• Tidak ada hasil yang ditemukan

HEMATOM INTRASEREBRAL TRAUMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HEMATOM INTRASEREBRAL TRAUMATIK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HEMATOM INTRASEREBRAL TRAUMATIK

I. PENDAHULUAN

Hematom intraserebral adalah salah satu jenis perdarahan intrakranial yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robeknya pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Deteksi darah fokal yang biasanya diakibatkan oleh cedera regangan atau robekan rotasional terhadap pembuluh-pembuluh darah intraparenkimal otak atau kadang karena cedera penetrans, keadaan inilah yang di kenal dengan sebutan hematom intraserebral pascatraumatik. Ukuran hematom ini bervariasi dari beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter dan dapat terjadi pada 2-16% kasus cedera. 1,2

Hematom intraserebral sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergensi dan biasanya perdarahan dalam kortex serebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak pada lobus temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa hematom hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja. Jika penderita dengan perdarahan intraserebral luput dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan menifestasi neurologik sesuai dengan fungsi bagian otak yang terkena. 3

II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI

Di Amerika cedera kepala merupakan penyebab kematian terbanyak usia 15-44 tahun dan merupakan penyebab kematian ketiga untuk keseluruhan. Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan frekuensinya cenderung makin meningkat. Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh

(2)

kematian akibat trauma, mengingat bahwa kepala merupakan bagian yang tersering dan rentan terlibat dalam suatu kecelakaan. Distribusi kasus cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia produktif, yaitu antara 15-44 tahun, dengan usia rata-rata sekitar tiga puluh tahun, dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki dibandingkan kaum perempuan. Adapun penyebab yang tersering adalah kecelakaan lalu lintas ( 49 % ) dan kemudian disusul dengan jatuh (terutama pada kelompok usia anak- anak ). 4

III. ETIOLOGI

Perdarahan yang terjadi pada memar otak dapat membesar menjadi hematom intraserebral. Kelainan ini sering ditemukan pada penderita trauma kepala. Lebih dari 50% penderita dengan hematon intraserebral disertai hematom epidural atau hematom subdural. Paling banyak terjadi di lobus frontalis atau temporalis, atau tidak jarang ditemukan multiple, walau terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk batang otak dan serebellum. Hematom intraserebral dapat saja terjadi dalam waktu beberapa hari atau jam mengalami evolusi membentuk perdarahan intraserebral. Apabila lesi meluas dan terjadi penyimpangan neurologis lebih lanjut.5,6

IV. ANATOMI OTAK

A. Kulit Kepala

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,

connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium.

(3)

Gambar 1. Lapisan Kranium(dikutip dari kepustakaan 7)

B. Tulang Tengkorak

Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital. Kalvaria khususnya di regio temporal adalah tipis, namun di sini dilapisi oleh otot temporalis. Basis kranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu : fossa anterior tempat lobus frontalis, fossa media tempat temporalis dan fossa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum.

(4)

C. Menings

Selaput menings menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu:

1. Duramater

Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput arakhnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara duramater dan arakhnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging

Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis

superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. Arteri meningeal terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fossa temporalis (fossa media).

2. Selaput Arakhnoid

Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Selaput arakhnoid terletak antara piamater sebelah dalam dan duramater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial, disebut

(5)

spatium subdural dan dari piamater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala.

3. Piamater

Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Piamater adalah membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh piamater.

D. Otak

Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum.

(6)

Fissura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medulla oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan.

E. Cairan serebrospinalis

Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, dari akuaduktus sylvius menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.

F. Tentorium

Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial (terdiri dari fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fossa kranii posterior).

