SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Oleh : RUSLI NURDIN NPM. 0841010032
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
Disusun Oleh :
RUSLI NURDIN NPM : 0841010032
Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi Menyetujui,
Pembimbing
Dr s,Ananta Pratama M,Si NIP. 196004131990031001
Mengetahui, DEKAN
Oleh : RUSLI NURDIN NPM. 0841010032
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Pr ogram Studi Administr asi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 12 Desember 2012
Pembimbing
Dr s, Ananta Pratama, M.Si NIP : 196004131990031001
Tim Penguji : 1. Ketua
DR. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001 2. Sekr etaris
Dra. Sr i Wibawani, M.Si NIP. 196704061994032001
3. Anggota
Dr s. Ananta Pratama, M.Si NIP : 196004131990031001 Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
Nama Mahasiswa : Rusli Nurdin
NPM : 0841010032
Pr ogram Studi : Ilmu Administr asi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa Skripsi ini telah dir evisi dan disahkan Pada Tanggal 20 Desember 2012
Mengetahui / Menyetujui
Dosen Penguji I
DR. Lukman Arif, M. Si NIP. 196411021994031001
Dosen Penguji II
Dra. Sr i Wibawani, M.Si NIP. 196704061994032001
Dosen Penguji III
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Nelayan Melalui Pr ogram Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan” Tugas ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Berkat Rahmat dan karuniaNya, penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Segala kesulitan baik yang bersifat teknis maupun non teknis serta berbagai kendala dan hambatan menyebabkan proses penyelesaian skripsi ini menjadi panjang dan memakan waktu namun berkat bimbingan dan kesabaran dosen pembimbing, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skirpsi ini.
Dalam tersusunnya tugas ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Drs. Ananta Pratama, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahanya kepada penulis. Disamping itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2. Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara.
materi perkulihan sehingga menambah wawasan penulis tentang berbagai permasalahan sosial.
5. Bapak Ali Afdhol selaku Ketua Rukun Nelayan Blimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Budi Santoso ST selaku ketua P2MKP yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Nelayan Kelurahan Blimbing, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak maupun masyarakat umum. Secara khusus dapat memberikan manfaat kepada Rukun Nelayan dalam mengembangkan pemberdayaan nelayan.
Surabaya, 18 Desember 2012
HALAMAN PERSETUJ UAN ... Error! Bookmark not defined.ii
HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.iii
KATA PE NGANTAR ... Error! Bookmark not defined.v
DAFTAR ISI ... 1
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.xii
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.xiii
ABSTRAKSI ... Error! Bookmark not defined.xiv
BAB I PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined.1
1.1Latar Belakang ...Er r or ! Bookmar k not defined.1
1.2Rumusan Masalah ...Er r or ! Bookmar k not defined.9
1.3Tujuan Penelitian ...Er r or ! Bookmar k not defined.9
1.4Manfaat Penelitian ...Er r or ! Bookmar k not defined.9
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.11
2.1Penelitian Terdahulu ... Er r or ! Bookmar k not defined.11
2.2Landasan Teori ... Er r or ! Bookmar k not defined.13
2.2.1Kebijakan... Er r or ! Bookmar k not defined.14
2.2.2Definisi Pemberdayaan Masyarakat . Er r or ! Bookmar k not defined.25
2.2.2.2 Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat ... Er r or ! Bookmar k not
defined.28
2.2.3 Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.31
2.2.3.1 Pengertian pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.31
2.2.4 Program Pelatihan Bengkel Nelayan Er r or ! Bookmar k not defined.35
2.2.5 Kerangka Berfikir ... Er r or ! Bookmar k not defined.35
BAB III METODE PE NELITIAN ... Error! Bookmark not defined.37
3.1Jenis Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.37
3.2Fokus Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.38
3.3Lokasi Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.39
3.4Sumber Data ... Er r or ! Bookmar k not defined.40
3.5Pengumpulan Data ... Er r or ! Bookmar k not defined.41
3.6Analisis Data ... Er r or ! Bookmar k not defined.43
3.7Keabsahan Data ... Er r or ! Bookmar k not defined.46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.49
4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.49
4.1.1 Keadaan Geografis Kelurahan BlimbingEr r or ! Bookmar k not defined.49
4.1.2 Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan Blimbing ... Er r or !
Bookmar k not defined.49
4.1.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Kelurahan Blimbing .. Er r or ! Bookmar k not
defined.50
4.1.6 Keadaan Penduduk Kelurahan BlimbingEr r or ! Bookmar k not defined.56
4.1.7 Sejarah Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing ... Er r or ! Bookmar k not
defined.58
4.1.8 Visi, Misi, Tujuan Dan Fungsi Rukun Nelayan Kelurahan BlimbingEr r or !
Bookmar k not defined.59
4.1.9 Stuktur Organisasi Rukun Nelayan Kelurahan BlimbingEr r or ! Bookmar k
not defined.59
4.1.10 Kedudukan Tugas Dan Fungsi Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing
... Er r or ! Bookmar k not defined.60
4.1.11 Program Kegiatan Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing ... Er r or !
Bookmar k not defined.65
4.2Hasil Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.65
4.2.1 Manajemen Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.66
4.2.2 Dampak Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.77
4.3Pembahasan ... Er r or ! Bookmar k not defined.84
4.3.1 Manajemen Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.84
4.3.2 Dampak Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.92
5.1Kesimpulan ... Er r or ! Bookmar k not defined.92
RUSLI NURDIN. 0841010032. PEMBERDAYAAN NELAYAN
MELALUI PROGRAM PELATIHAN BENGKEL NELAYAN DI
KELURAHAN BLIMBING KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
Penelitian ini didasarkan pada fenomena kemiskinan yang terjadi di Kelurahan Blimbing. Hal ini terbukti dengan kurangnya pendapatan nelayan dikarenakan banyaknya kapal nelayan yang rusak.
Perumusan masalah yang digunakan adalah bagaimana Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Sesuai dengan masalah tersebut maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang memiliki satu variabel yaitu Pemberdayaan Nelayan Melalui Pelatihan Bengkel Nelayan. Fokus penelitian adalah 1. Manajeman Pelatihan 2.Dampak Pelatihan, Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil. Dan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor Per.07/Men/2008 Tentang Bantuan Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pembudidaya Ikan.
Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Ketua Rukun Nelayan Blimbing, Ketua Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) dan nelayan yang menerima pelatihan bengkel nelayan.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah 1.Manajemen Pelatihan sudah dilakukan dengan baik. Pelatihan yang dilakukan Rukun Nelayan Blimbing yang bekerjasama dengan P2MKP dilaksanakan satu bulan penuh, yaitu dengan memberikan materi dan praktek langsung kepada 24 peserta 2.Dampak Pelatihan ini para peserta dapat meningkatkan kemampuan serta keterampilan dalam memperbaiki mesin kapal sendiri.
