• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Dimensi-dimensi Psychological Well-Being pada Istri Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di Yayasan Jari Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Dimensi-dimensi Psychological Well-Being pada Istri Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di Yayasan Jari Kota Bandung."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha This study aimed to determine the level of Psychological Well-being (PWB) of wife victims of domestic violence at JaRI Foundation in Bandung. Characteristic of the study population was the wife who experienced domestic violence and were listed as clients at JaRI Foundation in Bandung City and willing as respondents. The method used in this study was descriptive method with survey technique. The sampling used purposive sampling with 30 people as samples.

Measuring instrument used by the PWB questionnaire which was a translation of the Ryff Scales of Psychological Well-Being (SPWB, 1989) and consisted of 84 items. In this study, the validity of the measuring instrument was measured by the construct validity using Pearson Product Moment Formula. After testing the validity of the SPSS Statistic 16.0, it obtained 63 valid items with the validity of the items ranged from 0.302 - 0.797. The reliability of this measure was processed using alpha cronbach and the obtained result was 0.734. Based on the result of data processing, it was found that wife victims PWB degree of domestic violence at JaRI Foundation in Bandung City showed balanced PWB, 15 people showed high PWB (50%) and 15 others showed low PWB (50%)

(2)

KDRT dan terdaftar sebagai klien di Yayasan JaRI Kota Bandung serta bersedia menjadi responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner PWB yang merupakan terjemahan dari The Ryff Scales of Psychological Well-Being (SPWB, 1989) dan terdiri dari 84 item. Dalam penelitian ini, validitas alat ukur diukur dengan construct validity menggunakan rumus Product Moment Pearson. Setelah dilakukan uji validitas dengan SPSS Statistics 16.0, maka diperoleh 63 item yang valid dengan validitas item berkisar antara 0.302 - 0.797. Adapun reliabilitas dari alat ukur ini diolah menggunakan alpha cronbach dan didapatkan hasil 0.734. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa derajat PWB istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung menunjukkan jumlah orang yang berimbang, 15 orang menunjukkan PWB tinggi (50%) dan 15 orang lainnya menunjukkan PWB rendah (50%).

(3)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

LEMBAR ORISINALITAS ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ...xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

1.5 Kerangka Pemikiran ... 13

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 24

2.1 Teori Psychological Well-Being ... 24

2.1.1 Definisi Psychological Well-Being ... 24

2.1.2 Dimensi-Dimensi Psychological Well-Being ... 24

2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Psychological Well-Being ... 29

2.2 Teori Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 31

2.2.1 Gambaran Umum Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 31

2.2.2 Bentuk-Bentuk Kekerasan terhadap Istri ... 32

2.2.3 Dimensi-dimensi Kekerasan ... 33

2.2.4 Siklus Kekerasan Terhadap Istri ... 34

2.2.5 Penyebab Terjadinya Kekerasan ... 37

2.2.6 Dampak Kekerasan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 39

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 39

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40

3.3.1 Variabel Penelitian ... 40

3.3.2 Definisi Operasional ... 40

3.4 Alat Ukur ... 41

3.4.1 Alat Ukur Psychological Well-Being ... 41

3.4.2 Prosedur Pengisian Kuesioner ... 43

3.4.3 Sistem Penilaian ... 44

(5)

Universitas Kristen Maranatha

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 46

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 46

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 46

3.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 47

3.6.1 Populasi Sasaran ... 47

3.6.2 Karakteristik Populasi ... 47

3.7 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Gambaran Subjek Penelitian ... 49

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.3 Pembahasan ... 53

4.4 Diskusi ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 66

DAFTAR RUJUKAN ... 68

(6)

DAFTAR BAGAN

(7)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi item tiap dimensi Psychological Well-Being ... 42

Tabel 3.2 Bobot penilaian masing-masing pernyataan ... 44

Tabel 3.3 Kategori Skor Dimensi-dimensi Psychological Well-Being Pada Wanita Korban KDRT ... 45

Tabel 3.4 Kriteria Validitas ... 46

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 46

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Usia ... 49

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 50

Tabel 4.3 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Status Marital ... 50

