PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN
(SITE INSPECTOR OF ROADS)
2007
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
-i-
KATA PENGANTAR
Dalam rangka menunjang fungsi jalan baik berkaitan dengan keamanan konstruksi, maupun berkaitan dengan keamanan dan keselamatan pengguna jalan, maka jalan harus dilengkapi dengan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan dan merupakan satu kesatuan dari konstruksi jalan secara keseluruhan.
Bangunan pelengkap jalan merupakan bangunan yang dibuat dalam rangka pengamanan konstruksi jalan dari pengaruh dan kondisi alam sekitarnya terutama air. Sedangkan perlengkapan jalan berkaitan dengan lalu lintas baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengetahuan mengenai pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan merupakan salah satu pengetahuan yang harus dipahami oleh para pengawas pekerjaan konstruksi guna menunjang pelaksanaan tugas pengawasan pekerjaan jalan.
Penulisan dan penyusunan modul ini didasarkan pada semua ketentuan berkaitan dengan konstruksi jalan maupun pengaturan mengenai lalu lintas yang berlaku dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya untuk kesempurnaan modul ini kami sangat mengharapkan masukan yang besifat kritik membangun dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung penulisan modul ini.
Harapan kami semoga modul ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Jakarta, Desember 2005
P
e
n
y
u
s
u
n
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
-ii-
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
-iii-
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads)
MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur
TUJUAN UMUM PELATIHAN :
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan dokumen kontrak.
TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :
Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu:
1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Melaksanakan Manajemen
3. Mengenal Bahan Jalan 4. Membuat Gambar Teknik 5. Mengenal Alat Berat
6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan 7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah
8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase
9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan 10. Melaksanakan Pekerjaan Beton
11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13. Melaksanakan Metode Kerja
14. Menyusun Pelaporan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
-iv- NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIR – 11 PEKERJAAN BANGUNAN
PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN JALAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu mengawasi pekerjaan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan sehingga dihasilkan mutu bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan sesuai dengan spesifikasi teknik yang ditetapkan dalam dokumen kontrak.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Pada akhir pembelajaran modul ini peserta mampu :
1. Menjelaskan fungsi dan jenis bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan.
2. Menjelaskan perlengkapan jalan standar
3. Menjelaskan konstruksi bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan
4. Mengawasi pelaksanaan metode pelaksanaan konstruksi bangunan pelengkap
dan perlengkapan jalan.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
-v-
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site
Inspector of Roads)
vi
DAFTAR MODUL v
PANDUAN INSTRUKTUR vi
BAB I JENIS DAN FUNGSI BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN JALAN
1.1. Pengertian
1.2. Bangunan Pelengkap Jalan 1.2.1 Saluran Air Jalan
1.2.2 Tembok Penahan Tanah 1.2.3 Jembatan
1.3. Perlengkapan Jalan
I – 1 I – 1 I – 1 I – 1 I – 4 I – 4 I – 4
BAB II PERLENGKAPAN JALAN STANDAR
2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Fungsi Jalan, Sistem Jalan Kelas Jalan
2.2. Pengelompokan Jalan Menurut Kelas Jalan
2.3. Jenis Bangunan Pelengkap Jalan Dan Perlengkapan Jalan
II – 1 II – 1 II – 4 II – 5
BAB III KONSTRUKSI BANGUNAN PELENGKAP JALAN DAN PERLENGKAPAN JALAN
3.1. Konstruksi Bangunan Pelengkap 11
3.2. Konstruksi Perlengkapan Jalan
III – 1 III – 1 III – 15
BAB IV METODE PELAKSANAAN 4.1. Pelaksanaan Bangunan Pelengkap Jalan ... 35 4.1. Pelaksanaan Pekerjaan Bangunan Pelengkap Jalan
4.2. Pelaksanaan Pekerjaan Perlengkapan Jalan
IV – 1 IV – 1 IV – 2
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
-vi-
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN
JEMBATAN (Site Inspector of Bridge)
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka
berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan
Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridge) .
