• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGENAL KUNANG-KUNANG MELALUI HABITAT DAN CIRI-CIRI MORFOLOGI MENGENAL KUNANG-KUNANG MELALUI HABITAT DAN CIRI-CIRI MORFOLOGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENGENAL KUNANG-KUNANG MELALUI HABITAT DAN CIRI-CIRI MORFOLOGI MENGENAL KUNANG-KUNANG MELALUI HABITAT DAN CIRI-CIRI MORFOLOGI."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT ARTIKEL ILMIAH Dosen Muda 2007

MENGENAL KUNANG-KUNANG

MELALUI HABITAT DAN CIRI-CIRI MORFOLOGI

Oleh:

Resti Rahayu, M.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

1

Artikel Ilmiah

MENGENAL KUNANG-KUNANG

MELALUI HABITAT DAN CIRI-CIRI MORFOLOGI

Kunang-kunang merupakan serangga yang unik, karena kemampuannya untuk menghasilkan cahaya dan sangat berpotensi untuk objek wisata. Di Malaysia tepatnya di “Kampong Kuantan” Selangor, populasi kunang-kunang telah dijadikan sebagai objek wisata, “Firefly Park” (http://www.firefly-selangor-msia.com). Di Indonesia objek wisata kunang-kunang (Firefly Tour) terdapat di daerah Lagoi, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Daerah ini dikenal dengan Bintan Beach International Resort (BBIR). Dalam tahun 2004 “Firefly Tour” di BBIR ini, mampu menarik pengunjung hingga 1000 orang setiap bulannya. Satu orang wisatawan harus membayar S$30 untuk satu kali perjalanan. Lama perjalanan lebih kurang 45 menit dengan menggunakan “speed boat”.

Lebih dari 2000 spesies kunang-kunang tersebar di daerah tropis dan temperata Jumlah terbesar dan paling tinggi keragamannya ditemukan di Asia Tropical dan Amerika Utara dan Tengah dan sekitar 170 spesies ditemukan di Amerika Serikat. Di Malaysia ada empat kelompok besar dari kunang-kunang ditemukan penyebarannya negara ini yaitu Pteroptyx, Luciola, Colophotia dan Lychnuris. Di Indonesia di sepanjang aliran Sungai Kecil, daerah Lagoi, Kepulauan Riau ditemukan dua jenis kunang-kunang. Salah satu dari spesies tersebut termasuk Genus Pteroptyx sedangkan yang lainnya belum teridentifikasi.

Populasi kunang-kunang semakin hari semakin berkurang jumlahnya. Beberapa waktu yang lalu kunang-kunang sangat mudah ditemukan terutama di desa-desa tetapi sekarang sangat jarang dapat dilihat. Untuk beberapa tempat, menurut laporan dari penduduk desa telah terjadi penurunan populasi kunang-kunang yang sangat tajam, bahkan tidak pernah lagi terlihat keberadaanya. Kemungkinan kehadirannya sudah terancam karena pembukaaan lahan dan hutan.

(3)

2

pertama atau kedua terakhir dari abdomen. Larva dan telur juga dilaporkan menghasilkan cahaya.

Kunang-kunang menghasilkan cahaya melalui serangkaian proses. Adenosin Tripospat merupakan sumber bahan bakar bagi energi cahaya bioluminescent. Luciferin menjadi aktif oleh adanya enzim luciferase (Williams, 1917; Lloyd 1971; Sivinski, 1981; Carlson et. al., 1982; Underwood et. al., 1997; Cock and Mattthysen, 2003). Luciferin yang aktif ini kemudian bereaksi dengan oksigen. Hasil reaksi ini adalah energi dalam bentuk cahaya kunang-kunang. Keseluruhan reaksi berlangsung di dalam sel fotosit (McElroy, 1951; Burger, 2005). Sedangkan menurut Trimmer (2001) bahwa proses kimia pada mekanisme kedap-kedip cahaya kunang-kunang kuncinya adalah pada molekul sederhana gas nitrogen monooksida (NO) yang berfungsi sebagai pengantar sinyal flash. Gas NO mampu berdifusi melalui membran sel karena ukurannya yang sangat kecil, bahkan mampu berfungsi untuk menghantarkan sinya biokimia.

