PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI
WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA
KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAY
ASKRIPSI
Diajukan Oleh :
SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI
1013010091/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR 2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana EKONOMI DAN BISNIS
Progdi Akuntansi
Diajukan Oleh :
SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI
1013010091/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI
WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA
KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAY
AYang diajukan
SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI
1013010091/FE/EA
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Tanggal : …………...
NIP. 19510807 198303 1001
Mengetahui,
Ketua Progdi Akuntansi
Dr. Hero Priono, SE, Msi, Ak, CA NIP. 19611011 199203 1001
KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAY
AYang diajukan
SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI
1013010091/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Tanggal : …………...
NIP. 19510807 198303 1001
Wakil Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI PADA KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAYA
yang diajukan
SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI
1013010091
telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
Tanggal : ...
Mengetahui :
Ketua Program Studi
Dr. Hero Priono, Msi, Ak. NIP : 19611011 1999203 1001 Drs, EC, Sjafi’i, MM, AK
NIP : 19510807 198303 1001
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA
KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAY
ADisusun Oleh :
Septianingsari Rieswindrati
1013010091/FE/AK
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal April 2014
Pembimbing: Tim Penguji:
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Drs. Ec. Saiful Anwar. M.si Sekretaris
Dra. Ec. Sjafi’i, MM, Ak
Anggota
Dr.Gideon Setyo B, M.Si
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulisdapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan judul
“PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK
MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI PADA KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAYA”. dengan
baik.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga
dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. H. Rahman A. Suwaidi, MS, selaku Wakil Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Hero Priono, SE, MSi, Ak, CA selaku Kepala Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi
mahasiswa.
7. Ibu, Ayah, kakak dan seluruh keluarga yang telah memberi doa restu, kasih
sayang, dukungan moril dan materiil selama kuliah hingga penyelesaian
skripsi ini.
8. Reza, Bunga,Adita,Joko, serta sahabat-sahabat sebimbingan Pak Sjafi’i serta
sahabat-sahabat lainnya yang telah menjadi sahabat seperjuangan, teman
diskusi dan banyak memberikan dukungan, doa dan perhatian kepada penulis
selama proses penyelesaian skripsi ini.
9. Mbak Atus, kang Ambar, mbak Ayu, Dephi yang sudah banyak membantu,
makasih atas dukungan dan senang- senangnya
10. Seluruh Responden telah membantu meluangkan waktunya untuk mengisi
kuisioner dan memberikan data-data yang dibutuhkan penulis, sehingga
iii
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
akademika UPN “Veteran” umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi
Akuntansi khususnya.
Surabaya, April 2014
Penulis
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pajak ... 10
2.2.1.1 Definisi Pajak ... 10
2.2.1.2 Fungsi Pajak ... 13
2.2.1.3 Syarat-Syarat Pemungutan Pajak ... 13
2.2.1.4 Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak .... 14
2.2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 15
2.2.2.1 Wajib Pajak Orang Pribadi ... 16
2.2.2.2 Subjek Pajak Orang Pribadi ... 17
2.2.2.3 Objek Pajak Orang Pribadi ... 18
2.2.3 Pemahaman Wajib Pajak ... 19
2.2.3.1 Pengertian Pemahaman Wajib Pajak ... 19
2.2.4 Kesadaran Wajib Pajak ... 20
2.2.4.1 Pengertian Kesadaran Wajib Pajak ... 20
2.2.5 Persepsi Wajib Pajak ... 21
2.2.5.1. Pengertian Persepsi Wajib Pajak ... 21
2.2.6 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 22
2.2.7 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 23
2.2.8 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 23
2.2.9 Pengaruh Persepsi Wajib Pajak mengenai Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi .. 24
2.3 Kerangka Pikir ... 25
2.4 Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1 Deskripsi Obyek Peneltian ... 28
3.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Gayungan Surabaya ... 28
3.1.2 Responden ... 28
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
3.3.1 Populasi ... 32
3.3.2 Sampel ... 33
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.4.1 Jenis Data ... 34
3.4.2 Sumber Data ... 34
3.4.3 Pengumpulan Data ... 34
3.5 Uji Kualitas Data ... 34
3.5.1 Uji Validitas ... 34
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 35
3.5.3 Uji Normalitas ... 35
3.5.4 Uji Asumsi Klasik ... 36
3.5.4.1 Uji Autokorelasi ... 36
3.5.4.2 Uji Multikolonieritas ... 37
3.5.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 37
3.5.5 Teknik Analisis ... 38
3.5.6 Uji Hipotesis ... 39
3.5.6.1 Uji F (Uji Kesesuaian Model) ... 39
3.5.6.2 Uji t (Uji Parsial) ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48
4.2.1 Uji Validitas ... 48
4.2.2 Uji Realibilitas... 50
4.3 Analisis dan Pembahasan ... 51
4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 50
4.3.2 Analisis Statistik Regresi Linier Berganda ... 56
4.4 Pengujian Hipotesis ... 58
4.5 Pembahasan ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Saran ... 65
5.3 Keterbatasan Penelitian dan Implikasi ... 66
5.3.1 Keterbatasan Penelitian ... 66
5.3.2 Implikasi Penelitian ... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KECAMATAN
GAYUNGAN-SURABAYA
Oleh :
SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI
Abstraksi
Salah satu sumber penerimaan Negara Indonesia yang potensial adalah dari penerimaan pajak. Penerimaan pajak akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah berupaya sedemikian rupa agar pemungutan pajak dapat berjalan dengan lancar, upaya tersebut mengarah pada satu hal yaitu meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam menunaikan kewajiban perpajakannya. Banyak faktor yang menyebabkan wajib pajak enggan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya diantaranya pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pemahaman,kesadaran dan persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan menggunakan teknik kuesioner yang dibagikan kepada wajib pajak. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa variable pemahaman wajib pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada kecamatan Gayungan Surabaya. Sedangkan kesadaran wajib pajak dan persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada kecamatan Gayungan-Surabaya
Key Words : Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak
1.1Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan bagian yang sangat penting dalam penerimaan
negara selain minyak dan gas bumi hal ini berupaya menjadikan pajak
sebagai penerimaan negara yang paling utama, karena pemungutan pajak oleh
negara salah satu wujud pengabdian,kewajiban, serta partisipasi masyarkat
untuk pembangunan nasional (Hendarsyah, 2009:1dalam Arahman 2012:1).
