PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER
(RESOURCE CENTER)
SLBN DEPOK DALAM
MENDUKUNG IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh:
Siti Jubaedah, S.Pd
( 1201599)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER
(RESOURCE CENTER)
SLBN DEPOK DALAM
MENDUKUNG IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK
Oleh:
Siti Jubaedah, S.Pd
( 1201599)
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan
Kebutuhan khusus
© Siti Jubaedah
Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
Siti Jubaedah, S.Pd
PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER)
SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
PEMBIMBING :
Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. Dr. Endang Rochyadi, M.Pd NIP. 19590414 198503 1 005 NIP. 195608181985031002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER
(RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK
Siti Jubaedah/1201599/Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus/SPs UPI
ABSTRACT
THE PROGRAM DEVELOPMENT OF RESOURCE CENTER SLBN DEPOK IN SUPPORTING THE IMPLEMENTATION OF
INCLUSIVE EDUCATION IN DEPOK
Siti Jubaedah/1201599/Special Needs Education Study Program/ School of Postgraduate Studies, Indonesian University of Education (UPI)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIK ... 8
A. Pendidikan Inklusif ………... 8
B. Anak Berkebutuhan Khusus ………. 18
C. Dampak Perkembangan Pendidikan Inklusif terhadap Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif ………... 21
D. Pusat Sumber (Resources Center) Sebagai Sumber Dukungan ... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 31
A. Pendekatan Penelitian ... 32
B. Subyek Penelitian dan Lokasi... 33
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian... 33
D. Teknik Analisis dan Keabsahan Data ... 44
E. Prosedur Penelitian ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN... 50
A. Hasil Penelitian ... 50
1.Kondisi Obyektif Program Pusat Sumber SLBN Depok ………. 50 2.Fokus layanan apa saja yang dibutuhkan Pusat Sumber SLBN Depok terhadap program pengembangan pusat sumber? ……... 71 3. Apakah Program pengembangan pusat sumber ini
Group Discussion)………. ... 86
B. Pembahasan ... 112
1.Kondisi Obyektif Program Pusat Sumber SLBN Depok ………. 112 2. Fokus layanan apa saja yang dibutuhkan Pusat Sumber SLBN Depok terhadap program pengembangan pusat sumber? ………... 116 3.Apakah Program pengembangan pusat sumber ini layak dilaksanakan setelah dilakukan FGD (Focus Group Discussion) ... 118
BAB V KESIMPULAN dan REKOMENDASI ... 121
A. Kesimpulan ... 121
B. Rekomendasi ... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 124
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 126
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan memiliki arti yang cukup penting dalam membangun
karakter suatu bangsa. Pendidikan yang merata diberbagai wilayah di
Indonesia diharapkan mampu menjadikan masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat yang cerdas dan bermartabat. Penyebarluasan informasi mengenai
berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan menjadi sangat penting untuk
diketahui oleh masyarakat terutama bagi pekembangan pendidikan anak
berkebutuhan khusus (ABK). Sejalan dengan pemahaman yang diperoleh
oleh masyarakat tersebut tentang pendidikan anak berkebutuhan khusus maka
masyarakat akan memahami bahwa setiap orang memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan pendidikan (Education For All).
Pendidikan untuk semua (Education for All) telah tercantum dalam
berbagai instrument internasional mulai dari Deklarasi Universal 1948 yang
menegaskan bahwa “Setiap orang mempunyai hak atas pendidikan.”
Instrumen-instrumen yang ada menunjukkan bahwa kelompok-kelompok
tertentu termasuk anak penyandang cacat sangat rentan untuk di
keterpinggirkan.
Anak-anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak yang secara
fisik, kognitif maupun sosial emosi memiliki keterbatasan dalam
perkembangannya. Anak-anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan
menjadi beberapa bagian diantaranya adalah anak berkebutuhan khusus
permanen adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan belajar
dan perkembangan menetap yang berasal dari faktor internal. Sedangkan anak
berkebutuhan khusus temporer adalah anak berkebutuhan khusus yang
memiliki hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan oleh faktor yang
berasal dari luar dirinya. Seperti anak di daerah terpencil/terbelakang, anak pada
mengalami bencana sosial dan anak dari keluarga/masyarakat yang tidak
mampu dari segi ekonomi.
Anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian dalam
berbagai hal terutama dalam mendapatkan layanan serta pendidikan yang
sesuai. Orang tua dan masyarakat sangat membutuhkan informasi mengenai
pelayanan serta pendidikan yang tepat sesuai dengan hambatan yang dimiliki
oleh anak berkebutuhan khusus. Layanan pendidikan formal yang diberikan
untuk anak berkebutuhan khusus selain sekolah luar biasa juga adanya
layanan pendidikan inklusif.
Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang menyatukan
anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak reguler dalam satuan pendidikan
formal. Dalam hal ini pendidikan inklusif memandang bahwa setiap anak
sama terutama dalam mendapatkan layanan pendidikan. Pengembangan
pendidikan inklusif mulai dikembangkan diberbagai wilayah, hal ini dapat
terlihat dari upaya pemerintah menjadikan berbagai kota besar di Indonesia
serta kabupaten kota mendeklarasikan menjadi kota penyelenggara
pendidikan inklusif. Berkembangnya pendidikan inklusif diberbagai wilayah
ini membutuhkan berbagai upaya agar implementasinya dapat berkembang
secara optimal.
Upaya yang dilakukan adalah perlu dikembangkannya informasi
mengenai pendidikan anak berkebutuhan khusus serta penanganan yang tepat
bagi mereka. Keberadaan Pusat Sumber sebagai pusat informasi mengenai
anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu tempat yang diharapkan
dapat memberikan informasi yang lengkap bagi orang tua, guru serta
masyarakat sekitar mengenai pendidikan, penanganan anak berkebutuhan
khusus, asesmen serta informasi lainnya yang berkaitan dengan pendidikan
3
Menurut Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 7 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 1 angka 40 dalam (Kustawan 2012)
Lembaga Pendukung Pendidikan atau Pusat Sumber (Resource Center) adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah maupun masyarakat, yang manajemennya dikelola secara independen, serta memberikan dukungan kekuatan (supporting power) dan dukungan profesional (professional support) bagi kelangsungan dan keberhasilan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Peranan Pusat Sumber (Resource Center) secara kelembagaan
menjadi bagian dari SLB, namun RC sendiri memiliki program yang terpisah
dari sekolah. Hal ini termaktub dalam Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2007
tentang Penyelenggaraan Pendidikan, dalam hal ini terbentuknya sebuah
pusat sumber (Resource Center) sebagai lembaga dukungan pendidikan.
Program yang diberikan adalah layanan yang dilakukan kepada ABK yang
belum dan akan bersekolah atau yang telah bersekolah baik di sekolah umum
ataupun di SLB. Saeful (2013)
Dalam peranannya Sekolah Luar biasa sebagai pusat sumber
diharapkan mampu memberikan dukungan terhadap masyarakat mengenai
informasi yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan, penanganan serta
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Fokus pengembangan Sekolah Luar Biasa sebagai Pusat Sumber yang
secara umum memiliki beberapa peran diantaranya sebagai berikut:
1. Pusat informasi dan konsultasi pendidikan anak berkebutuhan khusus
2. Pusat pendidikan dan latihan
3. Pusat asesmen
4. Pusat pengembangan dan penyaluran keterampilan/workshop
5. Pusat pengembangan media pembelajaran
6. Pusat advokasi ALB/ABK/orang tua
Secara visual peran dan fungsi SLB sebagai pusat sumber dapat
Gambar 1 Bagan Adaptasi Fokus Kerja Resources Center (Deden 2008)
Pusat sumber yang dikembangkan oleh SLB banyak tersebar di
berbagai wilayah, namun dalam pelaksanaannya belum memberikan peranan
yang maksimal dan menyeluruh terhadap orang tua serta masyarakat sekitar.
