SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Enung Farhan Mardiyah
1000961
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
▸ Baca selengkapnya: contoh lkpd teks tanggapan kelas 9
(2)LEMBAR HAK CIPTA
ANALISIS LAGU KAULINAN BUDAK DI DESA CILANDAK KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR
TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF
Oleh
Enung Farhan Mardiyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Enung Farhan Mardiyah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
PURWAKARTA
DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Drs. Memen Durachman, M.Hum.
NIP 196306081988031002
Pembimbing II
Yulianeta, M.Pd.
NIP 197507132005012002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dr. Dadang S. Anshori
Enung Farhan M ardiyah, 2014
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Identifikasi Masalah ...5
C. Rumusan Masalah ...6
D. Tujuan Penelitian ...6
E. Manfaat Penelitian ...6
BAB II LANDASAN TEORETIS ...7
A. Lagu Kaulinan Budak sebagai Folklor ...8
1. Folklor ...8
2. Lagu Kaulinan Budak ...10
B. Analisis Folklor ...11
1. Struktur ...11
2. Proses Penciptaan ...16
3. Konteks Penuturan ...17
4. Fungsi ...19
5. Makna ...19
C. Teks Tanggapan Deskriptif ...20
D. Bahan Ajar ...22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...30
A. Metode Penelitian ...30
B. Sumber Data Penelitian ...31
Enung Farhan M ardiyah, 2014
BAB IV PEMBAHASAN ...40
A. Analisis LKB Cing Ogo – Ogo ...41
B. Analisis LKB Endog-endogan ...63
C. Analisis LKB Siti Aisah ...83
D. Analisis LKB Jim jim jim ...130
E. Bahan Ajar Teks Tanggapan Deskriptif ...154
BAB V PENUTUP ...166
A. Simpulan ...166
B. Saran ...174
DAFTAR PUSTAKA
Enung Farhan M ardiyah, 2014
Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta ABSTRAK
“ANALISIS LAGU KAULINAN BUDAK DI DESA CILANDAK KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS TANGGAPAN
DESKRIPTIF” Enung Farhan Mardiyah
NIM 1000961
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang terjadi pada permainan tradisional Sunda yang sudah mulai dilupakan. Objek penelitian yaitu
Lagu Kaulinan Budak (LKB) yang hidup di Desa Cilandak Kecamatan Cibatu
Purwakarta. Dengan pertimbangan keragaman bahasa dan keragaman tema, dari 14 LKB yang diobservasi maka dipilih 4 LKB yang dikaji, yaitu LKB Cing
Ogo-ogo, Endog-endogan, Siti Aisah, dan Jim Jim Jim.
Tujuan penelitian ini yakni menganalisis struktur, proses penciptaan, konteks pertunjukkan, fungsi, makna dan hasil analisisnya disusun menjadi bahan ajar materi teks tanggapan deskriptif di kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bahan ajar yang disusun berbasis kurikulum 2013 yang mengedepankan aspek spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif. Metode ini dipilih berdasarkan karakteristiknya yang sesuai dengan penelitian ini, yakni menjelaskan dengan rinci secara holistik dan mendalam. Penelitian ini akan mengungkapkan kandungan dari LKB dilanjutkan dengan menyusun bahan ajar. Maka dari itu prosedur yang cocok adalah kualitatif, bukan kuantitatif yang menggunakan prosedur statistik.
Enung Farhan M ardiyah, 2014
Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta ABSTRACT
“ANALYSIS OF LAGU KAULINAN BUDAK IN CILANDAK CIBATU PURWAKARTA AND UTILIZATION AS DESCRIPTIVE TEXT
MATERIAL TEACHING” Enung Farhan Mardiyah
NIM 1000961
This research is happened by problem of traditional sundanese game. The
object of this research is Lagu Kaulinan Budak (LKB)/song of children’s game in
Cilandak Village, Cibatu, Purwakarta. With considering of kind languages and kind theme, 14 LKB was analysis, so select 4 LKB, that is LKB Cing Ogo-ogo,
Endog-endogan, Siti Aisah, dan Jim Jim Jim.
The purpose of research is structure analysing, process creating, context showing, function, meaning, and the result of analys was make become material teaching of descrptive text at class VII junior high school. The material teaching was maked with curriculum 2013. In this curriculum there is spiritual aspect, social aspect, knowledge aspect, and skill aspect.
The method used in this research is descriptive qualitative method. This method was chosen based on its characteristics in accordance with this study, which describes in detail a holistic and deep. This study will reveal the contents of the LKB continued with preparing teaching materials. Thus the matching procedure is qualitative, not quantitative, which uses statistical procedures.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam
masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara
turun temurun di dalam masyarakat, yang dikenal dengan istilah tradisi lisan.
Sukatman beranggapan bahwa pembicaraan tradisi lisan ini dimulai dari
konsep folklor (2009: 1). Danandjaja mendefinisikan folklor sebagai sebagian
kebudayaan kolektif yang tersebar atau diwariskan turun temurun secara
tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh
yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).
Salah satu produk tradisi lisan ini yaitu permainan rakyat atau
permainan tradisional Sunda. Permainan tradisional Sunda yang dalam istilah
Sunda disebut Kaulinan Budak diwariskan secara turun temurun oleh
generasi ke generasi berikutnya. Melalui proses pewarisan inilah sebuah
tradisi akan terus hidup. Masyarakat Sunda memiliki begitu banyak
permainan rakyat yang sampai saat ini masih dilestarikan.
Di tengah arus globalisasi, permainan tradisional Sunda sebagai
tradisi lisan bisa tetap hidup, tetapi juga perlahan mulai ikut tergerus.
Kompas pada Oktober 2012 menyebutkan sekitar 200 permainan tradisional
Sunda terancam punah. Permainan tradisional yang merupakan warisan
budaya bernilai tinggi ini punah tentu karena tidak ada lagi yang
menuturkannya. Derasnya arus modernisme menyebabkan permainan
tradisional kalah “pamor” dibandingkan permainan anak masa kini yang serba
canggih.
