• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI GURU PAI DALAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA SMK N 1 PANDANARUM BANJARNEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI GURU PAI DALAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA SMK N 1 PANDANARUM BANJARNEGARA"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI GURU PAI DALAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA SMK N 1

PANDANARUM BANJARNEGARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

Nama : WIWIT NURUL AMANAH NPM : 2017510099

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2021/1442 H

(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wiwit Nurul Amanah NPM : 2017510099

Program Studi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Fakultas Agama Islam

Judul Skripsi : Implementasi Guru PAI dalam menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa SMK N 1 Pandanarum Banjarnegara Jawa Tengah.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul di atas secara keseluruhan adalah hasil penelitian saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang menjadi sumber rujukan. Apabila ternyata di kemudian hari terbukti skripsi saya merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan undang-undang dan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Jakarta ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tidak ada paksaan.

Jakarta, 29 Jumadil Akhir 1442 H 11 Februari 2021 M

Yang Menyatakan,

Wiwit Nurul Amanah

i

(3)

Skripsi yang berjudul “Implementasi Guru PAI dalam menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada siswa SMK N 1 Pandanarum Banjarnegara Jawa Tengah” yang disusun oleh Wiwit Nurul Amanah, Nomor pokok:

2017510099 Program Studi Pendidikan Agama Islam disetujui untuk diajukan pada Sidang Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, 29 Jumadil Akhir 1442 H 11 Februari 2021 M

Pembimbing,

Sa’diyah, M.A

ii

(4)

Skripsi yang berjudul : Implementasi Guru PAI dalam Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa SMK N 1 Pandanarum Banjarnegara Jawa Tengah. Disusun oleh : Wiwit Nurul Amanah, Nomor Pokok Mahasiswa 2017510099. Telah diujikan pada hari/tanggal: Kamis, 11 Februari 2021. Telah diterima dan disahkan dalam sidang skripsi (munaqasah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Agama Islam.

FAKULTAS AGAMA ISLAM Dekan,

Dr. Sopa, M. Ag

Nama

Dr. Sopa, M. Ag

Tanda tangan

...

Tanggal

...

Ketua

Dr, Suharsiwi, M.Pd Sekretaris

... ...

S a’di yah, M.A Dosen Pembimbing

... ...

Prof. Dr. Sanusi Uwes, M. Pd Dosen Penguji I

... ...

Siti Rohmah, M. Pd.

Dosen Penguji II

... ...

iii

(5)

Program Studi Pendidikan Agama Islam Skripsi, 4 Februari 2021

Wiwit Nurul Amanah 2017510099

Implementasi Guru PAI Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa SMK N 1 Pandanarum Banjarnegara Jawa Tengah x+63 halaman+8 lampiran

ABSTRAK

Tema penelitian ini yaitu tentang Implementasi Guru PAI Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Pada Siswa Kelas XI Bisnis Dan Pemasaran SMK N 1 Pandanarum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi guru dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) Pada Siswa Kelas XI Bisnis Dan Pemasaran SMK N 1 Pandanarum.

Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Sumber data yang digunakan adalah sumber primer yaitu yang bersumber dari wawancara kepada pihak Guru PAI SMK N 1 Pandanarum dan dokumen-dokumen dari SMK N 1 Pandanarum Banjarnegara Jawa Tengah, sedangkan sumber sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan untuk melengkapi data-data primer.

Hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwasannya implementasi guru dalam menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada siswa kelas XI Bisnis dan Pemasaran SMK N 1 Pandanarum. Dalam proses pembelajaran guru menerapkan beberapa langkah yaitu pertama dengan Mengorientasi masalah kepada peserta didik, kedua Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, ketiga Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, keempat Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan kelima Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam penerapannya guru menggunakan beberapa metode, strategi dan pendekatan. Kemudian guru juga menggunakan media dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan lancar.

Kata Kunci: Implementasi Guru PAI, Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

iv

(6)

Puji dan syukur dipanjatkan kehidirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Skripsi ini ditulis dalam upaya memenuhi salah satu tugas akhir dalam memperoleh gelas Strata Satu (S.1) pada program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, tahun 2021

Tidak sedikit kendala yang dihadapi penulis di dalam proses penyelesaian, namun karena bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materi, sehingga kendala itu menjadi tidak terlalu berarti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak berikut:

1. Dr. Endang Sulastri, M. Si, Plt Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Dr. Sopa, M. Ag, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta.

3. Busahdiar, M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Sa’diyah, M.A., Dosen pembimbing skripsi yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam proses bimbingan.

5. Bapak Ahmad Sutoto selaku guru PAI di SMK N 1 Pandanarum yang telah memberikan izin tempat penelitian dan memberi dukungan data.

v

(7)

Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan pelayanan akademik dan pelayanan administrasi terbaik.

7. Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Dali Arifudin dan Ibu Sumarni, yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moril dan dukungan materil sehingga memperlancar keberhasilan studi.

8. Teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

9. Serta pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, namun demikian diharapkan karya yang sederhana ini banyak memberikan manfaat. Aaamiin.

Jakarta, 29 Jumadil Akhir 1442 H 11 Februari 2021 M

Penulis

vi

(8)

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Fokus dan Sub Fokus ... 7

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Sistematika Penelitian ... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual dan Subfokus Penelitian ... 11

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berfikir... 26

vii

(9)

A. Tujuan Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 28

C. Latar/Setting Penelitian... 29

D. Metode dan Prosedur Penelitian ... 29

E. Data dan Sumber Data ... 30

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data... 31

G. Teknik Analisis Data ... 32

H. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 33

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Latar Penelitian ... 35

B. Temuan Penelitian ... 40

C. Pembahasan Penelitian ... 50

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii

(10)

1. Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah .... 21 2. Tabel 2. Saran dan Prasarana ... 37 3. Tabel 3. Data Siswa Kelas XI Bisnis dan Pemasaran ... 38

ix

(11)

