• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asimetri Informasi

Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana pengguna informasi (pihak eksternal) tidak memperoleh informasi sebanyak penyedia informasi (manajemen/pihak internal) sehingga informasi yang diperoleh tidak seimbang (Arrow 1963). Pemilik perusahaan (pemegang saham) memberikan tanggung jawab kepada manajer untuk mengelola perusahaan. Untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya pada pihak eksternal, manajer membuat pengungkapan informasi seperti dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan tersebut sangat penting terutama bagi pengguna eksternal untuk mengetahui kinerja perusahaan, sedangkan pengguna internal (manajemen) memiliki tanggung jawab langsung dengan perusahan sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar pengguna eksternal. Menurut Scott (2006) dalam Damayanti (2009), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor (pihak eksternal).

10

(2)

commit to user

2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman.

Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) untuk saling mencoba memanfaatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri sehingga manajer memiliki kesempatan untuk melakukan manajemen laba yang merupakan kebijakan manajer untuk mencapai tujuan khusus (Richardson 1998).

B. Kualitas Akrual (Accrual Quality)

Penyusunan laporan keuangan di Indonesia harus sesuai dengan standar yang berlaku untuk mendapatkan laporan keuangan yang berkualitas. Standar yang berlaku yaitu PSAK yang didalamnya terdapat prinsip pencatatan akuntansi berbasis akrual (IAI 2009). Basis akrual mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan adanya penerimaan dan pengeluaran kas (Weygandt et al. 2011).

Laporan keuangan menggunakan dasar akrual dalam penyusunannya yang dapat berubah karena adanya perubahan kebijakan manajer sehingga dapat menimbulkan asimetri informasi yang dapat menimbulkan manajemen laba, hal ini dijelaskan dalam teori keagenan (Jensen dan Meckling 1976). Perubahan kebijakan manajer dapat dianggap sebagai hal yang tidak normal (abnormal) karena dapat mempengaruhi jumlah akrual yang seharusnya tidak berubah karena tidak adanya perubahan standar akuntansi. Pos akrual abnormal dapat dijadikan

(3)

commit to user

sebagai suatu ukuran dalam menentukan kualitas pelaporan akuntansi (Bharath, Sunder dan Sunder 2004). Kualitas pelaporan akuntansi dapat kurang dipercaya karena adanya asimetri informasi, informasi yang tidak lengkap, likuiditas, dan batasan dalam penjualan jangka pendek (Callen, Khan, dan Lu 2009).

Kualitas akrual juga dipengaruhi oleh adanya manajemen laba yang meliputi peningkatan pendapatan dan penghindaran rugi serta ketepatan waktu pelaporan oleh manajemen (Biddle dan Hilary 2006), sehingga penghitungan kualitas akrual (accrual quality) dalam penelitian ini menggunakan model penghitungan manajemen laba. Kualitas akrual dipengaruhi oleh perubahan cash flow from operation (CFO) pada tahun perhitungan manajemen laba dan tahun sesudah

maupun sebelumnya (Shoorvazy et al. 2012) karena dalam laporan arus kas terdapat perubahan dari waktu ke waktu yang mempengaruhi manajemen laba.

Model penghitungan kualitas akrual diperoleh dari nilai residual antara manajemen laba dengan cash flow from operation (CFO) pada tahun terjadinya manajemen laba dan tahun sesudah maupun sebelumnya (Shoorvazy et al. 2012).

Penjelasan tentang manajemen laba, teori keagenan, dan discretionary accrual lebih lanjut dijelaskan dalam bagian ini.

1. Manajemen Laba (Earnings management) a. Pengertian manajemen laba

Salah satu ukuran kinerja yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Laba merupakan unsur yang sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan dan laba memiliki nilai prediktif

(4)

commit to user

yang digunakan pihak eksternal untuk mengambil keputusan (Subramanyam dan Wild 2010). Hal tersebut membuat pihak manajemen berusaha untuk melakukan manajemen laba agar kinerja perusahaan terlihat baik oleh pihak eksternal.

Pengertian manajemen laba menurut Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001) dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Definisi sempit

Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk

“bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba.

