• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN NELAYAN MELALUI PROGRAM PELATIHAN BENGKEL NELAYAN DI KELURAHAN BLIMBING KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN NELAYAN MELALUI PROGRAM PELATIHAN BENGKEL NELAYAN DI KELURAHAN BLIMBING KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Oleh : RUSLI NURDIN NPM. 0841010032

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Disusun Oleh :

RUSLI NURDIN NPM : 0841010032

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi Menyetujui,

Pembimbing

Dr s,Ananta Pratama M,Si NIP. 196004131990031001

Mengetahui, DEKAN

(3)

Oleh : RUSLI NURDIN NPM. 0841010032

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Pr ogram Studi Administr asi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 12 Desember 2012

Pembimbing

Dr s, Ananta Pratama, M.Si NIP : 196004131990031001

Tim Penguji : 1. Ketua

DR. Lukman Arif, M.Si NIP. 196411021994031001 2. Sekr etaris

Dra. Sr i Wibawani, M.Si NIP. 196704061994032001

3. Anggota

Dr s. Ananta Pratama, M.Si NIP : 196004131990031001 Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

(4)

Nama Mahasiswa : Rusli Nurdin

NPM : 0841010032

Pr ogram Studi : Ilmu Administr asi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa Skripsi ini telah dir evisi dan disahkan Pada Tanggal 20 Desember 2012

Mengetahui / Menyetujui

Dosen Penguji I

DR. Lukman Arif, M. Si NIP. 196411021994031001

Dosen Penguji II

Dra. Sr i Wibawani, M.Si NIP. 196704061994032001

Dosen Penguji III

(5)

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Nelayan Melalui Pr ogram Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan” Tugas ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Berkat Rahmat dan karuniaNya, penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Segala kesulitan baik yang bersifat teknis maupun non teknis serta berbagai kendala dan hambatan menyebabkan proses penyelesaian skripsi ini menjadi panjang dan memakan waktu namun berkat bimbingan dan kesabaran dosen pembimbing, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skirpsi ini.

Dalam tersusunnya tugas ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Drs. Ananta Pratama, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahanya kepada penulis. Disamping itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2. Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara.

(6)

materi perkulihan sehingga menambah wawasan penulis tentang berbagai permasalahan sosial.

5. Bapak Ali Afdhol selaku Ketua Rukun Nelayan Blimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Budi Santoso ST selaku ketua P2MKP yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Nelayan Kelurahan Blimbing, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak maupun masyarakat umum. Secara khusus dapat memberikan manfaat kepada Rukun Nelayan dalam mengembangkan pemberdayaan nelayan.

Surabaya, 18 Desember 2012

(7)

HALAMAN PERSETUJ UAN ... Error! Bookmark not defined.ii

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.iii

KATA PE NGANTAR ... Error! Bookmark not defined.v

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.xii

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.xiii

ABSTRAKSI ... Error! Bookmark not defined.xiv

BAB I PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined.1

1.1Latar Belakang ...Er r or ! Bookmar k not defined.1

1.2Rumusan Masalah ...Er r or ! Bookmar k not defined.9

1.3Tujuan Penelitian ...Er r or ! Bookmar k not defined.9

1.4Manfaat Penelitian ...Er r or ! Bookmar k not defined.9

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.11

2.1Penelitian Terdahulu ... Er r or ! Bookmar k not defined.11

2.2Landasan Teori ... Er r or ! Bookmar k not defined.13

2.2.1Kebijakan... Er r or ! Bookmar k not defined.14

2.2.2Definisi Pemberdayaan Masyarakat . Er r or ! Bookmar k not defined.25

2.2.2.2 Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat ... Er r or ! Bookmar k not

defined.28

(8)

2.2.3 Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.31

2.2.3.1 Pengertian pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.31

2.2.4 Program Pelatihan Bengkel Nelayan Er r or ! Bookmar k not defined.35

2.2.5 Kerangka Berfikir ... Er r or ! Bookmar k not defined.35

BAB III METODE PE NELITIAN ... Error! Bookmark not defined.37

3.1Jenis Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.37

3.2Fokus Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.38

3.3Lokasi Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.39

3.4Sumber Data ... Er r or ! Bookmar k not defined.40

3.5Pengumpulan Data ... Er r or ! Bookmar k not defined.41

3.6Analisis Data ... Er r or ! Bookmar k not defined.43

3.7Keabsahan Data ... Er r or ! Bookmar k not defined.46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.49

4.1Gambaran Umum Obyek Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.49

4.1.1 Keadaan Geografis Kelurahan BlimbingEr r or ! Bookmar k not defined.49

4.1.2 Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan Blimbing ... Er r or !

Bookmar k not defined.49

4.1.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Kelurahan Blimbing .. Er r or ! Bookmar k not

defined.50

(9)

4.1.6 Keadaan Penduduk Kelurahan BlimbingEr r or ! Bookmar k not defined.56

4.1.7 Sejarah Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing ... Er r or ! Bookmar k not

defined.58

4.1.8 Visi, Misi, Tujuan Dan Fungsi Rukun Nelayan Kelurahan BlimbingEr r or !

Bookmar k not defined.59

4.1.9 Stuktur Organisasi Rukun Nelayan Kelurahan BlimbingEr r or ! Bookmar k

not defined.59

4.1.10 Kedudukan Tugas Dan Fungsi Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing

... Er r or ! Bookmar k not defined.60

4.1.11 Program Kegiatan Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing ... Er r or !

Bookmar k not defined.65

4.2Hasil Penelitian ... Er r or ! Bookmar k not defined.65

4.2.1 Manajemen Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.66

4.2.2 Dampak Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.77

4.3Pembahasan ... Er r or ! Bookmar k not defined.84

4.3.1 Manajemen Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.84

4.3.2 Dampak Pelatihan ... Er r or ! Bookmar k not defined.89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.92

5.1Kesimpulan ... Er r or ! Bookmar k not defined.92

(10)
(11)

RUSLI NURDIN. 0841010032. PEMBERDAYAAN NELAYAN

MELALUI PROGRAM PELATIHAN BENGKEL NELAYAN DI

KELURAHAN BLIMBING KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Penelitian ini didasarkan pada fenomena kemiskinan yang terjadi di Kelurahan Blimbing. Hal ini terbukti dengan kurangnya pendapatan nelayan dikarenakan banyaknya kapal nelayan yang rusak.

Perumusan masalah yang digunakan adalah bagaimana Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Sesuai dengan masalah tersebut maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang memiliki satu variabel yaitu Pemberdayaan Nelayan Melalui Pelatihan Bengkel Nelayan. Fokus penelitian adalah 1. Manajeman Pelatihan 2.Dampak Pelatihan, Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil. Dan Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor Per.07/Men/2008 Tentang Bantuan Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pembudidaya Ikan.

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Ketua Rukun Nelayan Blimbing, Ketua Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) dan nelayan yang menerima pelatihan bengkel nelayan.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah 1.Manajemen Pelatihan sudah dilakukan dengan baik. Pelatihan yang dilakukan Rukun Nelayan Blimbing yang bekerjasama dengan P2MKP dilaksanakan satu bulan penuh, yaitu dengan memberikan materi dan praktek langsung kepada 24 peserta 2.Dampak Pelatihan ini para peserta dapat meningkatkan kemampuan serta keterampilan dalam memperbaiki mesin kapal sendiri.

