1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Islam diturunkan ke bumi sebagai rahmah (rahmatan lil-‘aalamiin), yaitu agama yang memberikan kebaikan dan kasih sayang kepada seluruh alam semesta ciptaan Allah SWT. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya. Tujuan utamanya adalah untuk menyembah dan mengabdi kepada Allah SWT. Sebagaimana yang Allah cantumkan dalam Al-Qur’an surat Al-Żāriyāt ayat 56, yang berbunyi :
نْو د بْع ي ل َّلا ا سْن ْلاا و َّن ْلجا تْق ل خ ا م و
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.1
Pernikahan adalah salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Allah SWT menciptakan dua jenis kelamin laki- laki serta perempuan tidak lain agar mereka berpasang-pasangan dan memiliki keturunan. Hal ini juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 72 :
اًجا وْز ا ْم ك س فْ ن ا ْن ٰم ْم ك ل ل ع ج هٰللّا و ن ٰم ْم ك ق ز رَّو ًة د ف ح و ْين ن ب ْم ك جا وْز ا ْن ٰم ْم ك ل ل ع جَّو
تهب ٰيَّطلا نْو ر فْك ي ْم ه هٰللّا ت مْع ن ب و نْو ن مْؤ ي ل طا بْلا ب ف ا ۗ
ۗ
“Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, serta
1 Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaannya, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2019), hal. 523.
menganugerahi kamu rezeki yang baik-baik. Mengapa terhadap yang batil mereka beriman, sedangkan terhadap nikmat Allah mereka ingkar?”.2
Selain untuk menyembah dan mengabdi kepada Allah SWT, tujuan lain dari pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan bunyi ketentuan Bab 1 Dasar Perkawinan, Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”.3
Untuk mencapai tujuan pernikahan yang sesuai dengan harapan dan cita-cita setiap keluarga, diperlukan adanya strategi-strategi penting dalam menjaga dan menjalani hubungan tersebut. Salah satunya adalah pemenuhan hak dan kewajiban suami-istri dalam menjalankan status dan perannya dalam keluarga. Selain itu, pemenuhan nafkah juga menjadi faktor terpenting dalam menjaga rumah tangga.
Bukan hanya nafkah lahiriyah atau ekonomi saja, melainkan juga nafkah batin atau kebutuhan biologis agar hubungan antara suami dan istri dapat menjadi semakin harmonis.
Keluarga yang harmonis merupakan ciri keluarga yang sehat, dimana telah tercipta keseimbangan di dalam masing-masing individu yang berkecimpung di dalamnya. Dengan harmonisnya sebuah rumah tangga, akan membentuk karakter- karakter pribadi yang baik dan unggul, terutama bibit keturunan yang akan lahir didalamnya.
Sedangkan, apabila suatu keluarga tidak mendapatkan keharmonisan dalam menjalani rumah tangganya, maka akan menimbulkan berbagai dampak negatif seperti konflik-konflik yang secara perlahan dapat menghancurkan keluarga tersebut. Beberapa dampak yang akan terlihat adalah dalam pertumbuhan
2 Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya Edisi Penyempurnaannya, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2019), hal. 274.
3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Pustaka : Yayasan Peduli Anak Negeri (YPAN)
kepribadian anak, mental masing-masing kepribadian individu keluarga, serta dampak yang paling buruk untuk dihadapi ialah perceraian.
Ada banyak faktor yang dapat menunjang terciptanya keharmonisan rumah tangga. Faktor yang paling penting adalah kekompakan dan kesamaan presepsi oleh kedua nahkoda rumah tangga, yaitu suami dan istri. Hubungan yang baik antara suami dengan istri dapat ditunjang dengan komunikasi dan kerja sama yang baik dalam menjalani hubungan suami-istri. Hubungan tersebut bukan hanya difungsikan sebagai pemenuhan kebutuhan dasar biologis antara pria dan wanita dewasa yang sudah melakukan pernikahan yang sah dan juga sebagai cara untuk memelihara keturunan saja. Akan tetapi, hal tersebut menjadi salah satu kunci yang terpenting dalam berumah tangga, yaitu mempererat hubungan suami-istri dan menjaga kualitas rumah tangga yang dibina.
Hubungan intim (hubungan badan) yang dilakukan oleh sepasang suami-istri merupakan keharusan yang bernilai ibadah. Hubungan suami-istri yang baik hendaknya dilakukan dengan perasaan sama-sama cinta, suka dan persetujuan diantara keduanya untuk melakukan hubungan tersebut, agar terciptanya suasana yang menyenangkan dan romantis. Dalam menjalani hubungan tersebut dibutuhkan kesiapan mental, batin serta kondisi yang mendukung dalam melakukannya. Apabila tidak, maka akan ada dampak-dampak yang ditimbulkan berupa kerugian terhadap salah satu pihak yang diposisikan menjadi korban.
Jika pada hubungan tersebut ada yang merasa dirugikan, maka hal itu dapat mempengaruhi keharmonisan antara suami dan istri. Fakta yang terjadi, hingga saat ini masih banyak terdapat pasangan suami-istri yang melakukan hubungan badan dengan cara paksa atau bahkan kekerasan.
