• Tidak ada hasil yang ditemukan

Against Myself.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Against Myself."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

iii

ABSTRAK

Perjalanan hidup seseorang begitu beragam dengan berbagai problematika yang ada.

Problematika yang ada merupakan sebuah masalah yang terkadang terasa

menyakitkan. Masalah-masalah dalam hidup juga bermacam-macam penekanannya,

baik secara fisik maupun mental secara kontiniti. Dalam kehidupan ini, rasa sakit

tidak dapat kita hindari. Rasa sakit secara mental maupun fisik haruslah tetap dapat

dihadapi sebagai bagian dari perkehidupan yang selalu ada. Rasa sakit merupakan

sebuah konsekuensi atas semua tindak dan pilihan yang kita ciptakan.

Rasa sakit yang ada dapat kita kurangi intensitasnya dengan cara penanaman sugesti

dalam pola pikir masing-masing. Sakit tetapi tidak dirasakan sakit, hal ini menjadi

dwimakna atau ambigu. Konflik ambigu yang hadir merupakan pemaknaan rasa sakit

sebagai tantangan sehingga rasa sakit yang ada tidak terasa sebagai suatu penderitaan

namun sebagai rintangan yang harus dilewati. Hal ini akan menjadikan manusia kuat

untuk melawan rasa sakit yang muncul.

Rasa sakit ingin saya visualkan secara beragam sesuai dengan pemahaman sakit pada

setiap individu. Sakit dalam visualisasi video, ingin menampilkan sakit sebagai buah

dari tumbuhnya sosok yang baru. Sakit divisualkan dalam mix media diharapkan

dapat membentuk suatu dimensi dengan porsi sempit tentang pemahaman sakit yang

tidak harus dirasakan namun berdampak besar dalam kehidupan.

(2)

iv

ABSTRACT

One's life journey so diverse with various problems that exist. Problematic that there

is a problem that is sometimes painful. The problems in life are also a variety of

emphasis, both physically and mentally continuously. In this life, pain can not be

avoided. The pain mentally and physically to face must remain as part of the journey

of life that is always there. The pain is a consequence of all acts and choices that we

create.

We can reduce pain intensity by way of planting suggestions in their mindset. Pain is

felt but not pain, it is becoming ambiguous or unambiguous. Conflict is present

ambiguous meanings of pain as a challenge so that the pain is not felt as a suffering

but as obstacles that must be overcome. This will make a strong man to fight the pain

that appears.

I want to visualize pain as a variety of in accordance with the understanding of pain in

each individual. Visualization of pain in the video, want to show the pain as a result of

the growth of a new figure. Pain visualized in the mix media is expected to form a

narrow portion of the dimension with the understanding that no pain should be felt but

it have great impact in life.

(3)

v

1.3.1 Bagaimana cara memvisualisasikan pandangan perupa dalam menyikapi realitas dengan pemaknaan yang baru? ... 5

1.3.2 Bagaimana menggunakan unsur-unsur rupa agar makna kesakitan yang yang ambigu dapat dimengerti? ... 5

1.4 Tujuan Penciptaan ... 6

1.4.1 Realitas dalam sudut pandang perupa ... 6

1.4.2 Merefleksikan kehidupan perupa ... 6

1.4.3 Membuat karya yang dapat memberikan pandangan baru tentang kesakitan ... 6

1.5 Manfaat Penciptaan ... 6

1.5.1 Bagi Kalangan Akademik dapat dijadikan acuan proses berkarya seni ... 6

1.5.2 Bagi masyarakat umum sebagai salah satu media perenungan proses hidup dalam memaknai kesakitan ... 6

1.5.3 Bagi apresiator, karya Tugas Akhir ini diharapkan agar dapat menambah keberagaman pandangan tentang pemaknaan kesakitan dalam karya seni ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

