SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam
Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogr am Studi Akuntansi
Diajukan Oleh :
ARINI MUSTIKA DEWI
0913010128 / FE / AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
TERHADAP KUALITAS AUDIT
Yang diajukan
Arini Mustika Dewi
0913010128/FE/AK
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si
Tanggal : . . .
Mengetahui,
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Drs. Ec. Rahman Amrullah Suwaidi, Ms
Disusun Oleh :
Arini Mustika Dewi 0913010128/FE/AK
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 31 Mei 2013
Pembimbing: Tim Penguji:
Pembimbing Utama Ketua
Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si
Sekretaris
Drs. Ec. Muslimin, M.Si
Anggota
Drs. Ec. Sjafii, Ak., MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini
banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah
memberikan segala bantuan, dorongan dan saran dari awal hingga
terselesaikannya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus dan penghormatan
yang tinggi kepada :
1. Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama
4. Dosen-dosen Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah berkenan memberikan ilmunya dan
memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa restu, kasih
sayang, dukungan moril dan materiil selama kuliah hingga penyelesaian
skripsi ini.
6. Rizka Elis S., Nidya Laras M., Desy Anggraeni S., Anis Paramitha S.,
Setyaningsih, Sesza Vilisia P. serta sahabat-sahabat lainnya yang telah
menjadi sahabat seperjuangan, teman diskusi dan banyak memberikan
dukungan, doa dan perhatian kepada penulis selama proses penyelesaian
skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan di masa mendatang dan pengembangan ilmu pengetahuan. Besar
harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis lain dan para
pembaca.
Surabaya, Mei 2013
KATA PE NGANTAR ………. i
DAFTAR ISI ……… iii
DAFTAR TABEL ………... vii
DAFTAR GAMBAR ……….. viii
ABSTRAKSI ……… ix
BAB I PE NDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1
1.2 Rumusan Masalah ………... 5
1.3 Tujuan Penelitian ………... 6
1.4 Manfaat Penelitian ………... 6
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ………... 7
2.2 Landasan Teori ………... 8
2.2.1 Auditing ………... 8
2.2.1.1 Pengertian Auditing ……… 8
2.2.1.2 Tujuan Auditing ………. 10
2.2.1.7 Jenis-Jenis Auditor ………. 19
2.2.1.8 Jenis-Jenis Pendapat Auditor …………. 21
2.2.2 Kompetensi ……….……… 25
2.2.3 Independensi ……….……….. 26
2.2.4 Kualitas Audit ……….……… 28
2.2.5 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit …. 31 2.2.6 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit … 31 2.2.7 Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit ……….……… 32
2.3 Kerangka Pikir ……….……….……… 33
2.4 Hipotesis ……….……….………. 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …………... 35
3.1.1 Definisi Operasional ……….……….. 35
3.1.2 Pengukuran Variabel ……….……….. 36
3.2 Teknik Penentuan Sampel ……….………... 37
3.3.2 Metode Pengumpulan Data ……… 39
3.4 Uji Kualitas Data ……….……….………… 39
3.4.1 Uji Validitas Data ……….………... 39
3.4.2 Uji Realibilitas ……….………... 40
3.4.3 Uji Normalitas ……….……… 41
3.5 Uji Asumsi Klasik ……….……….……….. 41
3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ……….…….… 43
3.6.1 Teknik Analisis ……….……….. 43
3.6.2 Uji Hipotesis ……….……….. 44
3.6.2.1 Uji Kesesuaian Model ……… 44
3.6.2.2 Uji Parsial ……….……….. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ……….. 46
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ……… 49
4.3 Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas ……… 52
4.3.1 Uji Validitas ……….. 52
4.4.2 Uji Multikolinierittas ……… 56
4.4.3 Uji Heteroskedastisitas ……… 57
4.5 Analisis dan Pengujian Hipotesis ………. 58
4.5.1 Persamaan Regresi ……… 58
4.5.2 Pengujian Hipotesis dengan Uji Kesesuaian Model (Uji F) ……… 60
4.5.3 Pengujian Hipotesis dengan Uji Parsial (Uji t) …. 62 4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ……… 63
4.7 Keterbatasan Penelitian ……… 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………... 68
5.2 Saran ………. 69
DAFTAR PUSTAKA
ARINI MUSTIKA DEWI
Abstr ak
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Akuntan publik berfungsi sebagai pihak yang menilai atas kewajaran laporan keuangan perusahaan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU). Dari hasil auditnya tersebut kemudian auditor akan menyampaikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan melalui opini atau pendapat yang disajikan dalam “Laporan Auditor Independen”. Dari profesi akuntan publik ini masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (terkecuali untuk auditor internal).