Secara sistematik klasifikasi kunang-kunang sebagai berikut: Filum: Animalia, Kelas: Hexapoda, Ordo: Coleptera, Famili: Lampyridae. Karakteristik identifikasi famili Lampyridae, Bentuk memanjang, panjang berkisar 4.5-20 mm, tubuh lunak, pronotum meluas kearah depan di atas kepala, sehingga kepala nampak melebar dilihat dari atas, mata tersembunyi bila dilihat dari atas, beberapa abdomen terakhir tarsi 5-5-5.

Lebih dari 2000 spesies kunang-kunang tersebar di daerah tropis dan temperata (Burger, 2005). Ada sekitar 170 spesies ditemukan di Amerika Serikat (Bongiovanni, 2001). Jumlah terbesar dan paling tinggi keragamannya ditemukan di Asia Tropical dan Amerika Utara dan Tengah (Branham, 1998). Penelitian yang dilakukan di Brazil ditemukan sebanyak 26 spesies kunang-kunang. Dua puluh enam spesies itu termasuk ke dalam genus Cratomorphus, Aspisoma. Photinus, Macrolampis, Bicellonychia, Pyrogaster, Photuris, Amydetes, Lamprocera dan Lucidota yang ditemui di bagian timur daerah Sao Paulo State. Spesies-spesies ini teradaptasi di daerah hutan tropis mesofil, berpayau dan areal terbuka. Seperti Photurinae menyenangi habitat berpayau dan lingkungan lembab (Viviani, 2001).

(4)

3

dari spesies tersebut termasuk Genus Pteroptyx sedangkan yang lainnya belum teridentifikasi (Rahayu dan Siong, 2003).

Kunang-kunang dewasa, secara umum ditemui pada habitat yang sama dengan larva. Kebanyakkan spesies kunang-kunang ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai, payau, lembah, parit dan padang rumput. Yang mungkin disebabkan kelembaban di daerah tersebut lebih lama dibanding daerah sekitarnya. Meskipun demikian beberapa spesies ditemukan di daerah yang sangat kersang dan kering. Di daerah kersang ini dewasa dan larva dapat dengan mudah/cepat ditemukan setelah hujan (Branham, 1998).

Kunang-kunang dewasa memiliki waktu hidup yang pendek. Informasi tentang jenis makanan kunang-kunang ini belum jelas. Sebagian informasi mengatakan bahwa kunang-kunang memakan serbuk sari dan nektar dan hanya makan sedikit atau tidak makan. Di daerah empat musim, selama musim panas kunang-kunang akan beristirahat di atas pohon atau ranting di tempat yang sejuk dan lembab sepanjang hari dan akan aktif pada senja hingga tengah malam (Burger, 2005).

Kunang-kunang menghasilkan cahaya dengan beberapa alasan, diantaranya: untuk mencari pasangannya/kawin, sebagai tanda untuk memperingatkan ada bahaya kepada yang lain dan melindungi diri dari predator (Branham, 1998; Bongiovanni, 2001). Masing-masing spesies kunang-kunang memiliki cahaya yang berbeda, yang membedakan mereka berkomunikasi dengan yang lainnya. Warna yang dihasilkan kehijauan, kuning atau oranye tergantung spesies.

Betina akan meletakan telur sekitar seratus butir atau lebih di tanah, didasar pohon. Telur akan menetas dalam 2-4 minggu (Smith and Mann, 1945). Kebanyakkan larva kunang-kunang ditemukan di kayu-kayu yang telah membusuk atau serasah hutan atau di daerah lembab ditepi sungai dan kolam pada malam hari. Beberapa spesies asia hidup dalam air (sehubungan ditemukanya insang trakeal ) yang hidup di bawah air. Larva instar tiga sampai instar enam Luciola substiata berenang dan hidup di dalam air. Kecepatan berenang larva tersebut lebih kurang 0,9 m/jam (Fu et. al., 2005).