(4)

vi

2.3.6 Evolusi Dan Peran Perilaku ... 14

2.4 Wajah Datar ... 15

2.5 Mati Rasa ... 15

2.6 Ambigu ... 15

2.6.1 Konflik Ambigu ... 16

2.7 Visualisasi Kesakitan Dalam Karya Seni Rupa ... 16

2.8 Stop Motion ... 25

3.3.1Tahap Berpikir ... 31

(5)

vii

4.2 Build by Food ... 37

4.3 Still any Beat for Life ... 39

4.4 Just Face It ... 40

4.5 Not Available ... 42

4.6 I’ll be Fine ... 44

4.7 Soldiers of Pain ... 45

4.8 Pain in Life ... 46

BAB V SIMPULAN ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 51

(6)
(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya kehidupan dewasa ini disemaraki oleh banyaknya kegagalan dalam

membina rumah tangga yang utuh. Seringkali banyak keluarga memilih untuk

berpisah dari hubungan rumah tangga. Adanya anak dalam rumah tangga, tidak

mempengaruhi keegoisan mereka untuk tetap berpisah. Dapat dilihat dalam kasus ini,

anak sebagai korban perasaan. Masa kecil merupakan hal penting bagi semua orang,

karena pembentukan karakteristik terdapat pada fase anak-anak.

Proses mental terbentuk dari perjalanan setiap individu, pengaruh dari dalam maupun

luar. Pengaruh dari dalam melingkupi proses dari keluarga sebagai pranata terdekat

dan berpengaruh. Pengaruh dari luar melingkupi pergaulan dengan teman-teman

sebaya dan juga masyarakat. Ketika pengaruh ini masuk dan diterima masing-masing

individu, maka proses mental sebenarnya sedang berjalan namun tidak terlihat secara

fisik. Adanya bentrokan dengan masyarakat, perselisihan, ketidakharmonisan

keluarga, serta masalah-masalah lainnyalah yang menjadikan setiap orang membentuk

(8)

2

Pendominasian rasa sedih dan kecewa akan membuat kebanyakan orang menjadi

pribadi pemberontak, pemikir, perenung. Hal ini menjadi sesuatu yang ironis apabila

pembentukan karakter pemberontak, memberontak dengan cara yang salah. Cara yang

salah di sini, perupa simpulkan seperti: jatuh dalam pergaulan bebas, mengkonsumsi

obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, tattoo-piercing, dan gaya hidup hedonisme

lainnya sebagai pelarian. Maka dari itu, perupa mencoba meneliti psikologi sosial

yang berkaitan dengan anak-anak bermasalah sebagai bahan untuk diangkat pada

karya.

Perupa dalam kasus ini merupakan bagian dari beberapa keluarga yang bernasib

malang dalam gagalnya utuh suatu keluarga. Perupa mengalami hal serupa dengan

anak-anak lainnya yang bernasib sama. Perupa pernah menjadi pelaku dari pelarian

yang salah, namun tidak dalam kurun waktu yang lama, perupa tersadar bahwa

pelarian ini merupakan tindak semata-mata melarikan diri dari realitas yang ada dan

hanya membuang-buang waktu dan masa depan. Perupa berkembang dan belajar

memahami segala hal lebih banyak di luar komunitas keluarga. Masyarakat menjadi

acuan dan teladan perupa karena memiliki andil besar pada kehidupan perupa

dibanding keluarga inti.

Pelarian ini dilakukan kebanyakan „korban‟ karena kurangnya kasih sayang dan

perhatian, ketika suatu kehangatan kasih yang didamba pada masa kecil tidak kunjung

didapati dari pranata keluarga adapun ditemukan dari keluarga yang baik-baik saja

(tidak mengalami kasus perceraian) hanya saja kurang perhatian menjadi kuci utama

masalah ini terjadi, kebanyakan anak pada umumnya yang kurang mendapati

perhatian akan menjadi agresif dan berkelakuan nakal. Ini terbukti dari banyaknya

kumpulan sahabat perupa yang bernasib sama.

Mengkritisi hal ini, perupa mencoba mengamati keadaan sekitar dan merenungi

tentang realitas hidup yang bertentangan dengan hal-hal baik yang jarang dirasakan.

Perupa berfikir untuk mencari solusi akan cara yang akan dikedepankan agar dapat

meredam semua bentuk kekecewaan dengan sesuatu yang baru. Perupa

mengkhawatirkan akan anak-anak yang didominasi karakteristik pemberontak akan

(9)

3

masa depannya sendiri. Hal ini sangat disayangkan, maka dari itu perupa mencoba

bertindak melalui proses pemikiran dengan karya-karya yang akan dihadirkan melalui

rasa-rasa sakit yang menghantui bukanlah sebuah halangan untuk tetap memandang

dunia dengan optimis dengan angan dan cita-cita yang cerah.

