• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parkir & Jalan Umum Thursday, 29 July :43 - Last Updated Sunday, 01 August :04

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Parkir & Jalan Umum Thursday, 29 July :43 - Last Updated Sunday, 01 August :04"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

<p align="center"><strong>LEMBARAN DAERAH </strong></p> <p align="center"><strong>KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MALUKU TENGGARA</strong></p> <p align="center"><strong><img

src="images/stories/pariwisata/lambangmalra.gif" border="0" /><br /></strong></p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p>�</p>

<p>Nomor� : 05���������������� ��Tahun : 1999����������������

�Seri� : B���������������� Nomor : 03</p> <p>�</p> <hr /> <p>�</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center"><strong>PERATURAN DAERAH TINGKAT II KABUPATEN MALUKU TENGGARA</strong></p> <p

align="center"><strong>NOMOR 04 TAHUN� 1999</strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">TENTANG</p> <p align="center">�</p> <p

align="center"><strong>RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM </strong></p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p align="center"><strong>DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p

align="center"><strong>BUPATI MALUKU TENGGARA,</strong></p> <p

align="center">�</p> <table style="width: 100%;" border="0" cellspacing="0" cellpadding="0">

<tr> <td width="17%" valign="middle">Menimbang :</td> <td width="82%" valign="top">

<ul class="content" type="lower-alpha"> <li>bahwa� dengan� telah ditetapkannya Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 Tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II, maka Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum merupakan Retribusi Daerah Tingkat II; </li> <li>bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut pada huruf a diatas, maka Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 06 Tahun 1979 Tentang Parkir Kendaraan jo. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara nomor 6 Tahun 1987 tentang Perubahan Pertama

Peraturan daerah nomor 6 Tahun 1979 tentang Parkir Kendaraan perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan.</li> <li>Bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a dan b diatas, perlu

ditetapkan dengan Peraturan Daerah.</li> </ul> <p>�</p> <ol class="content">

<li>Undang-undang Nomor 60 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-aerah Swatantra Tingkat II Dalam Wilayah Daerah Swatantra Tingkat I Maluku ( Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 111, Tambahan� Lembaran Negara Nomor 1645); </li> <li>Undang-undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara ( Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan� Lembaran Negara Nomor 2104); </li> <li>Undang - undang���

Nomor� 5� Tahun� 1974� tentang� pokok- pokok Pemerintahan di Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037 );</li> <li>Undang - undang��� Nomor� 13� Tahun� 1980� tentang� Jalan���� (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186 );</li> <li>Undang - undang��� Nomor� 8� Tahun� 1981� tentang� Hukum Acara Pidana ( Lembaran

Negara Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209 );</li> <li>Undang - undang��� Nomor� 14� Tahun� 1992� tentang� Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478 );</li>

<li>Undang - undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478 );</li>

<li>Undang - undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685 );</li> <li>Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952 tentang Pembubaran Daerah Maluku Selatan dan Pembentukan Daerah Maluku Tengah dan Maluku Tenggara (Lembaran

(2)

Negara Tahun 1952 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 264 );</li> <li>Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebahagian Urusan Pemerintahan di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II

(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3410 );</li>

<li>Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasaran dan Lalu Lintas Jalan ( Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529 );</li>

<li>Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692 );</li>

<li>Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;</li> <li>Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1980 tentang Pedoman Pengelolaan Perparkiran di Daerah ;</li> <li>Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ;</li> <li>Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir Untuk Umum ;</li> <li>Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah

Perubahan;</li> <li>Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;</li>

<li>Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;</li> <li>Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah; </li>

<li>Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Retribusi daerah Tingkat I dan daerah Tingkat II;</li> <li>Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara Nomor 08 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Maluku Tenggara ( Lembaran Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 1989 Nomor 02). <p>�</p> </li> </ol></td> </tr> <tr> <td

valign="middle">Mengingat :</td> <td></td> </tr> </table> <p><strong><br />

</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center"><strong>Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku

Tenggara</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p>

<p align="center">M� E� M� U� T� U� S� K� A� N�� :</p> <p align="center">�</p>

<p>Menetapkan : <strong>PERATURAN DAERAH TINGKAT II KABUPATEN MALUKU TENGGARA TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM.</strong></p>