Pertanyaan tentang kualitas audit yang dilakukan akuntan publik oleh masyarakat bertambah besar setelah terjadi beberapa kasus yang berkaitan dengan hasil audit para akuntan publik. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat akuntan publik harus memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Hendaknya seorang auditor dapat meningkatkan potensi diri tersebut baik secara formal maupun informal untuk memenuhi tanggung jawab kualitas audit yang dilakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 68 auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Timur. Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuesioner yang disebar pada 22 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya Timur. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit dari auditor yang bekerja di KAP Surabaya Timur teruji kebenarannya.
ARINI MUSTIKA DEWI
Abstr act
Profession public accountant is profession of public confidence. Public accounting serves as the party assesses the reasonableness of the company’s financial statements have been in accordance with Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). From the results, the auditor will pass judgement on the fairness of financial reporting through the opinion or opinion that served in “Report of Independent Auditor”. From this public accountant society expects the non-impartial assessment of information presented by management in the financial statements. The auditors must be independent, this means not easily influenced, because he has carried out the job a general interest (exception for internal auditor).
Questions about the quality of an audit conducted by the public accountant grew after several cases relating to the audit results from the public accountant. To restore public confidence, public accountants should pay attention to the quality of the audit. A auditors should be able to improve their potential either in formal and informal to fulfill the responsibility of audit quality. This research was meant to find out the influence of competence and independence from auditors against the quality of the audit.
Samples used in this research is 68 auditor who work in the office of the public accountant in East Surabaya. While the source of the data used come from answers of the questionnaire that presented in 22 public accountant office in Surabaya. The data obtained were analyzed using multiple linear regression analysis technique with computer tools, using the SPSS program.
From the analysis results can be concluded that a hypotheses which said there were the influence of competence and independence of auditor against the quality of an audit from an auditor who work in East Surabaya tested the truth.
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Profesi auditor akhir-akhir ini menunjukkan perkembangannya. Hal ini
disebabkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat usaha akan
pentingnya jasa akuntan. Tujuan utama dari keberadaan auditor adalah untuk
melakukan pemeriksaan (audit) yang dapat dipertanggungjawabkan kepada
para pemakainya.
Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan
merupakan refleksi dari kondisi perusahaan secara umum tentang kinerja
manajemen dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan dana yang
diinvestasikan oleh pemilik, dan kondisi perusahaan secara khusus mengenai
tingkat posisi keuangan perusahaan. Informasi yang tersaji dalam laporan
keuangan dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomis. Oleh karena itu,
informasi yang tersaji harus dapat diandalkan, akurat dan terpercaya. Agar
informasi dalam laporan keuangan dapat dipercaya, maka dibutuhkan suatu
pengesahan oleh pihak ketiga yang independen untuk menjembatani berbagai
kebutuhan para pihak yang berkepentingan. Pihak ketiga yang dipercaya untuk
Auditor berfungsi sebagai pihak yang menilai atas kewajaran laporan
keuangan perusahaan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum (PABU). Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus melaksanakan
audit menurut ketentuan yang ada pada standar auditing yang ditetapkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar auditing tersebut meliputi (1)
Standar Umum, (2) Standar Pekerjaan Lapangan dan (3) Standar Pelaporan.
Standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh
seorang auditor, dimana auditor diharuskan memiliki keahlian dan pelatihan
yang cukup dalam melaksanakan program audit. Standar pekerjaan lapangan
berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja auditor dalam melakukan
pelaporan (Anonim, Standar Profesional Akuntan Publik, 2001). Sedangkan
standar pelaporan yaitu auditor harus memeriksa apakah manajemen
perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan telah sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia (IAI, 2001:400).
Seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak
semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak
lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yang telah diaudit
tersebut. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan para
pemakai laporan keuangan lainnya, auditor dituntut untuk memiliki kompetensi
yang memadai (Herawaty dan Susanto, 2008). Kepercayaan yang besar dari
oleh auditor ini mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang
dihasilkannya.
Dari hasil akhir audit yang dilakukan, auditor akan menyampaikan
penilaian atas kewajaran laporan keuangan melalui opini atau pendapat yang
disajikan dalam “Laporan Auditor Independen”.
Masyarakat mengharapkan penilaian auditor yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
laporan keuangan. Auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum
(terkecuali untuk auditor internal).
Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun
terakhir. Mulai dari perusahaan-perusahaan besar di Amerika seperti Enron,
Tyco, Global Crossing, dan Worldcom sampai dengan perusahaan besar di
Indonesia seperti Kimia Farma, Bank Lippo dan PT. Kereta Api Indonesia
(KAI). Kasus yang terjadi pada PT. KAI dimulai dari Komisaris PT KAI yang
mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN tersebut di mana
seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan.
Menurut Hekinus Manao, salah satu komisaris PT KAI, ada sejumlah pos yang
sebetulnya harus dinyatakan sebagai beban bagi perusahaan tetapi malah
dinyatakan masih sebagai aset perusahaan. Jadi ada trik akuntansi. Ia
menyebutkan, hingga kini dirinya tidak mau menandatangani laporan keuangan
perhubungan itu. Hekinus Manao mengetahui bahwa laporan yang diperiksa
oleh auditor itu tidak benar karena ia sedikit banyak mengerti akuntansi, yang
mestinya rugi dibuat laba.
Selain fenomena di atas, kredibilitas auditor juga dipertanyakan dengan
adanya kasus yang menimpa Telkom. Kasus Telkom tentang tidak diakuinya
KAP Eddy Pianto oleh SEC, dimana SEC tentu memiliki alasan khusus
mengapa mereka tidak mengakui keberadaan KAP Eddy Pianto. Hal tersebut
bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh
auditor masih diragukan oleh SEC, dimana kompetensi dan independensi
merupakan dua karakteristik yang harus dimiliki oleh auditor (Alim dkk, 2007).
Pertanyaan masyarakat mengenai kualitas audit yang dilakukan auditor
bertambah besar setelah terjadi beberapa kasus yang berkaitan dengan hasil
audit para auditor. Hal ini bisa kita lihat pada kasus yang terjadi pada tahun
2009, yaitu adanya sanksi pembekuan yang diberikan oleh Menteri Keuangan
terhadap beberapa KAP dalam beberapa tahun terakhir. Menteri Keuangan, Sri
Mulyani, membekukan ijin dua akuntan publik (AP) dan satu kantor akuntan
publik (KAP). Mereka adalah KAP Atang Djaelani dan AP Muhammad Zen
serta AP Rutlat Hidayat. Izin KAP Atang Djaelani dikenai pembekuan izin
selama 3 bulan melalui KMK Nomor 877/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal
17 Desember 2008. KAP tersebut telah dikenai sanksi peringatan sebanyak 3
kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir, pelanggaran yang telah dilakukan
tahun takwin 2004 dan 2007, sehingga berpengaruh cukup signifikan terhadap
kualitas audit yang diberikan oleh KAP Atang Djaelani.
Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas
kredibilitas auditor dan juga beberapa pertanyaan yang muncul mengenai
apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh auditor yang
mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun
auditor justru ikut mengamankan praktik manipulasi tersebut. Tentu saja jika
yang terjadi adalah auditor tidak dapat mendeteksi trik rekayasa laporan
keuangan, maka masyarakat akan mepertanyakan seberapa tinggi kompetensi
dan independensi auditor saat ini, dan apakah kompetensi dan independensi
berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengar uh Kompetensi dan Independensi Auditor
ter hadap Kualitas Audit” .
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalahnya adalah :
a. Apakah kompetensi auditor berpengaruh secara positif terhadap kualitas
audit di Surabaya ?
b. Apakah independensi auditor berpengaruh secara positif terhadap kualitas
1.3 TUJ UAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh kompetensi
auditor terhadap kualitas audit di Surabaya.
b. untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh independensi
auditor terhadap kualitas audit di Surabaya.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Kegunaan Teoritis
a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris
tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit
akuntan publik di Surabaya.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan
sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan
kemajuan dunia pendidikan.
2. Kegunaan Praktis
a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi auditor independen dalam
rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kerjanya.
b. Sebagai bahan evaluasi bagi para akuntan publik sehingga dapat
2.1 HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Masyarakat mengharapkan auditor memiliki penilaian yang bebas dan
tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajamen perusahaan
dalam bentuk laporan keuangan. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan
keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh auditor sehingga
mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.
Berbagai penelitian tentang kompetensi, independensi dan kualitas audit
yang pernah dilakukan menghasilkan temuan yang berbeda. Beberapa
penelitian sebelumnya yang dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Feny Ilmiyati dan Yohanes Suhardjo (2012)
Melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Akuntabilitas dan
Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit” dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas (motivasi, kewajiban sosial) terhadap
kualitas audit serta untuk mengetahui pengaruh kompetensi (pengetahuan,
pengalaman kerja) terhadap kualitas audit.