Dalam realitas kehidupan, seringkali ditemukan peristiwa-peristiwa ironis, seperti:

anak depresi bunuh diri atau membunuh dirinya perlahan lewat obat-obatan terlarang

yang dikonsumsi adapun hingga nyawanya tak terselamatkan, pergaulan bebas hingga

AIDS, atau mabuk-mabukan sebagai kasus ringan. Menjadikan perupa tergerak

membahas perilaku menyimpang pada kebanyakan orang yang tengah menjadi tren

atau gaya hidup.

Dalam perdebatan antara para ilmuwan sosial didapati penjelasan tentang

perilaku sosial seseorang. Hasil perdebatan menyatakan bahwa perilaku sosial

seseorang dipengaruhi oleh insting, kebiasaan, dan juga bersumber dari proses mental.

William James juga menjelaskan pentingnya dampak struktur sosial atas "diri" (self)

perasaan kita terhadap diri kita sendiri dan masyarakat berperan besar dalam

mempengaruhi “diri”.

Dalam tahun 1980-an, konsep kognisi, sebagian besar mempengaruhi konsep sikap.

Istilah "kognisi" digunakan untuk menunjukan adanya proses mental dalam diri

seseorang sebelum melakukan tindakan. Teori kognisi kontemporer memandang

manusia sebagai agen yang secara aktif menerima, menggunakan, memanipulasi, dan

mengalihkan informasi. Kita secara aktif berpikir, membuat rencana, memecahkan

masalah, dan mengambil keputusan.

Manusia memproses informasi dengan cara tertentu melalui struktur kognitif yang

diberi istilah "schema". Struktur tersebut berperan sebagai kerangka yang dapat

menginterpretasikan pengalaman-pengalaman sosial yang kita miliki. Struktur kognisi

bisa membantu kita mencapai keterpaduan dengan lingkungan, dan membantu kita

untuk menyusun realitas sosial dan bagaimana kita memproses informasi yang

(10)

4

Menyikapi kondisi masyarakat yang seringkali mengalami masalah dalam hidup,

perupa mencoba memahami realitas yang tengah terjadi melalui pendekatan psikologi

sosial untuk menemukan perspektif berbeda mengenai realitas agar mendapat solusi

mengenai masalah yang selalu kita hadapi dalam hidup ini. Hal ini dibahas perupa

agar pola pikir masyarakat dapat berubah dan memiliki pandangan baru menyikapi

hidupnya dan berusaha memahami kembali arti „derita‟ dan „bencana atau musibah‟

yang terlanjur diartikan pesimistik oleh kita semua. Sehingga dapat memotivasi

masyarakat dengan beban hidup berat agar dapat melakukan hal-hal yang hebat untuk

dirinya dan masya

akat.

Perupa banyak menghabiskan waktu lewat perenungan tentang realitas hidup terhadap

tindakan masyarakat (berpusat pada psikologi sosial). Melalui perenungan ini, perupa

ingin membagikan pengalamannya dengan memvisualkan hasil perenungan dengan

karya. Masa lalu yang pahit diandaikan sebagai tutup buku dan mencoba bangkit

dengan membuka lembaran baru akan hal-hal yang bisa dibanggakan sebagai bentuk

pernyataan bangkit dari rasa sakit dan kecewa.

Perupa menyadari penuh bahwa ia merupakan bagian dari manusia, yang tak akan

pernah bisa lepas dari masalah, kecuali manusia itu sudah tidak bernyawa karena

hidup itu merupakan suatu proses perjuangan yang tidak kunjung henti, pengalaman

yang membawa seseorang mencapai taraf kedewasaan dan untuk mencapai

penyempurnaan diri. Masalah-masalah yang ada membuat pribadi perupa menyikapi

segala sesuatu secara dewasa.