<p><strong> </strong></p> <p align="center"><strong>BAB 1</strong></p> <p

align="center"><strong>KETENTUAN UMUM</strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">Pasal 1</p> <p>�</p> <p>Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud :</p>

<ul class="content" type="lower-alpha"> <li>Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara ;</li> <li>Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II Maluku Tenggara ;</li> <li>Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Maluku Tenggara ;</li> <li>Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas

tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

;</li> <li>Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, Bentuk Usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya ;</li> <li>Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan dengan peralatan teknik yang berada pada kendaaran itu, termasuk kendaraan gandengan atau kereta

(3)

tempelan yang dirangkaikan dengan kendaraan bermotor ;</li> <li>Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan bermotor yang bersifat sementara ;</li> <li>Tempat parkir adalah tempat yang berada di tepi jalan umum tertentu dan telah ditetapkan oleh Kepala Daerah sebagai tempat parkir kendaraan bermotor;</li> <li>Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan ;</li> <li>Retribusi parkir di tepi jalan umum, yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas penggunaan tempat parkir di tepi jalan umum yang ditetapkan oleh Kepala Daerah ;</li>

<li>Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang � undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi ;</li> <li>Surat

Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SpdoRD, adalah Surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data obyek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah ;</li> <li>Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan� besarnya jumlah retribusi yang terutang ;</li> <li>Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang ;</li> <li>Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan jumlah tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan ;</li>

<li>Surat� Tagihan �Retribusi Daerah� yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda ;</li>

<li>Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan pihak ketiga yang diajukan oleh wajib retribusi ;</li> <li>Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelola data dana atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan peraturan perundang � undangan Retribusi Daerah ;</li> <li>Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi menemukan tersangkanya.</li> </ul> <p>�</p> <p align="center">�</p>

<p align="center"><strong>BAB II</strong></p> <p align="center"><strong>NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI</strong></p> <p>�</p> <p align="center">Pasal 2</p>

<p>�</p> <p>Dengan nama Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir di tepi jalan umum.</p> <p

align="center">�</p> <p align="center">Pasal 3</p> <p align="center">�</p> <p>(1) Obyek retribusi adalah pelayanan tempat parkir di tepi jalan umum;</p> <p>(2) Tempat parkir di tepi jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah.</p> <p align="center">�</p> <p align="center">Pasal 4</p> <p>�</p> <p>Subyek Retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan tempat parkir di tepi jalan umum.</p> <p>�</p> <p align="center">Pasal 5</p> <p>�</p> <p>(1) Orang pribadi atau badan dilarang memparkir kendaaran bermotor di tempat diluar tempat parkir di tepi jalan umum yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah;</p> <p>(2) Pengecualian dari ketetntuan pada ayat (1) pasal ini apabila setelah mendapat izin dari Kepala Daerah atau Pejabat lain yang ditunjuk</p> <p

(4)

align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB� III</strong></p> <p

align="center"><strong>GOLONGAN RETRIBUSI</strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">Pasal� 7</p> <p>�</p> <p>Retribusi Parkir di tepi jalan umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.</p> <p align="center">�</p> <p

align="center"><strong>BAB� IV</strong></p> <p align="center"><strong>CARA

MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA</strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">Pasal� 8</p> <p align="center">�</p> <p>Jasa diukur berdasarkan frekwensi penggunaan tempat parkir.</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB� V</strong></p> <p align="center"><strong>PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN </strong></p> <p align="center"><strong>STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF</strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">Pasal� 9</p>

<p>�</p> <p>(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan atas tujuan untuk mengendalikan permintaan dan penggunaan jasa pelayanan dalam rangka memperlancar lalu lintas jalan dengan tetap memperhatikan biaya

penyelenggaraan pelayanan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan ;</p> <p>(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi pengadaan marka, biaya pengadaan rambu-rambu, biaya operasional, pemeliharaan, administrasi dan biaya transportasi, dalam rangka pengawasan dan pengendalian.</p> <p align="center">�</p> <p

align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB� VI</strong></p> <p align="center"><strong>STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">Pasal 10</p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan tingkat kepadatan parkir di tepi jalan umum ;</p> <p>(2) Tingkat kepadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diukur berdasarkan jumlah rata-rata kendaraan yang diparkir