2) Definisi luas

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

Pengertian lain dari manajemen laba adalah kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus, dan manajemen laba dapat dilakukan dengan menggunakan dasar akrual yang memungkinkan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi menggunakan dasar akrual yang dapat memenuhi kepentingan

(5)

commit to user

manajer (Tresnaningsih 2008). Manajemen laba didasari oleh pilihan kebijakan manajer sehingga dapat mengurangi kualitas pelaporan keuangan jika digunakan untuk pengambilan keputusan, karena manajemen laba merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sarana komunikasi antara pihak manajer dan pihak eksternal perusahaan.

b. Bentuk-bentuk manajemen laba

Scoot (2000) dalam Tresnaningsih (2008) menyatakan ada beberapa bentuk manajemen laba yaitu:

1) Taking a bath

Dalam suatu periode jika manajemen harus melaporkan kerugian, maka manajemen akan melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini manajemen berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan kerugian piutang perusahaan dapat dilimpahkan ke manajemen lama, jika terjadi pergantian manajer.

2) Income Minimization

Manajer akan meminimalkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya: untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan kepada pemerintah. Karena semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan semakin rendah pula pajak yang harus dibayarkan.

(6)

commit to user 3) Income Maximization

Manajer akan berusaha memaksimalkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya: menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba dengan harapan mendapatkan reaksi yang positif dari pasar.

4) Income Smoothing

Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang

dilaporkan dengan tujuan pelaporan eksternal terutama bagi investor, karena umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.

c. Teknik manajemen laba

Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba pada laporan keuangan (Asyik 2000; Gumanti 2000), yaitu:

1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara ini merupakan cara manajer untuk mempengaruhi laba melalui kebijakan terhadap estimasi akuntansi. Hal tersebut memberikan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektivitas dalam menyusun estimasi, misalnya: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

(7)

commit to user 2) Mengubah metode akuntansi

Manajemen mengubah metode akuntansi yang digunakan periode saat ini dengan periode sebelumnya sehingga dapat memaksimalkan atau meminimalkan angka laba. Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.

3) Menggeser periode biaya atau pendapatan

Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan, rekayasa jenis ini disebut juga sebagai manipulasi keputusan operasional, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai, dan lain-lain.

d. Model manajemen laba

Dalam penelitian ini kualitas akrual didapatkan dari penggunaan basis akrual dalam pelaporan keuangan. Basis akrual yang terdapat dalam standar akuntansi tidak mengalami perubahan kecuali terdapat perubahan kebijakan (discretion) manajer (Jones 1991). Kualitas akrual (accrual quality) diperoleh dari perbedaan antara akrual diskrisioner model Jones (1991) yang dimodifikasi dan menggunakan dasar akrual sebagai komponen utama pembentuk laba

(8)

commit to user

dan perubahannya yang berasal dari nilai residual antara kebijakan manajemen (discretion) dengan arus kas operasi (cash flow from operation) (Dechow, Sloan, dan Sweeney 1995).

Jones (1991) berusaha mengontrol pengaruh perubahan akrual dengan memasukkan variabel perubahan pendapatan dan gross property, plant, and equipment (PPE) ke dalam model yang dibangunnya. Perubahan pendapatan mempengaruhi perubahan akrual yang berasal dari modal kerja (working capital) seperti piutang, persediaan, dan utang.

2. Teori Keagenan

Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Jensen dan Meckling 1976). Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki informasi asimetri terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditur dan investor. Informasi asimetri terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Dalam kondisi demikian pihak manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk membuat laporan keuangan dalam usaha memaksimalkan

(9)

commit to user kemakmurannya atau untuk tujuan khusus.

Kesenjangan informasi antara kedua belah pihak dapat menimbulkan munculnya manajemen laba. Masing-masing pihak dalam hubungan keagenan terdorong oleh motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai fokus hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen perusahaan (agent) dan mengungkapkan bagaimana pihak- pihak yang terlibat dalam hubungan keagenan memiliki motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya masing-masing pihak. Usaha ini mendorong timbulnya konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agency).

Pemilik menempatkan fungsi pemantauan (monitoring) untuk mengatasi konflik. Menurut Salno dan Baridwan (2000) dalam Gumanti (2000), bentuk pemantauan yang umum digunakan diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Penyusunan laporan keuangan periodik untuk kepentingan pemilik (stewardships, accountability).

b. Adanya audit laporan keuangan dari auditor independen yang menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan.