Berdasarkan analisis penelitian, dapat disimpulkan bahwa
audit. Sehingga motivasi dan implementasi pertanggungjawaban sosial
dalam diri auditor yang lebih besar serta kompetensi yang baik dari
akuntan akan membuat semakin baiknya kualitas audit yang dihasilkan
auditor.
b. Harvita Yulian Ayuningtyas dan Sugeng Pamudji (2012)
Mengangkat penelitian dengan judul “Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengalaman kerja,
independensi, objektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh secara
positif terhadap kualitas hasil audit. Dan hasil dari penelitian ini adalah
objektivitas, integritas dan kompetensi berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas hasil audit, sedangkan pengalaman kerja dan
independensi tidak berpengaruh secara signifikan.
2.2 LANDASAN TEORI
2.2.1 Auditing
2.2.1.1 Penger tian Auditing
Ditinjau dari sudut auditor, auditing adalah pemeriksaan secara
obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan
tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan
Menurut Agoes (2004:3), auditing merupakan suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk
dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Sedangkan menurut Arens dan Loebbecke (2003:15), auditing adalah
pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilaksanakan
oleh seseorang yang kompeten dan independen.
Tujuan akhir dari proses auditing adalah menghasilkan laporan audit.
Laporan audit inilah yang digunakan oleh auditor untuk menyampaikan
pernyataan atau pendapatnya kepada para pemakai kaporan keuangan,
sehingga dapat dijadikan acuan bagi pemakai laporan keuangan dalam
membaca sebuah laporan keuangan.
Selanjutnya menurut Mulyadi (2002:9), auditing adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa auditing
merupakan suatu proses pemeriksaan laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen, yang dilakukan oleh pihak yang kompeten dan independen
dengan tujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut.
2.2.1.2 Tujuan Auditing
Tujuan pelaksanaan audit atas laporan keuangan oleh auditor
independen adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dengan dibuatnya laporan akuntan, ada beberapa manfaat yang dapat
diperoleh oleh tiga kelompok dasar, yaitu (Agoes, 2004) :
1. Bagi pihak yang diaudit
a. Menambah Kredibilitas laporan keuangannya sehingga laporan
tersebut dapat dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas
seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.
b. Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan yang diaudit.
c. Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk penyiapan
Surat Pemberitahuan Pajak yang diserahkan kepada Pemerintah.
e. Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan
keuangan.
2. Bagi anggota lain dalam dunia usaha
a. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan para kreditur atau para
rekanan untuk mengambil keputusan pemberian kredit.
b. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan
asuransi untuk menyelesaikan klaim atas kerugian yang
diasuransikan.
c. Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon
investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan
manajemen
d. Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan pihak
yang diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan
tunjangan.
e. Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para
langganan atau klien untuk menilai profitabilitas atau Audit
Finansial, Audit Manajemen, dan Sistem Pengendalian Intern
3. Bagi badan pemerintah dan orang-orang yang bergerak di bidang hukum
a. Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang
kecermatan dan keandalan laporan keuangan.
b. Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak
di bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan,
menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan insolvensi, dan
menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara
semestinya.
c. Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan
Undang-Undang Keamanan Sosial.
2.2.1.3 Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik (IAPI,
2011:150.1) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Publik
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung yang dipikul oleh auditor.
2.2.1.4 Standar Profesiona l Akunta n Publik
Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan
sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik (Mulyadi, 2002:35), yaitu :
1. Standar Auditing
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan
historis yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan
pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam
melaksanakan perikatan audit.
2. Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang
tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa nonaudit. Standar
atestasi terdiri dari sebelas standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Atestasi (PSAT).
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar ini memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
(PSAR).
4. Standar Jasa Konsultasi
Standar ini memberikan panduan bagi akuntan publik dalam penyediaan
jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya
berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga.
Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan
mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab
pihak lain, yaitu pembuat asersi. Dalam jasa konsultasi, para praktisi
menyajikan temuan, simpulan, dan rekomendasi. Umumnya, pekerjaan
jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
5. Standar Pengendalian Mutu
Standar ini memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya
dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar
Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan
Akuntan Indonesia.