(5)

4

spesies tropical genus Pyractomena bersifa arboreal, memakan siput arboreal dan pupanya mengantung di bawah daun seperti hal kupu-kupu chrysalis (Lloyd,1991). Larva akan hidup setara satu atau dua tahun (Smith and Mann, 1945).

Di bawah ini ada beberapa ciri-ciri kunang-kunang yang dapat kita pelajari: A. Subfamili Lampyrinae Latreille (1817). Ciri-ciri subfamili Lampyrinae, memiliki bentuk tubuh pipih memanjang, agak cembung, bagian dorsal tubuh ditumbuhi oleh rambut-rambut halus, setae atau duri-duri kecil, dengan panjang tubuh 5-20 mm. Perbandingan panjang kepala dengan lebar kepala adalah 1 atau kurang dari 1. Kepala seluruhnya tertutup oleh pronotum jika dilihat dari atas. Mata terdiri dari mata majemuk (faset) dengan ommatidium tipe exocone, tanpa mata tunggal (ocelli), diameter horizontal mata dua kali diameter vertikal mata. Antena 8-15 ruas, panjangnya kurang dari atau bisa mencapai pertengahan prothoraks. Tipe antena yaitu filiformis, moniliformis, serrate, pectinate, flabellate atau plumosa. Bagian anterolateral pronotum tidak mengeras. Perbandingan panjang elitra dengan lebar elitra yaitu 2,52-3,37. Elitra memiliki lubang atau rongga yang membentuk garis vertikal dan panjang elitra melebihi panjang tubuh. Epipleuron ada, tidak lengkap, atau menyempit. Sayap belakang sudah berkembang, ada yang tereduksi menjadi pendek dan ada juga yang tidak memiliki sayap belakang. Abdomen dengan ventrit abdominal 7-8 ruas. Tergit dan sternit ke-7 dipisahkan oleh sutura. Ruas abdomen terakhir bercahaya, tetapi ada juga tidak menghasilkan cahaya. Lampyrinae tersebar hampir diseluruh wilayah di dunia, tetapi tidak ditemukan di Australia dan New Zealand. Daerah biogegografi yaitu Nearctic, Palearctic, Neotropical, Afrotropical, dan Oriental. (Lawrence et al, 2000).

(6)

5

coklat keemasan dengan variasi merah, bagian tengah pronotum berbentuk segitiga berwarna coklat. Panjang elitra jantan 12,04 mm dan lebar elitra 4,73 mm. Perbandingan panjang elitra dengan lebar elitra jantan 2,55, sedangkan panjang elitra betina 10,30-11,17 mm (10,74±0,62 mm) dan lebar elitra 3,41-3,50 mm (3,46±0,06 mm). Perbandingan panjang elitra dan lebar elitra betina 3,02-3,19 (3,11±0,17). Elitra berwarna hitam, lateral coklat keemasan, permukaan atas elitra ditumbuhi rambut-rambut halus, sedangkan permukan bawah elitra licin, tidak ditumbuhi rambut. Epipleuron ada. Sayap belakang berwarna hitam, hampir sama panjang dengan elitra. Abdomen berwarna coklat, ditumbuhi oleh rambut-rambut halusm, memiliki ventrit abdominal 7 ruas, ruas abdomen bercahaya pada jantan yaitu ruas 6 dan 7 sedangkan ruas abdomen bercahaya pada betina yaitu ruas 5 dan 6. Cahaya yang dipancarkan berwarna hijau.