Kesimpulan yang diperoleh adalah 1.Manajemen Pelatihan yaitu pelaksanaan program Pelatihan Bengkel Nelayan yang dilaksanakan oleh Rukun Nelayan Blimbing bekerjasama dengan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP), yaitu dengan memberikan materi sekaligus praktek kepada 24 peserta pelatihan. 2.Dampak Pelatihan ini para peserta memiliki keahlian memperbaiki mesin kapal sendiri, menghemat biaya, mendapatkan tambahan penghasilan. Dan pihan Rukun Nelayan mendapatkan bantuan peralatan serta mampu mendirikan bengkel nelayan sendiri sehingga dapat meningkatkan pendapatan para nelayan.
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang
adil dan makmur yang merata, berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Pembangunan nasional
dilaksanakan tidak hanya di kota-kota besar saja, melainkan juga harus mencakup
pembangunan desa yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar di seluruh pesisir
maupun pedalaman dan daerah pinggiran kota. Desa dan juga kelurahan merupakan
unit terkecil atau basis dari tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang mana
mendapatkan perhatian dalam perencanaan maupun pelaksanaan program yang ada.
Ruang Lingkup pembangunan desa berdasarkan tipologinya, memiliki
kekhasan masing-masing, baik akibat perbedaan potensi ekonomi, perbedaan latar
belakang sejarah, tingkat perkembangan dan keaadan sosial budaya, juga akibat letak
geografisnya walaupun mungkin keadaan sosial budayanya relatif homogen. Oleh
karena itu program pembangunan dan pengembangan desa ataupun kelurahan tidak
hanya dilakukan pada masyarakat pedesaan saja, melainkan juga mencakup
pembangunan lingkungan masyarakat pesisir pantai.
Wilayah pesisir merupakan sumberdaya potensial di Indonesia dimana
merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, Sumberdaya ini sangat
Indonesia. Di sepanjang garis pantai tersebut menyimpan sumber daya alam yang
besar, diantaranya adalah potensi hayati dan non hayati misalnya perikanan, hutan
mangrove, terumbu karang, mineral dan bahan tambang serta pariwisata. Di daerah
ini juga terdapat para nelayan yang berdiam di sepanjang pantai yang sebagian besar
masih prasejahtera (jurnal aksesabilitas rumah tangga nelayan dalam penanggulangan
kemiskinan studi kasus di pedesaan pantai jawa timur oleh Sahri Muhammad, Irfan
Islamy dan Eko Ganis Sukoharsono). Oleh karena itu pengembangan wilayah pesisir
dan kelautan sebagai salah satu sektor strategis dalam pembangunan ekonomi saat ini
merupakan sektor yang masih perlu dioptimalkan, mengingat potensi kelautan yang
ada belum dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
nelayan. Aktivitas ekonomi pada sektor ini masih belum dikelola secara profesional.
Hal ini dapat dilihat pada masih dominannya aktivitas penangkapan ikan dan seluruh
mata rantai kegiatannya yang dilakukan oleh nelayan secara tradisional.
Melihat banyaknya masyarakat yang berprofesi nelayan dipandang ”perlunya
kebijakan-kebijakan pembangunan khususnya pemberdayaan sosial ekonomi
masyarakat nelayan (Kusnadi.2003:10)”. Selanjutnya Kusnadi juga menjelaskan
tujuan dari pemberdayaan ini dapat membantu meningkatkan pendapatan nelayan,
distribusi pendapatan relatif merata dan kedepannya mobilitas vertikal nelayan dapat
diraih secara bertahap. Proses pemberdayaan ini mengganggap nelayan sebagai
pelaku utama yang menentukan tujuan, mengontrol sumberdaya dan mengarahkan
proses yang mempengaruhi hidupnya. Pemanfaatan elemen modal sosial merupakan
Sejalan dengan pendapat di atas, konteks seperti pemberdayaan komunitas
nelayan, khususnya komunitas nelayan miskin menjadi penting dalam upaya
penyadaran dan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka. Stewart dalam
Badaruddin (2005:25) mengemukakan, pemberdayaan merupakan gerakan cultural
(budaya) melalui penyadaran akan kesejahteraannya. Selanjutnya Stewart
menjelaskan individu bukanlah objek, melainkan berperan sebagai pelaku yang
menentukan tujuan, mengontrol sumberdaya, dan mengarahkan proses yang
mempengaruhi hidupnya”. Pemanfaatan elemen modal sosial merupakan prasyarat
dalam upaya pemberdayaan komunitas, khususnya komunitas nelayan.
Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan melalui
pemberdayaan (empowering). Pemerintah memandang dengan potensi wilayah pesisir
yang besar baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia perlu adanya
upaya dalam bentuk program yang berkelanjutan dan menyentuh langsung
kesasarannya. Salah satu program yang bertujuan dan mendukung kearah tersebut
adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Program ini
telah berjalan sejak tahun 2001, dimana tujuan dari program ini adalah penguatan
ekonomi dengan modal usaha ekonomi produktif yang berasal dari masyarakat yang
berbentuk social capital (modal sosial) seperti pendidikan, kesehatan, agama,
lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan, permukiman dan infrakstruktur.
Namun hasil kemanfaatannya untuk nelayan itu sendiri masih rendah. Upaya
pengentasan kemiskinan bagi masyarakat pesisir dan nelayan khususnya masih dapat
di kalangan sebagian besar masyarakat nelayan tersebut tidak terlepas dari
serangkaian kebijakan pembangunan yang selama ini lebih banyak menempatkan
masyarakat sebagai obyek ketimbang sebagai subyek pembangunan, lebih
memprioritaskan pertumbuhan industri ketimbang sektor pertanian dan kelautan.
Dengan dikeluarkannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 yang berkaitan dengan
otonomi daerah, menunjukkan adanya komitmen pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pendapatan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja
sekaligus meningkatkan perekonomian daerah. Salah satu faktor penting dan esensi
UU tersebut adalah semakin didorongnya peranan masyarakat di daerah untuk secara
bersama-sama merencanakan dan melaksanakan pembangunan secara
berkesinambungan. Program-program pengentasan kemiskinan telah diwujudkan
dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat. Bertolak dari kesemuanya itu
diperlukan adanya suatu kajian yang komprehensif terhadap program-program
pemberdayaan masyarakat.
