• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak. Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Abstrak. Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Guru-guru Ekonomi SMA/MA di Kota Malang Oleh: Heri Pratikto

Abstrak

Motivasi spiritual dibangun melalui kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan cara manusia menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi dalam proses berfikir, membuat keputusan, dan dalam segala sesuatu yang manusia pikir patut untuk dilakukan. Agama merupakan sumber nilai, memberi orientasi, dan makna hidup. Agama memberikan nilai-nilai pegangan dan tuntunan dalam hidup sehingga menjadi standar-standar perilaku. Keberagamaan seseorang terbagi menjadi tiga fase, yakni keyakinan, pemikiran, dan penemuan. Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh fase-fase perkembangan keberagamaannya. Tantangan utama saat ini adalah globalisasi yang disetir oleh konsumerisme dan materialisme, komunikasi dan informasi yang membahayakan nilai-nilai spiritual. Tantangan utama bangsa Indonesia era sekarang adalah bagaimana meningkatkan kinerja professional masyarakat. Adakah pengaruh motivasi spiritual, budaya organisasi dan etos kerja, terhadap kinerja profesional.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa (a) motivasi spiritual berpengaruh langsung terhadap persepsi dan sikat atas budaya organisasi, etos kerja, dan kinerja profesional; (b) budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap etos kerja dan kinerja profesional; (c) etos kerja berpengaruh langsung terhadap kinerja profersional;

(d) budaya organisasi memiliki peranan penting dalam proses internalisasi nilai-nilai pembentuk persepsi guru atas profesi pekerjaan yang berpengaruh terhadap etos kerja, kinerja profesional.

Kata kunci: motivasi spiritual, budaya organisasi, etos kerja, kinerja professional

A. Pendahuluan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan masyarakat negara maju dengan negara miskin/berkembang terletak pada sikap dan perilaku masyarakatnya, yang telah dibentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan. Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, menunjukkan bahwa mayoritas penduduknya sehari-harinya mengikuti/mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan, sedangkan di

Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.

(2)

negara miskin/berkembang, hanya sebagian kecil masyarakatnya yang mematuhi prinsip dasar kehidupan tersebut.

Para psikolog telah memberikan sumbangan penemuan dalam rangka memahami perbedaan perilaku manusia dan masyarakat. Mereka menemukan virus mental yang dikenal dengan n Ach (need for Achievement), yakni kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi. Virus n Ach terdapat pada semacam pikiran atau keadaan yang menimbulkan dorongan atau motivasi luar biasa untuk melakukan sesuatu dengan lebih giat, lebih efisien, dan lebih baik.1 Motivasi merupakan proses psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan.2 Spiritual merupakan sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Unsur spiritual dalam diri manusia membuat kita bertanya mengapa kita mengerjakan sesuatu dan membuat kita mencari cara-cara yang secara fundamental lebih baik untuk melakukannya. Unsur spiritual itu membuat kita ingin agar hidup dan upaya kita memiliki makna.3 Pertanyaan yang muncul adalah dapatkah keyakinan dan ajaran agama mendatangkan semacam virus n Ach, yang akan menjadi sumber motivasi etos kerja tinggi, dan kinerja profesional?

Tidak diragukan bahwa agama merupakan faktor utama yang berperan dalam mewujudkan pola-pola persepsi dunia bagi manusia.

Persepsi-persepsi itu ikut mempengaruhi perkembangan dunia dan jalanya sejarah. Tentunya, persepsi itu ada relevansinya dengan aktifitas keduniaan yang dimotivasi oleh sistem keyakinan agama. Keyakinan agama memainkan peran yang sangat signifikan dalam penyelesaian masalah dan proses pengambilan keputusan.4 Pertanyaan berikutnya adalah bagaimanakah pengaruh motivasi spiritual keagamaan, khususnya orang- orang muslim dalam membentuk kinerja professional mereka?

Kondisi saat ini, bangsa Indonesia kurang kemauan untuk mematuhi dan mengajarkan prinsip dasar kehidupan yang akan memungkinkan pantas membangun masyarakat, ekonomi, dan negara.5 Kinerja bangsa Indonesia dalam konteks global masih memprihatinkan, indikatornya adalah: human divelopment index berada pada peringkat 112 dari 175 negara,

1 A.J.Asifudin, Etos Kerja Islami, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), p. 17.

2 Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi, Edisi 5, (Jakarta:

Penerbit Salemba Empat, 2004), p. 33.

3 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Capital Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis, (Bandung: PT. Mizan Pusta, 2005), p. 33.

4 Nejdet Delener, Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour Patterns:

Their Dimensions and Marketing Implications, European Journal of Marketing, Vol. 28 No.

5, 1994, pp. 36-53.

5 Santika, Manajemen Sumberdaya Manusia, (Malang: FE-UM, 2005), p. 41.

(3)

dalam bidang pendidikan dan teknologi berada pada peringkat 31 dari 31 negara Asia.6 Di bidang pendidikan, rendahnya perolehan skor rata-rata ujian akhir semua bidang studi, dan angka ketidak lulusan yang tinggi merupakan rendahnya kinerja profesional guru.7

Sektor pendidikan memiliki peran strategis dalam membentuk perilaku masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.8 Profesi guru adalah suatu profesi yang paling terhormat, paling mulia dan penentu masa depan bangsa. Betapapun hebatnya kebijakan yang diterapkan dalam bidang pendidikan, seperti pengembangan sekolah model unggulan, KBK, KTSP, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, namun demikian faktor kunci keberhasilan pendidikan di sekolah tetap ditentukan oleh tenaga kependidikannya. tuntutan terhadap profesi guru dan tenaga kependidikan sangat besar dan berat, yaitu menjadi panutan, contoh yang baik, berpenampilan yang meyakinkan, disiplin yang tinggi, penuh semangat, menjadi idola bagi siswanya, tingkah laku dan kepribadiannya yang tidak tercela, dan secara terus menerus mengabdikan diri tanpa pamrih dalam melaksanakan tugas dalam bidang pendidikan.9

