SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh ERNAWATI
1002516
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Problem Based Learning Berbantuan Video
pada Materi Pencemaran Air
Oleh Ernawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Biologi
© Ernawati 2014
Universitas Pendidikan Indonesia September 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PADA MATERI PENCEMARAN AIR
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. RR. Hertien Koosbandiah, M.Sc NIP. 196104191985032001
Pembimbing II
Eni Nuraeni. M.Pd NIP. 197606052001122001
Diketahui oleh,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ...iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMAKASIH ...vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 5
C. BatasanMasalah ... 5
D. TujuanPenelitian ... 5
E. ManfaatPenelitian ... 6
F. Asumsi ... 6
G. Hipotesis ... 6
BAB II KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN VIDEO PADA MATERI PENCEMARAN AIR ... 7
B. Media Video ... 11
C. KeterampilanBerpikirKritis ... 13
D. MateriPembelajaran ... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21
A. WaktudanLokasiPenelitian ... 21
B. PopulasidanSampel ... 21
C. MetodePenelitian ... 21
D. DesainPenelitian ... 21
E. DefinisiOperasional ... 22
F. InstrumenPenelitian ... 23
G. ProsedurPenelitian ... 25
H. AnalisisInstrumenPenelitian ... 27
I. TeknikPengolahan Data ... 30
J. AlurPenelitian ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. HasilPenelitian ... 34
B. Pembahasan ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
ABSTRAK
Penelitianinimengkajitentang “KeterampilanBerpikirKritisSiswaMelaluiProblem
Based LearningBerbantuan VideopadaMateriPencemaran Air”.
Penelitianinidilakukanuntukmemberikangambaranketerampilanberpikirkritissiswasebelu mdansesudahpembelajaranmenggunakanProblem Based Learning(PBL) berbantuan videopadamaterimateripencemaran air.Metode yang digunakandalampenelitianyaituPra-Eksperimental (Pre-digunakandalampenelitianyaituPra-Eksperimental Design)dengandesainpenelitianThe one group pretest-posttest.Penelitiandilakukan di SMAN 1 Parongpongdengansubjekpenelitiankelas X-A. DatadijaringdarihasilpretesdanpostessoaluraianKeterampilanberpikirkritismenurut Ennis (dalam Costa, 1985), angket yang diberikanpadasiswadanwawancara yang dilakukandengan gurusertacatatanlapangan.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa rata-rata keterampilanberpikirkritissiswaawaluntuksemuaindikatorberpikirkritistermasukkedalamk ategorirendahyaitusebesar 39% dansetelahpembelajaranmenggunakanProblem Based
Learningberbantuan video rata-rata
keterampilanberpikirkritissiswauntuksemuaindikatorberpikirkritismeningkatmenjadikateg oricukupdenganpersentasesebesar 74%. Berdasarkanindeks gain untuksemuaindikatorberpikirkritissetelahpembelajaranmenggunakanProblem based learningberbantuan video mencapaipeningkatansedang. Hasilpenelitianinimenunjukkanadanyapeningkatanketerampilanberpikirkritissiswasetelah dilakukannnyaProblem Based Learningberbantuan video untukmenghadirkansituasinyatadalampembelajaranmateripencemaran
airtanpaharuskelapangansecaralangsung.
Abstract
This study examines the "Students Critical Thinking Ability ThroughProblem Based Learning Assisted Video on the Sub-concept of Water Pollution".
This study was conducted to find out the critical thinking skills of students before and after learning used PBL video-assisted in sub-concepts of water pollution. The method used in the study is Pre-Experimental (Pre-Experimental Design) with design of the study The one group pretest-posttest. The research was conducted at SMAN 1 Parongpong with XA class research subjects. The collection of data captured from the pretest and posttest about critical thinking abilities according to Ennis (in Costa, 1985), a questionnaire was given to students and interviews with teachers and field notes. The results showed that the average critical thinking skills for all students in the pretest existingcategory not good with the percentage of 39% and after learning used Problem Based Learning video-assisted the average of critical thinking ability of student increased to categories enough with a percentage of 74%. Based on the index gain for all indicators of critical thinking after the used of Problem Based Learning by using video achieve a modest increase. The results of this study showed an increase in students' critical thinking skills after the used of Problem Based Learning by using video to present the real situation in the water pollution without having to the field directly.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Berpikirmerupakanhalyang
sangatpentingbagimanusia.Berpikirdimulaisejakmanusiadapatmempersepsihal-hal yang
adadilingkungannyadanterusberlanjutsepanjanghayatnya.Untukmempertahankanhi
dupnyadalammenyesuaikandiridenganlingkungan,manusiasangatbergantungpadak emampuanberpikirnya. Hal inisenadadenganpendapatShukor (Pritasari, 2011) yang menyatakan bahwa untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat adalah dengan membentuk budaya berpikir kritis di masyarakat.Berpikir kritis adalah keharusan dalam usaha menyelesaikan masalah, membuat keputusan,
menganalisis
asumsi-asumsi.Mengingatperananpentingberpikirkritisdalamkehidupanseseorangbaikdala mkehidupanpribadimaupundalambermasyarakat,
makaberpikirkritismerupakansuatukarakteristik yang dianggappentinguntukdiajarkan di sekolahpadasetiapjenjangpendidikan.Hal inisenadadenganpendapatPritasari (2011) yang menyatakanbahwa prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan adalah mendidik siswa tentang bagaimana cara belajar dan berpikir kritis. Berpikir kritis diterapkan kepada siswa untuk belajar memecahkan masalah secara sistematis, inovatif, dan mendesain solusi yang mendasar. Dengan berpikir kritis siswa menganalisis apa yang mereka pikirkan, mensintesis informasi, dan menyimpulkan (Pritasari, 2011).