(7)

G. Perdarahan Otak

Otak disuplai oleh dua arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk sirkulus Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.7

V. PATOFISIOLOGI

Pada hematom intraserebral, terjadinya perdarahan dalam parenkim yang terjadi rata-rata 16% dari cedera kepala. Biasanya terjadi pada lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan ruptur pembuluh darah intraserebral dapat terjadi saat cedera. Akibat robekan hematom intraserebral atau hematom intraserebellar akan terjadi perdarahan subaraknoid. 13

Akibat dari trauma pada pembuluh darah, selain robekan terbuka yang dapat langsung terjadi karena benturan atau tarikan, dapat juga timbul kelemahan dinding arteri. Bagian ini kemudian berkembang menjadi aneurisma. Ini sering terjadi pada arteri karotis interna pada tempat masuknya di dasar tengkorak. Aneurisma arteri karotis interna ini suatu saat akan pecah dan timbul fistula karotika kavernosa. Aneurisma pasca traumatik ini bisa terdapat di semua arteri, dan potensial untuk nantinya menimbulkan perdarahan subaraknoid. Robekan langsung pembuluh darah akibat gaya geseran antar jaringan di otak sewaktu trauma akan menyebabkan perdarah subaraknoid, maupun intraserebral. 17

(8)

Ada kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral atau kombinasi kedua-keduanya. Tempat yang paling sering dari aneurysma berry adalah belahan anterior dari cicle of willis pada sambungan antara arteri karotis interna dan arteri kommunikant posterior. Aneurysma multiple ditemukan pada banyak orang. Ruptur aneurysma terjadi bila timbul lubang pada aneurysma, perdarahan menyebar dengan cepat, menimbulkan perubahan-perubahan setempat dan iritasi pada pembuluh-pembuluh otak. Perdarahan biasanya sukar berhenti karena pembentukan sumbatan oleh fimbra trombosit dan oleh himpitan jaringan. Setelah 3 minggu darah mulai diresorpsi. Ruptur ulangan merupakan resiko serius 7 atau 10 hari setelah perdarahan yang pertama. Ruptur dari pembuluh dapat berakibat terhentinya aliran darah ke daerah tertentu, timbul iskemi fokal dan infark jaringan otak. Tambahan pula bahwa keluarnya darah yang mendadak bisa menimbulkan gegar otak dan hilang kesadaran. Juga menimbulkan peningkatan tekanan cairan serebrospinal dan menimbulkan pergeseran otak. Perdarahan yang masuk ke dalam jaringan otak dapat menimbulkan kerusakan pada otak akibat otak terbelah sepanjang jaring serabut. Tambahan lagi perdarahan dapat mengisi sistem ventrikel atau hematom yang merusak jaringan otak. 8

Darah itu sendiri bisa merupakan bahan yang merusak dan bila terjadi hemolis, darah mengiritasi pembuluh darah, menings, dan otak. Darah dan bahan vasoaktif yang dilepas mendorong spasmus arteri, yang berakibat menurunkan perfusi serebral. Spasmus arteri atau vasospasmus biasanya terjadi 4 sampai 10 hari setelah perdarahan dan menyebabkan konstriksi arteri otak. Vasospasmus merupakan komplikasi yang serius, bisa berakibat terjadinya penurunan fokal neurologis, iskemi otak dan infark. 8

(9)

Gambar 3; hematoma intraserebral (dikutip dari kepustakaan 9)

Doktrin Monroe-Kellie adalah konsep sederhana yang menerangkan pengertian dinamik TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial selalu tetap karena sifat dasar dari tulang tengkorang yang tidak elastik. Volume intrakranial (Vic) adalah sama dengan jumlah total volume komponen-komponennya yaitu volume jaringan otak (V br), volume cairan serebrospinal (V csf) dan volume darah (Vbl). Vic = V br+ V csf + V bl . 7,18

Tekanan Perfusi Serebral Adalah selisih antara mean arterial pressure (MAP) dan tekanan intarkranial (ICP). Pada seseorang yang dalam kondisi normal, aliran darah otak akan bersifat konstan selama MAP berkisar 50-150mmhg. Hal ini dapat terjadi akibat adannya autoregulasi dari arteriol yang akan mengalami vasokonstriksi atau vasodilatasi dalam upaya menjaga agar aliran darah ke otak berlangsung konstan. 7