dibandingkan dengan kapasitas tempat parkir di tepi jalan umum;</p> <p>(3) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :</p> <p>�</p> <table style="width: 95%;"

border="1" cellspacing="0" cellpadding="0"> <tr> <td width="21%"> <p

align="center"><strong>Tingkat Kepadatan Parkir</strong></p> </td> <td width="60%"> <p align="center"><strong>Jenis Kendaraan Bermotor</strong></p> </td> <td width="18%"> <p align="center"><strong>Tarif sekali Parkir</strong></p> </td> </tr> <tr> <td width="21%"

valign="top"> <p align="center">�</p> <p align="center">Rendah</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">Sedang</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p

align="center">�</p> <p align="center">Tinggi</p> </td> <td width="60%" valign="top"> <p align="center">�</p> <p>-��� Sedan, Jeep, Minibus, Pick Up dan sejenisnya</p>

<p>-��� Bus, Truk dan alat berat lainnya,</p> <p>-��� Sepeda Motor</p> <p>�</p>

<p>-��� Sedan, Jeep, Minibus, Pick Up dan sejenisnya</p> <p>-��� Bus, Truk dan alat berat lainnya,</p> <p>-��� Sepeda Motor</p> <p>�</p> <p>-��� Sedan, Jeep,

Minibus, Pick Up dan sejenisnya</p> <p>-��� Bus, Truk dan alat berat lainnya,</p>

<p>-��� Sepeda Motor</p> </td> <td width="18%" valign="top"> <p align="center">�</p>

<p align="center">Rp. 400,-</p> <p align="center">Rp. 500,-</p> <p align="center">Rp.

200,-</p> <p align="center">�</p> <p align="center">Rp. 500,-</p> <p align="center">Rp.

600,-</p> <p align="center">Rp. 250,-</p> <p align="center">�</p> <p align="center">Rp.

500,-</p> <p align="center">Rp. 600,-</p> <p align="center">Rp. 300,-</p> </td> </tr>

</table> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p> <p

(5)

align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB VII</strong></p> <p

align="center"><strong>WILAYAH PEMUNGUTAN</strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">Pasal� 11</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p>Retribusi yang terhutang dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan penyediaan parkir diberikan.</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB

VIII</strong></p> <p align="center"><strong>MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p

align="center">Pasal 12</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p>Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya sekali parkir atau ditetapkan lain oleh Kepala Daerah.</p>

<p align="center">�</p> <p align="center">Pasal 13</p> <p align="center"><strong>

</strong></p> <p>Saat Retribusi terhutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB�

IX</strong></p> <p align="center"><strong>SURAT PENDAFTARAN </strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">Pasal� 14</p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Wajib retribusi wajib mengisi SPdORD ;</p>

<p>(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harus diisi denagn jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya ;</p> <p>(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Kepala Daerah.</p> <p align="center">�</p> <p

align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB� X</strong></p> <p

align="center"><strong>PENETAPAN RETRIBUSI </strong></p> <p align="center"><strong>

</strong></p> <p align="center">Pasal 15</p> <p align="center"><strong> </strong></p>

<p>(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ;</p>

<p>(2) Bentuk, isi serta tata cara penerbitan dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center"><strong>

</strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p

align="center"><strong>BAB� XI</strong></p> <p align="center"><strong>TATA CARA PEMUNGUTAN</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p

align="center">Pasal� 16</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan;</p> <p>(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB�

XII</strong></p> <p align="center"><strong>SANKSI ADMINISTRASI</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">Pasal� 17</p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p>Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2

% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB� XIII</strong></p> <p align="center"><strong>TATA CARA PEMBAYARAN</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p

align="center">Pasal� 18</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Pembayaran retribusi yang terhutang dilunasi sekaligus dimuka ;</p> <p>(2) Tata cara pembayaran,

penyetoran, dan tempat pembayaran Retribusi diatur dengan Keputusan Kepala Daerah ;</p>

(6)

<p>(3) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (limabelas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan STRD.</p> <p>�</p>

<p>�</p> <p align="center"><strong>BAB� XIV</strong></p> <p

align="center"><strong>TATA CARA PENAGIHAN</strong></p> <p align="center"><strong>

</strong></p> <p align="center">Pasal� 19</p> <p align="center"><strong> </strong></p>