Guru harusmampumembuatsuasanabelajar yang
mendukunguntukmengembangkanketerampilanberpikirkritissiswa. Hal inisesuaidenganpendapatMeyers (Tiwari, 1999) yang menyatakan bahwa lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan berpikir kritis harus ada empat elemen yaitu: (1) merangsang minat siswa, (2) menciptakan diskusi
mengembangkan suasana saling percaya dan mendukung. Hal inimenunjukkanbahwa guru harusmampumembuatsuasanabelajar yang mendukunguntukdapatmengembangkanketerampilanberpikirkritissiswa. Salah
satu model pembelajarandenganlingkungan yang
kondusifuntukdapatmelatihataumengembangkanketerampilanberpikirkritissiswaad alah model Problem based learning (PBL). Model Problem Based Learningdiawalidenganadanyasuatumasalah.Masalah yang digunakan berperan dalam mendorong perolehan keterampilan berpikir kritis. Melalui masalah sebagai pemicu, siswa mengeksplorasi ide-ide dalam konteks, mengintegrasikan
konsep-konsep baru dengan pengetahuan sebelumnyamelalui refleksi, siswa membangun pemahaman pribadi dari pengetahuanya tersebut.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai Problem Based Learning dan keterampilan berpikir kritis siswa mendapatkan hasil yang positif yaitu terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa sesudah pembelajaran menggunakan Problem Based Learning. Rachmawati (2010) yang meneliti peranProblem Based Learning dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada konsep sistem endokrin di SMP, menemukanbahwaterjadipeningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Nuryani (2009) yang meneliti korelasi antara keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep pencemaran lingkungan menggunakan Problem Based Learning menunjukkan ada korelasi antara keterampilan berpikir kritis dengan Problem Based Learning. Namun ada juga hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan Problem Based Learning. Penelitian Nurpianti (2010) yang meneliti pengaruh Problem Based Learning terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa pada konsep sistem pernapasan manusia di kelas VIImenunjukkanadanyapeningkatanketerampilanberpikirkritissiswa yang kecil.
3
interaksidenganlingkungan dapatdicapaimelaluimetode field trip. Melalui kegiatan field trip siswa akan dihadapkan pada contoh-contoh konkret masalahyang ada di lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengalami, merasakan, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan serta menarik kesimpulan sendiri.
Metode field trip memiliki beberapa kekurangan menurut Uno dan Muhammad (Rahmawati, 2012) yaitu membutuhkan banyak orang, waktu yang banyakdanbiaya yang mahal.Kekuranganfield trip yang membutuhkanbanyak orang misalnyadalam pelaksanaannya seperti memerlukan persiapan yang
melibatkan banyak pihak, yaitu pihak sekolah dan pihak lokasi atau tempat yang dituju, memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik siswa di lapangan dan memerlukan tanggungjawab guru dan sekolah atas kelancaran dan keselamatan siswa. Kekuranganfield tripselanjutnyayaitu memerlukan waktu yang cukup banyak seperti dalam perencanaan dan persiapan kegiatan yang harus matang.Biaya yang cukup mahal juga menjadi salah satu kekurangan dari field trip.