Persoalan guru menurut adalah persoalan yang tiada berujung, dari sisi kekurangannya pada setiap daerah, ketepatan dalam bidang keahlian yang dibutuhkan, kesejahteraannya, sisi rekrutmen dan distribusinya. Salah satu tantangan pendidikan nasional adalah kemampuan guru yang terbatas dan kesejahteraan guru yang amat rendah, yang berpengaruh terhadap kinerja dalam melaksanakan tugas pokok.10 Latar belakang kebijakan peningkatan profesionalisme guru adalah rendahnya kualitas guru;

rendahnya kesejahteraan guru; citra, harkat, martabat dan status sosial guru semakin rendah; dan kesulitan menaikkan kesejahteraan guru.11

6 Mukhadis, Standard an sertifikasi Kompetensi Repesentasi Penjaminan Mutu Profesional Guru di Indonesia di Era Global, (Surabaya: Kumpulan Abstrak Makalah Konaspi V, 2004), p. 25.

7 Tjutju Yuniarsih, Model Pendidikan Kolaboratif sebagai upaya strategis Meningkatkan Mutu Lulusan yang Kompetitif, (Surabaya: Kumpulan Abstrak Makalah Konaspi V, 2004), p.

51.

8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas RI, 2003).

9 Anwar Pasau, Penghargaan terhadap Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan, (Surabaya:

Kumpulan Abstrak Makalah Konaspi V, 2004), p. 67.

10 M.Fakry Gaffar, "Membangun Kembali Pendidikan Nasional Dengan Fokus:

Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi Pada Era Globalisasi", Makalah disampaikan pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) V di Surabaya 2004), p. 7.

11 Haris Supratno, "Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Guru", Makalah Seminar Nasional pada Februari 2008 di PPS-UM), p. 17.

(4)

Pemerintah telah mencoba berupaya meningkatkan profesionalisme kinerja guru. Indikator profesionalisme guru adalah kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.12

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kinerja profesional guru.

Motivasi merupakan salah satu faktor penentu tinggi-rendahnya kinerja profesional guru. Tulisan ini mengungkap hasil kajian penelitian mendalam tentang pengaruh motivasi spiritual, budaya organisasi, dan etos kerja terhadap kinerja profesional guru ekonomi di Kota Malang.

Desain penelitian menggunakan model rancangan metode kombinasi (mixed method design), yakni Explanatory Design: Follow-up Explanations Model (QUAN emphasized) dengan model Qualitative methods to explain quantitative finding.13

B. Kinerja Profesional

Kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Kinerja individu merupakan dasar dari kinerja organisasi. Penilaian kinerja ini (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Pegawai menginginkan dan memerlukan balikan berkenaan dengan prestasi mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan balikan kepada mereka jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan karyawan dan untuk menyusun rencana peningkatan kinerja.

Profesi merupakan bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan, dimana keahlian dan pengalaman pelakunya diperlukan oleh masyarakat.

Profesional adalah bekerja dengan maksimal, penuh komitmen, dan kesungguhan.14 Orang profesional adalah orang yang tahu akan keahlian dan ketrampilannya, menggunakan seluruh waktunya untuk pekerjaannya, hidup dan bangga terhadap pekerjaannya. Terdapat beberapa ciri seorang profesional, yaitu mendapat izin resmi untuk melakukan suatu tindakan tertentu, memiliki pengetahuan atau kecakapan khusus; memiliki kaidah dan standar moral sangat tinggi, otonomi dalam penyediaan jasanya, mempunyai orientasi sikap ke depan, menjadi anggota dari organisasi

12 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Depdiknas RI, 2005).

13 John W.Creswell dan Vicki L.Plano Clark, Designing and Conducting Mixed Methods Research, (California: Sage Publication Inc., 2007), p. 34.

14 Didin Hafidhuddin dan Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta:

Gema Insani, 2003), p. 28.

(5)

profesi tertentu, dan komitmen mengabdikan keahlian dan keterampilan kepada masyarakat.

Sikap profesional adalah sikap yang menghargai profesinya sendiri dan tahu betul akan konsekuensi dari profesinya. Budaya organisasi berpengaruh atas kinerja professional. Orang akan bekerja menurut keahliannya, kemampuannya, dan berusaha dengan maksimal di bidangnya, jika didukung oleh suasana kerja yang baik. Menurut perspektif Islam, profesionalisme akan dapat dibangun jika tercipta budaya yang kondusif. Ada hubungan yang erat antara budaya dengan profesionalisme.

Seseorang akan bekerja dengan sungguh-sungguh sebagai seorang profesional, jika ia memang berada dalam suasana dan lingkungan kerja yang kondusif.15

Kinerja individu sangat dipengaruhi oleh motivasi, termasuk didalamnya motivasi spiritual. Spiritual adalah kekuatan dalam diri manusia yang bersumber pada kayakinan. Motivasi spiritual dibangun melalui kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan cara manusia menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi dalam proses berfikir, membuat keputusan, dan dalam segala sesuatu yang manusia pikir patut untuk dilakukan. Produk motivasi spiritual adalah etos kerja yang identik dengan akhlak.

Terkait dengan kinerja profesional guru, profesionalisme guru harus didukung oleh kompetensi yang standar yang harus dikuasai oleh para guru profesional. Kompetensi adalah pemilikan kemampuan atau keahlian yang bersifat khusus, tingkat pendidikan minimal, dan sertifikasi keahlian haruslah dipandang perlu sebagai prasarat untuk menjadi guru profesional.

Indikator profesionalisme guru adalah memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik untuk guru SMTA minimal berijazah diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dan sertifikat. Sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.16

Yang termasuk dalam kompetensi pedagogik dan profesional adalah 1) pendidikan dan pelatihan, 2) pengalaman mengajar, 3) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, 4) prestasi akademik, 5) karya pengembangan profesi, 6) keikutsertaan dalam forum ilmiah. Sedangkan kompetensi profesional guru meliputi: menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, mengorganisir materi kurikulum bidang studi,

15 Ibid., pp.17-19.

16 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Depdiknas RI., 2005).

