• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul pada materi animalia melalui metode Joyful Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul pada materi animalia melalui metode Joyful Learning"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU KABUPATEN BANTUL PADA

MATERI ANIMALIA MELALUI METODE JOYFUL LEARNING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Diajukan oleh:

YUNI FRISKIVALESTA NIM : 091434049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(2)

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU KABUPATEN BANTUL PADA

MATERI ANIMALIA MELALUI METODE JOYFUL LEARNING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Diajukan oleh:

YUNI FRISKIVALESTA NIM : 091434049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

ORANGTUA TERCINTA KELUARGA KU TERCINTA TEMAN-TEMAN PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

ALMAMATER KU UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(6)

MOTTO

“ JANGAN TUNGGU SESEORANG MEMOTI VASI DI RI ANDA BARU ANDA AKAN TERMOTI VASI TETAPI MOTI VASI LAH DI RI ANDA SENDI RI

SUPAYA ANDA DAPAT MENJADI MOTI VATOR BAGI DI RI ANDA MAUPUN ORANG LAI N”

“J IKA ANDA TELAH SUKSES, J ANGAN LUP A KEPADA ORANG- ORANG DIBALIK KESUKSESAN

ANDA,

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar dan peningkatan hasil belajar siswa kelas XSMA Pangudi Luhur Sedayu pada materi Animalia melalui Metode Joyful Learning.

Penelitian dilaksanakan pada siswa Kelas X B, SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012-2013. Komponen pengumpulan data yang digunakan berasal dari hasil penilaian pre-test, post-test, lembar observasi, dan kuisioner.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri atas tindakan berulang dimulai dari kajian suatu masalah secara sistematis, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, refleksi, perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, disimpulkan metode Joyful learning dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa secara kognitif. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I untuk motivasi belajar siswa pada kategori minimal tinggi mencapai 17,2% dan persentase meningkat pada siklus II yaitu menjadi 78,1%. Seiring dengan peningkatan motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa pada aspek kognitif juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil post-test pada siklus I dimana rerata nilai yang diperoleh 70 dan siswa yang tuntas KKM ialah 46,9%, setelah melakukan refleksi proses belajar dan perencanaan ulang kegiatan belajar dengan metode joyful learning pada siklus II, menunjukkan adanya peningkatan rerata nilai menjadi 76,1 dan yang siswa tuntas KKM mencapai 71,9%.

Kata kunci : Motivasi, Kognitif, Animalia, dan Joyful Learning

(10)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the learning motivation and improvement the learning outcome of the Pangudi Luhur Sedayu Bantul high schoolstudent grade X through Joyful Learning method in the chapter Animalia.

The research chooses as its target group the student of Pangudi Luhur Sedayu Bantul High School grade X B, 2012-2013 periods. The data were collected from the evaluation of pre-test, post-test, observation sheets, and questioner.

This research used Kemmis and Mc. Taggart method consisting of stages: a systematic study of the problem, planning, action, observation, evaluation, reflection, enhancement and completion action.

Based on the result of this research, it can be concluded that Joyful Learning method could increase the learning motivation and the student's learning outcome of the cognitive aspect. Based on the result in the first cycle for the student’s motivation in high minimum category reached 17,2% and the percentage increased to 78,1% in the second cycle. Along with the increased students motivation, the student's learning outcome of the cognitive aspect also increased. It showed from the result of the post-test on the first cycle which average 70 and 46,9% of the students reached the minimum standard score. After reflection and re-planning the learning activities used the joyful learning method in the second cycle, it showed an improvement in average being 76,1 and 71,9% of the students reached the minimum standard score.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya yang limpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul Pada Materi Animalia Melalui Metode Joyful Learning ”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan ijin dalam melaksanakan penelitian dan yang telah membari saran dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan waktu untuk memberikan pengarahan dan dengan sabar membimbing penulisan skripsi.

3. Segenap dosen Pendidikan Biologi dan staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung penulis secara tidak langsung.

4. Br. Agustinus Mujiya, S.Pd., FIC., selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur SedayuBantul yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

5. Ibu Yuliana Eni Purwaningsih, S.Si., selaku guru Biologi Kelas X yang telah membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu Bantul.

6. Siswa-siswi kelas X B SMA Pangudi Luhur Sedayu Bantul tahun ajaran 2012-2013 yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. 7. Seluruh keluarga yang selalu mengingatkan dan memberi dorongan pada

penulis untuk segera menyelesaikan studi.

(12)

8. Teman-teman yang telah membantu dalam observasi dan membantu dalam menyemangati penulis Ina, Yani, Rini, Mano, dan Weli.

9. Teman-teman angkatan 2009 tercinta yang memberikan pengalaman luar biasa bagi penulis sehingga ini menjadi kenangan pembelajaran yang istimewa.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Manusia jauh dari kesempurnaan, demikian pula dalam penulisan skripsi. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat menjadi inspirasi dan alat bantu bagi pendidik yang membacanya dan menerapkannya.

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

ABTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG... 1

B. RUMUSAN MASALAH... 4

C. BATASAN MASALAH... 5

D. TUJUAN PENELITIAN... 6

E. MANFAAT PENELITIAN... 6

F. HIPOTESA... 7

BAB II DASAR TEORI... 8

A. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (LEARN AND LEARNING)... 8

B. MOTIVASI BELAJAR... 9

1. Definisi... 9

2. Jenis Motivasi... 10

3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi... 10

(14)

C. HASIL BELAJAR... 14

D. JOYFUL LEARNING... 16

1. Pengertian Joyful Learning... 16

2. Langkah-Langkah Joyful Learning... 18

3. Kelebihan Joyful Learning... 22

4. Kelemahan Joyful Learning... 25

E. MATERI ANIMALIA... 25

F. PENELITIAN YANG RELEVAN... 25

G. KERANGKA BERPIKIR... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 30

A. MODEL PENELITIAN... 30

B. JENIS PENELITIAN... 30

C. SETTING PENELITIAN... 31

1. Tempat dan Waktu Penelitian... 31

2. Subjek Penelitian... 31

3. Obyek Penelitian... 31

4. Sumber Data... 32

5. Jenis Data... 32

D. DESAIN PENELITIAN... 32

1. Siklus I... 32

2. Siklus II... 37

E. INSTRUMEN PENELITIAN... 41

1. Instrumen Pembelajaran... 41

2. Instrumen Pengumpulan Data... 42

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 47

A. HASIL PENELITIAN... 47

B. ANALISIS DATA... 67

1. Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif... 67

2. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa... 68

C. PEMBAHASAN... 69

1. Hasil Belajar Ranah Kognitif... 71

(15)

xiv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 76

A. Kesimpulan... 76

B. Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA... 78

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data... 42

Tabel 3.2 Skala Pengkategorian Motivasi... 45

Tabel 3.3 Indikator Pencapaian Penelitian... 46

Tabel 4.1 Analisis Kuisioner Motivasi Siswa Siklus I... 54

Tabel 4.2 Hasil Analisis Lembar Observasi Kegiatan Diskusi dan Pengamatan (Praktikum) Siswa Pertemuan I... 55