Melihat kondisi ini, tentu perlu ada upaya yang serius untuk
menyelamatkan budaya yang hampir punah ini. Kini, sudah mulai banyak
pihak-pihak yang peduli terhadap kondisi ini. Terbukti dengan adanya
komunitas-komunitas permainan rakyat, adanya perlombaan-perlombaan
permainan, dan lain-lain sehingga walau sederas apapun arus permainan
oleh anak-anak. Namun, walaupun sudah ada upaya-upaya untuk
memperkenalkan kembali dan melestarikan permainan tradisional Sunda,
tetap saja ada permainan yang punah seperti yang diberitakan oleh Kompas.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni dengan memasukkan
muatan-muatan kearifan lokal (local wisdom) ke dalam pembelajaran formal
di sekolah, dalam hal ini sekaitan dengan permainan tradisional Sunda.
Dengan asumsi bahwa di lingkungan tempat tinggal atau pergaulan anak
sehari-hari sudah jarang yang memainkan permainan tradisional, maka hal ini
perlu dilakukan. Apabila muatan local wisdom ini dibawa ke dalam ranah
sekolah, secara otomatis anak akan menerima pengetahuan ini karena
pengaturan pembelajaran di sekolah harus diikuti dan diterima tanpa adanya
pilihan-pilihan lain.
Banyak aspek yang terkandung dalam permainan tradisional Sunda,
yang sejalan dengan tiga aspek dalam pencapaian belajar di dalam kurikulum
2013, yakni afektif, psikomotorik, dan kognitif. Di dalam Dokumen
Kurikulum 2013, aspek tersebut dirinci lagi menjadi kompetensi spiritual,
sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kecerdasan sosial sangat tercermin
pada penuturan permainan serta dapat digali dari nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya. Sebuah permainan tentu dimainkan oleh anak beserta anak-anak
lainnya secara bersama-sama. Dengan begitu, kecerdasan sosial dan
emosional anak akan terbangun. Beda halnya dengan kebanyakan permainan
modern yang dimainkan sendiri, misalnya beragam permainan dalam video
game.
Sekolah sebagai tonggak pembentuk karakter selain keluarga,
hendaknya ikut andil dalam pengembangan aspek afektif, psikomotorik, dan
kognitif anak. Hal ini diperkuat dengan adanya kurikulum 2013 yang juga
menekankan pada pendidikan karakter anak. Muatan-muatan pembentukan
karakter dimasukkan ke dalam tema-tema pembelajaran. Anak akan dibentuk
karakternya sesuai identitas bangsa, mengenali budaya bangsanya, dan cinta
terhadap tradisi warisan dari nenek moyang. Pembelajaran berbasis teks
3
Dalam kurikulum 2013, tema pengenalan budaya dihadirkan di
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada pembelajaran teks
tanggapan deskriptif. Tema Pengenalan budaya dihadirkan dalam rangka
membentuk pribadi beridentitas bangsa dan pendidikan karakter bangsa.
Mengingat pada persoalan permainan tradisional yang telah disampaikan di
atas, peneliti bermaksud menghadirkan materi tentang permainan tradisional
ke dalam pembelajaran bertema pengenalan budaya ini. Muatan-muatan yang
terkandung di dalam permainan tradisional sangat layak untuk diajarkan
kepada siswa. Hal ini juga dapat menjadi kontribusi untuk upaya pengenalan
dan pelestarian permainan tradisional Sunda yang terancam punah. Dalam hal
ini, permainan tradisional sebagai warisan budaya dapat dikenalkan melalui
pembelajaran formal dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang
terkandung di dalamnya.
Penelitian tentang permainan tradisional Sunda sebelumnya telah
banyak dilakukan oleh berbagai kalangan akademik dari berbagai sudut
keilmuan. Mohamad Zaini Alif, pakar permainan Sunda yang juga pendiri
Komunitas Hong, pada wawancara dengan koran Sindo menyebutkan dari
250 permainan Sunda yang ditemukan, sebanyak 60% tidak dimainkan dan
40% masih bertahan.
Siti Wuryan Indrawati dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia pada 2007 lalu telah melakukan penelitian tentang
nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) dalam permainan tradisional etnis
Sunda. Hasil penelitian dengan metode survei ini menyatakan bahwa dari 17
permainan tradisional Sunda ditemukan nilai moral yang didasari
nilai-nilai kearifan lokal yang terdiri dari kejujuran, kesabaran, kerukunan, patuh
pada aturan dan peran, melatih tanggung jawab, kebijaksanaan untuk
membedakan baik buruk, melatih jiwa kepemimpinan, kerja sama,
kebersamaan, kekompakan, demokrasi, tidak egois, tidak mudah putus asa,
berkorban untuk kepentingan orang lain, disiplin diri, berani mengambil
risiko, menghargai kawan dan lawan, kesamaan gender, keuletan, semangat
Penelitian lain yang objek kajiannya permainan Sunda dilakukan oleh
Sumiyadi dan Yulianeta dari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia (2008). Penelitian berjudul “Permainan
Tradisional Anak-Anak Priangan (Struktur, Proses Penciptaan, Konteks
Pertunjukan dan Fungsi)” ini menginventarisasi serta menganalisis proses penciptaan, konteks pertunjukan, serta fungsi dan nilai yang terkandung di
dalam permainan tradisional Jawa Barat. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa permainan tradisional anak-anak Priangan sangat
beragam dan merupakan sarana pembelajaran anak menuju kedewasaannya.
Penelitian lain yang hasilnya berupa buku pengenalan permainan
tradisional Jawa Barat berbasis Augmented Reality telah dilakukan oleh Rendi
Hari Kusuma, mahasiswa jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma.
Pada penelitiannya, Rendi Hari Kusuma membuat model 3D yang
merepresentasikan dari obyek permainan sesungguhnya seperti permainan
Sunda manda, congklak, luncat tinggi, beklen, gatrik, boi-boian, ucing
sumput, dan enggrang. Berdasarkan hasil survei, 88,1% dari 38 responden
menunjukkan buku ini sudah baik dalam menampilkan informasi pengenalan
permainan Jawa Barat dan dapat bermanfaat untuk melestarikan kebudayaan
permainan tradisional.
