• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 05, No. 03, April 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Vol. 05, No. 03, April 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Vol. 05, No. 03, April 2016

t i k e t k e r e t a t o k o b a g u s b e r i t a b o l a t e r k i n i a n t o n n b A n e k a K r e a s i R e s e p M a s a k a n I n d o n e s i a r e s e p m a s a k a n m e n g h i l a n g k a n j e r a w a t v i l l a d i p u n c a k r e c e p t e n b e r i t a h a r i a n g a m e o n l i n e h p d i j u a l w i n d o w s g a d g e t j u a l c o n s o l e v o u c h e r o n l i n e g o s i p t e r b a r u b e r i t a t e r b a r u w i n d o w s g a d g e t t o k o g a m e c e r i t a h o r o r

Table of Contents

Articles

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

PDF

Made Nara Iswara, I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati

PELAKSANAAN PERADILAN ANAK DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI

DENPASAR)

PDF

Windu Adiningsih, I Dewa Made Suartha, I Ketut Keneng

DISKRESI DELIK ADUAN DALAM KUHP BERDASARKAN SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR : SE./06/X.2015 DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA UJARAN KEBENCIAN

UNTITLED

Made Wipra Pratistita, Ni Nengah Adiyaryani

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM (STUDY KASUS DI BAPAS KELAS II MATARAM)

PDF

Putu Yudha Cahyasena, I Ketut Rai Setiabudhi, I Made Tjatrayasa

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM MEDIA CETAK

I Gst Ngrh Agung Bagus Laksmana Ananda, Marwanto -

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PRODUK IMPOR YANG TIDAK BERLABEL BAHASA INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PDF

Ni Putu Lisna Yunita, I Gede Putra Ariana

PERANAN TEKNIK UNDERCOVER BUY DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI DI POLRESTA DENPASAR)

PDF

I Putu Wisnu Nugraha, A. A. Ngurah Wirasila, I Made Walesa Putra

PENERAPAN SANKSI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (STUDI KASUS DI BCA DENPASAR)

UNTITLED

Ryan Gabriel Siregar, I Gde Made Swardhana

(3)

PROSEDUR PENGAJUAN GUGATAN DAN AKIBAT HUKUM ATAS PERCERAIAN TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA DI PENGADILAN NEGERI

PDF

Ni Komang Dewi Mariani, I Gusti Ketut Ariawan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN

PECABULAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 (STUDI DI KEPOLISIAN RESOR KOTA DENPASAR)

UNTITLED

I Gusti Putu Ary Septiawan, A. A. Ketut Sukranatha

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN

PECABULAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 (STUDI DI KEPOLISIAN RESOR KOTA DENPASAR)

UNTITLED

I Gusti Putu Ary Septiawan, A. A. Ketut Sukranatha

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN

PECABULAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 (STUDI DI KEPOLISIAN RESOR KOTA DENPASAR)

UNTITLED

I Gusti Putu Ary Septiawan, A. A. Ketut Sukranatha

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA SENDIRI DI WILAYAH PENGADILAN NEGERI DENPASAR

UNTITLED

I Made Adyana Putra, I Wayan Suardana, A. A. Ngurah Wirasila

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

PDF

Ni Luh Kadek Rai Surya Dewi, I Dewa Made Suartha

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

PDF

Ni Luh Kadek Rai Surya Dewi, I Dewa Made Suartha

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

PDF

Ni Luh Kadek Rai Surya Dewi, I Dewa Made Suartha

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

PDF

Ni Luh Kadek Rai Surya Dewi, I Dewa Made Suartha

ANALISIS YURIDIS MENGENAI BATAS WAKTU MENGAJUKAN TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DALAM HUKUM ACARA

PIDANA

UNTITLED

Ni Kadek Rada Satvita, I Gede Yusa

(4)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN PELAPOR PADA TINDAK PIDANA KORUPSI

PDF

Made Yulita Sari Dewi, Nyoman Mas Ariyani

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN PELAPOR PADA TINDAK PIDANA KORUPSI