Perupa belajar melibatkan proses mengorganisasikan pengalaman-pengalaman ke

dalam pola-pola yang sistematis dan bermakna. Untuk lebih jelasnya, perupa ingin

menyampaikan tentang mengorganisasikan pengalaman-pengalan sebagai proses

perenungan akan pengalaman yang didapat ke dalam pola-pola yang bermakna

sebagai olah untuk mewujudkan karya dalam bentuk fisik dua dimensi di atas kanvas.

Hal ini merupakan proses pembelajaran hidup dengan mempersepsi keseluruhan,

lambat laun terjadi proses diferensiasi, yakni menangkap bagian dan detail suatu

(11)

5

Belajar menurut paham ini merupakan bagian dari masalah yang lebih besar yakni

mengorganisasikan persepsi kedalam suatu pemahaman akan keseluruhan dunia yang

bersifat psikologis. Seseorang mereaksi terhadap lingkungan sesuai dengan

persepsinya terhadap lingkungan pada saat tersebut. Manusia mempersepsi

lingkungan secara selektif, tidak semua objek masuk kedalam fokus persepsi individu,

sebagian berfungsi hanya sebagai latar.

Dalam mayarakat banyak terjadi hal serupa, khususnya pada anggota keluarga yang

tidak harmonis. Sangat disayangkan, kontrol diri dari setiap pribadi kurang kritis dan

memandang segala sesuatu secara skeptis, sehingga banyak terjadi pelampiasan di

luar kendali hanya untuk mengalihkan kenyataan yang ada.

1.2 Batasan Masalah

Dalam tugas akhir ini, perupa membatasi masalah dengan menampilkan sisi negatif

dari realitas kehidupan, seperti; kekecewaan, kesakitan, depresi, kehilangan, dan

pandangan skeptis yang diolah daengan cara mengkritisi realitas hidup. Menggunakan

metode visual, yang menggambarkan peranan kesakitan yang disajikan melalui efek

visual, dengan maksud dan makna berbeda yang ingin disampaikan secara ambigu.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana cara memvisualisasikan pandangan perupa dalam menyikapi

realitas dengan pemaknaan yang baru?

1.3.2 Bagaimana menggunakan unsur-unsur rupa agar makna kesakitan yang yang

(12)

6

1.4 Tujuan Penciptaan

Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memberikan pandangan baru dari hasil dan

proses mental perupa dalam menyikapi realitas masyarakat sewasa ini. Perupa ingin

mengajak masyarakat untuk ikut serta mengkritisi realitas kehidupan dengan

kemapanan pola pikir agar lebih jernih dalam memandang sesuatu secara bijaksana.

Secara rinci tujuan tersebut untuk mengetahui :

1.4.1 Realitas dalam sudut pandang perupa.

1.4.2 Merefleksikan kehidupan perupa.

1.4.3 Membuat karya yang dapat memberikan pandangan baru tentang kesakitan.

1.5 Manfaat Penciptaan

1.5.1 Bagi kalangan akademik dapat dijadikan acuan untuk proses berkarya seni.

1.5.2 Bagi masyarakat umum sebagai salah satu media perenungan proses hidup

dalam memaknai kesakitan.

1.5.3 Bagi apresiator, karya Tugas Akhir ini diharapkan agar dapat menambah

keberagaman pandangan tentang pemaknaan kesakitan dalam karya seni.

1.6 Sistematika Penulisan

Bab 1 Memaparkan latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, serta sebagian gambaran pada bab-bab berikutnya.

Bab 2 Menguraikan teori-teori yang melandasi konsep karya. Teori yang dipakai

untuk melengkapi konsep karya meliputi teori ambiguitas, ambigu dan kesakitan.

Bab 3 Konsep Visual.

Bab 4 Deskripsi Karya.

(13)

7

1.7 Kerangka Berpikir / Kerangka Penciptaan

(14)

47

BAB V SIMPULAN

Kesakitan yang dialami seseorang mempunyai makna yang berbeda-beda tergantung

latar belakang, intensitas rasa sakit, pemahaman akan rasa sakit, pola piker atau

persepsi terhadap rasa sakit dan pemahaman kultur budaya tentang makna sakit.

Semua latar belakang yang berbeda-beda ini melandasi makna sakit itu sendiri sesuai

pemahamannya masing-masing.