2.2.1.5 Taha p-Taha p Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi (2002:121), proses audit atas laporan keuangan
dibagi menjadi empat tahap berikut ini :
1. Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit
dari calon klien atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan
audit dari klien berulang. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh
auditor di dalam mempertimbangkan penerimaan perikatan audit dari
calon kliennya, yaitu :
a. Mengevaluasi integritas manajemen
b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa
c. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit
d. Menilai independensi
e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan
2. Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutmya
adalah perencanaan audit. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh, yaitu :
a. Memahami bisnis dan industri klien
b. Melaksanakan prosedur analitik
c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
d. Mempertimbangkan risiko bawaan
e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama
f. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
g. Memahami pengendalian intern klien.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya
adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas pengendalian
intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien.
4. Pelaporan Audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah pelaporan
audit. Ada dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam
pelaporan audit yaitu menyelesaikan audit dengan meringkas semua
hasil pengujian dan menarik kesimpulan serta menerbitkan laporan
2.2.1.6 J enis-J enis Auditing
Menurut Agoes (2004:9), jenis audit ditinjau berdasarkan :
1. Luas pemeriksaan, audit dibedakan menjadi :
a. General Audit (Pemeriksaan Umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan
oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
b. Special Audit (Pemeriksaan Khusus)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee)
yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir
pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang
diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa,
karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
2. Jenis pemeriksaan, audit dibedakan menjadi :
a. Management Audit (Pemeriksaan Operasional)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan
operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan
b. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun
pihak extern. Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun
Bagian Internal Audit.
c. Internal Audit (Pemeriksaan Intern)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah
ditentukan. Laporan internal audit berisi temuan pemeriksaan
mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan,
kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya.
d. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansi dengan menggunakan EDP (Electronic Data Processing)
system. Metode yang bisa dilakukan auditor : 1. Audit around the computer
2. Audit through the computer
2.2.1.7 J enis-J enis Auditor
1. Auditor Independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi
keuangan.
2. Auditor Pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. Umumnya yang disebut auditor
pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), serta instansi pajak.
3. Auditor Intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
2.2.1.8 J enis-J enis Penda pat Auditor
Menurut Agoes (2004:49) terdapat lima jenis pendapat akuntan, yaitu :
1. Penda pat wajar tanpa pengecualia n (Unqualified Opinion)
Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan
standar auditing yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, seperti
yang terdapat dalam standar professional akuntan publik, dan telah
mengumpulkan bahan-bahan pembuktian yang cukup untuk mendukung
opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material atas
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
2. Penda pat wajar ta npa pengecualia n dengan bahasa penjela san yang
ditamba hkan dalam lapor an audit bentuk baku (Unqualified
Opinion With Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang
mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporan
audit, meskipun tidak memengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian
yang dinyatakan oleh auditor. Keadaan tersebut meliputi :
a. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor
independen lain
b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena
menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia
c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan
auditor yakin tentanng adanya kesangsian mengenai kelangsungan
hidup entitas namun setelah mempertimbangkan rencana
manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen
tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan
mengenai hal itu telah memadai
d. Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material
dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode
penerapannya
e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas
laporan keuangan komparatif
f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak
direview
g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI Dewan Standar
Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya
menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan
tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang
berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat
tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan
tersebut
h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan
yang diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan.
3. Penda pat wajar dengan pengecualia n (Qualified Opinion)
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bilamana :
a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia
tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia
perkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat
b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansii yang berlaku umum di
Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk
tidak menyatakan pendapat tidak wajar
c. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia
harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau
lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf
sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf
pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus berisi kata
kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk
atau dengan pengecualian untuk.
4. Penda pat tidak waja r (Adverse Opinion)
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus
menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam
laporannya (a) semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar dan
(b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak
wajar terhadap laporan keuangan, jika secara praktis untuk
dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan secara
beralasan, laporan audit harus menyatakan hal itu.
5. Per nyataan tidak member ika n pendapa t (Disclaimer of Opinion)
Dalam hal ini auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan. Pernyataan ini diberikan jika auditor tidak melaksanakan
audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan
pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat
harus diberikan karena auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa
umum di Indonesia. Jika pernyataan ini diberikan karena adanya
pembatasan lingkup audit, auditor harus menunjukkan dalam paragraf
terpisah semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya
tersebut. Ia harus menyatakan bahwa lingkup auditnya tidak memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
2.2.2 Kompetensi
Menurut kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Safitri (2010),
kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja
yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi
ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan
ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan
tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Kompetensi juga merupakan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang berhubungan dengan
pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non
rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan
pengalaman.
Dalam standar umum yang pertama dijelaskan bahwa audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
Menurut Arens dan Loebbecke (2003), seorang auditor harus memiliki
menentukan jumlah bukti yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang
akan diambilnya. Dengan kompetensi yang dimilikinya, mereka dapat
melaksanakan audit dengan efisien dan efektif.
