iii
ABSTRAK
Perjalanan hidup seseorang begitu beragam dengan berbagai problematika yang ada.
Problematika yang ada merupakan sebuah masalah yang terkadang terasa
menyakitkan. Masalah-masalah dalam hidup juga bermacam-macam penekanannya,
baik secara fisik maupun mental secara kontiniti. Dalam kehidupan ini, rasa sakit
tidak dapat kita hindari. Rasa sakit secara mental maupun fisik haruslah tetap dapat
dihadapi sebagai bagian dari perkehidupan yang selalu ada. Rasa sakit merupakan
sebuah konsekuensi atas semua tindak dan pilihan yang kita ciptakan.
Rasa sakit yang ada dapat kita kurangi intensitasnya dengan cara penanaman sugesti
dalam pola pikir masing-masing. Sakit tetapi tidak dirasakan sakit, hal ini menjadi
dwimakna atau ambigu. Konflik ambigu yang hadir merupakan pemaknaan rasa sakit
sebagai tantangan sehingga rasa sakit yang ada tidak terasa sebagai suatu penderitaan
namun sebagai rintangan yang harus dilewati. Hal ini akan menjadikan manusia kuat
untuk melawan rasa sakit yang muncul.
Rasa sakit ingin saya visualkan secara beragam sesuai dengan pemahaman sakit pada
setiap individu. Sakit dalam visualisasi video, ingin menampilkan sakit sebagai buah
dari tumbuhnya sosok yang baru. Sakit divisualkan dalam mix media diharapkan
dapat membentuk suatu dimensi dengan porsi sempit tentang pemahaman sakit yang
tidak harus dirasakan namun berdampak besar dalam kehidupan.
iv
ABSTRACT
One's life journey so diverse with various problems that exist. Problematic that there
is a problem that is sometimes painful. The problems in life are also a variety of
emphasis, both physically and mentally continuously. In this life, pain can not be
avoided. The pain mentally and physically to face must remain as part of the journey
of life that is always there. The pain is a consequence of all acts and choices that we
create.
We can reduce pain intensity by way of planting suggestions in their mindset. Pain is
felt but not pain, it is becoming ambiguous or unambiguous. Conflict is present
ambiguous meanings of pain as a challenge so that the pain is not felt as a suffering
but as obstacles that must be overcome. This will make a strong man to fight the pain
that appears.
I want to visualize pain as a variety of in accordance with the understanding of pain in
each individual. Visualization of pain in the video, want to show the pain as a result of
the growth of a new figure. Pain visualized in the mix media is expected to form a
narrow portion of the dimension with the understanding that no pain should be felt but
it have great impact in life.
v
1.3.1 Bagaimana cara memvisualisasikan pandangan perupa dalam menyikapi realitas dengan pemaknaan yang baru? ... 5
1.3.2 Bagaimana menggunakan unsur-unsur rupa agar makna kesakitan yang yang ambigu dapat dimengerti? ... 5
1.4 Tujuan Penciptaan ... 6
1.4.1 Realitas dalam sudut pandang perupa ... 6
1.4.2 Merefleksikan kehidupan perupa ... 6
1.4.3 Membuat karya yang dapat memberikan pandangan baru tentang kesakitan ... 6
1.5 Manfaat Penciptaan ... 6
1.5.1 Bagi Kalangan Akademik dapat dijadikan acuan proses berkarya seni ... 6
1.5.2 Bagi masyarakat umum sebagai salah satu media perenungan proses hidup dalam memaknai kesakitan ... 6
1.5.3 Bagi apresiator, karya Tugas Akhir ini diharapkan agar dapat menambah keberagaman pandangan tentang pemaknaan kesakitan dalam karya seni ... 6
1.6 Sistematika Penulisan ... 6
vi
2.3.6 Evolusi Dan Peran Perilaku ... 14
2.4 Wajah Datar ... 15
2.5 Mati Rasa ... 15
2.6 Ambigu ... 15
2.6.1 Konflik Ambigu ... 16
2.7 Visualisasi Kesakitan Dalam Karya Seni Rupa ... 16
2.8 Stop Motion ... 25
3.3.1Tahap Berpikir ... 31
vii
4.2 Build by Food ... 37
4.3 Still any Beat for Life ... 39
4.4 Just Face It ... 40
4.5 Not Available ... 42
4.6 I’ll be Fine ... 44
4.7 Soldiers of Pain ... 45
4.8 Pain in Life ... 46
BAB V SIMPULAN ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 51
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam
membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk
berpisah dari hubungan rumah tangga. Adanya anak dalam rumah tangga, tidak
mempengaruhi keegoisan mereka untuk tetap berpisah. Dapat dilihat dalam kasus ini,
anak sebagai korban perasaan. Masa kecil merupakan hal penting bagi semua orang,
karena pembentukan karakteristik terdapat pada fase anak-anak.