Begitu pula dengan perupa yang mengangkat tema kesakitan dan merepresentasikan

ulang rasa sakit itu ke dalam karya-karya sebagai rasa sakit yang ambigu. Konflik

ambigu ini terjadi ketika rasa sakit tetapi tidak sakit.

Ketika suatu rasa sakit sudah tidak dirasakan sakit lagi, mati rasa atau adanya

ketidakpekaan rasa. Kebal terhadap rasa sakit dalam jangka waktu yang panjang dan

terus-menerus dengan intensitas tinggi.

Jadi rasa sakit yang ada tidak selalu bermakna menghancurkan atau buruk tetapi

mempunyai peran penting dalam kehidupan sebagai proses pembelajaran. Peran rasa

(15)

48

menangani rasa-rasa sakit yang ada. Rasa sakit yang ada dapat memacu seseorang

untuk lebih waspada, tegar, kuat dalam menangani kehidupan selanjutnya.

Oleh karena itu, pada karya Tugas Akhir ini ditampilkan rasa sakit tanpa

mengendepankan ekspresi kesakitan. Ambigu ini bertujuan untuk mengajak semua

individu untuk lebih membuka wawasan akan pemaknaan dan pemahaman rasa sakit

(16)

AGAINST MYSELF

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik meraih gelar

Sarjana Strata Satu Seni Rupa Murni

Oleh

ANITA TEJA PERMANA

0762006

PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

(17)

LEMBAR PENGESAHAN

AGAINST MYSELF

Disusun oleh

Nama : Anita Teja Permana

NRP : 0762006

Telah Diperiksa dan Disetujui

Sebagai Laporan Pengantar Karya Tugas Akhir Pada Program Studi Seni Rupa Murni

Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha

Bandung, Juni 2011

Diketahui Disetujui

Dra. Belinda Sukapura Dewi, M.Sn Ismet Zaenal Effendi, M.Sn Agus Cahyana, M.Sn NIK : 620010 NIK : 620026 NIK : 620021

___________________________ ______________ _____________

(18)

PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PERNYATAN HASIL KARYA PRIBADI

Saya,yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : ANITA TEJA PERMANA

NRP : 0762006

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dan Pengantar Karya yang berjudul :

“AGAINST MYSELF” adalah hasil pekerjan saya dan seluruh

Ide, pendapat atau material dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan

referensi yang sesuai

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyatan ini tidak sesuai

dengan kenyatan maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan dikenakan

kepada saya.

Bandung, Juni 2011

Yang membuat pernyatan,

(19)

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

N a m a : Anita Teja Permana

N R P : 0762006

Fakultas / Jurusan : Seni Rupa dan Desain / S1 Seni Rupa Murni

Dengan ini, saya menyatakan bahwa

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti noneksklusif (Non-Ekslusive Royalti-Free Right) atas laporan penelitian saya yang berjudul

“ Against My Self “.

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalih mediakan / mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta.

3. Saya bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana semestinya.

Bandung, 17 Juni 2011 Yang menyatakan,

(20)

KATA PENGANTAR

Pengantar Tugas Akhir ini merupakan tugas yang harus diselesaikan dalam

rangka memenuhi persyaratan akademik untuk mencapai gelar Sarjana Strata

Satu pada Jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain

Universitas Kristen Maranatha.

Proyek Tugas Akhir yang berjudul “AGAINST MYSELF” yaitu menciptakan

karya lukis, mix media, instalasi, video art yang bersifat ambiguitas terhadap

Rasa Sakit Sebagai Bentuk Perlawanan, sehingga membentuk karakter

berdasarkan sifat sakit itu sendiri.

Pengantar Karya Tugas Akhir ini terdiri atas lima bab, yaitu :

 BAB I Pendahuluan  BAB II Landasan Teori  Bab III Konsep Karya

 BAB IV Muatan Karya

 BAB V Simpulan

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya pengantar Tugas Akhir ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Semoga informasi yang ada di dalam pengantar Tugas Akhir ini

dapat membatu pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan baru.

Berkaitan dengan pembuatan pengantar Tugas Akhir ini, tentunya terdapat

banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaiannya, yaitu antara lain:

1. Bapak Gai Suhardja, Phd., selaku Dekan FSRD Universitas Maranatha.

2. Ibu Dra. Belinda Sukapura Dewi, M.Sn., selaku Ketua Program Studi Seni

Rupa Murni FSRD Universitas Kristen Maranatha.