Indonesia merupakan negara kepulauan dan terdiri dari beberapa propinsi. Di
Jawa Timur banyak masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, baik itu nelayan
tetap, sambilan, maupun kadang-kadang. Dari sekian banyak nelayan yang ada di
Jawa Timur, Kota Lamongan menempati urutan pertama dengan jumlah nelayan
Tabel 1.1
Jumlah Nelayan Jawa Timur
KAB/KOTA Nelayan Laut J UMLAH
Tetap Sambilan Kadang
Kota Lamongan memiliki jumlah penduduk sebesar 1,365,402 jiwa.
Disamping itu Kota lamongan mempunyai luas wilayah sebesar 1,812,80 km²,
Berdasarkan hasil survey Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Lamongan diperoleh
data garis pantai sebesar 47 km² dan lebar 12 mil laut. Kota Lamongan juga menjadi
Minapolitan Perikanan Tangkap.
LAMONGAN – Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo menuturkan, Lamongan telah ditetapkan sebagai kawasan minapolitan budidaya ikan di Kecamatan Glagah dan minapolitan perikanan tangkap di Brondong dan Paciran. Selanjutnya Kota Ledre tersebut akan menjadi kawasan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan Perikanan (P2MKP), yakni menjadi inkubator bagi bisnis kelautan dan perikanan.(Sumber http//m.surabayapost.co.id)
Usaha penangkapan ikan di Kabupaten Lamongan terpusat di perairan Laut
Jawa pada wilayah Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran, hal itu dilihat dari
produksinya yang mencapai kurang lebih 100 ton/hari (jurnal optimalisasi peran
gender dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan di Tempat Pelelangan Ikan
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan oleh Istiana, Hikmah, dan Mursidin). Di
Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai
nelayan sebanyak 3320 jiwa, dari jumlah tersebut sebagian merupakan anggota rukun
nelayan yang ada di Kelurahan Blimbing dan sebagian merupakan nelayan biasa.
Namun kenyataanya mayoritas kondisi masyarakat nelayan tersebut merupakan
kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya
dalam hal akses pendidikan dan layanan kesehatan), dan sebagian besar merupakan
daerah pemukiman kumuh. Pendapatan nelayan Blimbing tahun 2011 rata-rata
ataupun pesisir pantai akan mudah dikenali dengan bentuk rumah panggung yang
berkesan kotor, kumuh dengan lingkungan yang kurang bersih dan kurang sehat.
Kondisi masyarakat nelayan Blimbing merupakan kelompok masyarakat yang
tergolong miskin, pendapatan sebagai nelayan tidak bisa stabil kadang pendapatan itu
relatif tinggi kadang turun, kadang tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini disebakan
oleh beberapa faktor antara lain biaya, resiko kecelakaan, kesehatan nelayan, cuaca,
dan kondisi kapal. Namun dari beberapa faktor tersebut yang paling mempengaruhi
pendapatan nelayan adalah kondisi kapal nelayan. Berdasarkan data yang terdapat di
catatan Rukun Nelayan Blimbing bahwa terdapat 9 kapal yang mengalami kerusakan
dalam waktu satu minggu sehingga sebagian nelayan tidak bisa melaut dan tidak
mendapatkan penghasilan. (sumber : Rukun Nelayan Blimbing)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007
Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil serta Peraturan Menteri
Kelautan Dan Perikanan Nomor Per.07/Men/2008 Tentang Bantuan Sosial
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pembudidaya Ikan, maka Rukun Nelayan
Blimbing terus melakukan upaya – upaya dengan melaksanakan program – progam
secara berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan.
Program yang dilakukan oleh Rukun nelayan Blimbing adalah Pelatihan
bengkel nelayan yaitu pelatihan perbaikan mesin kapal yang dilakukan oleh P2MKP
(Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan) sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan atau keterampilan nelayan dalam memperbaiki mesin kapal. Karena
dan ketika terjadi kerusakan pada mesin kapal, nelayan harus membawa keluar untuk
diperbaiki.
Adapun tujuan pelatihan bengkel nelayan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap nelayan dibidang
perawatan mesin kapal agar mampu bekerja terampil dan bertanggung
jawab.
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan motivasi dalam pembentukan dan
kerjasama kelompok.
3. Menambah wawasan tentang permesinan kapal ikan bagi nelayan.
4. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pemanfaatan
sumberdaya perikanan dan kebijakan pemerintah tentang pembangunan
perikanan.
Kegiatan pelatihan bengkel nelayan yang dilakukan Pusat Pelatihan Mandiri
Kelautan Perikanan (P2MKP) mampu meningkatkan kemampuan serta keterampilan
nelayan dalam memperbaiki mesin kapal dan mampu meningkatkan pendapatan
mesin kapal. Pendapatan nelayan Blimbing tahun 2012 rata-rata Rp.512.000 per
bulan (sumber : Rukun Nelayan Blimbing)
Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan melalui pelatihan bengkel nelayan
untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan
individu yang bersangkutan, mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan
memikirkan langkah-langkah mengatasinya. Inti dari kegiatan pemberdayaan adalah
kemampuan dan keberanian mereka untuk bersikap kritis terhadap kondisi yang
mereka hadapi, sehingga kuncinya adalah membangun partisipasi masyarakat
nelayan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dilihat bahwa ada upaya-upaya yang
dilakukan oleh Rukun Nelayan Blimbing dalam meningkatkan pendapatan nelayan.
Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan “
Pember dayaan Nelayan Melalui Pr ogram Pelatihan Bengkel Nelayan Di
Kelur ahan Blimbing Kecamatan Pacir an Kabupaten Lamongan”
1.2 Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai perumusan
masalah sebagai berikut :
Bagaimana pemberdayaan nelayan melalui program pelatihan bengkel nelayan di
Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui pemberdayaan nelayan melalui program pelatihan bengkel nelayan
di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
1.4 Ma nfaat Penelitian
a. Bagi Masyarakat Dan Rukun Nelayan Blimbing
Sebagai bahan informasi tentang pemberdayaan nelayan bagi Rukun
nelayan Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
melalui pemberdayaan nelayan secara efektif.
b. Bagi Universitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur
Sebagai bahan referensi yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh
peneliti lainnya yang ingin mengembangkan pokok kajian yang
berhubungan dengan Pemberdayaan Sosial serta untuk menambah
literature perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur Khususnya Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
c. Bagi Peneliti
Berguna untuk menambah pengetahuan, kajian dan pemahaman
tentangkat pemberdayaan sosial khusunya pemberdayaan nelayan melalui
program pelatihan bengkel nelayan, Selain itu penelitian ini dapat
digunakan sebagai perbandingan teori yang didapat di bangku kuliah
dengan keadaan yang terjadi sebenarnya dilapangan serta merupakan
salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), juga
bentuk pengaplikasian dari salah satu bentuk tri dharma Mahasiswa yaitu
2.1 Penelitian Ter dahulu
1. Andi Muhammad Fedriansyah (2008), Jurusan Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang,
Penelitian berjudul “Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir (PEMP) Di Kecamatan Tugu Semarang”. Jenis penelitian
ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang mempunyai tujuan untuk
mengetahui evaluasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di
Kecamatan Tugu Semarang. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir (PEMP). Program ini telah berjalan sejak tahun 2001, dimana tujuan
dari program ini adalah penguatan ekonomi dengan modal usaha ekonomi
produktif yang berasal dari masyarakat yang berbentuk social capital (modal
sosial) seperti pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan sumberdaya kelautan
dan perikanan, pemukiman dan infrakstruktur.