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian
besar kegiatan negara tidak dapat dilaksanakan, penggunaan uang pajak
meliputi pembayaran gaji Pegawai Negeri sampai dengan pembiayaan
berbagai proyek pembangunan, pembangunan sarana umum seperti jalan,
jembatan, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Dan pembiayaan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pajak bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan kehidupan
ekonomi dan sosial sehingga menuntut adanya perbaikan baik secara
sistematik maupun operasional. Tuntutan akan peningkatan penerimaan,
perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan dari waktu
ke waktu (Rapina dkk, 2011 : 2). Negara memerlukan dana yang cukup besar
guna membiayai kegiatan pembangunan yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan. Pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu fungsi
2
Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik runtin maupun pembangunan.
Sedangkan fungi regulerend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta
mencapai tujuan – tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
Reformasi perpajakan di Indonesia dimulai tahun 1984, pada waktu
itulah self Assessment System diperkenalkan di Indonesia dimana setiap wajib
pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung hutang
pajaknya sendiri dan melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke kantor
pelayanan pajak. Sehingga aparat pajak hanya mengawasi saja, melakukan
pelayanan dan penyuluhan kepada wajib pajak. Pemerintah dalam hal ini
berupaya untuk meningkatkan peranan masyarakat untuk membayar pajak
dan melaporkan SPT tahunan dengan cara Self Assestment system (muliari
dan setiawan 2011 : 2 dalam Muis Arahman 2012 : 2). Self assestment adalah
sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan dan melaporkan sendiri pajak yang terutang di Kantor Pelayanan
Pajak. Penerapan Self Assestment System diterapkan pemerintah agar
masyarakat mampu meningkatkan kepatuhan dalam melaporkan surat
pemberitahuan (SPT) di kantor Pelayanan Pajak. Wajib pajak patuh bukan
berarti Wajib Pajak yang membayar pajak dalam nominal besar melainkan
wajib pajak yang memahami, mengerti, sadar, dan mematuhi hak dan
kewajibannya dalam bidang perpajakan.
Kelemahan dari sistem selft assessment adalah wajib pajak bisa dengan
sengaja mengisi laporan dengan tidak benar dan mengelak dari pajaknya. Upaya
untuk mengurangi pengelakan pajak adalah dengan pemeriksaan pajak. Salah
satu bentuk peran positif wajib pajak adalah sikap keterbukaan wajib pajak.
Keterbukaan tersebut diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan pembukuan
dengan memberikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yang sesungguhnya.
Pemahaman perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak merupakan hal
yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh wajib pajak karena jika wajib
pajak tidak paham akan perpajakan, maka sulit bagi wajib pajak untuk
menjalankan kewajiban perpajakannya. Maksud dari pemahaman ini adalah
wajib pajak mengerti tentang pajak, sistem yang digunakan, cara perhitungan
pajak,cara pengisian SPT. Pemerintah telah melakukan upaya untuk membuat
paham tentang pajak melalui penyuluhan, iklan – iklan di media masa maupun
media elektronik. Informasi tersebut bertujuan agar wajib pajak mengetahui
pentingnya pajak yang dibayarkan untuk negara selain itu dapat membuat
kesadaran dalam hati para wajib pajak untuk melaporkan pajaknya.
Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan
Negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
(Jatmiko, 2006). Masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga
Negara yang mau menjunjung tinggi UUD 1945 sebagai dasar hukum
4
membayar pajak hanya karena dalam keadaan terpaksa atau adanya
kepentingan yang mendadak, bukan karena kesadaran mereka.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak berperan penting terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. “Petugas
pajak dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil dan tegas setiap
saat kepada wajib pajak serta memupuk kesadaran tentang tanggung jawab
membayar pajak” Gardina dan Haryanto dalam (Aziza,2011:4). Pelayana yang
diberikan oleh petugas pajak diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran
wajib pajak dalam membayar pajak. Pandangan wajib pajak terhadap petugas
pajak yang cenderung negatif juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi keptuhan wajib pajak dalam melaporkan dan membayar pajak
mereka. Wajib pajak menilai bahwa pajak yang di bayarkan tidak semuanya
masuk ke kas pemerintah. Hal ini muncul karena masyarakat pada umumnya
melihat pemberitaan di media massa dan elektronik mengenai para petugas
pajak seperti Gayus tambunan dan Dhana Widyatmika yang tersandung
berbagai masalah dan oknum petugas pajak lainnya yang diketahui
menyelewengkan pajak yang dibayar oleh wajib pajak untuk kepentingan
pribadinya.
Penelitian yang dilakukan Budiono 2003 dalam (Hidayati dan
Supriyadi, 2008). Menyatakan bahwa fenomena tingkat kepatuhan wajib pajak
di wilayah KPP Sidoarjo, khususnya Sidoarjo Barat menunjukkan tingkat
kepatuhan wajib pajak masih minim artinya belum seluruh wajib pajak
mematuhi ketentuan pajak. Hal ini tercermin dari tiga hal. Pertama, wajib
pajak umumnya cenderung menghindari pembayaran pajak, terlepas dari
kesadaran kewarganegaraan. Kedua, tingkat kepatuhan wajib pajak masih
terbatas pada yang bersifat administratif, sementara upaya untuk menghindar
dari pembayaran pajak masih sangat tinggi. Ketiga, adanya indikasi beberapa
wajib pajak melakukan pemalsuan dokumen maupun keberadaan usahanya.