Kesimpulan yang diperoleh adalah 1.Manajemen Pelatihan yaitu pelaksanaan program Pelatihan Bengkel Nelayan yang dilaksanakan oleh Rukun Nelayan Blimbing bekerjasama dengan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP), yaitu dengan memberikan materi sekaligus praktek kepada 24 peserta pelatihan. 2.Dampak Pelatihan ini para peserta memiliki keahlian memperbaiki mesin kapal sendiri, menghemat biaya, mendapatkan tambahan penghasilan. Dan pihan Rukun Nelayan mendapatkan bantuan peralatan serta mampu mendirikan bengkel nelayan sendiri sehingga dapat meningkatkan pendapatan para nelayan.

(12)

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang

adil dan makmur yang merata, berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Pembangunan nasional

dilaksanakan tidak hanya di kota-kota besar saja, melainkan juga harus mencakup

pembangunan desa yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar di seluruh pesisir

maupun pedalaman dan daerah pinggiran kota. Desa dan juga kelurahan merupakan

unit terkecil atau basis dari tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang mana

mendapatkan perhatian dalam perencanaan maupun pelaksanaan program yang ada.

Ruang Lingkup pembangunan desa berdasarkan tipologinya, memiliki

kekhasan masing-masing, baik akibat perbedaan potensi ekonomi, perbedaan latar

belakang sejarah, tingkat perkembangan dan keaadan sosial budaya, juga akibat letak

geografisnya walaupun mungkin keadaan sosial budayanya relatif homogen. Oleh

karena itu program pembangunan dan pengembangan desa ataupun kelurahan tidak

hanya dilakukan pada masyarakat pedesaan saja, melainkan juga mencakup

pembangunan lingkungan masyarakat pesisir pantai.

Wilayah pesisir merupakan sumberdaya potensial di Indonesia dimana

merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan, Sumberdaya ini sangat

(13)

Indonesia. Di sepanjang garis pantai tersebut menyimpan sumber daya alam yang

besar, diantaranya adalah potensi hayati dan non hayati misalnya perikanan, hutan

mangrove, terumbu karang, mineral dan bahan tambang serta pariwisata. Di daerah

ini juga terdapat para nelayan yang berdiam di sepanjang pantai yang sebagian besar

masih prasejahtera (jurnal aksesabilitas rumah tangga nelayan dalam penanggulangan

kemiskinan studi kasus di pedesaan pantai jawa timur oleh Sahri Muhammad, Irfan

Islamy dan Eko Ganis Sukoharsono). Oleh karena itu pengembangan wilayah pesisir

dan kelautan sebagai salah satu sektor strategis dalam pembangunan ekonomi saat ini

merupakan sektor yang masih perlu dioptimalkan, mengingat potensi kelautan yang

ada belum dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

nelayan. Aktivitas ekonomi pada sektor ini masih belum dikelola secara profesional.

Hal ini dapat dilihat pada masih dominannya aktivitas penangkapan ikan dan seluruh

mata rantai kegiatannya yang dilakukan oleh nelayan secara tradisional.

Melihat banyaknya masyarakat yang berprofesi nelayan dipandang ”perlunya

kebijakan-kebijakan pembangunan khususnya pemberdayaan sosial ekonomi

masyarakat nelayan (Kusnadi.2003:10)”. Selanjutnya Kusnadi juga menjelaskan

tujuan dari pemberdayaan ini dapat membantu meningkatkan pendapatan nelayan,

distribusi pendapatan relatif merata dan kedepannya mobilitas vertikal nelayan dapat

diraih secara bertahap. Proses pemberdayaan ini mengganggap nelayan sebagai

pelaku utama yang menentukan tujuan, mengontrol sumberdaya dan mengarahkan

proses yang mempengaruhi hidupnya. Pemanfaatan elemen modal sosial merupakan

(14)

Sejalan dengan pendapat di atas, konteks seperti pemberdayaan komunitas

nelayan, khususnya komunitas nelayan miskin menjadi penting dalam upaya

penyadaran dan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka. Stewart dalam

Badaruddin (2005:25) mengemukakan, pemberdayaan merupakan gerakan cultural

(budaya) melalui penyadaran akan kesejahteraannya. Selanjutnya Stewart

menjelaskan individu bukanlah objek, melainkan berperan sebagai pelaku yang

menentukan tujuan, mengontrol sumberdaya, dan mengarahkan proses yang

mempengaruhi hidupnya”. Pemanfaatan elemen modal sosial merupakan prasyarat

dalam upaya pemberdayaan komunitas, khususnya komunitas nelayan.

Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan melalui

pemberdayaan (empowering). Pemerintah memandang dengan potensi wilayah pesisir

yang besar baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia perlu adanya

upaya dalam bentuk program yang berkelanjutan dan menyentuh langsung

kesasarannya. Salah satu program yang bertujuan dan mendukung kearah tersebut

adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Program ini

telah berjalan sejak tahun 2001, dimana tujuan dari program ini adalah penguatan

ekonomi dengan modal usaha ekonomi produktif yang berasal dari masyarakat yang

berbentuk social capital (modal sosial) seperti pendidikan, kesehatan, agama,

lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan, permukiman dan infrakstruktur.

Namun hasil kemanfaatannya untuk nelayan itu sendiri masih rendah. Upaya

pengentasan kemiskinan bagi masyarakat pesisir dan nelayan khususnya masih dapat

(15)

di kalangan sebagian besar masyarakat nelayan tersebut tidak terlepas dari

serangkaian kebijakan pembangunan yang selama ini lebih banyak menempatkan

masyarakat sebagai obyek ketimbang sebagai subyek pembangunan, lebih

memprioritaskan pertumbuhan industri ketimbang sektor pertanian dan kelautan.

Dengan dikeluarkannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 yang berkaitan dengan

otonomi daerah, menunjukkan adanya komitmen pemerintah untuk meningkatkan

kesejahteraan dan pendapatan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja

sekaligus meningkatkan perekonomian daerah. Salah satu faktor penting dan esensi

UU tersebut adalah semakin didorongnya peranan masyarakat di daerah untuk secara

bersama-sama merencanakan dan melaksanakan pembangunan secara

berkesinambungan. Program-program pengentasan kemiskinan telah diwujudkan

dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat. Bertolak dari kesemuanya itu

diperlukan adanya suatu kajian yang komprehensif terhadap program-program

pemberdayaan masyarakat.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan terdiri dari beberapa propinsi. Di

Jawa Timur banyak masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, baik itu nelayan

tetap, sambilan, maupun kadang-kadang. Dari sekian banyak nelayan yang ada di

Jawa Timur, Kota Lamongan menempati urutan pertama dengan jumlah nelayan

(16)

Tabel 1.1

Jumlah Nelayan Jawa Timur

KAB/KOTA Nelayan Laut J UMLAH

Tetap Sambilan Kadang

(17)

Kota Lamongan memiliki jumlah penduduk sebesar 1,365,402 jiwa.

