• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM IJARAH.. 1 (upah) (ganti). Oleh sebab itu ats Tsawab (pahala) dinamai al ajru ا ض

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM IJARAH.. 1 (upah) (ganti). Oleh sebab itu ats Tsawab (pahala) dinamai al ajru ا ض"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

13

Ijarah berasal dari bahasa arab

," ار ا , , ا

“ yang bisa berarti

ض ا

“ (ganti). Oleh sebab itu ats Tsawab (pahala) dinamai al ajru (upah)1. Ijaroh adalah suatu transaksi sewa menyewa antara pihak penyewa dengan yang mempersewakan sesuatu harta atau barang untuk mengambil manfaatnya dengan harga tertentu dan dalam waktu tertentu. 2

Sedangkan menurut istilah/ terminologi, beberapa ulama mendefinisikan Ijaroh, sebagai berikut:

a. Menurut Sayyid Sabiq, dalam fiqhhussunnah mendifinisikan ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.3

b. Imam Taqiyyuddin mendefinisikan Ijarah sebagai berikut:

او ل ا ةد ر ا

م ض

4

Artinya: Ijarah adalah suatu perjanjian untuk mengambil suatu barang dengan tujuan yang diketahui dengan penggantian, dan dibolehkan sebab ada penggantian yang jelas.

c. Syech al-Imam Abi Yahya Zakaria al-Anshori dalam kitab Fath Al- Wahab. Memberikan definisikan Ijarah adalah:

1 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta : UII Press, 2004, hlm. 108.

2 Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2006, hlm.150

3 Ibid, hlm.15

4 Imam Taqiyuddin, Kifayah al-Akhyar Fi hal Goyatul ikhthisor, Semarang, Maktabah wa Mathoba’ah, Toha Putrat.th, hlm, 309

(2)

ا ر

وھ ك

ضو طور

5

Artinya: Ijarah adalah memiliki atau mengambil manfaat suatu barang dengan pengambil atau imbalan dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan.

Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para Ulama tersebut dapat ditarik pengertian bahwa Ijarah adalah suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat suatu benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan6.

Dengan demikian ijarah itu adalah suatu bentuk muamalah yang melibatkan dua buah pihak, yaitu penyewa sebagai orang yang memberikan barang yang dapat dimanfaatkan kepada si penyewa untuk diambil manfaatnya dengan penggantian atau tukaran yang telah ditentukan oleh syara’ tanpa diakhiri dengan kepemilikan. Dalam istilah hukum Islam, orang yang menyewakan disebut Mu’ajjir, sedang orang yang menyewa disebut Musta’jir dan sesuatu yang diakadkan untuk diambil manfaatnya disebut Ma’jur, sedangkan jasa yang diberikan sebagai imbalan manfaat disebut Ajran atau Ujrah (upah).7

Pada garis besarnya ijarah itu terdiri atas:8

a. Ijarah ‘Ayyan, yaitu pemberian imbalan karena mengambil manfaat dari suatu benda. Seperti; rumah, pakaian, dan lain-lain.

5 Abi Yahya Zakariya, Fath al-Wahab, Juz I, Semarang, Maktabah Wa Maktabah, Toha Putra, t.th, 246

6 Drs. Sudarsono, S.H., Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta, PT. Rineka Cipta , Cet.I, 1992, hlm 422

7 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, Bandung, PT.Al Ma’arif, 1987, hlm.7

8 Drs. Sudarsono, S.H., Op.cit, hlm 426

(3)

b. Ijarah ‘Amal, yaitu pemberian imbalan atas suatu pekerjaan atau keahlian yang dilakukan seseorang. Seperti; seorang pelayan, pekerja, notaris.

Apabila dilihat dari segi pekerjaan yang harus dilakukan maka ajiir dapat dibagi menjadi:

a. Ajiir Khas, yaitu pihak yang harus melaksanakan pekerjaan dan sifat pekerjaan ditentukan dalam hal yang khusus dan dalam waktu yang tertentu pada ajiir khas tidak diperbolehkan bekerja pada pihak lain dalam waktu tertentu selama terikat dalam pekerjaannya.

b. Ajiir Musytarak, yaitu pihak yang harus melakukan pekerjaan yang sifat pekerjaannya umum dan tidak terbatas pada hal-hal (pekerjaan) tertentu yang bersifat khusus.9

2. Dasar Hukum Ijarah

Sewa-menyewa dalam hukum Islam diperbolehkan, setiap manusia berhak melakukannya dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang telah diatur dalam syari’at Islam. Firman Allah yang dijadikan dalil hukum sewa- menyewa diantaranya:

a. Al-Qur’an

Firman Allah Surat al-Baqarah:233:

ִ"#$%

&⌧$(

ִִ) * +

,- . /

$0

23☺5.ִ6 7)89

9 Sudarsono, Op.cit.,hlm 427-428

(4)

: ;,-$

) <= >?(@))

A 8 ) B7)

☺ .3 ) 8

B7)

)DEF . G $

H I J

KLMMN

Artinya: “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.10

Surat Al-Kahfi ayat 77

)$ .$O?))$(

P8:ִQ 7 $0

7) -$

& R S> T I$֠

7)ִ☺ִ 3O V 6) )ִW . R

X$(

)ִ☺ R AEZ-&[ T

ִ"ִ\ $(

)>] F(

^ ִ"_\

"TMI T

`a$ * T bQ 9)$֠ X$(

c)$֠

$%

de,fFB d -ִhiV$%

FQ,- . jI3+

KkkN

Artinya: ”Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".