3. Bapak Agus Cahyana, M.Sn., selaku dosen pembimbing.

4. Bapak Ismet Zaenal Effendi, M.Sn., selaku dosen pembimbing.

5. Keluarga penulis atas doa dan dukungan dalam proses penyelesaian tugas

(21)

6. Teman-teman penulis; Boriz Mc. Bravo, Lamria Patricia, Lina Nata, Theressa

Regina, Ira Irianto, Jonathan Timotius, Denny Maulana, Lucky Konzo, Alfred,

Fifa Chazali, Kupi, Krisna Ardika Wala, Uyuy, Niko, dan Michael selaku

teman-teman yang selalu memberikan bantuan dan dukungan sehingga tugas

akhir ini dapat terasa lebih ringan.

Pengantar Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masih

mungkin ada kekeliruan dalam penulisan karena keterbatasan data atau

pemahaman. Penulis juga mengharapkan masukan berupa kritik dan saran

yang membangun guna menyempurnakan segala kekurangan yang ada.

Bandung, Juni 2011

(22)

49

DAFTAR PUSTAKA

Tabrani, Primadi. 2000. Proses kreasi, apresiasi, belajar. Bandung : ITB.

Damajanti, Irma. Psikologi seni, penerbit: Kiblat.

Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Anak. Bandung : Mandar Maju.

Ambiguitas (http://www.artikata.com/arti-318655-.html)

Sakit (http://id.wikipedia.org/wiki/Sakit)

Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal :

87.

Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80

Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta :

Djambatan.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Hlm 1502-1533.

Konsep Dasar Nyeri (http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.html)

“Asosiasi Internasional untuk Studi Pain | Definisi Pain". Diakses 12 Oktober 2010. Berasal dari Bonica JJ. Kebutuhan sebuah taksonomi. Pain. 1979; 6 (3) :247-8.

Nikola Grahek, Merasa nyeri dan menjadi kesakitan, Oldenburg, 2001.

(23)

50

Pembaruan Pain. 2003; 101 (3) :213-9.

Derek A. Denton:. primordial Emosi fajar kesadaran. Oxford University Press; 8 Juni

2006.

Prkachin KM, Salomo PE, Ross J. meremehkan rasa sakit oleh penyedia perawatan

kesehatan: suatu model proses menyimpulkan rasa sakit pada orang lain. terhadap Bisa.J.

Nurs.Res.. 2007; 39 (2) :88-106.

Melzack, R; Wall, PD (1996)). Tantangan nyeri (2 ed.. London: Penguin. hal 26-28.

Morris DR. Budaya rasa sakit. Berkeley: University of California Press, 1991.

Video Art (http://en.wikipedia.org/wiki/Video_art)

Stop Motion (http://en.wikipedia.org/wiki/Stop_motion)

Mixed Media (http://en.wikipedia.org/wiki/Mixed_media)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Para gembala menyadari bahwa untuk mengalami pertumbuhan gereja tidak cukup hanya dengan pertum- buhan biologis dengan anggota jemaat yang melahirkan maupun karena

Pada tahapan ini penelusuran informasi pada sumber primer sudah memasuki pada tingkat pemahaman pada diri informan, tahapan ini informan sudah mulai menemukan

Kualitas audit ditambahkan sebagai variabel moderator didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2009) yang menemukan bahwa pengungkapan laporan keuangan yang

Teknisi dapat membuat laporan kunjungan yang bertujuan agar teknisi dapat menyimpan informasi selama melakukan aktivitas perbaikan kerusakan selain itu sekaligus

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh jenis minuman tradisional (minuman jahe, minuman kunyit asam, minuman temulawak, dan minuman beras kencur),

16 Namun tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang detail Raad Kerta yang yang mengizinkan seseorang untuk mengangkat sentana yang sama sekali tidak ada

Menurut Suryabrata (1987:23), faktor yang mempengaruhi hasil belajar berupa: (1) faktor belajar yang berasal dari luar diri pelajar yaitu lingkungan, instrumental