Tabel 4.3 Hasil Analisis Lembar Observasi Kegiatan Observasi dan Presentasi Siswa Pertemuan II... 55

Tabel 4.4 Hasil Analisis Lembar Observasi Pada Siklus I... 56

Tabel 4.5 Hasil Post-test Siklus I... 57

Tabel 4.6 Analisis Kuisioner Motivasi Siswa Siklus II... 63

Tabel 4.7 Hasil Analisis Lembar Observasi Kegiatan Diskusi dan Presentasi Siswa Pertemuan I Siklus II... 63

Tabel 4.8 Hasil Analisis Lembar Observasi Kegiatan Diskusi dan Presentasi Siswa Pertemuan II... 64

Tabel 4.9 Hasil Analisis Lembar Observasi Siklus II... 65

Tabel 4.10 Hasil Post-Test Siklus II... 66

Tabel 4.11 Data Ketuntasan Post-test I, dan Post-test II... 67

Tabel 4.12 Motivasi Siswa Berdasarkan Hasil Analisis Lembar Observasi.... 68

Tabel 4.13 Hasil Analisis Questioner Motivasi Siswa... 69

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penerapan Metode Joyful Learning

pada Materi Animalia ... 29 Gambar 3.1 Siklus Penelitian dengan Model Kemmis dan Mc. Taggart... 31 Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Kognitif Siswa... 71 Gambar 4.2 Peningkatan Pencapaian Kategori Minimal Tinggi Motivasi

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Silabus... 82

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 86

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 96

4. Kisi-kisi... 106

5. Soal Pre-Test dan Post-test... 108

6. Rubrik Penilaian LKS... 122

7. Lembar Observasi Kelas... 123

8. Lembar Questioner... 126

9. Lembar Wawancara... 127

10. Surat Ijin Penelitian... 128

11. Data Nilai Pre-test, Post-test I, dan Post-test II... 129

12. Data Perhitungan Lembar Observasi... 130

A. Data Kuantitatif... 130

B. Data Kualitatif... 136

13. Data Perhitungan Questioner... 142

14. Data Wawancara... 144

15. Data Pre-test, Post-test I, dan Post-test II Tertinggi dan Terendah... 145

16. Data Lembar Observasi…... 176

17. Data Lembar Questioner…... 180

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan di Indonesia saat ini kian memprihatinkan. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: Di Balik Krisis: Konflik Militer dan Pendidikan yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Amerika Serikat, Senin (1/3) waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan (education development index/EDI) menurut data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai ini menempatkan

Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. Dari data tersebut, Indonesia menempati posisi yang lebih rendah dari tahun sebelumnya 2010 yaitu peringkat ke-65. Hal ini bukan merupakan suatu prestasi bagi pendidikan di Indonesia, melainkan suatu permasalahan yang perlu diperhatikan dan diselesaikan (Kompas, 2011).

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia disebabkan antara lain oleh masalah efektifitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

(20)

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003).

Hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Menurut Nasution dalam Septiawan (2012) prestasi belajar adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan dan

keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran yang lazimnya diperoleh dari nilai tes/angka yang diberikan guru.

Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal (Slameto, 2003). Penyebab utama kesulitan belajar (learning disability) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problem) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi

pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar siswa, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat (Abdurrahman, 2003).

Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Menurut Sardiman (2000) dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

(21)

3

dalam praktik pengajaran selama ini, tatkala guru menjadi pusat kegiatan pembelajaran, guru menjadi dominan, siswa seolah gelas kosong yang selalu diisi air tanpa diberi motivasi dan kesempatan belajar. Menurut Paulo Freire, penganut sosialisme (dari Brasilia), salah satu pionir paham rekonstruksionisme sosial, model pengajaran ini merupakan aktivitas

pengajaran gaya bank, atau model deposito. Di sini guru sebagai deposan selalu mendepositokan pengetahuan kepada siswa, sementara siswa pasif dan reseptif, pembelajaran berlangsung tanpa ada demokratisasi, memasung keaktifan dan mengabaikan hak asasi siswa sebagai pembelajar. Model pengajaran ini oleh Muska Mosston disebut pengajaran gaya komando (Rosyada, 2004).

Permasalahan lain yang sering muncul adalah penggunaan metode pembelajaran oleh guru yang kurang tepat. Guru kurang bervariasi dalam menerapkan metode dalam mengajarkan pelajaran biologi di sekolah. Menurut Uno dan Nurdin Mohamad (2011) seiring dengan tanggung jawab

profesional pengajar dalam proses pembelajaran, maka dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran setiap guru dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan program pembelajaran yang akan berlangsung. Tujuannya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, yaitu tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh semua peserta didik.

(22)

terlihat kurang menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini tentu saja akan menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga secara langsung akan mempengaruhi hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Hal ini ditunjukkan dari pencapaian nilai siswa yang belum mencapai KKM yang diharapkan

yaitu 75, dengan jumlah siswa yang belum mencapai KKM yaitu 71,86% orang dan yang telah mencapai KKM yaitu 28,13% orang.

Maka dari itu untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar yang baik guru perlu mengaktifkan siswa dalam belajar. Salah satu cara mengatasi masalah yang ada adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode joyful learning. Metode joyful learning merupakan metode yang sangat baik sebagai alternatif dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Dengan metode ini, kegiatan pembelajaran yang umumnya monoton dan menjenuhkan tidak lagi monoton dan bahkan akan lebih

menyenangkan. Selain itu, siswa dapat meningkatkan motivasi dalam belajar karena siswa akan lebih banyak terlibat dalam proses pembelajaran. Penerapan metode joyful learning ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dalam belajar serta hasil belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul pada mata pelajaran Biologi materi Animalia. B. RUMUSAN MASALAH

(23)

5

C. BATASAN MASALAH

Permasalahan yang diteliti terkait judul di atas masih terlalu luas, sehingga perlu adanya pembatasan masalah supaya apa yang hendak diteliti juga jelas dan kesalahpahaman dapat dihindari. Untuk itu perlu dibatasi ruang lingkup dan fokus masalah yang diteliti, yaitu :

1. Hasil belajar yang akan diukur adalah :

a. Ranah kognitif meliputi hasil penilaian belajar materi Animalia pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul.