Tabel 4.4 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkanStatus Sosial Ekonomi ... 51

Tabel 4.5 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkanKekerasan Fisik ... 51

Tabel 4.6 Gambaran PWB Subjek Penelitian ... 52

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-kisi Alat Ukur

Lampiran 2 : Kuesioner Psychological Well-Being Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Tabulasi Silang

Lampiran 5 : Profil Yayasan JaRI Kota Bandung Lampiran 6 : Biodata Peneliti

Lampiran 7 : Letter of Consent

Lampiran 8 : Lembar Pernyataan Izin Pencantuman Nama Instansi di dalam Penelitian

(9)

1

Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap orang mendambakan keutuhan dan kerukunan rumah tangga. Akan tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik yang tidak terselesaikan di dalam rumah dapat memancing perlakuan yang melanggar harkat dan martabat manusia sehingga pada akhirnya muncul kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). KDRT sebenarnya bukanlah hal yang baru, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun korban. Ada anggapan di sebagian besar masyarakat bahwa kehidupan internal keluarga tidak perlu diketahui orang lain, tidak terkecuali menyangkut kekerasan dalam rumah tangga.

(10)

Rumah tangga sebenarnya adalah tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga termasuk istri. Hal ini berarti rumah tangga seharusnya menjadi tempat yang aman, tempat istri melepaskan lelah maupun mendapatkan kehangatan yang penuh kasih sayang dari para anggota keluarga. Selain itu, istri seharusnya memiliki kesetaraan dengan suami di dalam keluarga karena keluarga dibangun oleh suami istri atas dasar ikatan lahir batin di antara keduanya. Namun pada kenyataannya cukup banyak istri yang menderita karena rumah tangga menjadi tempat yang tidak nyaman terhadap mental maupun fisik bagi anggota keluarga.

Berdasarkan catatan tahunan Komisi Nasional Perempuan, jumlah kekerasan terhadap perempuan di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2001 tercatat 3.169 kasus, tahun 2002 meningkat sebanyak 61,3%, yaitu menjadi 5.163 kasus; pada tahun 2011 meningkat lagi sebanyak 119.107 kasus dan pada tahun 2012 meningkat sebanyak 216.156 kasus (www.komnasperempuan.or.id, diakses 2 Oktober 2013). Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama terhadap perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

(11)

Universitas Kristen Maranatha menimpa korban, misalnya penganiayaan secara fisik, luka memar atau patah tulang. Berdasarkan data yang dimiliki Mitra Perempuan dari penelitiannya terhadap 165 kasus KDRT (2002), tampak bahwa kasus terbanyak berdampak pada gangguan kesehatan jiwa (73,94%), yaitu kecemasan, fobia, depresi, kemudian gangguan kesehatan non reproduksi (50,30%), yaitu cedera, gangguan fungsional, keluhan fisik dan cacat permanen, lalu gangguan kesehatan reproduksi (4,85%), yaitu kehamilan tak diinginkan, penyakit menular seksual serta abortus (Kalibonso, 2002).

(12)

dihadapinya, namun di sisi lain rasa tanggung jawab tersebut membuat mereka tidak bisa meninggalkan keluarganya. Situasi kekerasan yang dialami para istri korban KDRT yang bertahan dalam perkawinannya adalah sebagai situasi yang menekan dan keadaan menekan ini dapat mengganggu kesehatan jiwa. Karena dapat mengganggu kesehatan jiwa, di Bandung terdapat yayasan sosial yang membentuk tujuan konseling untuk para wanita maupun istri korban KDRT. Tujuan konselingnya terutama memberikan dukungan untuk para istri korban KDRT agar memiliki pandangan positif mengenai diri mereka. Bagi mereka, penanganan awal ini merupakan cara yang tepat untuk bisa membantu mensejahterakan para istri korban KDRT. Yayasan sosial tersebut adalah Yayasan JaRI (Jaringan Relawan Independen), yaitu suatu yayasan yang berdiri sejak tahun 1998, lahir di tengah era reformasi dan pergerakan kampus dengan berbagai klien mahasiswa dan perempuan korban tindak kekerasan dan pemerkosaan.