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
-vii-
DAFTAR MODUL
Jabatan Kerja :
Site Inspector of Roads (SIR)
Nomor
Modul Kode Judul Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 SIR – 02 Manajemen
3 SIR – 03 Bahan Jalan 4 SIR – 04 Gambar Teknik 5 SIR – 05 Alat Berat
6 SIR – 06 Pengukuran dan Pematokan 7 SIR – 07 Pekerjaan Tanah
8 SIR – 08 Pekerjaan Drainase
9 SIR – 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan 10 SIR – 10 Pekerjaan Beton
11 SIR – 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
12 SIR – 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13 SIR – 13 Metode Kerja
14 SIR – 14 Teknik Pelaporan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
-viii-
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads)
KODE MODUL : SIR-11
JUDUL MODUL : PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN JALAN
DESKRIPSI : Modul ini membahas mengenai fungsi dan jenis bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan;
perlengkapan jalan standar; konstruksi bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan; pelaksanaan metode pelaksanaan konstruksi bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan.
TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.
WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
-ix-
B. RENCANA PEMBELAJARAN
KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG
1. Ceramah : Pembukaan Menjelaskan dan menguraikan tentang :
Tujuan instruksional umum(TIU) dan Tujuan instruksional khusus (TIK)
Waktu :5 menit
Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan
apabila kurang jelas.
OHT
2. Ceramah : Bab I Jenis dan fungsi bangunan pelengkap dan
perlengkapan jalan
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Pengertian
Bangunan pelengkap jalan
Perlengkapan jalan Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
3. Ceramah : Bab II Perlengkapan jalan standar
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Pengelompokan jalan menurut fungsi jalan, sistem jalan kelas jalan
Pengelompokan jalan menurut kelas jalan
Jenis bangunan pelengkap jalan dan perlengkapan jalan
Waktu : 15 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
4. Ceramah : Bab III Konstruksi bangunan pelengkap jalan dan perlengkapan jalan
Menjelaskan dan menguraikan tentang :
Konstruksi bangunan pelengkap
Konstruksi perlengkapan jalan Waktu : 30 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
5. Ceramah : Bab IV Metode Pelaksanaan
Menjelaskan dan menguraikan tentang:
Pelaksanaan pekerjaan bangunan pelengkap jalan
Pelaksanaan pekerjaan perlengkapan jalan Waktu : 25 menit
Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila
perlu
OHT
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 1
BAB II
PERLENGKAPAN JALAN STANDAR
2.1. PENGELOMPOKAN JALAN MENURUT FUNGSI JALAN, SISTEM JALAN KELAS JALAN
Sesuai fungsinya, jalan dkelompokkan sebagai berikut:
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lingkungan
Masing-masing kelompok dikelompokkan menurut sistem jaringan jalannya yakni;
Sistem Jaringan Primer; dan
Sistem Jaringan Jalan Sekunder
1. Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dan dengan lebar badan jalan paling rendah 11 (sebelas) meter.
Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.
Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud di atas nharus tetap terpenuhi.
Persimpangan pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud di atas.
Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
2. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dan dengan lebar badan jalan paling rendah 9 (sembilan) meter.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 2
Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) masih tetap terpenuhi.
Persimpangan pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
3. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.
Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dan dengan lebar badan jalan paling rendah 7,5 (tujuh koma lima) meter.
Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh terputus.
4. Jalan Lingkungan Primer
Jalan lingkungan primer menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam dan dengan lebar badan jalan paling rendah 6,5 (enam koma lima) meter.
Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling rendah 3,5 (tiga koma lima) meter.
5. Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 3
Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dan dengan lebar badan jalan paling rendah 11 (sebelas) meter.
Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata.
Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
Persimpangan pada jalan arteri sekunder dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
6. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dan dengan lebar badan jalan paling rendah 9 (sembilan) meter.
Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata.
Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat .
Persimpangan pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
7. Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling sedikit 10 (sepuluh) kilometer per jam dan dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
Jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling sedikit 10 (sepuluh) kilometer per jam dan dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter.
Persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 4
8. Jalan Lingkungan Sekunder Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.
Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
2.2. PENGELOMPOKAN JALAN MENURUT KELAS JALAN
Sesuai dengan ketentuan UU No. 38/2004 terntang Jalan, Kelas Jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil.
Spesifikasi penyediaan prasarana jalan tersebut meliputi pengendalian jalan masuk, persimpangan, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median, serta pagar.
1. Jalan Bebas Hambatan
Spesifikasi jalan bebas hambatan meliputi pengendalian jalan masuk secara penuh, tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi dengan median, paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah, dan lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
2. Jalan Raya
Spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah, lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
3. Jalan Sedang
Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.