(6)

meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, sedangkan yang termasuk kompetensi kepribadian dan sosial, meliputi (1) ketaatan menjalankan ajaran agama, (2) tanggungjawab, (3) kejujuran, (4) kedisiplinan, (5) keteladanan, (6) etos kerja, (7) inovasi dan kreativitas, (8) kemampuan menerima kritik dan saran, (9) kemampuan berkomunikasi, dan (10) kemampuan bekerja sama.

Berdasar pemikiran di atas, kinerja professional merupakan sarana penentu dalam suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja harus merupakan sesuatu yang dapat diukur berdasarkan standar tertentu dan dalam kesatuan tertentu. Kinerja professional dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain motivasi, budaya organisasi, dan etos kerja.

Selanjutnya, studi ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh motivasi spiritual, budaya organisasi dan etos kerja terhadap kinerja professional guru di Kota Malang dengan mengacu pada kerangka berfikir berikut ini.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa tingkat kinerja professional guru Ekonomi yang direfleksikan oleh kualifikasi pendidikan dan sertifikasi, kompetensi pendidikan dan profesi, dan kompetensi kepribadian dan sosial tergolong tinggi, yaitu dengan nilai rata-rata 5,44 (rata-rata mean dari 3 manifes kinerja profesional) pada rentang skala 1 hingga 6.

C. Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Kinerja Profesional Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan adanya dorongan yang muncul dari dalam diri individu yang mengarahkan pada sikap dan perilaku individu yang bersangkutan. Motivasi spiritual dibangun melalui kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dipakai untuk mengakses makna, nilai, tujuan terdalam,

Budaya Organisasi

Motivasi Spiritual

Etos Kerja

Kinerja Profesional

(7)

dan motivasi tertinggi, kecerdasan moral yang memberikan kemampuan- bawaan untuk membedakan yang benar dan yang salah.17 Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu mensinergikan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara komprehensip. Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan emosional secara efektif.18 Kecerdasan spiritual adalah pikiran, dorongan, dan efektivitas yang mendapat inspirasi penghayatan ketuhanan yang didalamnya kita semua menjadi bagian.19

Motivasi spiritual dalam perspektif Islam adalah dorongan yang timbul dari dalam diri manusia berdasarkan keyakinannya untuk meraih kebahagiaan hidup dalam keridhaan dan kecintaan Allah. Tidak ada sesuatu yang dapat membahagiakan jiwa, membersihkan, menyucikan, dan mengusir kegundahan darinya selain keimanan yang benar kepada Allah.20 Tidak ada kenikmatan yang lebih besar daripada nikmat iman kepada Allah, karena Dia sumber segala kebahagiaan.21 Motivasi atau gairah yang dihasilkan oleh iman merupakan kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan fisik dan mental, sehingga dia dapat menjalani setiap saat dalam kehidupannya dengan sangat baik dan produktif. Semangat orang beriman yang tumbuh karena kecintaannya kepada Allah memberikan kekuatan spiritual, kekuatan dan daya tahan yang besar, kemauan dan keberanian yang membaja. Melalui kekuatan spiritual orang-orang beriman mengatasi setiap kesulitan dan terus berusaha keras untuk menuju Allah apapun kondisi dan keadaan yang mereka hadapi.22

Berdasarkan perspektif al-Qur-an, al-Hadist, dan para ilmuwan yang telah dijelaskan di depan, maka indikator–indikator motivasi spiritual seseorang dalam penelitian ini dapat diukur dari intensitas mengingat Allah, dorongan getar suara hati berbuat kebaikan, keyakinan dalam berdo’a, dan kesungguhan usaha meneladani sifat-sifat Allah (berakhlak mulia). Temuan penelitian menunjukkan bahwa motivasi spiritual guru

17 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ Emitional Spiritual Quotient, (Jakarta: Arga, 2005), p. 55.

18 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Capita ..., p. 35.

19 Abd. Kadim Masaong, Hubungan Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah dengan Kinerja Sekolah Pendidikan Menengah di Kota Gorontalo, (Malang: PPS-UM, 2008), p. 79.

20 ‘Aidh al-Qorni, La Tahzan/Jangan Bersedih, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), p. 58.

21 Alwi Shihab, Memilih Bersama Rasulullah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), p. 61.

22 Harun Yahya, Semangat dan Gairah Orang-Orang Beriman, 2004, Online: www.

harunyahya.com/indo /www.pakdenono.com diakses pada tgl. 18 Juni 2007.

(8)

ekonomi tergolong tingkat tinggi (dengan nilai rata-rata 5,456 (rata-rata mean dari 4 manifes motivasi spiritual) pada rentang skala 1 hingga 6).

Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara motivasi spiritual dan kinerja profesional. Artinya bahwa semakin tinggi motivasi spiritual seseorang akan semakin baik kinerja profesionalnya. Kinerja profesional direfleksikan oleh kompetensi pendidikan dan profesi, kompetensi kepribadian dan sosial. Temuan ini mendukung pandangan tentang proses pengambilan keputusan berperilaku, yakni hasil berpikir melingkar dengan masukan suara hati, pendengaran, dan penglihatan yang menghasilkan keputusan yang sesuai kehendak Allah dan kehendak manusia. Tingkat spiritualitas seseorang terletak pada kesungguhan meniru sifat Allah dalam perilaku hidup23 dan mendukung pandangan tentang misi manusia di palet bumi dan ciri-ciri kinerja pengemban misi yang profesional. Kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kinerja sekolah, kinerja sekolah direfleksikan oleh kinerja profesional guru. Penentu keberhasilan usaha adalah reputasi kejujuran dan ketrampilan sosial (persahabatan dan karisma) yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Nilai-nilai budaya dan agama menjadi faktor penentu keberhasilan usaha. Nilai-nilai Islami memainkan peran penting dalam mengelola usaha. Prinsip-prinsip Islami memainkan peran penting dalam keberhasilan kerja. Motivasi aqidah berpengaruh terhadap kinerja.24

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kondisi kualifikasi akademik guru tidak mencerminkan kinerja profesional guru. Temuan ini sesuai dengan apa yang dituturkan para guru ekonomi/akuntansi dalam petikan wawancara. Mereka mengatakan bahwa tingkat pendidikan, masa kerja, dan sertifikasi profesi tidak berpengaruh terhadap kualitas kinerja profesional guru, kinerja guru dipengaruhi oleh kepribadiannya dan komitmennya menjadi guru. Kinerja guru juga dimanifestasikan oleh kompetensi kepribadian dan sosial. Manifes kompetensi kepribadian dan sosial diindikasikan oleh (ketaatan beragama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan komunikasi dan kerja sama.

