinya dan konsep nilai yang dimilikinya, sehingga setiap manusia memiliki tingkat kekuatan nilai yang berbeda-beda dalam kehidupannya.

Kedua, norma. Norma adalah peraturan, tatanan ketentuan, standar gaya dan pola perilaku yang dianggap pantas dan dianggap tidak pantas dalam merespon sesuatu.

Sepanjang sejarahnya manusia dikelilingi dan melaksanakan banyak norma yang mereka gunakan sebagai pedoman bersikap dan berperilaku. Norma tersebut berupa norma agama, etika profesi, standar industri nasional, dan internasional, budaya dan organisasi.

Norma-norma yang berisi tentang standar perilaku dari anggota sekolah, baik guru maupun siswa. Standar perilaku ini berdasarkan pada kebijakan intern sekolah itu sendiri ataupun pada kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Ketiga, kebiasaan. Tradisi atau kebiasaan dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini suatu tradisi dapat punah. Dalam pengertian lain, tradisi adalah adat istiadat atau kebiasaan yeng turun temurun yang masih dijalankan masyarakat.

5.Kinerja Guru

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari bahasa inggris, work performance atau job performance, dalam bahasa indonesia disebut juga prestasi kerja.

Menurut Payman J. Simanjuntak, kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini Simanjuntak menegaskan bahwa kinerja dalah sesuatu yang penting dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, karena setiap individu atau organisasi tentu saja memiliki tujuan yang akan dicapai dengan menetapkan target atau

(20)

sasaran. Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran tersebut itulah merupakan kinerja.24

Adapun Prawirosentono dalam Ahmad Susanto mengemukakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.25

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian kinerja tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja atau prestasi kerja seseorang atau organisasi dengan penampilan yang melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal, baik bersifat fisik dan non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Banyak yang faktor yang memengaruhi terbangunnya suatu kinerja profesional, termasuk kinerja guru yang di dalamnya berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhinya, internal maupun eksternal.

Faktor eksternal kinerja guru, menurut M. Arifin dalam Ahmad Susanto mengidentifikasikan ke dalam beberapa hal, diantaranya adalah :

a. Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang.

b. Suasana kerja yang menggairahkanatau iklim yang ditunjang dengan komunikasi demokrasi yang serasi dan manusiawi antara pimpinan dan bawahan.

c. Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pimpinan terwujud dalam kenyataan.

d. Penghargaan terhadap need achievement (hasrat dan kebutuhan untuk maju) atau penghargaan terhadap yang berprestasi.

24 Payman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja. (Jakarta : Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005), hal. 56.

25 Ahmad Susanto, “Konsep, Strategi, dan implementasi Manajemen..., hal. 69.

(21)

e. Sarana yang menunjang bagi kesejahteraan mental dan fisik, seperti tempat olahraga, masjid, rekreasi dan hiburan.26

2. Evaluasi kinerja guru

Untuk keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara efektif dan efisien seperti produktivitasnya, efektivitas menggunakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang tidak terpakai.

Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan cara membandingkan perilakunya dengan rekan kerja yang lain dan evaluasi ciri individu adalah mengamati karakteristik individu dalam berperilaku ataupun bekerja, cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga dapat dikategorikan cirinya dengan ciri orang lain. Evaluasi dan penialian kinerja menjadi penting sebagai feed back sekaligus sebagai follow up bagi perbaikan kinerja selanjutnya.

Menurut Sulistyorini, menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa indikator yang meliputi :

a. Unjuk kerja b. Penguasaan materi

c. Penguasaan profesional keguruan dan pendidikan d. Penguasaan cara-cara penyesuaian diri

e. Kepribadian untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

Contoh lain masih banyak yang dapat dijadikan sebagai gambaran dalam melakukan evaluasi kinerja guru.27

26 Ibid, hal. 73.

27 Sulistyorini, Hubungan antara Keterampilan Manajerial Sekolah dan iklim Organisasi Organisasi dengan Kinerja Guru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 68.

(22)

C.METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Penelitan merupakan suatu upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan suatu kebenaran.28

Metode penelitian dalam suatu penelitian ilmiah mempunyai kedudukan yang sangat penting karena di dalamnya membicarakan tata kerja dan cara pemecahan secara sistematis yang ditempuh seorang peneliti. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian atau skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.29

Adapun dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap gejala atau fenomena tertentu dalam suatu organisasi, lembaga.30

Maka yang dimaksud peneliti untuk menggambarkan atau mendiskripsikan suatu fenomena dilokasi penelitian. Fenomena dilokasi penelitian yang dimaksud yaitu “Budaya Organisasi dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo.”.