2. Motivasi belajar terkait ranah afektif siswa dalam proses belajar. 3. Subjek : Kelas X B SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul. 4. Materi

a. Standar Kompetensi :

3. Siswa mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup untuk mempelajari keanekaragaman dan peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan.

b. Kompetensi Dasar :

3.9 Mendeskripsikan dan mengkomunikasikan ciri-ciri kingdom animalia dan perannya bagi kehidupan

Sub KD :

Mendeskripsikan dan mengkomunikasikan ciri-ciri Platyhelminthes dan Nemathelminthes serta perannya bagi kehidupan.

(24)

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk:

1. Mengetahui motivasi belajar siswa kelas X B SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul dalam mengikuti proses pembelajaran pada materi Animalia melalui metode joyful learning.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X B SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul pada materi Animalia melalui metode joyful learning.

E. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peserta Didik:

Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi Animalia.

2. Guru:

Guru dapat memperoleh variasi strategi dan metode pengajaran yang efektif menggunakan metode Joyful learning dalam mengajar materi Animalia.

3. Sekolah:

(25)

7

4. Peneliti:

Sebagai sarana untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh di bangku kuliah, serta sebagai upaya meningkatkan pengalaman peneliti untuk mendukung profesi peneliti dalam dunia pendidikan.

F. HIPOTESA

Metode joyful learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul pada materi Animalia. Dengan variable sebagai berikut :

1. Variabel Bebas : Metode joyful learning melalui teknik bernyanyi pada siklus I dan dengan teknik membuat puisi/pantun pada siklus II.

2. Variabel Terikat : Motivasi dan hasil belajar siswa 3. Variabel Kontrol : Jumlah siswa dalam satu kelas

(26)

BAB II DASAR TEORI

A. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (LEARN AND LEARNING)

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge), atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan (Suyono dan Haryanto, 2011).

(27)

9

(penguatan) yang digunakan guru, iklim sosial dalam kelas, waktu yang tersedia, sistem dan teknik evaluasi, pandangan dan sikap guru terhadap peserta didik, dan upaya guru untuk menangani kesulitan belajar peserta didik (Depdiknas, 2003).

B. MOTIVASI BELAJAR 1. Definisi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, yang akan memberikan arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Sedangkan Imron (1996) dalam Siregar menjelaskan, bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi (Siregar, 2010). Motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau suatu keadaan yang

kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu (Uno, 2011).

Mengenai peranan motivasi dalam proses belajar dikemukakan oleh Slavin (1990) yang mengatakan bahwa motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam belajar. Bila tidak ada motivasi, maka proses pembelajaran tidak akan terjadi dan motivasi dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar (Uno, 2011).

(28)

2. Jenis Motivasi

Menurut Eggen (2012) motivasi dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : a. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik menunjuk pada motivasi untuk terlibat di dalam satu kegiatan sebagai sarana mencapai tujuan. Sebagai contoh, murid

yang termotivasi secara ekstrinsik belajar keras untuk menghadapi satu tes karena mereka yakin belajar akan membuat skor tes yang tinggi atau pujian dari guru.

b. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk terlibat di dalam kegiatan untuk kegiatan itu sendiri. Motivasi intrinsik menunjuk pada motivasi seseorang di dalam suatu kegiatan karena mengganggap bahwa kegiatan tersebut bernilai terhadap kehidupannya. Sebagai contoh, murid yang termotivasi secara intrinsik belajar karena mereka ingin memahami isi pelajaran dan memandang pembelajaran itu bernilai

pada dirinya sendiri.

3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Dalam buku belajar dan pembelajaran, Ali Imron (1996) mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Menurut Siregar (2010), keenam faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Cita-cita/aspirasi pembelajar.

(29)

11

pembelajaran misalnya seseorang yang memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, maka akan terlihat motivasi yang begitu kuat untuk sungguh-sungguh belajar, bahkan untuk menguasai lebih sempurna mata pelajaran yang berhubungan dengan kepentingan menjadi dokter. b. Kemampuan pembelajar.

Manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu, seseorang yang memiliki kemampuan di bidang tertentu, sehingga ia akan termotivasi dengan kuat untuk terus menguasai dan mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut. Misalnya, ia lebih mampu di bidang ekonomi maka motivasi untuk menguasai bidang ekonomi akan lebih besar.

c. Kondisi pembelajar.

Hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik dan psikis siswa. Kondisi fisik, hubungannya dengan motivasi dapat dilihat dari keadaan fisik seseorang. Jika kondisi fisik sedang kelelahan, maka akan cenderung

memiliki motivasi yang rendah untuk belajar atau melakukan berbagai aktivitas. Sementara, jika kondisi fisik sehat dan segar bugar maka akan cenderung memiliki motivasi yang tinggi. Pada kondisi psikis jika seseorang sedang stres maka motivasi juga akan menurun tetapi sebaliknya jika kondisi psikologis seseorang dalam keadaan bagus, gembira, atau menyenangkan maka kecenderungan motivasinya akan tinggi.

d. Kondisi lingkungan pembelajar.

(30)

keluarganya, atau teman sekelasnya juga perlu diperhitungkan dalam memberi dampak terhadap menurunnya motivasi belajar. Lingkungan sosial yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar dan mendukung kegiatan belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, tetapi jika sebaliknya, maka akan berdampak pada

meningkatnya motivasi belajar.

e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran.

Hal ini dapat diamati pada sejauh mana upaya motivasi tersebut dilakukan dan bagaimana bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar, dan unsur-unsur lain dapat mendinamisasi proses pembelajaran. Makin dinamis suasana belajar, maka cenderung akan semakin memberi motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran. f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.

Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar akan berdampak pada menurun atau meningkatnya motivasi. Penerapan strategi yang

keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar, maupun pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat dapat mengakibatkan menurunnya motivasi. Sebaliknya apabila penerapan strategi yang diberikan guru tepat, kegiatan belajar yang dapat membangkitkan motivasi, maupun pemberian ulangan penguatan yang tepat maka akan mampu meningkatkan motivasi. 4. Cara Memotivasi Siswa

(31)

13

Djamarah (2010) dalam usaha untuk membangkitkan gairah belajar anak didik, ada enam hal yang dapat dikerjakan oleh guru, yaitu:

a. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.

b. Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pelajaran.

c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari.

d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

e. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.

f. Menggunakan metode yang bervariasi.

Menurut Uno (2011) indikator siswa yang termotivasi dalam belajar :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.

d. Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan. e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan

prestasinya).

f. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa (misalnya, terhadap pembangunan korupsi, keadilan, dan sebagainya).

(32)

g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, serta dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).

h. Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan

kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian). i. Senang mencari dan memecahkan soal-soal. C. HASIL BELAJAR

Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark dalam Sudjana (1990) bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adapun pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis

dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.

(33)

15

mengerti tentang hubungan antar faktor, antar konsep, antar psinsip, antar data, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan. Kemampuan mengaplikasikan sesuatu, artinya menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan menganalisis, berarti menentukan bagian-bagian dari suatu

masalah, dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan hubungan antar bagian itu. Kemampuan melakukan sintesis, artinya menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu hal yang baru. Kemampuan melakukan evaluasi, artinya mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, barmanfaat tak bermanfaat (Kunandar, 2007).

Ranah psikomotorik berorientasi pada keterampilan motorik fisik yaitu keterampilan yang berhubungan dengan anggota badan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot yang didukung oleh perasaan dan mental. Ranah psikomotorik meliputi enam aspek yaitu gerakan reflex, gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan ekspresif dan interpretatif. Ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi (Munthe, 2009).

Menurut Slameto (2010) hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:

a. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari aspek jasmani dan psikologis.

(34)

b. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi diri individu. Faktor eksternal dibagi menjadi tiga faktor utama yaitu latar belakang keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat. D. JOYFUL LEARNING

Pembelajaran menyenangkan atau joyful learning diterapkan dan

dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pembelajaran model konvensional dinilai menjemukan, kurang menarik bagi para siswa sehingga berakibat kurang optimalnya penguasaan materi bagi siswa. Selain itu Catharina Catur (2008) berpendapat bahwa joyful learning dapat mempercepat penguasaan dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk belajar lebih cepat. Berikut akan diuraikan definisi, langkah-langkah, kelebihan, dan kelemahan dari metode joyful learning. 1. Pengertian Joyful Learning

Pembelajaran menyenangkan (joyful learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat

antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure) (Mulyasa, 2006). Dengan kata lain, pembelajaran

menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran (Sholikhah, 2012).

(35)

17

melontarkan pernyataan bahwa belajar menjadi efektif apabila belajar itu menyenangkan. Lebih lanjut Kline mengemukakan bahwa sekolah harus menjadi ajang kegiatan yang paling menyenangkan dan anak-peserta didik akan sangat cepat belajar jika mereka dibimbing untuk menemukan prinsip-prinsip belajar itu. Meier mengemukakan bahwa menyenangkan

dapat ditunjukkan oleh 5 (lima) komponen, yaitu: (i) bangkitnya minat, (ii) keterlibatan penuh, (iii) terciptanya makna, (iv) pemahaman, dan (v) nilai yang membahagiakan pada diri anak (Hernowo, 2006).

Menurut Depdiknas pembelajaran menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Sedangkan menurut hasil penelitian Zuroidah, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus

dikuasai siswa setelah proses pembelajaran yang dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Pembelajaran menyenangkan merupakan pembelajaran yang tidak membosankan. Jika terlibat langsung sebagai subjek belajar, mereka selalu senang dalam belajar (Septiawan, 2012).

(36)

gagasan orang lain. Dalam belajar, pendidik harus menyadari bahwa otak manusia bukanlah mesin yang dapat disuruh berpikir tanpa henti, sehingga perlu pelemasan dan relaksasi (Salirawati, 2012).

Pembelajaran menyenangkan (joyful learning) merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi kejenuhan dan

ketidak-menarikan ketika proses pembelajaran berlangsung. Suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran dapat mendatangkan kebahagiaan bagi peserta didik. Menurut Dr. Mary Bennett, peneliti dari Universitas Indiana State, AS, pemakaian humor dalam berbagai kesempatan dan suasana (termasuk suasana pembelajaran) dapat menjadi terapi efektif menurunkan stres dan memperbaiki bad mood. Stres dan bad mood merupakan dua masalah yang sering dihadapi mahasiswa yang

dapat menghambat kelancaran belajar mereka. Oleh karena itu penting bagi seorang dosen (guru) menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning) sebagai strategi membantu mahasiswa

(siswa) menghilangkan hambatan tersebut (Salirawati, 2012). 2. Langkah-Langkah Joyful Learning

(37)

19

Sholikhah (2012) tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan metode joyful learning yaitu :

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja.

Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk:

1)Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif. 2)Menyingkirkan rintangan belajar.

3)Merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa.

4)Memberi siswa perasaan positif mengenai pelajaran, dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran.

5)Menjadikan siswa aktif, tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan, dan tumbuh.

6)Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam komunitas belajar.

Dengan adanya tahap ini maka perkembangan psikis kepercayaan diri siswa akan berkembang dengan baik. Pada tahap ini guru memberikan motivasi berupa kata-kata dan lagu-lagu yang dapat membuat siswa keluar dari tekanan dan menjadi tertarik untuk belajar. Adapun komponen dalam persiapan belajar antara lain :

1)Sugesti positif.

(38)

terhalang. Oleh karena itu sugesti positif sangatlah diperlukan agar dalam persiapan belajar merasa gembira sehingga sangat berpengaruh pada hasil belajar.

2)Lingkungan fisik yang positif.

Sugesti, baik positif maupun negatif, tercipta oleh lingkungan

belajar itu sendiri. Jika lingkungan dibuat terkesan menyenangkan dengan sendirinya siswa akan tergugah untuk semangat belajar, memberikan asumsi positif dan menyenangkan. Sebaliknya jika lingkungan fisik mengilhami timbulnya perasaan negatif yang tidak manusiawi, maka pastilah lingkungan itu akan memberi pengaruh negatif pada pembelajaran.

3)Tujuan yang jelas dan bermakna.

Siswa memerlukan gambaran yang jelas tentang tujuan pembelajaran dan apa yang akan dapat mereka lakukan sebagai hasilnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan kata-kata, gambar, contoh

atau apa saja yang dapat membuat tujuan itu tampak nyata dan kongkrit bagi siswa atau dapat juga memberi kesempatan kepada siswa untuk menuliskan apa yang mereka harapkan dari pembelajaran.