Berawal dari permasalahan ini maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian pada Pusat Sumber SLBN Depok sehingga
pengembangan program yang dilakukan dapat mendukung implementasi
pendidikan inklusif di Kota Depok, sebab Kota Depok merupakan salah satu
kota yang mendeklarasikan diri sebagai kota penyelenggara pendidikan
inklusif pada tanggal 19 Desember 2012. Sehingga proses perkembangan
pendidikan inklusif di kota Depok berkembang cukup pesat. Menurut data
5
Depok Jawa Barat tercatat jumlah Sekolah Dasar (SD) di 11 kecamatan Kota
Depok total berjumlah 368, Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah
165, Sekolah Menengah Umum (SMU) berjumlah 52, SMK berjumlah 102.
Sedangkan menurut data yang diperoleh dari Pokjasif kota Depok jumlah
sekolah Dasar yang menyelenggarakan pendidikan Inklusif di Kota Depok
berjumlah 30 sekolah dan 1 SMK. Dari data-data tersebut menunjukkan
bahwa dibutuhkan peranan serta dukungan berbagai pihak yang dapat
membantu implementasi pendidikan inklusif di kota Depok salah satunya
adalah dibutuhkannya peranan Pusat Sumber dalam membantu
mengimplementasikan pendidikan inklusif di Kota Depok.
Data yang diperoleh di lapangan berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada guru yang mengajar di sekolah inklusif di sebuah
sekolah swasta di Depok pada saat dilaksanakannya pelatihan guru
pembimbing khusus pada 14 September 2014, mengungkap pula bahwa
sekolah-sekolah inklusif yang telah berdiri masih membutuhkan dukungan
berbagai pihak dalam rangka pengembangan pendidikan inklusif. Salah satu
contohnya adalah bagaimana para guru di kelas ataupun guru pembimbing
khusus (GPK) menangani anak berkebutuhan khusus ketika mereka
mengalami kendala dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Selain
berkaitan dengan masalah proses pembelajaran di sekolah para guru kelas
ataupun GPK juga butuh dibekali keterampilan dalam menangani anak
berkebutuhan khusus yang belum dapat mengendalikan emosinya terutama
untuk anak-anak yang memiliki tingkat agresifitas yang cukup tinggi. Selain
itu dibutuhkannya pelatihan yang secara berkala bagi peningkatan wawasan
dan keterampilan guru dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
Berdasarkan kondisi yang terjadi dilapangan maka peneliti merasa
pentingnya peranan pusat sumber dalam mendukung implementasi pendidikan
inklusif. program yang ada pada pusat sumber yang ada perlu di ungkap atau
dikaji sehingga diharapkan dapat mengembangkan program yang sesuai dan
tepat sasaran bagi sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusif ataupun
pemerintah dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif. Penelitian
tentang Pengembangan Program pusat sumber di SLBN Depok dilakukan
dengan tujuan agar dapat meningkatkan peranan dan fungsi pusat sumber
dalam upaya memberikan layanan pendidikan yang optimal baik di SLB
maupun sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang berada di
wilayah Depok.
B. Pertanyaan Penelitian
Berkenaan dengan kebutuhan Program Pusat Sumber untuk sekolah
inklusif di kota Depok, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan
beberapa penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi obyektif program Pusat Sumber SLBN Depok saat ini?
2. Fokus layanan apa saja yang dibutuhkan Pusat Sumber SLBN Depok
terhadap program pengembangan pusat sumber?
3. Apakah Program pengembangan pusat sumber ini layak dilaksanakan
setelah dilakukan FGD (Focus Group Discussion)
C. Tujuan Penelitian
Seperti yang telah diungkapkan pada latarbelakang permasalahan
bahwa dalam mengembangkan pendidikan inklusif dibutuhkan dukungan dari
berbagai pihak agar proses penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat
terselenggara dengan baik serta dapat mengakomodasi kebutuhan setiap anak
yang beragam. Pusat sumber merupakan salah satu lembaga pendukung yang
diharapkan dapat menjadi pusat layanan bagi sekolah-sekolah inklusif, SLB
orang tua maupun masyarakat untuk mendapatkan layanan informasi
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Secara umum tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai program pusat
sumber yang merupakan lembaga pendukung dalam mengembangkan
pendidikan inklusif, dan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
mengembankan program pusat sumber yang diharapkan dapat memberikan
7
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan gambaran obyektif serta kebermanfaatan Program
Pengembangan Pusat Sumber di SLBN Depok, penelitian ini diharapkan
mempunyai nilai guna bagi:
1. Bagi sekolah sebagai Pusat Sumber
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan sekolah sebagai Pusat Sumber, melalui
program-programnya sesuai dengan kondisi sekolah.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam
mengembangkan program baik untuk kepentingan sekolah sebagai pusat
sumber maupun dalam memberikan dukungan terhadap pihak lain yang
berada dilingkungan pusat sumber.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan kemudian agar dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode dapat dimaknai sebagai “a regular systematic plan for or way of
doing something”. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2008:3).