Persoalannya sekarang adalah bahwa lingkaran antara ketidakpatuhan
pajak dengan sikap aparat pajak yang tidak sesuai dengan aturan main masih
saja berputar. Memulai pembenahan terhadap kualitas aparat pajak itu sendiri
merupakan awal yang sangat penting untuk memutus lingkaran yang terlanjur
lama berputar. Tingkat kepatuhan wajib pajak memang tidak semata-mata
hanya menjadi tuntutan bagi wajib pajak, akan tetapi perlu didorong dengan
dukungan tingginya tingkat kualitas aparat pajak dalam melaksanakan tugasnya.
Tanpa kualitas pajak yang baik tampaknya cita-cita untuk menjadikan pajak
sebagai tumpuan harapan pembiayaan pembangunan diatas tangan sendiri masih
sangat jauh mengawan.
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
dengan cara memperbaiki kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat
pajak. Pelayanan yang berkualitas harus ditingkatkan oleh aparat pajak.
Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan dapat memberikan 4 K yaitu
keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum yang dapat
6
Dengan banyaknya kasus-kasus yang terjadi pada pegawai Ditjen Pajak
membuat moral pegawai pajak semakin jatuh dan bisa jadi juga membuat
kepercayaan masyarakat terhadap aparat pajak juga semakin menurun. Hal ini
menambah pandangan negatif yang merebak ditengah masyarakat pada instansi
perpajakan mengenai korupsi dengan wajib pajak. Hal ini dapat membuat para
wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan untuk enggan mematuhi
kewajibannya sebagai wajib pajak.
Berdasarkan uraian diatas yang telah peneliti jabarkan, maka penelitian
ini akan diberi judul “PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN
PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA
KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAYA”
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib pajak ?
2. Apakah Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib pajak ?
3. Apakah Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Petugas Pajak
berpengauh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ?
1.3Tujuan penelitian
Tujuan dilakukannnya penelitian ini adalah untuk membuktikan dan
menguji secara empiris Pengaruh Pemahaman, Kesadaran, dan Persepsi
Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Keptuhan Wajib Pajak.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Penulis
Memberikan tambahan informasi mengenai persepsi wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban membayar pajak yang dapat dipergunakan
sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang perpajakan di
Indonesia.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan sebagai
informasi bahan pembanding bagi peneliti lain yang ingin membahas
masalah ini kepada Universitas Pembagunan National “Veteran” Jawa
Timur pada umumnya dan Fakultas Ekonomi khususnya.
3. Bagi Institusi Perpajakan Dirjen Pajak
Hasil penenlitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
masukan sejauh mana kewajiban para Wajib Pajak dalam membayar
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berikut ini ditemukan penelitian-penelitian yang sebelumnya yang
pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan
serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
a. Supriyati dan Nur Hidayati (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati yang
berjudul :
“Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”
Hasil :
Kepatuhan Wajib Pajak bukan hanya disebabkan oleh persepsi
Wajib Pajak, tetapi juga faktor lain diantaranya frekuensi
sosialisasi Direktorat Jendral Pajak (DJP).
b. Siti Musyarofah dan Adi Purnomo (2008)
Penelitian yang dilakukam oleh Siti Musyarofah dan Adi
Purnomo yang berjudul :
“Pengaruh Kesadaran dan Persepsi Tentang Sanksi, dan Hasrat Membayar pajak Terhadap Kepatuhan wajib pajak”
Hasil :
Hasrat membayar pajak yaitu keinginan yang kuat untuk
melakukan kewajiban perpajakan oleh masyarakat wajib pajak.
Hasrat membayar pajak muncul dari dalam hati wajib pajak. Jika
hasrat membayar pajak masih rendah, maka diperlukan
pengetahuan terhadap wajib pajak agar tidak melakukan
kelalaian.
c. Satrio Prayogo (2013)
Penelitian yang dilakukan oleh Satrio prayogo berjudul :
“Pelaporan Wajib pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama
Surabaya Sawahan”
Hasil :
Secara Parsial variabel Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi
berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib
pajak Orang pribadi. Variabel Kesadaran Wajib Pajak Orang
Pribadi berpengaruh terhadap Tingkat kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi.
d. Puspita Rahayu Widodo (2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Puspita Rahayu Widodo
berjudul:
“Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak,
Kepercayaan Wajib Pajak dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak“
Hasil :
Secara persial variabel kepercayaan wajib pajak dan kepercayaan
10
yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP
Pratama Surabaya Simokerto. Secara variabel persepsi wajib
pajak mengenai petugas pajak mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama
Surabaya Simokerto.
e. Ayusalam Yustifebri Puteri (2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Ayusalam Yustifebri Puteri
berjudul :
“ Implikasi Kasus Gayus Tambunan Dalam Kesadaran Wajib
pajak”
Hasil :
Ditengah buruknya persepsi Wajib Pajak terhadap dunia
perpajakan Indonesia, dorongan untuk tetap berbakti kepada
Negara untuk tetap membayar pajak masih tetap dipegang oleh
para Wajib Pajak.
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Pajak
2.2.1.1 Definisi Pajak
Definisi dalam Perpajakan
Ada banyak definisi pajak yang dikemukakan para ahli di bidang
perpajakan yang meskipun berbeda-beda, tetapi berbagai definisi tersebut
mempunyai pengertian yang sama. Perbedaan yang terjadi hanyalah
perbedaan pada sudut pandang yang digunakan masing-masing dalam
perumusan pengertian pajak.