B. Subfamili Luciolinae Lacordaire (1857). Ciri-ciri subfamili Luciolinae, memiliki bentuk tubuh pipih memanjang, terlihat agak cembung, bagian dorsal tubuh ditumbuhi oleh rambut-rambut halus, setae atau duri-duri kecil, dengan panjang tubuh 4-18 mm. Perbandingan panjang kepala dengan lebar kepala adalah 1 atau kurang dari 1. Kepala tidak seluruhnya tertutup oleh pronotum jika dilihat dari atas. Mata terdiri dari mata majemuk (faset) dengan ommatidium tipe exocone, tanpa mata tunggal (ocelli), diameter horizontal mata dua kali diameter vertikal mata. Antena berjumlah 11 ruas, panjangnya kurang dari atau bisa mencapai pertengahan prothoraks. Tipe antena yaitu filiformis atau clavate. Anterolateral pronotum tidak mengeras. Perbandingan panjang elitra dengan lebar elitra yaitu 2,56-6,54. Elitra memiliki lubang atau rongga yang membentuk garis vertikal, ada juga kelompok dari subfamili ini yang tidak berongga pada bagian elitra. Panjang elitra melebihi panjang tubuh. Epipleuron lengkap, tidak menyempit. Sayap belakang sudah berkembang. Abdomen dengan ventrit abdominal 5-6 ruas. Tergit dan sternit ke-7 dipisahkan oleh sutura. Luciolinae tersebar di Eropa, Asia, dan Australia. Daerah biogeografi yaitu Palearktik, Afrotropikal, Oriental, dan Australia (Lawrence et al, 2000).

Curtos costipennis Gorham (1880). Tanda-tanda: Bentuk tubuh oval memanjang.

(7)

6

(2,88±0,50 mm). Perbandingan panjang tubuh dan lebar tubuh jantan 2,91-3,88 (3,29±0,37), sedangkan panjang tubuh betina 9,15-12,30 mm (10,72±1,09 mm) dan lebar tubuh 2,45-4,30 mm (3,48±0,66 mm). Perbandingan panjang tubuh dan lebar tubuh betina 2,76-3,73 (3,12±0,31). Ukuran jantan lebih kecil dari ukuran betina. Perbandingan panjang kepala dengan lebar kepala kurang dari 1. Antena 11 ruas, panjangnya mencapai pertengahan prothoraks. Panjang antena pada jantan 2,00-2,50 mm (2,23±0,26 mm), sedangkan panjang antena pada betina 1,75-3,08 mm (2,47±0,41 mm). Tipe antena yaitu filiformis. Pronotum berwarna coklat pucat. Panjang elitra jantan 6,84-9,65 mm (8,24±1,08 mm) dan lebar elitra 1,75-3,25 mm (2,53±0,70 mm). Perbandingan panjang elitra dan lebar elitra jantan 2,77-4,31 (3,38±0,62) (Lampiran 2), sedangkan panjang elitra betina 9,59-10,70 mm (9,54±0,84 mm) dan lebar elitra 2,20-3,45 mm (2,95±0,41 mm). Perbandingan panjang elitra dan lebar elitra betina 2,87-3,70 (3,25±0,32). Elitra berwarna coklat kekuningan, berongga dan membentuk garis vertikal, permukaan atas elitra ditumbuhi rambut-rambut halus, sedangkan permukaan bawah elitra licin, tidak ditumbuhi rambut. Sayap belakang berwarna hitam, hampir sama panjang dengan elitra. Abdomen berwarna coklat, ditumbuhi oleh rambut-rambut halus, memiliki ventrit abdominal 5 ruas, ruas abdomen bercahaya pada jantan yaitu ruas 4 dan 5 sedangkan ruas abdomen bercahaya pada betina yaitu ruas 4. Cahaya yang dipancarkan berwarna kuning.

Pteroptyx tener Olivier (1902). Tanda-tanda: Bentuk tubuh oval, gemuk. Panjang tubuh jantan 3,55-5,69 mm (4,32±0,57 mm) dan lebar tubuh 0,94-1,98 mm (1,45±0,29 mm). Perbandingan panjang tubuh dan lebar tubuh jantan 1,99-5,42 (3,12±0,97). sedangkan panjang tubuh betina 4,56 mm dan lebar tubuh 1,49 mm. Perbandingan panjang tubuh dengan lebar tubuh betina 3,06. Ukuran jantan lebih besar dari ukuran betina. Perbandingan panjang kepala dengan lebar kepala adalah kurang dari 1. Antena 11 ruas, panjangnya tidak mencapai pertengahan prothoraks. Panjang antena pada jantan 0,38-2,00 mm (0,86±0,37 mm), sedangkan panjang antena pada betina 1,12 mm. Tipe antena yaitu filiformis. Pronotum berwarna coklat.