Semua Nilai-nilai tersebut ada dalam ajaran Islam. Dengan demikian, motivasi spiritual yang bersumber dari agama Islam menjadi motivator kinerja profesional guru.

23 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses ..., p. 49.

24 Abd. Kadim Masaong, Hubungan Kecerdasan ..., pp. 39-40. Lihat juga Benzing et al., "Success Factors, Motivations, and Problems of Enterpreneurs in Turkey: A Factor Anlysis", Journal of Small Business Management, (1) 47, January, 2009.

(9)

D. Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Budaya Organisasi Terkait budaya organisasi, budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem nilai bersama yang dipegang dan dikembangkan oleh anggota organisasi yang membedakannya dengan organisasi lainnya. Sistem nilai tersebut merupakan seperangkat karakteristik utama, dan secara keseluruhan sebagai budaya dari organisasi yang merepresentasikan persepsi umum dari warga organisasi dan menjadi panduan bagi perilaku baik pada organisasi secara keseluruhan maupun pada bagian-bagiannya.25 Budaya organisasi bersifat dinamis dan berkembang. Terdapat delapan nilai-nilai budaya organisasi yang akan menumbuhkan kecerdasan spiritual tinggi. Kedelapan nilai budaya tersebut adalah komunikasi, relasi, kekuasaan, fleksibelitas, keadilan, kepercayaan, kebenaran, dan pemberdayaan.26 Budaya organisasi memiliki peranan membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi anggota (karyawan), dapat dipakai untuk mengembangkan komitmen pribadi dengan organisasi, membantu stabilisasi perusahaan sebagai suatu sistem sosial, menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah terbentuk.

Hubungan budaya perusahaan dengan kinerja perusahaan, membantu memberikan dampak yang bermakna pada kinerja ekonomis jangka panjang, menjadi faktor yang semakin penting sebagai penentu keberhasilan dan kegagalan perusahan di masa-masa mendatang, budaya perusahaan dapat dibuat supaya lebih menunjang kinerja.27

Budaya organisasi memberikan ilham bagi orang-orang yang berada dalam organisasi tersebut untuk memahami bagaimana cara mereka bekerja di lingkungannya. Harus disadari bahwa sebuah organisasi yang baik dengan kepemimpinan yang baik, harus diikat pula oleh nilai-nilai yang diyakini oleh manajer dan bawahannya. Dalam Islam, nilai-nilai itu adalah nilai keikhlasan, kebersamaan, dan pengorbanan.28 Nilai-nilai tersebut terawujud dalam perilaku kerja (etos kerja) yang baik dan bermanfaat (al-shalah), kemantapan dan profesional (al-itqam), melakukan yang terbaik dan semakin lebih baik (ihsan), kerja keras dan optimal (al- mujahadah), berkompetisi dan tolong-menolong (tanafus dan ta’awun), mencermati nilai waktu. Dengan demikian, budaya organisasi memiliki peran dalam membentuk etos kerja para anggota organisasi, mempengaruhi profesionalitas kinerja individu.

25 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Buana Ilmu, 2002), p. 49.

26 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Capita ..., pp. 23-24.

27 Umar Nimran, Perilaku Organisasi, (Malang: Tek Kuliah, S3 PPS-UM, 2006), p.8.

28 Didin Hafidhuddin dan Tanjung, Manajemen Syariah dalam ..., p. 58.

(10)

Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara motivasi spiritual dan budaya organisasi. Semakin tinggi derajat motivasi spiritual seseorang, maka akan semakin baik persepsi, sikap, dan tindakan orang tersebut pada upaya mewujudkan budaya organisasi yang baik. Budaya pada dasarnya adalah segala sesuatu yang terkait dengan kehidupan manusia dalam dimensi sosial dan diperoleh dari hasil kajian dan kreativitas manusia. Agama bukanlah budaya, tetapi dalam wujud operasionalnya maka budaya bisa bersumber dari tuntunan agama, selama agama bersangkutan mengandung nilai-nilai sosial.29 Kendatipun budaya memberi pengaruh yang dominan atas kebanyakan orang, dan keinginan untuk mengubah budaya akan mempengaruhi sejumlah besar individu, tugas mewujudkan perubahan itu sendiri harus dimulai paling tidak oleh sekelompok individu.30 Tugas mengubah budaya jatuh dipundak para pemimpin yang tercerahkan dan kritis dan infrastruktur yang bisa mereka ciptakan untuk merentas jalan bagi perubahan. Infrastruktur ini meliputi metode, gaya dan isi dari program pengembangan sumber daya manusia. Tujuannya adalah menciptakan satu medan makna yang baru dan utuh yang bisa diserap mayoritas orang dalam upaya untuk mengubah perilaku mereka sendiri.

Setiap organisasi akan mengalami perubahan atau ditelan perubahan.