PDF

Made Yulita Sari Dewi, Nyoman Mas Ariyani

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR

PDF

Ida Ayu Ary Widiatmika, Anak Agung Sri Utari

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PDF

Alexander Imanuel Korassa Sonbai, I Ketut Keneng

ANALISIS HUKUMAN KEBIRI UNTUK PELAKU KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DITINJAU DARI PEMIDANAAN DI INDONESIA

PDF

Putu Oka Bhismaning, I Gusti Agung Ayu Dike Widhyaastuti

PERTIMBANGAN HUKUM PERMOHONAN PENUNDAAN PELAKSANAAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA DALAM SENGKETA TATA USAHA NEGARA

UNTITLED

Ida Ayu Bintari Yuditara, I Dewa Made Suartha

EFEKTIVITAS PENERAPAN CLASS ACTION DALAM PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN DI INDONESIA

PDF

Yola Wulandari, I Gede Yusa

(5)

1

PERTIMBANGAN HUKUM PERMOHONAN PENUNDAAN PELAKSANAAN KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA

DALAM SENGKETA TATA USAHA NEGARA

Oleh :

I.A. Bintari Yuditara I Dewa Made Suartha

Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

The journal is titled "Legal Considerations Request Delay Implementation of an administrative decision in the Administrative Dispute". The formulation of this journal issue contains the criteria for the immediate interests of the plaintiff on which the petition is granted postponement of KTUN and public interest criteria on which the refusal of the request postponement of KTUN. The research method of this journal is normative. The conclusion of this journal that criteria urgent interest of the plaintiff on which the petition is granted a delay KTUN is where the plaintiff will suffer losses that are directly and in cash to the claimant who disbabkan with their factual actions of the government. Therefore, when the delay request was not granted, it would be very difficult for plaintiffs to return to the object of the disputed Yag in the KTUN. Public interest criteria on which the refusal of the request delay KTUN is development or efforts to provide food, clothing, and shelter for the needs of the community, so that people will suffer a loss or with respect to community needs that desperately needs if it is not executed speedily KTUN.

Keywords: Legal Considerations, Delays Implementation, Administrative Decision ABSTRAK

Jurnal ini berjudul "Pertimbangan Hukum Permohonan Penundaan Pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara dalam Sengketa Tata Usaha Negara". Rumusan masalah jurnal ini berisikan tentang kriteria kepentingan mendesak dari penggugat yang menjadi dasar dikabulkannya permohonan penundaan pelaksanaan KTUN dan kriteria kepentingan umum yang menjadi dasar ditolaknya permohonan penundaan pelaksanaan KTUN. Metode penelitian jurnal ini yaitu yuridis normatif. Kesimpulan dari jurnal ini yaitu Kriteria kepentingan yang sangat mendesak dari penggugat yang menjadi dasar dikabulkannya permohonan penundaan KTUN adalah dimana penggugat akan menderita kerugian yang sifatnya langsung dan tunai kepada penggugat yang disbabkan dengan adanya tindakan yang faktual dari pemerintah. Sehingga apabila tidak dikabulkan permohonan penundaan tersebut, akan menjadi sangat sulit bagi penggugat untuk mengembalikan terhadap obyek yag disengketakan dalam KTUN tersebut.

Kriteria kepentingan umum yang menjadi dasar ditolaknya permohonan penundaan KTUN adalah pembangunan atau upaya dalam menyediakan sandang, pangan, dan papan bagi kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat akan menderita kerugian atau menyangkut keperluan masyarakat yang sangat membutuhkan apabila KTUN tersebut tidak segera dilaksanakan.