2. Anik Mahmuda (2001), Jurusan Administrasi Publik FISIP Universitas
Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur, Penelitian berjudul
“Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak Melalui Program Desa Mitra
Akademi Perikanan Sidoarja ( Studi Pemberdayaan Masyarakat Petani tambak
di desa segoro tambak kecamatan sedati Kabupaten Sidoarjo dalam rangka
praktek uji coba budidaya di lahan praktek APS)”. Jenis penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif kualitatif yang mempunyai tujuan untuk mengetahui
implementasi program Desa Mitra Akademik Perikanaan Sidoarjo diwujudkan
memlalui penyuluhan dan praktek uji coba budi daya di lahan APS. Program
pemberdayan masyarakat yang berusaha mengoptimalkan potensi yang
dimiliki pada sektor kelautan dan perikanan oleh pemerintah adalah “ Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang menjadi program
unggulan untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara
struktural melalui pemberdayaan masyarakat dan mendayagunakan pada tahun
2001. Program tersebut adalah program Desa Mitra yang merupakan program
kemitraan antara desa yang berada di sekitar lokasi APS yang berbasis
perikanan Program Desa Mitra memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat
budidaya tambak udang dan ikan bandeng. Program Desa Mitra bertujuan
untuk meningkatkan kelembagaan petani melalui kelompok tani peningkatan,
produksi melalui praktek uji coba tambak dan pengelolahan produksi pasca
panen ini melalui diversifikasi usaha.
3. Aifan Impriadi (2003), Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas
Airlangga Surabaya, penelitian ini berjudul “Pelembagaan Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 2001 (Studi Tentang Program
Pelembagaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Tahun
2001 (PEMP). Dalam rangka meningkatakn kesejahteran masyarakat pesisir di
mempunyai Tujuan untuk mengetahui implementasi program pemberdayaan
ekonomi masyarakat pesisir (PEPM) tahun 2001 di Kabupaten Situbondo yang
merupakan kabupaten percontohan untuk program PEMP. Program ini
merupakan program dari Dinas Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan
ksejahteraan masyarakat pesisir dengan mengoptimalkan potensi yang ada,
peningkatan meliputi sumber daya manusia, kelembagaan, pembangunaan
sarana dan prasarana program PEMP diketahui telah berupaya melibatkan
masyarakat lokal dengan merekrut tenaga profesional untuk memberdayakan
masyarakat.
Adapun persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
yaitu sama – sama menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah
penelitian sekarang bertujuan untuk mengetahui pemberdayaan nelayan melalui
program pelatihan bengkel nelayan di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan
Analisa data menggunakan data deskriptif kualitatif yaitu memeriksa data
yang terkumpul, mengelompokan, mengklasifikasikan, pengelolaan data dan
selanjutnya dianalisa dan ditemukan kesimpulannya. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
2.2 Landasan Teor i
Di dalam cara berpikir secara ilmiah, teori sangat dibutuhkan sekali sebagai
sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai keterbatasan waktu dan
tempat. Adapun tujuan landasan teori ini adalah untuk memberikan suatu landasan
berpikir kepada penulis dalam usahanya untuk mencari kebenaran yang berkaitan
dengan masalah yang akan dibahas.
2.2.1 Kebijakan
2.2.1.1 Penger tian Kebijakan
Pengertian kebijakan publik menurut Chandler & Piano (1998) dalam
Tangkilisan (2003 : 1) adalah pemecahan masalah-masalah publik atau pemerintah.
Dye dalam Islamy (1997 :18) mendefinisikan kebijakan publik adalah apapun
yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Friedrich dalam
Wahab (2004 : 3), menyatakan bahwa kebijakan ialah sutau tindakan yang mengarah
pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya
mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang
diinginkan.
Menurut Easton dalam Islamy (2001 : 19), memberi arti kebijakan Negara
sebagai pengalokasikan nilai-nilai secara paksa (sah) kepada seluruh anggota
masyarakat
Menurut Anderson dalam Agustino (2006 : 7) memberikan pengertian tentang
kebijakan publik yaitu serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang aktor atau sekelompok aktor
Sedangkan menurut Woll (1996) dalam Heseel (2003 : 2) kebijakan publik
adalah sejumlah aktifitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat,
baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat.
Nugroho (2003 : 54) mendefinisikan kebijakan publik adalah hal-hal yang
diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan pemerintah
untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan.
Pengertian kebijakan publik menurut Easton dalam Islamy (1997 : 19) adalah
pengalokasian nilai-nilai secara paksa (syah) kepada seluruh anggota masyarakat,
kemudian definisi kebijakan publik menurut Frederich dalam Soenarko (2000 : 42)
adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan atau pemerintah
dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatan yang
diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi suatu cita-cita atas mewujudkan suatu
kehendak serta tujuan tertentu.
Atas dasar pengertian diatas, maka dapat dikemukakan elemen yang
terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana apa yang dikemukakan oleh
Anderson dalam Islamy yang antara lain mencangkup :
1. kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu.
2. kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah
4. kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan, pemerintah mencari
masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk
tidak melakukan sesuatu)
5. kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan tertetu yang bersifat memaksa (otoritatif)
Dari beberapa pengertian diatas dan mengikuti paham bahwa kebijakan publik
itu harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan demikian dapat disimpulkan
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau
tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorentasi pada
tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.
2.2.1.2Tahap-tahap Kebijakan Publik
Menurut Agustino (2006 : 22) proses pembuatan kebijakan merupakan
serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu. Oleh
karena itu kebijakan publik dilakukan ke dalam beberapa tahap proses pembuatan
kebijakan sebagai berikut :
1) Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan di angkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah – masalah ini berkompetensi terlebih dahulu
2) Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan di bahas oleh para pembuat
kebijakan. Masalah – masalah tadi di definisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah terbaik.
3) Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang di tawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut di
adopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus direktur
lembaga atau keputusan peradilan.
4) Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan – catatan elit, jika
program tersebut tidak di implementasikan. Oleh karena itu, program
kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah
seharusnya di implementasikan.
5) Tahap penilaian kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau di evaluasi
untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu
memecahkan masalah.
2.2.1.3Komponen – komponen kebijakan
Menurut Jones dalam Tangkilisan (2003:3) kebijakan terdiri dari komponen
-komponen, yaitu:
2. Plans atau proposal yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan
3. Program yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan
4. Decision atau kepuasan yaitu tindakan – tindakan untuk menentukan
tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program
5. Efek yaitu akibat – akibat dari program (baik sengaja atau tidak).
2.2.1.4Faktor – faktor yang mempengar uhi kiner ja kebijakan
Menurut Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003:22) Faktor – faktor
yang mempengaruhi kinerja kebijakan adalah :
1. Organisasi dan kelembagaan
2. Kemampuan politik dari penguasa
3. Pembagian tugas, tanggungjawab dan wewenang
4. Kebijakan pemerintah yang bersifat tak remental
5. Proses pemurusan kebijakan pemerintah yang baik
6. Aparatur evaluasi yang bersih yang berwibawa serta profesional
7. Biaya untuk melakukan evaluasi
8. Tersedianya data dan informasi sosial ekonomi yang siap dimanfaatkan oleh
penilai – penilai kebijakan.
2.2.1.5 Tipe – tipe model kebijakan
Menurut Gass dan Sisson dalam Alisjabhana (2004:15) menjelaskan model
kebijakan (policy models) sebagai respentasi sederhana mengenai aspek-aspek yang
terpilih dari suatu kondisi masalah disusun untuk tujuan tertentu. Model kebijakan
elemen-elemen suatu kondisi masalah melainkan juga untuk memperbaikinya dengan
merekomendasikan serangkaian tindakan untuk memecahkan masalah-masalah
tertentu. Tipe – tipe model kebijakan anatara lain :
a. Model Deskriptif
Model-model kebijakan dapat dibandingkan dikontraskan dari berbagai
dimensi, yang paling penting diantaranya adalah membantu membedakan tujuan,
bentuk ekspresi dan fungsi metodologis dan model. Dua bentuk kebijakan yang
dikenal saat ini adalah model deskriptif dan model normatif. Tujuan model deskriptif
adalah menjelaskan sebab-sebab dan konsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan.
Model deskripsi digunakan untuk memantau hasil-hasil dari aksi-aksi kebijakan.
b. Model normatif
Tujaun model normatif selain menjelaskan dan atau memprediksikan juga
memberikan dalil dan rekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaian beberapa
utilitas (nilai). Jenis model normatif yang membantu menentukan tingkatan kapasitas
pelayanan yang optimum (model antri), waktu pelayanan yang optimum (model
penggantian), mengaturkan volume dan waktu yang optimum (model inventaris). Dan
keuntungan yang optimum pada inventasi public (model biaya dan manfaat).
Masalah-masalah keputusan normatif biasanya dalam bentuk mancari nilai-nilai
variabel yang terkontrol (kebijakan) yang menghasilkan manfaat yang terbesar (nilai),
sebagaimana yang terukurdalam variabel keluaran.
Model-model normatif dan deskriptif dapat diekspresikan di dalam tiga
bentuk utama, yaitu : verbal, symbol dan procedural. Model variabel diekspresikan
dalam bahasa logika. Penilaian nalar untuk memprediksikan dan menawarkan
rekomendasi penilaian nalar menghasilkan argument kebijakan. Model verbal secara
relative mudah dikomunikasikan para ahli dan orang awam dengan biaya yang
murah.
d. Model Simbolis
Model simbolis menggunakan simbol-simbol sistematis untuk menerangkan
hubungan diantara variabel-variabel kunci yang dipercaya mencari sesuatu maslah.
Prediksi atau solusi yang optimal diperoleh dari model-model simbolis dengan
meminjam metode-metode matematika, sistematis dan logika.
e. Model prosedural
Model prosedural menampilkan hubungan yang dinamis diantara variabel
yang di yakini menjadi ciri suatu suatu masalah kebijakan. Prediksi-prediksi dan
solusi-solusi yang optimal diperoleh dengan mensimulasikan dan meneliti
seperangkat hubungan yang mungkin. Ada perbedaan utama antara model simbolis
dan prosedural, yakni bahwa simbolis menggunakan data actual untuk
memperkirakan hubungan diantara variabel-variabel kebijakan dan hasil, sedangkan
model prosedural mengasumsikan (menstimulasi) hubungan diantara
variabel-variabel tersebut. Salah satu bentuk model prosedural yang paling sederhana adalah
pohon keputusan, yang dibuat dengan memproyeksikan keputusan-keputusanya
keputusan berguna untuk membantingkan perkiraan subyektif atas konsekuensi dari
bermacam-macam pilihan kebijakan.
2.2.1.6 Aktor Kebijakan Publik di Indonesia
a. Pejabat Pembuat Kebijakan
Menurut Agustino (2006 : 29) yang dimaksud dengan Pejabat pembuat
kebijakan adalah orang yang mempunyai wewenang yang sah untuk ikut
serta dalam formulasi hingga penetapan kebijakan publik yang termasuk
dalam pembuat kebiajakan secara normatif adalah : legislatif, eksekutif,
administrator dan para hakim. Masing-masing mempunyai tugas dalam
pembuatan kebijakan yang relatif berbeda dengan lembaga lain.
b. Aktor Yang terlibat
Menurut Agustino (2006 : 41) di Indonesia, di era reformasi ini, aktor
kebijakan (lembaga Negara dan pemerintah yang berwenang membuat
perundang-undang atau kebijakan) adalah :
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Presiden
4. Pemerintah
a. Presiden sebagai kepala Pemerintahan (pemerintah pusat)
b. Menteri
c. Lembaga Non-Departemen
e. Badan-Badan Negara lainnya (Bank Sentral, BUMN, dan
lainnya).
f. Pemerintah Daerah Propinsi
g. Pemerintah daerah kota atau kabupaten
h. Kepala desa
i. Dewan perwakilan daerah propinsi
j. Dewan perwakilan daerah kota atau kabupaten
k. Badan perwakilan desa (BPD)
Lembaga-lembaga Negara (dan pemerintah) tersebut memiliki peran dan
wewenang masing-masing untuk membuat perundang (kebijakan publik) sesuai
dengan kedudukannya dalam sistem pemerintah.