(13)

Universitas Kristen Maranatha macam keluhan dan pengaduan dari istri korban tindak kekerasan. Individu yang mengalami KDRT di Yayasan JaRI memiliki tingkat ekonomi yang bervariasi, yaitu terdapat istri korban KDRT yang memiliki tingkat ekonomi menengah atas, menengah serta menengah bawah, dan perbandingan setiap tingkat ekonomi tersebut hampir merata. Selain memberikan konseling dan pendampingan hukum bagi para korban kekerasan, yayasan ini juga secara rutin memberikan pelatihan keterampilan bagi para istri korban kekerasan agar dapat lebih mandiri, yaitu pelatihan tata busana, tata boga, pelatihan daur ulang sampah, pelatihan manajemen rumah tangga, pelatihan pembuatan handycraft dan pelatihan menjahit. Dengan mengajarkan beberapa keterampilan tersebut diharapkan para korban KDRT tidak bergantung sepenuhnya terhadap suami, sehingga istri korban KDRT dapat memenuhi kebutuhannya secara lebih mandiri tanpa harus bergantung kepada suami yang kurang dapat berperan baik di dalam rumah tangganya.

(14)

(78,8%) yang mengalami KDRT dari 108 orang, tahun 2010 tercatat 72 (73,4%) yang mengalami KDRT dari 102 orang, tahun 2011 tercatat 72 (69,8%) yang mengalami KDRT dari 97 orang, tahun 2012 tercatat 54 (37,8%) yang mengalami KDRT dari 70 orang dan data terakhir yang diperoleh pada tahun 2013 tercatat 39 (33,5%) yang mengalami KDRT dari 86 orang. Bentuk kekerasan yang terbanyak didapatkan oleh istri adalah kekerasan psikis (merasa direndahkan, kehilangan rasa percaya diri, perselingkuhan suami yang membuat istri merasa ketakutan ditinggalkan oleh suaminya, kehilangan kemampuan untuk bertindak dan merasa tidak berdaya), yaitu sebanyak 32,8%, lalu kekerasan fisik (pemukulan, pelemparan barang ketika sedang marah) sebanyak 31,2%, disusul dengan penelantaran ekonomi (suami tidak membiayai istri dan anaknya) sebanyak 18,6% dan kekerasan seksual (melakukan hubungan dengan kekerasan terhadap istri) sebanyak 17,4%.

(15)

Universitas Kristen Maranatha tidak penting dan istri terlalu ikut campur. Selain itu, terjadinya miss-komunikasi yang pada akhirnya dapat memunculkan kekerasan terhadap istri, seperti istri yang tidak sengaja tidak mendengar suaminya berbicara sesuatu, kemudian suami pun marah dan langsung memukul istri.

Para istri yang menjadi korban KDRT tersebut merasakan tekanan emosional yang terus-menerus bertambah dari hari ke hari. Seorang istri korban KDRT yang diwawancarai mengakui merasa cemas setiap kali bertemu dengan suaminya, apalagi ketika suaminya terlihat lelah. Suami hampir selalu marah dengan mengucapkan kata-kata kasar dan melempar barang-barang. Suasana seperti itu membuat mereka tidak berani mengekspresikan emosi dan pikirannya serta merasa tidak bebas untuk bertindak. Para istri korban KDRT tidak menerima keadaan kekerasan tersebut, namun berusaha untuk tetap bertahan di tengah kekerasan yang mereka alami. Mereka bertahan karena memikirkan keadaan anak dan stigma sosial yang negatif apabila mereka tidak mempertahankan rumah tangganya atau bercerai. Dalam situasi yang menekan tersebut, para istri korban KDRT membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan diri agar tetap dapat menjalankan peran sebagai istri. Selain itu juga mereka membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan diri agar tetap dapat menjalankan perannya sebagai ibu dari anak-anaknya, yaitu merawat anak, mengarahkan, mendukung, memotivasi, menasehati dan memberikan contoh yang baik kepada anak.