Kata kunci : Pertimbangan Hukum, Penundaan Pelaksanaan, Keputusan Tata Usaha Negara

(6)

2 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesudah diadakan perubahan/amandemen Pasal 24 UUD 1945 menentukan:

(1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan; (2) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, memuat peraturan-peraturan tentang kedudukan, susunan, kekuasaan serta hukum acara yang berlaku di Peradilan Tata Usaha Negara. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 ini dapat disebut sebagai suatu hukum acara dalam arti luas, karena undang-undang ini tidak saja mengatur tentang cara-cara berperkara di Pengadilan Tata Usaha Negara, tetapi sekaligus juga mengatur tentang kedudukan, susunan dan kekuasaan dari Peradilan Tata Usaha Negara.1Tiap keputusan PTUN pada prinsipnya selalu sah menurut hukum dan karenanya dapat dilaksanakan. Dan surat gugatan tidak dengan sendirinya menghapus keputusan tersebut, sehingga apabila si pemegang izin tidak berniat untuk menunda penggunaan izin yang dipegangnya, maka akan terjadi situasi yang menurut fakta tidak dapat diperbaiki lagi. Bertitik tolak dari hal tersebut maka, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara pasal 67, memungkinkan kepada penggungat untuk mengajukan permohonan penundaan pelaksanaan keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut Badan atau pejabat TUN) selam pemeriksaan sengketa TUN sedang berjalan sampai ada putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Permohonan ini dapat diajukan sekaligus dalam gugatan dan dapat diputus terlebih dahulu dari pokok sengketa.

1.2 Tujuan

1Wiyono, S.H, 2005, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Jakarta. Hal. 12

(7)

3 Adapun tujuan dari penulisan jurnal hukum ini adalah untuk mengetahui pertimbangan hukum permohonan penundaan pelaksanaan keputusan tata usaha negara dalam sengketa tata usaha negara.

II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penulisan

Penulisan jurnal hukum ini menggunakan metode yuridis normatif. Dengan menggunakan pendekatan perundang – undangan dan pendekatan analisis konsep hukum. Pendekatan perundang – undangan digunakana karena yang diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sentral dalam penelitian ini. Selanjutnya dilanjutkan dengan menganalisis permasalahan yang ada sesuai dengan konsep – konsep hukum yang ada disertai dengan berbagai literatur seperti buku, internet, dan lainnya.

2.2 Hasil dan Pembahasan

2.2.1 Kriteria kepentingan mendesak dari Penggugat yang menjadi dasar dikabulkannya permohonan penundaan pelaksanaan KTUN

Untuk dapat mengabulkan suatu pemohonan penundaan pelaksanaan KTUN hakim akan berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam pasal 67 ayat 4 yang menentukan bahwa permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a menentukan bahwa : “Dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat dirugikan jika KTUN yang digugat itu tetap dilaksanakan. Pada waktu mengadakan penilaian untuk mengabulkan permohonan penundaan yang bersangkuta, Ketua Pengadilan atau Majelis Hakim yang bersangkutan sebenarnya memerlukan adanya suatu ukuran yang dapat digunakannya sebagai dasar penetapannya.

Ukuran atau faktor – faktor yang perlu diperhatikan untuk mengabulkan permohonan penundaan pelaksanaan KTUN yang di gugat itu antara lain adalah harus dilakukan pertimbangan – pertimbangan mengenai kepentingan-kepentingan yang tersangkut; sempurna tidaknya permohonan yang bersangkutan; sikap penggugat dalam menentukan fakta – fakta; kepentingan penggugat yang sangat mendesak; dan penilaian sementara mengenai pokok perkara.2Perlu diingat bahwa Undang – Undang kita tidak membuka kemungkinan untuk dikabulkannya permohonan dalam bentuk tindakan

2Rozali Abdullah, S.H, 1991, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Rajawali Pers, Jakarta.Hal. 26

(8)

4 sementara maupun uang paksa di samping penundaan pelaksnaan dari keputusan yang digugat. Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan ketentuan pasal 109 Undang – Undang No. 5 Tahun 1986. Penetapan penundaan semacam itu menunda dengan seketika bekerjanya KTUN yang ditunda pelaksanaanya.