Cara ilmiah berarti sebuah kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional harus dilakukan dengan
cara yang masuk akal sehingga terjangkau penalaran manusia. Empiris berarti cara
yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lainpun dapat
melakukan kegiatan yang sama. Sistematis artinya proses yang dilalui
mengunakan langkah-langkah tertentu yang logis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,
suatu obyek, kondisi atau keadaan, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian yang mengunakan metode
deskriptif ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau peristiwa
sebagaimana apa adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta yang
ditemukan.
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan untuk
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik dari obyek dan subyek
yang diteliti secara tepat. Metode deskriptif ini berguna untuk mendapatkan
variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah
laku manusia. Ciri-ciri penelitian deskriptif adalah memusatkan perhatian pada
masalah-masalah yang ada dan bersifat actual pada saat penelitian dilakukan serta
menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana apa
32
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku yang diamati. Pendekatan
kualitatif dilakukan pada kondisi ilmiah dan bersifat penemuan melalui
strategi observasi dan wawancara. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
adalah untuk mendapatkan gambaran atau mengungkap peristiwa yang terjadi
dilapangan berkenaan dengan program Pusat Sumber (RC).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
(Sugiono, 2011). Selain itu, masalah dalam penelitian kualitatif bersifat
sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada
di lapangan (Sugiono, 2011). Pendekatan kualitatif ini dipilih dengan alasan
antara lain:
1. Masalah yang dikaji menyangkut hal-hal yang sedang berlangsung dalam
masyarakat khususnya lembaga pendidikan, dengan harapan data dapat
dikumpulkan sebanyak mungkin dengan memperhatikan kualitas data
2. Gejala-gejala yang diperoleh dari lapangan lebih banyak menyangkut
perbuatan dan kata-kata dari informan yang sedapat mungkin tidak
dipengaruhi dari luar
3. Antara peneliti dan informan bersifat interaktif
4. Lebih bersifat natural
5. Dapat menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti
dengan subyek penelitian.
Menurut pendapat Mcmillan & Schumacher (2001) dalam Syaodih
(2005), bahwa penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu
pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan
Melalui pendekatan kualitatif ini pada akhirnya peneliti bermaksud
ingin mengungkapkan secara deskriptif bagaimanakah pelaksanaan program
Pusat Sumber (RC) saat ini yang selanjutnya akan dilakukan pengembangan
program Pusat Sumber (RC) di SLBN Citayam, Depok dalam mendukung
implementasi pendidikan inklusif di wilayah Depok Jawa Barat.
B. Subyek dan Lokasi Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian pada penelitian ini adalah nara sumber yang
dimintai keterangan melalui wawancara. Selanjutnya mereka dikatakan
sebagai informan. Melalui informan maka akan dapat digali informasi
yang menjadi focus yang akan diteliti. Informan adalah Penanggung jawab
Resources Center, Kepala sekolah, guru dari SLBN Citayam Depok,
koordinator sekolah inklusif yang ada Depok, orang tua ABK dan
Masyarakat.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri Citayam di
Kota Depok dan beralamat di Jl. Raya Citayam Komp. Permata Regency
Kel. Ratu Jaya, Kecamatan Pondok Terong Kota Depok. Sekolah ini
merupakan Sekolah Luar Biasa yang berstatus Negeri dan didirikan pada
tahun 2011.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah, Wawancara, Observasi, dan studi dokumen. Untuk
mendapatkan media yang valid setelah pengembangan media, maka
34
kembali mengumpulkan data melalui Wawancara, Observasi, dan Studi
Dokumentasi. Dalam Sugiyono (2011:309) dikatakan bahwasanya dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang
alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak
pada wawancara, observasi, dan dokumen.
a. Wawancara
Susan Stainback dalam Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa :
“Interviewing provide the researcher a means to gain a
deeper understanding of how participant interpret a situation or phenimenon than can be gained through observation alone”.
Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi. Data yang dikumpulkan melalui wawancara yang bersifat
verbal, hasil wawancara yang direkam dengan menggunakan kamera
digital atau dengan handphone agar memudahkan peneliti dalam
mengumpulkan berbagai informasi yang disampaikan responden.
Adapun teknik wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebas di mana pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono,
2011:218). Pada pelaksanaannya nanti peneliti akan mewawancarai kepala
sekolah, Penanggung Jawab Program Resources Center dan guru
mengenai program Resources Center yang ada dan telah dijalankan.
b. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2011) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Selaras dengan hal itu Marshall
dalam Sugiyono (2011) juga menyatakan bahwa “through observation,
behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Dari hal tersebut maka Informasi yang dapat
diperoleh dari hasil observasi adalah tempat, pelaku, kegiatan, objek,
perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Dalam hal
penelitian ini, maka peneliti akan melakukan pengamatan langsung
terhadap pelaksanaan program Resources Center di Sekolah Luar Biasa di
Kota Depok.
c. Studi dokumen
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian
Studi dokumen ini dilakukan karena sejumlah besar fakta dan data itu
tersimpan di dalam bahan yang berbentuk dokumen. Dalam Sugiyono
(2011:326) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life stories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa,
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Melalui studi dokumen,
peneliti bermaksud menelaah dokumen-dokumen yang telah ada. Baik
berupa dokumen tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
Resources center SLBN di Kota Depok yang berkaitan dengan program
yang akan dikembangkan.
d. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) menurut Bungin dalam Basrowi,
dkk (2008) adalah sebuah teknik pengumpulan data yang umumnya
36
memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang
terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
Adapun yang menjadi anggota dari FGD ini adalah empat orang
yang berada di sekolah sebagai tim pada Pusat Sumber (RC). Pemilihan ke
empat orang ini atas dasar mereka sebagai penangung jawab terhadap
program Pusat sumber (RC). Hal ini sesuai dengan kriteria pengambilan
anggota FGD menurut Bungin dalam Basrowi, dkk (2008) yaitu memiliki
pengamalaman praktisi dan kepedulian terhadap fokus masalah. Sehingga
diharapkan diskusi pun dapat menjadi lebih terarah. Selain itu menurut
Krugger dalam Basrowi, (2008) dalam hal keanggotaan FGD menganggap
empat sampai enam orang merupakan jumlah yang ideal karena lebih
akrab, lebih mudah merekrut, dan lebih nyaman.
Agar FGD dapat terlaksana sesuai prosedur maka terdapat lima
langkah. Berikut adalah langkah-langkah dari FGD :
a. Memilih tim pelaksana FGD.
b. Memilih partisipan.
c. Pengaturan tempat.
d. Mempersiapkan guide.
Kejelasan prosedur tahap ini dijelaskan pada prosedur penelitian.
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian Kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Hal ini berarti peneliti merupakan perencana,
pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya
menjadi pelopor hasil penelitiannya, keberadaan peneliti sebagai
instrument merupakan alat pengumpul data utama. Nasution dalam
Sugiyono (2011) menyatakan :
hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif ini
adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus memiliki kesiapan ketika
melakukan penelitian, mulai dari tahap persiapan sebelum ke lokasi
penelitian dan segala sesuatu yang dibutuhkan ketika kegiatan penelitian
akan dilakukan. Sebagai pedoman dalam melakukan penelitian maka
sebagai instrumen utama dalam menjaring data, peneliti juga
menggunakan instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara,
pedoman observasi, pedoman studi dokumen untuk mendukung hasil
wawancara dan observasi.