Penelitian mengenai permainan tradisional Sunda memang sudah
cukup banyak dilakukan, tetapi kebanyakan hanya berkaitan dengan
spesifikasi keilmuan murni. Dengan kata lain, yang memanfaatkan untuk
dunia pendidikan mikro (pembelajaran di sekolah) belum banyak. Sejauh ini
hanya ditemukan beberapa saja, di antaranya skripsi yang ditulis oleh Ahmad
Maulana (2007) pada jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Universitas
Pendidikan Indonesia. Maulana meneliti Kaulinan Barudak Lembur di
Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi untuk dijadikan bahan ajar di SD Taman
Rahayu 01 Bekasi. Produk bahan ajar yang dihasilkan pada penelitian ini
hanyalah sebatas pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
5
merancang bahan ajar berbasis permainan tradisional Sunda yang difokuskan
untuk materi pembelajaran teks tanggapan deskriptif. Pengkajian atau produk
bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013 masih jarang dilakukan,
mengingat penerapan kurikulumnya pun masih baru, belum merata dan masih
dalam tahap penyesuaian. Dengan demikian, rancangan bahan ajar ini dapat
dijadikan alternatif bahan ajar bagi guru sesuai dengan kurikulum 2013.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan temuan-temuan tentang permainan tradisional Sunda di
lapangan, identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu permainan tradisional
Sunda sudah mulai dilupakan karena tergeser oleh permainan modern yang
lebih canggih. Bahkan, sudah banyak permainan Sunda yang punah. Selain
itu, perlu ada berbagai upaya untuk melestarikan dan mengembalikan kembali
permainan Sunda yang hampir punah serta perlu adanya inovasi pelestarian
salah satunya dengan menghadirkan permainan tradisional Sunda ke dalam
pembelajaran di sekolah.
Adapun penelitian ini akan mengkaji permainan tradisional Sunda
yang terbatas pada:
a. permainan tradisional Sunda yang mengandung teks lagu, atau dalam
istilah Sundanya Lagu Kaulinan Budak (LKB). Hal ini dipilih dengan
pertimbangan keterkaitan dengan teks tanggapan deskriptif berupa tulisan;
b. permainan tradisional Sunda yang cocok dimainkan oleh remaja (12-15
tahun), dengan pertimbangan bahwa rancangan bahan ajar teks tanggapan
deskriptif bertema pengenalan budaya ini terdapat di jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP); dan
c. LKB yang terdapat atau dituturkan di wilayah Kecamatan Cibatu
Kabupaten Purwakarta. Lokasi ini dipilih karena pertama, Purwakarta saat
ini menjadi kabupaten yang mengedepankan kearifan lokal. Bupati
Purwakarta menanamkan muatan budaya Sunda di dalam proses
pendidikan di sekolah. Bahkan hal ini dibuktikan dengan penghargaan
Purwakarta, Dedi Mulyadi karena telah menanamkan muatan budaya
Sunda ke dalam pendidikan masyarakat Purwakarta (Pikiran Rakyat, 24
Maret 2014). Kedua, masyarakat kecamatan Cibatu memiliki karakteristik
masyarakat Sunda yang masih kental di tengah industrialisasi yang
berkembang pesat setelah ditetapkannya kecamatan ini sebagai kawasan
industri di Purwakarta.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana struktur Lagu Kaulinan Budak (LKB) pada masyarakat Desa
Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?
2. Bagaimana proses penciptaan LKB pada masyarakat Desa Cilandak
Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?
3. Bagaimana konteks penuturan LKB pada masyarakat Desa Cilandak
Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?
4. Apa saja fungsi LKB pada masyarakat Desa Cilandak Kecamatan Cibatu
Kabupaten Purwakarta?
5. Bagaimana makna yang terkandung dalam LKB pada masyarakat Desa
Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?
6. Bagaimana rancangan bahan ajar teks tanggapan deskriptif bertema
pengenalan budaya dengan memanfaatkan hasil kajian LKB di Desa
Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan struktur LKB.
2. Mendeskripsikan proses penciptaan LKB
3. Mendeskripsikan konteks penuturan LKB.
4. Menyebutkan fungsi LKB.
7
6. Mendeskripsikan rancangan bahan ajar teks tanggapan deskriptif bertema
pengenalan budaya dengan memanfaatkan LKB.
E. Manfaat Penelitian
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut.
1. Dapat memberikan kontribusi dalam bidang pengkajian permainan
tradisional Sunda yang masih jarang dilakukan.
2. Dapat memberikan wawasan keilmuan tentang khazanah kebudayaan
Indonesia, dalam hal ini tradisi lisan permainan Sunda.
3. Sebagai upaya pelestarian permainan tradisional.
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya
pembelajaran mikro.
1. Penulis
Melalui pengkajian ini, peneliti dapat menemukan muatan budaya yang
terkandung dalam LKB serta memanfaatkan hasil analisisnya ke dalam
penyusunan bahan ajar.
2. Guru
Melalui pengkajian ini, guru sekolah menengah pertama dapat menggunakan
rancangan bahan ajar teks tanggapan deskriptif bertema pengenalan budaya
dengan memanfaatkan LKB.
3. Siswa
Siswa dikenalkan kembali pada permainan tradisional Sunda yang sudah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode ini
dipilih berdasarkan karakteristiknya yang sesuai dengan penelitian ini, yakni
menjelaskan dengan rinci secara holistik dan mendalam. Penelitian ini akan
mengungkapkan kandungan dari LKB dilanjutkan dengan menyusun bahan
ajar. Maka dari itu prosedur yang cocok adalah kualitatif, bukan kuantitatif
yang menggunakan prosedur statistik.
Penyusunan bahan ajar yang dimaksud yaitu dengan membuat
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) teks tanggapan deskriptif pada
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Materi teks tanggapan deskriptif
pada kurikulum 2013 ini bertema pengenalan budaya, yang dalam hal ini
akan diberikan topik permainan tradisional Sunda. Setelah bahan ajar
tersusun, peneliti akan meminta pendapat dari pakar yang sesuai dengan
keilmuan penelitian (judgment expert). Ini dilakukan dalam rangka
memvalidasi konten bahan ajar.