1. Surat permohonan bimbingan Skripsi 2. Surat Permohonan Penelitian

3. Lembar konsultasi penulisan skripsi 4. Pedoman observasi

5. Pedoman Wawancara

6. Catatan Lapangan Hasil wawancara dengan Guru PAI 7. RPP Kelas XI Bisnis Dan Pemasaran

8. Dokumentasi

x

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan peserta didik. Pendidikan juga dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Di dalam UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Dengan pendidikan agama khususnya pendidikan agama islam dapat membantu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dimana tujuan tersebut salah satu tujuan pendidikan negara Indonesia. Pendidikan harus mampu memberdayakan

1 Dinas. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. (Transmedia Pustaka : Jakarta Selatan. 2007), h. 2

2 Ibid., h. 5

1

(13)

peserta didik mejadi lebih aktif. Maka dari itu pendidikan agama islam memiliki peranan yang sangat penting untuk mengajarkan kepada peserta didik untuk memperbaiki akhlak yaitu dengan berbuat jujur, adil, dan bertanggung jawab. Serta mengajarkan kepada peserta didik untuk menjadi manusia yang selalu taat dan patuh dalam menjalankan ajaran agama islam dan menjauhi segala yang dilarang dalam agama islam.

Pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran islam harus bisa menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai islam, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai- nilai Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak ke arah kedewasaan/kematangan agar dapat menguntungkan dirinya.1

Zakiyah Drajat berpendapat bahwa pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami pelajaran agama islam secara menyeluruh. Lalu mengayati tujuan dan pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.2

Sebelum mengajarkan pendidikan agama islam sudah pasti proses pembelajaran akan direncanakan, dinilai, dan diawasi agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Pendidik yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama islam dalam melakukan tugasnya dapat menggunakan teori belajar dan

1 Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h. 9.

2 Anjali Sriwijbant, et. al. Antologi Hadist Tarbawi Pesan-pesan Nabi saw tentang Pendidikan. (Edu Publisher: Tasikmalaya. 2002), h. 17.

(14)

teori pembelajaran untuk diajadikan acuan dalam memilih, menetapkan dan mengembangkan model dan metode yang tepat dan sesuai dengan karakteristik dan kemampuan peserta didik.

Dalam proses belajar mengajar masih banyak yang merendahkan pelajaran pendidikan agama islam, karena menurut mereka pendidikan agama islam bukanlah pelajaran yang penting seperti IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan yang lainnya yang dapat menentukan kelulusan dan dijadikan sebagai standar untuk masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Oleh karena itu pendidik harus memberikan penjelasan yang jelas dan menggunakan berbagai metode dalam mengajar agar peserta didik mampu memahami apa yang diajarkan oleh pendidik. Pendidik harus pandai dalam menentukan model pembelajaran dan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Jika pendidik salah dalam menyesuaikan antara model pembelajaran dengan materi yang akan dibahas maka akan menyebabkan peserta didik tidak paham dan membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif.

Biasanya pada pendidikan agama islam hanya menekankan pada aspek hafalan. Tentunya bagus karena dalam pendidikan agama islam diperlukan untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an serta hadis Nabi. Namun jika hanya menghafal maka akan melahirkan peserta didik yang kurang kratif dan tidak berani dalam mengungkapkan pendapatnya sendiri. Maka dari itu banyak peserta didik yang malas ketika belajar pendidikan agama islam. Pendidik memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran sebab berhubungan

(15)

langsung dengan peserta didik. Pendidik diharapkan mampu memilih metode dan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan serta mampu membangun suasana kelas menjadi lebih kondusif, sehingga membuat peserta didik menjadi lebih aktif ketika di dalam kelas.

Penggunaan model pembelajaran pada SMA, SMK dan sederajatnya masih banyak yang menggunakan metode tradisional yaitu ceramah. Jika menggunakan metode ceramah cenderung guru yang aktif dan menyebabkan peserta didik menjadi bosan. Metode ceramah sudah pasti digunakan karena dalam memulai pembelajaran pendidik akan memulai dengan ceramah tetapi alangkah baiknya jika dalam menerapkan metode dalam proses belajar menggunakan beberapa metode agar peserta didik tidak bosan dalam belajar.

Pendekatan yang berpusat pendidik (teacher center) sudah dianggap membosankan bagi peserta didik dan perlu dirubah karena di dalam proses pembelajaran tersebut peserta didik tidak aktif, sulit mengemukakan pendapat, sulit untuk mengembangkan kemampuan berfikir, dan menyebabkan peserta didik menjadi tidak percaya diri atau kurang berani.

Kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk berperan aktif dalam aspek kognitif, sikap dan ketrampilan. Tetapi masih banyak peserta didik yang kemampuannya terbatas dalam aspek hafalan atau pengetahuan dan kesusahan jika dihadapkan dengan soal-soal yang harus menggunakan analisis dan pemahaman. Maka dari itu memerlukan model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah.

(16)

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) menuntut peserta didik untuk memecahkan masalah dari setiap materi yang dibahas dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah mampu mengarahkan peserta didik untuk menjadi aktif ketika di dalam kelas. Peserta didik diarahkan oleh pendidik untuk memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran perlu mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pemilihan pembelajaran yang tepat sesuai konsep dapat mengembangkan ketiga aspek tersebut.

Model pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan berfikir dan ketrampilan memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pembelajaran.3 Model pembelajaran berbasis masalah peserta didik dapat mengembangkan ketrampilan dalam memecahkan masalah dan dapat membangun pengetahuannya sendiri serta dapat membangun kepercayaan diri. Dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) peran pendidik hanya memberikan arahan kepada peserta didik untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil awal observasi melalui wawancara singkat dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK N 1 Pandanarum. Dimana di SMK N 1 Pandanarum guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sudah menerapkan Model Pembelajaran Berbasis (PBL) dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan salah satu model pembelajaran

3 Rahmat, M.Pd.I. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Konteks Kurikulum 2013. (Yogyakarta: Bening Pustaka. 2019). h. 74

(17)

yang dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik. Dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini dimana guru memberikan suatu masalah kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) peserta didik akan lebih mudah untuk memahami dan lebih aktif ketika proses pembelajaran. Model Pembelajaran Berbasis Masalah menjadi tantangan apakah kehadirannya dapat memberi dampak positif kepada peserta didik dan apakah guru mampu untuk membimbing serta mendidik peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) menuntut peserta didik untuk mempelajari permasalahan tersebut sampai peserta didik dapat memberikan kesimpulan sendiri atas situasi yang terjadi. Kemudian bagaiamana pelaksanaan dan penerapan guru dalam menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) sehingga proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “IMPLEMENTASI GURU PAI DALAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL) PADA SISWA KELAS XI BISNIS DAN PEMASARAN SMK N 1 PANDANARUM

BANJARNEGARA JAWA TENGAH”.