4)Manfaat bagi pembelajar.

(39)

21

5)Sarana persiapan siswa dalam belajar.

Sarana persiapan pembelajaran dipersiapkan sebelum dimulainya progam pembelajaran, yang berisi aneka pilihan peralatan untuk membantu mereka agar siap untuk belajar. Adanya sarana ini bertujuan untuk membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan

tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan minat serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang (Finasurya, 2011).

b. Tahap penyampaian

Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Pada tahap ini guru menyampaikan materi belajar yang dikaitkan dengan hal-hal nyata yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari dan diasosiasikan dengan apa yang sudah diketahui dan diingat siswa

sebelumnya. c. Tahap pelatihan

(40)

meningkatkan aktivitas siswa guru dapat memberikan humor dalam proses belajar.

d. Tahap penutup

Guru memberikan penguatan pada materi yang telah diterima siswa dengan memusatkan perhatian siswa. Penguatan dapat

dilakukan dengan meminta siswa membuat simpulan belajar yang berupa lagu, kata-kata, ataupun pantun yang menyenangkan bagi siswa.

3. Kelebihan Joyful Learning

Kelebihan dari metode joyful learning menurut Chatarina catur (2008) yaitu:

- Metode joyful learning dapat diterapkan langsung ke semua mata pelajaran yang ada, sehingga membuat belajar yang dulunya sulit menjadi mudah. Metode ini dapat diterapkan langsung saat mempelajari suatu materi pelajaran, sehingga materi yang dipelajari akan lebih cepat selesai.

- Dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan TK hingga Kuliah.

- Suasana belajar yang rileks dan menyenangkan dapat menjadikan murid lebih ringan dan tidak stres dalam belajar.

(41)

23

dibutuhkan untuk belajar lebih banyak. Lain halnya jika murid diberikan pembekalan metode belajar yang baik, maka kendala-kendala belajar dapat diatasi dan anak tidak perlu mengulang-ulang materi sehingga waktu yang dipakai belajar lebih cepat.

- Merangsang kreativitas dan aktivitas. Kreativitas terjadi jika kita dapat menggunakan informasi yang sudah ada di dalam otak kita dan mengkombinasikan dengan informasi yang lain sehingga tercipta hal baru yang bernilai tambah. Demikian juga jika kita menggunakan metode joyful learning kita akan menghubungkan informasi yang sudah ada di memori kita untuk dikombinasikan dan dipadukan antara informasi yang satu dengan yang lain sehingga tercipta sesuatu yang baru.

- Lebih efektif dalam pembelajaran di kelas. Dengan penguasaan metode joyful learning menjadikan guru lebih bertambah rasa percaya diri dalam penguasaan materi pelajaran yang diembannya. Sehingga guru lebih fokus dan lebih besar dalam memberikan perhatian kepada muridnya, hal ini akan menjadikan proses pembelajaran di kelas lebih efektif.

- Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dengan penguasaan materi yang mantap guru dapat mendesain atau membungkus suatu penyajian materi kegiatan belajar mengajar lebih menarik dengan berbagai variasi agar para murid mengikuti dengan suasana hati yang gembira dan semangat yang tinggi.

(42)

pelajaran akan lebih mudah dan cepat diserap oleh para murid. Hal yang sulit menjadi lebih mudah, bukan hal yang mudah justru dipersulit karena bukan merupakan sikap yang professional dari seorang guru. Kecepatan murid dalam penyerapan materi pelajaran yang di berikan oleh guru akan menyisakan waktu yang cukup

banyak, waktu yang tersisa itu dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang bermanfaat.

- Dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar murid. Metode joyful learning yang sudah dikuasai oleh guru dapat dimanfaatkan

dalam penanganan murid yang mengalami kesulitan belajar. Semua guru harus bisa membantu murid yang mengalami kesulitan belajar. Jadi tidak ada lagi istilah masalah kesulitan belajar murid semua diserahkan ke petugas Bimbingan Konseling (BK) yang jumlahnya terkadang tidak seimbang dengan jumlah murid yang ada.

- Mampu menghadapi banyak tipe murid di kelas. Dalam satu kelas dapat dipastikan banyak tipe murid yang dihadapi oleh guru. Untuk itu guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah menggunakan berbagai cara yang dapat menyentuh semua aspek visual, auditori dan kinestetik.

(43)

25

4. Kelemahan Joyful Learning

Hampir tidak ada kekurangan dalam pelaksanaan metode joyful learning. Peserta didik akan terasah kreatifitas secara alami dan tidak

dibuat-buat. Hal tersebut dikarenakan anak diasah potensinya dengan perlahan-lahan dan tidak terkesan terpaksa. Kekurangannya bersumber

pada guru atau tenaga pendidik itu sendiri, jika guru tidak aktif atau pintar memilih metode yang tepat seperti dalam mengkombinasikan metode dan teknik pembelajaran yang tepat, maka anak didik bukannya paham malahan menjadi bigung. Selain itu siswa akan cenderung menghafal dalam proses belajar sehingga siswa tidak mendalami ilmu yang dimiliki (Makalah, 2013).

E. MATERI ANIMALIA

Sesuai dengan SK dan KD yang disebutkan sebelumnya materi yang akan dibahas meliputi Platyhelminthes dan Nemanthelminthes terutama mengenai:

a. Ciri-ciri Platyhelminthes dan Nemanthelminthes b. Klasifikasi Platyhelminthes dan Nemanthelminthes c. Peranan Platyhelminthes dan Nemanthelminthes F. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang dilakukan oleh Uud Hudaya, S.Pd., Guru Matematika SMAN 2 Pelepat Ilir Kabupaten Bungo-Provinsi Jambi dalam judul penelitian Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Melalui Joyful Learning Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diperoleh

(44)

ketuntasan belajar sebesar 54,6% dari 35% ketuntasan hasil belajar yang diperoleh pada tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk motivasi belajar siswa sebesar 53% siswa sangat setuju dan 33% setuju bahwa joyful learning membuat siswa lebih antusias dan senang belajar matematika, 59% siswa sangat setuju dan 37% setuju

bahwa penerapan joyful learning membuat siswa lebih mudah memahami konsep Matematika.