Alasan dipilihnya metode ini yaitu dengan pertimbangan sebagai
berikut.
a. Penganalisisan LKB melalui pendekatan folklor cocok dengan metode
kualitatif yang memiliki karakteristik menyelesaikan persoalan secara holistik
dan mempertimbangkan segala aspek kontekstual.
b. Penyusunan bahan ajar dengan memanfaatkan hasil kajian juga cocok dikaji
dengan metode kualitatif agar lebih komprehensif.
c. Setelah bahan ajar tersusun maka agar mencapai validitas dan membuktikan
kebermanfaatan bahan ajar tersebut, penelitian ini akan dilanjutkan dengan
expert judgment yang hasilnya berupa deskripsi penilaian terhadap produk
31
B. Sumber Data Penelitian
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu lagu kaulinan
budak yang hidup di lingkungan Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta,
Jawa Barat. Tepatnya di Desa Cilandak. Pelaksanaan observasi dilakukan di
Kampung Cisantri RT 02 RW 01, Kampung Bongas RT 05 RW 02, dan
Kampung Kaum RT 04 RW 02. Sampel yang akan dikaji yaitu terbatas pada
permainan bermain (bukan permainan bertanding) dan permainan yang
mengandung teks lagu.
Pengambilan data berlangsung pada 30 – 31 Maret 2014 di
lingkungan asli tempat penutur berada. Data ini diperoleh secara natural dari
penutur asli dan pada waktu dan tempat yang tidak diatur terlebih dahulu.
Kaulinan Budak yang dijadikan data ini dipertunjukkan oleh anak usia 7 – 11 tahun. Permainan dilakukan oleh Alfan, Adinda, Rasyid, Adrian, Risma, dan
Nufus.
Lagu kaulinan budak yang telah diobservasi terdiri dari 14 kaulinan
budak. Semua data yang diperoleh mengandung teks lagu dan memiliki
keragaman bahasa serta tema permainan. Dari 14 permainan yang diperoleh,
hanya 4 yang akan dijadikan sumber utama. Kempat permainan tersebut
dijadikan sumber data karena beberapa alasan. Pertama, dapat mewakili
keragaman bahasa dan keragaman tema permainan. Kedua, permainan
tersebut terbilang yang paling sering dimainkan menurut anak-anak
penuturnya. Ketiga, teks verbalnya lebih jelas sehingga lebih mudah untuk
ditranskripsikan. Keempat, yang meneliti teks lagu tersebut masih langka.
C. Teknik Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode
etnografi, yakni observasi dan wawancara. Sesuai dengan yang dikatakan
Syamsudin dan Damaianti (2007:99) tujuan utama etnografi adalah
memahami suatu cara hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat di
peneliti bertindak seolah-olah bukan sebagai peneliti, melainkan sebagai
orang yang terlibat dan menjadi bagian dari masyarakat yang diteliti.
Data utama dikumpulkan dengan cara observasi langsung oleh
peneliti. Peneliti berbaur bersama anak-anak yang sedang bermain.
Perekaman berlangsung dengan teknik penyadapan, dengan kata lain penutur
permainan tidak mengetahui bahwa mereka sedang direkam. Perekaman
dilakukan oleh peneliti sendiri. Tetapi peneliti juga bertindak sebagai
penonton permainan.
Untuk mendapatkan data dan informasi lainnya, peneliti juga
melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini terdiri
atas wawancara tidak terstruktur atau wawancara terbuka. Wawancara tidak
terstruktur yang dimaksud yaitu wawancara yang kondisional. Wawancara
dilakukan kapan saja, fleksibel, dan tidak dibuat panduan secara baku.
Wawancara terbuka ini dilakukan kepada siapa saja, bergantung pada
kebutuhan peneliti ketika penelitian berlangsung. Wawancara terbuka telah
peneliti lakukan kepada anak-anak yang mempertunjukkan permainan,
penonton pertunjukkan, serta mahasiswa dan dosen yang memahami
permainan tradisional.
Teknik perekaman dan pencatatan dilakukan peneliti untuk
mempermudah penelitian. Selain itu, yang menjadi metode pelengkap dalam
mengumpulkan data adalah studi kepustakaan. Metode ini tentulah
merupakan metode wajib yang dilakukan oleh siapa saja yang melakukan
penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari referensi terkait bahan ajar
yang dirancang.
2. Teknik Pengolahan Data
Setelah data utama, yakni 4 LKB terkumpul, hal yang pertama kali
dilakukan peneliti yaitu menranskripsi LKB tersebut lalu menransliterasi ke
dalam bahasa Indonesia. Lalu keempat LKB tersebut dianalisis strukturnya
dengan menggunakan teori struktur folklor. Dari segi struktur, hal-hal yang
33
dan isotopi.. Setelah itu, LKB akan dianalisis proses penciptaannya, konteks
pertunjukannya, fungsi, serta maknanya. Semua tahapan analisis ini dilakukan
peneliti secara sistematis dengan melibatkan hasil wawancara dan studi
kepustakaan.
Tahapan kedua setelah menganalisis teks LKB, peneliti mulai
menyusun bahan ajar berbasis permainan tradisional Sunda yang dikaji. Ada
beberapa tahapan yang dilakukan dalam menyusun bahan ajar ini, yaitu
sebagai berikut.
a. Menentukan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan dibuat bahan
ajarnya.
b. Menelaah kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ditentukan berdasarkan
tujuan pembelajarannya, indikator pencapaian kompetensinya, serta
kebutuhan materinya.
c. Menyesuaikan hasil penelitian LKB dengan kriteria pemilihan bahan ajar dari
beberapa ahli.
d. Menyusun bahan ajar berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berbasis permainan tradisional yang telah dikaji serta materi lengkap tentang
4 LKB yang dikaji. RPP yang dibuat tentu sesuai dengan kurikulum 2013
yang sudah berlaku saat ini.
D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pengumpulan Data
a. Observasi
Tabel 3.1 Instrumen Observasi LKB
Hari, Tanggal
Waktu
Pemain
Penonton
Judul Permainan
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
Tabel 3.2 Instrumen Observasi Domain
Domain Pertanyaan
Struktural
Hasil Observasi
Jenis-Jenis
Permainan Sunda
Permainan apa
saja yang
dimainkan?
Konteks Penuturan Di mana
permainan
dituturkan?
Kapan
permainan
dituturkan?
Bagaimana
anak-anak
menuturkan?