(18)

B. Fokus dan Sub Fokus 1. Fokus

Implementasi Guru PAI dalam menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

2. Sub Fokus

a. Proses proses pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah guru PAI dalam memberikan materi pelajaran.

b. Metode dan pendekatan yang digunakan guru PAI ketika menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

c. Media yang digunakan guru PAI dalam menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI Bisnis dan Pemasaran SMK N 1 Pandanarum ?

2. Bagaimanakah metode dan pendekatan yang diterapakan oleh guru PAI ketika menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI Bisnis dan Pemasaran SMK N 1 Pandanarum ?

3. Apakah media yang digunakan ketika menggunakan Model Pembelajaran Berbasis kelas XI Bisnis dan Pemasaran SMK N 1 Pandanarum ?

(19)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi : 1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini dapat dijadikan karya ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan praktikum penelitian.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam pendidikan, khususnya kedisiplinan peserta didik pada proses belajar mengajar.

2. Secara Praktis

a. Bagi Guru, sebagai masukan bagi guru sehingga dalam pembelajaran guru dapat mengantisipasi kemungkinan kesulitan belajar yang dihadapi anak dalam proses belajar mengajar.

b. Bagi Siswa, dapat membantu siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan pengalaman hasil belajar pendidikan agama islam.

c. Bagi Peneliti, merupakan bahan informasi guna meningkatkan dan menambah pengetahuan serta keahlian dalam mengembangkan ilmu

pendidikan di masyarakat.

(20)

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini berdasarkan pendekatan kualitatif yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Bagian Pendahuluan terdiri dari lima bagian yaitu latar belakang, fokus dan sub fokus, rumusan masalah, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini terdiri dari A. Deskripsi Konseptual dan Subfokus Penelitian di dalamnya terdiri dari 1. Implementasi Guru Pendidikan Agama Islam, a. Pengertian Implementasi. b. Pengertian Guru. c. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam. 2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah. a.

Pengertian Model Pembelajaran. b. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah. c. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah. d. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah. e. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah. f.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah. g. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. B. Hasil Penelitian yang relevan. C. Kerangka Berfikir.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari delapan bagian yaitu Tujuan Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Latar/Setting Penelitian, Metode dan Prosedur Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Pemeriksaan Keabsahan Data.

(21)

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Pada bab ini terdiri dari gambaran umum tentang latar belakang penelitian, temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual dan Subfokus Penelitian 1. Implementasi Guru Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Implementasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan pengertian umum implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci (matang).1

Implementasi adalah suatu tindakan atas bentuk aksi nyata dalam melaksanakan rencana yang telah dirancang dengan matang.

Dengan kata lain implementasi implementasi hanya dapat dilakukan jika sudah ada perencanaan bukan hanya sekedar tindakan semata.2

Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Kata implementasi hakikatnya mengarah pada suatu aktivitas yang terencana yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan tertentu.3

1 Prof. Dr. Hamid Darmadi, M. Pd, Apa Mengapa Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Moral Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: AnImage, 2020), h. 29.

2 Muhammad Nurkamal Alfauzan dan Lalita Chandiany Adiputri, Tutorial Membuat Prototipe Prediksi Ketinggian Air Untuk Pendeteksi Banjir Peringatan Dini Berbasis IOT, (Bandung: Kreatif Industri Nusantara, 2019), h. 79.

3Arinda Findriani, M. Pd. I, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. (Lampung: CV GRE PUBLISHING. 2018), h. 19.

11

(23)

Jadi implementasi disini berarti pelaksanaan atau penerapan suatu rangkaian aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai norma yang ada untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

b. Pengertian Guru

Secara etimologis guru sering disebut pendidik. Kata guru merupakan padanan dari kata teacher (bahasa inggris). Kata teacher bermakna sebagai “the person who teach, especially in school” atau guru adalah seorang yang mengajar khususnya di sekolah/madrasah.1

Di dalam Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 dijelaskan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.2 Sedangkan menurut Hadari Nawawi bahwa guru adalah orang yang mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah (kelas).3

Menurut Ngalim Purwanto, pengertian guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang maupun sekelompok orang. Menurut Mulyasa guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagau agen

1 Shilpy. A. Octavia. Etika Profesi Guru. (Yogyakarta: Deepublish. 2020), h. 10

2 Mulyana A.Z. Rahasia Menjadi Guru Hebat. (Jakarta: PT Grasindo. 2010), h. 32

3 M. Dahlan R, dan Muhtarom. Menjadi Guru yang Bening Hati: Strategi Mengelola Hati Di Abad Modern. (Yogyakarta: Deeplubish. 2018), h. 4.

