• Tidak ada hasil yang ditemukan

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 20 TAHUN 2021 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 20 TAHUN 2021 TENTANG"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT

NOMOR 20 TAHUN 2021 TENTANG

TAHAPAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH DESA KEPALA DESA ANTAR WAKTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH LAUT,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 102 Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pemilihan Kepala Desa, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tahapan Pelaksanaan Musyawarah Desa Kepala Desa Antar Waktu;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2756) dengan mengubah Undang- Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6321);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1409);

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2014 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017

(3)

Nomor 1222);

9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2019 tentang Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1203);

10. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2016 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 25);

11. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pemilihan Kepala Desa Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2019 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 37);

M E M U T U S K A N:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TAHAPAN PELAKSANAAN PESERTA MUSYAWARAH DESA KEPALA DESA ANTAR WAKTU.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Laut.

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin Pelaksanaan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Bupati adalah Bupati Tanah Laut.

4. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Laut.

5. Kecamatan adalah bagian wilayah dari daerah Kabupaten yang dipimpin oleh Camat.

6. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintah di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.

7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,

(4)

hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

10. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

11. Musyawarah Desa adalah musyawarah yang diselenggarakan oleh BPD khusus untuk Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa antar waktu.

12. Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di Desa dalam rangka memilih Kepala Desa yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

13. Kepala Desa adalah Pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas, dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari pemerintah dan Pemerintah Daerah.

14. Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kepala Desa adalah Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kepala Desa tingkat Kabupaten dan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kepala Desa tingkat Desa.

15. Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kepala Desa Tingkat Kabupaten yang selanjutnya disebut Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kabupaten adalah panitia yang dibentuk Bupati pada tingkat kabupaten dalam mendukung pelaksanaan Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa.

16. Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kepala Desa Tingkat Desa yang selanjutnya disebut Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu adalah panitia yang dibentuk oleh BPD untuk menyelenggarakan proses Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa.

17. Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kepala Desa Antar Waktu adalah panitia yang dibentuk BPD untuk menyelenggarakan proses Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa Antar Waktu.

18. Bakal Calon Kepala Desa adalah Warga Negara Indonesia yang telah mendaftar sebagai calon Kepala Desa kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

19. Calon Kepala Desa adalah bakal Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagai calon yang berhak dipilih menjadi Kepala Desa.

20. Calon Kepala Desa Terpilih adalah Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pelaksanaan Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa.

21. Penjabat Kepala Desa adalah Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah yang diangkat oleh Bupati untuk melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan hak Kepala Desa sampai dengan ditetapkannya Kepala Desa.

(5)

22. Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kepala Desa di Desa adalah panitia yang dibentuk BPD untuk melaksanakan Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa.

23. Tim Pengawas adalah Tim yang dibentuk oleh Camat untuk membantu Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kabupaten dalam melaksanakan tugas melakukan pengawasan penyelenggaraan Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa.

24. Peserta Musyawarah Desa adalah penduduk Desa yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilih dalam Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa.

25. Daftar Peserta Musyawarah Desa Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar Peserta Musyawarah Desa yang disusun berdasarkan data Daftar Peserta Musyawarah Desa Tetap Peserta Musyawarah Desa umum terakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali atas kebenarannya serta ditambah dengan Peserta Musyawarah Desa baru.

26. Daftar Peserta Musyawarah Desa Tambahan adalah daftar Peserta Musyawarah Desa yang disusun berdasarkan usulan dari Peserta Musyawarah Desa karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam Daftar Peserta Musyawarah Desa Sementara.

27. Daftar Peserta Musyawarah Desa Tetap yang selanjutnya disebut DPT adalah daftar Peserta Musyawarah Desa yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagai dasar penentuan identitas Peserta Musyawarah Desa dan jumlah Peserta Musyawarah Desa dalam Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa.

28. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon Kepala Desa untuk meyakinkan para Peserta Musyawarah Desa dalam rangka mendapatkan dukungan.

29. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara.

30. Keputusan Bupati adalah penetapan yang bersifat konkrit, individual, dan final.

31. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat konkrit, individual, dan final.

32. Keputusan BPD adalah penetapan yang ditetapkan oleh Ketua/Pimpinan BPD yang bersifat konkrit, individual, dan final.

33. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

34. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APBDesa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.

35. Hari adalah hari kerja.

(6)

BAB II

PESERTA MUSYAWARAH DESA KEPALA DESA

Bagian Kesatu Kebijakan

Pasal 2

(1) Kepala Desa yang berhenti dan/atau diberhentikan dengan sisa masa jabatan lebih dari 1 (satu) tahun, Bupati mengangkat PNS dari Pemerintah Daerah sebagai Penjabat Kepala Desa sampai dengan ditetapkan Kepala Desa Antar Waktu hasil musyawarah Desa.

(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan sejak Kepala Desa diberhentikan.

(3) Masa jabatan Kepala Desa yang ditetapkan melalui musyawarah Desa terhitung sejak tanggal pelantikan sampai dengan habis sisa masa jabatan Kepala Desa yang diberhentikan.

(4) Dalam hal musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terlaksana dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka dilaksanakan pada waktu lain yang ditetapkan oleh BPD.

Pasal 3

Musyawarah Desa Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan:

a. kemampuan keuangan Desa; dan/atau

b. ketersediaan PNS di Lingkungan Pemerintah Daerah yang memenuhi persyaratan sebagai Penjabat Kepala Desa.

Bagian Kedua

Panitia Pemilihan Kabupaten Pasal 4

(1) Bupati dapat membentuk Panitia Pemilihan Kabupaten yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(2) Panitia Pemilihan Kabupaten diberikan honorarium yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Hak keuangan Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sesuai dengan waktu pelaksanaan tugasnya.

(4) Keanggotaan Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari:

a. unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah;

b. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Desa;

c. unsur Perangkat Daerah lainnya yang terkait;

d. unsur Tentara Nasional Indonesia;

(7)

e. unsur Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan f. unsur instansi vertikal yang ada di Daerah.