Beberapa definisi tentang pajak oleh para ahli (Waluyo dan
Wiriawan, 2002 : 5) adalah sebagai berikut :
a. Mr. Dr. N.J. Feldmann
“ Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum), tanpa kontra prestasi, dan semata-mata
digunakan untuk meutup pengeluaran-pengeluaran umum “
b. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
“ Pajak adalah iuran rakyat kepda kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Definisi ini kemudian dikoreksikan menjadi : Pajak
adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment “
c. Prof. Dr. M.J.H.Smeets
“ Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui
norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa
12
individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah “
d. Philip E. Taylor
“Pajak adalah kontribusi seseorang yan ditunjukan kepada negara
tanpa adanya manfaat yang ditunjukan secara khusus pada
seseorang“
Sejak Reformasi perpajakan tahun 1984, dalam undang-undang
perpajakan tidak terdapat definisi/pengertian tentang pajak, namun peraturan
perpajakan yang dikeluarkan pada tahun 2009 telah menyebutkan pengertian
tentang pajak. Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (2009 : 1)
menyebutkan : “Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yan
terutang ole orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdsarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendaptkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat”.
Menurut Prastiwi (2011 : 15), berdasarkan definisi tersebut maka
karakteristik dari pajak dapat dikumpulkan sebagai berikut :
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang dan aturan pelaksanannya.
b. Pembayaran pajak yang terutang oleh orang pribadi atau badan (wajib
pajak) sifatnya dapat dipaksakan.
c. Pembayar pajak (tax payer) tidak dapat menikmati kontraprestasi secara
langsung dari pemerintah.
d. Pajak dipungut oleh Negara, baik lewat pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah sehingga ada istilah pajak pusat dan pajak daerah.
e. Penerimaan dari sektor pajak digunakan untuk pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pegeluaran rutin maupun pengeluaran-pengeluaran
pembangunan, dansebagainya apabila terdapat kelebihan maka sisanya
digunakan untuk public investment.
2.2.1.2 Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak menurut Resmi (2003 : 2-3), yaitu :
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi Budgetair artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan, sebagai sumber
keuangan maka pemerintah memasukkan uang sebanyak-banyaknya
untuk kas negara.
b. Fungsi Regulerend (Mengatur)
Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan tertentu diluar
bidang keuangan.
2.2.1.3. Syarat-syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
14
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan UU (syarat yuridis)
c. Tidak menggangu perekonomian (syarat ekonomis)
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
2.2.1.4. Teori – Teori Yang Mendukung Pemungutan pajak
Menurut Mardiasmo (2009 : 3), terdapat bebrapa teori yang
menjelaskan pemberian hak kepada negara untuk memunngut pajak. Teori
– Teori tersebut antara lain :
1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiawa, harta benda, dan
hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak
yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena
memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
2. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada
kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang.
Semakin besar kepentingan seseoran terhadap negara, makin
tinggi pajak yang harus dibayar.
3. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orng harus sama beratnya, artinya
pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing
orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan dua
pendekatan (objektif dan subjektif)
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan
rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti,
rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah
sebagai suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.
Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari
rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.
Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat
dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.
2.2.1.5. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem Pemungutan Pajak ada 3 macam yaitu (Mardiasmo, 2009 : 7)
1. Official assessment system
Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
2. Self assessement system
Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menetukan sendiri besarnya pajak yang
16
3. With holding system
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersagkutan) untuk memenuhi besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
2.2.2. Wajib Pajak
2.2.2.1. Wajib Pajak Orang Pribadi
Penerimaan penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah Orang
pribadi yang merupakan (mardiasmo 2009 : 171) :
1. Pegawai
2. Penerimaan uang pesangon, pensiunan atau uang manfaat
pension, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, termasuk ahli
warisnya.
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasian
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan antara lain
meliputi :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri
dari pengacara,akuntan,arsitek, dokter, konsultan,
notaris,penilai atau aktuaris.
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pemain drama,
penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya.
c. Olahragawan
d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan
moderator.
e. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik
komputerdan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa
kepada suatu kepanitiaan.
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalanm suatu kegiatan,
antara lain meliputi ;
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain
perlombaan olahraga,seni,teknologi dan perlombaan lainya.
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan
kerja.
c. Peserta kegiatan lainnya.
2.2.2.2. Subjek Pajak Orang Pribadi
Subjek pajak dapat dibedakan menjadi (Mardiasmo : 136) :
1. Subjek pajak dalam negeri :
Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka
18
Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
2. Subjek pajak luar negeri :
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12bulan.
2.2.2.3. Objek Pajak orang Pribadi
Penghasilan yang di potong PPh Pasal 21 (Mardiasmo 2011 : 173):
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap,
baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak
teratur.
2) Penghasilan yang di terima atau di peroleh penerima
pensiun ecara teratur berupa uang pensiun atau peghasilan
sejenisnya.
3) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan
kerja dan penghasilan sehubungan dengan pension yang di
terima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang
manfaat pension, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua,
dan pembayaran lain sejenisnya.
4) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas,
berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
5) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berua
honorarium, komisi, fee dan imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa daan kegiatanyang dilakukan .
6) Imbalan kepada peserta kegiatan antara lain berupa uang
saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah,
atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
dan imbalan sejenisnya dengan nama apa pun.
7) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang di
berikan oleh :
a. Bukan wajib pajak
b. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang
bersifat final.
c. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan
berdasarkan norma perhitungan khusus.
2.2.3. Pemahaman Wajib Pajak
2.2.3.1 Pengertian Pemahaman Wajib Pajak
Pemahaman berfungsi untuk membantu seseorang dalam
memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru, yang
dalam hal ini adalah pajak yang selama ini dianggap menunggu mereka.
20
mengenai asas-asasnya, macam-macam pajak yang berlaku, cara
perhitungan dan tata cara pembayarannya, serta hak dan kewajibannya
sebagai wajib pajak.