Disamping itu Kota lamongan mempunyai luas wilayah sebesar 1,812,80 km²,

Berdasarkan hasil survey Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Lamongan diperoleh

data garis pantai sebesar 47 km² dan lebar 12 mil laut. Kota Lamongan juga menjadi

Minapolitan Perikanan Tangkap.

LAMONGAN – Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo menuturkan, Lamongan telah ditetapkan sebagai kawasan minapolitan budidaya ikan di Kecamatan Glagah dan minapolitan perikanan tangkap di Brondong dan Paciran. Selanjutnya Kota Ledre tersebut akan menjadi kawasan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan Perikanan (P2MKP), yakni menjadi inkubator bagi bisnis kelautan dan perikanan.(Sumber http//m.surabayapost.co.id)

Usaha penangkapan ikan di Kabupaten Lamongan terpusat di perairan Laut

Jawa pada wilayah Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran, hal itu dilihat dari

produksinya yang mencapai kurang lebih 100 ton/hari (jurnal optimalisasi peran

gender dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan di Tempat Pelelangan Ikan

Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan oleh Istiana, Hikmah, dan Mursidin). Di

Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai

nelayan sebanyak 3320 jiwa, dari jumlah tersebut sebagian merupakan anggota rukun

nelayan yang ada di Kelurahan Blimbing dan sebagian merupakan nelayan biasa.

Namun kenyataanya mayoritas kondisi masyarakat nelayan tersebut merupakan

kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya

dalam hal akses pendidikan dan layanan kesehatan), dan sebagian besar merupakan

daerah pemukiman kumuh. Pendapatan nelayan Blimbing tahun 2011 rata-rata

(18)

ataupun pesisir pantai akan mudah dikenali dengan bentuk rumah panggung yang

berkesan kotor, kumuh dengan lingkungan yang kurang bersih dan kurang sehat.

Kondisi masyarakat nelayan Blimbing merupakan kelompok masyarakat yang

tergolong miskin, pendapatan sebagai nelayan tidak bisa stabil kadang pendapatan itu

relatif tinggi kadang turun, kadang tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini disebakan

oleh beberapa faktor antara lain biaya, resiko kecelakaan, kesehatan nelayan, cuaca,

dan kondisi kapal. Namun dari beberapa faktor tersebut yang paling mempengaruhi

pendapatan nelayan adalah kondisi kapal nelayan. Berdasarkan data yang terdapat di

catatan Rukun Nelayan Blimbing bahwa terdapat 9 kapal yang mengalami kerusakan

dalam waktu satu minggu sehingga sebagian nelayan tidak bisa melaut dan tidak

mendapatkan penghasilan. (sumber : Rukun Nelayan Blimbing)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007

Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil serta Peraturan Menteri

Kelautan Dan Perikanan Nomor Per.07/Men/2008 Tentang Bantuan Sosial

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pembudidaya Ikan, maka Rukun Nelayan

Blimbing terus melakukan upaya – upaya dengan melaksanakan program – progam

secara berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan.

Program yang dilakukan oleh Rukun nelayan Blimbing adalah Pelatihan

bengkel nelayan yaitu pelatihan perbaikan mesin kapal yang dilakukan oleh P2MKP

(Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan) sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan atau keterampilan nelayan dalam memperbaiki mesin kapal. Karena

(19)

dan ketika terjadi kerusakan pada mesin kapal, nelayan harus membawa keluar untuk

diperbaiki.

Adapun tujuan pelatihan bengkel nelayan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap nelayan dibidang

perawatan mesin kapal agar mampu bekerja terampil dan bertanggung

jawab.

2. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan motivasi dalam pembentukan dan

kerjasama kelompok.

3. Menambah wawasan tentang permesinan kapal ikan bagi nelayan.

4. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pemanfaatan

sumberdaya perikanan dan kebijakan pemerintah tentang pembangunan

perikanan.

Kegiatan pelatihan bengkel nelayan yang dilakukan Pusat Pelatihan Mandiri

Kelautan Perikanan (P2MKP) mampu meningkatkan kemampuan serta keterampilan

nelayan dalam memperbaiki mesin kapal dan mampu meningkatkan pendapatan

mesin kapal. Pendapatan nelayan Blimbing tahun 2012 rata-rata Rp.512.000 per

bulan (sumber : Rukun Nelayan Blimbing)

Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan melalui pelatihan bengkel nelayan

untuk memperkuat posisi seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan

individu yang bersangkutan, mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan

memikirkan langkah-langkah mengatasinya. Inti dari kegiatan pemberdayaan adalah

(20)

kemampuan dan keberanian mereka untuk bersikap kritis terhadap kondisi yang

mereka hadapi, sehingga kuncinya adalah membangun partisipasi masyarakat

nelayan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dilihat bahwa ada upaya-upaya yang

dilakukan oleh Rukun Nelayan Blimbing dalam meningkatkan pendapatan nelayan.

Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan “

Pember dayaan Nelayan Melalui Pr ogram Pelatihan Bengkel Nelayan Di

Kelur ahan Blimbing Kecamatan Pacir an Kabupaten Lamongan”

1.2 Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang diatas, maka penelitian ini mempunyai perumusan

masalah sebagai berikut :

Bagaimana pemberdayaan nelayan melalui program pelatihan bengkel nelayan di

Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui pemberdayaan nelayan melalui program pelatihan bengkel nelayan

di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

1.4 Ma nfaat Penelitian

a. Bagi Masyarakat Dan Rukun Nelayan Blimbing

Sebagai bahan informasi tentang pemberdayaan nelayan bagi Rukun

(21)

nelayan Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

melalui pemberdayaan nelayan secara efektif.

b. Bagi Universitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur

Sebagai bahan referensi yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh

peneliti lainnya yang ingin mengembangkan pokok kajian yang

berhubungan dengan Pemberdayaan Sosial serta untuk menambah

literature perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur Khususnya Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

c. Bagi Peneliti

Berguna untuk menambah pengetahuan, kajian dan pemahaman

tentangkat pemberdayaan sosial khusunya pemberdayaan nelayan melalui

program pelatihan bengkel nelayan, Selain itu penelitian ini dapat

digunakan sebagai perbandingan teori yang didapat di bangku kuliah

dengan keadaan yang terjadi sebenarnya dilapangan serta merupakan

salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), juga

bentuk pengaplikasian dari salah satu bentuk tri dharma Mahasiswa yaitu

(22)

2.1 Penelitian Ter dahulu

1. Andi Muhammad Fedriansyah (2008), Jurusan Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang,

Penelitian berjudul “Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir (PEMP) Di Kecamatan Tugu Semarang”. Jenis penelitian

ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang mempunyai tujuan untuk

mengetahui evaluasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di

Kecamatan Tugu Semarang. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pesisir (PEMP). Program ini telah berjalan sejak tahun 2001, dimana tujuan

dari program ini adalah penguatan ekonomi dengan modal usaha ekonomi

produktif yang berasal dari masyarakat yang berbentuk social capital (modal

sosial) seperti pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan sumberdaya kelautan

dan perikanan, pemukiman dan infrakstruktur.