(24)

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.4

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang profesional yang memiliki kualitas akademik dan kompetensi dengan tugas utama mengajar, mendidik, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan formal (sekolah).

c. Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam ajaran agama Islam guru adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik. Al Ghazali mengemukakan pendapatnya bahwa seorang guru dalam mengajar dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik hendaklah dilakukan dengan hikmah, arif dan bijaksana. Pada hakikatnya tujuan yang penting adalah pembinaan akhlak pada peserta didik.5

Di dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama islam, bertakwa dan

4 Dewi Safitri . Menjadi Guru Profesional. (Riau: PT Indragiri. 2019), h. 9

5 Siti Rukhayati, M. Ag, Strategi Guru PAI Dalam Membina Karakter Peserta Didik, (Salatiga: LP2M IAIN Salatiga, 2020), h. 12

(25)

berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadis.6

Guru Pendidikan Agama Islam merupakan seorang yang mengajar dan menyampaikan ilmu pengetahuan dalam bidang Studi Pendidikan Agama Islam. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran, fungsi dan bertanggung jawab yang sangat penting dalam pengembangan. Sastrapatedja mengungkapkan beberapa tanggung jawab guru Agama Islam dalam proses pendidikan untuk:

a) Melihat implikasi-implikasi nilai-nilai dalam setiap proses perubahan yang terjadi,

b) Membantu berkembangnya nilai-nilai agama dalam diri individu siswa, dan

c) Membantu agar siswa dapat mengambil sikap dan keputusan dalam merencanakan kehidupan secara bermakna.7

Dalam menghadapi tantangan global dan realitas sosial yang semakin meningkat intensitasnya guru Pendidikan Agama Islam harus mampu berperan secara optimal dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

Dengan demikian Tillar mengungkapkan paling tidak ada tiga fungsi guru Pendidikan Agama Islam yaitu : sebagai agen perubahan, sebagai pengembang sikap moral, dan sebagai guru profesional.8

6 Dr. Nino Indrianto, M. Pd, Pendidikan Agama Islam Interdisipliner Untuk Perguruan tinggi, (Yogyakarta: CV Budi Utama. 2020), Cet. 1, h. 3.

7 Riyan Nuryadin, et. al. Teologi Untuk Pendidikan Islam, (Yogyakarta: K-Media. 2015), h. 44.

8 Ibid., h. 45.

(26)

Untuk mendukung ketiga fungsi tersebut guru Pendidikan Agama Islam seperangkat kemampuan yang tercermin dalam sikap, pengetahuan serta ketrampilan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Gofir sebagai berikut :

1) Bahwa seorang guru PAI mempunyai sifat-sifat fisik yang memungkinkan dia dapat mebimbing siswanya yang sedang dalam perkembangan fisik dan moralnya, mempunyai ciri-ciri kepribadian yang kuat dan seimbang, dan mempunyai visi tentang etika tingkah laku manusia sebagai individu dan masyarakat.

2) Bahwa guru PAI dituntut untuk mampu membawa siswa memasuki dunia ilmu dan teknologi yang terus berkembang, sebab apabila guru tidak menguasai ilmu dan teknologi yang kuat mustahil hal itu dapat dilakukan.

3) Bahwa penguasaan metodologi bagi guru PAI sangat diperlukan untuk membangkitkan semangat dan menimbulkan siswa ingin belajar agama.

4) Bahwa seorang guru PAI harus berusaha untuk meningkatkan kualitas diri secara berkesinambungan dengan mengikuti perkembangan ilmu, teknologi dan seni, karena ilmu pendidikan terus berkembang pesat seiring dengan berkembangnya masyarakat menuju arus globalisasi.9

9 Ibid., h. 46

(27)

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah a. Pengertian Model Pembelajaran

Joyce dan Weil (1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999:42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.10

Menurut Dahlan model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rancangan atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.11

Menurut Soekamto berpendapat bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.12

10 H. Darmadi. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika

Belajar Siswa. (Yogyakarta: CV Budi Utama. 2017). Cet. 1. h. 42

11 Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd. Strategi Belajar Mengajar. (Surabaya: Scorpindo

Media Pustaka. 2019). h. 13.

12 Dr. Rahma Johar, M.Pd dan Dra. Latifah Hanum, M.Si. Strategi Belajar Mengajar.

(Yogyakarta: CV Budi Utama. 2016). Cet 1. h. 8.

(28)

Model Pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khusus oleh guru, dengan kata lain model pembelajaran merupakan bingkai penerapan suatu pendekatan, metode, strategi dan tekhnik pembelajaran.13

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan atau kerangka konseptual yang digunakan dalam menyusun materi pelajaran, yang di dalamnya terdapat metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

b. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaranberbasismasalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri (Trianto, 2007).14

Menurut Arends (2008:41), PBL merupakan pembelajaran yang memiliki esensi berupa menyuguhkan berbagai situasi

h. 19.

13 Dr. Hj. Helmiati M, Ag, Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016),

14

Nurdyansyah, S.Pd., M.Pd dan Eni Fariyatul Fahyuni. M.Pd.I. INOVASI MODEL PEMBELAJARAN Sesuai Kurikulum 2013. (Sidoarjo: Nizamia Learning Center. 2016). Cet 1. h.

81.

(29)

bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa.15 Menurut definisi lain pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.16

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir siswa betul- betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.17

Delisle menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu guru untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan ketrampilan memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pembelajaran.18 Trianto (2009:63) menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model

15 Bekti Wulandari, “Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar Plc Di Smk”, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3, No. 2, 2013, h. 180.

16 Dr. Hj. Sutiah, M. Pd, Pengembangan Model Pembelajaran Agama Islam, (Sidoarjo:

Nizamia Learning Center, 2018), h. 115

17 Nurdyansah, S. Pd, M. Pd dan Eni Fariyatul Fahyuni M, PdI,Op. Cit, h. 82.

18 Rahmat, M. Pd.I. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Konteks Kurikulum 2013. (Yogyakarta: Bening Pustaka. 2019). Cet 1. h. 74

(30)

pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan.19

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan ketrampilan siswa baik secara individu maupun secara kelompok dalam memecahkan masalah melalui tahap- tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara berkesinambungan.

c. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah

Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :

1) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pembelajaran akan tetapi melalui strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengelola data dan akhirnya menyimpulkan.

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Strategi pembelajaran berbasis masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.

19 Shilphy. A. Octavia, Model-Model Pembelajaran. (Yogyakarta: CV Deepublish, 2020).

Cet 1, h. 21.

(31)

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif.20

d. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Adapun tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) adalah sebagai berikut :

1) Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.

2) Membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual.

3) Belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan simulasi.

4) Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri.21 e. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah.

Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur,

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda,

1.h. 235.

20 Ibid., h. 22

21 Laefudin, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: DEEPUBLISH. 2014). Cet.

(32)

4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar,

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif,

8) Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan,

9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputri sistesis dan integritas dari sebuah proses belajar,

10) PBM melibatkan evaluasi dan revies pengalaman siswa dan proses belajar.22

f. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan pesrta didik terhadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik. kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam Nurhadi, 2004: 111).

Tabel langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah:23

22 Dr. Rusman, M. Pd. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 232.

(33)

Fase Indikator Aktifitas/Kegiatan Pendidik

1.

Orientasi Peserta Didik Kepada Masalah

Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, pengajuan masalah, memotivasis peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2.

Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengoorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3.

Membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok

Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.

4.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang

23 Dr. Ibadullah Malawi, M. Pd, Dr. Ani Kadarwati, M. Pd, dan Dian Permatasari

Kusuma Dayu, M. Pd, Teori Dan Aplikasi Pembelajaran Terpadu, (Magentan: CV AE MEDIA

GRAFIKA. 2019), Cet 1, h. 108.

(34)

sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan kelompoknya.

5.

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Pendidik membantu peserta didik melakukan rfleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.

g. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1) Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

a) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.

b) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

c) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas

pembelajaran siswa.

(35)

d) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan.

e) Pemecahan masalah dapat membantu mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

f) Melalui pemecahan masalah dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa.

bukan hanya sekedar belajar dari guru atau buku-buku saja.

g) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h) Pemecahan siswa dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.24

2) Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).

a) Jika peserta didik tidak mempunyai minat belajar maka sulit untuk dilaksanakan.

b) Membutuhkan banyak waktu, dana, media dan sumber belajar.25

24 Shilphy. A. Octavia. Op. Cit. h. 25-26.

25 Yahya Eko Nopiyanti, Septian Raibowo, dan Drs. Arwin, Pembelajaran Atletik, (Bengkulu: Elmarkazi, 2020), h. 31

(36)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian terkait dengan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan, adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Akhmad Khoirussyifa Amrullah dengan judul “Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Melatih Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Pada Penelitian ini dapat dilihat bahwa Pembelajaran di kelas V tema lingkungan sahabatku sub tema manusia dan lingkungan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terlaksana dengan baik. Kemudian aktivitas siswa kelas V pada pembelajaran tema lingkunganku sahabatku sub tema manusia dan lingkungan menggunakan model PBL sesuai dengan fase pembelajaran PBL. Kemampuan berfikir kreatif siswa kelas V meningkat setelah diajarkan dengan menggunakan model PBL.

2. Faristin Amala dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Dalam meningkatkan Kemampuan Berfikir Dasar Menerima Dan Menyampaikan Informasi Bagi Siswa Kelas X Administrasi dan Perkantoran Di SMK Cut Nya’ Dien Semarang”. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa implementasi model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata berfikir kritis dan hasil belajar siswa pada pembelajaran yang menerapkan model

(37)

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan hingga mencapai indikator keberhasilan.

Perbedaannya penelitian tersebut merupakan penelitian berfikir kreatif dan kristis serta meningkatkan hasil belajar sedangkan penulis lakukan sekarang adalah penelitian implementasi yang di lakukan guru dalam menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Kemudian perbedaan waktu dan tempat dalam melakukan penelitian

C. Kerangka Berfikir

Materi pendidikan agama islam tidak hanya di hafal saja, tetapi juga melakukan pengamatan secara langsung dan memecahkan masalah yang ada pada kehidupan sehari-hari secara agama. Pada kenyataannya pada pembelajaran PAI guru hanya mentransfer ilmu melalui sumber buku pelajaran PAI yang sudah ada kemudian peserta didik menghafal dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Ketika peserta didik memecahkan masalah sesuai dengan materi pelajaran yang akan dipelajari akan memudahkan dan membuat peserta didik lebih memahami pelajaran tersebut

Anak-anak SMA, SMK, MA mereka sudah memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada pada kehidupan sehari-hari.

Tetapi kenyataan di lapangan masih banyak guru Sekolah Menengah Atas yang hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang sudah ada, seharusnya anak-anak SMA dan setaranya dapat memecahkan masalah-masalah yang ada dalam

(38)

kehidupan sehari-hari. Untuk mendukung kemampuan berfikir atau kognitif peserta didik diperlukan model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan karena dapat membuat peserta didik menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan menekankan pemberian masalah yang dapat diselesaikan peserta didik melalui tugas kelompok maupun melalui pengalaman sehari-hari. Langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) yaitu:

1. Orientasi Peserta Didik Kepada Masalah, 2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar,

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya,

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dapat menjadi solusi yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) mampu mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik dan membuat peserta didik aktif ketika proses pembelajaran, sehingga dapat membuat peningkatan hasil belajar peserta didik. Jika model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) diterapkan dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam (PAI), maka dalam penelitian ini peneliti akan melihat peningkatan hasil belajar pendidikan

(39)

agama islam melalui model pembelajaran berbasis masalah (PBL) kelas XI Bisnis dan Pemasaran.

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK N 1 Pandanarum.

2. Untuk mengetahui metode, dan pendekatan yang diterapkan oleh guru PAI ketika menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah di SMK N 1 Pandanarum.

3. Untuk mengetahui media yang digunakan ketika menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah di SMK N 1 Pandanarum.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMK N 1 Pandanarum yang beralamat di Jl Sirongge Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan juli sampai dengan bulan Desember semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.

Dimana sekolah ini masih menjadi sekolah perintis memiliki 3 jurusan yaitu Bisnis dan Pemasaran, Teknik Sepeda dan Kriya Kayu.

29

(41)

Pada setiap jurusan hanya memiliki 1 Rombel. SMK N 1 Pandanarum terletak di pedesaan yang masih dikelilingi oleh pegunungan dan hutan.