Salah satucarauntukdapatmengatasikekuranganmetodefield tripyang memerlukanbanyak orang, waktu yang lama, danbiaya yang cukupmahaldapat
digunakan melalui media video yang berperan
menyajikansituasinyatadalamkehidupansehari-harisebagai pengganti dari metode field trip tersebut. Video dapat menayangkan sebuah intisari objek, dan memecahkan masalah dalam pengajaran sains yang dapat dihadirkan di kelas. Penggunaan video dianggap lebih efisien dibanding media lain dalam proses mengajar menyangkut bahan ajar sains seperti biologi. Hal
inisesuaidenganpendapatPrinsip (2006) yang
kansertalebihpenasarandengan media yang ada (Izzudin, 2013).Kelebihandari media video iniadalahdapatmenjelaskanpesanpembelajaranlebihjelas, mengatasipermasalahanmengenaiwaktu yang terbatas, dapatdiulangdandihentikansesuaikehendakataumenurutkebutuhan,
selainitudapatmenimbulkanpengaruhterhadapsiswauntuktertarikdenganmemperhat ikannyasehinggapesan (informasi) pembelajarandapattersampaikan (Izzudin, 2013).
Sungai yang ada di Kota Bandung hampirseluruhnyasudahtercemar, halinisenadamenurutKepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) Kota Bandung, Ahmad Rekotomomenyatakan 47sungai yang ada di Kota Bandung seluruhnyatelahtercemar (Galamedia.com, 2012). Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan indutri. Oleh karena itu keberadaan air dalam masyarakat perlu dipelihara dan dilestarikan bagi kelangsungan kehidupan. Semua orang tahu betul akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Namun, tidak semua orang berpikir dan bertindak secara bijak dalam menggunakan air dengan segala permasalahan yang mengitarinya. Kebutuhan akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk melestarikan air, sehingga banyak sumber air yang
tercemar oleh perbuatan manusia itu sendiri.
Pembelajaranbiologipadamateripencemaranlingkunganmemilikikompetensidasary aitumengaplikasikanperanmanusiadalampengelolaanlingkunganuntukmengatasipe ncemarandankerusakanlingkungan.Peranmanusiadisinitermasukperansiswa di sekolahuntukdapatmemberikansolusimasalahpencemaranlingkungan yang terjadi.
Masalahpencemaran air yang terjadimerupakanmasalahsemua orang di
5
mberikansolusiterhadappermasalahantersebut.Olehkarenaitumasalahpencemaran air sungaiinidiambilsebagaibahanpembelajaran di dalamkelas.Cara menyajikanmasalahpencemaransungaiinidapatmenggunakan video.Video tersebutdiharapkandapatmenyajikansituasinyatadalamProblem Based Learningpadamateripencemaran air.KetikasituasinyatadalamProblem Based Learningdapatdihadirkankedalamkelasmakapembelajarandiharapkandapatmening katkanketerampilanberpikirkritissiswapadamateripencemaran air.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas maka rumusan masalah
dari penelitian ini yaitu:
Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa melaluiProblem Based Learningberbantuan video pada materi PencemaranAir?
Berikut beberapa pertanyaan penelitian dari rumusan masalah diatas:
1. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah Problem Based Learning berbantuan video pada materi pencemaran air?
2. Bagaimana respon siswa terhadap model Problem Based Learningyang berbantuan video pada materi pencemaran air?
3. Bagaimana tanggapan guru mata pelajaran biologi terhadap model Problem Based Learning yang berbantuan video pada materi pencemaran air?
C. Batasan Masalah
Penelitian dengan masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Media video yang digunakandalampenelitianiniberupa video yang berisihasilrekaman, fotodanmusikpendukung yang menggambarkansungaibersihdansungaitercemar.
mengidentifikasi asumsi, danmemutuskansuatutindakan) sebelum dan sesudah Problem Based Learning berbantuan video.
3. Materi dalam penelitian ini mencakup materi pencemaran lingkungan dengan sub materi pencemaran airsungai.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
memberikangambaranmengenaiketerampilanberpikir kritis siswa melaluiProblem Based Learningberbantuan video pada materi pencemaran lingkungan sub materi
pencemaran air. E. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi siswa
Memperoleh pengalaman langsung dalam Problem Based Learning pencemaran air sungai yang menggunakan video.
2. Bagi guru
Sebagai alternatif mengajarkan materi pencemaran air sungaidenganmenggunakan video dalamProblem Based Learning.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dasar pengembangan berbagai
model pembelajaran alternatif yang lebih
efektifdalammeningkatkanketerampilanberpikirkritissiswa.
F. Asumsi
Adapun asumsi yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
2. MenurutArsyad(2004), Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi maka semakinbesar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
G. Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Parongpong yang beralamat di Jl.Cihanjuang rahayu No.39 ,40559 Lembang, Bandung, Jawa Barat.Penelitian berlangsung pada bulan Mei-Juni 2014.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Parongpong dan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Parongpong. Pemilihan sampel kelas dilakukan melalui tehnik random sampling yaitu pengambilannya dilakukan dengancara acak. Penelitian ini tidak memerlukan kriteria khusus dalam penentuan kelas yang akan digunakan, sehingga digunakan cara random sampling atau acak dalam pemilihan kelas penelitian. Dari total 5 kelas yang ada di SMAN 1 Parongpong, sampel yang diambil adalah kelas X A dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Pra-Eksperimental (Pre-Pra-Eksperimental Design) (Emzir, 2007) karena perlakuan tidak menggunakan kontrol. Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil perlakuan dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan keadaan sebelum dan setelah diberi perlakuan.
