• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI ATLET BASKET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI ATLET BASKET"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI ATLET BASKET

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh :

ZHEA NURFADILLAH HAFSARI F 100 140 049

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by UMS Digital Library - Selamat datang di UMS Digital Library

(2)
(3)
(4)
(5)

1

HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI ATLET BASKET

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fear of failure dengan motivasi berprestasi Atlet basket Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara fear of failure dengan motivasi berprestasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi populasi dengan teknik insidental. Metode pengumpulan data menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala fear of failure dan skala motivasi berprestasi. Sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis nonparametric Spearman’s rho menggunakan program bantu SPSS for 16 windows. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,049; signifikansi (p) sebesar 0,364 (p > 0,05) yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara fear of failure dengan motivasi berprestasi atlet basket Universitas Muhammadiya Surakarta. Variabel fear of failure memiliki rerata empirik (RE) sebesar 68,61 sehingga memiliki kategori yang tergolong sedang, sedangkan variabel motivasi berprestasi memiliki rerata empirik (RE) sebesar 82,78 yang memiliki kategori yang tergolong tinggi.

Kata kunci: Fear offailure, motivasi berprestasi, atlet basket ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between fear of failure with achievement motivation basketball athletes Muhammadiyah University of Surakarta. The sampling technique used in this study is study population with technique incidental methods of data collection using quantitative approach with measuring scale of fear of failure and achievement motivation scale. While data analysis is done by nonparametric Spearman’s rho analysis using SPSS for 16 windows help program. Based on the results of data analysis obtained correlation coefficient of 0,049; significance (p) of 0,364 (p>0.05) which means there is no significant relationship between fear of failure with achievement motivation basketball athletes. Fear of failure variables have empirical mean (RE) equal to 68,61 which have moderate category, whereas achievement motivation variable has empirik mean (RE) equal to 82,78 so have high category.

Keywords: fear of failure, achievement motivation, basketball athletes 1. PENDAHULUAN

Keinginan dalam berprestasi dan menjadi pemenang merupakan hal yang wajar bagi seluruh individu, tidak terkecuali atlet basket yang memiliki harapan untuk menang dan berhasil pada setiap pertandingan. Harapan tersebut membuat para

(6)

2

atlet memiliki keinginan berprestasi yang tinggi. Seorang atlet yang berpretasi setidaknya harus memiliki motivasi untuk mencapai tujuannya.

Komarudin (2013) menyatakan motivasi yang harus di miliki seorang atlet adalah motivasi berprestasi. Hal itu diperkuat oleh penelitan yang dilakukan oleh Yadav (2017) yang menunjukan bahwa motivasi berprestasi sangat bermanfaat dalam olahraga kompetitif karena menimbulkan kekuatan seseorang untuk mengerjakan suatu tugas yang menantang dan sulit untuk dicapai.

McCelland (dalam Sobur, 2003) motivasi berprestasi merupakan hasrat dan kemauan agar dapat lebih unggul dari prestasi sebelumnya maupun prestasi orang lain dalam menjalankan tugas tertentu dengan cara mengatur lingkungan sosial maupun maupun memelihara kualitas diri agar dapat menunjukan performa maksimalnya.

Penelitian yang dilakukan Kala & Shirlin (2017) menunjukann bahwa motivasi berprestasi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu untuk meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu motivasi berprestasi merupakan kecenderungan dalam mendekati kesuksesan atau kapasitas pencapaian untuk meraih suatu kebanggan. Jika seseorang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi maka akan menetapkan sasarannya pada tingkat yang lebih tinggi dan akan membuat prestasi yang lebih besar.

Setyobroto (dalam Saputra, 2015) dalam mencapai prestasi yang lebih tinggi seorang atlet tidak hanya membutuhkan kesehatan fisik, namun juga perlunya kesehatan mental sehingga dapat terjadi keseimbangan. Jika atlet hanya mengandalkan kekuatan fisik maupun teknis saja maka akan sangat sulit dalam berprestasi dengan baik. Kekuatan mental serta kecerdasan mengelola emosi diperlukan dalam mengolah kecemasan atau ketegangan saat pertandingan.

Penelitiaan yang dilakukan oleh Nayek & Chatterejee (2013) menunjukan bahwa ketika atlet dihadapkan oleh sebuah kompetisi, keadaan mental atlet dapat mempengaruhi stamina yang dimiliki. Kecemasan merupakan hal yang penting bagi para atlet. Kecemasan tersebut mengacu pada perasaan gugup dan takut yang di bentuk oleh rasa frustasi dari harga diri dan meningkatnya rasa rakut akan kegagalan yang dapat menghambat dalam pencapaian prestasi serta tujuan.