Sekolah ini satu-satunya Sekolah Kejuruan yang terletak di pedesaan. Hal ini memberikan keunikan tersendiri karena dengan adanya sekolah ini sebagian anak-anak yang ada di desa-desa terpencil bisa melanjutkan untuk masuk ke jenjang Sekolah Menengah Atas/Kejuruan sehingga ketika lulus sudah mendapatkan bekal ketrampilan agar bisa bekerja maupun kuliah.

C. Latar/Setting Penelitian

Penelitian ini bersifat alamiah karena penulis mengamati sekolah,dan melakukan wawancara dengan guru PAI dikarenanakan sedang adanya wabah Covid 19 dan pembelajaran peserta didik dilakukan secara online. Sehingga penulis tidak dapat mengamati proses pembelajaran jadi penulis hanya dapat mewawancarai guru PAI dan mengamati sekolah. Karena hanya guru-guru yang diperbolehkan untuk tetap hadir di sekolah.

D. Metode dan Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah, disebut juga metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya

(42)

lebih bersifat kualitatif.1 Prosedur penelitian yang digunakan terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi

Pada tahap ini peneliti mendeskipsikan apa yang dilihat, di dengar, dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.

2. Tahap reduksi

Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.

3. Tahap seleksi

Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah.2

E. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif sumber data bersifat memahami terhadap fenomena atau gejala sosial, to learn about the people ( masyarakat sebagai subjek). Secara garis besar sumber data dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang berkaitan langsung dengan objek penelitian. Dengan demikian perolehan data primer merupakan

1 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung:

ALFABETA, 2019), h. 17.

2 Mukhtazar, M. Pd, Prosedur Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Absolute Media, 2020), h. 23

(43)

bagian integral dari proses penelitian yang digunakan untuk mengambil keputusan. Adapaun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian adalah guru PAI yaitu Bapak Ahmad Sutoto, S. Pd. dan Bapak Sarwono, S. Pd., M. Si selaku Plt. Kepala Sekolah. Disini peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI. Selain itu sumber data juga diperoleh dari fenomena kegiatan proses belajar mengajar di Sekolah.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak berkaitan langsung dengan objek penelitian tetapi dapat digunakan sebagai data pendukung dari penelitian. Dalam hal ini peneliti memperoleh data dari berbagai sumber diantaranya dari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan memperhatikan objek peneliti dengan seksama. Observasi dilakukan peneliti untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam observasi ini yang diamati meliputi keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

(44)

2. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab antara dua orang atau lebih.

Wawancara digunakan peneliti untuk mengetahui bagaimana implementasi guru mengenai model pembelajaran berbasis masalah dalam proses pembelajaran dan bagaimana tanggapan siswa terkait Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengacu pada material (bahan) seperti foto, video, film, memo, surat dan sejenisnya yang dapat digunakan sebagai informasi dari kajian kasus yang sumber utamanya adalah observasi dan wawancara.3 Dokumentasi yang peneliti gunakan adalah dokumen yang berasal dari sekolah terkait dengan Implementasi guru PAI dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengubah data hasil dari penelitian menjadi sebuah informasi baru yang dapat digunakan dalam membuat kesimpulan.4 Adapun teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis hasil penelitian secara induktif dan deduktif.

3 Albi Anggito dan Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi:CV Jejak. 2018), h. 198.

4 Mukhtazar, op. Cit., h. 85

(45)

H. Pemeriksaan Keabsahan Data

Peneliti menjelaskan proses dan teknik yang digunakan untuk keabsahan data yang mencakup kredibilitas, dependabilitas, tranferabilitas dan konfirmabilitas sebagai uraian berikut ini:

1. Kredibilitas (derajat kepercayaan). Kredibilitas merupakan penerapah hasil penelitian (kualitatif) yang kredibel (dapat dipercaya) dari perspektif partisipan dalam penelitian ini. Dari perspektif ini tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian sudut pandang partisipan. Partisipan adalah satu-satunya orang yang dapat menilai secara sah kredibilitas hasil penelitian. Strategi untuk meningkatkan kredibilitas data meliputi perpanjang, pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi dan diskusi teman sejawat.

2. Transferabilitas (keteralihan). Transferabilitas mengacu pada tingkat kemampuan hasil penelitian yang dapat digeneralisasikan atau ditrenser pada konteks yang lain. Dari perspektif kualitatif, transferabilitas merupakan tanggung jawab seorang dalam melakukan generalisasi.

Peneliti dapat meningkatkan transferabilitas dengan mendeskripsikan konteks peneliti dan asumsi-asumsi yang menjadi sentral pada peneliti tersebut. Orang yang ingin mentransfer hasil penelitian pada konteks yang berbeda, bertanggung jawab untuk membuat keputusan bahwa transfer tersebut logis.

3. Dependabilitas (kebergantungan). Dependabilitas menekankan perlunya peneliti memperhitungkan konteks yang berubah-ubah dalam penelitian

(46)

yang dilakukan. Peneliti bertanggung jawab menjelaskan perubahan- perubahan yang terjadi dalam setting (latar) dan bagaimana perubahan- perubahan tersebut dapat mempengaruhi pendekatan yang digunakan pada penelitian dalam studi tersebut.

4. Konfirmabilitas (kepastian). Konfirmabilitas atau obyektivitas mengacu pada tingkat kemampuan hasil penelitian yang dikonfirmasikan oleh orang lain. Terdapat sejumlah strategi untuk meningkatkan konfirmailitas.

Misalnya, peneliti dapat mendokumentasikan prosedur untuk memeriksa dan memeriksa kembali seluruh data penelitian. Jadi, kriteria kepastian atau obyektivitas menekankan pada tanya bukan pada orang atau banyak orang.