(16)

dimiliki dapat dinilai berbeda pada setiap orang, termasuk istri korban KDRT. Evaluasi istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung mengenai pengalaman hidupnya yang diperlakukan dengan kekerasan oleh suaminya menggambarkan bagaimana psychological well-being-nya. Psychological well-being tersebut terdiri dari enam dimensi, yaitu self-acceptance, positive relationships with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life dan personal growth.

Self-acceptance merupakan kemampuan individu untuk melakukan penerimaan diri, positive relations with others merupakan dimensi yang menggambarkan kemampuan dalam menjalin relasi positif dengan orang lain. Kemudian autonomy merupakan dimensi yang menjelaskan kemampuan individu untuk bersikap mandiri. Environmental mastery merupakan kemampuan individu dalam menguasai lingkungannya. Selanjutnya, purpose in life merupakan kemampuan seseorang untuk menemukan makna dan arah serta menentukan tujuan hidupnya. Kemudian yang terakhir adalah personal growth, yang merupakan kemampuan individu dalam melakukan pengembangan diri serta secara sukses mengatasi segala tantangan dan kesulitan yang ada dalam hidup mereka (Ryff and Singer, 2003).

(17)

Universitas Kristen Maranatha dirinya sendiri (self-acceptance). Tiga (75%) dari empat istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung, merasa puas dalam menjalin hubungan yang hangat dengan relasi di sekitarnya, termasuk anggota keluarga maupun teman-temannya, memberikan kepercayaan kepada orang lain meskipun suami sudah tidak dapat dipercaya karena kekerasan yang telah dilakukan, perduli terhadap apa yang terjadi dan bersedia untuk membantu orang lain yang membutuhkan seperti yang orang lain lakukan pada saat mereka mendapatkan kesulitan dan bantuan dari orang lain dalam menangani masalah kekerasan yang dialaminya (positive relation with others). Dua (50%) dari empat istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung, mampu bersikap independent, melawan tekanan sosial dan bertindak dengan melakukan penilaian tingkah laku dari penilaian internal mereka, seperti mengutarakan pendapatnya langsung kepada suami mengenai kekerasan yang tidak diinginkan karena mereka merasa percaya diri dengan pendapatnya bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan suami bertentangan dengan norma. Kemudian, juga mampu mencari solusi dengan mandiri agar mereka tetap dapat bisa menjalankan kewajibannya sebagai ibu dan istri di dalam rumah tangga meskipun mereka telah menjadi korban kekerasan dari suaminya serta akhirnya mampu mengevaluasi usaha yang telah dilakukannya tersebut untuk kesejahteraan keluarganya (autonomy).

(18)

memperlakukannya dengan kekerasan. Kemudian, ketika wanita korban KDRT merasa tidak puas dengan usahanya dalam memperbaiki rumah tangganya yang penuh dengan ketidaknyamanan karena kekerasan, mereka berusaha untuk mencari langkah yang tepat guna untuk mengubah keadaan tersebut, seperti mengikuti seminar maupun kegiatan penyuluhan yang terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga (environmental mastery). Sebanyak tiga (75%) dari empat istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung, mampu menetapkan sesuatu yang menjadi keinginan mereka dan memiliki keyakinan untuk bisa mencapainya, meskipun mereka memiliki masa lalu dan masa sekarang yang tidak menyenangkan karena perlakuan kekerasan dari suaminya. Tujuan hidup tersebut seperti membentuk keluarga yang harmonis dan membimbing anaknya dengan sebaik mungkin. (purpose in life). Dua (50%) dari empat istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung, tetap berusaha mencari informasi atau mengikuti kegiatan di luar rumah yang dapat memberikan manfaat bagi dirinya, sehingga apa yang diharapkan terjadi di dalam keluarganya akan tercapai, seperti ketika ada informasi ataupun pengetahuan yang dapat membantu untuk perkembangan positif rumah tangganya, maka mereka akan mengambil kesempatan untuk memperluas wawasannya agar tidak diperlakukan dengan kekerasan lagi. (personal growth).