Proses mental terbentuk dari perjalanan setiap individu, pengaruh dari dalam maupun
luar. Pengaruh dari dalam melingkupi proses dari keluarga sebagai pranata terdekat
dan berpengaruh. Pengaruh dari luar melingkupi pergaulan dengan teman-teman
sebaya dan juga masyarakat. Ketika pengaruh ini masuk dan diterima masing-masing
individu, maka proses mental sebenarnya sedang berjalan namun tidak terlihat secara
fisik. Adanya bentrokan dengan masyarakat, perselisihan, ketidakharmonisan
keluarga, serta masalah-masalah lainnyalah yang menjadikan setiap orang membentuk
2
Pendominasian rasa sedih dan kecewa akan membuat kebanyakan orang menjadi
pribadi pemberontak, pemikir, perenung. Hal ini menjadi sesuatu yang ironis apabila
pembentukan karakter pemberontak, memberontak dengan cara yang salah. Cara yang
salah di sini, perupa simpulkan seperti: jatuh dalam pergaulan bebas, mengkonsumsi
obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, tattoo-piercing, dan gaya hidup hedonisme
lainnya sebagai pelarian. Maka dari itu, perupa mencoba meneliti psikologi sosial
yang berkaitan dengan anak-anak bermasalah sebagai bahan untuk diangkat pada
karya.
Perupa dalam kasus ini merupakan bagian dari beberapa keluarga yang bernasib
malang dalam gagalnya utuh suatu keluarga. Perupa mengalami hal serupa dengan
anak-anak lainnya yang bernasib sama. Perupa pernah menjadi pelaku dari pelarian
yang salah, namun tidak dalam kurun waktu yang lama, perupa tersadar bahwa
pelarian ini merupakan tindak semata-mata melarikan diri dari realitas yang ada dan
hanya membuang-buang waktu dan masa depan. Perupa berkembang dan belajar
memahami segala hal lebih banyak di luar komunitas keluarga. Masyarakat menjadi
acuan dan teladan perupa karena memiliki andil besar pada kehidupan perupa
dibanding keluarga inti.
Pelarian ini dilakukan kebanyakan „korban‟ karena kurangnya kasih sayang dan
perhatian, ketika suatu kehangatan kasih yang didamba pada masa kecil tidak kunjung
didapati dari pranata keluarga adapun ditemukan dari keluarga yang baik-baik saja
(tidak mengalami kasus perceraian) hanya saja kurang perhatian menjadi kuci utama
masalah ini terjadi, kebanyakan anak pada umumnya yang kurang mendapati
perhatian akan menjadi agresif dan berkelakuan nakal. Ini terbukti dari banyaknya
kumpulan sahabat perupa yang bernasib sama.
Mengkritisi hal ini, perupa mencoba mengamati keadaan sekitar dan merenungi
tentang realitas hidup yang bertentangan dengan hal-hal baik yang jarang dirasakan.