D. Desain Penelitian
Desain Pada penelitian ini menggunakan The one group pretest-posttest. Desain The one group pretest-posttest menggunakan 2 kali pengukuran yaitu sebelum eksperimen (pretes) dan setelah eksperimen (postes) dengan
22
eksperimen dan tidak menggunakan kelas kontrol. Berikut desain penelitian The one group pretest-posttest:
O1 X O2
(Sumber: Emzir, 2007) Keterangan:
O1 = Tes sebelum Problem Based Learningberbantuan video
X = Pembelajaran menggunakan Problem Based Learningberbantuanvideo O2 = Tes sesudah Problem Based Learningberbantuanvideo
E. Definisi Operasional
1. Problem-based learningberbantuan video
Problem-based learning (PBL) berbantuan video dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang didalamnya terdapat permasalahan yang dibantu dengan video dan masalah tersebut harus diselesaikan pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini terdiri dari lima tahapan atau lima fase yaitu: Orientasi masalah (video sungai tercemar ditayangkan), mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini diselesaikan siswa secara berkelompok maupun secara individu. Permasalahan yang diberikan disini adalah permasalahan lingkungan yang ada disekitar siswa.
2. Media Video
Video dalam penelitian ini merupakan hasil rekaman video, foto dan musik pendukung yang menggambarkansungai bersih dan sungai tercemar. Media video yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri. Video ini terdiri dari dua video, satu menggambarkan sungai belum tercemar dengan lokasi di
sudah tercemar yang berlokasi di sungai Ciduriandengan kriteria: warna air keruh, terdapat di dekat pemukiman (ada saluran pembuangan limbah rumah tangga ke sungai) dan adanya sampah.
3. Keterampilan berpikir kritis
Keterampilan berpikir kritis siswa merupakan keterampilan siswa dalam menjawab soal-soal. Hasil jawaban siswa kemudian diubah menjadi skor.Selanjutnya hasil skor tersebut diubah menjadi bentuk persentase sub indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis.
F. Instrumen Penelitian
Uraian mengenai instrumen yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini, ditampilkan sebagai berikut:
1. Tes keterampilan berpikir kritis
Tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan merupakan soal berbentuk uraian yang berjumlah 10 soal. Setiap sub indikator diberikan dua soal (Lampiran B1).
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen KeterampilanBerpikir Kritis N 1 Elementary clarification
(memberikan penjelasan sederhana)
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan
2 1, 2
2 Basic support (membangun keterampilan dasar)
Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
2 2, 4
3 Inference (membuat inferensi atau menyimpulkan)
Membuat dan
mempertimbangkan nilai keputusan
2 5, 6
4 Advance clarification (memberikan penjelasan lebih lanjut)
Mengidentifikasi asumsi 2 7, 8
5 Strategi and tactic (mengatur strategi dan taktik)
24
2. Angket siswa
Angket siswa yang digunakan berbentuk pernyataan dengan jawaban “Ya”
atau “Tidak” yang bertujuan sebagai data penunjang guna menjaring respon
siswa terhadap model Problem Based Learningyang menggunakan video dalam penelitian ini.Angket terlampirkan (Lampiran B.2) dan berikut kisi-kisi angket yang diberikan pada siswa:
Tabel 3.2. Kisi-kisi Naskah Angket Siswa
Kriteria Jumlah
Pernyataan
No Pernyataan Pernyataan tentang video yang
ditayangkan
2 1, 2
Pernyataan hubungan antara masalah dalam pembelajaran dan materi pelajaran yang relevan
2 3, 4
Pernyataan sumber informasi yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah
6 5, 8, 9, 10, 11, 12
Pernyataan siswa mampu menyebutkan contoh-contoh yang berbeda
1 6
Pernyataan siswa berani berbicara untukmengungkapkan pendapatnya
1 7
Pernyataan siswa mempertimbangkan alternatif jawaban
1 13
Pernyataan siswa tentang Problem based learning berbantuan video pada materi pencemaran air
3 14, 15, 16
3. Wawancara guru
bahan pembelajaran (Lampiran B.3). Berikut pedoman kisi-kisi wawancara yang akan diberikan pada guru mata pelajaran Biologi:
Tabel 3.3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru
Kriteria Jumlah pertanyaan
Tanggapan guru terhadap modelProblembased learning yang memanfaatkan video sebagai bahan pembelajaran
1
Pengaruh Problembased learning terhadap keterampilan berpikir kritis siswa
1
Keaktifan siswa selama Problembased learningyang memanfaatkan video sebagai bahan pembelajaran
1
Video yang digunakan dapat menampilkan situasi nyata masalah pencemaran air padaProblem based learning
1
Kesesuaian Problembased learningyang
memanfaatkan video dengan konsep yang diajarkan.