(19)

Universitas Kristen Maranatha mengenai gambaran dimensi-dimensi psychological well-being pada istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran derajat psychological well-being pada istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai derajat dimensi-dimensi Psychological Well-Being pada istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi bagi perkembangan ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Positif dan Psikologi Klinis mengenai psychological well-being pada istri korban KDRT.

2. Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai psychological well-being pada istri korban KDRT.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan masukan kepada Yayasan JaRI (psikolog) mengenai derajat dimensi-dimensi psychological well-being pada istri korban KDRT. Informasi ini dapat digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai kesejahteraan psikologis istri korban KDRT dan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak yayasan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan psikologis.

(21)

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pemikiran

Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, memiliki arti bahwa setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Istri yang mengalami KDRT tersebut memiliki pengalaman yang berbeda dengan istri lain yang bukan korban KDRT, mereka diperlakukan secara kasar oleh suami mereka di dalam rumah tangga yang mereka bangun. Istri korban KDRT merasa bahwa dirinya diperlakukan secara tidak wajar oleh orang yang semestinya menjadi sosok pelindung baginya dan memungkinkan timbulnya rasa tertekan dari istri korban KDRT. Kondisi ini yang membuat istri korban KDRT memiliki suatu penghayatan dan persepsi tertentu tentang dirinya serta mengevaluasi dari kejadian yang dialami. Adapun kemampuan individu mengevaluasi hidupnya dapat digambarkan dengan cara individu memersepsi dirinya dalam menghadapi tantangan hidupnya (Ryff, 2002).

(22)

self-acceptance, positive relation with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life dan personal growth.

(23)

Universitas Kristen Maranatha Personal growth adalah perkembangan individu. Individu yang memiliki personal growth yang tinggi akan dapat merasakan perkembangan yang berkesinambungan, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, menyadari potensi dirinya, melihat perbaikan di dalam diri sendiri dan perilaku dari waktu ke waktu, berubah dalam berbagai cara yang mencerminkan lebih banyak pengetahuan diri dan keberhasilan. Individu yang memiliki personal growth yang rendah tidak mengalami kemajuan dari dalam diri, kurang berkembang seiring dengan berjalannya waktu, merasa bosan dan tidak tertarik dengan hidup, merasa tidak mampu mengembangkan sikap dan tingkah laku yang baru. Istri korban KDRT yang memiliki personal growth yang tinggi, akan berusaha mencari informasi atau mengikuti kegiatan di luar rumah yang dapat memberikan manfaat bagi dirinya, belajar keterampilan memasak agar bisa menjadi istri dan ibu yang lebih baik maupun berusaha meningkatkan tingkat spiritualitas, sehingga apa yang diharapkan terjadi di dalam keluarganya akan tercapai. Sedangkan istri korban KDRT yang memiliki personal growth yang rendah, merasa tidak bersemangat mencari informasi, pengetahuan maupun pengalaman baru mengenai kondisi kekerasan yang dialami serta penanganannya, sehingga ia merasa tidak mengalami kemajuan dan perbaikan dari kondisi kekerasan yang dirasakan.

(24)

memahami istilah memberi dan menerima dalam hubungan antar manusia. Individu yang memiliki positive relationships with others yang rendah, hanya memiliki sedikit hubungan yang dekat dan penuh kepercayaan terhadap orang lain, sulit untuk bersikap hangat, terbuka dan peduli terhadap orang lain, terisolasi dan frustrasi di dalam hubungan antar pribadi, tidak berkeinginan membuat kompromi untuk mendukung ikatan-ikatan penting dengan orang lain.