2.2.1.7 Sifat Kebijakan Publik
Menurut Winarno (2002 : 19) sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan
dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci beberapa kategori sebagai
berikut :
1. Tuntutan-Tuntutan Kebijakan
Adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau
pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu
sistem politik.
Adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah
yang mengesahkan atau memberi arah dan subtansi kepada
tindakan-tindakan kebijakan publik.
3. Pernyataan-pernyataan Kebijakan
Adakah pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi (penjelasan)
kebijakan publik.
4. Hasil-Hasil Kebijakan
Adalah manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal yang
sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan
peryataan-peryataan kebijakan.
5. Dampak-dampak kebijakan
Adalah akibat bagi masyarakat baik yang berasal dari tindakan atau tidak
adanya tindakan pemerintah.
2.2.1.8 Manfaat Kebijakan Publik
Menurut Dye dan Anderson dalam Subarsono (2005 : 4), studi kebijakan
publik memiliki tiga manfaat penting yaitu :
1. pengembangan ilmu pengetahuan
dalam konteks ini, ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik sebagai
variabel terpengaruh (dependent variable) sehingga berusaha menentukan
variabel pengaruhnya (independent variable). Studi ini berusaha mencari
variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari sebuah kebijakan
2. membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik
Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi akan memiliki dasar
teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik dan
memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga ke depan
akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat menopang
tujuan pembangunan.
3. Berguna untuk tujuan politik
Suatu kebijakan publik yang dibuat melalui proses yang benar dengan
dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dari
lawan-lawan politik. Kebijakan publik tersebut dapat menyakinkan kepada
lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju. Kebijakan publik seperti itu
tidak akan mudah dicabut hanya karena alasan kepentingan sesaat dari
lawan-lawan politik.
2.2.1.9 Evaluasi Kebijakan
Menurut Winarno (2004 : 165), evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk menilai mannfaat suatu kebijakan.
Menurut Jones dalam Tangkilisan (2003 : 25), mengatakan bahwa evaluasi
kebijakan adalah peninjauan ulang untuk mendapatkan perbaikan dari dampak yang
tidak diinginkan
Menurut Moshoed (2004 : 91), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah
suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan
Dengan disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa evaluasi
kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai apakah siatu kebijakan
berhasil mencapai tujuanya dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan akibat
implementasi kebijakan tersebut.
Didalam evaluasi kebijakan terdapat beberapa tipe evaluasi, salah satunya
seperti yang dikemukakan heath dalam Tangkilisan (2003 : 27), membedakan tipe
evaluasi kebijakan publik atas 3 (tiga) tipe yaitu:
1. Tipe Evaluasi Proses
Dimana evalusai ini dilakukan, dan perhatiannya pada peryataan bagaimana
program dilaksanakan.
2. Tipe Evaluasi Dampak
Dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertayaan mengenai apa yang
telah dicapai program
3. Tipe Evaluasi Strategi
Dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertayaan
bagaimana program dapat dilaksanakan secara efektif, untuk memecahkan
persoalan-persoalan masyarakat dibanding dengan program-program lain
yang ditunjukkan pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai
kebijakan publik.
2.2.2 Definisi Pember dayaan Masyarakat
Upaya pengentasan dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia ditandai
berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan dan kemiskinan harus
dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat. Proses sosialisasi tentang program
penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pemberdayaan terus dikembangkan
kearah yang lebih berkualitas.
Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004 : 46) pemberdayaan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat.
Menurut Wrihatnolo (2007: 75) pemberdayaan masyarakat adalah unsur-
unsur yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan (survive) dan dalam
pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Pemberdayaan ini
menjadi sumber dari apa yang dalam wawasan politik pada tingkat nasional disebut
ketahanan nasional.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat adalah suatu upaya meningkatkan kualitas, harkat, martabat, masyarakat
melalui proses perencanaan, pendidikan dan penelitian untuk memandirikan serta
memampukan masyarakat untuk lepas dari kemiskinan.
2.2.2.1 Tujuan Pember dayaan Masyar akat
Menurut Jamasy (2004:42) mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan.
1. Menekan perasaan ketidakberdayaan masyarakat miskin bila berhadapan
dengan struktur social politik. Langkah konkritnya adalah meningkatkan
kesadaran kritis pada posisinya.
2. Memutuskan hubungan yang bersifat eksploitatif lapisan orang miskin perlu
dilakukan bila terjadi reformasi social, budaya dan politik ( artinya biarkan
kesadaran kritis masyarakat miskin muncul dan biarkan pula mereka
melakukan reorganisasi dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan
kualitas hidupnya ).
3. Tertanam rasa persamaan ( egalitian ) dan berikan gambaran bahwa
kemiskinan bukan merupakan takdir, tetapi sebagai penjelmaan konstruksi
social.
4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat
miskin secara penuh.
5. Pembangunan social dan budaya bagi masyarakat miskin.
6. Distribusi Infrastruktur yang lebih merata.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memberdayakan
masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan adalah menekan perasaan
ketidakberdayaan, memutuskan hubungan yang bersifat ekploitatif terhadap lapisan
orang miskin, menanamkan perasaan sama, melibatkan masyarakat secara penuh
dalam merealisasikan perumusan pembangunan, membangun kondisi social dan
budaya pada masyarakat miskin dan mendistribusikan insfrastruktur yang lebih
2.2.2.2 Kebijakan Pember dayaan Masyar akat
Menurut Mashoed (2004:81) strategi kebijakan penangulangan kemiskinan
untuk menciptakan pemberdayaan masyarakat dapat dipilah dalam tiga kelompok,
antara lain :
1. Kebijakan secara tidak langsung mengarah pada sasaran tapi memberikan
dasar tercapainya Suasana yang mendukung kegiatan social ekonomi. Strategi
ini digunakan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap
upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan penanggulangan
kemiskinan, penyedian saran dan prasarana, penguatan kelembagaan, serta
penyempurnaan peraturan perundang – undangan yang menunjang kegiatan
social ekonomi masyarakat.
2. Kebijakan yang secara langsung mengarah kepada peningkatan kegiatan
ekonomi kelompok sasaran, yaitu kebijakan yang diarahkan pada peningkatan
akses terhadap sarana dan prasarana yang mendukung penyedian kebutuhan
dasar, berupa pangan, sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan
pendidikan, peningkatan produktivitas dan pendapatan, khususnya masyarakat
berpenghasilan rendah.