2. Anik Mahmuda (2001), Jurusan Administrasi Publik FISIP Universitas

Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur, Penelitian berjudul

“Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak Melalui Program Desa Mitra

Akademi Perikanan Sidoarja ( Studi Pemberdayaan Masyarakat Petani tambak

di desa segoro tambak kecamatan sedati Kabupaten Sidoarjo dalam rangka

(23)

praktek uji coba budidaya di lahan praktek APS)”. Jenis penelitian ini termasuk

penelitian deskriptif kualitatif yang mempunyai tujuan untuk mengetahui

implementasi program Desa Mitra Akademik Perikanaan Sidoarjo diwujudkan

memlalui penyuluhan dan praktek uji coba budi daya di lahan APS. Program

pemberdayan masyarakat yang berusaha mengoptimalkan potensi yang

dimiliki pada sektor kelautan dan perikanan oleh pemerintah adalah “ Program

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang menjadi program

unggulan untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara

struktural melalui pemberdayaan masyarakat dan mendayagunakan pada tahun

2001. Program tersebut adalah program Desa Mitra yang merupakan program

kemitraan antara desa yang berada di sekitar lokasi APS yang berbasis

perikanan Program Desa Mitra memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat

budidaya tambak udang dan ikan bandeng. Program Desa Mitra bertujuan

untuk meningkatkan kelembagaan petani melalui kelompok tani peningkatan,

produksi melalui praktek uji coba tambak dan pengelolahan produksi pasca

panen ini melalui diversifikasi usaha.

3. Aifan Impriadi (2003), Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas

Airlangga Surabaya, penelitian ini berjudul “Pelembagaan Program

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 2001 (Studi Tentang Program

Pelembagaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Tahun

2001 (PEMP). Dalam rangka meningkatakn kesejahteran masyarakat pesisir di

(24)

mempunyai Tujuan untuk mengetahui implementasi program pemberdayaan

ekonomi masyarakat pesisir (PEPM) tahun 2001 di Kabupaten Situbondo yang

merupakan kabupaten percontohan untuk program PEMP. Program ini

merupakan program dari Dinas Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan

ksejahteraan masyarakat pesisir dengan mengoptimalkan potensi yang ada,

peningkatan meliputi sumber daya manusia, kelembagaan, pembangunaan

sarana dan prasarana program PEMP diketahui telah berupaya melibatkan

masyarakat lokal dengan merekrut tenaga profesional untuk memberdayakan

masyarakat.

Adapun persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu

yaitu sama – sama menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

sedangkan perbedaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah

penelitian sekarang bertujuan untuk mengetahui pemberdayaan nelayan melalui

program pelatihan bengkel nelayan di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran

Kabupaten Lamongan

Analisa data menggunakan data deskriptif kualitatif yaitu memeriksa data

yang terkumpul, mengelompokan, mengklasifikasikan, pengelolaan data dan

selanjutnya dianalisa dan ditemukan kesimpulannya. Teknik pengumpulan data

menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

2.2 Landasan Teor i

Di dalam cara berpikir secara ilmiah, teori sangat dibutuhkan sekali sebagai

(25)

sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai keterbatasan waktu dan

tempat. Adapun tujuan landasan teori ini adalah untuk memberikan suatu landasan

berpikir kepada penulis dalam usahanya untuk mencari kebenaran yang berkaitan

dengan masalah yang akan dibahas.

2.2.1 Kebijakan

2.2.1.1 Penger tian Kebijakan

Pengertian kebijakan publik menurut Chandler & Piano (1998) dalam

Tangkilisan (2003 : 1) adalah pemecahan masalah-masalah publik atau pemerintah.

Dye dalam Islamy (1997 :18) mendefinisikan kebijakan publik adalah apapun

yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Friedrich dalam

Wahab (2004 : 3), menyatakan bahwa kebijakan ialah sutau tindakan yang mengarah

pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya

mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang

diinginkan.

Menurut Easton dalam Islamy (2001 : 19), memberi arti kebijakan Negara

sebagai pengalokasikan nilai-nilai secara paksa (sah) kepada seluruh anggota

masyarakat

Menurut Anderson dalam Agustino (2006 : 7) memberikan pengertian tentang

kebijakan publik yaitu serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan

tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang aktor atau sekelompok aktor

(26)

Sedangkan menurut Woll (1996) dalam Heseel (2003 : 2) kebijakan publik

adalah sejumlah aktifitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat,

baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi

kehidupan masyarakat.

Nugroho (2003 : 54) mendefinisikan kebijakan publik adalah hal-hal yang

diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan pemerintah

untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan.

Pengertian kebijakan publik menurut Easton dalam Islamy (1997 : 19) adalah

pengalokasian nilai-nilai secara paksa (syah) kepada seluruh anggota masyarakat,

kemudian definisi kebijakan publik menurut Frederich dalam Soenarko (2000 : 42)

adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan atau pemerintah

dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatan yang

diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi suatu cita-cita atas mewujudkan suatu

kehendak serta tujuan tertentu.

Atas dasar pengertian diatas, maka dapat dikemukakan elemen yang

terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana apa yang dikemukakan oleh

Anderson dalam Islamy yang antara lain mencangkup :

1. kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorentasi pada tujuan tertentu.

2. kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah

(27)

4. kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan, pemerintah mencari

masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk

tidak melakukan sesuatu)

5. kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan

perundang-undangan tertetu yang bersifat memaksa (otoritatif)

Dari beberapa pengertian diatas dan mengikuti paham bahwa kebijakan publik

itu harus mengabdi kepada masyarakat, maka dengan demikian dapat disimpulkan

kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau

tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorentasi pada

tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.

2.2.1.2Tahap-tahap Kebijakan Publik

Menurut Agustino (2006 : 22) proses pembuatan kebijakan merupakan

serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu. Oleh

karena itu kebijakan publik dilakukan ke dalam beberapa tahap proses pembuatan

kebijakan sebagai berikut :

1) Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan di angkat menempatkan masalah pada agenda

publik. Sebelumnya masalah – masalah ini berkompetensi terlebih dahulu

(28)

2) Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan di bahas oleh para pembuat

kebijakan. Masalah – masalah tadi di definisikan untuk kemudian dicari

pemecahan masalah terbaik.

3) Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang di tawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut di

adopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus direktur

lembaga atau keputusan peradilan.

4) Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan – catatan elit, jika

program tersebut tidak di implementasikan. Oleh karena itu, program

kebijakan yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah

seharusnya di implementasikan.

5) Tahap penilaian kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau di evaluasi

untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu

memecahkan masalah.