Istri korban KDRT yang memiliki positive relationships with others yang tinggi, akan menjalin hubungan yang hangat dengan relasi di sekitarnya, ramah, memberikan kepercayaan kepada orang lain meskipun suami sudah tidak dapat dipercaya karena kekerasan yang telah dilakukan, peduli terhadap apa yang terjadi pada orang lain dan bersedia untuk membantu orang lain yang membutuhkan seperti yang orang lain lakukan pada saat mereka mendapatkan kesulitan dan bantuan dari orang lain dalam menangani masalah kekerasan yang dialaminya. Sedangkan istri korban KDRT yang memiliki positive relationships with others yang rendah, hanya memiliki sedikit hubungan yang dekat dengan relasi sekitarnya, cenderung tertutup terhadap masalah kekerasan yang dihadapinya karena mereka memiliki sedikit kepercayaan kepada orang lain, merasa bahwa mereka merupakan seseorang yang tidak seberuntung orang lain yang tidak mengalami kekerasan yang dapat menimbulkan penderitaan seperti yang mereka alami dan merasa dirinya kecil di hadapan orang lain, sehingga sulit baginya untuk memiliki hubungan hangat dengan orang lain.

(25)

Universitas Kristen Maranatha akan mampu mandiri, membuat keputusan sendiri, mampu melawan tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dalam cara-cara tertentu, mengatur tingkah laku dari dalam diri serta mengevaluasi diri dengan menggunakan standar pribadi. Individu yang memiliki autonomy yang rendah akan membuat dirinya lebih peduli terhadap harapan dan evaluasi dari orang lain, bergantung pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, menyesuaikan diri dengan tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak dalam cara-cara tertentu.

Istri korban KDRT yang memiliki autonomy yang tinggi, akan mampu bersikap mandiri, melawan tekanan sosial dan bertindak dengan melakukan penilaian tingkah laku dari penilaian internal mereka, seperti berusaha mengutarakan pendapatnya langsung kepada suami mengenai kekerasan yang tidak diinginkan. Kemudian, juga mampu mencari solusi dengan mandiri agar mereka tetap bisa menjalankan kewajibannya sebagai ibu dan istri di dalam rumah tangga meskipun mereka telah menjadi korban kekerasan dari suaminya serta akhirnya mampu mengevaluasi usaha yang telah dilakukannya tersebut untuk kesejahteraan keluarganya. Sedangkan istri korban KDRT yang memiliki autonomy yang rendah, selalu tergantung kepada orang lain ketika ingin mengambil keputusan yang terkait dengan masalah yang terjadi di dalam rumah tangganya atau bergantung pada orang lain mengenai tindakan yang harus dilakukan ketika suaminya memperlakukannya dengan kekerasan.

(26)
(27)

Universitas Kristen Maranatha Purpose in life adalah tujuan hidup dan arah hidup, merasakan ada makna di kehidupan saat ini dan masa lalu. Individu yang memiliki purpose in life yang tinggi akan memiliki tujuan dalam hidup yang terarah, merasakan makna dalam kehidupan, masa lalu maupun masa kini, memiliki keyakinan-keyakinan yang memberikan perasaan bahwa terdapat tujuan di dalam kehidupan. Individu yang memiliki purpose in life yang rendah akan kurang memiliki pemahaman tentang kehidupannya, kurang memiliki sasaran dan tujuan, perasaan yang kurang terarah, tidak melihat tujuan hidup di masa lalu, tidak memiliki harapan atau kepercayaan yang memberikan arti hidup. Istri korban KDRT yang memiliki purpose in life yang tinggi, akan mampu menetapkan sesuatu yang menjadi keinginan mereka dan memiliki keyakinan untuk bisa mencapainya, meskipun mereka memiliki masa lalu dan masa sekarang yang tidak menyenangkan karena perlakuan kekerasan dari suaminya. Tujuan hidup tersebut seperti membentuk keluarga yang harmonis dan membimbing anaknya dengan sebaik mungkin. Sedangkan istri korban KDRT yang memiliki purpose in life yang rendah, kurang memiliki pemahaman tentang kehidupannya di tengah kekerasan yang dialami, bahkan tidak mengetahui keinginan ataupun harapan terhadap hidup mereka ke depan, pasrah dengan kondisi yang terjadi di masa kini dan masa depan, serta merasa bahwa dirinya kehilangan tujuan maupun arah hidup setelah diperlakukan dengan kekerasan.