Kekerasan yang dilakukan berupa bentuk perkosaan terhadap perempuan.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa kejahatan pemerkosaan bukan hanya dapat dilakukan oleh oknum dalam ikatan di luar pernikahan saja, akan tetapi tindakan tersebut juga dapat dilakukan oleh suami terhadap istri sahnya dalam ikatan tali pernikahan. tindakan perkosaan dalam ikatan pernikahan tersebut dikenal dengan
istilah asing marital rape.4 Marital rape dapat terjadi ketika adanya pemaksaan dalam melakukan hubungan suami-istri untuk mendapatkan pelayanan seksual sebagai kebutuhannya tanpa persetujuan atau kerelaan salah satu pihak yang bersangkutan. Dalam kasus kekerasan atau perkosaan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa pihak perempuan adalah pihak yang paling banyak dirugikan dan menjadi korban dalam kasus kekerasan seksual.5
Ketidakrelaan yang dirasakan oleh pihak yang bersangkutan dapat terjadi karena beberapa hal yang melatar belakangi perasaan tersebut, diantaranya adalah faktor fisik yang tidak mendukung untuk melakukan hubungan badan, seperti kelelahan, sakit, masa haid atau bahkan faktor psikologis yang belum mendukung karena suatu perkara yang membuat salah satu pihak tersebut betul-betul membutuhkan ketenangan dan merasa kehilangan hasratnya untuk melakukan hubungan badan dalam sementara waktu.
Dalam kasus kekerasan terhadap perempuan secara umum, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (KOMNAS Perempuan) telah melaporkan pada Catatan Tahunan (CATAHU) tentang data jumlah kekerasan yang terjadi pada setiap tahunnya. Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap perempuan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada gambar grafik kekerasan seksual dari tahun 2015 hingga 2019 lalu. Berikut gambar grafik laporan kasusnya:
4 Titin Samsudin, Marital rape sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia, Jurnal Al-Ulum, Vol. 10 No. 2, (2010) hal. 341.
5 Megha Mohan, Perempuan di Dunia Banyak Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual : Satu dari Tiga Perempuan Jadi Korban, (Ungkap Studi WHO. BBC News Indonesia).
(https://www.bbc.com/indonesia/dunia-56342562 , diakses 27 April 2021).
Gambar 1.1 Grafik Kasus Kekerasan Seksual di Indonesia Sepanjang Tahun 2015-2019 (Komnasperempuan.go.id, diakses 27 April 2021)
Dilansir dari CATAHU 2019, telah tercatat sebanyak 406.178 kasus kekerasan, sedangkan di tahun 2020 tercatat 431.471 kasus.6 Dalam selisih 1 tahunnya, antara tahun 2019 hingga 2020 terdapat peningkatan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sebanyak 6%. Jumlah kasus tersebut terkumpul dari 33 provinsi.
Data kekerasan yang dikumpulkan terbagi dari 3 ranah kasus dari beberapa daerah di Indonesia. Berikut ranah kasus beserta jumlah kasus yang terjadi dari masing-masing ranahnya:7
6 Komnas Perempuan, (https://komnasperempuan.go.id/catatan-tahunan-detail/catahu-2020- kekerasan-terhadap-perempuan-meningkat-kebijakan-penghapusan-kekerasan-seksual-
menciptakan-ruang-aman-bagi-perempuan-dan-anak-perempuan-catatan-kekerasan-terhadap- perempuan-tahun-2019, diakses 27 April 2020).
7 Data Laporan Komnas Perempuan (https://komnasperempuan.go.id/catatan-tahunan-detail/info- grafis-catahu-2020-catatan-tahunan-kekerasan-terhadap-perempuan-tahun-2019, diakses pada 27 April 2020).
Gambar 1.2 Grafis Kekerasan Seksual di Indonesia Menurut Ranahnya (Komnasperempuan.go.id, diakses 27 April 2021)
Tabel 2Jumlah Kasus Kekerasan Seksual berdasarkan CATAHU KOMNAS Perempuan Tahun 2020.
Ranah Kasus Penjelasan Presentase Kasus Jumlah Kasus
Personal / Privat
Pelaku adalah orang yang memiliki
hubungan darah, kekerabatan, perkawinan (suami), maupun relasi intim dengan korban (pacar).
75% 11.105 kasus
Publik / Komunitas
Pelaku dengan korban tidak memiliki
hubungan darah, 24% 3.602 kasus
kekerabatan ataupun perkawinan.
Negara
Pelaku adalah aparatur negara dalam kapasitas tugas.
1% 12 kasus
Melihat dari hasil data di atas, dapat diketahui bahwasanya kasus kekerasan seksual yang terjadi di masyarakat sangat banyak jumlahnya. Jumlah tersebut adalah jumlah sementara yang diketahui jelas permasalahannya karena adanya sebuah laporan kepada pihak yang berwajib atas penanganan kasus tersebut. Belum lagi jika masih banyak pihak korban khususnya pada perempuan diluar sana yang belum melapor dan justru menyimpan kasus tersebut sendiri tanpa ingin diketahui pihak lain.