Kunci perubahan menuju budaya organisasi yang lebih baik terletak pada manusia. Implementasi sikap dan perilaku orang-orang beriman sebagai khalifah dan pemakmur bumi, dalam sebuah organisasi adalah memberi warna nilai-nilai dalam organisasi, bukan mengikuti nilai-nilai yang tidak sesuai keyakinannya. Oleh karena itu, derajat spiritualitas seseorang akan tercermin pada persepsi, sikap dan perilakunya dalam peran sertanya membentuk sebuah budaya organisasi. Inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa kehadiran guru pada organisasi bukan dibentuk oleh budaya organisasi, namun mereka hadir dengan membawa nilai-nilai keyakinan. Sehingga terkait dengan budaya organisai, yang bisa didiskusikan adalah bagaimana persepsi dan sikap guru atas nilai-nilai budaya yang telah disepakati di organisasi sekolah tersebut.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara nilai-nilai budaya sekolah dengan persepsi yang dibentuk oleh nilai- nilai motivasi spiritual guru ekonomi. Fleksibelitas, kebenaran dan relasi sebagai manifes utama pembentuk budaya organisasi persekolahan sangat sesuai dengan usaha meneladani sifat Allah dan dorongan hati untuk berbuat baik sebagai manifes utama pembentuk motivasi spiritual.

29 Fuad Amsyari, Masa Depan Umat Islam Indonesia, (Bandung: al-Bayan, 1993), pp.

56-57.

30 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Capita ..., p. 56.

(11)

Fleksibelitas, kebenaran dan relasi yang diindikasikan dengan kebebasan mengembangkan diri dalam koridor kebenaran, merupakan lahan subur tumbuh dan kokohnya keyakinan. Hal ini sesuai fitrah asasi manusia yang menyukai kebebasan untuk menumbuh kembangkan bakat potensi yang ada dalam dirinya.

Temuan ini mendukung temuan empirik bahwa prinsip-prinsip Islami yang membentuk persepsi dan sikap pemeluknya antara lain penghargaan hak individu, kebebasan, keadilan, kejujuran, ketulusan, kebenaran, ketepatan timbangan dan pengukuran, fleksibelitas, melarang kecurangan dan bohong; sejalan pandangan yang mengemukakan bahwa pemimpin berbasis spiritual merupakan pemimpin yang memiliki pemahaman nilai-nilai mendalam dan secara sadar menjalankan nilai-nilai tersebut dalam membangun iklim dan budaya organisasi dengan memusatkan perhatian pada komunikasi, keadilan, relasi, kepercayaan, kekuasaan, kebenaran, fleksibelitas, dan pemberdayaan. Mendukung penelitian yang menyatakan bahwa motivasi spiritual berpengaruh langsung terhadap persepsi karyawan pada budaya perusahaan31.

E. Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Etos Kerja

Etos kerja dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja; ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Etos Kerja dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang paradigma individu terhadap kinerja seseorang dalam bekerja. Sikap terhadap pekerjaan atau sering disebut anggapan dasar terhadap kerja seseorang akan berbeda- beda. Etos kerja professional adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral.32 Sifat- sifat yang mencerminkan etos kerja profesional antara lain memandang bahwa: (1) kerja adalah rahmat, maka bekerja tulus penuh syukur; (2) kerja adalah amanah, maka bekerja benar penuh tanggung jawab; (3) kerja adalah panggilan, maka bekerja tuntas penuh integritas; (4) kerja adalah aktualisasi, maka bekerja keras penuh semangat; (5) kerja adalah ibadah, maka bekerja serius penuh kecintaan; (6) kerja adalah seni, maka bekerja cerdas penuh kreativitas; (7) kerja adalah kehormatan, maka bekerja tekun

31 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Capita ..., p. 43; Chablullah Wibisono,

"Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan Sub Sektor Industri Manufaktur di Batamindo Batam", Disertasi. (PPS Unair Surabaya, 2002), p. 98.

32 Jansen Sinamo, 8 Etos Kerja Profesional, (Jakarta: PT. Spirit Mahardika, 2005), pp.

44-45.

(12)

penuh keunggulan; (8) kerja adalah pelayanan, maka bekerja paripurna penuh kerendahan hati.

Dalam perspektif islam, suatu kerja atau perbuatan meski secara nyata memberikan manfaat bersifat keduniaan bagi orang lain, namun tanpa disertai iman pada pelakunya, kerja itu tidak akan membuahkan pahala di akhirat kelak. Kerja merupakan penjabaran aqidah, kerja dilandasi ilmu, dan kerja dengan meneladani sifat-sifat Ilahi serta mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Sejalan dengan kajian teori dikaitkan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka etos kerja yang diteliti difokuskan pada perilaku kerja yang terbagi menjadi tiga potensi manusia sebagai indikator variabel etos kerja, yaitu: fisiologis, psikologis, dan spiritualis.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara motivasi spiritual dan etos kerja. Artinya bahwa semakin tinggi motivasi spiritual guru, maka akan semakin tinggi etos kerjanya.

Etos kerja direfleksikan oleh komitmen fisiologis, komitmen psikologis, dan komitmen spiritualitas. Ketiga manaifes menunjukkan kondisi etos kerja yang signifikan. Komitmen pada etos kerja psikologis merupakan pembentuk utama variabel etos kerja. Etos kerja psikologis diindikasikan dengan semangat memanfaatkan kesehatan, kesempatan, dan penghargaan dari sekolah untuk bekerja lebih baik dan produktif dalam rangka aktualisasi diri. Etos kerja terpancar dari sistem keimanan berkenaan dengan kerja.33 Agama merupakan sumber etos kerja bagi pemeluknya.34 Faktor penentu paling tinggi keberhasilan para pengusaha di Turkey adalah reputasi kejujuran, persahabatan dan kharisma (Social skill) yang bersumber dari nilai-nilai Islami.35 Pemanfaatan potensi mind/psikologis dengan memperhatikan: kesehatan, pergaulan sosial, penghargaan dan peningkatan/pengembangan diri untuk beretos kerja yang baik, adanya hubungan langsung antara sistem nilai agama dengan kegairahan bekerja.36 F. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Etos Kerja dan Kinerja

Profesional

Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara budaya organisasi dan etos kerja. Artinya, semakin baik persepsi dan sikap seseorang terhadap budaya organisasi akan semakin

33 A.J.Asifudin, Etos Kerja ..., p. 45.

34 M.Djakfar, "Agama, Etos Kerja dan Perilaku Bisnis, Studi Kasus Makna Etika Bisnis Pedagang Buah Etnis Madura di Kota Malang", Disertasi, (PPS IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007), p. 118.