1
4. Catatan lapangan
Catatan lapangan ini dilakukan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Catatan lapangan ini bertujuan untuk mencatat apa yang terjadi pada saat pembelajaran untuk menunjang hasil penelitian ini (Lampiran C.3).
G. Prosedur Penelitian
Berdasarkan desain penelitian maka dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Sebelum penelitian dilakukan terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan
dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah yang akan di teliti (Lampiran A1).
26
dekat pemukiman (ada saluran pembuangan limbah rumah tangga ke sungai) dan adanya sampah.Dan yang kedua memuat sungai bersih yang berlokasi di sungai Cimahi (sungai diatas curug cimahi) dengan kriteria: warna air bersih, terdapat jauh dari pemukiman warga, dan tidak terdapat sampah dan durasi masing-masing video3-4 menit.
c. Proses judgment video sungai bersih dan sungai tercemar.
d. Menyusun instrumen penelitian berupa soal uraian tes keterampilan berpikir kritis dengan jumlah 10 soal (Lampiran B.1), angket siswa (Lampiran B.2), wawancara guru (Lampiran B.3).
e. Melakukan validasi instrumen lewat proses judgment dan uji coba instrumen (Lampiran C.5)
f. Revisi hasil validasi instrumen dan melalukan revisi instrumen. 2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian melalui beberapa tahapan sebagai berikut: a. Menentukan satu kelas yang akan diteliti.
b. Memberikan pretest pada kelas tersebut yang dilakukan sebelum jam pelajaran.
c. Melaksanakan pembelajaran menggunakan Problem Based Learningdengan memanfaatkan video sebagai penyampai pesan pada sub konsep pencemaran air. Penerapan pembelajaran ini dilakukan dua kali pertemuan dengan waktu empat jam pelajaran (4 x 40 menit).
d. Tahapan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Kegiatan awal dengan alokasi waktu 10 menit.
2) Kegiatan inti, yaitu pembelajaran menggunakan Problembased
learningdan penerapan video dengan tahapan atau fase dan alokasi waktu terdapat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Tahapan Problem Based LearningBerbantuanVideo pada Sub Materi Pencemaran Air
1 Memberikan orientasi tentang pencemaran sungai kepada peserta didik (pencemaran sungai disampaikan melalui video)
20 menit
2 Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
10 menit
3 Membantu investigasi penyelesaian masalah secara mandiri dan kelompok
40 menit
No Fase atau tahapanProblem Based Learning Alokasi waktu 4 Mengembangkan dan mempresentasikan
hasil karya berupa hasil penyelesaian masalah (Jawaban pertanyaan-pertanyaan masalah pencemaran air atau berupa laporan sederhana)
25 menit
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
30 menit
3) Kegiatan penutup atau kegiatan akhir dengan alokasi waktu 10 menit. 4) Membuat catatan lapangan
3. Memberikan posttest pada kelas penelitian yang dilakukan diluar jam pelajaran.
4. Memberikan respon angket siswa dan wawancara pada guru. 5. Tahap Pelaporan
Tahapan akhir dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Mengolah data hasil penelitian
Data hasil keterampilan berpikir kritis dinilai dalam bentuk persentase untuk setiapindikatornya. Data hasil angket siswa yang telah didapatkan dibuat dalam bentuk persentase terlebih dahulu dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru
dianalisis secara deskriptif.
b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian. c. Menarik kesimpulan dan skripsi.
H. Analisis Instrumen Penelitian
28
Dengan melakukan analisis terhadap soal berpikir kritis akan diperoleh informasi mengenai baik buruknya soal tersebut sehingga dapat dilakukan perbaikan. Berikut adalah empat analisis yang dilakukan terhadap soal keterampilan berpikir kritis:
1. Validitas Tes
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Sriyati, 2011). Jadi yang dimaksud dengan validitas tes adalah ukuran yang menyakatan keshahihan suatu instrumen sehingga mampu
mengukur apa yang hendak diukur.Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Sebuah item yang memiliki validitas tinggi memiliki skor yang sejajar dengan skor total.Kesejajaran itu dapat diartikan korelasi (Arikunto, 2009).Pengujian dan pengolahan validitas soal dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software Anates versi 4.0.5 tahun 2004.Nilai validitas tes yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan tafsiran nilai pada Tabel 3.5.