Agama Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan segala urusan umatnya dalam segala aspek kehidupannya. Hal ini bertujuan untuk menemukan titik terang pada setiap permasalahan yang terjadi dan membawa kebaikan untuk seluruh umatnya. Islam juga sangat memperhatikan keseimbangan hak dan kewajiban yang ada pada suami-istri agar keduanya merasa adil dan tidak ada yang dirugikan. Jika Marital rape terus terjadi, maka akan ada banyak kebahayaan dan dampak yang ditimbulkan. Kekerasan seksual dalam pernikahan yang dilakukan oleh suami kepada istrinya merupakan suatu kebahayaan yang nyata.
Bagaimana tidak, terkadang pemenuhan nafkah batin oleh istri kepada suami dianggap sebagai sebuah kewajiban yang harus dilakukan kapan saja saat suami menginginkannya. Disamping itu, banyak dari suami yang merasa bahwa dirinya adalah kepala keluarga yang berhak untuk mendapatkan pelayanan apa saja dari istrinya termasuk terpenuhinya kebutuhan biologis tanpa melihat atau memahami kondisi dan keadaan sang istri. Bahkan istri yang enggan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dianggap telah melakukan ketidaksenangan yang terjadi
diantara suami-istri (nusyuz)8 karena masih banyak suami yang mengandalkan alasannya dengan berpatokan kepada sebuah hadits :
ل جَّرلا ا ع د ا ذ إ :ملسو هيلع الله ىلص الله لو س ر لا ق : لا ق هنع الله يضر ةريره بي أ نع ه شا رف لَ إ ه تأ رما حبْص ت َّتَّ ح ة ك ئلا لما ا هْ ت ن ع ل ،ا هْ ي ل ع نا بْض غ تا ب ف ، ه ت تأ ْم ل ف
“Dari Abu Hurairah r.a nabi ﷺ bersabda: Apabila seorang suami mengajak ke tempat tidur, lantas ia tidak mau datang, maka malaikat melaknatnya hingga Subuh tiba.”9
Jika masih banyak suami yang dibiarkan hanya mengandalkan satu hadits tersebut tanpa mengetahui implementasi di dalamnya, atau wawasan lain mengenai adab berhubungan suami-istri yang baik, maka korban kekerasan seksual akan terus meningkat. Dalam hukum Islam telah diatur beberapa kaidah, yaitu salah satu hal penting yang dijadikan sebagai pedoman bagi umat Islam untuk menyelesaikan masalah hukum yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari,10 patokan atau aturan yang mengatur perilaku manusia dalam kehidupan dan bermasyarakat.
Terdapat beberapa kaidah yang menjadi kaidah dasar atau kaidah pokok dari segala kaidah (Kaidah Asasiyah Kubro), salah satunya adalah kaidah “Ad-dhararu yuzalu”
yang artinya “kesulitan atau kebahayaan harus dihilangkan”.11
Lantas, apa sajakah dampak-dampak yang akan terjadi apabila hubungan suami-istri yang dilakukan keduanya dilakukan tanpa persetujuan dari salah satu pihak yang menjalani? Apakah hal demikian termasuk tindak kejahatan, Sedangkan
8 Sri Wahyuni, Konsep Nusyuz dan Kekerasan terhadap Istri:Perbandingan Hukum Positif dan Fiqih, Jurnal Al-Ahwal, Vol.1, No.1, (2008) hal. 18-30.
9 Lihat Penjelasan:Imam Abdulloh Muhammad bin Isma‟il Al Bukhori. Shohih Bukhori Juz 3, hal.
260. Dari, M. Abi Mahrus Ubaidillah dan Ahmad Fauzi, “Larangan Pemaksaan Hubungan Seksual oleh Suami terhadap Istri”, Minhaj:Jurnal Ilmu Syari’ah, Vol. 1, No. 1, (2020) hal. 1-17.
10 Duski Ibrahim, Al-Qawa’id Al-Fiqihiyah (Kaidah-Kaidah Fiqih), (Palembang : CV. Amanah, 2019) Cet. 1 Hal. 1.
11 Hammam, Urgensi Kaidah Fiqihiyyah dalam Perumusan Hukum dan Implementasinya dalam Fatwa DSN-MUI, Jurnal Et-Tijarie, Vol. 4, No. 1, (2017) hal. 49-75.
keduanya merupakan pasangan suami dan istri yang sah secara agama dan negara?
Lantas dari hal ini, bagaimanakah hukum marital rape itu sendiri jika ditinjau dari perspektif hukum Islam dalam kaidah fiqih asasiyah “Ad-dhararu yuzalu”?
Alasan peneliti menjadikan kaidah fiqih tersebut menjadi pisau analisis, dikarenakan peneliti ingin lebih mendalami permasalahan yang terjadi atau menganalisa lebih jauh tentang kasus yang terjadi jika di implementasikan atau ditelaah dengan sudut pandang kaidah yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Dan sebaliknya, apabila peneliti menggunakan sebuah ayat Al-Qur’an atau Hadits Rasulullah ﷺ untuk menelaah sebuah kasus secara langsung, maka dikhawatirkan akan terdapat jawaban sepihak ataupun doktrinal tentang sebuah kasus tanpa menelaah dan mengkaji lebih jauh permasalahan atau kasus tersebut lebih jauh.