(7)

3

Cox (2007) ketakutan akan kegagalan (fear of failure) merupakan dorongan untuk menghindari kegagalan terutama konsekuensi negatif dari kegagalan yang berupa rasa malu, menurunnya konsep diri individu dan hilangnya pengaruh sosial dalam mencapai prestasi.

McCelland (dalam Haryani & Tairas, 2014) menyatakan bahwa motivasi berprestasi di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal salahsatunya meliputi ketakutan akan kegagalan (fear of failure) dan diperkuat oleh penelitian dilakukan oleh Sagar dan Stroeber (2009) yang menunjukan bahwa penurunan dalam mencapai prestasi pada atlet salahsatunya di sebabkan oleh fear of failure yang tinggi, hal tersebut dapat terjadi karena adanya tuntutan bahwa seorang atlet harus tampil menjadi individu yang sempurna.

Dari penjabaran diatas peneliti ingin mengetahui (1) hubungan antara fear of failuredengan motivasi berprestasi (2) tingkat fear of failure pada Atlet basket (3)tingkat motivasi berprestasi pada atlet basket.

Hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan negative antara motivasi berprestasi terhadap fear of failure pada atlet basket. Semakin tinggimotivasi berprestasi atlet basket maka akan semakin rendah fear of failure, dan sebaliknya.

2. METODE

Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa UBB (Unit Bola Basket) UMS.

Sampling pada penelitian ini menggunakan studi populasi dikarenakan s sampel hanya ± 55-60 orang dengan teknik sampling insidental dikarenakan beberapa atlet tidak datang saat penelitian dilakukan sehingga di dalam penelitian hanya terkumpul 52 orang. Skala yang digunakan untuk penelitian ini yaitu skala fear of failure yang mengacu pada teori Conroy (dalam Pujiono, 2015) dan skala motivasi berprestasi yang mengacu pada teori McClelland (dalam Haq, 2015).

(8)

4

Tabel 1. Blue Print skala Fear of Failure

No. Aspek

Aitem

Jumlah Un-

Favorabel Favorabel 1. Ketakutan akan penghinaan dan

rasa malu 1,4 2,3,5 5

2. Ketakutan akan penurunan

estimasi diri individu 6,8,10,12 7,9,11,13 8 3.

Ketakutan akan hilangnya

pengaruh sosial 14,17 15,16,18 5

4. Ketakutan akan ketidakpastian

masadepan 19,21,23 20,22,24 6

5. Ketakutan akan mengecewakan

orang yang penting bagi dirinya 25,26 27,28 4

Jumlah 13 15 28

Tabel 2. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi

No. Aspek Aitem

Jumlah Favorabel Un-Favorabel

1. Berusaha untuk

sukses 1,14, 2 13,19 5

2. Tanggung jawab 20, 4, 15 5 4

3. Evaluatif 21, 6, 16, 17 25, 7, 22, 8 8 4. Mempertimbangkan

resiko 18 9 2

5. Kreatif dan Inovatif 10,23 26 3

6. Menyukai tantangan 3, 24, 12 11 4

Jumlah 16 10 26

Skor untuk masing-masing aitem bergerak dari 1 sampai 4 dengan memeperhatikan sifat aitem favorabel dan un-favorabel. Skoring pada skala Motivasi berprestasi untuk jawaban aitem yang bersifat favorabel yaitu aitem bergerak dari skor 4 (SS) sangat setuju, 3 (S) setuju, 2 (TS) tidak setuju, 1 (STS) sangat tidak setuju dan untuk aitem yang bersifat un-favorabel bergerakdari skor 1 (SS) sangat setuju, 2 (S) setuju, 3 (TS) tidak setuju, 4 (STS) sangat tidak setuju.

Dan untuk skoring pada skala fear of failure yang bersifat fovorabel bergerak gari skor 4 (SS) Selalu, 3 (S) Sering, 2 (KD) Kadang-kadang, 1 (TP) Tidak pernah,

(9)

5

dan untuk aitem yang bersifat un-favorabel bergerakdari skor 1 (SS) Selalu, 2 (S) Sering, 3 (KD) Kadang-kadang, 4 (TP) Tidak Pernah.