3. Kebijakan khusus menjangkau masyarakat miskin melalui upaya khusus.
Kebijakan khusus ini diutamakan pada penyiapan penduduk miskin untuk
2.2.2.3 Str ategi Pember dayaan Masyarakat
Guimares (2004 : 45) yang dikutip Mashoed dalam “ Integrated Rural
Development” menyatakan beberapa strategi pemberdayaan yang dapat dilakukan
secara simultan :
1. Strategi De – Linking
Strategi ini meletakkan sasaran penanggulangan kemiskinan dengan
meningkatkan kemampuan kaum miskin untuk mengartikulasi kepentingan
kepada sistem sehingga diharapkan adanya keberlanjutan program
pengentasan kemiskinan.
2. Strategi Desentralisasi
Strategi ini menempatkan lokus pengembilan keputusan pada unit paling
dekat dengan kelompok sasaran, sehingga dapat terwujud keputusan yang
paling merefleksikan aspirasi dan kepentingan objektif masyarakat miskin.
Maka upaya yang dilakukan melalui pendekatan pelayanan dan berada pada
lingkungan masyarakat miskin.
3. Strategi Integrasi Spatial
Dengan strategi ini, pengentasan kemiskinan dilakukan melalui perencanaan
yang terintegrasi, yaitu antara desa tertinggal dengan kota terdekat, antara
2.2.2.4 Upaya-upaya Pember dayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
martabat lapisan masyarakat, yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan
dirinya dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004:46), upaya – upaya dalam
pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga tahap, antara lain :
1. Menciptakan suasana atau iklim tolaknya yang memungkinkan masyarakat
untuk berkembang. Disini titik tolaknya bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada
masyarakat yang sama sekali tanpa daya.
2. Memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh masyarakat ( Empowering ).
Dalam rangka ini perlu langkah-langkah yang lebih positif, Selain
menciptakan iklim dan suasana. Penguatan ini merupakan / meliputi
langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta
pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat
menjadi makin berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini upaya yang amat
pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, serta akses
kedalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi,
informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena
itu, perlindungan dan pemihakkan kepada yang lemah sangat mendasar
sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi bukan berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal ini justru akan
menglunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat dari sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi
yang kuat atas yang lemah. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan
adalah masyarakat tidak dijadikan objek berbagai proyek pembangunan, tetapi
merupakan subyek upaya pembangunan sendiri.
2.2.3 Pelatihan
2.2.3.1Penger tian pelatihan
Menurut Ife (2002:245), pelatihan merupakan peran edukasional yang paling
spesifik karena secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan komunitas
sasaran bagaimana cara melakukan sesuatu hal yang akan berguna bagi mereka secara
khusus dan lebih luas lagi adalah bagi komunitasnya.
Menurut Samsudin (2006:110), pelatihan merupakan bagian pendidikan,
pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera. umumnya pelatihan dimaksudkan
untuk mamperbaiki penguasaan berbagai keterampilan kerja dalam waktu yang relatif
2.2.3.2 Komponen – komponen evaluasi pelatihan dan pengembangan
Menurut Husein (2003:153), Untuk mengevaluasi penelitian dan
pengembangan yang dilaksanakan berhasil atau tidak peneliti dapat meneliti tingkat
kebehasilan tersebut dari sisi sebagai berikut :
a. Tingkat reaksi
b. Tingkat belajar
c. Tingkat tingkah laku kerja
d. Tingkat organisasi
e. Nilai akhir
Selanjutnya dikemukakan leslie (1990) bahwa umumnya pelatihan yang akan
diikutinya telah dievaluasi dan divalidasi oleh penyelenggara, indikatornya sebagai
berikut:
a. Isi pelatihan, apakah isinya relevan dan sejalan dengan kebutuhan pelatihan.
b. Metode pelatihan, metode apa yang cocok untuk gaya belajar para peserta.
c. Banyaknya materi, apakah bagi petatar isi materinya merupakan hal yang
baru atau sama seperti sebelumnya.
d. Keterampilan penatar, apakah penatar mempunyai sikap dan keterampilan
dalam menyampaikan materi dan mendorong orang belajar.
e. Lama waktu pelatihan, dengan materi pokok yang harus dipelajari,apakah
lama dan tempo materi itu sendiri.
f. Sasaran, apakah pelatihan mencapai sasaran yang sudah ditentukan baik
g. Aspek yang tidak dicantumkan, apakah ada aspek penting yang ternyata tidak
disampaikan dalam pelajaran, juga apakah ada bahan pelajaran yang tidak
penting tetapi ternyata diajarkan.
h. Alih pengetahuan, seberapa banyak dari pelajaran yang telah diberikan yang
akandapat dipraktekkan.
i. Tempat penyelenggaraan, apakah tempat penyelenggaraan pelatihan dan
pengembangan yang diikuti telah sesuai dan relevan dengan materi yang
disampaikan.
j. Relevansi, apakah pelatihan merupakan cara yang paling cocok untuk
peluang belajar.
k. Penerapan pengetahuan, Aspek mana yang merupakan hasil langsung
dariplatihan, juga perubahan manakah yang dihasilkan dari pelatihan.
l. Efisiensi, sejauhmana pekerjaan menjadi lebih efetif dan efesien (Husein,
2003 :153) .
Bentuk – bentuk evaluasi yang digunakan atau dpilih sangat bergantung pada
kriteria yang akan digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan. Secara umum ada
beberapa kriteria yang dapat dijadikan dasar penliaian keberhasilan suatu pelatihan,
yaitu (Samsudin 2006:123) :
1. Jumlah peserta, jumlah peserta belum tentu mengindikasikan efektivitas
suatu pelatihan, tetapi paling tidak jumlah peserta yang hadir menunjukkan
2. Efisiensi, menunjuk pada seberapa besar usaha yang dilakukan dan waktu
yang digunakan untuk mempelajari dan menyelesaikan sesuatu dalam
pelatihan.
3. Jadwal, keberhasilan pelatihan juga dapat dievaluasi dari seberapa tepat
pelaksanaan pelatihan tersebut mengikuti jadwal yang telah dibuat.
4. Suasana kondusif, dalam hal ini sebuah pelatihan harus mampu menciptakan
suasana yang kondusif sehingga para peserta mau bebaur dan berbagai
pengalaman dengan rekan – rekan mereka.
5. Reaksi peserta, dalam suatu pelatihan jika para peserta bereaksi negatif
terhadap pelatihan akan kecil kemungkinan bagi mereka untuk menyerap
materi pelatihan dan mengaplikasikannya dalam pekerjaan sehari – sehari.
6. Pembelajaran, pelatihan yang dianggap berhasil adalah pelatihan yang dapat
memberikan tambahan pengetahuan, keterampilan atau perubahan sikap dan
perilaku para peserta.