Firman Allah surat az-Zukhruf: 32:

l R

☺ , T de m

ִn o

\, pq )D^3☺d $֠

/Z * =

] ☺ s F 89 t u

Do ִ$,%) ) - ? "%)

o

) * $(

]d⌫

$w $(

xa ye#ִ+ ִ

⌧-FhiV -Fz%

]{⌫

)|[

)pTMI h6

Ae m

ִn H Iִ}

)~☺F•9

ִ☺,W$€

KMLN

10 Ibid, hlm 29

(5)

Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagaian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”11

b. Hadits

1). Imam Bukhori meriwayatkan dalam hadis dari Aisyah RA.

Menyebutkan:

ن ر

ا : ر

لو ر

!

"

م و و او :

ر$

% ر ن

ل د' د ھ ر(

وھو ن د

ر $ ش ر*

+د+

" 'ا

,ار هاد اوو

ر . رو/

د ث%/

ل ' ار ,

! 1 ث%/

هوار . )

ىر ( 'ا

12

(

Artinya: “Rasulullah SAW dan Abu Bakar menyewa seseorang penunjuk jalan yang ahli dari bani Dail yang memeluk Agama kafir Quraisy, kedua beliau membayarnya dengan kendaraannya kepada orang tersebut, dan menjanjikannya digua Tsur sesudah tiga malam dengan kendaraan keduanya”.

2). Hadits riwayat Imam Bukhori:

ن ا ةر رھ ر

"

ن 4 'ا

!

"

م و ل * ل * :

' /%/ : ا م !(

مو 5'ا ل ر

ط ا م/

رد.

ل رو ع

ار, ل$ +

" / ل رو

ر ا

ار ا +و +

"

م'و

"ط هر ا هاور ).

ىر ( 'ا

13

(

Artinya: “Tiga golongan yang aku memusuhinya besuk dihari kiamat, yaitu orang yang memberikan kepadaku kemudian menarik kembali, orang yang menjual orang yang merdeka kemudian makan harganya, dan orang yang memperkerjakan orang lain dan telah selesai pekerjaannya tetapi tidak memberikan upahnya”. (HR.

Bukhori).

11 Departemen Agama, Op.cit., hlm 392

12 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Koleksi Hadis Hadis Hukum, Semarang, Pustaka Rizki Putra, hlm. 199

13 Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid Wa Nihayatul Muqtasid, Juz 5, Libanon, Darul Kitab Ilmiyah, Beirut, t.th, hlm 125

(6)

3. Hadits riwayat Ibnu Majah

ل * م و " 4 ! 4 'ا نا ر ن ا ن

"*ر ف نا ل * هر ا ر ا اوط ا :

Artinya: “Dari Ibnu Umar Bahwa Rasulullah bersabda, “Berilah upah pekerja sebelum keringatnya kering” (HR.Ibnu Majah).14 c. Landasan Ijma’

Mengenai disyari’atkannya ijarah, semua Ulama bersepakat, tidak ada seorang ulama pun yang membantah kesepakatan ijma’ ini, sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak dianggap.15

Pakar-pakar keilmuan dan cendekiawan sepanjang sejarah di seluruh negeri telah sepakat akan legitimasi ijarah.16 Dari beberapa nash yang ada, kiranya dapat dipahami bahwa ijarah itu disyari'atkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia senantiasa terbentur pada keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, manusia antara yang satu dengan yang lain selalu terikat dan saling membutuhkan. Ijarah (sewa menyewa) merupakan salah satu aplikasi keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Bila dilihat uraian diatas, rasanya mustahil manusia bisa berkecukupan hidup tanpa berijarah dengan manusia. Oleh karena itu boleh dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah salah satu bentuk aktivitas antara dua pihak atau saling meringankan, serta termasuk salah satu bentuk tolong menolong yang diajarkan agama.

14 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah, dari Teori ke Praktek, Jakarta, Gema Insani, 2001,hlm.108.

15 Sayyid Sabiq, Op.cit., hlm 12

16 Muhamad, op. cit., hlm. 35.

(7)

Ijarah merupakan salah satu jalan untuk memenuhi hajat manusia.

Oleh sebab itu para ulama menilai bahwa Ijarah itu merupkan suatu hal yang diperbolehkan.