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang Latar Penelitian 1. Letak Geografis

SMK N 1 Pandanarum terletak di Jl Sirongge, Bedahan Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. SMK Negeri 1 Pandanarum berdiri sejak tahun 2015 dan terletak di Kecamatan Pandanarum. SMK ini merupakan satu-satunya SMK negeri yang terletak di Kecamatan Pandanarum. Dengan letak sekolah yang strategis dekat dengan perkampungan warga dan jauh keramaian terlebih SMK N 1 Pandanarum merupakan satu-satunya SMK yang berada di Kecamatan Pandanarum maka minat masyarakat yang ada di sekitar Kecamatan Pandanarum untuk menyekolahkan anaknya ke SMK N 1 Pandanarum semakin meningkat walaupun untuk setiap tahun peningkatannya tidak terlalu pesat.

Potensi SMK Negeri 1 Pandanarum untuk berkembang dan maju sangat besar karena dukungan dari masyarakat dan sekolah-sekolah SMP/MTs di sekitar SMK Negeri 1 Pandanarum. Potensi lainya berupa keberadaaan Dunia Usaha / Dunia Industri yang menjadi stakeholder SMK Negeri 1 Pandanarum juga sangat banyak. Karakteristik SMK Negeri 1 Pandanarum yang berada pada daerah dataran tinggi juga mendukung untuk

36

(48)

proses pembelajaran yang tenang, damai sehingga siswa lebih konsentrasi ketika proses pembelajaran berlangsung.

Karakteristik lainnya berupa perilaku siswa memiliki karakter yang baik dalam berperilaku dan penampilan. Program sekolah disusun dengan memperhatikan potensi yang ada untuk mewujudkan sebuah sekolah yang memiliki peserta didik yang berkarakter, unggul dalam prestasi baik akademik maupun non akademik.

2. Data Sekolah

a. Nama Sekolah : SMK N 1 PANDANARUM b. Alamat Sekolah :

- Jalan : JL Raya Sirongge - Desa/Kelurahan : Pringamba

- Kecamatan : Pandanarum - Kabupaten : Banjarnegara - Provinsi : Jawa Tengah - Kode Pos : 53481 c. Nomor telephone : 0812628751

d. Tahun Didirikan : 2015

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah SMK N 1 Pandanarum a. Visi

“Terciptanya siswa siswi yang bertaqwa berahlak mulia, terampil, cerdas dan mandiri”.

Indikator Visi:

(49)

a) Bertaqwa: terciptanya perilaku siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Berakhak Mulia: terciptanya sikap siswa yang jujur , disiplin, dan tanggung jawab.

c) Terampil dan Cerdas : Terwujudnya lulusan yang terampil dan cerdas sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki.

d) Mandiri : Terwujudnya lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja dan mampu menjadi seorang wirausaha

b. Misi Sekolah

Misi SMK Negeri 1 Pandanarum adalah sebagai berikut:

a) Membentuk karakter Imani, berbudi luhur dan bertakwa sesuai Agama dan Kepercayaan.

b) Mengembangankan Sistem Pembelajaran Aktif dan Kreatif, menghasilkan Peserta Dididk yang cerdas, terampil dan Mandiri.

c) Pembelajaran yang mengacu pada perkembangan IPTEK dan DU/DI.

d) Mencetak tamatan yang terampil, mandiri, profesional dan mampu bersaing pada kehidupan kini dan masa yang akan datang.

e) Menciptakan tamatan yang siap Bekerja, Berwirausaha dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

(50)

c. Tujuan dan Sasaran SMK Negeri 1 Pandanarum :

a) Meningkatkan iman, takwa dan berkembangya budaya tertib, disiplin dan bertanggung jawab

b) Meningkatkan jumlah, kompetensi dan kualifikasi PTK

c) Menambah ruang kelas, ruang praktik serta sarana dan prasarana lainnya.

d) Meninggkatkan nilai rapor, USBN, dan UN, serta prestasi siswa ditingkat Kabupaten, Provinsi maupun Nasional

e) Menyiapkan lulusan agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

f) Menyiapkan siswa agar dapat bersaing di dunia kerja serta mengembangkan sikap profesional

g) Meningkatkan kemampuan dan peluang berwirausaha lulusan dengan menciptakan produk-produk kreatif, inovatif dan mengembangkan potensi lokal.

4. Sarana Dan Prasarana Sarana dan Prasarana

Sarana : memiliki 13 buah laptop, 4 LCD, dan buku paket sebagai media sumber belajar.

No Jenis ruang Keseluruhan

Jumlah Kondisi

1. Ruang Kelas 7 Baik

2. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

3. Ruang Guru dan TU 1 Baik

(51)

4. Lab Komputer 1 Baik 5.

Ruang Praktik siswa

KKKR 1 Baik

6. Ruang Praktik TBSM 1 Baik

7. Kamar Mandi 2 Baik

5. Data Guru

Sumber daya Pendidik yang ada di SMK N 1 Pandanarum berjumlah 14 orang dengan rincian sebagai berikut :

1) 13 orang Guru lulusan S1 2) 1 orang Guru lulusan D3

6. Jumlah seluruh siswa dan data siswa Kelas XI Bisnis dan Pemasaran

Jumlah peserta didik tahun Pelajaran 2019/2020 siswa SMK Negeri 1 Pandanarum jumlahnya ada 147 siswa, yang terdiri dari 43 anak TBSM, 21 anak KKKR dan 83 anak BDP. Setiap jurusan terdapat 1 rombongan belajar. Jumlah siswa dalam 1 rombongan belajar paling sedikit 6 anak dan paling banyak 32 anak. Sebagaimana yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa peneliti melakukan penelitian pada kelas XI BDP (Bisnis Dan Pemasaran). Adapun data peserta didik kelas XI BDP adalah sebagai berikut :

NO NAMA JK

1 ADI PRIHATIN L

2 ARIF BUDIMAN L

3 DAEVIT AMELIAWATI P

4 DELA JULIFAIYAH P

5 ELI RAHMAWATI P

6 ESTI FANIYATI P

7 FERI SETIYANTO L

8 GESTILAR SETYOWATI P

9 GITA AGUSTINA P

(52)