Penulis juga menemukan kasus-kasus yang masuk ke dalam marital rape di locus penelitian dilakukan. Hal ini juga yang akan menjadi acuan bagi masyarakat agar dalam menangani sebuah permasalahan dalam kehidupan sosial, masyarakat tidak akan dengan mudah melakukan doktrinal terhadap keputusan yang dibuat hanya dengan bersandarkan pada satu atau dua sumber yang sudah ada. akan tetapi, masyarakat juga diharapkan bisa lebih cermat dan kritis terhadap sebuah kasus dengan mengkajinya lebih mendalam dengan melihat dari berbagai sudut pandang serta sebab – akibat yang ditimbulkan dari adanya kasus serta sumber informasi dan sumber hukum tersebut.
Oleh karena itu sangat penting bagi peneliti untuk membahas lebih dalam sudut pandang hukum marital rape dari kaidah Fiqih tersebut, karena peneliti tidak menginginkan lebih banyak lagi kasus perkosaan-perkosaan dalam rumah tangga terus terjadi di Indonesia, terlebih lagi yang paling banyak dirugikan dari kasus ini adalah perempuan. Dengan demikian, peneliti merumuskan judul :“Perkosaan dalam Rumah Tangga (Marital Rape) Ditinjau dari Kaidah Asasiyah Fiqih Ad- dhararu yuzalu : Studi Kasus Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini terfokus pada rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman marital rape dalam pandangan masyarakat Pandaan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan?
2. Bagaimanakah tinjauan kaidah fiqih “Ad-dhararu yuzalu” terhadap marital rape?
1.3 Tujuan dan Kontribusi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap beberapa hal, diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat Pandaan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan tentang marital rape .
2. Untuk mengetahui dan meninjau kaidah fiqih “Ad-dhararu yuzalu”
terhadap marital rape.
Sedangkan kontribusi yang dihasilkan oleh penelitian ini antara lain :
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang mendalam dan komprehensif mengenai maksud-maksud dan sebab-sebab terjadinya marital rape beserta dampak yang ditimbulkan serta tinjauan kaidah fiqih terhadap hukum marital rape tersebut.
1.3.1 Teoritis
a. Menghasilkan dan memperkaya sumbangan khazanah keilmuan mengenai permasalahan marital rape khususnya tinjauannya dalam kaidah fiqih asasiyah “Ad-dhararu yuzalu”.
b. Penelitian ini diharap mampu memperkaya khazanah keilmuan dibidang akademik, serta menjadi rujukan dalam menyelesaikan permasalahan serupa yang terjadi di masyarakat.
1.3.2 Praktis
a. Bagi masyarakat dalam upaya pembekalan dan pengetahuan mengenai marital rape secara hukum Islam serta tinjauan dari kaidah asasiyah fiqih
“Ad-dhararu yuzalu”.
b. Bagi Pasangan suami-istri dalam upaya menjaga keharmonisan dan keutuhan rumah tangga.
c. Penelitian ini mencoba untuk menjawab problematika seperti kasus di atas yang mungkin juga masih terjadi dibeberapa daerah dan kalangan masyarakat.
1.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang perkosaan dalam perkawinan (marital rape) sudah banyak dilakukan, akan tetapi hampir keseluruhan berisi tentang hukum dalam undang- undang dan penjabaran pasal serta pengertian marital rape secara umumnya saja.
Hasil riset peneliti, masih belum ditemukan penelitian tentang tinjauan marital rape itu sendiri menurut kaidah Asasiyah Fiqih “Ad-dhararu yuzalu”. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa penelitian-penelitian terdahulu diantaranya:
Penelitian yang akan dibahas pertama ini dilakukan oleh Ni Made Sintia Ardi Ari dan Ida Bagus Surya Dharma Jaya, yang merupakan alumni dari Fakultas Hukum Universitas Udayana dan telah mengambil Program Kekhususan Hukum Pidana. Penelitian tersebut dibuat sebuah Jurnal yang berjudul “Perkosaan dalam Perkawinan (marital rape) Ditinjau dari Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga”.12 Metode Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Sintia Ardi Ari dan Ida Bagus Surya Dharma Jaya ini merupakan penelitian hukum normatif atau doktrinal.13 Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap teori serta tinjauan hukum dari undang-undang serta sanksi yang ditimbulkan dari kasus marital rape, tidak pada pendapat tokoh atau ahli mengenai kasus marital rape tersebut. Serta obyek penelitian yang dituju ialah hukum-hukum yang mengatur kasus atau permasalahan tersebut.
Penelitian kedua yang akan dibahas dilakukan oleh M. Irfan Syaifuddin dalam jurnalnya yang berjudul “Konsepsi Marital rape dalam Fiqih Munakahat”.14
12 Ni Made Sintia Ardi Ari dan Ida Bagus Surya Dharma Jaya, Perkosaan dalam Perkawinan (marital rape) Ditinjau dari Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Kertha Wicara:Jurnal Ilmu Hukum, Vol.8, No.7, (2019) hal. 14.
13 Jonaedi Efendi, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Prenadamedia Group, 2018) hal. 124.
14 M. Irfan Syaifuddin, Konsepsi Marital rape dalam Fiqih Munakahat, Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, Vol. 3, No. 2, (2018) hal. 20.