Kedua skala telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Berdasarkan hasil perhitungan dengan formula Aiken’s dan uji reliabilitas diperoleh 26 aitem untuk skala motivasi berprestasi dan 28 aitem untuk skala fear of failure.

Koefisien validitas skala motivasi berprestasi bergerak dari 0,833 sampai dengan 0,916 dengan realiabilitas sebesar 0,836; sedangkan koefesien validitas skala fear of failure bergerak dari 0,75 sampai dengan 0,916 dengan reliabilitas sebesar 0,934. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi nonparametric Spearman’s rho dikarenakan data terdistribusi normal namun tidak linier.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis nonparametric Spearman’s rho dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows diperoleh hasil koefisien korelasi (rxy) = 0,049 dengan sig. = 0,364; (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidakada hubungan yang signifikan antara fear offailure dengan motivasi berprestasi. Weinberg dan Gould 1995 (dalam Satiadarma, 2000) yang menyatakan bahwa atlet yang bermain dalam olahraga beregu cenderung lebih dependen serta tidak terlalu cemas dalam menghadapi suatu pertandingan dibandingkan dengan atlet yang bermain dengan olahraga individual.

Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seorang atlet, menurut satiadarma (2000) terdapat faktor pribadi seperti minat, kebutuhan, sasaran/goals pada kepribadian setiap individu, selanjutnyafaktor situasional seperti gaya kepemimpinan, fasilitas yang di sediakan, kepelatihan dan kepemimpinan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muskanan (2015) dengan menganalisis motivasi berprestasi atlet dengan hasil faktor intrinsik yang memiliki pengaruh tertinggi pada atlet yaitu kompetensi atlet, pemenuhan kebutuhan, status dan tanggung jawab. Faktor ekstrinsik yang memiliki pengaruh tertinggi pada atlet adalah lingkungan, teknik supervisi dan jaminan karir.

(10)

6

Phillips dan Lindsay (2006) yang menyatakan mayoritas dari individu berbakat menunjukkan bahwa mereka memiliki fear of failure, baik secara umum maupun spesifik. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah masalah yang utama bagi sebagian dari mereka sehingga tidak terlalu mengganggu proses mereka untuk berprestasi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wattimena (2015) pada batas-batas tertentu rasa cemas takut gagal dapat bermanfaat untuk memicu prestasi atlet.

Karna jika atlet tidak merasakan cemas atau takut gagal sama sekali maka akan menunjukan penampilan yang kurang baik pada pertandingan, karena atlet tersebut tidak akan pernah mempersiapkan diri untuk menghadapi pertandingan tersebut. Namun, tingkat cemas yang tinggi karna kegagalan yang terjadi terus menerus dapat berakibat buruk bagi atlet. Kegagalan yang berulang akan menyebabkan rasa takut akan gagal yang semakin besar sehingga atlet sulit berkonsentrasi ataupun tidak memiliki motivasi untuk berprestasi. Sehingga pada intinya ketakutan akan gagal di perlukan oleh atlet untuk memicu motivasi berprestasinya tergantung dengan tingkat cemas akan kegagalan yang atlet tersebut alami.

Berdasarkan kategori skala motivasi berprestasi diketahui bahwa menempati kategori tinggi yang berarti bahwa atlet memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.

Sementara itu berdasarkan kategori fear of failure diketahui memiliki presentase terbanyak adalah yang menempati kategori rendah yang berarti bahwa atlet memiliki fear of failure yang rendah.

Dalam penelitian ini, penulis memiliki keterbatasan yang harus dipertimbangkan untuk penelitian mendatang. Karena belum banyak penelitian mengenai fear of failure peneliti kesulitan dalam mecari sumber atau litelatur yang ada baik pada buku maupun jurnal-jurnal sehingga minim dalam referensi terutama mengenai atlet basket sendiri. Pada penelitian yang telah dilaksanakan terdapat keterbatasan pada jumlah sampel karna terdapat pada satu wilayah di dalam Unit Bola Basket UMS saja ditambah dengan banyaknya anggota yang berhalangan hadir saat dilakukannya penelitian sehingga penerapan ruanglingkup semakin kecil. Metode pengumpulan data yang digunakansebatas angket atau

(11)