2.2.1.3Komponen – komponen kebijakan

Menurut Jones dalam Tangkilisan (2003:3) kebijakan terdiri dari komponen

-komponen, yaitu:

(29)

2. Plans atau proposal yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan

3. Program yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan

4. Decision atau kepuasan yaitu tindakan – tindakan untuk menentukan

tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program

5. Efek yaitu akibat – akibat dari program (baik sengaja atau tidak).

2.2.1.4Faktor – faktor yang mempengar uhi kiner ja kebijakan

Menurut Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003:22) Faktor – faktor

yang mempengaruhi kinerja kebijakan adalah :

1. Organisasi dan kelembagaan

2. Kemampuan politik dari penguasa

3. Pembagian tugas, tanggungjawab dan wewenang

4. Kebijakan pemerintah yang bersifat tak remental

5. Proses pemurusan kebijakan pemerintah yang baik

6. Aparatur evaluasi yang bersih yang berwibawa serta profesional

7. Biaya untuk melakukan evaluasi

8. Tersedianya data dan informasi sosial ekonomi yang siap dimanfaatkan oleh

penilai – penilai kebijakan.

2.2.1.5 Tipe – tipe model kebijakan

Menurut Gass dan Sisson dalam Alisjabhana (2004:15) menjelaskan model

kebijakan (policy models) sebagai respentasi sederhana mengenai aspek-aspek yang

terpilih dari suatu kondisi masalah disusun untuk tujuan tertentu. Model kebijakan

(30)

elemen-elemen suatu kondisi masalah melainkan juga untuk memperbaikinya dengan

merekomendasikan serangkaian tindakan untuk memecahkan masalah-masalah

tertentu. Tipe – tipe model kebijakan anatara lain :

a. Model Deskriptif

Model-model kebijakan dapat dibandingkan dikontraskan dari berbagai

dimensi, yang paling penting diantaranya adalah membantu membedakan tujuan,

bentuk ekspresi dan fungsi metodologis dan model. Dua bentuk kebijakan yang

dikenal saat ini adalah model deskriptif dan model normatif. Tujuan model deskriptif

adalah menjelaskan sebab-sebab dan konsekuensi dari pilihan-pilihan kebijakan.

Model deskripsi digunakan untuk memantau hasil-hasil dari aksi-aksi kebijakan.

b. Model normatif

Tujaun model normatif selain menjelaskan dan atau memprediksikan juga

memberikan dalil dan rekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaian beberapa

utilitas (nilai). Jenis model normatif yang membantu menentukan tingkatan kapasitas

pelayanan yang optimum (model antri), waktu pelayanan yang optimum (model

penggantian), mengaturkan volume dan waktu yang optimum (model inventaris). Dan

keuntungan yang optimum pada inventasi public (model biaya dan manfaat).

Masalah-masalah keputusan normatif biasanya dalam bentuk mancari nilai-nilai

variabel yang terkontrol (kebijakan) yang menghasilkan manfaat yang terbesar (nilai),

sebagaimana yang terukurdalam variabel keluaran.

(31)

Model-model normatif dan deskriptif dapat diekspresikan di dalam tiga

bentuk utama, yaitu : verbal, symbol dan procedural. Model variabel diekspresikan

dalam bahasa logika. Penilaian nalar untuk memprediksikan dan menawarkan

rekomendasi penilaian nalar menghasilkan argument kebijakan. Model verbal secara

relative mudah dikomunikasikan para ahli dan orang awam dengan biaya yang

murah.

d. Model Simbolis

Model simbolis menggunakan simbol-simbol sistematis untuk menerangkan

hubungan diantara variabel-variabel kunci yang dipercaya mencari sesuatu maslah.

Prediksi atau solusi yang optimal diperoleh dari model-model simbolis dengan

meminjam metode-metode matematika, sistematis dan logika.

e. Model prosedural

Model prosedural menampilkan hubungan yang dinamis diantara variabel

yang di yakini menjadi ciri suatu suatu masalah kebijakan. Prediksi-prediksi dan

solusi-solusi yang optimal diperoleh dengan mensimulasikan dan meneliti

seperangkat hubungan yang mungkin. Ada perbedaan utama antara model simbolis

dan prosedural, yakni bahwa simbolis menggunakan data actual untuk

memperkirakan hubungan diantara variabel-variabel kebijakan dan hasil, sedangkan

model prosedural mengasumsikan (menstimulasi) hubungan diantara

variabel-variabel tersebut. Salah satu bentuk model prosedural yang paling sederhana adalah

pohon keputusan, yang dibuat dengan memproyeksikan keputusan-keputusanya

(32)

keputusan berguna untuk membantingkan perkiraan subyektif atas konsekuensi dari

bermacam-macam pilihan kebijakan.

2.2.1.6 Aktor Kebijakan Publik di Indonesia

a. Pejabat Pembuat Kebijakan

Menurut Agustino (2006 : 29) yang dimaksud dengan Pejabat pembuat

kebijakan adalah orang yang mempunyai wewenang yang sah untuk ikut

serta dalam formulasi hingga penetapan kebijakan publik yang termasuk

dalam pembuat kebiajakan secara normatif adalah : legislatif, eksekutif,

administrator dan para hakim. Masing-masing mempunyai tugas dalam

pembuatan kebijakan yang relatif berbeda dengan lembaga lain.

b. Aktor Yang terlibat

Menurut Agustino (2006 : 41) di Indonesia, di era reformasi ini, aktor

kebijakan (lembaga Negara dan pemerintah yang berwenang membuat

perundang-undang atau kebijakan) adalah :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

3. Presiden

4. Pemerintah

a. Presiden sebagai kepala Pemerintahan (pemerintah pusat)

b. Menteri

c. Lembaga Non-Departemen

(33)

e. Badan-Badan Negara lainnya (Bank Sentral, BUMN, dan

lainnya).

f. Pemerintah Daerah Propinsi

g. Pemerintah daerah kota atau kabupaten

h. Kepala desa

i. Dewan perwakilan daerah propinsi

j. Dewan perwakilan daerah kota atau kabupaten

k. Badan perwakilan desa (BPD)

Lembaga-lembaga Negara (dan pemerintah) tersebut memiliki peran dan

wewenang masing-masing untuk membuat perundang (kebijakan publik) sesuai

dengan kedudukannya dalam sistem pemerintah.

2.2.1.7 Sifat Kebijakan Publik

Menurut Winarno (2002 : 19) sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan

dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci beberapa kategori sebagai

berikut :

1. Tuntutan-Tuntutan Kebijakan

Adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau

pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu

sistem politik.

(34)

Adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah

yang mengesahkan atau memberi arah dan subtansi kepada

tindakan-tindakan kebijakan publik.

3. Pernyataan-pernyataan Kebijakan

Adakah pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi (penjelasan)

kebijakan publik.

4. Hasil-Hasil Kebijakan

Adalah manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik hal-hal yang

sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan

peryataan-peryataan kebijakan.

5. Dampak-dampak kebijakan

Adalah akibat bagi masyarakat baik yang berasal dari tindakan atau tidak

adanya tindakan pemerintah.