Penulis berasal dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Dalam penelitian ini, penulis menjabarkan pengertian marital rape secara umum, dimana marital rape merupakan salah satu tindak kejahatan yang digolongkan terhadap tindak perkosaan serta meninjaunya lebih dalam kepada perspektif fiqih munakahat.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Aldila Arumita Sari dan R. B. Sularto, dalam jurnal yang telah diterbitkan dengan judul penelitian, “Kebijakan Formulasi Kekerasan dalam Seksual Terhadap Istri (marital rape) Berbasis Keadilan Gender di Indonesia”.15 Kedua Peneliti ini merupakan mahasiswi dan mahasiswa dari Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro.
Dalam penelitiannya, kedua peneliti ini menelaah kebijakan formulasi kasus marital rape dari sudut pandang hukum pidana serta keadilan gender yang terdapat di Indonesia.
Penelitian keempat yang akan disampaikan oleh peneliti ialah, penelitian yang dilakukan oleh Zikri Darussamin dan rekannya Armansyah. Zikri Darussamin berasal dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau. Sedangkan Armansyah merupakan bagian dari Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dalam penelitian yang berjudul “Marital rape sebagai Alasan Perceraian dalam Kajian Maqashid Syari’ah”16, Kedua penulis memaparkan tentang pengertian marital rape secara umum dan hukum islam, kemudian mengemukakan dampak besar daripada marital rape, yaitu peceraian. Dari dampak yang ditimbulkan ini, penulis meninjau kembali perspektif maqashid syari’ah terhadap dampak yang ditimbulkan tersebut.
Penelitian selanjutnya dibahas oleh Trijayanti Putri Andayani dan Nurul Hidayat dalam Jurnalnya yang berjudul “Ruang Negosiasi Seksual Perempuan
15 Aldila Arumita Sari dan R.B. Sularto, Kebijakan Formulasi Kekerasan dalam Seksual terhadap Istri (Marital rape), Jurnal Pembangunan Hukum Islam, Vol.1, No. 1 (2019) hal. 11.
16 Zikri Darussamin dan Armansyah, Marital rape sebagai Alasan Perceraian dalam Kajian Maqasid Syari’ah, Jurnal Al-Ahwal, Vol. 12, No. 1 (2019) hal. 15.
dalam marital rape di Jember”.17 Dalam jurnal ini, kedua penulis menjelaskan tentang suara-suara perempuan untuk mengutarakan bagaimana kedudukan dan hak mereka dalam menjalani rumah tangga sebagai seorang istri, serta bagaimana saja perlakuan yang mereka dapatkan dari sosok seorang kepala keluarga.
Penelitian yang terakhir oleh Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, Lis Julianti dan Gusti Bagus Ngurah Agung dalam jurnal yang berjudul “Kekerasan Seksualitas terhadap Perempuan oleh Suami ditinjau dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)”.18 Dalam penelitian ini, ketiga penulis tersebut menjelaskan tentang bagaimana Undang- undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) memberikan jaminan dan perlindungan terhadap perempuan akan kekerasan atau kasus yang mereka alami. Selain itu, penulis juga menjelaskan bagaimana implementasi hukum bertindak dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa judul yang diajukan peneliti memiliki fokus yang berbeda dari penelitian-penelitian terdahulu yang sudah ada. Tabel berikut memperjelas perbedaan tersebut:
Tabel 3 Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul
Penelitian Persamaan Perbedaan Originalitas
Penelitian 1. Ni Made Sintia Ardi Ari
dan Ida Bagus Surya Dharma Jaya. Jurnal :
“Perkosaan dalam Perkawinan (Marital rape) Ditinjau dari
1. Meneliti tentang Kekerasan Seksual dalam Perkawinan (Marital rape)
1. Penelitian hanya terfokus pada Tinjauan Hukum Marital rape dalam Undang-Undang.
2. Objek Penelitiannya adalah Hukum dan
1. Studi kasus dan
wawasan mengenai marital rape.
17 Trijayanti Putri Andayani dan Nurul Hidayat, Ruang Negosiasi Seksual Perempuan dalam Marital rape di Jember (The Sexual Negotiation Space of Women in the Marital rape in Jember), Jurnal Entitas Sosiologi, Vol. 8, No. 2 (2019).
18 Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, Lis Julianti dan Gusti Bagus Ngurah Agung, Kekerasan Seksualitas terhadap Perempuan oleh Suami ditinjau dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), Jurnal Hukum Saraswati, Vol. 1 No. 2 (2019). 163-178.
Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga”
Undang-Undang atau Pasal yang mengaturnya.