2. Jenis Penelitian

Sedangkan dalam penyusunan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menyajikan data-data diskriptif. Karena, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata, bukan bentuk angka. Prosedur analisisnya dengan interpretasi, bukan statistik atau cara kuantitatif maka jenis penelitian yang mampu menjawab alasan diatas adalah metode penelitian kualitatif.

28 Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Rosda, 2002), hal. 24.

29 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2002), hal.23.

30 Ibid, hal. 120.

(23)

Seperti yang diungkapkan oleh Bogdan dan Tylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mengatakan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Maka dalam pelaksanaan penelitian ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.31

Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang data-datanya berupa kata-kata (bukan angka-angka) yang berasal dari hasil wawancara, catatan laporan, dokumentasi, dll atau penelitian yang didalamnya mengutamakan untuk mendiskripsikan secara analisis suatu peristiwa atau proses sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang mendalam dari hakekat proses tersebut.32

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan realitas empiris sesuai fenomena secara rinci dan tuntas, serta untuk mengungkapkan gejala secara holistik kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini berada di SMP Al Furqon NU Driyorejo Kecamatan Driyorejo. Kabupaten Gresik.

C. Sumber Data dan Informasi Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yang akan dikumpulkan oleh penulis, yaitu :

1. Sumber data

a. Sumber data primer

Data primer adalah sumber informasi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan ataupun penyimpanan data atau disebut juga

31 Lexy.J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2009), hal.4.

32 Lexy.J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif..., hal, 11.

(24)

sumber data/informasi tangan pertama.33 Dalam hal ini orang yang mengetahui, berkaitan, dan menjadi perilaku dari suatu kegiatan yang diharapkan dapat memberikan informasi. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan jajaran guru SMP Al Furqon NU Driyorejo. Data primer untuk penelitian ini adalah mengenai Budaya Organisasi dalam meningkatkan kinerja guru.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder yaitu data yang mendukung terhadap data

primer. Data ini bersumber dari referensi dan literatur yang mempunyai korelasi dengan judul dan pembahasan penelitian ini seperti buku, jurnal, catatan, dan dokumen.

Adapun jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini jika dilihat dari bentuknya adalah berupa:

1. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan yang dimaksud di sini adalah katakata dan tindakan dari orang yang diamati dan diwawancarai yang merupakan data utama.

Sumber data dicatat melalui catatan tertulis atau melalui wawancara, pengambilan foto atau film.34

Dalam upaya mengumpulkan data yang berupa kata-kata dan tindakan dengan menggunakan alat (instrumen) penelitian seperti tersebut di atas merupakan konsep ideal, tetapi dalam konteks ini peneliti melakukan proses wawancara dalam upaya menggali data dan informasi yang terkait dengan penelitian ini.

2. Data tertulis

Yang dimaksud data tertulis di sini adalah data yang bersumber selain kata-kata dan tindakan, yang

33 Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan: Prosedur dan strategi, (Bandung:

Angkasa, 1987), hal.42.

34 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif..., hal. 122.

(25)

merupakan data pelengkap saja. Data ini meliputi sumber catatan, arsip dan dokumen resmi dari data tertulis ini, peneliti bisa memperoleh informasi tentang subyek yang diteliti yaitu profil SMP Al Furqon NU Driyorejo

. 2. Informan Penelitian

Data-data yang dikumpulkan peneliti bersumber dari:

a. Informan utama dalam hal ini adalah kepala sekolah, dewan guru dan komite.

b. Dokumen tentang budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja guru

c. Laporan hasil dari observasi

Informan dalam hal ini adalah orang yang memberikan informasi tentang budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo. Menurut Sanafiah dalam Sugiyono, penentuan informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi maksimum,35 karena itu orang yang dijadikan sampel atau informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi juga dihayati.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi

“kemasannya” sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing”

dengan penulis sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Selain daripada itu, dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan pengumpul data utama. Dalam hal ini, sebagaimana dinyatakan oleh Lexy Moleong, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana,

35 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 218.