Perupa berfikir untuk mencari solusi akan cara yang akan dikedepankan agar dapat
meredam semua bentuk kekecewaan dengan sesuatu yang baru. Perupa
mengkhawatirkan akan anak-anak yang didominasi karakteristik pemberontak akan
3
masa depannya sendiri. Hal ini sangat disayangkan, maka dari itu perupa mencoba
bertindak melalui proses pemikiran dengan karya-karya yang akan dihadirkan melalui
rasa-rasa sakit yang menghantui bukanlah sebuah halangan untuk tetap memandang
dunia dengan optimis dengan angan dan cita-cita yang cerah.
Dalam realitas kehidupan, seringkali ditemukan peristiwa-peristiwa ironis, seperti:
anak depresi bunuh diri atau membunuh dirinya perlahan lewat obat-obatan terlarang
yang dikonsumsi adapun hingga nyawanya tak terselamatkan, pergaulan bebas hingga
AIDS, atau mabuk-mabukan sebagai kasus ringan. Menjadikan perupa tergerak
membahas perilaku menyimpang pada kebanyakan orang yang tengah menjadi tren
atau gaya hidup.
Dalam perdebatan antara para ilmuwan sosial didapati penjelasan tentang
perilaku sosial seseorang. Hasil perdebatan menyatakan bahwa perilaku sosial
seseorang dipengaruhi oleh insting, kebiasaan, dan juga bersumber dari proses mental.
William James juga menjelaskan pentingnya dampak struktur sosial atas "diri" (self)
perasaan kita terhadap diri kita sendiri dan masyarakat berperan besar dalam
mempengaruhi “diri”.
Dalam tahun 1980-an, konsep kognisi, sebagian besar mempengaruhi konsep sikap.
Istilah "kognisi" digunakan untuk menunjukan adanya proses mental dalam diri
seseorang sebelum melakukan tindakan. Teori kognisi kontemporer memandang
manusia sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan
mengalihkan informasi. Kita secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan
masalah, dan mengambil keputusan.
Manusia memproses informasi dengan cara tertentu melalui struktur kognitif yang
diberi istilah "schema". Struktur tersebut berperan sebagai kerangka yang dapat
menginterpretasikan pengalaman-pengalaman sosial yang kita miliki. Struktur kognisi
bisa membantu kita mencapai keterpaduan dengan lingkungan, dan membantu kita
untuk menyusun realitas sosial dan bagaimana kita memproses informasi yang
4
Menyikapi kondisi masyarakat yang seringkali mengalami masalah dalam hidup,
perupa mencoba memahami realitas yang tengah terjadi melalui pendekatan psikologi
sosial untuk menemukan perspektif berbeda mengenai realitas agar mendapat solusi
mengenai masalah yang selalu kita hadapi dalam hidup ini. Hal ini dibahas perupa
agar pola pikir masyarakat dapat berubah dan memiliki pandangan baru menyikapi
hidupnya dan berusaha memahami kembali arti „derita‟ dan „bencana atau musibah‟
yang terlanjur diartikan pesimistik oleh kita semua. Sehingga dapat memotivasi
masyarakat dengan beban hidup berat agar dapat melakukan hal-hal yang hebat untuk
dirinya dan masya
akat.
Perupa banyak menghabiskan waktu lewat perenungan tentang realitas hidup terhadap
tindakan masyarakat (berpusat pada psikologi sosial). Melalui perenungan ini, perupa
ingin membagikan pengalamannya dengan memvisualkan hasil perenungan dengan
karya. Masa lalu yang pahit diandaikan sebagai tutup buku dan mencoba bangkit
dengan membuka lembaran baru akan hal-hal yang bisa dibanggakan sebagai bentuk
pernyataan bangkit dari rasa sakit dan kecewa.