Gambaran perasaan
anak yang
memainkan
Bagaimana
reaksi anak
35
menuturkan
permainan
tersebut?
b. Wawancara
Tabel 3.3 Format Wawancara Tak Terstruktur
Hari, Tanggal Narasumber Ringkasan Hasil Wawancara
dst.
2. Instrumen Pengolahan Data
a. Pengolahan Data Hasil Observasi
1) Format Pemilihan Data Utama
Tabel 3.4 Format Hasil Oservasi LKB
No. LKB Bahasa Tema
1
2
3
4
5
dst.
2) Format Transkripsi LKB
Tabel 3.5 Format Transkripsi LKB
Tanggal Observasi :
Judul LKB :
Durasi :
Hasil Transkripsi :
3) Format Transliterasi LKB
Tabel 3.6 Format Transliterasi LKB
No. Teks LKB Transliterasi
1
2
3
dst.
b. Pengolahan Data LKB
1) Format Analisis Sintaksis LKB
Tabel 3.7 Analisis Sintaksis LKB
Analisis Sintaksis (Kalimat LKB) (Kalimat LKB)
Fungsi
Kategori
37
2) Format Analisis Formula Bunyi LKB
Tabel 3.8 Analisis Orkestrasi Bunyi LKB
Teks LKB Bunyi
Vokal
Bunyi Konsonan
Orkestrasi Bunyi
Kalimat 1
Kalimat 2
Kalimat 3
dst.
Tabel 3.9 Analisis Rima LKB
Teks LKB Rima
Kalimat 1
Kalimat 2
Kalimat 3
dst.
3) Format Analisis Formula Irama LKB
Tabel 3.10 Formula Irama LKB
Kalimat Irama
1
2
3
4
4) Format Analisis Isotopi LKB
Tabel 3.11 Analisis Isotopi LKB
Kata/Frasa Intensitas Denotatif (D)
Konotatif (K)
3. Instrumen Judgement Expert
No. Kriteria Bobot
1 2 3 4
1 Kesesuaian dengan kurikulum 2013
Bobot 1 tidak sesuai dengan kurikulum 2013
Bobot 2 kurang dengan sesuai kurikulum 2013
Bobot 3 sesuai dengan kurikulum 2013
Bobot 4 sangat sesuai dengan kurikulum 2013
2 Mencerminkan tujuan instruksional
Bobot 1 tidak mencerminkan tujuan instruksional
Bobot 2 kurang mencerminkan tujuan instruksional
Bobot 3 mencerminkan tujuan instruksional
Bobot 4 sangat mencerminkan tujuan instruksional
3 Relevan dengan kebutuhan siswa
Bobot 1 tidak relevan dengan kebutuhan siswa
Bobot 2 kurang relevan dengan kebutuhan siswa
Bobot 3 relevan dengan kebutuhan siswa
Bobot 4 sangat relevan dengan kebutuhan siswa
4 Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Bobot 1 tidak sesuai dengan kondisi masyarakat
Bobot 2 kurang sesuai dengan kondisi masyarakat
Bobot 3 sesuai dengan kondisi masyarakat
Bobot 4 sangat sesuai dengan kondisi masyarakat
5 Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan
yang sistematik dan logis
Bobot 1 tidak tersusun secara sistematis dan logis
Bobot 2 kurang tersusun secara sistematis dan logis
Bobot 3 tersusun secara sistematis dan logis
39
Catatan:
Identitas Pakar
Nama Lengkap : ...
Jabatan : ...
Usia : ...
Bandung, Juli 2014
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Setelah melakukan observasi terhadap Kaulinan Budak yang hidup
di Desa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta, dapat
disimpulkan bahwa terdapat banyak LKB yang hidup di sana. 14 LKB
telah diobservasi dan 4 LKB telah dianalisis. LKB yang dianalisis dipilih
berdasarkan pertimbangan ragam bahasa dan ragam tema. Maka, dipilihlah
(1) LKB Cing Ogo-ogo, (2) LKB Endog-endogan, (3) LKB Siti Aisah, (4)
LKB Jim Jim Jim. Penganalisisan LKB ini meliputi analisis struktur,
proses penciptaan, konteks penuturan, fungsi dan makna. Pertama, analisis
struktur meliputi analisis formula sintaksis, formula bunyi, formula irama,
majas, dan isotopi. Kedua, analisis proses penciptaan meliputi telaah
terhadap proses terciptanya LKB sehingga anak-anak dapat
menuturkannya serta proses transmisinya. Ketiga, analisis konteks
penuturan meliputi telaah terhadap konteks situasi dan konteks budaya
LKB. Keempat, analisis fungsi meliputi bagaimana kebermanfaatan atau
nilai guna LKB di masyarakat penuturnya. Keempat, analisis makna
maliputi kandungan makna LKB secara tersirat. Berikut simpulan hasil
analisis terhadap 4 LKB.
1. Struktur LKB
Cing ogo-ogo merupakan LKB berbahasa Sunda yang dimainkan
anak-anak sebagai pengantar permainan bertanding seperti ucing-ucingan,
beberikan, dan lain-lain. Struktur LKB secara formula sintaksisnya terdiri
dari 4 kalimat. Teks LKB Cing Ogo-Ogo terdiri dari 4 kalimat.
Masing-masing kalimat tersusun dari beberapa kata. Kalimat pertama terdiri dari 2
kata, kalimat kedua 3 kata, kalimat ketiga 2 kata, dan kalimat keempat 3
167
LKB ini dilihat dari hubungan sintagmatik dan paradigmatiknya. Secara
sintaksis, semua kalimat dari kalimat ke-1 sampai ke-4 pada LKB ini
memiliki fungsi S dan P. Ini berarti kalimat-kalimat pada LKB ini sudah
memenuhi syarat sebuah kalimat. Kategori kata pada setiap kalimat
termasuk ke dalam nomina dan verba.
Secara umum, LKB Cing Ogo-ogo bernada ringan dan riang.