Berikut adalah kisi-kisi instrumen penelitian, yang peneliti susun
38
Tabel 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF
Fokus Penelitian : “Bagaimana pengembangan program Pusat Sumber dalam mendukung implementasi Pendidikan Inklusif di Kota Depok?”
Pertanyaan Penelitian Aspek yang akan diungkap Indikator Bentuk
Instrumen
a. Program kerja Pusat Sumber SLBN Depok
b. Sarana dan Prasarana 1) Sarana yang tersedia disekolah
2) Prasarana yang tersedia disekolah
3) Aksesibilitas
Wawancara
Observasi
Studi Dokumen
Guru yang bertugas mengelola sarpras
c. Tenaga guru atau SDM 1) Jumlah guru yang ada di sekolah.
2) Latar belakang pendidikan guru
3) Keterlibatan pihak luar dalam membantu
peningkatan kompetensi guru disekolah
Wawancara
Studi Dokumen
42
b. Fokus layanan program Pusat Sumber yang akan
dikembangkan
1) Pusat sumber sebagai pusat informasi dan layanan pendidikan kebutuhan khusus 2) Pusat sumber sebagai
pusat pendidikan pelatihan dan keterampilan
3) Pusat sumber sebagai pusat layanan asesmen 4) Pusat sumber sebagai
pusat pengembangan media
5) Pusat sumber sebagai pusat bantuan layanan professional
6) Pusat sumber sebagai pusat advokasi ABK dan orang tua
c. Pelaksanaan Program Pusat Sumber
1) Alat/media yang digunakan 2) Prosedur dan metode
3) Tempat pelaksanaan program
4) Penanggung jawab pelaksanaan program d. Rekomendasi dari FGD
terhadap pengembangan program Pusat Sumber
Perbaikan berdasarkan hasil dari rekomendasi yang telah di dapat dari FGD
44
D. Teknik Analisis dan Keabsahan Data
1. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Pengumpulan
data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data. Aktivitas analisis
data. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011: 334-335) mengemukakan
bahwa aktifitas dalam analisisi kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Jika
digambarkan maka model interaktif dalam analisis data akan seperti berikut.
Gambar 3.1.
Komponen dalam analisis data (Interactive Model) Sugiyono (2011:335)
a. Data collection
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan.
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Untuk
dapat melakukan reduksi data ini maka peneliti akan melakukannya
dengan cara mendiskusikan pada teman atau orang lain yang
sehingga nantinya akan dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai
temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
c. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data akan
berupa tabel, grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya. Melalui
penyajian data tersebut, data akan terorganisasikan, tersususun dalam
pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami. Pembahasan
hasil display data penelitian ini dilakukan dengan bertitik tolak pada
hasil observasi dan wawancara serta studi dokumen secara objektif
dengan ditunjang oleh landasan teori yang ada.
d. Conclusion Drawing/ Verification (Menarik Kesimpulan atau Verifikasi)
Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait
dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap
data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk, dan
proposisi yang telah dirumuskan. Langkah selanjutnya yaitu
melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan ‘temuan baru’ yang
berbeda dengan temuan yang sudah ada.
2. Teknik Keabsahan Data
Sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data yang berhubungan
dengan masalah seberapa jauh kebenaran dan kebermanfaatan program
pengembangan pusat sumber dalam penelitian ini, peneliti peroleh melalui
kegiatan triangulasi. Tringulasi dilakukan sebagai pemeriksaan keabsahan
media pada pengembangan program yang telah peneliti hasilkan. Hal ini
46
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian” (Moleong,
2004:330).
Selain itu Wilian Wiersma dalam Sugiyono (2011) manyatakan
bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data
juga dilakukan untuk memperkaya data. Dalam hal ini, maka peneliti
melakukan trigulasi sumber dan teknik, dimana triangulasi ini menurut
Sugiyono (2011:370-371) adalah :
1) Triangulasi Sumber untuk menguji data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber setelah data dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya peneliti akan meminta kesepakatan (member check) dari beberapa sumber tersebut.
2) Triangulasi teknik untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
E. Prosedur Penelitian
Langkah dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga langkah utama yaitu
studi pendahuluan, perencanaan, dan pengembangan program, serta
sosialisasi program pengembangan. Secara rinci langkah-langkah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pendahuluan
Tahap ini merupakan tahap awal atau persiapan pengembangan. Dalam
kegiatan ini dilakukan pengkajian terhadap literatur, survey lapangan yang
berhubungan dengan fokus masalah yang ada dalam penelitian.
Pada pengkajian :
a. Literatur, peneliti mengkaji teori-teori tentang pusat sumber, pendidikan
inklusif, anak berkebutuhan khusus, dan pembuatan instrumen
b. Suvei lapangan, peneliti melakukan pra survey ke sekolah untuk
mendapatkan gambaran umum tentang program pusat sumber yang ada
serta mengetahui program-program pusat sumber yang telah berjalan
maupun yang belum berjalan.
2. Perencanaan dan Pengembangan Program
Dalam hal ini peneliti bekerjasama dengan coordinator Pusat
Sumber untuk membuat sebuah pengembangan program pusat sumber
yang disesuaikan dengan kondisi sekolah.
Pada langkah ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Analisis konsep, untuk menyiapkan program pusat sumber yang
sesuai dengan kondisi sekolah.
b. Pengembangan draft awal program pengembangan pusat sumber.
3. Validasi melalui FGD (Focus Group Discussion)
Setelah proses produksi selesai, dilanjutkan dengan validasi melalui
FGD. Teknik pengumpulan data untuk memvalidasi penelitian ini
menggunakan FGD. Agar FGD dapat terlaksana sesuai prosedur maka
terdapat lima langkah. Berikut adalah langkah-langkah yang peneliti
lakukan :
a. Memilih tim pelaksana FGD.
Dalam hal ini peneliti sebagai moderator dan penghubung peserta.
Dengan bantuan alat-alat dokumentasi seperti alat perekam.
b. Memilih partisipan.
Adapun yang menjadi anggota dari FGD ini terdiri dari akademisi yang
berasal dari perguruan tinggi, perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi,
Pengurus Pokjasif Kota Depok, kepala pusat sumber yang berasal dari 5
sekolah inklusif, praktisi dilapangan seperti guru dan koordinator yang
bekerja di SLBN. Hal ini sesuai dengan kriteria pengambilan anggota
FGD menurut Bungin dalam Basrowi, dkk (2008) yaitu memiliki
48
c. Pengaturan tempat.
FGD dilakukan di salah satu ruangan AULA yang berada di SLBN. Hal
ini dilakukan agar pelaksanaan FGD dapat berjalan dengan efektif dan
memudahkan pihak terkait untuk hadir secara langsung di sekolah
SLBN yang berfungsi sebagai pusat sumber.
d. Mempersiapkan guide
Peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan kunci, yang terdapat dalam
lampiran 1.
e. Pelaksanaan FGD
Pelaksanaan FGD dilakukan secara terbuka dan dilakukan dihadapan
para partisipan. Peneliti bertugas sebagai moderator kegiatam FGD.
Pelaksanaan FGD terdiri dari: 1) pembukaan dari mengucapkan salam,
pemaparan singkat topik yang akan dibahas, mengajukan pertanyaa
pertama sebagai panduan awal diskusi, 2) meminta klarifikasi, 3)
melakukan refleksi, 4) memotivasi, 5) probing/ penggalian lebih dalam,
6) melakukan blocking dan distrubusi untuk mencegah peserta yang
dominan, melerai perdebatan, 7) menegosiasi waktu, 8) dan terakhir
adalah menutup FGD.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian di atas secara sistematik digambarkan
sebagai berikut :
VALIDASI PROGRAM melalui FGD
REVISI
DRAF Program Pengembangan
PROGRAM HASIL PENGEMBANGAN
PROGRAM PUSAT SUMBER SLBN
DEPOK STUDI PENDAHULUAN
Studi Pustaka : 1. Kajian teori
2. Hasil penelitian yang relevan
Survei Lapangan :
1. Program kerja pusat sumber 2. Sarana dan prasarana 3. Tenaga guru atau SDM
PERENCANAAN dan PENGEMBANGAN PROGRAM
Perencanaan Program :
50
Gambar 3.2
Alur Pelaksanaan Penelitian