Pemahaman mengenai perpajakan diharapkan dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak di dalam memenuhi kewajiban
perpajakan dan skaligus partisipasi masyarakat untuk pembangunan
nasional.
Ketidakpahaman terjadi apabila perkembangan intelektual dan
moral masyarakat masih rendah atau sistem perpajakan yang sulit di
pahami masyarakat (Mardiasmo, 2009 : 8)
2.2.4 Kesadaran Wajib Pajak
2.2.4.1 Pengertian Kesadaran Wajib pajak
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2003 :487), kesadaran
adalah tahu, keadaan mengerti dan merasa. Pengertian ini juga merupakan
kesadaran diri seseorang maupun kelompok. Jadi kesadaran wajib pajak
adalah sikap mengerti wajib pajak badan atau perorangan untuk
memahami arti, fungsi, dan tujuan pembayaran pajak (Hapsari,2010:24).
Menurut Tunggal dalam (Musyarofah 2008:35) Meningkatkan kesadaran
wajib pajak untuk membayar pajak juga tergantung dari cara pemerintah
memberikan penerangan dan pelayanan kepada masyarakat sebagai wajib
pajak agar kesan dan pandangan yang keliru tentang arti dan fungsi pajak
dapat dihilangkan.
Umumnya masyarakat masih sinis dan kurang percaya terhadap
keberadaan pajak karena masih merasa sama dengan upeti, memberatkan,
pembayarannya sering mengalami kesulitan, ketidak mengertian
masyarakat apa dan bagaimana pajak dan ribet menghitung dan
melaporkannya. Namun masih ada upaya yang dapat dilakukan sehingga
masyarakat sadar sepenuhnya untuk membayar pajak dan ini bukan
sesuatu yang mustahil terjadi. Ketika masyarakat memiiki kesadaran maka
membayar pajak akan dilakukan secara sukarela bukan keterpaksaan
(
www.pajak.go.id//membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-pajak.htm).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran dalah rasa
sadar/ingin yang dimiliki oleh wajib pajak secara ikhlas, suka rela tanpa
paksaan dan dari dalam hati sendiri untuk melaporkan pajaknya baik pajak
tahunan maupun masa.
2.2.5 Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi
2.2.5.1 Pengertian Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi
Menurut Robbins (2003 : 123), persepsi didefinisikan sebagai suatu
proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan
indera mereka agar memberi makna pada lingkungan mereka. (Rakhmat
1998 : 51) mendefinisikan persepsi adalah pengalaman tentang obyek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan
22
Menurut Gerson (2004 : 24), setiap orang memiliki sifat individual,
dan setiap orang akan memandang sesuatu secara berbeda dari orang lain,
meskipun dalam situasi yang sama. Dengan kata lain, persepsi dari
masing-masing orang itu bisa berbeda pada suatu hal tergantung pada pemahaman
dan cara pandangnya.
Persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak adalah proses
penginderaan kenyataan yang kemudian menghasilkan pemahaman dan
cara pandang manusia terhadap petugas pajak, baik dalam hal pelayanan
petugas pajak dan setelah adanya kasus perpajakan terkait dengan
pelanggaran etika yang melibatkan petugas pajak.
2.2.6 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Menurut Badudu dan zain (1994)dalam kamus Bahasa Indonesia,
Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan
merupakan variabel yang sulit dicari media pengukurannya. Adanya
kepatuhan adalah karena ada peraturan atau prosedur yang harus
dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan penerimaan pajak adalah rasio
tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh Wajib Pajak. Semakin tinggi
tingkat kepatuhan wajib pajak, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan
penerimaan pajak, dan akan mengakibatkan semakin tinggi keberhasilan
perpajakan.
Agar kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tersebut dapat
berjalan dengan sempurna, harus ada kerjasama antara fiskus sebagai
pemungut pajak dan wajib pajak sebagai pembayar pajak, yang
dimanifestasikan dalam pengisian SPT dan formulir-formulir pajak yang
lainnya, yang digunakan oleh pembayaran pajak untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang.
2.2.7 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
pajak Orang pribadi
Wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak yang membayar pajak
dalam nominal besar melainkan wajib pajak yang memahami, mengerti,
sadar, dan mematuhi hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan.
Pemahaman perpajakan sangat di perlukan oleh setiap wajib pajak karena
dari pemahaman wajib pajak dapat merubah waib pajak menjadi sadar dan
patuh untuk melaporkan pajaknya.
Pemahaman berfungsi untuk membantu seseorang dalam
memberikan maksud dan memahami situasi atau peristiwa baru yang
dalam hal ini adalah pajak yang selama ini di anggap menunggu mereka.
2.2.8 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Orang Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi
Kesadaran adalah rasa sadar/ ingin yang dimiliki oleh waib pajak
secara ikhlas,sukarela tanpa paksaan dan dari dalam hati sendiri untuk
melaporkan pajaknya baik pajak tahunan maupun masa. Pajak dilakukan
24
sudah sewajarnya kalau masyarakat sadar akan kewajiban di bidang
perpajakan (Pranesti 2009:21)
Wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak yang membayar pajak
dalam nominal besar melainkan wajib pajak yang memahami,mengerti,
sadar, dan mematuhi hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan.
Kesadaran wajib pajak terhadap pelaporan SPT diharapkan dapat
menigkatkan kepatuhan wajib pajak di dalam memenuhi kewajiban
perpajakan dan sekaligus pertisipasi masyarakat untuk pembangunan
nasional.
2.2.9 Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Petugas
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib pajak Orang Pribadi
Menurut Zain, Mohammad (2005 :36), Petugas pajak yang
berhubungan dengan masyarakat pembayar pajak, haruslah berkaliber
tinggi, terlatih baik, bergaji baik dan bermoral tinggi. Sedangkan menurut
Gibson et al (1997:144), Persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan,
mengaturnya dan menerjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan
yang sudah teraturitu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk
sikap, sedangkan yang dimaksud dengan sikap adalah perasaan positif
atau negative atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus kepada
respon seseorang terhadap orang , obyek dan keadaan.