3. Discretionary Accrual

Dechow et al. (1995) menyatakan bahwa discretionary accrual (kebijakan akuntansi akrual) adalah suatu cara untuk mengurangi pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan

(10)

commit to user

akuntansi yang berkaitan dengan akrual, misalnya dengan cara menaikkan biaya amortisasi dan depresiasi, mencatat kewajiban yang besar atas jaminan produk (garansi), kontinjensi dan potongan harga, dan mencatat persediaan yang sudah usang. Akrual adalah semua kejadian yang bersifat operasional pada suatu tahun yang berpengaruh terhadap arus kas. Perubahan piutang dan hutang merupakan akrual, juga perubahan persediaan.

Biaya depresiasi merupakan akrual negatif. Akuntan memperhitungkan akrual untuk menandingkan biaya dengan pendapatan, melalui perlakuan transaksi yang berkaitan dengan laba bersih sesuai dengan yang diharapkan.

C. Komponen Investasi dalam Laporan Arus Kas

Investasi berarti bahwa penundaan konsumsi saat ini untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto 2008).

Sumber dana yang terdapat di perusahaan diperoleh dari peningkatan laba dari hasil operasi dan juga peningkatan kas dari para investor. Peningkatan kas tersebut digunakan perusahaan untuk membiayai pengeluaran modal yang terdapat dalam komponen investasi dalam laporan arus kas. Komponen investasi dalam laporan arus kas dipengaruhi oleh asimetri informasi karena dengan adanya asimetri informasi pihak bank tidak dapat mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi dalam perusahaan (Vogt 2001; Beatty et al. 2007). Setiap tingkat pengembalian yang diharapkan dari sebuah investasi, akan selalu terkait dengan

(11)

commit to user

besarnya tingkat risiko yang menyertainya. Bagi investor faktor risiko investasi sama pentingnya dengan faktor tingkat pengembalian yang diharapkan. Semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan, maka semakin besar risiko yang akan dihadapi terhadap investasi tersebut.

Dalam arus kas terdapat pengeluaran modal (capital expenditure) yang menjadi dasar dalam penghitungan komponen investasi dalam laporan arus kas.

Investasi diperoleh dari total capital expenditure dibagi dengan total aset (Fazzari, Hubbard, dan Peterson 1988; Shoorvarzy et al. 2012).

1. Laporan Arus Kas

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap karena itu kas sangat penting dalam kelangsungan aktivitas perusahaan, sehingga memerlukan perhatian khusus, karena pengelolaan kas yang kurang efektif dapat menyebabkan kelebihan dalam kas. Manajemen harus mendayagunakan kas, khususnya kas atau uang yang sementara menganggur dan tidak digunakan untuk melaksanakan kegiatan normalnya, hal ini diperlukan untuk menghindari resiko rugi.

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan kas tersebut.

Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam

(12)

commit to user

menghasilkan kas serta keputusan darimana kas diperoleh. Perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan di laporan keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan. Laporan arus kas merupakan laporan yang bertujuan untuk menyediakan infomasi arus kas masuk dan keluar dalam satu periode yang meliputi informasi tentang kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan atas dasar kas (Subramanyan et al. 2010).

Laporan arus kas diklasifikasikan menjadi tiga bagian (IAI: 2009) yaitu sebagai berikut.

a. Aktivitas Operasi

Aktivitas operasi merupakan aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Indikator utamanya adalah menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan kas untuk melunasi pinjaman dan memelihara kemampuan operasi entitas, membayar deviden dan melakukan investasi. Aktivitas ini merupakan penghasil utama pendapatan sehingga dalam penelitian ini cash flow from operation (CFO) juga dimasukkan sebagai variabel independen

untuk menganalisis pengaruhnya terhadap komponen investasi dalam laporan arus kas.

b. Aktivitas investasi

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas

(13)

commit to user

ini mencerminkan pengeluaran untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan kas di masa depan. Dalam penelitian ini komponen investasi dalam laporan arus kas diperoleh dari bagian dalam aktivitas investasi sebagai variabel dependen.

c. Aktivitas pendanaan

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Aktivitas ini memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas

2. Capital Expenditure

Capital expenditure adalah pengeluaran modal untuk menghasilkan

manfaat dimasa yang akan datang (Weygandt et al. 2011). Pengeluaran modal terjadi ketika perusahaan mengeluarkan kas untuk membeli aset tetap atau menambah nilai aset tetap yang digunakan oleh perusahaan dan untuk memperoleh aset seperti peralatan, properti, dan bangunan industri (Subramanyam dan Wild 2010). Menurut Saphiro (2005), capital expenditure merupakan investasi yang dikeluarkan dengan

harapan akan menghasilkan aliran kas masuk di masa depan.