(8)

7

Perbandingan panjang elitra dengan lebar elitra betina 3,35 (Lampiran 2.). Pertengahan elitra sampai pangkal sayap berwarna coklat, pertengahan elitra sampai ujung sayap berwarna hitam, permukaan atas elitra ditumbuhi rambut-rambut halus, sedangkan permukaan bawah elitra licin, tidak ditumbuhi rambut. Sayap belakang berwarna hitam lebih pendek dari elitra. Abdomen berwarna coklat, ditumbuhi oleh rambut-rambut halus, memiliki ventrit abdominal 5 ruas, ruas abdomen bercahaya pada jantan yaitu ruas 4 dan 5 sedangkan ruas abdomen bercahaya pada betina yaitu ruas 4. Cahaya yang dipancarkan berwarna hijau.

C. Subfamili Ototretinae McDermott (1964). Ciri-ciri subfamili Ototretinae, memiliki bentuk tubuh pipih memanjang, terlihat agak cembung, bagian dorsal tubuh ditumbuhi oleh rambut-rambut halus, setae atau duri-duri kecil, dengan panjang tubuh 3-10 mm. Perbandingan panjang kepala dengan lebar kepala adalah 1 atau kurang dari 1. Kepala tidak seluruhnya tertutup oleh pronotum jika dilihat dari atas. Mata terdiri dari mata majemuk (faset) dengan ommatidium tipe exocone, tanpa mata tunggal (ocelli), diameter horizontal mata dua kali diameter vertikal mata. Antena 11 ruas, panjangnya kurang dari atau bisa mencapai pertengahan prothoraks. Tipe antena yaitu filiformis, moniliformis, serrate, pectinate, atau flabellate. Bagian anterolateral pronotum tidak mengeras. Perbandingan panjang elitra dengan lebar elitra yaitu 2,52-6,11. Elitra memiliki lubang atau rongga yang membentuk garis vertikal, ukuran elitra ada yang lebih panjang dan ada yang lebih pendek dari ukuran tubuh. Epipleuron tidak ada atau tidak lengkap. Sayap belakang sudah berkembang, ada yang tereduksi menjadi pendek dan ada juga yang tidak memiliki sayap belakang. Abdomen dengan ventrit abdominal 5-7 ruas. Tergit dan sternit ke-7 dipisahkan oleh sutura. Ruas abdomen terakhir bercahaya. Subfamili Ototretinae ditemukan di Amerika dan daerah Oriental seperti Jepang dan China, kemudian menyebar ke India, dan Asia Tenggara (Lawrence et al, 2000).

(9)