Anak-anak menyanyikan LKB ini secara bersama-sama, dengan kata lain
tidak dinyanyikan oleh perwakilan pemain saja. Dilihat dari orkestrasi
bunyinya, LKB Cing Ogo-ogo dipenuhi dengan bunyi efoni (kombinasi
bunyi yang merdu). Asonansi pada LKB Cing Ogo-ogo terdapat pada kata
ogo dan ogo di kalimat (1) dan (3) serta pada kata anu dan nangtung di
kalimat (2). Pada kalimat (1) dan (3) terdapat asonansi /o/ dan /o/,
sedangkan pada kalimat (2) terdapat asonansi /a/ dan /u/. Pada LKB ini,
vokal /o/ lebih dominan muncul, dibanding vokal yang lain. Adapun
aliterasi atau pengulangan konsonan di awal suku kata secara berurutan
pada LKB ini hanya terletak pada kalimat (1) dan (3), yaitu pada kata cing.
Konsonan yang sering muncul pada LKB ini yaitu /c/ dan /g/. Ketika
menganaisis rima, teks LKB Cing Ogo-ogo, tidak berima seperti pantun.
Kalimat pertama, ketiga, dan keempat berima /o/, tetapi kalimat kedua
berima /u/. Jadi, LKB ini berima o – u – o – o.
LKB Cing Ogo-ogo dinyanyikan dengan irama ceria. Panjang
pendek, turun naik, dan kuat lambatnya nada dinyanyikan teratur sehingga
menciptakan suasana gembira. Sementara Majas yang muncul pada LKB
ini pertama, sinekdoki, dengan macam pars pro toto (sebagian untuk
keseluruhan) yang ditunjukkan pada kalimat kedua dan ketiga. Isotopi
yang muncul pada LKB ini yaitu isotopi manusia, hewan, dan kegiatan.
Hal ini mengindikasikan bahwa LKB ini bertema perbuatan manusia dan
interaksinya dengan hewan.
LKB Endog-endogan terdiri dari 3 kalimat. Masing-masing
dari 4 kata. Kalimat pertama dan kedua terdiri dari 10 suku kata dan
kalimat ketiga terdiri dari 13 suku kata. Akan tetapi,pada praktik
permainannya, kalimat pertama ini akan dinyanyikan berulang-ulang.
Rata-rata tiap kalimat sudah memiliki fungsi, kategori, dan peran yang
memenuhi unsur-unsur kalimat.
Secara umum, LKB Endog-endogan bernada ringan dan riang.
Anak-anak menyanyikan LKB ini secara bersama-sama, dengan kata lain
tidak dinyanyikan oleh perwakilan pemain saja. Dilihat dari orkestrasi
bunyinya, LKB Endog-endogan dipenuhi dengan bunyi efoni (kombinasi
bunyi yang merdu). Asonansi pada LKB Endog-endogan terdengar
berulang-ulang karena lirik LKB ini memang diulang-ulang. Karena lirik
LKB ini sangat pendek, maka dinyanyikan berulang-ulang, sehingga
menimbulkan kesan memiliki rima. LKB Endog-endogan dinyanyikan
dengan irama ceria. Panjang pendek, turun naik, dan kuat lambatnya nada
dinyanyikan teratur sehingga menciptakan suasana gembira.
Majas yang muncul pada LKB yang kedua ini yaitu majas
metafora. Majas ini ditunjukkan oleh kata endog-endogan, yang
mengumpamakan niat yang bulat, tekad yang utuh, dan pendirian yang
kokoh. Isotopi yang muncul pada LKB ini yaitu isotopi manusia, hewan,
kegiatan, dan makanan.
Teks LKB Siti Aisah terdiri dari 27 kalimat. Masing-masing
kalimat tersusun dari beberapa kata. Kalimat pertama sampai kedelapan
merupakan tuturan berpasangan atau tanya jawab antara pemain satu
dengan pemain lainnya. Kalimat pertama dan kedua terdiri dari 1 kata.
Kalimat ketiga terdiri dari 4 kata. Kaimat keempat terdiri dari 2 kata.
Kalimat kelima terdiri dari 1 kata. Kalimat keenam terdiri dari 2 kata.
Kalimat ketujuh terdiri dari 3 kata. Kalimat kedelapan terdiri dari 1 kata.
Secara umum, LKB Siti Aisah bernada ringan dan riang.
Anak-anak menyanyikan LKB ini secara bersama-sama. Pada LKB ini Anak-
169
pemain satu dengan pemain lainnya. Dilihat dari orkestrasi bunyinya, LKB
Siti Aisah dipenuhi dengan bunyi efoni (kombinasi bunyi yang merdu).
Bunyi akhir setiap kalimat tidak beraturan, tetapi ada beberapa kalimat
saja yang beraturan, yaitu pada kalimat ke-11 dengan ke-12, kalimat ke-13
dengan ke-14, serta kalimat ke-17 dan ke-18.
LKB Siti Aisah dinyanyikan dengan irama ceria. Panjang pendek,
turun naik, dan kuat lambatnya nada dinyanyikan teratur sehingga
menciptakan suasana gembira. Kalimat ke-1 sampai ke-8 tidak
dinyanyikan dengan irama lagu, tetapi hanya dituturkan dengan intonasi
tanya jawab yang wajar. Kalimat selanjutnya hingga akhir dinyanyikan
dengan irama lagu tertentu.
Teks LKB Jim Jim Jim terdiri dari 10 kalimat. Masing-masing
kalimat tersusun dari beberapa kata. Kalimat per kalimat dari LKB ini sulit
dipahami secara semantis, tetapi secara sintaksis dapat dianalisis.
Walaupun demikian, struktur sintaksis LKB ini secara fungsinya sudah
memiliki S dan P. Jadi, sudah memenuhi unsur kalimat sempurna.
Secara umum, LKB Jim Jim Jim bernada ringan dan riang.
Anak-anak menyanyikan LKB ini secara bersama-sama. LKB ini dinyanyikan
oleh dua orang pemain dengan disertai gerakan-gerakan ringan. Dilihat
dari orkestrasi bunyinya, LKB Jim Jim Jim terdiri dari kombinasi bunyi
efoni (kombinasi bunyi yang merdu) dan kakofoni (kombinasi bunyi yang
tidak merdu).