Sesuai dengan keberhasilan pada penelitian di atas penelitian yang sama dengan mata pelajaran yang berbeda juga dilakukan oleh Hendika Septiawan tahun 2012 dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata

Pelajaran Matematika Kelas IV SDN Salatiga 01 Kota Salatiga”. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Hasil belajar

Hasil belajar pada pra perlakuan menunjukkan 71% siswa memiliki

nilai di atas 70 setelah perlakuan pada siklus I meningkat menjadi 90,19% dan siklus II meningkat menjadi 94,12%.

b. Motivasi

Berdasarkan hasil analisis angket yang diberikan motivasi belajar pada siklus I mencapai skor baik dengan persentase sebesar 86,3% setelah perlakuan pada siklus II motivasi belajar meningat pada skor ketercapaian baik dengan persentase 94,1%.

G. KERANGKA BERPIKIR

(45)

27

belajar dan cenderung cuek karena pembelajaran di kelas tidak dinamis dan tidak menyenangkan. Efek dari kebosanan siswa menyebabkan rendahnya nilai yang diperoleh siswa hal ini ditunjukkan data nilai yang diperoleh yaitu hanya 28,13% orang yang tuntas mencapai nilai KKM 75.

Untuk mengatasi permasalahan ini maka kelas perlu lebih dinamis

dalam belajar dan guru perlu menerapkan metode baru yang menyenangkan pada materi selanjutnya yaitu materi Animalia khususnya pada sub pokok Platyhelminthes dan Nemathelminthes. Salah satu metode belajar yang

dikembangkan adalah metode joyful learning. Metode joyful learning yang memiliki kelebihan dapat diterapkan langsung pada semua pelajaran, suasana belajar yang rileks-menyenangkan, mempercepat proses belajar, merangsang kreativitas, lebih efektif dalam pembelajaran di kelas, bervariasi, dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar murid, mampu menghadapi banyak tipe murid di kelas, dan akhirnya dapat membuat materi pelajaran lebih berkesan. Penerapan metode joyful learning diharapkan dapat

menyenangkan siswa sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi yang efeknya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Uud Hudaya (2009) dan Hendika Septiawan (2012) yang mengkaji peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar dengan penerapan metode joyful learning menunjukkan bahwa metode joyful learning dapat meningkatkan hasil belajar hingga mencapai di atas 90% dan motivasi belajar siswa terkait antusias belajar dan senang belajar mencapai 86%.

(46)
(47)

29

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penerapan Metode Joyful Learning pada Materi Animalia

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. MODEL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Model ini merupakan pengembangan model Kurt Lewis. Akan tetapi, model Kemmis dan Mc. Taggart dalam melakukan akting dan observasi dilakukan secara bersama-sama. Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kajian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai masukan dalam melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.

B. JENIS PENELITIAN

(49)

31

Gambar 3.1. Siklus Penelitian dengan Model Kemmis dan Mc. Taggart

C. SETTING PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2013. 2. Subjek Penelitian

Subyek penelitiannya adalah siswa kelas X B SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 17 anak laki-laki dan 15 anak perempuan.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitiannya adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul.

(50)

4. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Sumber data primer diambil dari kognitif siswa yang berupa nilai tes yang telah dikerjakan oleh siswa. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari hasil pengamatan yang dikumpulkan oleh teman sejawat selama tindakan

berlangsung dan kuisioner. 5. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes formatif dan penilaian aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran.

D. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian tindakan kelas yang direncanakan sesuai dengan model Kemmis dan Mc Taggart dilaksanakan pada dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu; tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan-observasi, dan tahap refleksi. Adapun

kegiatan yang akan dilakukan dalam pada setiap siklus ialah sebagai berikut: 1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1) Peneliti bersama guru menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan langkah-langkah pembelajaran joyful learning.

(51)

33

observasi tersebut digunakan untuk mengetahui penerapan joyful learning dalam meningkatkan hasil belajar dan partisipasi siswa

selama proses pembelajaran berlangsung baik pada siklus I maupun siklus II.

3) Peneliti menyusun dan menyiapkan pedoman lembar observasi

pengamatan peserta didik, serta pedoman kuisioner motivasi siswa, serta pedoman wawancara.

4) Penetapan indikator ketercapaian. Indikator kinerja ketercapaian ditentukan berdasarkan hasil observasi awal peneliti, dengan tujuan untuk melihat perbedaan kondisi awal dengan kondisi setelah dilaksanakan tindakan. Selain itu untuk membatasi kapan tindakan akan berakhir dilaksanakan, yaitu setelah mencapai indikator ketercapaian yang telah ditetapkan.

5) Pada siklus satu metode joyful learning akan menggunakan teknik bernyanyi, dimana siswa diminta untuk membuat lagu dari materi yang

dipersiapkan guru kemudian menyanyikannya di depan kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) Guru memberikan pre-test.

2) Guru membuka proses belajar mengajar.

3) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk membangkitkan minat peserta didik dengan memberikan apersepsi.

(52)

4) Guru menyampaikan bahwa metode pembelajaran yang akan digunakan pada materi Platyhelminthes ini adalah metode Joyful Learning melalui teknik bernyanyi.

Rancangan strategi dan skenario penerapan metode Joyful Learning dengan teknik bernyanyi adalah sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

a) Guru memastikan kondisi kelas siap menerima pelajaran yang akan diberikan dengan memberikan cuplikan lagu terkait materi Plathyhelminthes.

b)Guru menyanyikan lirik lagu yang ditampilkan. 2) Tahap penyampaian

a) Guru menyampaikan garis besar materi untuk informasi awal siswa tentang materi-materi yang telah disusun dalam bentuk lagu yang harus dinyanyikan oleh peserta didik. b)Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) Guru mengajak siswa untuk melakukan praktikum terkait pengamatan cacing dari filum Platyhelminthes.

3) Tahap pelatihan

a) Guru melakukan presentasi materi secara singkat mengenai materi Platyhelminthes.

(53)

35

c) Siswa diminta untuk duduk bergabung bersama kelompok mereka masing-masing.

d)Guru membagikan LKS I kepada masing-masing kelompok. e) Guru memberi petunjuk kepada setiap kelompok bahwa

setiap kelompok wajib membuat sebuah lagu yang

diaransemen ulang dari lagu-lagu populer yang sudah ada. Soal-soal pada LKS akan membantu menyusun lagu. Lagu yang dibuat harus berisikan kata-kata penting dari materi Platyhelminthes.

f) Guru menjelaskan alokasi waktu yang diberikan untuk mengisi LKS dan menyelesaikan lagu adalah 45 menit (1 jam pelajaran).

g)Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil karya mereka pada setiap kelompok (pertemuan II siklus I).

h)Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan aktif

di kelas, siswa diminta untuk memberikan tanggapan terhadap karya teman mereka.