VI. GAMBARAN KLINIS

Pada suatu hematom intraserebral kita lihat seorang penderita yang setelah mengalami suatu trauma kapitis, memperlihatkan gejala-gejala seperti hemiplegi, papiledem serta gejala-gejala lain dari tekanan intrakranium yang meningkat, artreiografi

(10)

karotis dapat memperlihatkan suatu peranjakan dari arteri perikalosa ke sisi kontralateral serta gambaran cabang-cabang arteri serebri media yang tidak normal dan dengan CT scan dapat memperlihatkan hematom itu dengan baik.10

Gejala yang sering tampak dari hematom intraserebral yaitu, penurunan kesadaran, atau bertahap seiring dengan membesarnya hematom, pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal, respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal, timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intrakranial, perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat, serta nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan intrakranial. 11

Klinis penderita pada hematom intraserebral tidak begitu khas dan sering (30%-50%) tetap sadar, mirip dengan hematom ekstra aksial lainnya. Manifestasi klinis pada puncaknya tampak setelah 2-4 hari pascacedera, namun dengan adanya scan computer tomografi otak diagnosanya dapat ditegakkan lebih cepat. 4

VII. DIAGNOSIS

Secara umum, diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis:

Pada anamnesis perlu diketahui bagaimana mekanisme dan penyebab terjadinya trauma, waktu terjadinya trauma, gejala-gejala yang berlanjut apakah penderita sering

(11)

minum minuman beralkohol, menggunakan obat sejenis antikoagulan, dan riwayat penyakit seperti diabetes dan epilepsi atau cedera sebelumnya. 15

Pada anamnesis didapatkan adanya trauma kapitis. Keluhan bisa timbul langsung setelah terjadi atau jauh setelah mengalami trauma kapitis. Masa tanpa keluhan itu dinamakan “latent interval” dan bisa berlangsung berminggu-minggu, berbulan–bulan bahkan sampai bisa lebih dari 2 tahun. Namun demikian, “latent interval” bukan berarti bahwa penderita sama sekali bebas dari keluhan. 12

Pemeriksaan Fisis:

Pada pemeriksaan fisis, beberapa hal yang perlu diobservasi yaitu fungsi-fungsi vital dimana tekanan darah perlu diperiksa sesering mungkin dan dimonitor secara berkelanjutan, kesadaran dapat di nilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS), gejala neurologik, antara lain gejala vegetative: mual, muntah, pucat, (dalam hal ini harus dibedakan dengan pucat akibat perdarahan). Data-data pemeriksaan awal ini penting sebagai dasar observasi selanjutnya.. Tanda-tanda trauma di kepala, hematoma sekitar mata dan hematoma di belakang telinga, darah dari orifisium-orifisium di kepala. Adanya tanda-tanda trauma di tempat lain, bila terdapat pemburukan prognosisnya. 9,12,15

Pemeriksaan status neurologik dengan menilai GCS (Glasgow Coma Scale), yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Penilaian ini dilakukan terhadap respon motorik (1-6), respon verbal (1-5) dan buka mata (1-4), dengan interval GCS 3-15. Berdasarkan beratnya cedera kepala dikelompokkam menjadi:

(12)

1. Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefenisikan sebagai cedera kepala berat.

2. Cedera kepala sedang memiliki nilai GCS 9-13 dan, 3. Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14-15. 7,9

Pemeriksaan GCS sangat membantu untuk menentukan ada tidaknya defisit fokal neurologik atau adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.

Pemeriksaan Penunjang

Untuk menunjang diagnosis dari suatu hematom intraserebral dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu:

a. CT-Scan kepala;

Pada pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek dan potensi cedera intrakranial lainnya. Pada hematom intraserebral lokasi yang paling sering terkena adalah pada daerah lobus frontalis dan temporalis. Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya (countrecoup). Densitas darah yang homogen (hiperdens) hal ini merupakan indikasi dilakukan operasi dan terdapat pula diameter lebih dari 3 cm serta adanya pergeseran garis tengah. 2,7

Pemeriksaan lainnya yaitu dengan scan resonansi magnet (MRI) cenderung lebih bermakna dalam membedakan jenis hematom.