10 JULI HANDOKO L

11 MIRNA NANDIA RAHAYU P

12 MOHAMAD ALFA SAMPURNA L

13 NIKEN ANGGUN PRASASTI P

14 PRITA AYU ASMARINI P

15 REFI PUJIANTO L

16 RENDY KRISTIADI L

17 RINI HASTUTI P

18 SIFI RAHAYU P

19 SISKA LESTARI P

20 SITI MUHAROMAH P

21 TIA WINDA ASTUTI P

22 VIRA OKTAVIANI P

23 WINDA NURHAYATI P

24 YOGI RIMA ALITA P

25 ERIK AGUS SETIAWAN L

26 ADINDA YOSA AGUSTINA P

27 MEY INDIANI P

B. Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan yang penulis temukan melalui wawancara dengan guru PAI yaitu Bapak Ahmad Sutoto, S. Pd. mengenai implementasi Guru PAI dalam menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah di SMK N 1 Pandanarum yaitu :

1. Proses pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XI Bisnis dan Pemasaran di SMK N 1 Pandanarum

Proses pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah menjadi sebuah strategi yang harus dilaksanakan oleh guru agar pembelajaran di dalam kelas dalam berjalan seseuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sebelum membahas tentang proses pelaksanaan dalam

(53)

pembelajaran peneliti akan membahas tentang perencanaan pembelajaran terlebih dahulu. Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana kegiatan pembelajaran dalam satu tatap muka atau lebih untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, dan suatu tujuan akan tercapai apabila segala sesuatu dipersiapkan dengan matang.

Sebelum proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran di dalam kelas guru PAI di SMK N 1 Pandanarum menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu. Untuk perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada mata pejaran PAI di SMK N 1 Pandanarum disusun secara bersama-sama oleh semua guru. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran pada awal semester sebelum peserta didik mulai masuk kelas. Karena rencana pelaksanaan pembelajaran akan dikumpulkan dan diupload kemudian akan ditanda tangani oleh KEMENDIKBUD.1

Observasi di atas diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan bapak Sarwono, S. Pd., M.Si selaku Plt Kepala SMK N 1 Pandanarum yang menjelaskan sebagai berikut:

“Untuk pembuatan RPP saya meminta kepada semua untuk membuat rpp secara bersama-sama, karena kemudian rpp nya harus dikumpulkan dan diupload maka rpp dibuat pada awal semester sebelum siswa pada masuk sekolah”.2

1 Hasil Observasi.

2 Wawancara dengan Bapak Sarwono pada hari senin tanggal 21 Desember 2020

(54)

Dalam RPP guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang meliputi pertama guru memberikan orientasi peserta didik kepada masalah yaitu dengan cara guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kemudian guru memberikan dan menjelaskan tugas yang harus dikerjakan dan didiskusikan agar setiap kelompok dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Kedua guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar. Guru PAI membantu peserta didik dalam mengorganisir tugas dalam menyelesaikan masalah yang telah diberikan oleh guru yang dikerjakan secara berkelompok. Kemudian guru memberikan durasi waktu yang sama pada tiap kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Ketiga guru membimbing penyelidikan individual maupun kelompok yaitu dengan cara berkeliling dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami tugas yang diberikan oleh guru.

Keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu dengan cara guru meminta kepada tiap-tiap kelompok untuk maju ke depan kelas untuk membacakan dan menyajikan hasil diskusi yang telah dikerjakan. Kelima guru menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu dengan cara guru memberikan tes tulis maupun tes lisan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang ditangkap oleh peserta didik terkait materi pelajaran yang telah dipelajari.3

3 Hasil Obervasi

(55)

Observasi di atas diperoleh dari wawancara dengan Guru PAI SMK N 1 Pandanarum yaitu Bapak Ahmad Sutoto, S. Pd. yang menjelaskan sebagai berikut :

“Ketika dalam pembuatan RPP saya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, saya juga mencantumkan bagaimana langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran.”4

Kemudian sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya peneliti akan membahas tentang proses pelaksanaan pembelajaran Guru PAI dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Proses pelaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran pendidikan agama islam pada siswa kelas XI Bisnis dan Pemasaran yaitu pada materi tentang “Prinsip-prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”

kegiatannya meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan Guru PAI melakukan apersepsi, motivasi dan pemberian tujuan pembelajaran sebelum memulai materi pembelajaran. Guru memberikan orientasi maksudnya disini guru ketika masuk kelas mengucapkan salam kemudian guru meminta peserta didik untuk berdo’a bersama dan dilanjutkan dengan membaca Asmaul Husna.

Guru memberikan apersepsi maksudnya disini guru mengkaitkan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan kehidupan yang nyata. Guru memberikan motivasi yaitu dengan cara guru memberikan sebuah cerita

4 Wawancara dengan Bapak Ahmad Sutoto, pada hari jum’at tanggal 18 Desember 2020.

Gambar

Gambar Sekolah SMK N 1 Pandanarum tampak depan

Referensi

Dokumen terkait

Terdiri dari manajemen data rumah, penentuan bobot kriteria dan sub kriteria yang digunakan dalam perhitungan, tampilan setiap proses perhitungannya hingga tampilan

Tujuan dari penelitian ini, untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan tepung limbah udang fermentasi dalam pakan burung puyuh petelur terhadap kualitas kimiawi telur

Berdasarkan pada tabel tersebut diketahui bahwa nilai tidak memenuhi syarat Tolerance > 0,1 dan VIF < 10 yang artinya data tidak terbebas dari

Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) mencapai 4,5 kWh/m 2 /hari

Melalui penelitian ini akan dibangun sebuah aplikasi sistem pakar yang bekerja layaknya seorang pakar untuk melakukan diagnosa sehingga penanganan penyakit diabetes

The enhanced smart point cloud developed model allows to bring intelligence to point clouds via 3 connected meta-models while linking available knowledge and classification

Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan berdasarkan data-data yang benar, yang sesuai

Lokus kendali eksternal merupakan data primer yang diukur dengan instrumen Internal-External Locus of Control Scale yang telah dikembangkan oleh Rotter,