3. Lokasi Penelitian dari Bali.
4. Metode Penelitian yang digunakan ialah penelitian hukum normatif atau doktrinal.
2. Tinjauan kaidah asasiyah fiqih “Ad- dhararu yuzalu”
terhadap kasus marital rape 3. Studi kasus
Pandaan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
4. Objek penelitian adalah penelitian lapangan (Field Research).
2. M. Irfan Syaifuddin.
Jurnal : “Konsepsi Marital rape dalam Fiqih Munakahat”
1. Meneliti tentang Kekerasan Seksual dalam Perkawinan (Marital rape)
1. Penelitian mengarah kepada tinjauan marital rape dalam fiqih munakahat.
3. Aldila Arumita Sari dan R. B. Sularto. Jurnal :
“Kebijakan Formulasi Kekerasan dalam Seksual Terhadap Istri (Marital rape) Berbasis Keadilan Gender di Indonesia”
1. Meneliti tentang Kekerasan Seksual dalam Perkawinan (Marital rape)
1. Penelitian terfokus dalam meninjau kasus marital rape dari segi hukum pidana.
2. Penelitian juga meninjau keadilan gender dalam kasus marital rape.
3. Lingkup penelitian meliputi keseluruhan negara Indonesia 4. Zikri Darussamin dan
Armansyah. Jurnal :
“Marital rape sebagai Alasan Perceraian dalam Kajian Maqashid Syari’ah”.
1. Meneliti tentang Kekerasan Seksual dalam Perkawinan (Marital rape)
1. Penelitian mengarah secara spesifik terhadap dampak dari marital rape yaitu perceraian.
2. Mengkaji marital rape dalam maqashid syari’ah.
5. Trijayanti Putri Andayani dan Nurul Hidayat, Jurnal : “Ruang Negosiasi Seksual Perempuan dalam Marital rape di Jember (The Sexual
1.Meneliti tentang Kekerasan Seksual dalam Perkawinan (Marital rape)
1.Mengkaji khusus pendapat-pendapat perempuan mengenai kekerasan seksual yang dialami dalam kehidupan rumah tangganya.
Negotiation Space of Women in the Marital rape in Jember)”.
2. Studi kasus di Jember.
6. Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, Lis Julianti dan Gusti Bagus Ngurah Agung, Jurnal :
“Kekerasan Seksualitas terhadap Perempuan oleh Suami ditinjau dalam Perspektif Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)”
1.Meneliti tentang Kekerasan Seksual dalam Perkawinan (Marital rape)
1. Meninjau Undang- undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian tentang kekerasan seksual dalam perkawinan (marital rape) yang sudah banyak sekali dibahas, akan tetapi tidak ada sama sekali yang terfokus dalam membahas tinjauan marital rape dalam kaidah asasiyah fiqih khususnya pada kaidah “Ad-dhararu yuzalu”.
1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yang mempunyai karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil. Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif serta makna merupakan hal yang esensial.
Penelitian kali ini dimulai dari identifikasi masalah yang ada, dilanjutkan dengan mengkaji teori, menganalisa permasalahan, lalu yang terakhir membuat kesimpulan. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan normatif-empiris.
Artinya, penelitian ini dilakukan dengan metode menggabungkan unsur hukum normatif yang kemudian didukung dengan penambahan data atau unsur empiris.
Pendekatan atas metode penelitian dilakukan berdasarkan atas telaah terhadap
berbagai macam konsep maupun teori-teori yang mendasarinya serta hukum Islam yang ada dan sesuai dengan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Dalam hal ini, penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni penelitian Lapangan (Field Research), yaitu “suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data yang ada di lapangan”.19 Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Taylor dan Bodgan, metode kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang akan menghasilkan sebuah data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau bahkan secara lisan dari subjek atau orang-orang yang diamati dalam penelitian tersebut.
Pendekatan tersebut diarahkan pada individu dan latar tersebut secara utuh keseluruhan.20
Peneliti juga melakukan wawancara, yaitu teknik atau cara mengumpulkan data dengan melakukan percakapan atau bertatap muka dengan orang yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian yang dilakukan (informan) untuk mendapatkan keterangan secara lisan. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara tidak terstruktur, artinya pertanyaan yang diajukan bebas, wawancara dalam kondisi non formal serta informan dapat dengan leluasa mengutarakan informasi yang akan diberikan berkaitan dengan pertanyaan.
1.5.2 Locus Penelitian
Locus penelitian ini terletak di Pandaan, kecamatan Pandaan, kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pandaan merupakan kecamatan yang sudah modern dengan berbagai fasilitas pertokoan yang menyediakan berbagai kebutuhan sandang pangan masyarakat. Selain itu, di Pandaan terdapat beberapa Perusahaan Terbatas (PT) yang memberikan peluang pekerjaan tinggi bagi masyarakat dalam daerah maupun luar daerah. Dalam bidang kerohanian, Pandaan merupakan salah satu kecamatan luas yang berada dalam kabupaten Pasuruan, dimana kabupaten Pasuruan sendiri ialah kabupaten yang terkenal sebagai kota santri. Sehingga kesadaran keagamaan masyarakat kecamatan Pandaan dalam bentuk pengamalan
19 Suharismi Arikunto, Dasar – Dasar Research. (Tarsoto:Bandung : 1995), h. 58
20 Lexy. J. Moleong ,Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991), h. 3
kegiatan sehari-sehari juga dinilai cukup baik. Namun, masih banyak juga masyarakat yang kurang menerapkan nilai-nilai keagamaan sebagai dasar panduan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga.