2. Reabilitas Tes
Reabilitas tes merupakan konsistensi soal dalam memberikan hasil pengukuran.Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf konsistensi yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap.Tes ini digunakan untuk seluruh soal, bukan tiap soal (Sriyati, 2011).Pengujian dan pengolahan reabilitas soal dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software Anates versi 4.0.5 tahun 2004.Nilai Reabilitas yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan tafsiran nilai pada Tabel 3.5.
3. Daya Pembeda
menunjukkan hasil yang tinggi, sedangkan jika diberikan kepada siswa yang berketerampilan rendah akan menunjukkan hasil yang rendah.Pengujian dan pengolahan daya pembeda soal dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software Anates versi 4.0.5 tahun 2004.Klasifikasi daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.
4. Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Sriyati, 2011).Soal yang terlalu mudah tidak menstimulus siswa untuk
berusaha memecahkan masalah yang ada pada soal.Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (Arikunto, 2009).Pengujian dan pengolahan tingkat kesukaran soal dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software Anates versi 4.0.5 tahun 2004.Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Analisis Instrumen Essay
Aspek Rumus Kriteria
Validitas
rXY
= N ∑ XY –(∑ X) (∑ Y√{N∑X 2–(∑X)}{N∑Y2–(∑Y)}
0.80-1.00 = Sangat tinggi 0.60-0.79= Tinggi
0.80-1.00 = Sangat tinggi 0.60-0.79= Tinggi
TK = Tingkat Kesukaran Mean = Rata-rata skor siswa
Skor maksimum = skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran
30
Mean A= rata-rata skor kelompok atas Mean B= rata-rata skor kelompok bawah Skor maksimum= skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran
DP<0.00= Sangat Jelek 0.00-0.20= Jelek 0.21-0.40= Cukup 0.41-0.70= Baik
0.71-1.00= Sangat Baik
Soal yang ada diuji coba terlebih dahulu, kemudian dianalisis validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.Hasil analisis uji coba soal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan untuk hasil analisis uji coba secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.5.
Tabel 3.6. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen
No soal
Reabilitas Validitas Tingkat kesukaran
I. Teknik Pengolahan Data
Soal tes keterampilan berpikir kritis yang berupa soal uraian akan diolah dengan cara sebagai berikut:
a. Memberikan skor jawaban siswa
Pemberian skor jawaban siswa disesuaikan dengan kriteria jawaban yang sebelumnya sudah ditentukan.Untuk setiap soal memiliki skor 3-0.
b. Menghitung persentase skor siswa
Skor total yang didapat siswa diubah ke dalam bentuk persentase dengan cara dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan sehingga diperoleh persentase penguasaan keterampilan berpikir kritis
siswa. Proses pengubahan dari skor menjadi persentase digunakan rumus sebagai berikut:
Persentase hasil = Skor jawaban siswa x 100% Skor ideal
c. Menafsirkan hasil persentase
Menentukan persentase nilai berpikir kritis siswa untuk melihat kategori keterampilan sebagai berikut:
Tabel 3.7. Klasifikasi Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Persentase Skor Perolehan Siswa
Persentase (%) Kategori/Kriteria
76-100 Baik
56-75 Cukup
40-55 Kurang
0-39 Rendah
(Arikunto dalam Yuristira, 2010)
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa, digunakan rumus nilai indeks gain Hake (Hake, 1999).
32
Indeks gain yang diperoleh kemudian ditafsirkan dengan kategori berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 3.8. Kategori Indeks Gain Menurut Hake(Hake, 1999).
Rentang Nilai Kategori
G > 0.7 Baik
0.3 < G < 0.7 Sedang
G ≤ 0.3 Rendah
3. Untuk melakukan penghitungan persentase tanggapan siswa yang diperoleh dari angket digunakan rumus sebagai berikut:
Respon = Jumlah siswa yang menjawab X 100% Jumlah seluruh siswa
Hasil persentase perhitungan kuantitatif diatas ditafsirkan dengan menggunakan kategori menurut Koentjaraningrat (Mastufah, 2010) sebagai berikut:
Tabel 3.9. Kategori Hasil Persentase Angket Menurut Koentjaraningrat
Persentase Kategori
0 % Tidak Satupun
1-30 % Sebagian Kecil 31- 49 % Hampir Setengahnya
50 % Setengahnya
51–80 % Sebagian Besar 81-99 % Hampir Seluruhnya
100% Seluruhnya
4. Pengolahan Hasil Respon Wawancara Guru
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini diolah dengan cara :
Ernawati, 2014
b. Menginterpretasi hasil wawancara untuk dianalisis secara menyeluruh yang bermanfaat bagi data penunjang.