<p>(1) Retribusi terhutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT, STRD dan surat keputusan keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh wajibn retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) ;</p> <p>(2) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.</p>

<p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB�

XV</strong></p> <p align="center"><strong>K E B E R A T A N</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">Pasal 20</p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala daerah atau Pejabat lain yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB ;</p> <p>(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas ;</p> <p>(3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi secara jabatan, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut ;</p> <p>(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya ;</p> <p>(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) pasal ini tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan ;</p> <p>(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.<strong> </strong></p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">Pasal 21</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberikan

keputusan atas keberatan yang diajukan ;</p> <p>(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau menolak, atau menambah besarnya

retribusi yang terhutang ;</p> <p>(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB�� XVI</strong></p> <p

align="center"><strong>PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">Pasal 22</p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib retribusi, dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.</p> <p>(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pasal ini harus memberikan keputusan.</p> <p>(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat(2) pasal ini telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam

(7)

jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.</p> <p>(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini langsung diperhitungkan untuk dilunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.</p> <p>(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.</p>

<p>(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.</p> <p align="center">�</p> <p

align="center">Pasal 23</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :</p> <p>(2) Permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.</p> <p>(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">Pasal 24</p> <p align="center"><strong>

</strong></p> <p>(1) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah pembayaran Kelebihan Retribusi.</p> <p>(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan� retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud�

pasal 22 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan� pemindahbukuan dan bukti

pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.</p> <p>�</p> <p>�</p> <p align="center"><strong>BAB XVII</strong></p> <p align="center"><strong>PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI</strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">Pasal 25</p> <p align="center">�</p> <p>(1) Kepala Daerah dapat

memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ;</p> <p>(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini�

dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi ;</p> <p>(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah.</p> <p

align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB

XVIII</strong></p> <p align="center"><strong>KEDALUWARSA PENAGIHAN</strong></p>

<p align="center">�</p> <p align="center">Pasal 26</p> <p align="center">�</p> <p>(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.</p> <p>(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :</p> <ul class="content" type="lower-alpha">

<li>diterbitkan Surat Teguran; atau</li> <li>ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.</li> </ul> <p>(3) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.</p>

<p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB�

XIX</strong></p> <p align="center"><strong>KETENTUAN PIDANA</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">Pasal� 27</p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terhutang ;</p> <p>(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>BAB�

(8)

XX</strong></p> <p align="center"><strong>PENYIDIKAN</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">Pasal� 28</p> <p

align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberii wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah ;</p> <p>(2) Wewenang penyidik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :</p> <p>(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.</p> <p>�</p> <p>�</p> <p

align="center"><strong>BAB� XXI</strong></p> <p align="center"><strong>KETENTUAN PENUTUP</strong></p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p align="center">Pasal

�29</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p>(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 06 Tahun 1979

Tentang Parkir Kendaraan jo. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara nomor 6 Tahun 1987 tentang Perubahan Pertama Peraturan daerah nomor 6 Tahun 1979 tentang Parkir Kendaraan ini dinyatakan tidak berlaku lagi ;<strong> </strong></p> <p>(2) Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Kepala Daerah.<strong> </strong></p> <p align="center">Pasal� 30</p> <p align="center"><strong> </strong></p> <p>Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.</p> <p>Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara.</p> <p>�</p>

<p>Ditetapkan di Tual</p> <p>pada tanggal 9 januari 1999.</p> <table style="width: 603px;"

border="0" cellspacing="0" cellpadding="0"> <tr> <td width="312" valign="top"> <p align="center">DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH</p> <p

align="center">KABUPATEN DAERAH TINGKAT II</p> <p align="center">MALUKU TENGGARA</p> <p align="center">K e t u a,</p> <p align="center">�</p> <p

align="center"><img src="images/stories/pariwisata/mahmudtaher.gif" border="0" /></p> <p align="center">�</p> <p align="center"><strong>DRS. M. MACHMUD TAMHER</strong></p>

</td> <td width="291" valign="top"> <p align="center">BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II</p> <p align="center">MALUKU TENGGARA,</p> <p align="center">�</p> <p

align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><img

src="images/stories/pariwisata/rahayan.gif" border="0" /></p> <p align="center"><strong>DRS.