8

(2,14±0,18 mm). Perbandingan panjang tubuh dan lebar tubuh betina 2,55-2,93 (2,71±0,20). Ukuran jantan lebih besar dari ukuran betina. Antena 11 ruas, panjangnya tidak mencapai pertengahan prothoraks. Panjang antena pada jantan 0,50-1,45 mm (0,90±0,26 mm), sedangkan panjang antena pada betina 0,75-1,12 mm (0,96±0,19 mm). Tipe antena yaitu moniliformis. Pronotum berwarna hitam. Panjang elitra melebihi panjang tubuh. Panjang elitra jantan 3,25-6,40 mm (4,28±0,98 mm) dan lebar elitra 0,65-1,45 mm (0,94±0,24 mm). Perbandingan panjang elitra dengan lebar elitra jantan 3,70-5,61 (4,60±0,74), sedangkan panjang elitra betina 4,50-4,71 mm (4,62±0,11 mm) dan lebar elitra 1,07-1,25 mm (2,58±0,09 mm). Perbandingan panjang elitra dan lebar elitra betina 3,73-4,40 (4,09±0,34). Elitra berwarna hitam, permukaan atas elitra ditumbuhi rambut-rambut halus, sedangkan permukaan bawah elitra licin, tidak ditumbuhi rambut. Epipleuron ada. Sayap belakang berwarna hitam lebih pendek dari elitra. Abdomen berwarna hitam, ditumbuhi oleh rambut-rambut halus, memiliki ventrit abdominal 5 ruas, ruas abdomen bercahaya pada jantan yaitu ruas 4 dan 5 sedangkan ruas abdomen bercahaya pada betina yaitu ruas 4. Cahaya yang dipancarkan berwarna hijau. Llyod (1991) melaporkan di Florida bahwa kelompok Ototretinae pada umumnya aktif pada bulan Maret-April. Kunang-kunang Ototretinae sp. mirip dengan kunang-kunang Phausis reticulata yang memiliki tubuh kecil, dan panjangnya 3,00-8,50 mm. Warna tubuh hitam, disebut “tiny black firefly”. Di Amerika dikenal dengan nama “blue ghost” karena memancarkan cahaya berwarna hijau, ditemukan di Eropa, Amerika (Mayor, 2006), dan Asia (Babu, 2002). Jenis lainnya yang juga mirip dengan kunang-kunang Ototretinae sp. yaitu Lamprohiza splendidula yang memiliki warna tubuh hitam, antena moniliformis, tetapi ukuran sayap ada yang lebih panjang dan ada yang lebih pendek dari ukuran tubuh. Jenis ini ditemukan di Jepang (Ohba , 1997).

(10)

1 SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN

Topik

Permasalahan

(11)

2

SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN

Topik:

 Peningkatan populasi kunang-kunang untuk pelestarian dan tujuan objek wisata

Permasalahan:

 Bagaimana aktifitas harian, mikro habitat yang disukai, faktor penentu kelangsungan hidup kunang-kunang ?

 Apa yang menjadi pakan untuk larva ?  Apa yang menjadi mikro habitat larva ?

Rancangan penelitian

 Pengamatan 12 jam (18.00 wib-06.00 wib) dilapangan tempat

ditemukannya banyak kunang-kunang. Untuk melihat aktifitas harian dari mana muncul, dimana istirahat/tidur, tanaman apa yang sering dikunjungi dan sebagainya

 Membuat semacam penangkaran secara in situ, atau menciptakan suatu lingkungan yang dapat mendukung kehidupan kunang-kunang seperti manipulasi lingkungan, perbanyakan pakan yang disukai.

 Mencoba upaya perbanyakan dilaboratorium, dimulai dengan mempelajari siklus hidupnya dengan memberi bermacam-macam pakan.

Kunang-kunang merupakan serangga yang unik, karena kemampuannya untuk menghasilkan cahaya dan sangat berpotensi untuk objek wisata. Di Malaysia tepatnya di “Kampong Kuantan” Selangor, populasi kunang-kunang telah dijadikan sebagai objek wisata, “Firefly Park” (http://www.firefly-selangor-msia.com). Di Indonesia objek wisata kunang-kunang (Firefly Tour) terdapat di daerah Lagoi, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Daerah ini dikenal dengan Bintan Beach International Resort (BBIR). Dalam tahun 2004 “Firefly Tour” di BBIR ini, mampu menarik pengunjung hingga 1000 orang setiap bulannya. Satu orang wisatawan harus membayar S$30 untuk satu kali perjalanan. Lama perjalanan lebih kurang 45 menit dengan menggunakan “speed boat”.

Populasi kunang-kunang semakin hari semakin berkurang jumlahnya. Beberapa waktu yang lalu kunang-kunang sangat mudah ditemukan terutama di desa-desa tetapi sekarang sangat jarang dapat dilihat. Untuk beberapa tempat, menurut laporan dari penduduk desa telah terjadi penurunan populasi kunang-kunang yang sangat tajam, bahkan tidak pernah lagi terlihat keberadaanya. Kemungkinan kehadirannya sudah terancam karena pembukaaan lahan dan hutan.

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,