(5) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. pembina;

b. pengarah;

c. ketua;

d. wakil ketua;

e. sekretaris; dan f. anggota.

(6) Tugas Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. merencanakan, mengkoordinasikan, dan menyelenggarakan semua tahapan pelaksanaan pemilihan tingkat Kabupaten;

b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemilihan Kepala Desa terhadap Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat Desa;

c. menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;

d. memfasilitasi pencetakan surat suara dan pembuatan kotak suara serta perlengkapan pemilihan lainnya;

e. menyampaikan surat suara dan kotak suara dan perlengkapan pemilihan lainnya kepada Panitia Pemilihan;

f. memfasilitasi penyelesaian permasalahan pemilihan Kepala Desa tingkat Kabupaten;

g. melakukan pengawasan penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa dan melaporkan serta membuat rekomendasi kepada Bupati; dan

h. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan.

(7) Tugas Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf c, huruf d, dan huruf e pelaksanaannya dapat ditugaskan kepada Desa yang diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga Tim Pengawas

Pasal 5

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (6) huruf g, Panitia Pemilihan Kabupaten dapat dibantu oleh Tim Pengawas.

(2) Tim Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di Kecamatan dibentuk oleh Camat.

(3) Tim Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan honorarium sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dengan Keputusan Camat.

(4) Hak keuangan Tim Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sesuai dengan waktu pelaksanaan tugasnya.

(5) Susunan keanggotaan Tim Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. ketua;

b. wakil ketua;

(8)

c. sekretaris; dan d. anggota.

(6) Anggota Tim Pengawas sebagaimana dimaksud pada huruf d berjumlah paling banyak hasil perkalian antara paling banyak 2 (dua) orang dengan jumlah Desa yang melaksanakan Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa di wilayah Kecamatan yang bersangkutan.

(7) Keanggotaan Tim Pengawas dapat terdiri atas:

a. unsur kecamatan;

b. unsur Tentara Nasional Indonesia;

c. unsur Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

d. unsur pelaksana teknis Perangkat Daerah yang ada di Kecamatan.

(8) Rincian tugas Tim Pengawas yaitu:

a. mengawasi dan memastikan dilakukannya semua tahapan penyelenggaraan Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu;

b. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan mengenai Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa Antar Waktu;

c. menyelesaikan temuan atau laporan pelanggaran yang tidak mengandung unsur tindak pidana; dan

d. meneruskan laporan dugaan pelanggaran yang tidak dapat diselesaikan kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu kabupaten.

(9) melaporkan kegiatan pengawasan kepada Bupati sebagai bahan pembuatan Laporan Pengawasan.

Bagian Keempat

Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Pasal 6

(1) BPD membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(2) Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan BPD.

(3) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Perangkat Desa dan unsur masyarakat.

(4) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jumlahnya disesuaikan dengan beban tugas dan kemampuan APBDesa.

(5) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jumlahnya paling banyak 10 (sepuluh) atau disesuaikan dengan beban tugas dan kemampuan APBDesa.

(6) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. ketua;

b. wakil ketua;

c. sekretaris; dan d. anggota.

(9)

(7) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan honorarium sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang ditetapkan dengan Keputusan Camat.

(8) Hak keuangan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sesuai dengan waktu pelaksanaan tugasnya.

(9) Tugas Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu meliputi:

a. merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa Antar Waktu;

b. merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan Kepala Desa Antar Waktu;

c. melakukan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu yang melalui kegiatan pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu dan penelitian kelengkapan persyaratan administrasi Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu;

d. menetapkan dan mengumumkan Calon Kepala Desa Antar Waktu;

e. bersama Pemerintah Desa dan BPD menetapkan dan mengumumkan peserta musyawarah Desa;

f. memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan, kelengkapan administrasi, dan tempat pelaksanaan pemilihan Kepala Desa Antar Waktu;

g. melaksanakan pemilihan Kepala Desa Antar Waktu melalui musyawarah Desa;

h. menetapkan Calon Kepala Desa Antar Waktu yang terpilih oleh musyawarah Desa;

i. melaporkan hasil pemilihan Kepala Desa Antar Waktu melalui musyawarah Desa kepada BPD; dan

j. melakukan evaluasi pelaksanaan pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

Pasal 7

Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kepala Desa bersifat mandiri dan tidak memihak.

Pasal 8

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu yang dengan sengaja tidak melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (9) akan dikenai sanksi.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa sanksi administratif pemberhentian sebagai anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu berdasarkan rekomendasi dari Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kabupaten atau hasil keputusan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(3) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dikenai sanksi administratif berupa pemberhentian sebagai anggota Panitia Pemilihan

(10)

Kepala Desa Antar Waktu berdasarkan rekomendasi dari Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kabupaten.

(4) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan BPD.

(5) Terhadap anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pergantian dengan Keputusan BPD.

(6) Dalam hal tidak ada yang bersedia menjadi pengganti anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu yang diberhentikan sebagaimaa dimaksud pada ayat (2) Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu yang tersisa.

(7) Tugas Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu yang diberhentikan dirangkap oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu yang lain.

(8) Dalam hal tugas Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu tidak dapat dirangkap atau tidak ada yang bersedia menjadi pengganti anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau sebagian dan/atau seluruh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu mengundurkan diri yang berakibat pada tidak dapat terlaksanakannya Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa, maka BPD menetapkan pelaksanaan Musyawarah Desa Kepala Desa Antar Waktu ditunda.

(9) Pelaksanaan Musyawarah Desa Kepala Desa Antar Waktu ditunda sebagimana dimaksud pada ayat (9) maka dilaksanakan pada waktu lain yang ditetapkan oleh BPD.

Bagian Kelima

Penetapan Peserta Musyawarah Desa Pasal 9

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu melaksanakan inventarisasi Peserta Musyawarah Desa.

(2) Peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi syarat:

a. penduduk Desa yang pada hari pemungutan suara Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah atau pernah menikah ditetapkan sebagai Peserta Musyawarah Desa;

b. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa atau ingatannya;

c. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; dan

d. berdomisili di Desa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum disahkannya daftar Peserta Musyawarah Desa sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan penduduk dan/atau kartu keluarga.

(11)

(3) Selain syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Peserta Musyawarah Desa tidak sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(4) Peserta Musyawarah Desa yang telah terdaftar dalam daftar Peserta Musyawarah Desa ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat mengikuti Musyawarah Desa.

Pasal 10

(1) Peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) melibatkan unsur masyarakat.

(2) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:

a. tokoh adat;

b. tokoh agama;

c. tokoh masyarakat;

d. tokoh pendidikan;

e. perwakilan kelompok tani;

f. perwakilan kelompok nelayan;

g. perwakilan kelompok perajin;

h. perwakilan kelompok perempuan;

i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak;

j. perwakilan kelompok masyarakat miskin; atau

k. unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf k diwakili paling banyak 5 (lima) orang dari setiap dusun.

(4) Selain melibatkan unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Peserta Musyawarah Desa dapat terdiri atas:

a. anggota BPD;

b. Pemerintah Desa; dan/atau

c. Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu;

(5) Hasil inventarisasi Peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (1) diserahkan ke BPD dan Pemerintah Desa untuk dijadikan bahan pembahasan jumlah peserta Musyawarah Desa.

(6) Jumlah peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (5) dibahas dan disepakati bersama BPD dan Pemerintah Desa dengan memperhatikan jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih di Desa yang ditetapkan dengan Keputusan BPD.

(7) Pembahasan jumlah peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (6) melibatkan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dan dilaksanakan sebelum pelaksanaan Musyawarah Desa, dituangkan dalam Berita Acara.

(8) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu mengundang secara resmi peserta Musyawarah Desa yang disampaikan paling lambat 1 (satu) hari sebelum Musyawarah Desa dilaksanakan.

(12)

Pasal 11

Peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (7), diumumkan di tempat yang strategis di Desa untuk diketahui oleh masyarakat.

Pasal 12

Untuk keperluan Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Melalui Musyawarah Desa, Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu menyusun salinan Peserta Musyawarah Desa hasil kesepakatan bersama BPD dan Pemerintah Desa.

Pasal 13

Rekapitulasi jumlah Peserta Musyawarah Desa, digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan surat suara dan alat perlengkapan Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Melalui Musyawarah Desa.

Pasal 14

Jumlah Peserta Musyawarah Desa yang sudah disepakati oleh BPD dan Pemerintah Desa tidak dapat diubah, kecuali ada Peserta Musyawarah Desa yang meninggal dunia, Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu membubuhkan catatan dalam Daftar Peserta Musyawarah Desa pada kolom keterangan "meninggal dunia".

Bagian Keenam Pencalonan

Paragraf Ke-1 Pendaftaran Calon

Pasal 15

(1) Setelah Peserta Musyawarah Desa diumumkan, Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu mengumumkan dan menerima pendaftaran bakal Calon Kepala Desa.

(2) Penetapan dan pengumuman Peserta Musyawarah Desa dapat dilakukan bersamaan dengan pendaftaran calon atau setelah penetapan calon.

(3) Bakal Calon Kepala Desa mendaftarkan diri kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(4) Pengumuman dan pendaftaran bakal Calon Kepala Desa dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari.

Pasal 16

(1) Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:

a. warga Negara Republik Indonesia;

(13)

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;

d. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Pertama atau sederajat atau setara;

e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar;

f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;

g. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;

h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;

i. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

j. berbadan sehat; dan

k. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan.

(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) calon Kepala Desa juga wajib memenuhi persyaratan:

a. bersedia bertempat tinggal di wilayah Desa bersangkutan selama menjabat sebagai Kepala Desa;

b. bebas dari Narkoba;

c. bukan mantan terpidana bandar narkoba atau mantan terpidana kejahatan seksual anak; dan

d. bisa membaca dan menulis dibuktikan kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu pada saat mendaftar.

(3) Kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi:

a. surat keterangan sebagai bukti sebagai Warga Negara Indonesia dari pejabat tingkat Kabupaten;

b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermaterai cukup;

c. surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup;

d. fotokopi ijazah pendidikan formal dan/atau informal dari tingkat dasar sampai dengan ijazah terakhir yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau surat pernyataan dari pejabat yang berwenang;

e. fotokopi akta kelahiran yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau surat keterangan kenal lahir;

(14)

f. surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermaterai cukup;

g. fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang dilegalisasi oleh pejabat berwenangatau surat keterangan pengganti Kartu Tanda Penduduk;

h. Surat pernyataan bersedia bertempat tinggal di wilayah Desa bersangkutan selama menjabat sebagai Kepala Desa;

i. surat keterangan dari ketua pengadilan bahwa tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih;

j. bagi mantan terpidana yang telah selesai menjalani pidana penjara karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i juga melengkapi dan menyampaikan dokumen sebagai berikut, yaitu:

1) salinan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

2) bukti telah mengemukakan kepada publik secara jujur dan terbuka pada surat kabar lokal atau nasional bahwa yang bersangkutan pernah dipidana; dan

3) surat keterangan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menerangkan bahwa yang bersangkutan bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang bagi mantan terpidana yang telah selesai menjalani pidana penjara karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih.

k. surat keterangan dari Ketua Pengadilan Negeri bahwa tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai hukum tetap;

l. surat keterangan berbadan sehat dari Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Daerah;

m. surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak pernah menjadi Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan baik berturut- turut maupun tidak berturut-turut;

n. surat keterangan bebas narkoba dari Rumah Sakit Umum Daerah atau Badan Narkotika Nasional Kabupaten;

o. laporan harta kekayaan terbaru; dan

p. pasfoto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar berlatar merah.

(4) Selain memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), juga harus melampirkan :

a. surat pernyataan tidak akan melakukan politik uang, dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas bermaterai cukup;

b. surat pernyataan bersedia bertempat tinggal di wilayah Desa bersangkutan selama menjabat sebagai Kepala Desa, dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas bermaterai cukup; dan

(15)

c. naskah visi dan misi yang dibuat oleh bakal Calon Kepala Desa.

(5) Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan bukan mantan terpidana bandar narkoba atau mantan terpidana kejahatan seksual anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diberlakukan persyaratan pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h.

Paragraf Ke-2 Mekanisme Pelaksanaan

Pasal 17

(1) Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dilaksanakan melalui tahapan:

a. persiapan;

b. pelaksanaan; dan c. pelaporan.

(2) Jadwal tahapan pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh BPD dengan Keputusan BPD.

(3) Penjadwalan tahapan pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melibatkan Penjabat Kepala Desa dan memperhatikan ketersediaan anggaran biaya pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dalam APBDesa.

(4) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati c.q. Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Pemberdayaan Masayarakat dan Desa melalui Camat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah penetapan.

(5) Jadwal tahapan pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:

a. pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu;

b. pengajuan biaya pemilihan dengan beban APBDesa;

c. pemberian persetujuan biaya pemilihan;

d. pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu;

e. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu;

f. penetapan dan pengumuman Calon Kepala Desa Antar Waktu;

g. penetapan peserta musyawarah Desa;

h. penyampaian undangan kepada peserta musyawarah Desa;

i. penetapan waktu dan tempat pelaksanaan musyawarah Desa untuk pemilihan Kepala Desa Antar Waktu;

j. penetapan Calon Kepala Desa Antar Waktu terpilih;

k. pelaporan hasil pemilihan Kepala Desa melalui musyawarah Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu kepada BPD; dan l. pelaporan Calon Kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh

ketua BPD kepada Bupati.

(6) Tempat pelaksanaan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf i di dalam ruangan atau di luar ruangan dengan memperhatikan kelayakan tempat.

(16)

(7) Kelayakan tempat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sekurang- kurangnya meliputi:

a. daya tampung tempat mampu menampung seluruh peserta musyawarah Desa;

b. keterlindungan dari gangguan alam (misalnya terik matahari, suhu dingin ekstrim atau angin ribut);

c. penerangan yang memadai; dan d. kemudahan akses.

(8) Waktu pelaksanaan musyawarah desa disesuaikan dengan keperluan dan/atau kebutuhan.

(9) Tempat pelaksanaan dan waktu pelaksanaan musyawarah Desa ditentukan pada musyawarah BPD dan dituangkan dalam Berita Acara serta ditanda tangani oleh Ketua BPD.

(10) Informasi tempat pelaksanaan dan waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diumumkan di tempat yang strategis di desa untuk diketahui oleh masyarakat.

Paragraf Ke-3 Persiapan

Pasal 18

Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a meliputi:

a. pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu oleh BPD paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan;

b. pengajuan biaya pemilihan dengan beban APBDesa oleh Panitia Pemilihan kepada Penjabat Kepala Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak panitia terbentuk;

c. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh Penjabat Kepala Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diajukan oleh Panitia Pemilihan;

d. pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari;

e. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari;

f. Jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sebagaimana dimaksud pada huruf e terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman dan pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada huruf d;

g. penetapan calon Kepala Desa Antar Waktu oleh Panitia Pemilihan paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon yang dimintakan pengesahan musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa; dan

(17)

h. penetapan Calon Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada huruf g dilakukan paling lambat 1 (satu) hari setelah jangka waktu penelitian kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada huruf e.

Pasal 19

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) melakukan penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu.

(2) Penyaringan bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu menjadi Calon Kepala Desa Antar Waktu ditetapkan paling sedikit 2 (dua) orang Calon Kepala Desa Antar Waktu dan paling banyak 3 (tiga) orang calon.

(3) Dalam hal jumlah Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang memenuhi persyaratan lebih dari 3 (tiga) orang, panitia melakukan seleksi tambahan.

(4) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas:

a. memiliki pengalaman mengenai Pemerintahan Desa;

b. tingkat pendidikan; dan/atau

c. persyaratan lain yang ditetapkan Bupati.

(5) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua) orang, Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu memperpanjang waktu pendaftaran selama 7 (tujuh) hari.

(6) Dalam hal Bakal Calon Kepala Desa Antar Waktu yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2 (dua) orang setelah perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5), BPD menunda pelaksanaan musyawarah Desa pemilihan Kepala Desa sampai dengan waktu yang ditetapkan oleh BPD.

Paragraf Ke-4 Penelitian Persyaratan

Pasal 20

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu melakukan penelitian terhadap persyaratan Bakal Calon Kepala Desa, yaitu:

a. penelitian kelengkapan; dan

b. keabsahan administrasi pencalonan.

(2) Penelitian kelengkapan dan keabsahan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai klarifikasi pada instansi yang berwenang yang dilengkapi dengan surat keterangan dari yang berwenang.

(3) Hasil penelitian terhadap persyaratan Bakal Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara.

(4) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu mengumumkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada masyarakat untuk memperoleh masukan.

(5) Masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harus diproses dan ditindak lanjuti Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(18)

(6) Hasil penelitian kelengkapan dan keabsahan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. apabila berkas persyaratan bakal Calon Kepala desa telah memenuhi ketentuan, yang bersangkutan dapat mengikuti tahapan seleksi selanjutnya;

b. apabila setelah diadakan penelitian persyaratan administrasi pendaftaran ternyata terdapat kekurangan dan keragu-raguan terkait persyaratan administrasi yang telah ditentukan, maka Panitia meminta Bakal Calon yang bersangkutan untuk melengkapi dan memberikan penjelasan;

c. jangka waktu untuk melengkapi syarat administrasi dan memberikan penjelasan dimaksud pada huruf b paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak pemberitahuan tertulis adanya kekurangan persyaratan; dan

d. apabila terdapat berkas persyaratan bakal Calon Kepala Desa yang tidak memenuhi ketentuan, yang bersangkutan dinyatakan gugur dan tidak dapat mengikuti tahapan seleksi selanjutnya.

Pasal 21

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kabupaten berwenang untuk membatalkan hasil seleksi administrasi dan penetapan calon yang telah dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu apabila kelengkapan dan persyaratan Calon Kepala Desa terbukti bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pembatalan hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Keputusan Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kabupaten.

Pasal 22

(1) Dalam hal sebagian Calon Kepala Desa mengundurkan diri, meninggal dunia dan/atau terkena sanksi administratif berupa pembatalan sebagai Calon Kepala Desa, maka tahapan Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Melalui Musyawarah Desa tetap berjalan sesuai tahapan yang telah ditentukan.

(2) Dalam hal seluruh Calon Kepala Desa mengundurkan diri, meninggal dunia dan/atau terkena sanksi administratif berupa pembatalan sebagai Calon Kepala Desa, maka Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Melalui Musyawarah Desa dibatalkan dan dilaksanakan pada waktu lain yang ditetapkan oleh BPD.

(3) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) masa jabatan Kepala Desa berakhir, Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa dari PNS di Lingkungan Pemerintah Daerah.

Pasal 23

Pengunduran diri Calon Kepala Desa harus dituangkan dalam surat pernyataan di atas kertas bermaterai cukup yang disampaikan kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(19)

Pasal 24

Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf Ke-5

Penetapan Calon Kepala Desa Pasal 25

(1) Penetapan Calon Kepala Desa disertai dengan penentuan nomor urut melalui undian secara terbuka oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(2) Undian nomor urut calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh para Calon Kepala Desa.

(3) Nomor urut dan nama Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan disusun dalam daftar calon dan dituangkan dalam Berita Acara penetapan Calon Kepala Desa.

(4) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu mengumumkan melalui papan pengumuman tentang nama Calon Kepala Desa yang telah ditetapkan, paling lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal ditetapkan.

(5) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersifat final dan mengikat.

(6) Pengumuman melalui Papan Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat berupa spanduk yang dipasang di tempat tertentu.

(7) Tempat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) seperti Kantor Desa, balai Desa, dan wilayah dusun.

(8) Wilayah dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (7) sesuai dengan jumlah wilayah dusun di Desa masing- masing.

(9) Jumlah spanduk sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disesuiakan dengan kebutuhan dan bersumber dari anggaran Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(10) Spanduk sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat berisi nama calon, nomor urut calon, foto calon serta visi dan misi calon.

(11) Spanduk sebagaimana dimaksud pada ayat (10) juga dapat dibuat atau disebarluaskan melalui media sosial.

Pasal 26

(1) Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi, klarifikasi serta penetapan dan pengumuman nama Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan Pasal 25 ayat (1) dan ayat (4), dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari.

(2) Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dikecualikan apabila dilakukan mediasi untuk penyelesaian sengketa terkait penelitian terhadap persyaratan Bakal Calon Kepala Desa.

(3) Penetapan dan pengumuman bakal Calon Kepala Desa dilakukan setelah ditetapkan hasil sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(20)

(4) Penetapan dan pengumuman sebagaiamana dimaksud pada ayat (3) bersifat final dan mengikat.

Paragraf Ke-6 Kampanye

Pasal 27

(1) Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa.

(2) Pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari sebelum dimulainya masa tenang.

(3) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan prinsip jujur, terbuka, dialogis serta bertanggung jawab.

(4) Dalam hal sebelum pelaksanaan kampanye, Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dan/atau Calon Kepala Desa dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

(5) Sosialisasi kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksud dapat berbentuk perkenalan diri atau tatap muka melalui acara kemasyarakatan atau acara keagamaan atau acara lainnya yang dilaporkan dan diketahui oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dan seluruh Calon Kepala Desa dan dimuat serta ditanda tangani oleh seluruh Calon Kepala Desa dan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu kepala desa serta diketahui oleh BPD dalam bentuk Berita Acara.

(6) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya menyampaikan visi dan misi dan dalam pelaksanaanya dapat difasilitasi oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(7) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menyebarluaskan bahan kampanye dan alat peraga kampanye baik secara fisik maupun secara elektronik seperti media cetak nasional atau media daerah, SMS dan/atau media sosial yang memuat sekurang-kurangnya nama, nomor urut, visi, misi, dan foto calon Kepala Desa.

Pasal 28

(1) Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) memuat visi dan misi bila terpilih sebagai Kepala Desa.

(2) Visi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keinginan yang ingin diwujudkan dalam jangka waktu masa jabatan Kepala Desa.

(3) Misi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi program yang akan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi.

Pasal 29

Materi kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), disampaikan dengan cara sopan, tertib, edukatif/mendidik, bijak dan beradab, dan tidak bersifat provokatif.

(21)

Pasal 30

(1) Kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dapat dilaksanakan melalui:

a. pertemuan terbatas;

b. tatap muka;

c. dialog;

d. penyebaran bahan kampanye kepada umum;

e. pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan di tempat lain yang ditentukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu; dan f. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.

(2) Pertemuan terbatas, tatap muka, dan dialog sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c dapat dilakukan dalam ruangan atau di luar ruangan.

(3) Jadwal pelaksanaannya diberitahukan secara tertulis oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu kepada aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat dengan tembusan tim pengawas dan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Kabupaten.

(4) Bahan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat berupa selebaran, brosur, pamflet, poster, kalender dan/atau kartu nama.

(5) Alat peraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dapat berupa baliho, umbul-umbul dan/atau spanduk.

(6) Desain dan materi bahan kampanye dan alat peraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf e memuat sekurang-kurangnya nama, nomor urut, visi, misi dan foto calon Kepala Desa.

(7) Kegiatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dapat berupa:

a. kegiatan kebudayaan (misalnya pentas seni, konser musik);

b. kegiatan olah raga (misalnya gerak jalan santai, sepeda santai);

c. perlombaan;

d. kegiatan sosial (misalnya bazar, donor darah); dan e. kampanye melalui media sosial.

Pasal 31

Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu menentukan waktu, tempat, dan jumlah bahan dan alat peraga dalam pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1).

Pasal 32

(1) Dalam masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu menyelenggarakan acara penyampaian visi dan misi Calon Kepala Desa.

(2) Semua Calon Kepala Desa harus mengikuti acara penyampaian visi dan misi Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(22)

Pasal 33

(1) Dalam melaksanakan kampanye, Calon Kepala Desa dapat membentuk pelaksana kampanye.

(2) Pelaksana kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu paling lambat 1 (satu) hari sebelum jadwal tahapan pelaksanaan kampanye.

(3) Pelaksana kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di bawah kendali dan tanggung jawab Calon Kepala Desa.

Pasal 34

(1) Pelaksana kampanye dilarang:

a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau Calon Kepala Desa yang lain;

d. menghasut dan mengadu-domba perseorangan atau masyarakat;

e. mengganggu ketertiban umum;

f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau Calon Kepala Desa yang lain;

g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye calon;

h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;

i. membawa atau menggunakan gambar dan/atau atribut calon lain selain dari gambar dan/atau atribut calon yang bersangkutan; dan j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada

peserta kampanye.

(2) Pelaksana kampanye dalam kegiatan kampanye dilarang mengikutsertakan:

a. Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa;

b. Perangkat Desa;

c. anggota BPD; dan

d. staf perangkat Desa/staf administrasi BPD.

Pasal 35

(1) Pelaksana kampanye yang melanggar larangan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi:

a. peringatan tertulis apabila pelaksana kampanye melanggar larangan kampanye; dan

b. penghentian kegiatan kampanye.

(23)

(2) Peringatan tertulis dan penghentian kegiatan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(3) Dalam hal peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak dipatuhi, Calon Kepala Desa yang bersangkutan dikenai sanksi administratif berupa pembatalan sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

Paragraf Ke-7 Masa Tenang

Pasal 36

(1) Masa tenang paling lama 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal Musyawarah Desa.

(2) Selama masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Calon Kepala Desa dan/atau pelaksana kampanye dilarang melaksanakan kampanye dalam bentuk apapun.

(3) Pembersihan bahan kampanye dan alat peraga selama masa tenang, menjadi tanggung jawab masing-masing Calon Kepala Desa kecuali alat peraga yang merupakan fasilitasi oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(4) Hari dan tanggal Musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh BPD.

Pasal 37

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2), terhadap Calon Kepala Desa dikenai sanksi pembatalan sebagai Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

Pasal 38

(1) Paling lambat 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan Musyawarah Desa, Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu menyampaikan surat undangan kepada Peserta Musyawarah Desa yang tercantum dalam Daftar Peserta Musyawarah Desa.

(2) Pengumuman hari, tanggal, dan waktu Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memasang pengumuman di tempat-tempat strategis dan/atau dapat dilakukan menurut tata cara yang lazim digunakan di Desa bersangkutan.

(3) Peserta Musyawarah Desa menandatangani tanda terima surat undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai tanda bukti penyerahan surat undangan.

(4) Dalam hal Peserta Musyawarah Desa tidak berada di tempat tinggalnya, Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu menyampaikan undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada keluarga bersangkutan dan diminta untuk menandatangani tanda terima.

(24)

(5) Apabila sampai dengan hari Musyawarah Desa terdapat peserta yang tercantum dalam Daftar Peserta Musyawarah Desa dan belum menerima undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peserta Musyawarah Desa yang bersangkutan dapat meminta kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dengan membawa Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan pengganti Kartu Tanda Penduduk.

Paragraf Ke-8 Tahapan Pelaksanaan

Pasal 39

Tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b meliputi:

a. penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu;

b. pengesahan Calon Kepala Desa Antar Waktu yang berhak dipilih oleh musyawarah Desa melalui musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara;

c. pelaksanaan pemilihan Calon Kepala Desa Antar Waktu oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dan peserta musyawarah Desa melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara yang telah disepakati oleh musyawarah Desa;

d. pelaporan hasil pemilihan Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan kepada musyawarah Desa; dan

e. pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa.

Pasal 40

(1) Dalam hal Ketua BPD berhalangan hadir, maka musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a dipimpin oleh wakil ketua atau anggota BPD lainnya.

(2) Ketua BPD yang berhalangan hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memberitahukan ketidakhadirannya dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk selanjutnya diinformasikan kepada peserta musyawarah Desa.

(3) Musyawarah Desa dimulai dan dibuka oleh pimpinan musyawarah Desa apabila daftar hadir telah diisi dan ditandatangani oleh sekurang- kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta yang telah ditetapkan sebagai peserta musyawarah Desa.

(4) Dalam hal sampai dengan jadwal yang ditentukan, peserta musyawarah Desa tidak mencapai jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), musyawarah Desa ditunda paling lama 3 (jam).

(5) Musyawarah Perwakilan dimulai dan dibuka oleh pimpinan Musyawarah Perwakilan apabila daftar hadir telah diisi dan ditandatangani oleh peserta Musyawarah Desa.

(25)

(6) Dalam hal setelah dilakukan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), peserta musyawarah Desa tetap tidak mencapai jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), musyawarah Desa dibuka dan dimulai dengan peserta musyawarah yang ada.

(7) Peserta musyawarah Desa yang datang terlambat, dapat mengikuti musyawarah Desa atas izin pimpinan musyawarah Desa dan mengisi daftar hadir.

(8) Pada saat musyawarah Desa berlangsung, peserta musyawarah Desa yang telah menandatangani daftar hadir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat meninggalkan tempat musyawarah Desa atas izin pimpinan musyawarah Desa dan tidak mengganggu jalannya musyawarah Desa.

(9) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu mengundang secara resmi peserta Musyawarah Perwakilan yang disampaikan paling lambat 1 (satu) hari sebelum Musyawarah Desa dilaksanakan.

(10) Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu melalui mekanisme musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan pemberian suara peserta Musyawarah Desa kepada Calon Kepala Desa Antar Waktu

Pasal 41

Pengesahan Calon Kepala Desa Antar Waktu melalui musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b berdasarkan kesepakatan dalam musyawarah Desa.

Pasal 42

(1) Dalam hal pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b, Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dapat dibagi dalam beberapa penugasan, yaitu:

a. Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagai petugas pertama berada di meja ketua mempunyai tugas menandatangani surat suara dan/atau memanggil nama Peserta Musyawarah Desa untuk memberikan suaranya sesuai nomor urut;

b. Petugas kedua berada di samping kanan petugas pertama mempunyai tugas menyiapkan lembar surat suara yang akan ditandatangani oleh ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu/petugas pertama, yang selanjutnya diberikan kepada Peserta Musyawarah Desa;

c. Petugas ketiga memberikan tanda centang () pada daftar hadir Peserta Musyawarah Desa;

d. Petugas keempat berada di dekat kotak suara mempunyai tugas mengatur Peserta Musyawarah Desa yang akan memasukkan surat suara ke dalam kotak suara bertempat di dekat kotak suara dan memastikan bahwa Peserta Musyawarah Desa telah memasukkan surat suaranya ke dalam kotak suara; dan

e. Petugas yang lain mengatur ketertiban pemungutan suara.

(2) Pada saat melakukan penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu memberikan

(26)

penjelasan kepada seluruh anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu mengenai tata cara pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara.

Pasal 43

(1) Pada hari pemungutan suara, pemilih mendatangi Tempat Musyawarah Desa untuk menyalurkan hak pilih dengan membawa surat undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1).

(2) Dalam hal surat undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hilang atau yang bersangkutan tidak menerima surat undangan sampai dengan hari pemungutan suara tetapi tercantum dalam Daftar Peserta Musyawarah, dengan memperlihatkan Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan penduduk kepada Panitia Pemilihan, Pemilih tersebut dapat menyalurakan hak pilihnya dengan mengisi dokumen khusus yang disediakan untuk itu.

Pasal 44

(1) Jumlah pemilih di Tempat Musyawarah Desa ditentukan Panitia Pemilihan.

(2) Tempat Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan lokasinya di tempat yang mudah dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat, serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

(3) Jumlah, lokasi, bentuk, dan tata letak Tempat Musyawarah Desa ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.

(4) Jumlah kotak suara disesuaikan dengan pemilihan Kepala Desa Antar Waktu.

(5) Jumlah bilik suara disesuaikan dengan keperluan dan kebutuhan.

(6) Penyiapan dan pembuatan Tempat Musyawarah Desa dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Panitia Pemilihan dan harus sudah selesai paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari pemungutan.

(7) Dalam pembuatan Tempat Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia Pemilihan dapat dibantu oleh masyarakat.

(8) Tempat Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dibuat di dalam ruangan tempat ibadah.

(9) Tempat Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuat di halaman atau ruangan/gedung sekolah, balai pertemuan masyarakat, gedung atau kantor milik Pemerintah Daerah, milik Pemerintah Desa atau milik non pemerintah termasuk halamannya, dengan harus mempertimbangkan gangguan yang mungkin timbul akibat terik matahari, angin kencang, hujan atau gangguan lainnya.

(10) Tempat Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat sekurang-kurangnya dilengkapi dengan sarana dan prasarana:

a. ruangan atau tenda;

b. alat pembatas;

(27)

c. papan pengumuman untuk menempel daftar Calon Kepala Desa Antar Waktu;

d. tempat duduk dan meja Panitia Pemilihan;

e. meja/tempat khusus untuk menempatkan kotak suara dan bilik suara;

f. tempat duduk pemilih, Calon Kepala Desa Antar Waktu dan/atau saksi Calon Kepala Desa Antar Waktu ; dan

g. alat penerangan yang cukup.

Pasal 45

(1) Perlengkapan untuk keperluan pemungutan dan penghitungan suara, meliputi:

a. perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara; dan b. kelengkapan peralatan lain.

(2) Perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:

a. surat suara sebanyak jumlah Pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih;

b. kotak suara;

c. kelengkapan peralatan lain untuk pemungutan dan penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seperti :alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara;

d. bilik pemungutan suara;

e. alat untuk memberi tanda pilihan;

f. salinan daftar pemilih sesuai;

g. sampul kertas;

h. tanda pengenal Panitia Pemilihan dan saksi Calon Anggota BPD;

i. spanduk penghitungan suara;

j. karet pengikat surat suara;

k. lem/perekat;

l. kantong plastik;

m. ballpoint;

n. spidol; dan

o. peralatan lainnya yang dibutuhkan.

Paragraf Ke-9

Pelaksanaan Pemungutan Suara Pasal 46

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu mengucapkan sumpah/janji Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebelum pemungutan suara dimulai.

(2) Pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di Tempat Musyawarah Desa dipandu oleh Pimpinan atau anggota BPD dan dapat disaksikan oleh Ketua BPD, saksi calon dan/atau Calon Kepala Desa.

(28)

(3) Sumpah/janji Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :

“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji :

- Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

- Bahwa saya dalam menjalankan tugas akan bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, adil, cermat, dan tidak memihak demi suksesnya Peserta Musyawarah Desa Kepala Desa ... (sebutkan nama Desa), tegaknya demokrasi dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia daripada kepentingan pribadi atau golongan”.

Pasal 47

(1) Dalam hal semua Peserta Musyawarah Desa yang terdaftar dalam Daftar Peserta Musyawarah Desa telah hadir dan memberikan suaranya, pemungutan suara dapat ditutup oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebelum waktu berakhir pemungutan suara.

(2) Dalam hal terdapat Peserta Musyawarah Desa yang datang terlambat sedangkan waktu pemungutan suara belum habis maka dipersilahkan untuk mengikuti pemungutan suara

(3) Dalam hal waktu pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah habis, namun masih terdapat Peserta Musyawarah Desa yang sudah terdaftar atau tercatat dalam daftar hadir dan yang bersangkutan sedang menunggu giliran untuk memberikan suara, maka pemungutan suara tetap dilanjutkan hingga seluruh Peserta Musyawarah Desa tersebut memberikan suaranya.

(4) Dalam hal terdapat Peserta Musyawarah Desa datang terlambat sedangkan waktu pemungutan suara sudah selesai maka peserta tersebut tidak diperbolehkan mengikuti pemungutan suara

(5) Setelah seluruh Peserta Musyawarah Desa selesai memberikan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu mengumumkan kepada yang hadir bahwa pemungutan suara telah selesai dan dilanjutkan dengan penghitungan suara.

Pasal 48

(1) Pemungutan suara dilakukan dengan memberikan suara melalui surat suara yang berisi nomor, foto, dan nama calon atau berdasarkan kebiasaan masyarakat Desa setempat.

(2) Pemberian suara untuk Peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mencoblos salah satu Calon Kepala Desa dalam surat suara.

(3) Selain dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemungutan suara dapat dilakukan secara elektronik.

(29)

Pasal 49

(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu melakukan kegiatan:

a. pembukaan kotak suara;

b. pengeluaran seluruh isi kotak suara;

c. pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan; dan d. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.

(2) Kegiatan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri oleh saksi calon, BPD, pengawas, dan warga masyarakat.

(3) Kegiatan Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua Panitia, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu serta dapat ditandatangani oleh saksi dari Calon Kepala Desa.

Pasal 50

(1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu memberikan penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara.

(2) Penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara berulang-ulang selama pelaksanaan pemungutan suara.

(3) Penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:

a. tata cara pemberian suara; dan b. ketentuan suara sah dan tidak sah.

Pasal 51

(1) Setelah memberikan penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1), Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu memulai proses pemberian suara ditandai dengan pemanggilan Peserta Musyawarah Desa.

(2) Dalam pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peserta Musyawarah Desa diberi kesempatan oleh panitia berdasarkan prinsip urutan kehadiran Peserta Musyawarah Desa.

Pasal 52

(1) Tata cara pemberian suara oleh Peserta Musyawarah Desa sebagai berikut:

a. setelah menerima surat suara menuju bilik suara;

b. membuka surat suara lebar-lebar dan meletakkan di atas tempat yang disediakan sebelum dicoblos;

(30)

c. mencoblos surat suara dengan alat pencoblos di atas alas coblos yang telah disediakan;

d. melipat kembali surat suara seperti semula, sehingga tanda tangan ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu tetap terlihat dan tanda coblos tidak dapat dilihat;

e. memasukkan surat suara ke dalam kotak suara; dan

f. mencelupkan salah satu jari tangan ke dalam botol tinta yang telah disediakan.

(2) Apabila menerima surat suara yang ternyata rusak, Peserta Musyawarah Desa dapat meminta surat suara pengganti kepada panitia, kemudian panitia memberikan surat suara pengganti hanya satu kali.

(3) Apabila terdapat kekeliruan dalam cara memberikan suara, Peserta Musyawarah Desa dapat meminta surat suara pengganti kepada panitia, panitia memberikan surat suara pengganti hanya satu kali.

(4) Surat suara pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diambil dari surat suara tambahan.

(5) Peserta Musyawarah Desa dilarang membawa alat dokumentasi dan/atau mendokumentasikan pemberian hak pilihnya di dalam bilik suara.

Pasal 53

(1) Peserta Musyawarah Desa tunanetra, tunadaksa atau yang mempunyai halangan fisik lain pada saat memberikan suaranya dapat dibantu oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu atau orang lain atas permintaan Peserta Musyawarah Desa.

(2) Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu atau orang lain yang membantu Peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib merahasiakan pilihan Peserta Musyawarah Desa yang bersangkutan.

(3) Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu atau orang lain yang membantu Peserta Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengisi surat pernyataan tidak akan memberitahukan pilihan Peserta Musyawarah Desa yang dibantu.

Pasal 54

(1) Pemilih yang menjalani rawat inap di rumah sakit atau sejenisnya, yang sedang menjalani hukuman penjara, Pemilih yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, yang tinggal di perahu atau pekerja lepas pantai, dan tempat-tempat lain dapat disediakan tempat musyawarah perwakilan khusus.

(2) Dalam hal tempat musyawarah perwakilan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia, Panitia Pemilihan bersama saksi calon dan aparat keamanan dapat mendatangi yang bersangkutan untuk memberikan kesempatan menyalurkan hak pilih apabila diminta yang bersangkutan dan situasi memungkinkan.

(3) Pemilih yang lanjut usia atau sedang sakit dirumah sehingga tidak memungkinkan untuk datang ke tempat musyawarah perwakilan, Panitia

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tanah Laut yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan, dipandang

bahwa untuk dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b maka upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Tanah Laut

2) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perlindungan Asuransi Kepada Pengunjung

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pelayanan Keliling Perizinan dan Nonperizinan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 142 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian, dan

Bantuan Langsung Tunai Dana Desa yang selanjutnya disebut BLT Dana Desa adalah kegiatan pemberian bantuan langsung berupa uang tunai kepada keluarga miskin atau tidak