Capital expenditure umumnya ditemukan pada laporan arus

kas sebagai “Investasi di Aktiva Tetap”. Penelitian ini menggunakan investasi sebagai variabel dependen yaitu aktivitas investasi yang terdapat dalam laporan arus kas selama periode 5 tahun. Komponen

(14)

commit to user

investasi dalam laporan arus kas diperoleh dari capital expenditure perusahaan dibagi rata-rata aset dalam satu periode.

Ada beberapa jenis capital expenditure menurut Saphiro (2005), yaitu:

a. Equipment Replacement

Capital expenditure dalam hal ini adalah karena bertambahnya

aset disebabkan kebutuhan aset baru atau usangnya aset lama.

Contohnya adalah adanya pergantian mesin di sebuah perusahaan karena mesin yang ada telah rusak, maka mesin baru dikategorikan sebagai capital expenditure.

b. Expansion to meet growth in existing products

Suatu perusahaan memutuskan untuk melakukan ekspansi dalam rangka meningkatkan produk yang ada, maka biaya ekspansi tersebut dapat dikategorikan sebagai capital expenditure.

c. Expansion generated by new products

Pada saat perusahaan berencana untuk mengeluarkan produk baru sehingga perusahaan membutuhkan pabrik baru untuk membuatnya, maka seluruh biaya untuk menghasilkan pabrik yang siap beroperasi dapat dimasukkan sebagai capital expenditure.

d. Projected mandated by law

Jenis capital expenditure ini lebih banyak dihadapi oleh perusahaan yang bidang operasinya mengambil sesuatu dari alam seperti perusahaan pertambangan ataupun industri lain. Seluruh pengeluaran yang dikeluarkan untuk menyesuaikan dengan hukum

(15)

commit to user

(peraturan) yang berlaku dapat dikategorikan sebagai capital expenditure. Contohnya adalah jika terdapat peraturan negara yang

menyebutkan bahwa sekitar pabrik yang mengeluarkan limbah berbahaya diwajibkan memiliki tempat pengolahan limbah, maka pengeluaran yang berkaitan dengan tempat pengolahan limbah dapat digolongkan sebagai capital expenditure.

D. Indeks LQ-45

Indeks LQ-45 dimulai tanggal 13 Juli 1994 dan dibentuk hanya dari 45 saham-saham yang paling aktif diperdagangkan (Jogiyanto 2008). Pertimbangan yang mendasari pemilihan saham yang masuk di dalam daftar indeks LQ-45 adalah likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria sebagai berikut ini.

1. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi sahamnya masuk dalam urutan 60 besar di pasar reguler.

2. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 besar di pasar reguler.

3. Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan.

4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar reguler.

BEI secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ-45. Setiap 3 bulan review pergerakan rangking saham akan digunakan dalam kalkulasi indeks tersebut. Pergantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari

(16)

commit to user

dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi indeks LQ-45, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria (www.idx.co.id).

Penelitian ini menggunakan periode selama 5 tahun pada perusahaan yang tercatat dalam daftar indeks LQ-45. Pertimbangan penggunaan perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 karena tingkat likuiditas yang tinggi yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pengambilan keputusan oleh investor.

E. Penelitian Terdahulu

Akses pihak ekstenal untuk mengetahui informasi pribadi perusahaan dan pembatasan langsung terhadap investasi cenderung mempengaruhi sejauh mana kualitas pelaporan akuntansi mengurangi kendala pendanaan. Hasil penelitian Beatty et al. (2009) menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan pembatasan keuangan dengan akses pribadi oleh bank pada perusahaan dapat menurunkan kualitas pelaporan akuntansi. Almeida et al. (2004) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan pembatasan pendanaan keuangan arus kas operasinya memiliki hasil positif dan signifikan terhadap komponen investasi dalam laporan arus kas.