Pertimbangan peneliti dalam memilih locus penelitian ini adalah :
a. Tempat tinggal peneliti berada di kecamatan Pandaan, sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian di tengah pandemi covid-19 yang masih membatasi pergerakan untuk bepergian di luar daerah, serta untuk mencegah terjadinya paparan dari luar daerah.
b. Kecamatan Pandaan memiliki jumlah kepala keluarga cukup banyak dengan berbagai profesi dan latar belakang sehingga memudahkan peneliti untuk mengambil sampel subjek penelitian dari berbagai bidang pekerjaan dan pengalaman yang dimiliki.
c. Berbagai profesi dan latar belakang masyarakat membuka kemungkinan banyaknya kasus kriminalitas yang terjadi, khususnya kekerasan seksual.
1.6 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara atau kumpulan dari berbagai pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap informan.
1.7 Sumber Data 1.7.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumbernya. Data ini dapat dikumpulkan dengan wawancara langsung terhadap informan, yakni antara peneliti dan subjek penelitian dan diskusi terfokus dalam wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai beberapa masyarakat dari beberapa macam profesi dan latar belakang termasuk beberapa pelaku rumah tangga sebagai subjek utama yang terkait dengan penelitian.
1.7.2 Data Sekunder
Data sekunder yang dimaksud pada penelitian ini adalah dengan memanfaatkan berbagai macam literatur dan sumber data tertulis yang berkaitan
dengan tujuan dan fokus penelitian, seperti dokumen, buku, jurnal, internet serta penelitian ilmiah lainnya yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
1.7.3 Data Tersier
Data tersier merupakan data penunjang dari data primer dan data sekunder untuk lebih melengkapi sumber data yang ada. Data tersier diperoleh dari kamus, insiklopedia, direktori, dan lain sebagainya yang terkait dengan penelitian.
1.8 Teknik Pengumpulan Data
Upaya yang dilakukan oleh peneliti guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah :
1.8.1 Metode Wawancara
Bagi peneliti kualitatif, suatu fenomena atau permasalahan akan dapat dimengerti maksudnya secara baik jika dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara yang mendalam.
Adapun wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Karena dengan menggunakan wawancara yang tidak terstruktur, pelaksanaan penelitian akan dapat dilakukan secara lebih bebas, nyaman dan tidak formal, sehingga informan bisa dengan leluasa mengungkapkan informasi yang akan diberikan.
Mengenai informan pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti ialah, beberapa tokoh atau ahli yang berkompeten dalam bidang keilmuan yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, khususnya beberapa dosen yang memahami tentang fiqih munakahat. Selain itu, informan juga berasal dari beberapa pelaku rumah tangga.
1.8.2 Teknik Pemilihan Informan
Dalam memilih seorang informan, peneliti menentukan beberapa kriteria yang harus terpenuhi untuk menentukan informan wawancara. Dalam menentukan kriteria tersebut, peneliti menggunakan teknik purpossive sampling. Teknik purpossive sampling merupakan salah satu jenis dari teknik pengambilan sampel yang biasanya dipergunakan untuk melakukan penelitian ilmiah. Purpossive
sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008).
Adapun beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti untuk menentukan seorang informan adalah sebagai berikut :
a. Informan merupakan masyarakat yang sudah berumahtangga
b. Informan memahami tentang pengertian atau maksud dari kasus marital rape.
c. Informan merupakan masyarakat yang memahami agama Islam dengan baik.
d. Informan merupakan masyarakat yang memahami ilmu kesehatan khususnya organ reproduksi dan psikologi.
Banyaknya informan yang dipilih oleh peneliti berjumlah 4 hingga 5 orang, hal tersebut dikarenakan peneliti ingin melakukan wawancara mendalam dan terfokus terhadap informan yang memiliki profesi serta latar belakang yang berbeda-beda. Dengan jumlah informan tersebut diharapkan peneliti mendapatkan informasi yang luas dan gamblang.
1.8.3 Metode Dokumentasi
Di samping itu, untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). Teknik pengumpulan data pada dokumentasi dalam penelitian yang dilakukan dapat dilakukan dengan menganalisis dokumen baik gambar, elektronik maupun tertulis.
1.9 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, kepustakaan dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mengorganisasikan data dan memilih mana yang penting serta mana yang perlu dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.21 Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif sebagaimana yang
21 Sugiyono, 2007: 333-345.
dikemukakan oleh Miles dan Hubberman,22 yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan.
Dalam teknik analisis data, hal yang sudah dilakukan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah mencari permasalahan yang diteliti, yaitu kasus perkosaan dalam rumah tangga (marital rape) ditinjau dari kaidah asasiyah fiqih ad-dhararu yuzalu, studi kasus kecamatan Pandaan. Kemudian peneliti menyusun secara sistematis tahapan-tahapan penelitian telah dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari sumber-sumber kepustakaan terpercaya serta yang utama adalah melakukan wawancara secara langsung kepada informan.
1.9.1 Pengumpulan Data
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan sumber-sumber data yang didapatkan dari literasi kepustakaan terhadap berbagai macam informasi yang dibutuhkan. Data-data tersebut berasal dari buku dan makalah-makalah ilmiah lainnya, data yang sudah didapatkan kemudian disusun dalam kalimat-kalimat yang mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu, penulis juga akan memaparkan hasil wawancara secara rinci dimulai dari pertanyaan-pertanyaan hingga jawaban pemaparan dari informan.