Perupa menyadari penuh bahwa ia merupakan bagian dari manusia, yang tak akan
pernah bisa lepas dari masalah, kecuali manusia itu sudah tidak bernyawa karena
hidup itu merupakan suatu proses perjuangan yang tidak kunjung henti, pengalaman
yang membawa seseorang mencapai taraf kedewasaan dan untuk mencapai
penyempurnaan diri. Masalah-masalah yang ada membuat pribadi perupa menyikapi
segala sesuatu secara dewasa.
Perupa belajar melibatkan proses mengorganisasikan pengalaman-pengalaman ke
dalam pola-pola yang sistematis dan bermakna. Untuk lebih jelasnya, perupa ingin
menyampaikan tentang mengorganisasikan pengalaman-pengalan sebagai proses
perenungan akan pengalaman yang didapat ke dalam pola-pola yang bermakna
sebagai olah untuk mewujudkan karya dalam bentuk fisik dua dimensi di atas kanvas.
Hal ini merupakan proses pembelajaran hidup dengan mempersepsi keseluruhan,
lambat laun terjadi proses diferensiasi, yakni menangkap bagian dan detail suatu
5
Belajar menurut paham ini merupakan bagian dari masalah yang lebih besar yakni
mengorganisasikan persepsi kedalam suatu pemahaman akan keseluruhan dunia yang
bersifat psikologis. Seseorang mereaksi terhadap lingkungan sesuai dengan
persepsinya terhadap lingkungan pada saat tersebut. Manusia mempersepsi
lingkungan secara selektif, tidak semua objek masuk kedalam fokus persepsi individu,
sebagian berfungsi hanya sebagai latar.
Dalam mayarakat banyak terjadi hal serupa, khususnya pada anggota keluarga yang
tidak harmonis. Sangat disayangkan, kontrol diri dari setiap pribadi kurang kritis dan
memandang segala sesuatu secara skeptis, sehingga banyak terjadi pelampiasan di
luar kendali hanya untuk mengalihkan kenyataan yang ada.
1.2 Batasan Masalah
Dalam tugas akhir ini, perupa membatasi masalah dengan menampilkan sisi negatif
dari realitas kehidupan, seperti; kekecewaan, kesakitan, depresi, kehilangan, dan
pandangan skeptis yang diolah daengan cara mengkritisi realitas hidup. Menggunakan
metode visual, yang menggambarkan peranan kesakitan yang disajikan melalui efek
visual, dengan maksud dan makna berbeda yang ingin disampaikan secara ambigu.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Bagaimana cara memvisualisasikan pandangan perupa dalam menyikapi
realitas dengan pemaknaan yang baru?
1.3.2 Bagaimana menggunakan unsur-unsur rupa agar makna kesakitan yang yang
6
1.4 Tujuan Penciptaan
Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memberikan pandangan baru dari hasil dan
proses mental perupa dalam menyikapi realitas masyarakat sewasa ini. Perupa ingin
mengajak masyarakat untuk ikut serta mengkritisi realitas kehidupan dengan
kemapanan pola pikir agar lebih jernih dalam memandang sesuatu secara bijaksana.
Secara rinci tujuan tersebut untuk mengetahui :
1.4.1 Realitas dalam sudut pandang perupa.
1.4.2 Merefleksikan kehidupan perupa.
1.4.3 Membuat karya yang dapat memberikan pandangan baru tentang kesakitan.
1.5 Manfaat Penciptaan
1.5.1 Bagi kalangan akademik dapat dijadikan acuan untuk proses berkarya seni.
1.5.2 Bagi masyarakat umum sebagai salah satu media perenungan proses hidup
dalam memaknai kesakitan.
1.5.3 Bagi apresiator, karya Tugas Akhir ini diharapkan agar dapat menambah
keberagaman pandangan tentang pemaknaan kesakitan dalam karya seni.
1.6 Sistematika Penulisan
Bab 1 Memaparkan latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, serta sebagian gambaran pada bab-bab berikutnya.
Bab 2 Menguraikan teori-teori yang melandasi konsep karya. Teori yang dipakai
untuk melengkapi konsep karya meliputi teori ambiguitas, ambigu dan kesakitan.