(26)

pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya.36

D. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data secara holistis dan integrative, serta memperhatikan relevansi data dengan fokus dan tujuan, maka dalam pengumpulan data penelitian ini memakai tiga teknik yang ditawarkan oleh Bagdan dan Biklen, yaitu: (1) wawancara mendalam (indepth interview); (2) observasi partisipan (participant observation); dan (3) studi dokumentasi (study document). Hampir semua penulis penelitian kualitatif sepakat bahwa ketiga teknik ini merupakan teknik-teknik dasar yang digunakan dalam penelitian kualitatif.37

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang akurat adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan proses pengumpulan data melalui pengamatan langsung. Teknik ini untuk mengamati langsung keadaan atau situasi yang ada dalam organisasi/lembaga yang akan diteliti, sehingga peneliti tidak hanya melakukan wawancara saja. Metode ini juga digunakan penulis untuk memperoleh data tentang:

a. Budaya Organisasi di SMP Al Furqon NU Driyorejo b. Kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo.

2. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, tenaga pendidik, yang memberikan jawaban atas pertayaan guna untuk memperoleh jawaban dari tujuan penelitian.

Metode wawancara ini peneliti gunakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan Budaya

36 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif ... hal. 121.

37 R. C. Bogdan dan S. K. Biklen, “Qualitative Research” dalam Mardiyah (ed.), Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, hal.105.

(27)

Organisasi dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo.38

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal (variabel) yang berupa catatan, transkip, buku dan sebagainya.

Dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, dan meramalkan suatu peristiwa yang terjadi.39

Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui bahan tertulis misalnya catatan, transkip, buku, majalah, dan sebagaiannya. Metode dokumentasi yang peneliti maksud adalah cara untuk memperoleh data-data yang terkait dengan judul peneliti yang berbentukm dokumen, baik dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Data-data dokumentasi yang akan peneliti kumpulkan adalah data-data yang bersangkutan tentang Budaya Organisasi dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo Manyar.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain. Sehingga dapat mudah dipahami dan hasil penelitiannya dapat mudah diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisir data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

a. Data reduction (Reduki Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data itu akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

38 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif..., hal. 186.

39 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..., hal.108.

(28)

bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowcart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ketiga dalam penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada pengumpulan data tahap berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.40

D.PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Dalam bagian sebelumnya telah dipaparkan data dan temuan hasil penelitian mengenai Budaya Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo. Pada bagian ini penulis membahas dan memberikan penjelasan terkait data dan temuan penelitian yang akan dianalisis dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini sehingga mengarah pada penarikan kesimpulan.

1.Kondisi budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja guru di SMP Al Furqon NU Driyorejo Budaya organisasi berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma perilaku, ideologi, sikap, kebiasaan, dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi.

Untuk melihat budaya organisasi di suatu lembaga, maka dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :

40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D..., hal 247-251.

(29)

a. Nilai

Pengertian nilai menurut Sidi Ghazalba sebagaimana di kutip oleh Chabib Toha, nilai adalah suatu yang bersifat abstrak, ideal. Nilai bukan benda konkrit bukan fakta dan tidak hanya persoalan benar adalah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki, disenangi maupun tidak disenangi.41

Nilai merupakan idealisasi cita-cita seseorang.

Sebagai cita-cita tentu sangat didambakan, diharapkan, dan diinginkan perwujudannya. Nilai organisasi harus dijunjung tinggi setiap anggotanya karena akan menemukan perilaku yang ditampilkannya.42

Dalam hal ini sebagai suatu lembaga pendidikan, SMP Al Furqon NU Driyorejo telah menanamkan nilai ajaran Agama Islam dan nilai pendidikan di dalamnya. Sehingga dalam pelaksanaannya sebagai suatu lembaga pendidikan yang baik, akan dapat berjalan sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan sekolah.

b. Norma

Hasil penelitian tentang norma-norma yang dianut sekolah, menunjukkan bahwa norma-norma yang dianut sekolah berperan dalam peningkatan kinerja guru. Norma yang dianut sekolah sebagaimana dalam tata tertib guru mengacu pada kode etik guru.