1.9.2 Reduksi Data
Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti mencoba meringkas dan menyederhanakan data-data yang telah terkumpul sebelumnya. Pada tahap ini, peneliti hanya mengambil poin-poin terpenting untuk selanjutnya dianalisis lebih dalam.
Data-data yang direduksi berupa informasi-informasi atau kutipan-kutipan penting yang telah diambil dari buku ataupun makalah-makalah ilmiah yang ada dan tidak mengambil poin-poin lain yang tidak dibutuhkan untuk data penelitian.
Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan juga terbatas pada pertanyaan yang sudah terpilih dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melakukan penelitian.
22 Ibid., 204.
1.9.3 Penyajian Data
Setelah data-data telah diringkas dan direduksi, langkah selanjutnya yaitu menyajikan hasil sementara dari ringkasan data yang telah dianalisa sebelumnya.
Pada tahap ini peneliti akan melihat kembali tingkat akurasi dari informasi yang telah tersusun. Tahap ini memungkinkan peneliti untuk lanjut ke tahap kesimpulan ataupun menganalisa kembali jika terdapat kekurangan.
1.9.4 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahapan terakhir setelah dilakukannya seluruh rangkaian penelitian. Pada tahap ini, peneliti akan menyimpulkan hasil analisa serta penafsiran dari data dan konsep yang telah disusun dan diteliti. Dalam penelitian ini, penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh peneliti adalah pengambilan data dari hasil wawancara informan serta data-data penunjang lainnya yang didapatkan dari literasi-literasi, selanjutnya dari data tersebut ditarik kesimpulan akhir yang telah didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan.
1.10 Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan atau pengecekan terhadap keabsahan data (validasi data) merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah penelitian, khususnya dalam penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beberapa hal, yaitu uji kredibilitas penelitian (meningkatkan ketekunan, analisis kasus negatif, perpanjangan keikutsertaan/pengamatan, triangulasi, mengadakan membercheck, menggunakan referensi), konfirmabilitas, transferabilitas, maupun dependabilitas.
Dalam teknis pengecekan keabsahan data, peneliti sudah melakukan beberapa hal dalam teknis pengecekan, beberapa hal tersebut yakni :
1.10.1 Triangulasi,
Teknis triangulasi yang sudah dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi 3 hal, yaitu:
a. Triangulasi Data
Triangulasi data merupakan proses penggalian kebenaran informasi tertentu dengan menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara.
b. Triangulasi Waktu
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data penelitian dalam waktu yang berbeda.
c. Triangulasi Sumber
Peneliti melakukan penelitian berdasarkan berbagai macam sumber, termasuk wawancara. Dalam wawancara yang dilakukan, peneliti mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
1.10.2 Perpanjangan Keikutsertaan
Selama melakukan penelitian, peneliti memperpanjang keikutsertaan dalam partisipasi di dalam penelitian yang dilakukan dengan tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data yang diharapkan tercapai. Dalam penelitian ini keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini berjalan kurang lebih selama 4 bulan terhitung dengan kendala dan hambatan yang ditemui saat dilakukannya penelitian.
1.10.3 Reduksi Informasi Negatif
Dari banyaknya informasi-informasi yang didapatkan selama melakukan penelitian, peneliti membuang beberapa informasi-informasi yang tidak sesuai dengan penelitian.
1.10.4 Diskusi Sejawat
Dalam proses pelaksanaan penelitian, dilakukan diskusi atau bertukar pendapat dengan dosen pembimbing penelitian maupun pihak-pihak lain dan menyaring masukan-masukan terkait dengan penelitian yang dilakukan.
1.10.5 Ketekunan Peneliti
Peneliti melakukan ketekunan dalam mencari data-data yang harus dikumpulkan untuk tercapainya hasil penelitian. Hal tersebut dilakukan dengan mengumpulkan berbagai sumber data dan wawancara terhadap informan.
1.11 Sistematika Pembahasan
Pada bab Pertama, dijelaskan tentang pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kontribusi, penelitian terdahulu, metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika pembahasan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran umum terkait dengan masalah yang sedang dikaji.
Kemudian dalam bab Kedua, berisi tinjauan pustaka dan kerangka teori.
Menurut uraian, tata urutannya ialah tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori relevan dan terakhir terkait dengan tema skripsi yang dilakukan oleh peneliti.
Dalam bab ketiga, berisikan inti dari hasil dan pembahasan tentang penelitian yang dilakukan, yaitu berisi :
d. Hasil penelitian, klasifikasi bahasan disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitiannya.
e. Pembahasan, sub bahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu kesatuan, atau dipisah menjadi sub bahasan tersendiri.
Kemudian pada bab keempat yaitu bab terakhir adalah penutup, bab terakhir ini berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi. Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan peneliti yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Saran-saran dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi uraian mengenai langkah-langkah apa yang perlu diambil oleh pihak-pihak terkait dengan hasil penelitian yang bersangkutan.
Saran diarahkan pada dua hal, yaitu:
a. Saran dalam hal memperluas hasil penelitian
b. Saran untuk menentukan kebijakan dibidang-bidang terkait dengan masalah atau fokus penelitian.