Hi. H.A.� RAHAYAAN</strong></p> </td> </tr> </table> <p>�</p> <p>Disahkan oleh Menteri Dalam Negeri</p> <p>Dengan Surat Keputusan Nomor 974.71 - 943 tanggal 31 Agustus 1999.</p> <p>Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara Nomor 03 Tanggal 6 September 1999 Seri : B</p> <p>�</p> <p

align="center">SEKRETARIS WILAYAH / DAERAH TINGKAT II</p> <p

align="center">MALUKU TENGGARA</p> <p align="center">�</p> <p align="center"><img src="images/stories/pariwisata/setwildafarfar.gif" border="0" /></p> <p align="center">�</p>

<p align="center"><strong><span style="text-decoration: underline;">DRS. PIET FAR - FAR</span></strong></p> <p style="text-align: center;"><strong> NIP.

630001916</strong></p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p>

<p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p align="center">PENJELASAN ATAS</p> <p align="center">PERATURAN DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MALUKU TENGGARA</p> <p align="center">NOMOR 04 TAHUN 1999</p> <p align="center">�</p> <p align="center">TENTANG</p> <p

(9)

align="center">�</p> <p align="center"><strong>RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

</strong></p> <p>�</p> <p>�</p> <p>Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, maka hal ini mengakibatkan

meningkatnya pula pengusahaan angkutan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat.</p> <p>Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta

meningkatnya pengusahaan angkutan kendaraan bermotor sebagaimana tersebut diatas akan berpengaruh terhadap arus lalu lintas.</p> <p>Sehubungan dengan hal itu, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Tenggara nomor 6 tahun 1979 tentang

ParkirKendaraan jo Peraturan Daerah Kabupaten daerah Tingkat II Maluku Tenggara nomor 6 Tahun 1987 tentang Perubahan dan Tambahan untuk Pertama Kali Peraturan Daerah nomor 6 Tahun 1979 tentang Parkir Kendaraan, perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1997 maupun disesuaikan dengan perkembangan perekonomian.</p> <p>�</p> <p>�</p> <table style="width: 100%;" border="0" cellspacing="0" cellpadding="0"> <tr> <td width="23%"

valign="top"> <p>Pasal 1</p> <p>�</p> <p>Pasal 2 s/d 4</p> <p>�</p> <p>Pasal 5 ayat (1)</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>,ayat (2)</p> <p>�</p> <p>Pasal 6 ayat (1)</p>

<p>�</p> <p>�</p> <p>,ayat (2)</p> <p>�</p> <p>Pasal 7 s/d 13</p> <p>�</p>

<p>Pasal 14 ayat (1)</p> <p>,ayat (2)</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>,ayat (3)</p> <p>�</p> <p>Pasal 15</p> <p>Pasal 16 ayat (1)</p> <p>�</p> <p>�</p>

<p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p>

<p>�</p> <p>�</p> <p>,Ayat (2)</p> <p>�</p> <p>Pasal 17 s/d 24</p> <p>�</p>

<p>Pasal 25 ayat (1)</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p>

<p>�</p> <p>Ayat (2) dan (3)</p> <p>�</p> <p>Pasal 26 ayat (1)</p> <p>�</p>

<p>�</p> <p>Ayat (2) huruf a</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>huruf b</p> <p>�</p>

<p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p> <p>�</p>

<p>�</p> <p>�</p> <p>Pasal 27 s/d 30</p> </td> <td width="3%" valign="top"> <p align="center">:</p> <p align="center">�</p> <p align="center">:<br /> <br /></p> <p align="center">:<br /> <br /></p> <p align="center">�</p> <p align="center">:</p> <p align="center">�</p> <p align="center">:<br /> <br /></p> <p align="center">�</p> <p

align="center">:<br /> <br /></p> <p align="center">:<br /> <br /></p> <p align="center">:</p>

<p align="center">:</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p

align="center">�</p> <p align="center">:<br /> <br /></p> <p align="center">:<br /> :<br />

<br /></p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p

align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p

align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">:<br /> <br /></p> <p align="center">:<br /> <br /></p> <p align="center">:<br /> <br /></p> <p

align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">:</p> <p align="center">�</p> <p align="center">:</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">:</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">:</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">�</p> <p align="center">:</p> </td> <td