4) Tahap penutup

a) Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari nyanyian yang mereka susun untuk materi Platyhelminthes. b)Guru meminta siswa untuk melakukan refleksi pelajaran

selama siklus I.

c) Guru memberikan post-test I.

d)Akhir siklus I guru memberikan angket motivasi dan membagikan LKS II untuk siklus ke-II.

(54)

Observasi dilakukan pada setiap kegiatan pelaksanaan pembelajaran di siklus I. Pada tahap observasi, peneliti dan observer mengadakan pemantauan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran di kelas di mana tahapan ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan

pelaksanaan observasi. Observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Observasi dan interpretasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran biologi dengan penerapan metode joyful learning melalui teknik bernyanyi. Hal-hal yang diobservasi meliputi:

a) Kondisi atau suasana belajar pada saat proses belajar mengajar. b) Minat peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. c) Tingkat pemahaman peserta didik saat proses belajar mengajar.

Penelitian ini menggunakan observasi terstruktur yaitu melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan catatan lapangan untuk memperoleh data secara obyektif, yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas peserta didik selama penelitian tindakan berlangsung, reaksi dan petunjuk-petunjuk lain yang dapat digunakan sebagai bahan menganalisis dan refleksi.

c. Refleksi

(55)

37

sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setelah melakukan refleksi, peneliti kemudian menyusun langkah-langkah untuk memperbaiki permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan. Setelah itu, ditarik kesimpulan apakah penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak sehingga dapat menentukan langkah

pada siklus II. 2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1) Guru mempelajari kembali RPP yang telah disusun dan mengingat kembali hasil refleksi yang diperoleh di siklus I untuk diperbaiki pada siklus II.

2) Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman-pedoman

wawancara, lembar observasi, dan lembar kuisioner motivasi siswa.

3) Pada siklus II metode joyful learning akan menggunakan teknik pembuatan pantun atau puisi terkait materi Nemanthelminthes.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1) Guru membuka proses belajar mengajar dengan memberikan pantun gombalan pada siswa untuk mengunggah semangat belajar siswa.

(56)

2) Guru menyampaikan bahwa metode pembelajaran yang akan digunakan pada materi Nemanthelminthes adalah metode Joyful Learning melalui teknik pantun dan berpuisi.

Rancangan strategi dan skenario penerapan metode Joyful Learning dengan teknik berpantun dan berpuisi adalah sebagai

berikut:

1) Tahap persiapan

a) Guru memastikan kondisi kelas siap menerima pelajaran yang akan diberikan dengan memberikan pantun terkait materi Nemanthelminthes.

b)Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan pantun dengan ekspresi.

2) Tahap penyampaian

a) Guru menyampaikan garis besar materi Nemanthelminthes yang akan dipelajari.

b)Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada materi Nemanthelminthes dengan berpantun.

c) Siswa diminta untuk melakukan observasi terhadap gambar Nemanthelminthes yang ditampilkan guru pada setiap

kelompok baru yang dibentuk menjadi 8 kelompok masing-masing terdiri dari 4 siswa untuk setiap kelompok.

(57)

39

e) Guru melakukan presentasi materi secara singkat terkait Nemathelminthes.

3) Tahap pelatihan

a) Guru menanyakan LKS II yang telah dibagikan pada akhir siklus I kepada setiap kelompok apakah telah diselesaikan

atau belum.

b)Guru memberikan waktu 10 menit untuk menyelesaikan LKS II serta menyelesaikan pantun atau puisinya.

c) Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya beserta hasil pembuatan pantun/puisinya terkait materi Nemathelminthes.

d)Agar suasana belajar lebih menyenangkan, guru meminta kelompok lain mengomentari puisi/pantun yang disampaikan.

e) Siswa melakukan aksi sebagai pengajar lapangan, untuk itu

siswa diberikan selembar kertas yang berisi lembar penilaian dari pendengar pantun dan puisi yang dibacakan siswa. Siswa menyampaikan hasil karya mereka dengan menceritakan pantun-puisi mereka pada siswa lain dan guru lainnya. (Tugas tidak terstruktur).

f) Siswa mengumpulkan hasil karya dan lembar nilai mereka. (Pertemuan II siklus II)

(58)

pertanyaan ataupun pendapat, terkait kegiatan dan terutama terkait materi Nemanthelminthes yang disampaikan dalam pantun dan puisi presentator.

h)Guru mengarahkan siswa jika masih terdapat miskonsepsi pelajaran.

4) Tahap penutup

a) Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari pantun/puisi yang mereka susun untuk materi Nemanthelminthes.

b)Guru menutup pelajaran dengan meminta beberapa siswa memberikan pantun yang singkat dan mudah diingat. c) Guru meminta siswa untuk melakukan refleksi pelajaran

selama siklus II.

d)Guru melakukan post-test II.

e) Akhir siklus II guru memberikan kuisioner motivasi dan

memilih 5 siswa berdasarkan nilai tertinggi hingga terendah untuk diwawancarai terkait motivasi siswa.

Observasi dilakukan pada setiap kegiatan pelaksanaan pembelajaran di siklus II. Pada tahap observasi, peneliti dan observer mengadakan pemantauan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran di kelas. Hal-hal yang diobservasi meliputi :

(59)

41

Penelitian ini menggunakan observasi terstruktur yaitu melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan catatan lapangan untuk memperoleh data secara obyektif, yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas peserta didik

selama penelitian tindakan berlangsung, reaksi dan petunjuk-petunjuk lain yang dapat digunakan sebagai bahan menganalisis dan refleksi.

c. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menganalisis atau mengolah data hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang mengalami peningkatan dan menjadi keunggulan dari penerapan metode joyful learning pada materi animalia khususnya Platyhelminthes dan Nemanthelminthes. Setelah melakukan refleksi, peneliti menarik kesimpulan apakah penelitian

yang dilakukan berhasil atau tidak. E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran dan instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data penelitian.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan adalah: a. Silabus

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(60)

c. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yakni teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dengan memberikan pre-test pada awal sebelum siklus dimulai dan post-test I dan post-test II pada setiap

akhir siklus. Teknik non tes yang digunakan adalah teknik observasi, kuisioner, dan wawancara. Observasi digunakan untuk mengetahui proses perkembangan motivasi belajar siswa secara klasikal dari hasil pengamatan observer, wawancara untuk mengetahui bagaimana perkembangan motivasi belajar siswa secara kualitatif dan tanggapan siswa terhadap metode yang digunakan, dan kuisioner untuk mengetahui penilaian siswa terhadap tingkat motivasi mereka pada setiap siklus.