(13)

Fig. 5.8 Traumatic frontal intracerebral haematomas resulting from contre-coup injury.

Gambar 3: CT SCAN hematom Intraserebral (dikutip dari kepustakaan 14)

b. Arterioangiografi;

Indikasi angiografi dilakukan pada pasien trauma kepala akut bila CT scan tidak tersedia. Bila tersedia angiografi kadang-kadang diindikasikan misalnya bila ada efek massa yang tampak pada CT scan namun tidak ada hematoma yang tampak (diagnosis diferensialnya adalah hematom isodens dan pembengkakan parenkimal akut), bila cedera vaskuler di duga atau bila temuan CT scan tidak sesuai dengan status neurologik pasien.12

VIII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya memikili tujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder serta memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit. Penatalaksanaan cedera kepala tergantung pada

(14)

tingkat keparahannya, berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat. Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan exposure, yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat survei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan mencegah homeostasis otak. 7

Tidak semua pasien cedera kepala perlu di rawat inap di rumah sakit. Indikasi rawat antara lain:

1. Amnesia post traumatika jelas (lebih dari 1 jam) 2. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit) 3. Penurunan tingkat kesadaran

4. Nyeri kepala sedang hingga berat 5. Intoksikasi alkohol atau obat 6. Fraktura tengkorak

7. Kebocoran CSS, othore atau rhinore 8. Cedera penyerta yang jelas

9. Tidak punya orang serumah yang dapat dipertanggungjawabkan 10. CT scan abnormal. 7

Terapi medikamentosa pada penderita cedera kepala dilakukan untuk memberikan suasana yang optimal untuk kesembuhan. Hal-hal yang dilakukan dalam terapi ini dapat berupa pemberian cairan intravena, hiperventilasi, pemberian manitol, steroid, furosemid, barbiturat dan antikonvulsan.

(15)

Pada penanganan beberapa kasus cedera kepala memerlukan tindakan pembedahan. Indikasi pembedahan pada penderita cedera kepala yaitu bila hematom intrakranial >30 ml, midline shift >5 mm, fraktur tengkorak terbuka, dan fraktur tengkorak depres dengan kedalaman >1 cm.Trepanasi/ kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif. 8,11

Gambar 4; tindakan operasi pada henatom intraserebral (dikutip dari kepustakaan 16)

IX. PROGNOSIS

Trauma kepala yang terjadi, bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa mengalami penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan bisa berpengaruh pada pemulihan fungsi otak yang dipengaruhi oleh beratnya cedera yang terjadi, usia, lamanya penurunan kesadaran dan bagian otak yang terkena.

Pada hematoma intraserebral kira-kira sekitar 50 % pasien dapat sembuh dari episode awal, tapi 50 % lagi akan terus mengalami perdarahan ulang bila tidak diobati.

(16)

Hemoragi ulangan akan terjadi dalam 2 minggu dan bahaya maut bias mengancam setiap episode perdarahan.8

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Listiono, LD. Cedera Kepala. Dalam : Ilmu Bedah Saraf. Edisi Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1998. h. 164-9.

2. Johnkarto. Cedera Kepala. Available at:www.blogger.com. Accessed on Desember 2009. 3. Anonimous. Kepala. Dalam : Ilmu Bedah Saraf. Edisi Ketiga. PT Buku Kedokteran

Aesculapius. Makassar. h. 426-47

4. Admin. Perdarahan Intrakaranial. Available at:www.seputarkedokteran.com. Accessed on Desember 2009.

5. Sjamsuhidajat, R. Sistem Saraf. Dalam : Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1998. h. 817-21.

6. Anonimous. Cedera Kepala. Available at:www.google.com. Accessed on Januari 2010. 7. Israr YA, Christopher A.P, Julianti R, Tambunan R, Hasriani A. Cedera Kepala dan

Fraktur Kruris. Available at:www.files-of-drsmed.tk. Accessed on Desember,2009. 8. Ajats M. Intracerebral Hematoma. Available at:www.clockline.com. Accessed on

Desember 2009.