35Benzing et al., "Success Factors, pp. 58-91.

36 Chablullah Wibisono, Pengaruh Motivasi …, p. 88.

(13)

baik pula etos kerja yang bersangkutan. Temuan ini mendukung temuan empirik bahwa etos kerja tinggi tidak hanya didisposisi oleh doktrin agama, namun juga oleh kekuatan lain, yaitu kultur asal dan kultur lokal.37 Komitmen organisasi afektif dipengaruhi secara positif yang signifikan oleh keadilan organisasi, pengalaman kerja dan dukungan organisasi.

Keadilan interaksional secara signifikan mempengaruhi kepuasan kerja, dan perilaku warga organisasi yang berupa sikap tidak mementingkan diri sendiri atau sikap memperhatikan pihak lain, sikap kesopansantunan atau rasa hormat, sikap sportif dan sikap kehati-hatian.38

Nilai-nilai dari dimensi budaya secara signifikan mempengaruhi perilaku warga organisasi untuk menunjukkan sikap saling membantu secara antar-personal, inisiatif individual, dan dorongan loyalitas, norma- norma yang terdapat pada dimensi budaya secara signifikan mempengaruhi perilaku warga organisasi yang berupa dorongan saling membantu antar personal, inisiatif individual, dan tingkat produktivitas personal. Keadilan prosedural mempengaruhi secara signifikan terhadap dukungan keorganisasian yang dirasakan oleh para pekerja; bahwa dukungan keorganisasian yang dirasakan akan memberikan pengaruh terhadap perilaku pekerja, yaitu timbulnya rasa saling membantu antar individu, produktivitas personal, dan dorongan loyalitas.

Sikap perilaku yang penuh kehati-hatian dan sikap perilaku yang menunjukkan kesesuaian, kesetujuan, atau kecocokan secara signifikan memberikan pengaruh kepada komitmen kerja (etos kerja). Tingkat pengembangan keahlian sumber daya manusia, pengakuan eksistensi mereka, pemberdayaan dan masa kerja berpengaruh terhadap komitmen afektif (etos kerja). Budaya organisasi yang berorientasi pada manusia, dan keselarasan antara individu dengan organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen organisasional (etos kerja);

Temuan penelitian sesuai pendapat bahwa etos kerja merupakan bagian dari suatu kebudayaan, ia dibentuk oleh proses kebudayaan panjang yang kemudian membentuk kepribadian. Budaya organisasi menumbuhkan kecerdasan spiritual tinggi, sehingga mendorong etos kerja, profesionalitas dan perilaku positif lainnya.39 Demikian juga budaya

37 M.Djakfar, Agama, Etos Kerja ..., p. 77.

38 W.D.Hawkins, "Predictors of Affective Organizational Commitment among High School Principles, Unpublised Disertation, (Virginia: the Virginia Polytechnic Institute and State University, 1998), p. 67; Moorman R.H., "Relationship between Organizational Justice and Organizational Citizenship Behaviours: Do Fairness Perceptions Influence Employee Citizenship? Journal of Applied Psychology. 1991, 76 (6), pp. 845-855.

39 Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Capita ..., p. 47.

(14)

merupakan pengikat suatu masyarakat, sebagai pola perilaku, sebagai kekuatan penggerak dan pengubah, dan sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan. Budaya organisasi dapat dipakai untuk mengembangkan komitmen pribadi dengan perusahaan, membantu stabilisasi perusahaan sebagai suatu sistem sosial, menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma perilaku yang sudah terbentuk.

Jika etos kerja dipahami sebagai bagian dari budaya, upaya pembinaan dan peningkatan etos kerja individu atau masyarakat dapat dilakukan, atau dapat ditranspormasikan lewat pendidikan.

Etos kerja terpancar dari sikap hidup mendasar terhadap kerja, sikap hidup mendasar terbentuk oleh pemahaman logika dan pandangan hidup atau nilai-nilai yang dianut di luar nilai-nilai agama.40 Budaya organisasi merupakan hal penting karena pada saat terjadi ambiguitas, maka nilai-nilai maupun common beliefs akan menjadi mekanisme pengatur. Dari sisi perspekif integratif, nilai-nilai yang berlaku dan dipegang bersama akan menjadi pengikat kohesifitas warga organisasi. Budaya organisasi diperlukan untuk menjaga dalam hal terjadinya ambiguitas maupun paradoks. Budaya organisasi yang memberikan rasa kenyamanan kerja dan kepercayaan yang tinggi akan mendorong peningkatan perilaku kerja melalui tingginya kohesifitas antar individu dan komitmen dari warga organisasi melakukan segala sesuatunya yang terbaik bagi kepentingan organisasi.

Terdapat kontradiktif antar beberapa temuan penelitian, terkait pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja profesional. Budaya organisasi secara umum berpengaruh langsung secara positif terhadap kinerja profesional.41 Nilai-nilai budaya sekolah berpengaruh terhadap sikap dan komitmen guru sebagai indikator etos kerja. Nilai-nilai inilah yang memberikan semangat bagi guru untuk meningkatkan kinerja profesional mereka. Budaya konstruktif berpengaruh secara negatif terhadap terjadinya konflik peran, budaya organisasi yang pasif berpengaruh terhadap terjadinya konflik dan ambiguitas peran, konflik peran berpengaruh positif terhadap terjadinya tekanan pekerjaan, tekanan pekerjaan secara negatif berpengaruh terhadap komitmen, turunnya kinerja dan turunnya kepuasan kerja.42

40 A.J.Asifudin, Etos Kerja …, p. 67.

41 Ery Djatmiko, "Pengaruh Faktor-Faktor Keorganisasian Terhadap Perilaku Positif Guru-Guru Ekonomi SMA di Kota Surabaya, Malang, dan Jember", Disertasi, (PPS UM, 2005), pp. 89-90.