4. Jalan Kecil
Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar jalur paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
II - 5
2.3. JENIS BANGUNAN PELENGKAP JALAN DAN PERLENGKAPAN JALAN
Bangunan pelengkap jalan harus disesuaikan dengan fungsi jalan yang bersangkutan.
Jalan dilengkapi dengan perlengkapan jalan.
Perlengkapan jalan terdiri atas perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan pengguna jalan.
Perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan meliputi perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan, baik wajib maupun tidak wajib.
Yang dimaksud dengan perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan adalah bangunan atau alat yang dimaksudkan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi pengguna jalan dalam berlalu lintas.
Contoh perlengkapan jalan tersebut antara lain rambu-rambu (termasuk nomor rute jalan), marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan alat pengamanan pengguna jalan, serta fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar jalan seperti tempat parkir dan halte bus.
Yang dimaksud dengan perlengkapan jalan yang berkaitan tidak langsung dengan pengguna jalan adalah bangunan yang dimaksudkan untuk keselamatan penggunan jalan, dan pengamanan aset jalan, dan informasi pengguna jalan.
Contoh perlengkapan jalan tersebut antara lain patok-patok pengarah, pagar pengaman, patok kilometer, patok hektometer, patok ruang milik jalan, batas seksi, pagar jalan, fasilitas yang mempunyai fungsi sebagai sarana untuk keperluan memberikan perlengkapan dan pengamanan jalan, tempat istirahat dan lampu jalan.
Perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan yang wajib dilengkapi dengan:
o aturan perintah dan larangan yang dinyatakan dengan APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas), rambu, dan marka;
o petunjuk dan peringatan yang dinyatakan dengan rambu dan tanda-tanda lain;
dan/atau
o fasilitas pejalan kaki di jalan yang telah ditentukan.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
IV - 1
BAB IV
METODE PELAKSANAAN
4.1. PELAKSANAAN PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP JALAN
1. Saluran Air
a. Pelaksanaan : Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan, pengangkutan, pemasangan dan pemadatan material urugan porous yang diperlukan untuk landasan saluan beton atau pipa atau untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah gerusan tanah halus oleh rembesan air bawah tanah.
Pekerjaan ini juga mencakup pengadaan dan pemasangan pipa porous (berlubang) dan anyaman filter bila material ini diperlukan.
Material tersebut diatas digunakan pada bagian belakang dari tembok jembatan, tembok sayap, tembok penahan tanah, pasangan batu kosong dan bronjong batu, serta pada pembangunan drainase bawah tanah perkerasan, saluran beton, gorong-gorong, selimut pasir dan drainase vertikal untuk pekerjaan stabilisasi, kantong lubang sulingan, kantong saringan dasar dan pekerjaan lain yang serupa sesuai dengan spesifikasi.
b. Toleransi dan Dimensi
1) Profil akhir timbunan berbutir untuk drainase porous tidak boleh bervariasi dari profil yang disetujui atau disyaratkan lebih dari 2 cm.
2) Permukaan akhir dan kelandaian untuk bahan landasan pipa dan saluran beton tidak boleh bervariasi dari yang disetujui atau ditentukan lebih 1 cm.
3) Toleransi dimensi untuk bentuk, diameter, panjang dan tebal dinding dari pipa porous harus seperti yang ditentukan dalam AASTHO M 179. Kerenggangan maksimum antara kedua ujung pipa porous pada waktu dipasang harus 5 mm.
4) Kemiringan lereng minimum dalam saluran yang dibangun menggunakan pipa porous harus 1: 1000.
5) Permukaan pondasi untuk urugan porous yang digunakan dalam selimut drainase haruslah rata, dan teratur dengan kemiringan lereng yang menerus untuk mencegah genangan.
Lereng minimum adalah : 1:200
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
IV - 2
2. Turapa. Pasangan batu kosong dan bronjong
Pekerjaan harus mencakup pengadaan bronjong kawat diisi batu (gabion) atau pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan perincian yang ditunjukkan pada gambar.
b. Toleransi
Pasangan batu dengan mortar. Pasangan dengan mortar dapat digunaan untuk turap maupun tembok penahan tanah. Tabel minimum dari pasangan batu haruslah 10 cm.