Kinerja guru ditampakkan melalui kebiasaan atau perilaku yang sesuai dengan ketentuan yang ada.

c. Kebiasaan

Dalam aspek Kebiasaan, budaya organisasi di SMP Al Furqon NU Driyorejo dapat diamati dalam aktifitas berikut ini :

1. Sholat berjama‟ah.

Kegiatan rutin Sholat jama‟ah dilaksanakan pada sholat dhuhur dan sholat dhuha. Sholat dhuha

41 Chabib Thoha, dkk Kapita Selekta Pendidikan Islam,cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996) hal. 61.

42 Susanto, Budaya Perusahaan, (Jakarta Elek Media Komputindo, 1997), hal. 9.

(30)

adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan dengan berjama‟ah oleh seluruh siswa-siswi setiap hari senin. Dilaksanakan di musholla dengan dipimpin oleh imam yang sudah dijadwalkan. Sedangkan sholat dhuhur dilaksanakan oleh seluruh siswa-siswi setiap hari.

2. Program doa bersama

Doa bersama adalah aktifitas rutin yang dilakukan sebelum memulai pelajaran dan sebelum pulang sekolah oleh seluruh siswa siswi di kelas masing-masing. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh siswa setelah bel berbunyi dengan pemutaran doa dari kantor sekolah yang sudah disambungkan melalui pengeras suara yang terdengar di seluruh kelas. Sehingga siswa tinggal menirukan secara bersama-sama bunyi doa yang sudah diputar.

Kata doa diartikan sebagai kegiatan yang menggunakan kata-kata baik secara terbuka bersama-sama atau secara pribadi untuk mengajukan tuntutan-tuntutan (petitions) kepada Tuhan.43 Ibnu Arabi memandang doa sebagai bentuk komunikasi dengan Tuhan sebagai satu upaya untuk membersihkan dan menghilangkan nilai-nilai kemusrikan dalam diri.44

Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya.

Sedangkan sikap khusyu‟ dan tadharru‟ dalam menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang dimohonkan. Itulah pengertian doa secara syar„i yang sebenanya. Doa dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan sepenuh hati, banyak juga dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur„an. Bahkan Al-

43 Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Doa, Cet. Ketiga (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hal.165.

44 Dadang Ahmad Fajar, Epistemologi Doa. ...., hal.53.

(31)

Qur„an banyak menyebutkan pula bahwa tadharu‟

(berdoa dengan sepenuh hati) hanya akan muncul bila disertai keikhlasan. Hal tesebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih.

3. Program upacara bendera

Kegiatan upacara di SMP Al Furqon NU Driyorejo dilakukan setiap satu bulan sekali, dan pada saat acara peringatan-peringatan besar.

Upacara tidak rutin dilaksanakan setiap hari senin seperti di kebanyakan sekolah.

Bendera merupakan salah satu identitas bangsa, dibalik wujudnya sebagai benda mati, kisah yang tersirat pada sebuah bendera adalah sebuah kisah bagaimana perjuangan para pahlawan dalam membentuk dan memerdekakan negara. Melalui upacara bendera yang diselenggarakan di sekolah- sekolah, di situlah penghargaan atas perjuangan para pahlawan terhadap bangsa ini semakin membukakan mata bahwa bendera yang kita miliki bukan hanya benda tanpa makna.

Kemendikbud menyebutkan ada enak tujuan pelaksanaan upacara bendera :45

1. Membiasakan bersikap tertib dan disiplin.

2. Membiasakan berpenampilan rapi 3. Meningkatkan kemampuan memimpin 4. Membiasakan kesediaan dipimpin 5. Membina kekompakan dan kerjasama 6. Mempertebal rasa semangat kebangsaan 4. Family gathering

Family day atau biasa disebut dengan family gathering merupakan salah satu kegiatan yang biasa diadakan oleh perusahaan dalam rangka berkumpul oleh seluruh karyawan dengan para manajemen.

Menurut Silvia dan Widodo “Event gathering adalah salah satu cara untuk menjalin hubungan yang lebih baik antara pimpinan dengan

45 Rohadatul Aisy “pengaruh upacara bendera terhadap sikap nasionalisme siswa-

siswi di SMK Farmasi Yamasi Makassar“, dalam

https://www.academia.edu/10046090/ (13 September 2018), hal. 54.

(32)

karyawan”.46 Family day termasuk ke dalam pemberian penghargaan kepada karyawan seperti pendapat menurut Ruslan bahwa “kegiatan family gathering (dalam hal ini family day) termasuk kegiatan pelatihan program penghargaan, program acara khusus dan program media komunikasi internal.”47

Family gathering adalah kegiatan rutin SMP Al Furqon NU Driyorejo yang dilaksanakan setiap tahun dengan tujuan untuk wisata dan membangun keakraban antar guru dan seluruh pihak sekolah.