LKB Jim Jim Jim dinyanyikan dengan irama ceria. Panjang
pendek, turun naik, dan kuat lambatnya nada dinyanyikan teratur sehingga
menciptakan suasana gembira. Jumlah suku kata pada setiap kalimat LKB
ini tidak tetap. LKB ini tidak menggunakan bahasa kiasan dalam
kata-katanya. Bahasa yang muncul tidak beraturan. Apalagi pada frasa boneka
laut. Sulit dipahami apa makna dari boneka laut. Juga bidadari yang
tiba-tiba bertemu orang gila. LKB ini memiliki isotopi manusia, hewan, benda,
2. Proses Penciptaan LKB
Proses penciptaan keempat LKB ini terjadi secara terstruktur,
artinya penciptaan LKB ini terjadi melalui hafalan anak-anak para pemain
LKB. Proses pewarisan LKB ini terjadi secara horizontal, artinya proses
pewarisan terjadi pada generasi yang sama. Anak-anak mengetahui LKB
ini dari teman sebayanya ketika bermain bersama.
3. Konteks Penuturan LKB
Penganalisisan konteks penuturan ini meliputi konteks situasi dan
konteks budaya. Pertama, konteks situasi keempat LKB ini yaitu
permainan ini biasa dimainkan pada siang hari, di waktu anak-anak pulang
sekolah sampai sore hari, ketika mereka pulang dari mengaji di majelis
taklim atau TPA (Taman Pendidikan Al-Quran), atau pada pagi hari ketika
libur sekolah. Tujuan anak-anak memainkan keempat LKB ini yaitu agar
merasa senang saja, kecuali untuk LKB Cing Ogo-ogo, tujuan khususnya
yaitu untuk menentukan anak yang akan menjadi ucing dalam permainan
Ucing Sumput atau Ucing-ucingan. Tidak ada peralatan khusus yang
digunakan dalam keempat permainan ini.
Keempat LKB ini dilakukan dengan gerakan tertentu. Pada LKB
Cing Ogo-ogo, para pemain berkumpul di luar rumah, di halaman/pekarangan rumah, atau di lapangan bermain, lalu menyanyikan
lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya yaitu pada saat
kata nangtung maka pemain harus tetap berdiri. Sebaliknya pada saat kata
cingogo, maka pemain harus cepat-cepat berjongkok.
Endog-endogan dilakukan dengan cara pemain dapat melakukan
permainan ini di dalam atau di luar rumah. Mereka duduk melingkar lalu
menyanyikan lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya
171
tersebut ditumpuk-tumpukan dengan kepalan tangan pemain lain sehingga
membentuk susunan ke atas.
Pada LKB Siti Aisah, para pemain duduk berhadap-hadapan lalu
menyanyikan lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya
yaitu pada bagian pertama (kalimat ke-1 sampai ke-8), pemain merapatkan
kedua tangannya masing-masing lalu melakukan gerakan bersalaman
dengan kedua tangan sambil bertanya jawab. Selanjutnya gerakan tepukan
tangan mendominasi permainan ini. Kedua pemain saling menepukkan
tangan kepada lawan mainnya. Pada bunyi oek – oek (kalimat ke-9)
pemain meletakkan kedua tangannya di telinga, sambil
menggerak-gerakkan jarinya ke bawah dan ke atas. Setelah itu, kembali melakukan
gerakan tangan.
Pada LKB Jim jim jim, para pemain dapat melakukan permainan
ini di dalam atau di luar rumah. Mereka duduk berhadap-hadapan lalu
menyanyikan lagu ini sambil melakukan gerakan tertentu. Gerakannya
yaitu pada kalimat ke-1 sampai ke-8 pemain menepuk-nepukan kedua
tangannya kepada lawan main masing-masing. Lalu pada kalimat terakhir,
sambil menyebutkan “gi – la” kedua pemain suit (permainan beradu
tangan). Kemudian yang kalah membelakangi yang menang, lalu yang
menang menepuk-nepuk sambil dinyanyikan jim jim kembali, pada part
terakhir, “gila”, yang menang menyolek punggung yang kalah dengan
salah satu jarinya, kemudian yang kalah harus menebak jari apa yang
dicolekkan yang menang.
Lokasi penelitian keempat LKB ini yaitu di Desa Cilandak
Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta. Khususnya observasi Cing
Ogo-ogo dan Endog-endogan dilakukan di Kampung Cisantri RT 02 RW
01, LKB Siti Aisah dilakukan di Kampung Bongas RT 05 RW 02, dan
LKB Jim jim jim dilakukan di Kampung Kaum RT 04 RW 02.
Penutur Cing Ogo-ogo merupakan anak-anak usia 6 – 11 tahun.
LKB ini merupakan dwibahasawan. Masyarakat Desa Cilandak sudah
termasuk ke dalam masyarakat modern. Desa Cilandak memiliki sistem
kemasyarakatan yang sudah cukup modern. Penduduk desa ini berjumlah
4041 orang. Masyarakat Desa Cilandak sudah menggunakan peralatan
hidup yang modern.
4. Fungsi LKB
Fungsi LKB Cing Ogo-ogo meliputi fungsi rekreatif, fungsi
pedagogi, dan fungsi untuk Memulai Suatu Permainan. Fungsi LKB
Endog-endogan, Siti Aisah, dan Jim jim jim meliputi fungsi rekreatif,
fungsi pedagogi, dan fungsi sebagai sistem proyeksi.
5. Makna LKB
LKB Cing Ogo-ogo ini bermakna permainan yang mengajarkan
anak-anak mempertahankan dirinya agar tidak menjadi ucing. Makna lain
yang muncul ialah tentang bermain peran (menjadi ucing) dan melakukan
interaksi-interaksi yang melibatkan perbuatan manusia seperti berdiri dan
berjongkok.
LKB Endog-endogan merupakan reduplikasi dengan bentuk dasar
endog (telur). Secara leksikal, dalam Kamus Umum Basa Sunda, endog
berarti barang nu ngandung pianakeun nu dibijilkeun ku sawatara sato nu
teu nyusuan (bangsa manuk, bangsa sato ngarayap, lauk cai, insekta, jst)
(benda yang mengandung calon anak yang dikeluarkan oleh setiap hewan
yang tidak menyusui (sebangsa burung, hewan melata, ikan, insekta, dst.).