3. Jembatan
Untuk pelaksanaan jembatan secara rinci diuraikan dan dibahas tersendiri dalam modul yang lain yakni pekerjaan jembatan.
4.2. PELAKSANAAN PEKERJAAN PERLENGKAPAN JALAN
1. Marka Jalan
a. Penyiapan Permukaan
Sebelum marka-marka jalan dipasang atau pelapisan cat dilaksanakan, permukaan perkerasan yang akan dicat harus bersih, kering dan bebas dari bekas-bekas gemuk dan debu.
Cat lama atau marka termoplastis yang akan menghalangi pelekatan yang memadai terhadap pelapisan yang baru harus dibuang dengan semprotan pasir.
b. Pelaksanaan Marka Jalan
Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan menuntut ketentuan pabrik pembuat sesaat sebelum dipakai agar menjaga bahan pewarna tercampur merata didalam suspensi.
Cat tidak boleh dipasang pada permukaan yang dilapis kurang dari 3 bulan setelah pemberian lapisan lebur atas atau pelapisan latason.
Ukuran yang tepat dan kedudukan semua marka jalan harus ditempatkan dan diberi tanda pada perkerasan sebelum cat dipakai.
Cat jalan harus dipakai untuk sumbu jalan, garis pemish jalur, garis batas perkerasan dan garis-garis zebra cross dengan memakai alat mesin mekanis yang disetujui, bergerak mesin sendiri, jenis penyemprot otomatis dengan pengaduk mekanis.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
IV - 3
Bilamana pengecatan dengan mesin tidak memungkinkan Direksi Teknik dapat membolehkan marka jalan dibuat dengan kwas tangan, disemprot, atau dicetak sesuai dengan bentuk konfigurasi dan jenis cat yang disetujui. Kristal gelas harus diberikan pada permukaan cat jalan segera setelah cat tersebut dioleskan. Semua kristal gelas harus dipasang dengan tekanan atau dengan takaran semprotan 450 gm/m2.
Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas hingga marka-marka tersebut cukup kering dengan demikian tidak ada yang terkelupas/ adanya jejak roda.
2. Rambu Jalan
Pemakaian cat untuk rambu jalan harus digunakan sesuai umur kemasan untuk menjamin bahwa hanya produk yang masih segar digunakan dalam batas waktu yang diisyaratkan oleh pabrik pembuat.
Plat Rambu Jalan
o Dari bahan logam campuran aluminium. Lembar plat, logam campuran keras 5052-H 34 yang memenuhi ASTM B 221, dan mempunyai ketebalan minimum 2 mm, harus bebas gemuk, digravir, dinetralisir dan diproses terlebih dahulu sebelum digunakan.
o Dari bahan logam campuran alumunium berbentuk potongan-potongan dengan No. 6063-T-6 sesuai persyaratan ASTM B 221. Penguat plat rambu lalu lintas harus dilaksanakan bila ukurannya melebihi 1,00 meter.
Patok Rambu
Dari pipa baja digalvanisir secara panas, sesuai persyaratan ASTM A 120 dengan diameter dalam minimum 40 mm. Bahan yang sama dipakai juga untuk pelengkap penutup tiang rambu. Semua bagian akhir yang terbuka harus ditutup untuk mencegah masuknya air.
Perangkat keras, sekrup, mur, baut dan cincin
Dari bahan alumunium atau baja tahan karat berkualitas tinggi untuk tiang rambu dan rel pengaman yang digalvanisir.
Beton.
Beton harus dari kelas II/K 175
3. Patok Pengarah
Jumlah jenis dan lokasi pengarah harus menurut petunjuk Direksi Teknik.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
IV - 4
Patok pengarah bahannya dari schotlite yang memenuhi persyaratan lainnya yang telah disetujui yaitu dari bahan warna yang dapat memantulkan cahaya.
4. Patok Kilometer
Semua patok harus dipasang secara tepat pada lokasi dari ketinggian dengan cara yang menjamin kuat pada tempatnya, terutama sewaktu mengeraskan adukan beton.
Jumlah, jenis dan lokasi patok kilometer harus menurut petunjuk Direksi Teknik.
5. Rel Pengaman (Guard Rail)
Bahan harus dari baja dengan ketebalan tak kurang 12 „gauge“ dan sifatnya harus :
Perpanjangan harus tidak boleh kurang dari 12 persen, apabila diadakan pengujian tarik pada suatu baut dengan panjang kira-kira 2,5 cm.