Bab 3 Konsep Visual.
Bab 4 Deskripsi Karya.
7
1.7 Kerangka Berpikir / Kerangka Penciptaan
47
BAB V SIMPULAN
Kesakitan yang dialami seseorang mempunyai makna yang berbeda-beda tergantung
latar belakang, intensitas rasa sakit, pemahaman akan rasa sakit, pola piker atau
persepsi terhadap rasa sakit dan pemahaman kultur budaya tentang makna sakit.
Semua latar belakang yang berbeda-beda ini melandasi makna sakit itu sendiri sesuai
pemahamannya masing-masing.
Begitu pula dengan perupa yang mengangkat tema kesakitan dan merepresentasikan
ulang rasa sakit itu ke dalam karya-karya sebagai rasa sakit yang ambigu. Konflik
ambigu ini terjadi ketika rasa sakit tetapi tidak sakit.
Ketika suatu rasa sakit sudah tidak dirasakan sakit lagi, mati rasa atau adanya
ketidakpekaan rasa. Kebal terhadap rasa sakit dalam jangka waktu yang panjang dan
terus-menerus dengan intensitas tinggi.
Jadi rasa sakit yang ada tidak selalu bermakna menghancurkan atau buruk tetapi
mempunyai peran penting dalam kehidupan sebagai proses pembelajaran. Peran rasa
48
menangani rasa-rasa sakit yang ada. Rasa sakit yang ada dapat memacu seseorang
untuk lebih waspada, tegar, kuat dalam menangani kehidupan selanjutnya.
Oleh karena itu, pada karya Tugas Akhir ini ditampilkan rasa sakit tanpa
mengendepankan ekspresi kesakitan. Ambigu ini bertujuan untuk mengajak semua
individu untuk lebih membuka wawasan akan pemaknaan dan pemahaman rasa sakit
AGAINST MYSELF
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik meraih gelar
Sarjana Strata Satu Seni Rupa Murni
Oleh
ANITA TEJA PERMANA
0762006
PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
LEMBAR PENGESAHAN
AGAINST MYSELF
Disusun oleh
Nama : Anita Teja Permana
NRP : 0762006
Telah Diperiksa dan Disetujui
Sebagai Laporan Pengantar Karya Tugas Akhir Pada Program Studi Seni Rupa Murni
Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha
Bandung, Juni 2011
Diketahui Disetujui
Dra. Belinda Sukapura Dewi, M.Sn Ismet Zaenal Effendi, M.Sn Agus Cahyana, M.Sn NIK : 620010 NIK : 620026 NIK : 620021
___________________________ ______________ _____________
PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
PERNYATAN HASIL KARYA PRIBADI
Saya,yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : ANITA TEJA PERMANA
NRP : 0762006
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dan Pengantar Karya yang berjudul :
“AGAINST MYSELF” adalah hasil pekerjan saya dan seluruh
Ide, pendapat atau material dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan
referensi yang sesuai
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyatan ini tidak sesuai
dengan kenyatan maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan dikenakan
kepada saya.
Bandung, Juni 2011
Yang membuat pernyatan,
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
N a m a : Anita Teja Permana
N R P : 0762006
Fakultas / Jurusan : Seni Rupa dan Desain / S1 Seni Rupa Murni
Dengan ini, saya menyatakan bahwa
1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti noneksklusif (Non-Ekslusive Royalti-Free Right) atas laporan penelitian saya yang berjudul
“ Against My Self “.
2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan / mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta.
3. Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.
Bandung, 17 Juni 2011 Yang menyatakan,
KATA PENGANTAR
Pengantar Tugas Akhir ini merupakan tugas yang harus diselesaikan dalam
rangka memenuhi persyaratan akademik untuk mencapai gelar Sarjana Strata
Satu pada Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain
Universitas Kristen Maranatha.