Dengan kata lain perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh persepsi
orang tersebut (Gibson, 1997:133). Oleh karena persepsi selalu diawali
dengan pemahaman terhadap objek persepsi, maka konteks persepsi
dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai aktualisasi sikap wajib pajak
yag dicerminkan dari pelayanan petugas pajak dan setelah adanya
kasus-kasus pajak yang terjadi belakangan ini.
Hubungan antara perepsi wajib pajak mengenai petugas pajak
dengan tingkat kepatuhan wajib pajak yakni pelayanan yang baik dari
petugas pajak akan membuat wajib pajak bereaksi baik pula dalam
melakukan kewajiban perpajakannya, sehingga secara tidak langsung
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk melaporkan pajaknya.
2.3 Kerangka Pikir
Pemahaman,kesadaran dan persepsi wajib pajak orang pribadi
merupakan hal yang berpengaruh dalam tingkat kepatuhan wajib pajak
orang pribadi, karena untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang
pribadi, wajib pajak harus paham dan sadar tetang perpajakan.
Sumber kerangka pemikiran adalah bahasa landasan teori yang
dihubungkan dengan variabel penelitian dalam upaya untuk memecahkan
masalah, sehingga untuk diagram kerangka pikir dapat digambarkan
26
Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir
Uji Regresi Linier Berganda
2.4 Hipotesis
Berdasarkan dengan latar belakang, perumusan masalah, dan
landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut :
H1 :Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
H2 :Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)
Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2)
Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai
Petugas Pajak (X3)
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y)
H3 :Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai petugas pajak
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Deskripsi Obyek Penelitian
3.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Gayungan Surabaya
Kecamatan Gayungan beralamat di Jl. Masjid Agung Timur No. 2 Surabaya
dengan Luas wilayah 6,07 Km2. Dengan jumlah penduduk sebanyak 39.837 jiwa.
Wilayah Kerja Kantor Kecamatan Gayungan secara geografis dapat dirinci
sesuai dengan dengan pembagian wilayah administratif pemerintah tingkat kelurahan
sebagai berikut :
1. Kelurahan Ketintang
2. Kelurahan Gayungan
3. Kelurahan Menanggal
4. Kelurahan Dukuh Menanggal
3.1.2 Responden
Wajib Pajak sering disingkat dengan sebutan WP adalah orang pribadi atau
badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut
pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang
pribadi atau wajib pajak badan.
atas pendapatan tidak kena pajak. Di Indonesia, setiap orang wajib mendaftarkan diri
dan mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam
undang-undang. Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai
kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri penghitungan pembayaran dan
pelaporan pajak terutangnya.
Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor
Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi kedudukan wajib pajak dengan mengisi
formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi. Selain mendatangi
Kantor Pelayanan Pajak, Wajib Pajak Orang Pribadi dapat pula mendaftarkan diri
secara online melalui e-registration di website Direktorat Jenderal Pajak
www.pajak.go.id.
3.2. Definisi Operasional dan Pegukuran variabel
3.2.1. Definisi Operasional
Dalam definisi operasional ini akan dijelaskan variabel-variabel yang akan
diamati yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian yang berkaitan dengan
kesimpulan yang dikehendaki dan dimaksudkan untuk memberikan batasan dan
menghindari perbedaan persepsi terhadap makna variabel penelitian.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (Y)
yaitu kepatuhan Wajib Pajak, dan variabel bebas (X) yang terdiri dari : Pemahaman
30
Adapun definisi operasional dari masing – masing variabel adalah sebagai
berikut :
A. Variabel Terikat
Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi (Y) yaitu Kepatuhan Waji Pajak Orang Pribadi merupakan suatu ketaatan
untuk melaksanakan ketentuan – ketentuan dan aturan-aturan perpajakan yang
diwajibkan atau dilaksanakan wajib pajak orang pribadi.
B. Variabel Bebas
1. Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)
Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi merupakan pengetahuan atau
wawasan yang dimiliki oleh wajib pajak mengenai perpajakan. Wajib pajak
dikatakan paham terhadap pajak apabila setiap orang mengetahui segala
permasalahan yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai asas-asasnya,
macam-macam pajak yang berlaku, cara perhitungan dan tata cara
pembayarannya, serta hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak.
2. Kesadaran Wajib pajak Orang Pribadi (X2)
Kesadaran wajib pajak Orang Pribadi adalah rasa kesadaran dan
keinginan yang dimiliki oleh Wajib pajak secara ikhlas, sukarela tanpa paksaan
dan dari dalam hati sendiri untuk melaporkan pajaknya baik pajak tahunan
maupun masa.
Persepsi Wajib Pajak mengenai petugas pajak dan persepsi setelah
adanya kasus pajak terkait pelanggaran etika yang melibatkan petugas pajak.
3.2.2 Pengukuran Variabel
Skala pengukuran untuk variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi,
pemahaman wajib pajak orang pribadi, kesadaran wajib pajak orang pribadi, persepsi
wajib pajak mengenai petugas pajak yang digunakan adalah skala interval dengan
klasifikasi angka atau bilangan merupakan lambang untuk membedakan dan mengurut
peringkat berdasarkan kualitas yang ditentukan (Sumarsono,2004:54). Teknik
pengukurannya menggunakan skala likert (Likert Style). Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau
fenomena social (sugiyono,2010:132)
Variabel yang akan diukur di jabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument
yang dapat berupa pertanyaan atau penyataan (Sugiyono, 2010:133)
Sangat Setuju (SS) dengan skor : 5
Setuju (S) dengan skor : 4
Ragu-Ragu (RG) dengan skor : 3
Tidak Setuju (TS) dengan skor : 2
32
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini skala likert yang
dibuat dalam bentuk checklist.