Mempunyai kekuatan tarik maksimum (ultimate) 5.600 kg/m2.
Mempunyai kekuatan balok termasuk sambungan-sambungan sebesar 680 kg dan defleksi 5 cm bila diuji pada suatu bentangan bersih sepanjang 345 cm dengan pembebanan melalui plat datar selebar 8 cm pada tengah-tengahnya.
Jumlah, jenis dan lokasi dari rel pengaman harus menurut petunjuk Direksi Teknik.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
R - 1
RANGKUMAN
Dalam pengertian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan yang ada kaitannya dengan bangunan jalan yakni :
a. Bangunan pelengkap jalan berupa bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan, antara lain jembatan, ponton, lintas atas (over pass), lintas bawah (under pass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok, penahan, saluran air jalan dan sebagainya.
b. Perlengkapan jalan antara lain rambu-rambu jalan, rambu-rambu lalu lintas, tanda-tanda jalan, pagar pengaman lalu lintas, pagar ruang milik jalan dan patok-patok ruang milik jalan.
Sesuai dengan fungsi dan kondisi yang dijumpai di lapangan, maka saluran air jalan dapat berupa :
1. Saluran tepi jalan (saluran terbuka) 2. Saluran tertutup
3. Saluran air bawah permukaan
Beberapa hal berikut yang harus mendapat perhatian dalam pembuatan saluran tepi jalan:
a. Dasar saluran harus cukup rendah (sesuai dengan gambar kerja) b. Bentuk saluran harus sesuai metoda kerja
Air harus mengalir bebas dari permukaan jalan
Tembok penahan tanah / turap adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kelongsoran talud jalan baik pada tebing sebelah atas muka jalan maupun pada tiang sebelah bawah muka jalan.
Bangunan ini biasanya dibuat pada tempat yang terkena pengaruh gerusan air.
Beberapa macam perlengkapan jalan yang akan dibahas adalah : 1. Marka Jalan
2. Rambu Jalan 3. Patok Pengarah 4. Patok Kilometer 5. Rel Pengaman
Rambu jalan tersebut memberi informasi antara lain mengenai keadaan jalan yang dapat berupa :
a. Tikungan / belokan
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
R - 2 b. Jalan dalam kondisi pendakian / penurunan
c. Perubahan kondisi lebar jalan
d. Kondisi permukaan yang tidak rata(bergelombang) e. Kondisi permukaan jalan licin
f. Peringatan bahwa jalan melintasi jalan kereta api, dan lain-lain
Bangunan pelengkap jalan harus disesuaikan dengan fungsi jalan yang bersangkutan yaitu : jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan.
Perlengkapan jalan terdiri atas perlengkapan jalan yang berkaitan langsung yang meliputi perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan, baik wajib maupun tidak wajib yakni bangunan yang dimaksudkan untuk keselamatan penggunan jalan, dan pengamanan aset jalan, dan informasi pengguna jalan seperti: bangunan atau alat yang dimaksudkan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi pengguna jalan dalam berlalu lintas, dan tidak langsung dengan pengguna jalan antara lain patok-patok pengarah, pagar pengaman, patok kilometer, patok hektometer, patok ruang milik jalan, batas seksi, pagar jalan, fasilitas yang mempunyai fungsi sebagai sarana untuk keperluan memberikan perlengkapan dan pengamanan jalan, tempat istirahat dan lampu jalan.
Pembangunan bangunan-bangunan tersebut berdasarkan standar yang telah
ditetapkan oleh instansi penyelenggara jalan maupun instansi penanggung jawab
lalu lintas.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR)
DP - 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Oglesby, Clarkson.H and Hicks, R. Gary Highways Engineering, 4nd Ed John Willey & Sons, inc, 1982.
2. Tschebotarioff, Gregory P., Foundations Retaining and Earth Structures, McGraw HillKogakusha LTD, Tokyo, 1973.
3. Duttenhoeffer, R.,Podwal, B.E., and Kirkyla, V.A., Highway Engineering, Section 16 of Standard Handbook for Civil Engineers, Second Edition, by Frederick S. Merrit, McGraw-Hill Inc.,New York, 1976
4.