(28)

pendidikan dan perubahan status marital. Faktor usia memengaruhi dimensi Autonomy, Environmental Mastery, Purpose in Life dan Personal Growth (Ryff, 1989). Pada umumnya, pertambahan usia membuat diri lebih matang, mandiri dan terampil dalam mengendalikan lingkungannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap penilaian istri korban KDRT tersebut mengenai kemampuannya dalam mengatur lingkungannya (Environmental Mastery) maupun dalam kemandirian individu (Autonomy) dan berujung pada kepemilikan tujuan hidup yang jelas (Purpose in Life). Pada dimensi pertumbuhan pribadi (Personal Growth), seseorang yang berada pada usia dewasa muda akan mengalami peningkatan, namun akan menurun ketika berada pada masa optimal ketika seseorang menginjak dewasa muda.

(29)
(30)

Bagan 1.5 Bagan Kerangka Pemikiran Faktor Sosiodemografi

- usia

- status sosial ekonomi - pendidikan

- perubahan status marital

Istri korban KDRT di Yayasan JaRI

Tinggi

Rendah

Dimension of

Psychological Well-Being 1. Self-acceptance

2. Positive relations with others

3. Autonomy

4. Environmental mastery 5. Purpose in life

(31)

Universitas Kristen Maranatha

1.6Asumsi

a. Psychological well-being pada istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung berbeda-beda, dapat menunjukkan psychological well-being yang tinggi atau rendah.

b. Psychological well-being pada istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung dapat ditentukan berdasarkan dimensi self-acceptance, positive relation with others, autonomy, environmental mastery dan purpose in life dan personal growth.

c. Derajat dimensi-dimensi psychological well-being, yaitu self-acceptance, positive relation with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life dan personal growth pada setiap istri korban KDRT dapat bervariasi.

(32)

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan hasil interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya beserta saran yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat Psychological Well-Being (PWB) yang dilakukan pada istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Derajat PWB istri korban KDRT di Yayasan JaRI Kota Bandung menunjukkan jumlah yang berimbang, 15 orang menunjukkan PWB tinggi (50%) dan 15 orang lainnya menunjukkan PWB rendah (50%).

(33)

Universitas Kristen Maranatha 3. Istri korban KDRT yang menunjukkan derajat PWB tinggi menunjukkan

derajat tinggi pula pada dimensinya, terutama pada dimensi Purpose in Life. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi sebagai istri korban KDRT yang memicu mereka berusaha menumbuhkan harapan serta tujuan hidup untuk dapat membentuk keluarga yang harmonis dan keberhasilan dalam membimbing anaknya, sehingga istri korban KDRT tidak merasa bahwa dirinya kehilangan tujuan maupun arah hidup setelah diperlakukan dengan kekerasan.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yang mana metode ini menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data numerik. Agar hasil yang didapatkan lebih mendalam dan dapat lebih menjelaskan dinamika dari keenam dimensi PWB, maka disarankan bagi penelitian lanjutan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif.

2. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai korelasi antar tingkat PWB dan kekerasan fisik. Hal ini dikarenakan jenis kekerasan fisik tersebut memiliki kecenderungan keterkaitan dengan rendahnya tingkat PWB pada penelitian ini.

(34)

untuk mengetahui perbedaan PWB mereka yang dibagi berdasarkan usia, pendidikan terakhir, status sosial ekonomi, status marital, jenis kekerasan psikologis emosional, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi.

5.2.2 Saran Praktis

1. Istri korban KDRT dengan derajat PWB yang tinggi perlu mempertahankannya, sedangkan istri korban KDRT dengan derajat PWB yang rendah perlu melakukan usaha untuk meningkatkannya melalui pengembangan dimensi-dimensi PWB. Pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti seminar atau training pengenalan diri (Self Acceptance, Autonomy), mengikuti kegiatan-kegiatan yang sesuai minat dan bakat untuk mengasah kemampuan mereka (Personal Growth, Purpose in Life, Environmental Mastery) dan melibatkan diri pada kegiatan komunitas (Positive Relation with Others).