(10)

width="73%" valign="top"> <p>Cukup jelas</p> <p>�</p> <p>Cukup jelas</p> <p>�</p>

<p>Orang pribadi atau badan yang memarkir kendaraan di luar tempat parkir yang ditetapkan oleh Kepala Daerah berarti merugikan daerah.</p> <p>Cukup jelas.</p> <p>�</p>

<p>Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan tempat parkir untuk mencuci kendaran bermotor maupun sebagai garasi berarti merugikan keuangan daerah.</p> <p>Cukup jelas</p> <p>�</p> <p>Cukup jelas</p> <p>�</p> <p>Cukup jelas</p> <p>Yang dimaksudkan dengan kuasanya adalah seorang atau lebih yang mendapat Surat Kuasa Khusus dari Wajib Retribusi untuk mengisi dengan jelas, benar dan lengkap serta menandatangani SPdORD.</p> <p>Cukup jelas</p> <p>�</p> <p>Cukup jelas</p>

<p>Yang dimaksudkan dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dalam kegiatan ini bukan berarti bahwa Pemerintah daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pungutan retribusi, Pemerintah daerah depata mengajak bekerja sama dengan Badan � Badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pungutan jenis retribusi secara efesien. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasmakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya retribusi terhutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.</p> <p>Cukup jelas</p> <p>�</p> <p>Cukup jelas</p> <p>�</p> <p>Dasar pemberian pengurangan dan keringanan dikaitkan dengan kemapuan wajib retribusi.

Sedangkan pembebasan retribusi dikaitkan dengan fungsi obyek retribusi.</p> <p>Untuk itu khusus untuk kendaraan pemadam, mobil sampah, mobil jenazah, ambulans, mobil patroli yang benar-benar digunakan untuk kepentingan umum dan kepentingan kemanusiaan

dibebaskan dari pungutan retribusi tempat khusus parkir.</p> <p>Cukup jelas</p> <p>�</p>

<p>Saat kadaluwarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberikan kepastian hukum kapan hutang retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi.</p> <p>Dalam hal

diterbitkannya surat teguran, surat teguran kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian surat teguran tersebut.</p> <p>Yang dimaksudkan dengan pengakuan hutang retribusi secara langusung adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai hutang retribui dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.</p>

<p>Yang dimaksud dengan pengakuan hutang secara tidak langsung adalah wajib retribusi tidak secara nyata � nyata langsung menyatakan bahwa ia mengakui mempunyai hutang retribusi kepada Pemerintah Daerah, Contoh :</p> <p>-�� Wajib Retribusi mengajukan permohonan angsuran / penundaan pembayaran;</p> <p>-�� Wajib retribusi mengajukan permohonan keberatan.</p> <p>�</p> <p>Cukup jelas</p> </td> </tr> </table>

Referensi

Dokumen terkait

Padahal, sebagai negara yang masih bertumbuh dan diakui dunia sebagai salah satu pasar berkembang berpotensi, Indonesia tetap memerlukan investasi hutan tanaman industri,

Berdasarkan pemberian nilai bagi setiap jawaban masing-masing responden memiliki peluang memperoleh skor jawaban untuk pemahaman terhadap Adipura minimal 6 (memilih

Hasil penelitian menunjukkan hubungan faktor karakteristik peternak yakni variabel umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama beternak, tujuan

Berdasarkan konsep di atas dapat disintesiskan Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku yang melampaui tugas formal yang dilakukan secara sukarela,

Pada hasil ini menunjukkan berperan atau tidak berperannya leadership terhadap kesiapan kerja lulusan sarjana (S1) yang belum bekerja dari lulusan universitas yang

Sementara itu, untuk pengujian kekerasan diperoleh rancangan usulanyang memberikan hasil optimal terhadap kekerasan bahan komposit epoxy-serbuk kemiri dengan komposisi

Informasi dalam dokumen ini didasarkan pada pengetahuan terkini kami dan berlaku untuk produk yang berkaitan dengan tindakan pencegahan dan keselamatan. Itu tidak mewakili

Dari Tabel 2 terlihat bahwa isolat VTEC O157:H7 dari kabupaten Bogor resisten terhadap Basitrasin dan Tetrasiklin, sedangkan dari kabupaten Sukabumi resisten terhadap