Pengukuran yang digunakan oleh masing-masing variable adalah sebagai
berikut :
a. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Variabel ini diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan dalam bentuk 5
pertanyaan.
b. Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)
Variabel ini diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan dalam bentuk 4
pertanyaan.
c. Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2)
Variabel ini diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan dalam bentuk 5
pertanyaan.
d. Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Petugas pajak (X3)
Variabel ini diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan dalam bentuk 6
pertanyaan.
3.3. Teknik Penentuan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010:61). Populasi yang
Kecamatan Gayungan Surabaya dan berjumah sebesar 16.438 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono,2010:62). Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah probability sampling dengan metode Simple Random Sampling yaitu sistem
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu (sugiyono,2007:74).
Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menentukan sampel dlam rumus
Slovin (Noor,2011:158) :
n =
�+� � 2
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Presentase kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat ditolelir atau diinginkan.
Untuk sampel ditentukan dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian 10% maka
dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh sampel sebagai berikut :
� = 6. 8
+ 6. 8 ,
34
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini data primer. Data Primer yaitu
data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dengan cara mendatangi langsung
tempat lokasi Wajib Pajak berada dan memberikan kuisoner penelitian.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pertanyaan –
pertanyaan dari pernyataan – pernyataan kuisoner yang diberikan kepada responden
(Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di wilayah kecamatan Gayungan Surabaya).
3.4.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penyebaran kuesioner dilakukan dengan mengunjungi Rumah-Rumah
Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di kawasan Kecamatan Gayungan Surabaya
yang dijadikan sampel oleh peneliti. Peneliti akan menyebarkan kuesioner untuk para
Wajib Pajak secara langsung dengan terlebih dahulu memastikan bahwa Wajib Pajak
yang bersangkutan memiliki NPWP (Nomer Pokok Wajib Pajak) Kemudian peneliti
memberi penjelasan ringkas mengenai cara pengisian kuesioner dan kemudian peneliti
menunggu pengisian kuesioner itu, sehingga tingkat pengembalian kuesioner
diharapkan bisa lebih tinggi.
3.5 Uji Kualitas Data
3.5.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan
dengan skor total variable (Ghozali,2009:49)
Untuk menentukan validitas menggunakan corrected item-total correlation,
yaitu dengan mengkorelasikan antara skor total yang diperoleh pada masing – masing
butir pertanyaan. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
a. Jika r hitung positif, serta r hitung > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut valid.
b. Jika r hitung tidak positif, serta r hitung < r tabel, maka butir atau variabel
tersebut tidak valid.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2009:45). Kriteria Pengujian sebagai berikut :
1. Jika nilai Alpha > 0,60 berarti pernyataan reliable.
2. Jika nilai Alpha ≤ 0,60 berarti pernyataan tidak reliable.
3.5.3. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki residual normal.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti
36
normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorof Smirnov (Sumarsono,
2004:40-43).
Pedoman suatu data berdistribusi normal adalah :
Jika Nilai signifikan (nilai Probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal.
Jika Nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi normal.
3.5.4. Uji Asumsi Klasik
Mendukung keakuratan hasil model hasil regresi, maka perlu dilakukan
penelusuran terhadap asumsi klasik mengikuti asumsi multikolinieritas,
heteroskedastisitas dan auto korelasi.
Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :
3.5.4.1. Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan dalam suatu regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya
(Ghozali, 2009:99).
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang
diurutkan berdasarkan urut waktu (data times series) atau data yang diambil pada
waktu tertentu (data cross sectional) (Gujarati, 1995:201). Jadi dalam model regresi
linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi.
yang digunakan bukan data time series tetapi data cross section atau sering disebut
data satu waktu yang merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena
tertentu dalam satu kurun waktu saja (Umar, 2004 :43)
3.5.4.2. Uji Multikolonieritas
Uiji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/ independen (Ghozali, 2009:45).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi, korelasi diantara variabel bebas.
Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation factor
(VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya, Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang
tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan
nilai VIF diatas 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih
dia tolerir (Ghozali, 2001 : 51).
3.5.4.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka
disebut terdapat Heteroskedastisitas (Ghozali, 2009 :125).
Identifikasi secara statistic ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat
38
Diperoleh tingkat signifikan koefisien korelasi untuk semua variabel bebas terhadap
residual lebih besar dari taraf signifikasi 0,05 yang berarti dalam hal ini model regresi
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
3.5.5 Teknik Analisis
Berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian diatas, maka teknik analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda karena meliputi lebih dari satu
variabel bebas atau independen (Umar, 2003:149) dengan persamaan sebagai berikut :
Y = β0+ βIx1 + β2X2+ β3X3 + U1
Keterangan :
Y = Kepatuhan Wajib Pajak
X1= Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi
X2= Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi
X3= Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Petugas Pajak
β0= Konstanta
β1= Koefisien Regresi Variabel X1
β2= Koefisien Regresi Variabel X2
β3= Koefisien Regresi Variabel X3
U1= Faktor Kesalahan Baku
3.5.6. Uji Hipotesis
Langkah – langkah pengujian yang dilakukan untuk masing – masing uji
hipotesis antara laein sebagai berikut :
3.5.6.1. Uji F (Uji Kesesuaian Model)
a. Uji F dipergunakan untuk menguji sesuai atau tidaknya model regresi linier
berganda yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh X1, X2, X3 terhadap Y.
1. Hipotesis Statistik
Ho : β1, β2, β3 = 0, model regresi linier berganda yang dihasilkan tidak
sesuai.
Ha : β1, β2, β3 ≠ 0, model regresi linier berganda yang dihasilkan sesuai.