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang
dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam
melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli
di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002:83).
Jadi kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh
akuntan publik di bidang auditing dan akuntansi yang diperolehnya melalui
pendidikan formal (universitas) dan pengalaman praktik dalam auditing. Selain
itu, akuntan publik harus mampu memperoleh bahan bukti yang dibutuhkan
untuk mendukung laporan audit yang dibuatnya dan dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh kliennya.
2.2.3 Independensi
Independensi menurut Arens dan Loebbecke (2003:84) adalah :
“Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam
pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan
audit”.
Menurut Arens dan Loebbecke (2003:84), sikap mental independen
1. Independen dalam fakta (in fact)
Independen dalam fakta akan ada apabila pada kenyataannya auditor
mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan
auditnya.
2. Independen dalam penampilan (in appearance)
Independen dalam penampilan adalah hasil interprestasi pihak lain
mengenai independensi ini.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002:26), independensi dapat diartikan
sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain,
tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran
dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan
yang objektif dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya.
Dalam kenyataannya, auditor seringkali menemui kesulitan dalam
mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali
mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut (Mulyadi,
2002:27) :
1. Sebagai orang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar
oleh kliennya atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan
lepasnya klien.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
independensi adalah suatu sikap auditor yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada pihak lain.
2.2.4 Kua litas Audit
Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan
informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan
menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan
keuangan. Para pengguna laporan keuangan, terutama para pemegang saham,
akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh
akuntan publik. Hal ini berarti, akuntan publik memiliki peranan penting dalam
pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, kualitas audit
merupakan hal penting harus dipertahankan oleh para auditor dalam proses
pengauditan.
AAA Financial Accounting Standard Committee (2000) dalam Christiawan (2002) menyatakan bahwa :
“Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal, yaitu kompetensi (keahlian) dan
independensi, kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas dan
laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka
atas independensi dan kompetensi auditor”.
Auditor independen atau akuntan publik dalam menjalankan tugasnya
harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002:45), ada 8
prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :
1. Tanggung jawab profesi
Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin.
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Seusia dengan keahliannya
dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan perikatan dari penerima jasa selama perikatan tersebut
sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan ukuran
pelaksanaan audit apakah telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing
yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia, dalam hal ini
Standar Auditing merupakan penentuan mutu (kualitas) kinerja serta seluruh
2.2.5 Pengar uh Kompetensi ter hada p Kualitas Audit
Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawab, setiap
akuntan publik harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi
yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan
profesionalisme yang disyaratkan oleh Prinsip Etika. Akuntan publik dalam
mempertahankan kompetensi profesional harus menerapkan suatu program
yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan
jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional
(Mulyadi, 2002:58).
Menurut Christiawan (2002:85), berdasarkan penelitian yang telah ada
secara umum dapat direfleksikan bahwa pendidikan formal, pelatihan dan
pengalaman merupakan komponen dasar kompetensi akuntan publik yang
berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan
publik.
2.2.6 Pengar uh Independensi ter hadap Kualita s Audit
Dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik harus selalu
mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa
profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
Kepercayaan masyarakat yang besar dari para pemakai laporan keuangan
publik memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Sikap mental
independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi
dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor tidak hanya
berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi juga harus
menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat
meragukan independensinya. Auditor juga harus menimbulkan persepsi di
kalangan masyarakat bahwa ia benar-benar independen (Mulyadi, 2002:27).
Jadi seorang akuntan publik harus selalu mempertahankan sikap mental
independennya dalam setiap pelaksanaan audit. Dengan pelaksanaan audit yang
sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia, maka akuntan publik dapat memberikan kualitas audit yang dapat
dipercaya dan sesuai dengan harapan para pemakai laporan keuangan.
2.2.7 Pengar uh Kompetensi dan Independensi ter ha dap Kualitas Audit
Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasiilkan informasi
yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Namun adanya
konflik kepentingan antara pihak internal dan eksternal perusahaan, menuntut
akuntan publik untuk menghasilkan laporan auditan yang berkualitas yang
dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut.
Kompetensi auditor adalah auditor dengan pengetahuan dan pengalaman
yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan
saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang
terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan
keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor
berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka
semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkannya.
Independensi merupakan suatu sikap auditor yang bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada pihak lain dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, jika auditor kehilangan
independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai denga
kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan
dan pengalaman yang baik karena dengan kedua hal itu auditor menjadi lebih
mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya.