Seperti yang telah disampaikan oleh Kepala Sekolah.

Kegiatan family day termasuk dalam kegiatan yang menunjang karyawan dalam mencapai tujuan organisasi seperti pendapat menurut Cutlip, Center and Cantefield dalam Purbaya Jati yaitu family gathering merupakan kegiatan yang menunjang manajemen dalam pencapaian tujuan organisasi, untuk menciptakan citra dan kepercayaan.48

5. Rapat guru

Rapat guru merupakan merupakan aktifitas rutin yang dilaksanakan di SMP Al Furqon NU Driyorejo setiap 3 bulan sekali.

Menurut Hamzah B. Uno Rapat dewan guru adalah pertemuan antara semua guru dengan kepala sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah atau seseorang yang ditunjuk olehnya.49 Rapat sekolah merupakan pertemuan yang cukup penting untuk

46 Silvia, dan Widodo. Panduan Praktisi Public Relation (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009). Hal.58.

47 Ruslan Rusady. Public Relation.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal.278.

48 Purbaya jati dan M Djudi Mukzam (Analisis Program Family Day Dalam Peningkatan Kinerja Karyawan , Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 54, No. 1 (Januari 2018), hal. 221.

49Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif) (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal.180.

(33)

mendiskusikan berbagai hal, termasuk dalam memecahkan masalah yang dihadapi guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengajar. Rapat guru dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas guru dalam mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik.

Secara umum, tujuan pengadaan rapat ini adalah sebagai berikut : Pertama, untuk mengintegrasikan seluruh anggota staf yang berbeda pendapat, pengalaman dan kemampuannya menjadi satu keseluruhan potensi yang menyadari tujuan bersama dan tersedia untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan itu. Kedua, untuk mendorong atau menstimulasi setiap anggota staf dan berusaha meningkatkan efektivitas. Ketiga, untuk bersama- sama mencari dan menemukan metode dan prosedur dalam menciptakan proses belajar yang paling sesuai bagi masing-masing di setiap situasi.50

Selain tujuan tersebut diatas, rapat rutin juga dapat memupuk hubungan yang harmonis diantara dewan guru dan semua komponen di sekolah.

Keharmonisan ini akan membentuk kerjasama yang baik dan kolaborasi yang apik di antara warga sekolah sehingga terwujud budaya sekolah yang kondusif dan efektif.

6. Mengadakan MGMP

Membentuk dan melaksanakan kelompok kerja guru bidang studi dan musyawarah guru bidang studi sejenis (MGMP) sebagai wadah bagi guru untuk berdiskusi merencanakan program dan memecahkan masalah yang terjadi di kelas.

7. Budaya disiplin

Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok.

Tata tertib itu bukan untuk buatan binatang, tetapi

50 Samsuardi, “Menajemen Pengembangan Sumber Daya Guru Pada Lembaga Pendidikan Madrasah”, PIONIR Jurnal Pendidikan. Vol 2, No 1 (2014), Hal.136.

Referensi

Dokumen terkait

Pada teks tersebut, bisa dilihat dengan gamblang bagaimana proses pergeseran struktur yang mengacu kepada bahasa sasaran. Faktor komunikasi yang efektif terhadap bahasa

Guru meminta siswa menjelaskan alasan alat tubuh yang tersisa dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya evolusi.. Kegiatan Akhir (waktu:

Penentuan pengaruh waktu penyinaran UV terhadap aktivitas fotokatalis TiO 2 dilakukan dengan menggunakan limbah cair tapioka yang dikondisikan pada pH

- Pengalaman kerja diutamakan dibidangnya - Familiar dengan bidang pemasaran property - Memiliki kemampuan negosiasi/presentasi - Networking luas, berpenampilan menarik,

Selain itu yang paling penting adalah pakaian harus nyaman digunakan, mampu menyerap keringat, memiliki kantung untuk tempat buku catatan saku, berkerah dan mudah

Shinto juga tidak memilik kitab suci, simbol ataupun nabi sebagai penemu atau penyebar agama pertama kali, jadi Shinto lahir dan berkembang secara alami dalam masyarakat,

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

1) Sikap mental mengutamakan prioritas adalah sikap yang mengarah pada kemampuan dalam mengutamakan prioritas yang lebih penting dari segala sesuatu yang ada