Di dalam penelitian yang dilakukan, penggunaan instrumen yang berkaitan dengan prosedur, alat, pelaku, sumber informasi, dan cara analisis data diuraikan pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data

No. Prosedur Alat/

Metode Pelaku

Sumber

Informasi Cara Analisis 1. Menganalisis

Observer Siswa Analisis kualitatif

(61)

43

No. Prosedur Alat/

Metode Pelaku

Sumber

Informasi Cara Analisis

rekaman. tindakan kualitatif

2. Menganalisis

Siswa Siswa Analisis kuantitatif dan kualitatif

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang diperoleh dari proses dan hasil pembelajaran dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa angka hasil belajar siswa (meliputi penentuan rata-rata kelas, ketuntasan belajar individual dan ketuntasan belajar secara klasikal dari hasil test). Data kualitatif berupa prosentase hasil observasi dan kuisioner yang juga dideskripsikan dengan kata-kata.

Menurut Slameto (2001) data tentang nilai hasil belajar (kognitif) siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai Akhir= Jumlah j aw aban benar

Jumlah seluruh soal ×100

Hasil penelitian dianalisis 3 kali yaitu analisis untuk menghitung rata-rata kelas, menentukan ketuntasan belajar secara individual dan menentukan ketuntasan belajar secara klasikal.

a. Menentukan rata-rata kelas

Menurut Sudjana (1990) untuk mengetahui nilai rata-rata kelas pada masing-masing siklus sebagai berikut:

= ∑

(62)

Keterangan :

= Nilai rata-rata (mean)

ΣX = Jumlah nilai seluruh siswa

N = Banyaknya siswa yang mengikuti test b. Menentukan ketuntasan belajar secara klasikal

Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal menurut Ali (1993) sebagai berikut:

P = ∑ x 100%

Keterangan:

P = nilai ketuntasan belajar

Σn1 = jumlah siswa tuntas belajar secara klasikal

n = jumlah total siswa

c. Penilaian pada lembar kuisioner yang diberikan

Kuisioner berjumlah 10 pernyataan terkait motivasi belajar siswa. 5 butir kuisioner berupa kuisioner negatif dan 5 butir lainnya merupakan kuisioner postif. Tiap soal dinilai dari angka 1 hingga 4, dengan ketentuan semakin tinggi semakin baik hasil yang diperoleh pada kuisioner positif dan semakin rendah yang dinilai pada kuisioner negatif maka semakin baik hasil yang diperoleh. Penilaian dilakukan dengan perhitungan:

%motivasi siswa = x 100%

(63)

45

d. Lembar observasi siswa

Menurut Daryanto (2011), lembar observasi berfungsi untuk mengetahui perkembangan aspek motivasi dan psikomotorik siswa secara klasikal. Untuk menghitung lembar observasi pengolahan pembelajaran dengan metode joyful learning digunakan rumus berikut:

% = x 100% dengan, X

=

( )

Keterangan:

% = Persentase lembar observasi

X

=

Rerata

Σx = Jumlah rerata nilai pada setiap aspek

P1 = Pengamat1 P2 = Pengamat 2

Penilaian lembar observasi dan kuisioner untuk mengetahui tingkatan motivasi menggunakan skala berikut:

Tabel 3.2 Skala Pengkategorian Motivasi

KATEGORI SKALA

Lembar observasi Kuisioner

Sangat tinggi 5 4

Tinggi 4 3

Cukup 3 2

Rendah 2 1

Sangat rendah 1 0

(64)

G. INDIKATOR KETERCAPAIAN

Indikator peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam penelitian ini akan diuraikan pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Indikator Pencapaian Penelitian

Indikator Data Kondisi Awal Target Akhir

Skor rata-rata kelas Nilai Post-test Nilai rata-rata 56,65 Nilai rata-rata 75 Persentase yang

mencapai KKM (75)

Nilai Post-test 28,13% anak tuntas

KKM

70% anak tuntas

KKM Motivasi Hasil analisis

lembar observasi, lembar kuisioner, dan hasil

wawancara siswa.

-

(65)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian dengan menggunakan metode joyful learning ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar ranah kognitif siswa. Peningkatan motivasi dapat diukur dari perubahan sikap siswa dan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran serta bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif dapat diukur dari hasil post test di setiap akhir siklus.

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di kelas X B SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan metode joyful learning yang dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik bernyanyi dan teknik pantun/puisi. Teknik bernyanyi diterapkan pada siklus I dan teknik pantun/puisi diterapkan pada siklus II. Siklus I dan siklus II masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing siklus yaitu 3x45 menit. Siklus I pertemuan I dengan alokasi waktu 2x45 menit, siklus I pertemuan II dengan alokasi waktu 1x45 menit, demikian juga dengan alokasi waktu pada siklus II. Berikut merupakan uraian mengenai proses pelaksanaan penelitian dan hasil penelitian.

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penerapan Metode Joyful Learning pada Materi Animalia
Gambar 3.1. Siklus Penelitian dengan Model Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 3.2 Skala Pengkategorian Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Implementasi Rangkaian-Rangkaian dari Ekspresi Boolean Apabila operasi dari suatu rangkaian didifinisikan oleh suatu ekspresi Boolean, maka suatu diagram rangkaian logika

Jika dirancang suatu percobaan yang melibatkan lebih dari satu faktor, dengan perlakuan merupakan kombinasi dari level-level satu faktor dengan level-level faktor

Dalam bab ini akan dibahas secara berurutan beberapa hal, seperti deskripsi lokasi penelitian, deskripsi permasalahan penelitian, temuan dan pembahasan

[r]

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga sampai saat ini penulis masih ditetapkan pada iman dan Islam, serta

Pada gambar 3.1 terdapat sketsa halaman menu utama media pembelajaran yang teridiri dari judul media pembelajaran, tombol profile, tombpl standar, tombol materi, tombol evaluasi

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif, bertujuan untuk mengetahui perilaku yang dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarga tentang

Sejalan dengan pembahasan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian serupa dengan Ahmad dan Fatima (2008) yaitu melakukan pengujian terhadap hubungan langsung