(35)
(36)

Bening, 2010. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang KDRT. Yogyakarta: Bening.

Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. E. 2000. Subjective well-being: Three decades of progress. Psychological Bulletin.

Freidenberg, Liza, 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use, Allyn and Bacon.

Hayati, E.N, dkk. 1999. Kekerasan terhadap Istri. Rifka Annisa Women’s Crisis Center.

Mufidah, 2004. Paradigma Gender Edisi Revisi. Malang: Banyu Media.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penilitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ryan, R.M., & Deci, E.D. 2001. On Happiness and Human Potential: A Review of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being. Annual Reviews Psychology.

Ryff, Carol D. 1989. Happiness is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being. “Journal of Personality and Social Psychology“. Vol 57 : 1069-1081.

Ryff, Carol & Keyes. 1995. The Structure of Psychological Well-Being Revisited. “Journal of Personality and Social Psychology“. Vol 69 : 719-727.

Ryff, Carol. Singer, Burton. 2002. From Social Structur to Biology : Integrative Science in Pursuit of Human Healt and Well-Being. Dalam Snyder, Lopez. 2002. Handbook of Positive Psychology. New York : Oxford University Press, Inc.

Ryff, C. D. & Singer, Burton. 2003. Ironies of the human condition: well-being and healt on the way to mortality. Dalam L.G. Aspinwall & U. M Staudinger (Eds.), A psychology of human strengths: fundamental questions and future directions for a positive psychology. Washington: American Psychology Association.

(37)

Universitas Kristen Maranatha Windhu, Marsana I. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung.

(38)

Harkrisnowo, Harkristuti. 2004. Menyimak Rancangan Undang-Undang Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. (Online). (http://e-journal.uajy.ac.id/4562/4/3HK07435.pdf, diakses 2 Oktober 2013).

Kalibonso. 2002. Tahun 2002: Statistik Kekerasan dalam Rumah Tangga.(Online). (www.perempuan.or.id, diakses 2 Oktober 2013).

Laporan Tahunan Komnas Perempuan Kepada Presiden Republik Indonesia

Tahun 2012.2012. (Online).

(http://www.komnasperempuan.or.id/category/laporan/laporan-tahunan,diakses 2 Oktober 2013.

Mardiansyah, Didi. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Gambaran Psychological Well-Being Pada Pria Homoseksual (Gay) Usia Dewasa Muda Pada Beberapa Komunitas Di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Natasha, Tessa. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resiliency Pada Istri Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang Bertahan dalam Perkawinannya di Lembaga UPT P2TP2A Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Februari 2009. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Purwaningsih, Eni. 2008. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga (Studi di Polres Mataram). Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.

Referensi

Dokumen terkait

kombu, dengan pengenceran 2.5g/250ml sebagai media dengan pertumbuhan jamur yang paling baik berdasarkan pengukuran pH, berat kering, ketebalan jamur dan total

produk atau bisnis yang dijalankan oleh Indonesia tidaklah cukup untuk bersaing. di kaca mata

Dari hasil penelitian tentang studi komparasi prestasi belajar siswa berdasarkan perhatian orang tua dalam kegiatan belajar siswa kelas X SMK PGRI 2 Salatiga kiranya

[r]

Berdasarkan kesimpulan di atas menunjukkan bahwa desain RPP IPA Terpadu pada topik Pengaruh Ukuran Daun terhadap Penguapan dikatakan berhasil dan

Catu daya merupakan piranti elektronika yang dirancang untuk memberikan daya pada piranti elektronika lainnya.Saat merakit sebuah catu daya, diperlukan satu cara

Pengelolaan data absensi tidak lagi menggunakan sistem pemberkasan dokumen dalam bentuk hard copy yang diinputkan secara manual oleh pihak koordinator HRD lapangan,

Writing is considered as a means of communication. It involves a complex process where people have to use certain grammatical rules in organizing facts. It also tends to involve