J. Alur Penelitian
Angket siswa Tes akhir atau posttest
Tahap persiapan penelitian
Penyusunan proposal penelitian
Pembuatan video pembelajaran pencemaran
air Seminar proposal
Revisi proposal, pembuatan instrumen penelitian
Judgment dan uji coba instrumen
Tes awal atau pretest
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasanmakakesimpulandaripenelitianiniy aitu:
1. Siswa memiliki keterampilan yang cukup dalam menguasai keseluruhan sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikemukakan Ennis
setelahProblem Based Learningberbantuan video padamateripencemaran air.
2. Terjadipeningkatanketerampilanberpikirkritisdengankategorisedangsetela hProblem Based Learningberbantuan video padamateripencemaranair. 3. Berdasarkanhasilangket, hampirseluruhsiswamenyatakantertarikdengan
model Problem Based Learning yang menggunakan video sebagaibahanpembelajaranmateripencemaran air.
4. Berdasarkanhasilwawancara, guru mendukung pembelajaran yang menggunakan model ProblemBasedLearning dengan bantuan video sebagai bahan pembelajaran materi pencemaran air.
B. Saran
Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasanmakaterdapatbeberapa saran yang berkenaandenganpenelitianini, diantaranya:
1. Untuk dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, diperlukan situasi pembelajaran yang mendukung siswa melatihketerampilan berpikir kritisnya.
2. Membelajarkan keterampilan berpikir kritis dalam mempertimbangkan
60
sumber saja namun mempertimbangkansumber jurnalhasilpenelitian lain yang dapatmendukung.
3. Menggunakan model Problem based learningberbantuan video dalammeningkatkanketerampilanberpikirkritis,
siswaharusdiberipembiasaanterlebihdahulutentangProblem Based Learningdanmateri yang akanditayangkanmelalui video. Sehinggaketikapembelajaransiswasudahmemilikipengalamanataupengetahuan yang akanmenunjangketerampilanberpikirkritisnya, dengan kata lain apabilapengalamanataupengetahuansiswatentangsuatuhalbelumterpenuhi,
makaketerampilanberpikirkritissiswabelumtercapai.
4. Pembuatan video lebihmemuatinformasi yang memadai agar pemanfaatannyamaksimaldandapatdigunakandalamsemuatahapanProblem Based
Learningsertadapatmelatihkansemuaindikatorketerampilanberpikirkritissiswa. 5. Skoruntuksoaluraianinstrumenpenelitianketerampilanberpikirkritis,
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M.T. (2009).Inovasipendidikanmelalui problem based learning. Jakarta: PenerbitKencanaPrenada Media Group.
Amsyari, F. (1977). Prinsip-prinsip masalah pencemaran lingkungan.Surabaya: Ghalia Indonesia.
Arends, R.I. (2008). Learning to teach.Belajaruntukmengajar.Yogyakarta: PenerbitPustakaPelajar.
Arikunto, S. (2009).Dasar-dasarevaluasipendidikanedisirevisi.Jakarta: BumiAksara
Arsyad, A. (2004). Media Pembelajaran.Jakarta : PT Raja GrafindoPersada.
Costa, A. L. (1985).“Teacher Behaviors that Enable Student Thinking”.Dalam
A.L. Costa (ed). Developing Minds: A Resourse Book for Teaching Thinking.Alexandria: ASCD.
Darmawan, N.H. (2012).
AnalisisKemampuanBerpikirKritisSiswadalamPembelajaranBerbasisMa salahpadaKonsepPencemaranLingkungan.Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Emzir, prof. (2007). Metodologi penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
Fisher, A. (2009). Berpikir kritis sebuah pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Fristanti, I. (2012).
PeningkatanKemampuanBerpikirKritisPadaPelajaranIpsSejarahDengan PembelajaranBerbasisMasalahPadaSiswaMtsNahdlatulUlama
Malang.[PDF].Tersedia:
http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel4897A63EAE97C0DAD1CC905B0D E1CB79.pdf. [6 Juli 2014]
Galamedia.com. (2012).Peringatan Hari Air Dunia Air Tanah di Kota Bandung Kritis.[Online].Tersedia:
62
Hake, R. R. (1999).Analyzing Change/Gain Scores.[PDF].Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.[ Juli 2014]
Hamalik, O. (1977). Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni.
Handika, A. D. (2013). Pencemaran Air. [Online]: Tersedia:
Iskandar, B. (2013). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Problem Based Learning Berbantuan Video Pembelajaran di Kelas V SDN Karangayu 02 Semarang. [PDF]. Tersedia: http://lib.unnes.ac.id/17364/1/1401409014.pdf [22 Desember 2013]
Izzudin, A.M. (2013). EfektivitasPenggunaan Media Pembelajaran Video InteraktifUntukMeningkatkanHasilBelajarPraktik Service Engine Dan
Komponen- Komponennya.[PDF].Tersedia:
http://lib.unnes.ac.id/18840/1/5201409006.pdf.