Penelitian sebelumnya Fazzari (1988) menyimpulkan bahwa komponen investasi dalam laporan arus kas lebih berpengaruh terhadap perusahaan yang kemungkinan besar menghadapi kendala keuangan. Kemudian pendapat tersebut diperkuat oleh penelitian Almeida et al. (2002) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara komponen investasi dalam laporan arus kas

(17)

commit to user

dan kendala keuangan yang dihadapi oleh perusahaan dan penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelaporan akuntansi yang tinggi dapat mengurangi biaya modal. Penelitian Beatty et al. (2007) menunjukkan bahwa peningkatan kualitas akrual berpengaruh secara signifikan terhadap komponen investasi dalam laporan arus kas.

Kualitas akrual yang tinggi akan menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam komponen investasi dalam laporan arus kas karena kualitas akrual dapat meningkatkan komponen investasi dalam laporan arus kas dengan mengurangi asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham dan penelitian menunjukkan efek yang lebih kuat pada perusahaan yang menjadikan saham sebagai indikator dalam melakukan investasi (Almeida et al. 2004). Sedangkan untuk investasi dari bank, bank mungkin dapat memonitor manajer lebih baik karena dapat memperoleh informasi secara langsung dari perusahaan yang akan mengurangi resiko moral. Berarti bahwa kualitas akrual yang tinggi akan menurunkan komponen investasi dalam laporan arus kas (Biddle dan Hillary 2006).

Kualitas akrual yang rendah dikaitkan dengan biaya yang lebih besar dari hutang dan ekuitas. Kualitas pelaporan akuntansi diukur dengan kualitas akrual yang dibedakan antara kualitas akrual total dan kualitas akrual pilihan manajemen atau kebijakan manajemen (diskresioner). Keduanya memiliki komponen biaya yang signifikan dari efek modal, tetapi efek kualitas akrual (AQ) total secara signifikan lebih besar dari diskresioner kualitas akrual (Francis et al. 2005).

Hubungan antara kualitas pelaporan keuangan dan komponen investasi dalam

(18)

commit to user

laporan arus kas yang rendah bagi perusahaan-perusahaan yang menghadapi kendala pendanaan, konsisten dengan argumen bahwa informasi akuntansi keuangan dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dan investor.

F. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh kualitas akrual (accrual quality/AQ) terhadap komponen investasi dalam laporan arus kas (investment-cash flow)

Teori keagenan berpendapat bahwa adanya asimetri informasi mendukung munculnya manajemen laba karena terdapat konflik kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan. Manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan cara menerapkan kebijakan- kebijakan akuntansi sehingga berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan perusahaan dan berpengaruh terhadap investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi. Perusahaan menggunakan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan sehingga menjadi penting untuk mengetahui kualitas akrual yang berasal dari penerapan dasar akrual dalam laporan keuangan.

Kualitas pelaporan akuntansi yang berasal dari dasar akrual berpengaruh terhadap komponen investasi dalam laporan arus kas karena dengan adanya dasar akrual, laba yang dihasilkan tidak mencerminkan kas yang masuk dan keluar. Kas masuk dan keluar mencerminkan likuiditas perusahaan yang dapat dilihat dalam laporan arus kas.

Sehingga kualitas akrual (accrual quality/AQ) akan berpengaruh

(19)

commit to user

terhadap para investor yang menanamkan modal di perusahaan untuk membiayai pengeluaran modal yang terdapat dalam laporan arus kas.

Sumber pendanaan mempengaruhi pentingnya kualitas akrual atas komponen investasi dalam laporan arus kas pada perusahaan.

Analisis menunjukkan bahwa perusahaan dengan komponen investasi dalam laporan arus kas yang lebih tinggi memiliki karakteristik yang dikaitkan dengan pembatasan keuangan untuk menghadapi resiko adanya kendala keuangan di kemudian hari (Almeida et al. 2002).

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa peningkatan kualitas akrual (accrual quality/AQ) akan mengurangi komponen investasi dalam laporan arus kas (Almeida et al. 2004; Biddle dan Hillary 2006; Beatty et al. 2007; Shoorvarzy et al. 2012).