Kemudian denga sikap independensinya maka auditor dapat melaporkan dalam
laporan auditan jika terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan kliennya.
2.3 KERANGKA PIKIR
Berdasarkan hasil penilitian terdahulu dan teori-teori yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka kerangka pemikirian dari penelitian ini adalah
2.4 HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini :
H1 : bahwa kompetensi berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit.
H2 : bahwa zindependensi berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit.
Kompetensi
(X1)
Independensi
(X2)
Kualit as Audit
(Y)
Uji Statistik
3.1 DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL
3.1.1 Definisi Oper asional
Defisini operasional menurut Nazir (2003:126) adalah suatu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti,
atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tertentu.
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (X)
a. Kompetensi (X1)
Yaitu merupakan kemampuan yang dimiliki oleh akuntan publik di
bidang auditing dan akuntansi yang diperolehnya melalui pendidikan
formal (universitas) dan pengalaman praktik dalam auditing.
b. Independensi (X2)
Independensi merupakan sikap auditor yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada pihak lain.
2. Variabel Terikat (Y)
Kualitas audit merupakan ukuran pelaksanaan audit apakah telah
Institut Akuntan Publik Indonesia, dalam hal ini Standar Auditing
merupakan penentuan mutu (kualitas) kinerja serta seluruh tujuan yang
harus dicapai dalam audit laporan keuangan.
3.1.2 Pengukur an Var iabel
Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala
interval. Menurut Nazir (2003:131), skala interval merupakan suatu pemberian
angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan
ditambah satu sifat lain, yaitu jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang
diukur. Sedangkan, teknik pengukurannnya menggunakan metode Semantic
Deferensial seperti :
1. Kompetensi (X1)
Kompetensi diukur melalui dua dimensi dari Safitri (2010) yaitu
pengetahuan dan pengalaman. Indikator yang dijadikan pertanyaan yaitu
pengetahuan akan Prinsip Akuntansi dan Standar Auditing, pengetahuan
tentang jenis dan kondisi perusahaan klien, pendidikan formal dan
pelatihan kursus yang sudah ditempuh, keahlian khusus yang dimiliki, lama
melakukan audit, jumlah klien yang sudah diaudit, dan jenis perusahaan
yang pernah diaudit.
1 2 3 4 5
2. Independensi (X2)
Independensi auditor dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan indikator lama mengaudit klien, besar fee audit dan fasilitas
yang akan diberikan oleh klien, pemberian sanksi dan ancaman pergantian
auditor dari klien, manfaat telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa
audit dan non audit kepada klien yang sama.
3. Kualitas Audit (Y)
Kualitas audit diukur dengan menggunakan indikator melaporkan
semua kesalahan klien, tidak mudah percaya terhadap pernyataan klien,
berpedoman pada Prinsip Akuntansi dan Standar Auditing dalam
melakukan pekerjaan lapangan, pemahaman terhadap sistem informasi
akuntansi klien, sikap berhati-hati dalam mengambil keputusan dalam
melakukan audit.
3.2 TEKNIK PENENTUAN SAMPEL
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010:90). Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya bagian Timur. Jumlah Kantor
auditornya sebanyak 82 orang. Maka populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 82 auditor.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel
harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004:44).
Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah menggunakan metode
Simple Random Sampling, yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel.
Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel,
digunakan rumus Slovin, yaitu sebagai berikut :
Dimana :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (e = 5%).
Cara Per hitunga n :
n = N 1 + Ne2
(Umar, 2009 : 78)
= 68 responden
n = 82
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 68 auditor.
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.3.1 J enis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli pihak pertama (Setiawan, 2012). Sumber data primer
dalam penelitian ini adalah jawaban dari kuesioner yang telah dijawab oleh
68 auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Setiawan, 2012).
3.4 UJ I KUALITAS DATA
3.4.1 Uji Va lidita s Data
Validitas adalah menunjukkan derajat ketetapan antara data yang
(Sugiyono, 2010). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:135).
Dasar analisis yang digunakan menurut Ghozali (2006:49), yaitu sebagai
berikut :
1. Jika r hitung positif, serta r hitung > r tabel, maka variabel tersebut valid.
2. Jika r hitung negatif, serta r hitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak
valid.
3.4.2 Uji Realibilitas
Setelah dapat ditentukan bahwa kuesioner yang dibuat dalam penelitian
valid, kemudian dilanjutkan dengan uji realibilitas yang hanya dapat dilakukan
pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Uji realibilitas
dimaksudkan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006:132).
Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua, yaitu
dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Instrumen dikatakan reliabel
3.4.3 Uji Nor malitas
Uji nornalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti
sebaran normal atau tidak, hal ini dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov
Smirnov (Sumarsono, 2004:40).
Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti
distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004:43) :
1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitas) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitas) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
3.5 UJ I ASUMSI KLASIK
Persamaan regresi liner berganda harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regresi ini tidak bias (sesuai dengan tujuan). Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus
dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh
persamaan tersebut, yaitu :
1. Uji Autokor elasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara untuk mendeteksi
tetapi dalam penelitian ini data yang digunakan bukan data time series,
sehingga untuk uji autokorelasi tidak dilakukan.
2. Uji Multikolinier itas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali,
2009:95). Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai
Variance Inflation Factor (VIF). Dasar pengambilan keputusan:
a. VIF ≥ 10 menunjukkan terjadinya multikolinearitas atau korelasi antar
variabel independen (kompetensi dan independensi auditor)
b. VIF < 10 menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas atau korelasi
antar variabel independen (kompetensi dan independensi auditor).
3. Uji Heter oskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain (Ghozali, 2006). Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
uji Rank Spearman.
Dasar pengambilan keputusan :
a. Profitabilitas ≥ 0,05 menunjukkan tidak mengandung atau bebas dari
heteroskeditas
b. Profitabilitas ≤ 0,05 menunjukkan mengandung atau terjadi
3.6 TEKNIK ANALISIS DAN HIPOTESIS
3.6.1 Teknik Ana lisis
Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis
dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Teknik analisis ini
digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen apabila
dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi
(dinaik turunkan nilainya). Analisis regresi linier berganda dilakukan bila
jumlah variabel independennya minimal dua (Sugiyono, 2010).
Pembuktian terhadap hipotesis pada penelitian ini menggunakan model
regresi berganda dengan tiga variabel bebas sebagai berikut :
= + + +
Dimana :
Y = Kualitas audit akuntan publik
a = Konstanta
b1,b2 = Koefisien regresi
X1 = Kompetensi
X2 = Independensi akuntan publik
3.6.2 Uji Hipotesis
3.6.2.1 Uji Kesesuaian Model (Uji F)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi
yang dihasilkan guna melihat pengaruh kompetensi dan independensi
akuntan publik terhadap kualitas audit akuntan publik (Anonim, 2009:L-21).
Hipotesis Statistik
1. Ho : βi = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok
guna melihat pengaruh kompetensi dan independensi
akuntan publik terhadap kualitas audit akuntan publik.
Ho : βi ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok gu na
melihat pengaruh kompetensi dan independensi akuntan
publik terhadap kualitas audit akuntan publik.
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan
a. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak,
yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna
melihat pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik
terhadap kualitas audit akuntan publik.
b. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima,
yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat
pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap
3.6.2.2 Uji Par sial (Uji t)
Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris
pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik secara parsial
terhadap kualitas audit akuntan publik (Anonim, 2009:L-21).
Hipotesis Statistik
1. Ho : βi = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh kompetensi dan
independensi akuntan publik secara parsial terhadap
kualitas audit akuntan publik.
Ho : βi ≠ 0, menunjukkan ada pengaruh kompetensi dan independensi
akuntan publik secara parsial terhadap kualitas audit
akuntan publik.
2. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05.
3. Kriteria keputusan
a. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka H 0 diterima dan H1 ditolak,
yang berarti tidak ada pengaruh kompetensi dan independensi
akuntan publik secara parsial terhadap kualitas audit akuntan
publik.
b. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima,
yang berarti ada pengaruh kompetensi dan independensi akuntan
4.1 DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor
Akuntan Publik (KAP) yaitu suatu badan usaha yang telah mendapatkan ijin
dari Menteri Keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai wadah bagi
akuntan publik dalam memberikan jasanya. Sedangkan akuntan publik atau
auditor independen adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari Menteri
Keuangan atau pejabat lain yang berwenang untuk memberikan jasanya.
Kantor Akuntan Publik dalam pekerjaannya memberikan jasanya yang
disebut dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jasa Audit Laporan Keuangan
Dalam kapasitasnya sebagai auditor independen, Kantor Akuntan
Publik melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan
pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.
2. Jasa Audit Khusus
Audit khusus dapat merupakan audit atas pos laporan tertentu yang
dilakukan dengan mengunakan prosedur yang disepakati bersama, audit
atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis yang komprehensif