42 S.W.Pool, "Organizational Culture and Its Relationship Between Job Tension in Measuring Outcomes Among Business Executive, Journal of Management Development, 2000,19 (1), pp. 32-40.

(15)

Temuan penelitian dengan metode kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung budaya organisasi terhadap kinerja profesional guru, sedangkan temuan penelitian dengan metode kuantitatif diproleh proposisi bahwa semakin positif persepsi dan sikap guru atas budaya sekolah, maka akan semakin baik kinerja profesional guru tersebut.

Hal demikian dapat dijelaskan bahwa, indikator budaya sekolah dalam metode kuantitatif yang diukur adalah bagaimana persepsi guru atas delapan nilai-nilai manifes budaya sekolah, yakni komunikasi, keadilan, relasi, kepercayaan, kebenaran, kekuasaan, fleksibilitas, dan pemberdayaan.

Sementara itu, persepsi guru Ekonomi dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual agama dan budaya yang diinternalisasi melalui budaya sekolah. Dalam proses internalisasi nilai-nilai, sekolah sangat minim menyelenggarakan program kegiatan yang secara langsung mendukung peningkatan kinerja profesional guru.

Nilai-nlai budaya yang terinternalisasi melalui bahasa tulis, lisan dan perilaku keteladanan membentuk persepsi dan sikap positif guru atas kerja yang berpengaruh terhadap etos kerja. Nilai-nilai budaya sekolah mendorong tumbuhnya etos kerja tinggi, yang selanjutnya etos kerja mendorong kinerja profesional yang baik. Oleh karena itu, persepsi dan sikap positif guru terhadap budaya organisasi berpengaruh terhadap etos kerja guru, sedangkan etos kerja guru berpengaruh terhadap kinerja profesional guru. Dengan demikian, semakin positif persepsi dan sikap guru atas nilai-nilai budaya sekolah, akan semakin baik kinerja profesionalnya.

G. Pengaruh Etos Kerja terhadap Kinerja profesional

Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara etos kerja dan kinerja profesional. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi etos kerja seseorang akan semakin baik kinerja profesionalnya. Etos kerja psikologis merupakan manifes utama pembentuk etos kerja, yang ditunjukkan oleh nilai loading factor 0,988. Etos kerja psikologis ini diindikasikan oleh komitmen guru terhadap pemanfaatan kesehatan, penghargaan, dan hubungan sosial pada pemenuhan kebutuhan sebagaimana piramida kebutuhan Maslow.

Temuan penelitian ini mendukung pandangan bahwa etos kerja akan mempengaruhi kinerja, etos kerja berpengaruh pada kinerja bisnis, mempengaruhi keterlibatan kerja; keterlibatan kerja secara signifikan mempengaruhi komitmen organisasional afektif dan komitmen pada karir, komitmen pada karir secara signifikan mempengaruhi komitmen

(16)

organisasional berkelanjutan.43 Sesuai pandangan bahwa motivasi, kepuasan kerja, dan variabel disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan; motivasi dan disiplin mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pegawai.44

Temuan di lapangan, menunjukkan bahwa masa kerja tidak merefleksikan kinerja profesional. Variable usia memberikan pengaruh yang negatif terhadap komitmen organisasi afektif. Demikian juga tingkat pendidikan dan sertifikasi profesi tidak merefleksikan kinerja profesional guru. Peningkatan kinerja profesional lebih kuat dipengaruhi oleh komitmen individu pada profesi yang ditunjukkan dengan keaktifannya mengikuti berbagai kegiatan di forum wadah akademik para guru dalam rangka meningkatkan kompetensi pendidikan dan profesi, kepribadian dan sosial mereka.

Temuan menunjukkan bahwa nilai-nilai spiritual agama dan budaya yang diinternalisasi melalui budaya sekolah sangat efektif membentuk persepsi postif guru yang berpengaruh terhadap etos kerja, yang selanjutnya meningkan kinerja profesional mereka. Oleh karena itu, semakin intensif internalisasi nilai-nilai spiritual melalui budaya sekolah, akan semakin positif persepsi mereka terhadap kerja dan akan melahirkan etos kerja yang tinggi. Etos kerja yang tinggi akan melahirkan kinerja profesional yang baik.

H. Penutup

Berdasarkan model penelitian, ditemukan pengaruh langsung yang signifikan meliputi motivasi spiritual berpengaruh langsung terhadap persepsi dan sikap guru atas budaya organisasi, etos kerja, kinerja profesional. Artinya, semakin tinggi spiritual seseorang akan semakin baik persepsi dan sikapnya terhadap budaya organisasi, semakin tinggi etos kerjanya, semakin baik kinerja profesionalnya. Budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap etos kerja; artinya semakin baik persepsi dan sikap seseorang atas budaya organisasi akan semakin baik etos kerjanya. Etos kerja berpengaruh secara langsung terhadap kinerja profesional, artinya semakin baik etos kerja seseorang akan semakin baik pula kinerja profesional. Budaya organisasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja profesional melalui etos kerja, artinya nilai-nilai

43 A.J.Asifudin, Etos Kerja ..., p. 55; M. Djakfar, Agama, Etos Kerja ..., p. 89.

44 Hernowo Narmodo dan M.Farid Wajdi, "Pengaruh Motivasi dan disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri", Jurnal Ilmiah: Daya Saing, Vol. 2. No. 1. Maret 2008, pp. 1-8.

(17)

budaya sekolah mempengaruhi etos kerja, dan melalui etos kerja inilah budaya sekolah berpengaruh terhadap kinerja profesional.

Proses internalisasi nilai-nilai spiritual melalui jalur individu, keluarga, budaya sekolah dan masyarakat dengan bahasa tulis, lisan dan perilaku nyata, sangat efektif membentuk persepsi guru yang akan berpengaruh terhadap etos kerja, kinerja profesional guru-guru Ekonomi.