2.2.2 Kriteria kepentingan umum yang menjadi dasar ditolaknya permohonan penundaan pelaksanaan KTUN

Untuk dapat menolak suatu permohonan penundaan pelaksanaan KTUN hakim akan berpedoman pada ketentuan - ketentuan yang diatur dalam pasal 67 ayat 4 yang menentukan bahwa : Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b : “Tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum dalam rangka pembangunan menharuskan dilaksanakannya keputusan tersebut.” Dalam hal ini diperlukan pertimbangan yang matang dari ketua pengadilan atau majelis hakim sebagai suatu ukuran untuk menolak permohonan penundaan KTUN karena di dalam Undang – Undang tidak mengatur atau mengaur secara jelas mengenai kepentingan umum yang dimaksud oleh Undang - Undang.

Ukuran semacam itu tidak diberikan oleh Undang – Undang dan Undang – Undang hanya memberikan batasan, bahwa permohonan penundaan pelaksanaan seperti itu tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum dalam rangka pembangunan mengharuskan dilaksanakannya keputusan yang disengketakan itu sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 67 ayat 4 Undang – Undang No. 5 Tahun 1986.3 Penolakan mengenai permohonan penundaan tidak diatur secara jelas, maka majelis hakim atau ketua pengadilan cukup hanya dengan mendiamkan atau tidak memberi jawaban atas permohonan penundaan yang diajukan oleh penggugat tersebut atau cukup dengan menjawab permohonan tersebut masih dipertimbangkan apabila penggugat menanyakan hal tersebut. Kepentingan umum sebagaimana dimaksud oleh Undang – Undang diartikan oleh hakimsebagai keadilan bagi semua pihak. Majelis jakim akan mempertimbangkan kepentingan umum tersebut sebagai pembangunan atau upaya dalam menyediakan sandang, pangan dan papan bagi kebutuhan masyarakat.

3Zairin Harahap, 2005, Hukum Acara Tata Usaha Negara Indonesia, Cetakan IV, Rajawali Pers, Jakarta.Hal. 38

(9)

5 III. KESIMPULAN

Kriteria kepentingan yang sangat mendesak dari penggugat yang menjadi dasar dikabulkannya permohonan penundaan KTUN adalah dimana penggugat akan menderita kerugian yang sifatnya langsung dan tunai kepada penggugat yang disbabkan dengan adanya tindakan yang faktual dari pemerintah. Sehingga apabila tidak dikabulkan permohonan penundaan tersebut, akan menjadi sangat sulit bagi penggugat untuk mengembalikan terhadap obyek yag disengketakan dalam KTUN tersebut.

Kriteria kepentingan umum yang menjadi dasar ditolaknya permohonan penundaan KTUN adalah pembangunan atau upaya dalam menyediakan sandang, pangan, dan papan bagi kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat akan menderita kerugian atau menyangkut keperluan masyarakat yang sangat membutuhkan apabila KTUN tersebut tidak segera dilaksanakan.

Daftar Pustaka BUKU-BUKU :

Abdullah Rozali, 1991, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Rajawali Pers, Jakarta

Harahap Zairin, 2005, Hukum Acara Tata Usaha Negara Indonesia, Cetakan IV, Rajawali Pers, Jakarta

Wiyono, 2005, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Jakarta PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang – Undang No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan tersebut jika dibandingkan dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf c Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.09-HT.05.10 Tahun 1998 Tentang

Berdasarkan Pasal 225 ayat (2) dan (3) UUK, bahwa dengan adanya permohonan PKPU oleh debitor maupun oleh kreditor, Hakim harus mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran

Adira Finance perihal kepemilikan motor yang diajukan permohonan kredit sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 35 UU Jaminan Fidusia, sehingga unsur melakukan perbuatan

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan diatur bahwa dalam hal

(4) Permohonan pengesahan perubahan PDP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampirkan dokumen sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Grasi, merubah merubah Pasal 7 ayat (2): Permohonan grasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan

Pembinaan, diatur dalam Pasal 3 ayat 1 huruf (c) Peraturan BPOM yaitu suatu proses sosialisasi atau edukasi terhadap bahan tambahan yang dijinkan sesuai dengan yang

Ketentuan Fatwa Mahkamah Agung Nomor WKMA/Yud/20/VIII/2006 yang mengutip Pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 yang mengatakan bahwa “Pasal 4 ayat 1