7

skala sehingga kurang dapat mengungkap secara mendalam gejala-gejala psikologis yang tidak tampak pada atlet. Oleh karena itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengumpulkan data secara wawancara sehingga akan lebih mengungkapan kondisi psikologis yang sebenarnya.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : (1) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara fear of failuredengan motivasi berprestasi pada altet basket Unit Bola basket Universitas Muhammadiyah Surakarta. (2) Tingkat variabel fear of failure masuk dalam kategori rendah. (3) Tingkat variabel motivasi berprestasi masuk dalam ketegori tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian, maka penulis memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu: (1) Bagi atlet fear of failure yang sedang dapat mengganggu pertandingan atlet itu sendriri, untuk menghindari fear of failure maka di harapkan saling melakukan evaluasi sesama atlet agar setiap atlet memiliki tujuan dan bisa saling menguatkan satu sama lain, dengan itu atlet tidak akan takut jika gagal karena ada teman-teman yang dapat menguatkan dan agar atlet tersebut tidak merasa teman-temannya akan mengucilkan dirinya jika mengalami kegagalan. (2) Bagi kerabat maupunterutama bagi pelatih diharapkan untuk mempersiapkan atlet dengan memberikan bekal keterampilan dan strategi bertanding serta menetapkan goal setting untuk upaya mencapai sasaran perilakunya sehingga atlet tersebut memiliki konsep diri yang positif, selain itu agar ketakutan akan kegagalan menurun sebaiknya dilakukan pertandingan yang rutin sehingga atlet terbiasa akan suasana pertandingan. (3) bagi peneliti selanjutnya Diharapkan untuk penelitian ini dapatdisempurnakan dan menjadi acuan dengan peneliti selanjutnya khususnya fear of failure dengan motivasi berprestasi, adapun keterbatasan penelitian ini lebih dikaji lagi mengenai subjek maupun instrument penelitian.

(12)

8 DAFTAR PUSTAKA

Adhiyasa, D. (2017, Mei 13). Laga kedua, Indonesia Berjaya Jungkalkan Malaysia. Retrieved Oktober 1, 2017, from viva.co.id:

http://www.viva.co.id/sport/basket/914959-laga-kedua-indonesia-berjaya- jungkalkan-malaysia

Amir, N. (2004). Pengembangan Instrumen Kecemasan Olahraga. Anima , 20 (1), 55-69.

Anuraga, A. L. (2016, Maret 8). Perempuan Indonesia Masih Pilih Menikah Dibanding Karier. Retrieved September 23, 2017, from CNN Indonesia:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160308193757-277- 116237/perempuan-indonesia-masih-pilih-menikah-dibanding-karier/

Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burnstein, E. (1963). Fear Of Failure, Achievement Motivation, and Aspiring to Prestigeful Occupations. Journal of Abnormal and Social Psychology , 63 (2), 189-193.

Conroy, D. E. (2004). The Unique Psychological Meanings of Multidimensional Fears of Failing. Journal of Sport & Exercise Psychology , 26, 484-491.

Conroy, D. (2003). Representational Models Associated with Fear of Failure in Adolescents and Young Adults. Journal of Personality , 757-783.

Cox, R. H. (2007). Sport Psychology Concept and Applications. New York:

Boston McGraw-Hill.

Davidoff, L. L. (1981). Psikologi suatu pengantar, 2 Alih bahasa: Mari Juniati. Jakarta:

Erlangga.

Elliot, A. J., & Sheldon, K. M. (1997). Avoidance achievement motivation : A personal goals analysis. Journal of Personality and Social Psychology , 73 (1), 171-185.

Elliot, A. J., & Thrash, T. M. (2004). The Intergenerational Transmission of Fear of Failure. Personality and Social Psychology Bulletin , 30 (8), 957-971.

Fajriyah, T. (2017, Agustus 16). Tim Putri Basket Ditarget Emas di SEA Games 2017. Retrieved Oktober 1, 2017, from CNN Indonesia:

https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20170816155156-178-235196/tim- putri-basket-ditarget-emas-di-sea-games-2017/

Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Feldman, R. (1992). Element of psychology. San Fransisco: Mc Graw Hill, Inc.

Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia.

(13)

9

Haq, A. D. (2015). Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Motivasi Berprestasi Pemain Basket Di UMS.

Haryani, R., & Tairas, M. (2014). Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Berprestasi dariKeluarga Tidak Mampu secara Ekonomi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan , 3 (1), 30-36.

Jung, J. (1978). Understanding Human Motivation: A Cognitive Approach. New York: Macmillan Publishing.

Kala, P. C., & Shirlin, P. (2017). A Study on Achievement Motivation and Socio Economic Status of College Students in Tirunelveli Districs. International Journal of Research - , 5 (3), 57-64.