Proyek Tugas Akhir yang berjudul “AGAINST MYSELF” yaitu menciptakan
karya lukis, mix media, instalasi, video art yang bersifat ambiguitas terhadap
Rasa Sakit Sebagai Bentuk Perlawanan, sehingga membentuk karakter
berdasarkan sifat sakit itu sendiri.
Pengantar Karya Tugas Akhir ini terdiri atas lima bab, yaitu :
BAB I Pendahuluan BAB II Landasan Teori Bab III Konsep Karya
BAB IV Muatan Karya
BAB V Simpulan
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya pengantar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Semoga informasi yang ada di dalam pengantar Tugas Akhir ini
dapat membatu pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan baru.
Berkaitan dengan pembuatan pengantar Tugas Akhir ini, tentunya terdapat
banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaiannya, yaitu antara lain:
1. Bapak Gai Suhardja, Phd., selaku Dekan FSRD Universitas Maranatha.
2. Ibu Dra. Belinda Sukapura Dewi, M.Sn., selaku Ketua Program Studi Seni
Rupa Murni FSRD Universitas Kristen Maranatha.
3. Bapak Agus Cahyana, M.Sn., selaku dosen pembimbing.
4. Bapak Ismet Zaenal Effendi, M.Sn., selaku dosen pembimbing.
5. Keluarga penulis atas doa dan dukungan dalam proses penyelesaian tugas
6. Teman-teman penulis; Boriz Mc. Bravo, Lamria Patricia, Lina Nata, Theressa
Regina, Ira Irianto, Jonathan Timotius, Denny Maulana, Lucky Konzo, Alfred,
Fifa Chazali, Kupi, Krisna Ardika Wala, Uyuy, Niko, dan Michael selaku
teman-teman yang selalu memberikan bantuan dan dukungan sehingga tugas
akhir ini dapat terasa lebih ringan.
Pengantar Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masih
mungkin ada kekeliruan dalam penulisan karena keterbatasan data atau
pemahaman. Penulis juga mengharapkan masukan berupa kritik dan saran
yang membangun guna menyempurnakan segala kekurangan yang ada.
Bandung, Juni 2011
49
DAFTAR PUSTAKA
Tabrani, Primadi. 2000. Proses kreasi, apresiasi, belajar. Bandung : ITB.
Damajanti, Irma. Psikologi seni, penerbit: Kiblat.
Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Anak. Bandung : Mandar Maju.
Ambiguitas (http://www.artikata.com/arti-318655-.html)
Sakit (http://id.wikipedia.org/wiki/Sakit)
Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal :
87.
Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80
Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta :
Djambatan.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Hlm 1502-1533.
Konsep Dasar Nyeri (http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.html)
“Asosiasi Internasional untuk Studi Pain | Definisi Pain". Diakses 12 Oktober 2010. Berasal dari Bonica JJ. Kebutuhan sebuah taksonomi. Pain. 1979; 6 (3) :247-8.
Nikola Grahek, Merasa nyeri dan menjadi kesakitan, Oldenburg, 2001.
50
Pembaruan Pain. 2003; 101 (3) :213-9.
Derek A. Denton:. primordial Emosi fajar kesadaran. Oxford University Press; 8 Juni
2006.
Prkachin KM, Salomo PE, Ross J. meremehkan rasa sakit oleh penyedia perawatan
kesehatan: suatu model proses menyimpulkan rasa sakit pada orang lain. terhadap Bisa.J.
Nurs.Res.. 2007; 39 (2) :88-106.
Melzack, R; Wall, PD (1996)). Tantangan nyeri (2 ed.. London: Penguin. hal 26-28.
Morris DR. Budaya rasa sakit. Berkeley: University of California Press, 1991.
Video Art (http://en.wikipedia.org/wiki/Video_art)
Stop Motion (http://en.wikipedia.org/wiki/Stop_motion)
Mixed Media (http://en.wikipedia.org/wiki/Mixed_media)