Budaya sekolah memiliki peranan penting dalam membentuk kinerja profesional guru melalui internalisasi nilai-nilai spiritual agama dan budaya.

(18)

Daftar Pustaka

Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ Emitional Spiritual Quotient, Jakarta: Arga, 2005.

al-Qur’an al-Karim dan Terjemahannya Depag RI. Semarang: CV Toha Putra, t.t.

al-Qorni, ‘Aidh, La Tahzan/Jangan Bersedih, Jakarta: Qisthi Press, 2005.

Amsyari, Fuad, Masa Depan Umat Islam Indonesia, Bandung: al-Bayan, 1993.

Asifudin, A.J., Etos Kerja Islami, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004.

Benzing et al., "Success Factors, Motivations, and Problems of Enterpreneurs in Turkey: A Factor Anlysis", Journal of Small Business Management, (1) 47, January, 2009.

Creswell, John W. dan Vicki L.Plano Clark, Designing and Conducting Mixed Methods Research, California: Sage Publication Inc., 2007.

Delener, Nejdet, Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour Patterns: Their Dimensions and Marketing Implications, European Journal of Marketing, Vol. 28 No. 5, 1994.

Djakfar, M., "Agama, Etos Kerja dan Perilaku Bisnis, Studi Kasus Makna Etika Bisnis Pedagang Buah Etnis Madura di Kota Malang", Disertasi, PPS IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007.

Djatmiko, Ery, "Pengaruh Faktor-Faktor Keorganisasian Terhadap Perilaku Positif Guru-Guru Ekonomi SMA di Kota Surabaya, Malang, dan Jember", Disertasi, PPS UM, 2005.

Gaffar, M.Fakry, "Membangun Kembali Pendidikan Nasional Dengan Fokus: Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi Pada Era Globalisasi", Makalah pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) V di Surabaya 2004.

Hafidhuddin, Didin dan Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2003.

Hawkins, W.D., "Predictors of Affective Organizational Commitment Among High School Principles", Unpublised Disertation, Virginia: the Virginia Polytechnic Institute and State University, 1998.

Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi, Edisi 5, (Jakarta:

Penerbit Salemba Empat, 2004.

(19)

Masaong, Abd. Kadim, Hubungan Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah dengan Kinerja Sekolah Pendidikan Menengah di Kota Gorontalo, Malang: PPS-UM, 2008.

Moorman, R.H., "Relationship Between Organizational Justice and Organizational Citizenship Behaviours: Do Fairness Perceptions Influence Employee Citizenship? Journal of Applied Psychology, 1991.

Mukhadis, Standard an sertifikasi Kompetensi Repesentasi Penjaminan Mutu Profesional Guru di Indonesia di Era Global, Surabaya: Kumpulan Abstrak Makalah Konaspi V, 2004.

Narmodo, Hernowo dan M.Farid Wajdi, "Pengaruh Motivasi dan disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri", Jurnal Ilmiah: Daya Saing, Vol. 2. No. 1. Maret 2008.

Nimran, Umar, "Perilaku Organisasi", Malang: Teks Kuliah, S3 PPS-UM, 2006.

Pasau, Anwar, Penghargaan terhadap Profesi Guru dan Tenaga Kependidikan, Surabaya: Kumpulan Abstrak Makalah Konaspi V, 2004.

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas RI.

Pool, S.W., "Organizational Culture and its Relationship Between Job Tension in Measuring Outcomes Among Business Executive", Journal of Management Development, 2000,19 (1).

Robbins, Stephen P., Perilaku Organisasi, Jakarta: Buana Ilmu, 2002.

Santika, Manajemen Sumberdaya Manusia, Malang: FE-UM, 2005.

Shihab, Alwi, Memilih Bersama Rasulullah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998.

Sinamo, Jansen, 8 Etos Kerja Profesional, Jakarta: PT. Spirit Mahardika, 2005.

Supratno, Haris, "Kebijakan Peningkatan Profesionalisme Guru", Makalah: Seminar Nasional di PPS-UM, Februari 2008.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas RI., 2003.

Wibisono, Chablullah, "Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan Sub Sektor Industri Manufaktur di Batamindo Batam", Disertasi. PPS Unair Surabaya, 2002.

(20)

Yahya, Harun, Semangat dan Gairah Orang-Orang Beriman, 2004, Online:

www. harunyahya.com/indo /www.pakdenono.com diakses pada tgl. 18 Juni 2007.

Yuniarsih, Tjutju, Model Pendidikan Kolaboratif sebagai upaya strategis Meningkatkan Mutu Lulusan yang Kompetitif, Surabaya: Kumpulan Abstrak Makalah Konaspi V, 2004.

Zohar, Danah dan Ian Marshall, Spiritual Capital Memberdayakan SQ di Dunia Bisnis, Bandung: PT. Mizan Pusta, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

mengetahui pengaruh tes potensi akademik terhadap pencapaian nilai pendidikan yang diukur menggunakan indek prestasi kumulatif dari mahasiswa program sarjana kedokteran

The interview data in this study were used to find out the students’ perception of using social media as a tool for learning argumentative. writing and

- Hasil reaksi negatif ditandai dengan tidak terbentuknya gas pada tabung Durham dan pada media terbentuk warna merah pH basa untuk indikator phenol red atau ungu untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji strategi manajemen Suara Merdeka untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dalam menghadapi media kompetitor di

Dari hasil penelusuran kawasan penambangan pasir, di Dusun II Desa Rejomulyo, Kecamatan Pasir Sakti banyak ditemukan degradasi (penurunan) kawasan yang

Dengan demikian perlu diketahui faktor- faktor yang menentukan ekuitas merek dan loyalitas konsumen motor automatic Honda Beat dan Yamaha Mio sehingga dapat diketahui

Progam ini diluncurkan pada April 2017 dan diresmikan oleh Bupati Sidoarjo yang dimana puskesmas kecamatan tarik ini memberikan pelayanan antrian online untuk

 Guru mengamati aktivitas belajar siswa secara online untuk mengetahui penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang diterima selama proses pembelajaran