2.2.1.8 Manfaat Kebijakan Publik

Menurut Dye dan Anderson dalam Subarsono (2005 : 4), studi kebijakan

publik memiliki tiga manfaat penting yaitu :

1. pengembangan ilmu pengetahuan

dalam konteks ini, ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik sebagai

variabel terpengaruh (dependent variable) sehingga berusaha menentukan

variabel pengaruhnya (independent variable). Studi ini berusaha mencari

variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari sebuah kebijakan

(35)

2. membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik

Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi akan memiliki dasar

teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik dan

memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga ke depan

akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat menopang

tujuan pembangunan.

3. Berguna untuk tujuan politik

Suatu kebijakan publik yang dibuat melalui proses yang benar dengan

dukungan teori yang kuat memiliki posisi yang kuat terhadap kritik dari

lawan-lawan politik. Kebijakan publik tersebut dapat menyakinkan kepada

lawan-lawan politik yang tadinya kurang setuju. Kebijakan publik seperti itu

tidak akan mudah dicabut hanya karena alasan kepentingan sesaat dari

lawan-lawan politik.

2.2.1.9 Evaluasi Kebijakan

Menurut Winarno (2004 : 165), evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang

bertujuan untuk menilai mannfaat suatu kebijakan.

Menurut Jones dalam Tangkilisan (2003 : 25), mengatakan bahwa evaluasi

kebijakan adalah peninjauan ulang untuk mendapatkan perbaikan dari dampak yang

tidak diinginkan

Menurut Moshoed (2004 : 91), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah

suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan

(36)

Dengan disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa evaluasi

kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai apakah siatu kebijakan

berhasil mencapai tujuanya dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan akibat

implementasi kebijakan tersebut.

Didalam evaluasi kebijakan terdapat beberapa tipe evaluasi, salah satunya

seperti yang dikemukakan heath dalam Tangkilisan (2003 : 27), membedakan tipe

evaluasi kebijakan publik atas 3 (tiga) tipe yaitu:

1. Tipe Evaluasi Proses

Dimana evalusai ini dilakukan, dan perhatiannya pada peryataan bagaimana

program dilaksanakan.

2. Tipe Evaluasi Dampak

Dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertayaan mengenai apa yang

telah dicapai program

3. Tipe Evaluasi Strategi

Dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertayaan

bagaimana program dapat dilaksanakan secara efektif, untuk memecahkan

persoalan-persoalan masyarakat dibanding dengan program-program lain

yang ditunjukkan pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai

kebijakan publik.

2.2.2 Definisi Pember dayaan Masyarakat

Upaya pengentasan dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia ditandai

(37)

berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan dan kemiskinan harus

dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat. Proses sosialisasi tentang program

penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pemberdayaan terus dikembangkan

kearah yang lebih berkualitas.

Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004 : 46) pemberdayaan masyarakat

adalah upaya untuk meningkatkan harkat martabat lapisan masyarakat yang dalam

kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat.

Menurut Wrihatnolo (2007: 75) pemberdayaan masyarakat adalah unsur-

unsur yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan (survive) dan dalam

pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Pemberdayaan ini

menjadi sumber dari apa yang dalam wawasan politik pada tingkat nasional disebut

ketahanan nasional.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan

masyarakat adalah suatu upaya meningkatkan kualitas, harkat, martabat, masyarakat

melalui proses perencanaan, pendidikan dan penelitian untuk memandirikan serta

memampukan masyarakat untuk lepas dari kemiskinan.

2.2.2.1 Tujuan Pember dayaan Masyar akat

Menurut Jamasy (2004:42) mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat

merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan.

(38)

1. Menekan perasaan ketidakberdayaan masyarakat miskin bila berhadapan

dengan struktur social politik. Langkah konkritnya adalah meningkatkan

kesadaran kritis pada posisinya.

2. Memutuskan hubungan yang bersifat eksploitatif lapisan orang miskin perlu

dilakukan bila terjadi reformasi social, budaya dan politik ( artinya biarkan

kesadaran kritis masyarakat miskin muncul dan biarkan pula mereka

melakukan reorganisasi dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan

kualitas hidupnya ).

3. Tertanam rasa persamaan ( egalitian ) dan berikan gambaran bahwa

kemiskinan bukan merupakan takdir, tetapi sebagai penjelmaan konstruksi

social.

4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat

miskin secara penuh.

5. Pembangunan social dan budaya bagi masyarakat miskin.

6. Distribusi Infrastruktur yang lebih merata.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memberdayakan

masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan adalah menekan perasaan

ketidakberdayaan, memutuskan hubungan yang bersifat ekploitatif terhadap lapisan

orang miskin, menanamkan perasaan sama, melibatkan masyarakat secara penuh

dalam merealisasikan perumusan pembangunan, membangun kondisi social dan

budaya pada masyarakat miskin dan mendistribusikan insfrastruktur yang lebih

(39)

2.2.2.2 Kebijakan Pember dayaan Masyar akat

Menurut Mashoed (2004:81) strategi kebijakan penangulangan kemiskinan

untuk menciptakan pemberdayaan masyarakat dapat dipilah dalam tiga kelompok,

antara lain :

1. Kebijakan secara tidak langsung mengarah pada sasaran tapi memberikan

dasar tercapainya Suasana yang mendukung kegiatan social ekonomi. Strategi

ini digunakan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap

upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan penanggulangan

kemiskinan, penyedian saran dan prasarana, penguatan kelembagaan, serta

penyempurnaan peraturan perundang – undangan yang menunjang kegiatan

social ekonomi masyarakat.

2. Kebijakan yang secara langsung mengarah kepada peningkatan kegiatan

ekonomi kelompok sasaran, yaitu kebijakan yang diarahkan pada peningkatan

akses terhadap sarana dan prasarana yang mendukung penyedian kebutuhan

dasar, berupa pangan, sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan

pendidikan, peningkatan produktivitas dan pendapatan, khususnya masyarakat

berpenghasilan rendah.

3. Kebijakan khusus menjangkau masyarakat miskin melalui upaya khusus.

Kebijakan khusus ini diutamakan pada penyiapan penduduk miskin untuk

(40)

2.2.2.3 Str ategi Pember dayaan Masyarakat

Guimares (2004 : 45) yang dikutip Mashoed dalam “ Integrated Rural

Development” menyatakan beberapa strategi pemberdayaan yang dapat dilakukan

secara simultan :

1. Strategi De – Linking

Strategi ini meletakkan sasaran penanggulangan kemiskinan dengan

meningkatkan kemampuan kaum miskin untuk mengartikulasi kepentingan

kepada sistem sehingga diharapkan adanya keberlanjutan program

pengentasan kemiskinan.

2. Strategi Desentralisasi

Strategi ini menempatkan lokus pengembilan keputusan pada unit paling

dekat dengan kelompok sasaran, sehingga dapat terwujud keputusan yang

paling merefleksikan aspirasi dan kepentingan objektif masyarakat miskin.

Maka upaya yang dilakukan melalui pendekatan pelayanan dan berada pada

lingkungan masyarakat miskin.