Permainan ini bermakna cukup dalam. Melalui permainan ini anak
mengetahui tentang telur dan pemanfaatannya. Lebih dari itu mengepalkan
tangan memiliki filosofi membulatkan tekad, niat, dan keinginan serta
pendirian yang kokoh. Kemudian tangan yang sudah membuka kepalannya
tetap menyatu dengan teman lainnya. Hal ini menggambarkan persatuan,
173
Makna LKB Siti Aisah pertama, belajar berinteraksi dengan sesama.
Dalam hal ini, tercermin pada kalimat ke-1 sampai ke-8. Dalam bagian
awal ini, anak bertanya jawab tentang keberadaan Siti Aisah. Tuturan
punten dan mangga merupakan tuturan halus yang digunakan oleh
masyarakat Sunda ketika menyapa. Lalu bagian ini dilanjutkan dengan
pertanyaan tentang keberadaan Siti Aisah yang ternyata ada di sawah dan
mereka bermaksud untuk mengantarnya. Di sini terlihat bagaimana
interaksi yang terjalin yang dibangun melalui LKB ini. Tanpa disadari,
anak belajar berinteraksi dengan baik, sopan, serta tuturan yang santun.
Kedua, anak belajar bersabar dan memahami kondisi orang tuanya. Di
bagian kalimat ke-20 sampai ke-21 terdapat cerita bagaimana anak harus
bersabar ketika mau makan, piringnya pecah. Mau minum, airnya panas.
Mau ke restaurant, orang tuanya belum gajian. Di sini anak mencoba
belajar bersabar dan memahami kondisi orang tuanya.
LKB Jim Jim Jim memiliki kandungan makna yang cukup
mendalam. Melalui LKB ini, tanpa disadari anak dapat belajar mengetahui
bagaimana cara berkembang biak hewan, dalam hal ini bebek dan ayam.
Sebenarnya LKB ini sulit dipahami, karena struktur sintaksisnya tidak
beraturan. Antara ayam menetas lalu dilanjutkan dengan “bidadari ketemu orang gila” memang tidak memiliki hubungan secara sintaksis, tetapi tetap
harmonis ketika dinyanyikan.
6. Rancangan Bahan Ajar Teks Tanggapan Deskriptif
Permainan tradisional dipilih menjadi bahan ajar teks tanggapan
deskriptif dengan beberapa pertimbangan, yaitu pertama, permainan
tradisional merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang juga
merupakan bagian dari budaya Indonesia, ini sejalan dengan tema
“Pengenalan Budaya Indonesia” yang diusung pemerintah. Kedua,
permainan tradisional dimiliki setiap daerah, sehingga dapat dengan
tradisional dapat dideskripsikan dari segi bentuk, teknik permainan,
konteks situasi, serta konteks budayanya.
Penyusunan bahan ajar diramu dengan menggunakan format
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Format ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa RPP mencakup aspek-aspek pembelajaran secara
menyeluruh. Format RPP disesuaikan dengan panduan teknis penyusunan
RPP Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Dengan demikian, permainan tradisional cocok digunakan dalam
pembelajaran teks tanggapan deskriptif di kelas VII Sekolah Menengah
Pertama. Bahan ajar yag telah disusun juga dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif bahan ajar teks tanggapan deskriptif, di samping bahan ajar yang
telah disediakan pemerintah.
B. Saran
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, beberapa hal yang dapat
menjadi saran penulis yaitu sebagai berikut.
1. Hendaknya dilakukan penelitian lanjutan berbasis penelitian
eksperimen atau penelitian tindakan kelas, dengan menggunakan
instrumen RPP yang telah disusun. Penelitian terkait teks tanggapan
deskriptif berbasis kurikulum 2013 belum banyak dilakukan, sehingga
hal ini perlu menjadi perhatian para peneliti.
2. Bahan ajar yang telah dibuat dapat dimanfaatkan oleh guru Bahasa
Indonesia, khususnya yang berada di wilayah Jawa Barat. Guru di luar
Jawa Barat pun dapat memanfaatkannya dengan penyesuaian
permainan tradisional yang hidup di daerahnya.
3. Penelitian tentang permainan tradisional serta upaya sosialisasi
terhadapnya harus terus dilanjutkan, agar warisan budaya ini dapat
Enung Farhan M ardiyah, 2014
Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta D an Daftar Pustaka
Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta:
PT Temprint.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2008. Pengembangan materi
pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Atas Departemen
Pendidikan Nasional.
Grundy, Peter. 2008. Doing Pragmatics. London: Hoder Education.
Harian Umum Kompas. 2012. 200 Mainan Tradisional Sunda Terancam Punah. [daring].
Tersedia:
regional.kompas.com/read/2012/10/22/14070157/200/Mainan.Tradisional.Sunda.Tera
ncam.Punah.html. [21 Oktober 2013].
Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Indrawati, Siti Wuryan. 2007. Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Wisdom) dalam
Permainan Tradisional Etnis Sunda. Bandung: Penelitian Kompetitif Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kemendikbud. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koran Sindo. 2013. Mohamad Zaini Alif, Pendiri Komunitas Hong Menghidupkan Kembali
Permainan Tradisional. [daring]. Tersedia: m.koran-sindo.com/node/305598. [20
November 2013].
Kosasih. E. 2010. Menjadi Penulis Remaja. Jakarta: Penerbit Nobel Edumedia.
Kurniawan, Khaerudin. 2012. Belajar dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bandung: CV Bangkit Citra Persada.
Kusuma, Rendi Hari. 2012. Buku Pengenalan Permainan Tradisional Jawa Barat Berbasis
Augmented Reality. Jakarta: Jurnal Penelitian Universitas Gunadarma
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Enung Farhan M ardiyah, 2014
Analisis Lagu Kaulinan Budak D i D esa Cilandak Kecamatan Cibatu Kabupaten Purwakarta D an
wisdom)-dalam-permainan-tradisional-etnis-sunda. [20 November 2013].
Luxemburg, dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Muslich, Masnur. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Ramlan. 2001. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Ruhimat, Toto, dkk. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan FIP UPI: tidak diterbitkan.
Sukatman. 2009. Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia: Pengantar Teori dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
Syamsuddin dan Damaianti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Teew. A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: PT Karya Nusantara.
Zabadi, Fairul, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.