Masek, A &Sulaiman, Y. (2012).The Impact of Instructional Methods on Critical Thinking: A Comparison of Problem-Based Learning and Conventional Approach in Engineering Education. [Artikel].Tersedia: http://www.hindawi.com/journals/isrn/2012/759241/[ 26Agustus 2014]
Mastufah.(2010). PengaruhPendekatanKonstektualBerbantuan Power Point TerhadapHasilBelajarSiswa.Skripsipada FPMIPA UPI.Bandung: Tidakditerbitkan.
Murti, B. (2010). BerpikirKritis (Critical Thinking).[PPT].Tersedia: http://fk.uns.ac.id/static/materi/Berpikir_Kritis-Prof_Bhisma_Murti.ppt.[ 27Agustus 2014]
Nurpianti, D. (2010). Pengaruh PBL terhadap keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep sistem pernapasan manusia di kelas VII. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
PBL. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Organ, T.W. (1965).The Art of Critical Thinking.Boston: Houghton Mifflin Company.
Parker, R. & Moore.B.N. (1986).Critical Thinking, Evaluating Claims and Argument in Everyday Life.California: Mayfield Publishing Company.
Pritasari, A.D.C. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI). [PDF]. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/2384/1/skripsi_(ajeng_desi-07301241049).pdf [22 Desember 2013]
Rachmawati, D.N. (2010). Penerapan PBL untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada konsep sistem endokrin. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Rahmawati, E.N. (2012). Profilketerampilan proses danmotivasibelajarsiswamelaluikegiatan fieldtrip padakonsepekosistem. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Reta, I.K. (2012). Pengaruh Model
PembelajaranBerbasisMasalahTerhadapKeterampilanBerpikirKritisDiti njau Dari Gaya KognitifSiswa. [PDF].Tersedia: pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/195 [7 Juli 2014]
Rickets, J. C. (2003).The Efficacy Of Leadership Development, Critical Thinking Dispositions, And Student Academic Performance On The Critical Thinking Skills Of Selected Youth Leaders. [PDF].Tersedia: http://purl.fcla.edu/fcla/etd/UFE0000777. [12 September 2014]
Saeed, J.S. &Rousta, S. (2013). The Effect of Problem-based Learning on Critical Thinking Ability of Iranian EFL Students. [PDF]. Tersedia: http://www.academians.org/articles/July2013-1.pdf [24 Desember 2013]
Santrock, J. W., (2004). Educational psychology. (2nd ed). New York : McGraw Hill Companies, Inc.
64
Sari, D. (2012). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran Ipa Kelas VIII SMP NEGERI 5 SLEMAN. [PDF]. Tersedia:http://eprints.uny.ac.id/9174/10/10%20BAB%20I%20%20V.pd f [24 Desember 2013]
Saptasari, M., Corebima, A.D. &Hadi.A.M. (2008).PengaruhPembelajaran Problem Based Learning (Pbl) TerhadapKemampuanBerpikirKritis Dan PemahamanKonsepBiologiSiswaSmaNegeri Di Kota Malang.
[Doc].Tersedia:
http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel43D60967E8C4A9D6B2E4CDE13CD 5934A.doc. [6 Juli 2014]
Sastrawujaya, A.T. (2009). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Siregar, C. D. (2013). Kemampuanberpikirkritissiswa SMA melaluipembelejaran guided inquiry pada sub konseppencemaran air. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Snyder, G &Snyder, M. (2008). Teaching Critical Thinking and Problem Solving
Skills. [PDF]. Tersedia:
http://reforma.fen.uchile.cl/Papers/Teaching%20Critical%20Thinking%2
0Skills%20and%20problem%20solving%20skills%20-%20Gueldenzoph,%20Snyder.pdf [24 Desember 2013]
Sriyati, S. (2011).Analisispokokuji.[PDF].JurusanPendidikanBiologi FPMIPA UPI.
Surtikanti, H.K. (2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prima Press.
Tiwari, A., Chan, S., & Sullivan, P.L. (1999).Enhancing Students’ Critical Thinking through Problem-Based Learning. [PDF]. Tersedia: http://teaching.polyu.edu.hk/datafiles/R93.pdf [24 Desember 2013]
Waryanto, H. (2007). Penggunaan Media Audio Visual dalam Menunjang Critical Thinking Skills Through Problem-Based Learning. [PDF].Tersedia:
inking%20skills%20through%20problem-based%20learning.pdf.[24 Agustus 2014]