3. Strategi Integrasi Spatial

Dengan strategi ini, pengentasan kemiskinan dilakukan melalui perencanaan

yang terintegrasi, yaitu antara desa tertinggal dengan kota terdekat, antara

(41)

2.2.2.4 Upaya-upaya Pember dayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat

martabat lapisan masyarakat, yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan

dirinya dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Menurut Kartasasmita dalam Mashoed (2004:46), upaya – upaya dalam

pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga tahap, antara lain :

1. Menciptakan suasana atau iklim tolaknya yang memungkinkan masyarakat

untuk berkembang. Disini titik tolaknya bahwa setiap manusia, setiap

masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada

masyarakat yang sama sekali tanpa daya.

2. Memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh masyarakat ( Empowering ).

Dalam rangka ini perlu langkah-langkah yang lebih positif, Selain

menciptakan iklim dan suasana. Penguatan ini merupakan / meliputi

langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta

pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat

menjadi makin berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini upaya yang amat

pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, serta akses

kedalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi,

informasi, lapangan kerja, dan pasar.

(42)

Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah

lemah karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena

itu, perlindungan dan pemihakkan kepada yang lemah sangat mendasar

sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi bukan berarti

mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal ini justru akan

menglunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat dari sebagai upaya

untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi

yang kuat atas yang lemah. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan

adalah masyarakat tidak dijadikan objek berbagai proyek pembangunan, tetapi

merupakan subyek upaya pembangunan sendiri.

2.2.3 Pelatihan

2.2.3.1Penger tian pelatihan

Menurut Ife (2002:245), pelatihan merupakan peran edukasional yang paling

spesifik karena secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan komunitas

sasaran bagaimana cara melakukan sesuatu hal yang akan berguna bagi mereka secara

khusus dan lebih luas lagi adalah bagi komunitasnya.

Menurut Samsudin (2006:110), pelatihan merupakan bagian pendidikan,

pelatihan bersifat spesifik, praktis dan segera. umumnya pelatihan dimaksudkan

untuk mamperbaiki penguasaan berbagai keterampilan kerja dalam waktu yang relatif

(43)

2.2.3.2 Komponen – komponen evaluasi pelatihan dan pengembangan

Menurut Husein (2003:153), Untuk mengevaluasi penelitian dan

pengembangan yang dilaksanakan berhasil atau tidak peneliti dapat meneliti tingkat

kebehasilan tersebut dari sisi sebagai berikut :

a. Tingkat reaksi

b. Tingkat belajar

c. Tingkat tingkah laku kerja

d. Tingkat organisasi

e. Nilai akhir

Selanjutnya dikemukakan leslie (1990) bahwa umumnya pelatihan yang akan

diikutinya telah dievaluasi dan divalidasi oleh penyelenggara, indikatornya sebagai

berikut:

a. Isi pelatihan, apakah isinya relevan dan sejalan dengan kebutuhan pelatihan.

b. Metode pelatihan, metode apa yang cocok untuk gaya belajar para peserta.

c. Banyaknya materi, apakah bagi petatar isi materinya merupakan hal yang

baru atau sama seperti sebelumnya.

d. Keterampilan penatar, apakah penatar mempunyai sikap dan keterampilan

dalam menyampaikan materi dan mendorong orang belajar.

e. Lama waktu pelatihan, dengan materi pokok yang harus dipelajari,apakah

lama dan tempo materi itu sendiri.

f. Sasaran, apakah pelatihan mencapai sasaran yang sudah ditentukan baik

(44)

g. Aspek yang tidak dicantumkan, apakah ada aspek penting yang ternyata tidak

disampaikan dalam pelajaran, juga apakah ada bahan pelajaran yang tidak

penting tetapi ternyata diajarkan.

h. Alih pengetahuan, seberapa banyak dari pelajaran yang telah diberikan yang

akandapat dipraktekkan.

i. Tempat penyelenggaraan, apakah tempat penyelenggaraan pelatihan dan

pengembangan yang diikuti telah sesuai dan relevan dengan materi yang

disampaikan.

j. Relevansi, apakah pelatihan merupakan cara yang paling cocok untuk

peluang belajar.

k. Penerapan pengetahuan, Aspek mana yang merupakan hasil langsung

dariplatihan, juga perubahan manakah yang dihasilkan dari pelatihan.

l. Efisiensi, sejauhmana pekerjaan menjadi lebih efetif dan efesien (Husein,

2003 :153) .

Bentuk – bentuk evaluasi yang digunakan atau dpilih sangat bergantung pada

kriteria yang akan digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan. Secara umum ada

beberapa kriteria yang dapat dijadikan dasar penliaian keberhasilan suatu pelatihan,

yaitu (Samsudin 2006:123) :

1. Jumlah peserta, jumlah peserta belum tentu mengindikasikan efektivitas

suatu pelatihan, tetapi paling tidak jumlah peserta yang hadir menunjukkan

(45)

2. Efisiensi, menunjuk pada seberapa besar usaha yang dilakukan dan waktu

yang digunakan untuk mempelajari dan menyelesaikan sesuatu dalam

pelatihan.

3. Jadwal, keberhasilan pelatihan juga dapat dievaluasi dari seberapa tepat

pelaksanaan pelatihan tersebut mengikuti jadwal yang telah dibuat.

4. Suasana kondusif, dalam hal ini sebuah pelatihan harus mampu menciptakan

suasana yang kondusif sehingga para peserta mau bebaur dan berbagai

pengalaman dengan rekan – rekan mereka.

5. Reaksi peserta, dalam suatu pelatihan jika para peserta bereaksi negatif

terhadap pelatihan akan kecil kemungkinan bagi mereka untuk menyerap

materi pelatihan dan mengaplikasikannya dalam pekerjaan sehari – sehari.

6. Pembelajaran, pelatihan yang dianggap berhasil adalah pelatihan yang dapat

memberikan tambahan pengetahuan, keterampilan atau perubahan sikap dan

perilaku para peserta.

7. Perubahan perilaku, apa yang telah dipelajari oleh peserta dalam suatu

pelatihan tentu diharapkan dapat direfleksikan dalam bentuk sikap dan

perilaku.

8. Perubahan kinerja, jika peserta pelatihan telah berperilaku sesuai dengan

tuntutan pekerjaan, mereka diharapkan dapat memberikan dampak positif

(46)

9. Menghitung ROI, sebuah pelatihan merupakan suatu investasi. Oleh karena

itu sudah sewajarnya jika ROI dari suatu pelatihan harus dapat diukur untuk

mengukur seberapa besar biaya dan keuntungan yang akan diperoleh.

2.2.4 Pr ogram Pelatihan Bengkel Nelayan

Program Pelatihan Bengkel Nelayan yaitu pelatihan perbaikan mesin kapal

sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan nelayan dalam

memperbaiki mesin kapal.

Pelatihan bengkel nelayan dapat membantu nelayan untuk menerapkan ilmu

pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki. Dengan pelatihan bengkel nelayan

juga dapat menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan bekerja nelayan,

perubahan sikap terhadap pekerjaan, serta dalam informasi dan pengetahuan yang

mereka terapkan dalam pekerjaanya sehari-hari. Kegiatan pelatihan bengkel nelayan

dapat terjadi apabila seseorang atau masyarakat menyadari perlunya mengembangkan

potensi dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan maupun kepuasan hidupnya.