9. Angelfire. Cedera Kepala Traumatika. Available at:www.google.com. Accessed on Januari 2010.

10. Ngoerah, IGN. Trauma Pada Susunan Saraf. Dalam : Dasar-dasar Ilmu Bedah Saraf. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta. 1996. h. 312

11. Danang. Intra Cerebral Hematom. Available at:www.masdanang.com. Accessed on Desember 2009.

12. Japardi I. Cedera Kepala Pada Anak. Penerbit Fakultas Kedokteran Bagian Bedah USU. Sumatera Utara. 1992. h. 1-6

13. Anonimous. Trauma Kepala. Available at:www.camp26.com. Accessed on Desember 2009.

14. Kaye H.K.Traumatic Intracranial Haematomas. Dalam : Essential Neurosurgery. Edisi Ketiga. Penerbit. Blackwell Publishing. Australia.2005. h. 56-63

15. Leksmono PR, Hafid A, Sajid M. Cedera Otak dan Dasar-Dasar Pengelolaannya. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran. Penerbit Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Airlangga. 1984. h. 32-7

(18)

16. Annonimous. Intracerebral Hematoma Secondary to Coumadin Anticoagulation. Available at:www.smartinagebase.com. Accessed on Desember 2009.

17. Leksmono PR, Ilafidz A, Sajid D. Cedera Otak dan Dasar-dasar Pengelolaannya. Available at:www.portalkalbe.com Accessed on Desember,2009.

18. Annonimous.. Cedera Kepala. Dalam : Advanced Trauma Life Support. Edisi Keenam. American College of Surgeons. Amerika. 1997. h. 195-236.

Gambar

Gambar 1. Lapisan Kranium(dikutip dari kepustakaan 7)
Gambar 2. Lobus-lobus Otak(dikutip dari kepustakaan 7)

Referensi

Dokumen terkait

membayarkan kerugian PENGGUGAT (PT. Chiesa Baja Indonesia) sebesar Rp.136.330.000,00 (Seratus tiga puluh enam juta tiga ratus tiga puluh tiga ribu rupiah) tersebut beserta

Koleksi Hot Wheels merupakan suatu hobi yang mendasar atau paling banyak dilakukan oleh banyak orang karena hanya mendapatkan mobil yang diinginkan lalu menyimpannya.

Data-data dikumpulkan dari latar yang alami (natural setting) sebagai sumber data langsung. pemaknaan terhadap data tersebut hanya dapat dilakukan apabila diperoleh

a) Pendidikan agama harus diberikan segera pada anak-anak dari kecilnya di rumah tangga dan di taman kanak-kanak. Dengan demikian mereka akan mencintai agamanya sampai di hari

dimanfaatkan masyarakat serta jumlah produk inovasi dengan sasaran menguatnya kapasitas inovasi yang dihasilkan oleh dosen UNIMAL. Peningkatan daya saing atau daya

gelombang partikel. Dengan pembuatan makalh ini kita dapat mengetahui tentang hal Dengan pembuatan makalh ini kita dapat mengetahui tentang hal  –   –   hal apa

Ulama farodliyun (ahli faraid) setelah mengadakan penelitian tentang khuntsa, menyimpulkan bahwa khuntsa musykil selamanya tidak mungkin atau bukan terdiri dari ayah, ibu,

Gunungkidul sebagai dataran tinggi yang memiliki tingkat polusi cahaya rendah dapat memberikan pemandangan langit malam yang gelap dengan jangkauan pandangan luas