Komarudin. (2013). Psikologi Olahraga : Latihan Mental dalam Olahraga Kompetitif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kusumajati, D. A. (2011). Hubungan antara Kecemasan Menghadapi Pertandingan dengan Motivasi Berprestasi Pada atlet Anggar di DKI Jakarta. Humaniora , 2, 58-65.

Makmun, A. S. (2002). Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mouloud, K., & El-Kadder, B. A. (2016). Self-efficacy, Achievement motivation and Anxietyof Elite Athletes. IOSR Journal of Sports and Physical Education (IOSR-JSPE) , 3 (4), 45-48.

Munandar, A. S. (2011). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Muskanan, K. (2015). Analisis Motivasi Berprestasi Atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar ( PPLP ) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik , 19 (2), 105-113.

Nayek, B., & Chatterjee, K. (2013). Compratative Stady on Pre-Competition Anxiety between National and State Level Women Athletes. Journal of Sports and Physical Education (IOSR-JSPE) , 1 (2), 33-36.

Phillips, N., & Lindsay, G. (2006). Motivation in gifted students. High Ability , 17 (1), 57-73.

Prayitno, P. (2017, July 8). Timnas Basket Putri Incar Emas di SEA Games 2017.

Retrieved December 25, 2017, from Liputan 6: http://sea- games.liputan6.com/read/3014108/timnas-basket-putri-incar-emas-di-sea- games-2017

Putra, A. (2017, Agustus 25). Telan 2 Kekalahan, Tim Basket Putri Tak Punya Peluang Raih Emas. Retrieved December 25, 2017, from bola.com:

(14)

10

http://www.bola.com/sea-games/read/3071626/telan-2-kekalahan-tim- basket-putri-tak-punya-peluang-raih-emas

Rahman, A. A. (2016). Metode Penelitian Psikologi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sagar, S. S., & Stroeber, J. (2009). Perfectionism, fear of failure, and affective responses to success and failure: The central role of fear of experiencing shame and embarrassment. Journal Of Sport and Exircise Psychology , 5 (31), 602-627.

Saputra, F. T. (2015). Hubungan antara Kepercayaan diri dengan Kecemasan menghadapi Pertandingan pada Siswa SKOI di Samarinda. Psikologi , 3 (2), Febriandy Tri Saputra.

Satiadarma, M. P. (2000). Dasar-Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: PT Primacon Jaya Dinamika.

Sebastian, I. (2013). Never be afraid: Hubungan antara fear of failure dan prokrastinasi akademik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya , 2 (1), 1-8.

Setyadi, P., & Endah, M. (2014). Pengaruh Fear Of Failure Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Yang Berasal Dari Program Akselerasi. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan , 3 (01), 12-20.

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Stefanus, S. (2011). Perbedaan motivasi berprestasi mahasiswa psikologis di Universitas Bina Nusantara ditinjau dari pola asuh orang tua (Naskah Publikasi). Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Uno, H. (2007). Teori Motivasi dan Pengukuranya. Jakarta: Bumi Aksara.

Wattimena, F. Y. (2015). Hubungan Motivasi Berprestasi dan Kecemasan Terhadap Prestasi Panahan Ronde Recurve pada atlet panahan di Indonesia.

Motion , VI (1), 109-122.

Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran-Ed.Revisi. Jakarta: Grasindo.

Yadav, S. K. (2017). A comparative study of sports achievement motivation and anxiety level of male football and hockey players of Bilaspur. International Journal of Physical Education, Sports and Health , 4 (1), 133-134.

(15)

11

Yulistiana. (2014). Hubungan Motivasi Berprestasi dan Persepsi pada Metode Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa.

Jurnal Formatif , 4 (3), 157-162.

Gambar

Tabel 1. Blue Print skala Fear of Failure

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi di sekolah adalah faktor Internal meliputi keterlambatan siswa dalam proses belajar mengakibatkan ketinggalan pelajaran

Melihat hal tersebut, di dalam competitiveness dan fear of failure, motivasi berprestasi merupakan sebuah variabel intervening atau variabel yang secara teoritis

pengaruh perfeksionisme dengan prokrastinasi akademik pada siswa program akselerasi yang dilakukan di Surabaya oleh Nicky Yudha Ananda dan Endah Mastuti (2013) yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Gambaran perfeksionisme pada mahasiswa PPB yakni 51% pada tingkat sedang dan 49% pada tingkat tinggi, 2 Gambaran fear of failure pada mahasiswa