(Sumber : Departemen Kelautan Dan Perikanan)

2.2.5 Kerangka Ber fikir

Berdasarkan landasan teori diatas, penelitian ini merupakan penelitian yang

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dalam Pemberdayaan Nelayan

Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan. Adapun kerangka berfikirnya antara

(47)

Ga mbar 1

Ker angka Ber pikir

Sumber : data yang diolah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor Per.07/Men/2008 Tentang Bantuan Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pembudidaya Ikan

Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing

Program Pelatihan Bengkel Nelayan

Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Pemberdayaan Nelayan

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 J enis Penelitian

Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka tergantung maksud dan tujuan penelitian, Karena penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain maka penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang pemberdayaan nelayan melalui program pelatihan bengkel nelayan. Secara teoritis, menurut Bagdan dan Taylor (dalam Moleong, 2004:4), penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Prosedur penelitian ini diarahkan pada situasi dan individu secara utuh sebagai obyek penelitian sebagaimana dinyatakan Moleong (2004:4) bahwa pendekatan kualitatif diarahkan pada situasi dan invidu tersebut secara holistic (utuh) dalam hal peneliti tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai suatu keutuhan.

(49)

secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya. Sehingga dalam penelitian ini, penulis berusaha menggambarkan dan ingin mengetahui tentang Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

3.2 Fokus Penelitian

Masalah yang akan diteliti pada awalnya masih umum dan samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam lapangan. Fokus ini masih mungkin akan mengalami perubahan selama berlangsungnya penelitian itu.

Menurut Moleong (2004:97), fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya.

Dalam penelitian kualitatif diguanakan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

(50)

Dalam hal ini fokus penelitian dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah Bagaimana Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Dilihat dari perumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

1. Manajemen Pelatihan a. Peserta Pelatihan

b. Waktu dan tempat pelatihan c. Materi Pelatihan

d. Penyelenggara pelatihan 2. Dampak Pelatihan

a. Dampak bagi Nelayan

b. Dampak bagi Rukun Nelayan 3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data yang akurat. Agar memperoleh data yang akurat atau mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti memilih dan menetapkan lokasi penelitian ini di Rukun Nelayan Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

(51)

nelayan yang merupakan tempat penangkapan ikan yang sangat potensial namun pendapatan masyarakat pesisir pantai yang ada di Kelurahan Blimbing pada tahun 2012 ini masih tergolong rendah.

3.4 Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun jenis data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua jenis data yaitu

1. Data Primer

Yaitu data dan informan yang diperoleh secara langsung dari informan atau aktor pada saat dilaksanakan penelitian ini. Dalam hal ini data dan informasi mengenai Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan diperoleh dari ketua Rukun Nelayan Blimbing, Nelayan dan Peserta pelatihan.

2. Data Sekunder

Yaitu data berupa dokumen-dokumen, laporan-laporan dan arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini yang berada pada Rukun Nelayan Blimbing.

Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

(52)

Informan kunci, dimana pemilihannya secara purposive sampling dan diseleksi melalui teknik snowball sampling yang didasarkan atas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar-benar relevan dan kompeten. Sebagai informan awal adalah ketua Rukun Nelayan Blimbing. Sedangkan informan selanjutnya diminta kepada informan awal untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi, maka untuk triangulasi data tersebut informan tersebut ditemukan dengan cara snow ball. 2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa dimana fenomena yang terjadi atau yang pernah terjadi berkaitan dengan fokus penelitian yaitu Program Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Dokumen

Dokumen sebagai sumber daya yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain meliputi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku mengenai Pemberdayaan Nelayan, mengenai data monografi Kelurahan Blimbing, Rukun Nelayan, dan lain sebagainya.

3.5 Pengumpulan Data

(53)

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Dalam rangkaian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tiga proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :

1. Proses memasuki lokasi penelitian (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan baik dengan informan (Moleong, 2004:128). Maka dalam tahap ini peneliti memasuki lokasi penelitian guna memperoleh gambaran aktifitasnya dengan membawa surat ijin penelitian Universitas Pembangunan Nasional.

2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Along)

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara maupun observasi untuk mencari informasi yang lengkap dan tepat serta menangkap makna intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh tentang Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. 3. Teknik Pengumpulan Data (Logging The Data)

(54)

a. Wawancara mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pemberdayaan Nelayan yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dengan informan mengenai Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan dengan Pemberdayaan Nelayan Melalui Program Pelatihan Bengkel Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

c. Pengamatan (Observation)

Teknik ini dilakukan untuk mengungkap dan memperoleh deskripsi secara utuh dengan pengamatan langsung dengan masyarakat.

3.6 Analisis Data

(55)

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa dengan menggunakan model interaktif (interactive models of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992:16). Dalam model ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata- kata bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka macam cara (observasi, wawancara, dokumen, pita rekaman). Dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan atau alat tulis).

2. Reduksi Data

(56)

3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang ada secara sederhana, rinci, utuh, dan integrative yang digunakan sebagai pijakan untuk menentukan langkah berikutnya dalam menarik kesimpulan dari data yang ada.

4. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan dan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentative namun dengan bertambahnya data melalui verifikasi terus menerus akan memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang bersifat grounded (dasar)

Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :

(57)

Gambar 2

Analisis Interaktif Menur ut Miles Dan Huberman

Sum ber : Data Analisa Kualitatif Miles dan Huberman (0992,20) Terjemahan dari Tjetjep Rohendi Rohidin

Berdasarkan gambaran diatas maka menjelaskan bahwa data yang diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang sudah dianalisa kemudian diinterpretasikan. Masalah yang dihadapi diuraikan dengan berpatokan pada teori-teori dan temuan-temuan yang diperoleh pada saat penelitian tersebut, kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.

3.7 Keabsahan Data

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Gambar 2 Analisis Interaktif Menurut Miles Dan Huberman
Gambar 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hematom intraserebral adalah salah satu jenis perdarahan intrakranial yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robeknya pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak..

• Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. • Pembangunan

Prestasi belajar siswa sebelum mengkonsumsi biskuit diperoleh melalui observasi awal atau pengambilan data awal, bahwa prestasi belajar siswa SD di kecamatan

Ditinjau dari fungsinya, Taman Rekreasi Dunia Fantasi (Dufan) membutuhkan tatanan sirkulasi ruang luar, pengolahan sirkulasi ruang luar, keberadaan fasilitas khusus,

Secara teoritis implikasi dari hasil penelitian ini mendukung pendapat Slameto (2010) yang menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu

Metode AHP merupakan suatu metode yang input utamanya adalah persepsi manusia dengan merubah nilai-nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif dan mampu

Kesimpulan merupakan titik yang paling akhir dalam pembuatan susatu penelitian. Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan pola-

Keluarga migran yang dapat mencukupi pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari hasil pendapatan anggota keluarga lain atau dari hasil pertanian dapat mengalokasikan