2. Level of Signifikan
Level os Signifikan yang dipergunakan 5%
3. Kriteria Kesimpulan
Jika nilai probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Berarti bahwa model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat
pengaruh dari tingkat Pemahaman,Kesadaran dan Persepsi Mengenani
Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Jika nilai probabiitas < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Berarti bahwa model regresi cocok guna melihat pengaruh dari tingkat
Pemahaman, Kesadaran, dan Persepsi mengenai Petugas Pajak Terhadap
40
3.5.6.2. Uji t (Uji Parsial)
a. Uji Parsial (uji “t” ) n dipergunakan untuk menguji nyata atau tidaknya
pengaruh secara parsial X1, X2, X3, terhadap Y.
1. Kriteria Hipotesis
Ho : β1, β2, β3 = 0, X1, X2, atau X3 tidak mempunyai pengaruh nyata
terhadap Y.
Ha : β1, β2, β3 ≠ 0, X1, X2, atau X3 mempunyai pengaruh nyata
terhadap Y.
2. Level of Signifikan
Level of Signifikan yang dipergunakan dalam enelitian ini adalah 5%
3. Kriteria Pengujian
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan tanggapan responden terhadap masing – masing variabel
penelitian. Sesuai dengan penjelasan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa
variabel bebas (X) yang digunakan adalah Pemahaman Wajib Pajak Orang
Pribadi, Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi, dan Persepsi Wajib Pajak Orang
Pribadi Mengenai Petugas Pajak, sedangkan variabel terikat (Y) yang digunakan
adalah Kepatuhan Wajib Pajak. Adapun hasil analisa terhadap data penelitian
ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Deskripsi Variabel Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)
Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Pemahaman Wajib Pajak
Orang Pribadi dapat disajikan sebagaimana pada tabel 4.1 berikut :
42
X1.4
Dirjen Pajak harus
mensosialisasikan informasi mengenai perubahan peraturan perpajakan.
1 2 7 44 46 100
Prosentase (%) 1% 2% 7% 44% 46% 100 %
Sumber : Lampiran 4 dan 5
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa :
1). Untuk indikator ” Penting bagi saya untuk memahami dan mengerti pengertian
pajak” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –
masing sebanyak 61 responden atau sebesar 61 %.
2). Untuk indikator ” Saya mengetahui bahwa pajak dipungut berdasarkan
undang-undang” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –
masing sebanyak 55 responden atau sebesar 55 %.
3). Untuk indikator ” Penyuluhan yang dilakukan KPP setempat mengenai perpajakan
kepada semua wajib pajak penting untuk dilaksanakan” sebagaian besar
responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 53
responden atau sebesar 53 %.
4). Untuk indikator ”Dirjen Pajak harus mensosialisasikan informasi mengenai
perubahan peraturan perpajakan” sebagaian besar responden menjawab sangat
setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 46 responden atau sebesar 46 %.
b. Deskripsi Variabel Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2)
Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Kesadaran Wajib Pajak Orang
Pribadi dapat disajikan sebagaimana pada tabel 4.2 berikut :
Item Indikator 1 2 3 4 5 Total
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa :
1) Untuk indikator ” Informasi yang saya dapatkan bisa membuat saya sadar dan
44
responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 62
responden atau sebesar 62 %.
2) Untuk indikator ” Pajak yang disetorkan digunakan untuk membiayai
pembangunan nasional dan kepentingan umum yang dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan
jumlah masing – masing sebanyak 38 responden atau sebesar 38 %.
3) Untuk indikator ” Saya menyadari bahwa pembayaran pajak dapat
meningkatkan kesejahteraan warga negara” sebagaian besar responden
menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 54 responden atau
sebesar 54 %.
4) Untuk indikator ” Dengan tidak membayar pajak saya akan sangat merugikan
negara” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –
masing sebanyak 45 responden atau sebesar 45 %.
5) Untuk indikator ” Saya menyadari bahwa pajak yang saya bayarkan tidak
mendapatkan balas jasa langsung secara pribadi” sebagaian besar responden
menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 52 responden atau
sebesar 52 %.
c. Deskripsi Variabel Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Petugas
Pajak (X3)
Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Persepsi Wajib Pajak Orang
Pribadi Mengenai Petugas Pajak dapat disajikan sebagaimana pada tabel 4.3
berikut : seimbang dengan hak yang saya dapatkan dari petugas pajak
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa :
1) Untuk indikator ” Petugas pajak banyak membantu saya dalam menyelesaikan
permasalahan pajak” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan
46
2) Untuk indikator ” Petugas pajak itu telah menjalankan tugasnya berdasarkan
etika perpajakan” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah
masing – masing sebanyak 44 responden atau sebesar 44 %.
3) Untuk indikator ” Saya merasa kewajiban pajak yang saya bayarkan sudah
seimbang dengan hak yang saya dapatkan dari petugas pajak” sebagaian besar
responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 47
responden atau sebesar 47 %.
4) Untuk indikator ” Petugas pajak mempersulit saya dalam menyelesaikan
permasalahan pajak” sebagaian besar responden menjawab tidak setuju
dengan jumlah masing – masing sebanyak 48 responden atau sebesar 48 %.
5) Untuk indikator ” Adanya kasus-kasus perpajakan yang belakangan ini terjadi
memberi citra buruk bagi petugas pajak” sebagaian besar responden
menjawab Sangat Tidak setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 36
responden atau sebesar 36 %.
6) Untuk indikator ” Perbaikan citra diri perpajakan diperlukan untuk
memulihkan kepercayaan wajib pajak.” sebagaian besar responden menjawab
Sangat setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 47 responden atau
sebesar 47 %.
e. Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Kepatuhan Wajib Pajak dapat
disajikan sebagaimana pada tabel 4.4 berikut :
Item Indikator 1 2 3 4 5 Total
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa :
1) Untuk indikator ” Saya sadar membayar pajak itu perlu” sebagaian besar
responden menjawab Sangat setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak