• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Buyung Skripsi (2009) yang berjudul “ Analisis pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas bank” dengan hasil :

a. Berdasar hasil pengujian hipotesis 1 menunjukan bahwa pada bank go publik variabel NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA pada bank go publik yang ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,039, sehingga hipotesis 1diterima.

b. Berdasar hasil pengujian hipotesis 2 menunjukan bahwa pada bank go publik variabel CAR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank go publik yang ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,000, sehingga hipotesis 2 diterima.

c. Berdasar hasil pengujian hipotesis 3 menunjukan bahwa pada bank go publik variabel LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank go publik sehingga hipotesis 3 diterima, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,031.

d. Berdasar hasil pengujian hipotesis 4 menunjukan bahwa pada bank go publik variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel

(2)

ROA pada bank go publik sehingga hipotesis 4 diterima, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya tingkat signifikansi yang lebih kecil dari0,05 yaitu sebesar 0,035.

e. Berdasar hasil pengujian hipotesis 5 menunjukan bahwa pada bank non go publik variabel NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik yang ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,569, sehingga hipotesis 5 ditolak.

f. Berdasar hasil pengujian hipotesis 6 menunjukan bahwa pada bank non go publik variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik yang ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi lebih besar 0,05 yaitu sebesar 0,165, sehingga hipotesis 6 ditolak.

g. Berdasar hasil pengujian hipotesis 7 menunjukan bahwa pada bank non go publik variabel LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank non go publik sehingga hipotesis 7 diterima, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,016.

h. Berdasar hasil pengujian hipotesis 8 menunjukan bahwa pada bank non go publik variabel BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik sehingga hipotesis 8 ditolak, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,390.

(3)

i. Berdasarkan uji chow test dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan bank yang masuk dalam kriteria bank go publik mempunyai kinerja yang berbeda dengan kinerja bank yang masuk dalam kriteria bank non go publik. Hal tersebut terlihat bahwa terdapat empat variabel independent yaitu: NPL, CAR, LDR, dan BOPO yang mempengaruhi ROA bank go publik, sedangkan pada bank bank non go publik hanya satu variabel yaitu LDR yang mempengaruhi besarnya ROA.

Ahmad Aref Jurnal (2014) yang berjudul “ impact of internal factor on bank profitability: comparative study between Saudi Arabia dan Jordan”

dengan hasil :

a. profitabilitas (diwakili oleh return on asset (ROA)) bank Saudi adalah melampaui profitabilitas bank Yordania. Ini berarti bahwa bank Saudi yang lebih menguntungkan dari pada bank Yordania. Profitabilitas bank Saudi memiliki korelasi positif dan signifikan yaitu variabel TEH, TIA, dan LQR, di samping itu, telah ada korelasi negatif dan signifikan yaitu variabel NCA, CDR, CIR dan Size.

b. Profitabilitas bank Yordania memiliki korelasi positif yang signifikan yaitu variabel LQR, NCA, TEA, dan CDR. Selain itu, telah terjadi korelasi negatif dan signifikan yaitu variabel CIR, TIA dan Size, hubungan antara profitabilitas dan ukuran bank negatif pada kedua model. Ukuran Bank berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa Ukuran Bank dapat menghasilkan hasil yang signifikan harus memiliki tingkat ukuran total

(4)

asset yang tinggi keatas. Setiap bank mempunyai rata-rata marjin yang berbeda sehingga akan menurunkan tingkat ukuran total asset maka dari itu hasil penelitian kali ini menghasilkan Ukuran Bank berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas

Fitriani Prastiyaningtyas Skripsi (2010) dengan judul “ Faktor-Faktor yang mempengaruhi Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum Go Public Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008) “ dengan hasil a. Variabel CAR berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitasbank.

Sehingga H1 yang menyatakan bahwa rasio CAR berpengaruh positif terhadap ROA bank dapat diterima.

b. Variabel NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitasbank.

Sehingga H2 yang menyatakan bahwa rasio NPL berpengaruhnegatif terhadap ROA bank dapat diterima.

c. Variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitasbank. Sehingga H3 yang menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruhnegatif terhadap ROA bank dapat diterima.

d. Variabel LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadapprofitabilitas bank. Sehingga H4 yang menyatakan bahwa rasio LDRberpengaruh positif terhadap ROA bank tidak dapat diterima.

e. Variabel NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadapprofitabilitas bank. Sehingga H5 yang menyatakan bahwa rasio NIM berpengaruh positif terhadap ROA bank dapat diterima.

(5)

f. Pangsa kredit berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas bank.

Sehingga H6 yang menyatakan bahwa rasio pangsa kreditberpengaruh positif terhadap ROA bank dapat diterima.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang meneliti tentang profitabilitas perbankan yang menggunakan variabel CAR, NPL, dan LDR sedangkan penetian ini menambahkan satu variabel lagi yaitu Ukuran Bank dan penelitian ini menggunakan tahun terbaru.

B. Landasan Teori

1. Kinerja Bank dan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2012), kinerja bank merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja itu buruk maka tidak mungkin para direksi ini akan di ganti. Bank perlu dinilai kesehatannya, tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi bank tersebut yang sesungguhnya, apabila dalam keadaan sehat, kurang sehat, atau mungkin sakit. Apabila kondisi bank tersebut dalam kondisi sehat, maka perlu di pertahankan kesehatannya. Akan tetapi jika kondisinya dalam keadaan tidak sehat maka segera perlu diambil tindakan untuk mengobatinya. Dari penilaian kesehatan bank ini akhirnya akan ketahuan kinerja bank tersebut.

Penilaian kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan tindakan evaluasi atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan

(6)

investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif perusahaan lain. Selain itu adanya informasi mengenai kinerja perusahaan dapat memperlihatkan kepada shareholder dan stakeholder secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas baik di mata mereka (Munawir, 2002). Pengukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Sebagaimana umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai nilai yang tinggi, dimana untuk mencapai nilai tersebut perusahaan harus dapat secara efisien dan efektif mengelola berbagai kegiatannya.

Sumber utama variabel yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang dapat dijadikan dasar kinerja keuangan perusahaan.

Laporan Keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disisipkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.

2. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan. Oleh karena itu penganalisa harus mampu menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor di masa mendatang.

(7)

Rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Sehingga kita dapat membeberkan informasi dan memberikan penilaian.

Menurut S. Munawir (2002) mengemukakan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secure individual atau combines dari kudu laporan tersebut.

Dengan demikian analisis rasio keuangan itu untuk menentukan kesehatan atau kinerja keuangan perusahaan baik pada saat sekarang maupun di masa mendatang sehingga sebagai alat untuk menilai posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Menurut Dendawijaya (2009), rasio keuangan tersebut dapat di kelompokkan menjadi :

1). Rasio Likuiditas

Analisis rasio liquidities adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio liquidities yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank yaitu Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Loan to Asset Ratio.

(8)

2). Rasio Solvabilitas

Analisis solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban- kewajiban jika terjadi liquidities bank. Perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable. Beberapa rasionya adalah Capital

Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Assets Ratio.

3). Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang mencapai oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antara pos yang terdapat pada laporan laba rugi dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Analisis rasio rentabilitas suatu bank antara lain

(9)

yaitu return on Assets, Return on Equuity, Net Profit Margin,Rasio Biaya Operasional.

3. Profitabilitas

Pengertian rentabilitas atau profitabilitas atau dengan kata lain profitabiltas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Hasibuan,2005).

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Laba (Profitable Theory), yakni teori yang mengemukakan bahwa bunga ada karena ada laba yang ingin dicapai oleh bank (Spread Profit). Spread Profit bank berasal dari Price Credit yang ditetapkan dikurangi Cost of Money yang diberikan. Bank dan para pelaku ekonomi bersedia untuk membayarkan sejumlah bunga atas deposito dan jenis tabungan lainnya karena bank akan menerima bunga dari kredit yang disalurkan ( Malayu Hasibuan, 2005).

Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan, salah satunya dengan menggunakan rasio Return On Asset.Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi bank karena profitabilitas yang tinggi merupakan tujuan setiap bank. Jika rasio profitabilitas menunjukkan suatu peningkatan maka hal tersebut menunjukkan kinerja bank yang efisien (Riyanto, 2000).

(10)

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ROA sebesar 1,5% agar bank tersebut dapat dikatakan dalam kondisi sehat. Return on Asset (ROA) didapat dengan cara membagi laba sebelum pajak dengan rata-rata volume usaha atau aktiva (Dendawijaya, 2009). Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan asett (Dendawijaya, 2009). Secara matematis ROA dirumuskan sebagai berikut :

ROA = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑺𝒆𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 𝑿 𝟏𝟎𝟎%

Sumber : Dendawijaya

4. Capital Adduacy Ratio (CAR)

Modal merupakan sumber dana pihak pertama, yaitu sejumlah dana yang diinvestasikan oleh pemilik untuk pendirian suatu bank. Jika bank tersebut sudah beroperasi maka modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Agar perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam perbangkan internasional maka permodalan bank harus senantiasa mengikuti ukuran yang berlaku secara internasional, yang ditentukan oleh Banking for International Sattlements (BIS), yaitu sebesar Capital Adquacy Ratio (CAR) adalah 8%. ( Selamet Riyadi : 2006).

CAR memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh

(11)

dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adquacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang di berikan ( Lukman Dendawijaya : 2009).

CAR = 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍

𝑨𝑻𝑴𝑹𝑿𝟏𝟎𝟎%

Sumber : Dendawijaya

Modal bank adalah total modal yang berasal dari bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yaitu modal milik sendiri yang diperoleh dari modal disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.

Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasa, dan pinjaman subordinasi. Sedangkan ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dengan ATMR administratif.

5. Non performing loan (NPL)

Kredit macet merupakan bagian dari pengelolaan kredit bank, karena kredit bermasalah itu sendiri merupakan risiko yang dihadapi bisnis perbankan. menurut Mudrajat Kuncoro (2002:462) “Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak

(12)

sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang diperjanjikannya”. Sedangkan menurut Lukman Dendawijaya (2009) “kredit macet yaitu pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikannya”.

NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. NPL diketahui dengan cara menghitung pembiayaan Non Lancar Terhadap Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Peningkatan NPL yang terjadi pada masa krisis secara langsung berpengaruh terhadap menurunnya likuiditas bagi sektor perbankan, karena tidak ada uang masuk baik yang berupa pembayaran pokok ataupun bunga pinjaman dari kredit-kredit yang macet. Sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap hilangnya kepercayaan masyarakat.

Aspek ini bertujuan untuk menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank. Penilaian asset harus dengan Peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank

(13)

Indonesia. Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPL gross kurang dari 5%.

Secara matematis, NPL dapat dirumuskan sebagai berikut :

NPL = 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝑩𝒆𝒓𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝑿𝟏𝟎𝟎%

Sumber : Dendawijaya

6. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya, 2009). Rasio ini mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2012).

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, besarnya standar nilai LDR menurut Bank Indonesia adalah antara 80%-110%. Loan to Deposit Ratio (LDR) dirumuskan secara matematis sebagai berikut :

LDR = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑫𝑷𝑲 𝑿𝟏𝟎𝟎%

Sumber : Kasmir

7. Ukuran Bank

Ukuran Bank adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan (Widjadja, 2009). Penentuan ukuran perusahaan ini

(14)

didasarkan kepada total asset perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar. Perusahaan yang berukuran besar mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen karena perusahaan yang besar cenderung memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil karena jumlah asetnya cenderung besar.

Secara matematis Ukuran Bank dapat dirumuskan sebagai berikut:

Size Bank = Log Nat Total Aktiva Sumber : Machfoedz

C. Pengaruh Atar Variabel

1. Hubungan CAR Terhadap Profitabilitas

Modal Bank harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat pergerakan aktiva bank sebagai financial intermediary, sedangkan pergerakan pasiva ke arah aktiva akan menimbulkan berbagai resiko, dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus dijaga. Besarnya modal suatu bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank (Sinungan, 2000). CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian- kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko dengan kecukupan modal yang dimilikinya (Dendawijaya, 2009).

Penetapan CAR sebagai variabel yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank Penetapan CAR pada titik tertentu dimaksudkan agar bank memiliki kemampuan modal yang

(15)

cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya risiko sebagai akibat berkembangnya ekspansi aset terutama aktiva yang dikategorikan dapat memberikan hasil sekaligus mengandung risiko. Rendahnya CAR dikarenakan peningkatan ekspansi aset beresiko yang tidak diimbangi dengan penambahan modal menurunkan kesempatan bank untuk berinvestasi dan menurunkan kepercayaan masyarakat sehingga berpengaruh pada penurunan profitabilitas (Hesti Werdaningtyas, 2002).

Tingginya rasio modal dapat melindungi deposan, dan memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bank, yang pada akhirnya dapat meningkatkan ROA. Pembentukan dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak ketiga sebagai pemasok modal bank. Dengan demikian bank harus menyediakan modal minimum yang cukup untuk menjamin kepentingan pihak ketiga.

Manajemen bank perlu mempertahankan atau meningkatkan nilai CAR sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia minimal delapan persen karena dengan modal yang cukup maka bank dapat melakukan ekspansi usaha dengan lebih aman dalam rangka meningkatkan profitabilitasnya.

Teori ini juga didukung oleh hasil penelitian Yuliani (2007), dalam penelitiannya menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut :

H1 : CAR berpengaruh positif terhadap Profitabilitas.

(16)

2. Hubungan NPL dengan Profitabilitas

NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank (Kasmir, 2012).

NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Mabruroh, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank.

Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit (Masyhud Ali, 2004).

Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu pengukuran dari rasio risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya risiko kredit bermasalah yang ada pada suatu bank. Gelos (2006) dalam penelitiannya menguji pengaruh NPL terhadap ROA bank dimana hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang signifikan negatif berpengaruh terhadap kinerja bank artinya besarnya risiko kredit bank mempengaruhi kinerja bank

(17)

sehingga perlu dilakukan peneliitian lanjutan yang menguji pengaruh NPL terhadap ROA. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : NPL berpengaruh negatif terhadapProfitabilitas.

3. Hubungan LDR terhadap Profitabilitas

LDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank (terutama masyarakat). Apabila hasil pengukuran jauh berada di atas target dan limitnya, berarti tidak tertutup kemungkinan bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan tekanan pada pendapatan bank (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).

Suatu bank dianggap likuid jika mempunyai sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya, mempunyai likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat-surat berharga yang dapat segera dialihkan menjadi kas, dan mempunyai kemampuan mendapatkan likuiditas dengan cara menciptakan utang. Loan to Deposit Ratio (LDR), merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. LDR diukur dengan membandingkan total loans dengan total deposit dan equity (Kasmir, 2012).

Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya

(18)

efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi LDR maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga. Dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka bank akan pendapatan bank (ROA) akan semakin meningkat. maka LDR berpengaruh positif Pterhadap ROA (Gelos, 2006). Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : LDR berpengaruh positif terhadap Profitabilitas.

4. Hubungan Ukuran Bank terhadap Profitabilitas

Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang besar mampu menghasilkan laba yang besar. (Widjadja, 2009). Perusahaan yang berukuran besar mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen karena perusahaan yang besa cenderung memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil karen jumlah asetnya cenderung besar.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Ukuran Bank berpengaruh positif terhadap Profitabilitas.

(19)

D. Kerangka Pemikiran Teoritis

H1

H2

H3

H4

E. Hipotesis penelitian

Berdasarkan pada tinjauan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, Maka dugaan sementara yang belum tentu kebenarannya dan akan di terima bila ada faktor yang mendukung atau membenarkannya, mengacu pada rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian ini dapat di terapkan hipotesa adalah :

1. H1 : CAR berpengaruh positif terhadap Profitabilitas.

2. H2 : NPL berpengaruh negatif terhadapProfitabilitas.

3. H3 : LDR berpengaruh positif terhadap Profitabilitas.

4. H4 : Size Bank berpengaruh positif terhadapProfitabilita

Profitabilitas (ROA)

CAR

NPL

Size Bank

Pendapatan LDR

Likuiditas Penghimpun Dana

Kredit

Referensi

Dokumen terkait

Program ORIGEN-2 digunakan untuk menghitung panas peluruhan elemen bakar sebagai fungsi lama reaktor padam dan program NATCON untuk menghitung suhu elemen bakar dan

Dari lima unsur yang dihitung, empat unsur (Mn, Al, V dan Na) memiliki nilai uji-u &lt; 1,64 artinya hasil yang dilaporkan tidak berbeda jauh dengan nilai sertifikat sedangkan

Proses awal uji pasca iradiasi PEB uji dilakukan di hot cell RSG-GAS, berupa pengamatan visual dan pengambilan gambar, pengukuran tebal pelat serta penyapuan dan

Meskipun sinyal keluaran generator uji tidak tepat seperti sinyal idealnya namun untuk keperluan karakterisasi kinerja rangkaian N-16 terkoreksi sudah melebihi cukup

Prinsip pada metode analisis LSC adalah dengan mengukur jumlah cahaya yang di emisikan dari larutan scintillator akibat berinteraksi dengan partikel radiasi

Identifikasi rantai pasokan di Bandeng Juwana Elrina Semarang Melakukan analisis untuk mengetahui siapa saja yang terlibat. dalam rantai pasok di Bandeng Juwana

Kepada semua teman-teman Fakultas Teknik Program Studi sistem Informasi khususnya angkatan 2007 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah

Electronic Dictionary (E-Dic) sebagai variabel bebas dan kemampuan pengucapan siswa kelas VIII MTs NU Mawaqi’ul Ulum Medini Undaan Kudus tahun pelajaran