Kualitas akrual diperoleh dari nilai residual antara discretionary accrual yang digunakan dalam penghitungan manajemen laba dan

perubahan cash flow from operation (CFO) dari tahun ke tahun, sehingga diperoleh kualitas akrual yang sebenarnya karena tidak hanya memperhitungkan nilai secara dasar akrual tetapi juga dengan dasar kas yang terdapat dalam laporan arus kas. Apabila discretionary accrual lebih tinggi dari CFO maka disimpulkan bahwa kualitas akrual tinggi tetapi perusahaan memiliki kas yang rendah sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membiayai pengeluaran modal (capital expenditure) yang terdapat dalam arus kas. Sebaliknya apabila CFO lebih tinggi dari discretionary accrual maka kualitas akrual menjadi rendah akan tetapi

(20)

commit to user

perusahaan memiliki kas yang lebih tinggi dan dapat membiayai pengeluaran modal (capital expenditure). Sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

H1 : Peningkatan kualitas akrual (accrual quality) mengurangi komponen investasi dalam laporan arus kas (investment-cash flow).

2. Pengaruh Cash flow from operation (CFO) terhadap komponen investasi dalam laporan arus kas (investment-cash flow)

Komponen investasi dalam laporan arus kas dikaitkan dengan cash flow from operation (CFO) karena ketika perusahaan memiliki kas yang

besar maka perusahaan akan mampu membiayai pengeluaran modal yang terdapat dalam komponen investasi dalam laporan arus kas (Shoorvarzy et al. 2012). Pada saat perusahaan memiliki kas yang besar maka

perusahaan akan cenderung mengeluarkan kas untuk membiayai pengeluaran modal yaitu komponen investasi dalam laporan arus kas.

Apabila perusahaan hanya memiliki kas sedikit maka kemampuan untuk membiayai pengeluaran modal juga rendah sehingga dapat disimpulkan ketika arus kas operasi tinggi maka komponen investasi dalam laporan arus kas juga tinggi dan sebaliknya.

Berdasarkan analisis tersebut maka antara arus kas operasi dan komponen investasi dalam laporan arus kas keduanya saling mempengaruhi. Sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

(21)

commit to user

H2 : Cash flow from operation memiliki pengaruh positif terhadap komponen investasi dalam laporan arus kas (investment-cash flow).

G. Kerangka Pemikiran

Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan independen. Variabel dependen yaitu komponen investasi dalam laporan arus kas (investment-cash flow) dan variabel independennya terdiri dari dua variabel yaitu kualitas akrual (accrual quality/AQ) dan cash flow from operation (CFO). Berdasarkan telaah pustaka, penelitian-penelitian terdahulu, dan

hipotesis penelitian maka variabel dependen yaitu komponen investasi dalam laporan arus kas (investment-cash flow) dipengaruhi oleh dua variabel independen sebagai berikut.

1. Kualitas akrual (accrual quality/AQ) berpengaruh negatif terhadap komponen investasi dalam laporan arus kas (investment-cash flow).

2. Cash flow from operation (CFO) berpengaruh positif terhadap komponen investasi dalam laporan arus kas (investment-cash flow).

Kerangka mengenai hubungan antar masing variabel berdasarkan hipotesis tersebut disajikan dalam model penelitian pada gambar II.1. Kerangka pemikiran berikut ini menunjukkan adanya pengaruh variabel independen yaitu kualits akrual (accrual quality/AQ) dan cash flow from operation (CFO) terhadap

(22)

commit to user

variabel dependen yaitu komponen investasi dalam laporan arus kas pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 tahun 2007-2011.

Gambar II.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Variabel Independen Variabel Dependen

Sumber : berbagai jurnal

H

1

-

H

2

+

Komponen Investasi dalam Laporan Arus Kas (INV)

Referensi

Dokumen terkait

Selama mengikuti lomba, peserta harus berperilaku sopan, tertib, dan tidak melakukan kegiatan yang merugikan orang

ED Amandemen PSAK 15 menambahkan bahwa entitas yang bukan merupakan entitas investasi memiliki kepentingan pada entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan entitas

Upaya Pengamanan terhadap aset tidak bergerak pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah dilakukan dengan berupa barang

Menurut Marsono dan Said (2008), pupuk kandang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk kimia, yakni : (1) Aman digunakan dalam jumlah besar, bahkan dalam

Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara organizational commitment dan psychological ownership , dengan asumsi

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama dalam setiap aspek kehidupan baik aspek sosial, ekonomi, politik budaya, pendidikan dan lain sebagainya.. Oleh karena itu,

Setelah diberikan latihan asertif berdasarkan hasil posttest kelompok eksperimen mengalami penurunan berada pada kategori rendah, sedangkan kelompok kontrol yang