7. Perubahan perilaku, apa yang telah dipelajari oleh peserta dalam suatu
pelatihan tentu diharapkan dapat direfleksikan dalam bentuk sikap dan
perilaku.
8. Perubahan kinerja, jika peserta pelatihan telah berperilaku sesuai dengan
tuntutan pekerjaan, mereka diharapkan dapat memberikan dampak positif
9. Menghitung ROI, sebuah pelatihan merupakan suatu investasi. Oleh karena
itu sudah sewajarnya jika ROI dari suatu pelatihan harus dapat diukur untuk
mengukur seberapa besar biaya dan keuntungan yang akan diperoleh.
2.2.4 Pr ogram Pelatihan Bengkel Nelayan
Program Pelatihan Bengkel Nelayan yaitu pelatihan perbaikan mesin kapal
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan nelayan dalam
memperbaiki mesin kapal.
Pelatihan bengkel nelayan dapat membantu nelayan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki. Dengan pelatihan bengkel nelayan
juga dapat menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan bekerja nelayan,
perubahan sikap terhadap pekerjaan, serta dalam informasi dan pengetahuan yang
mereka terapkan dalam pekerjaanya sehari-hari. Kegiatan pelatihan bengkel nelayan
dapat terjadi apabila seseorang atau masyarakat menyadari perlunya mengembangkan
potensi dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan maupun kepuasan hidupnya.
(Sumber : Departemen Kelautan Dan Perikanan)
2.2.5 Kerangka Ber fikir
Berdasarkan landasan teori diatas, penelitian ini merupakan penelitian yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dalam Pemberdayaan Nelayan
Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan. Adapun kerangka berfikirnya antara
Ga mbar 1
Ker angka Ber pikir
Sumber : data yang diolah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor Per.07/Men/2008 Tentang Bantuan Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pembudidaya Ikan
Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing
Program Pelatihan Bengkel Nelayan
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pemberdayaan Nelayan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 J enis Penelitian
Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka tergantung maksud dan tujuan penelitian, Karena penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain maka penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang pemberdayaan nelayan melalui program pelatihan bengkel nelayan. Secara teoritis, menurut Bagdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:4), penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Prosedur penelitian ini diarahkan pada situasi dan individu secara utuh sebagai obyek penelitian sebagaimana dinyatakan Moleong (2004:4) bahwa pendekatan kualitatif diarahkan pada situasi dan invidu tersebut secara holistic (utuh) dalam hal peneliti tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai suatu keutuhan.
secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya. Sehingga dalam penelitian ini, penulis berusaha menggambarkan dan ingin mengetahui tentang Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
3.2 Fokus Penelitian
Masalah yang akan diteliti pada awalnya masih umum dan samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam lapangan. Fokus ini masih mungkin akan mengalami perubahan selama berlangsungnya penelitian itu.
Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.
Dalam penelitian kualitatif diguanakan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan
Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah Bagaimana Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Dilihat dari perumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :
1. Manajemen Pelatihan a. Peserta Pelatihan
b. Waktu dan tempat pelatihan c. Materi Pelatihan
d. Penyelenggara pelatihan 2. Dampak Pelatihan
a. Dampak bagi Nelayan
b. Dampak bagi Rukun Nelayan 3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih dan menetapkan lokasi penelitian ini di Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
nelayan yang merupakan tempat penangkapan ikan yang sangat potensial namun pendapatan masyarakat pesisir pantai yang ada di Kelurahan Blimbing pada tahun 2012 ini masih tergolong rendah.
3.4 Sumber Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun jenis data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua jenis data yaitu
1. Data Primer
Yaitu data dan informan yang diperoleh secara langsung dari informan atau aktor pada saat dilaksanakan penelitian ini. Dalam hal ini data dan informasi mengenai Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan diperoleh dari ketua Rukun Nelayan Blimbing, Nelayan dan Peserta pelatihan.
2. Data Sekunder
Yaitu data berupa dokumen-dokumen, laporan-laporan dan arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini yang berada pada Rukun Nelayan Blimbing.
Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
Informan kunci, dimana pemilihannya secara purposive sampling dan diseleksi melalui teknik snowball sampling yang didasarkan atas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar-benar relevan dan kompeten. Sebagai informan awal adalah ketua Rukun Nelayan Blimbing. Sedangkan informan selanjutnya diminta kepada informan awal untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi, maka untuk triangulasi data tersebut informan tersebut ditemukan dengan cara snow ball. 2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa dimana fenomena yang terjadi atau yang pernah terjadi berkaitan dengan fokus penelitian yaitu Program Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Dokumen
Dokumen sebagai sumber daya yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain meliputi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku mengenai Pemberdayaan Nelayan, mengenai data monografi Kelurahan Blimbing, Rukun Nelayan, dan lain sebagainya.
3.5 Pengumpulan Data
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tiga proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :
1. Proses memasuki lokasi penelitian (Getting In)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan baik dengan informan (Moleong, 2004:128). Maka dalam tahap ini peneliti memasuki lokasi penelitian guna memperoleh gambaran aktifitasnya dengan membawa surat ijin penelitian Universitas Pembangunan Nasional.
2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Along)
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara maupun observasi untuk mencari informasi yang lengkap dan tepat serta menangkap makna intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh tentang Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. 3. Teknik Pengumpulan Data (Logging The Data)
a. Wawancara mendalam (Indepth Interview)
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pemberdayaan Nelayan yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dengan informan mengenai Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
b. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
c. Pengamatan (Observation)
Teknik ini dilakukan untuk mengungkap dan memperoleh deskripsi secara utuh dengan pengamatan langsung dengan masyarakat.
3.6 Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa dengan menggunakan model interaktif (interactive models of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam model ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata- kata bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka macam cara (observasi, wawancara, dokumen, pita rekaman). Dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan atau alat tulis).
2. Reduksi Data
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang ada secara sederhana, rinci, utuh, dan integrative yang digunakan sebagai pijakan untuk menentukan langkah berikutnya dalam menarik kesimpulan dari data yang ada.
4. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan dan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentative namun dengan bertambahnya data melalui verifikasi terus menerus akan memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang bersifat grounded (dasar)
Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :
Gambar 2
Analisis Interaktif Menur ut Miles Dan Huberman
Sum ber : Data Analisa Kualitatif Miles dan Huberman (0992,20) Terjemahan dari Tjetjep Rohendi Rohidin
Berdasarkan gambaran diatas maka menjelaskan bahwa data yang diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang sudah dianalisa kemudian diinterpretasikan. Masalah yang dihadapi diuraikan dengan berpatokan pada teori-teori dan temuan-temuan yang diperoleh pada saat penelitian tersebut, kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.
3.7 Keabsahan Data