3. Syarat dan Rukun Ijarah

Ijarah atau sewa menyewa dalam Islam dianggap sah apabila memenuhi rukun dan syaratnya. Menurut ulama Mazhab Hanafiyah, bahwa rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab dan qabul saja (ungkapan menyerahkan dan persetujuan sewa menyewa).17

Adapun syarat sahnya Ijarah adalah sebagai berikut:

a. Kerelaan dua pihak yang melakukan akad

Saling merelakan antara pihak yang berakad ini berdasarkan firman Allah: surat an-Nisa:29:

)ִW•T X5# T

‚ƒ„F֠B7)

^ 9

&p .A…(X$

$%† ,9 eA‡D^ =

N FO# ‡,%)) mp

‚ˆ $

‰D I#>WF9

\ xŠ I$

*F•9 o

&p .2, $ d AE?

o

8 B7)

֠⌧

)|☺ FQ KL[N

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. 18

17 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 227

18 Departemen Agama, Op.cit., hlm 65

(8)

b. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang di akadkan, sehingga mencegah terjadinya perselisihan.

Manfaat, Jenis dan sifat barang yang diakadkan harus jelas.

Syarat tersebut dimaksudkan untuk menolak terjadinya perselisihan dan pertengkaran. Seperti halnya tidak boleh menyewa barang dengan manfaat yang tidak jelas yang dinilai secara kira kira, sebab dikhawatirkan barang tersebut tidak mempunyai faedah. 19

c. Hendaklah barang yang menjadi objek transaksi dapat dimanfaatkan kegunaannya menurut kriteria, realita dan syara’

Maksud dari syarat ini adalah, kegunaan barang yang disewakan itu harus jelas dan dapat dimanfaatkan oleh pihak penyewa sesuai dengan kegunaannya menurut realita, kriteria dan syara’.

Apabila barang itu tidak dapat dipergunakan sebagaimana yang diperjanjikan, maka perjanjian sewa menyewa itu dapat dibatalkan.20 Jumhur Ulama fiqh berpendapat bahwa Ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Oleh karena itu, mereka melarang menyewakan pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diperah susunya, sumur untuk diambil airnya dan lain lain, karena semua itu bukan manfaatnya, melainkan barangnya. 21

19 Syeikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, Tarjamah Falsafah dan Hikmah Hukum Islam, Semarang, Asy Syifa’,1992.hlm.397.

20 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2004, hlm. 146.

21 Rahman Syafei, Fiqh Muamalah, Bandung, Pustaka Setia,2000,hlm.122.

(9)

d. Dapat diserahkannya sesuatu yang disewakan berikut kegunaannya (manfaatnya).

Maksudnya adalah, tidak sah menyewakan kendaraan yang masih belum dibeli, atau menyewakan hewan yang terlepas dari pemiliknya, lahan tandus untuk pertanian dan lain sebagainya yang tidak sesuai dengan persetujuan (akad) antara kedua belah pihak.

Barang yang akan disewakan harus jelas dan dapat langsung diserahkan kepada pihak penyewa sekaligus dapat diambil kegunaannya.

e. Bahwa manfaat, adalah hal yang mubah, bukan yang diharamkan22

Kemanfaatan yang dimaksud mubah dan tidak diharamkan adalah kemanfaatan yang tidak ada larangan dalam syara’, kemanfaatan itu tidak sah apabila menyewakan tenaga (orang) dalam hal kemaksiatan, karena maksiat wajib ditinggalkan.

Sedangkan Rukun ijarah terdiri dari:

- Sighat ijarah, yakni ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain.

Sewa-menyewa itu terjadi dan sah apabila ada ijab dan qabul, baik dalam bentuk perkataan atau dalam bentuk pernyataan lainnya yang menunjukkan adanya persetujuan antara kedua belah pihak dalam

22 Sayid Sabiq, Op.Cit hal.13

(10)

melakukan sewa-menyewa.23 Shighat ijab dan qabul adalah suatu ungkapan antara dua orang yang menyewakan suatu barang atau benda.

Ijab adalah permulaan penjelasan yang keluar dari seseorang yang berakad yang menggambarkan kemauannya dalam mengadakan akad, siapa saja yang memulai. Sedangkan qabul adalah jawaban (pihak) yang lain sesudah adanya ijab, dan untuk menerangkan persetujuannnya.24

- Aqid, yaitu pihak yang melakukan akad yakni pihak yang menyewa/pengguna jasa (musta’jir) dan pihak yang menyewakan/pemberi jasa (mu’ajjir).

- Ma’qud alaih/Obyek akad ijarah, yakni : 1. Manfaat barang dan sewa, atau

2. Manfaat jasa dan upah25

4. Pendapat Ulama tentang Ijaroh

Hukum ijaroh telah disepakati oleh para ulama seluruhnya dengan landasan “Mempersewakan barang, dibenarkan syara’”, terkecuali ibnu

‘Ulayyah. Beliau tidak membolehkan Ijaroh dengan alasan:

“Akad ijaroh (sewa menyewa harus dikerjakan oleh kedua belah pihak.

Tak boleh salah seorangnya sesudah akad yang shahih itu membatalkan,

23 TM. Hasbi-Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, hlm 35

24 Prof. TM. Hasbi Ash-Shiddiqy, Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang, PT Pustaka Rizki Putra, 2001, hlm 27

25 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

(11)

walaupun karena uzur melainkan kalau terdapat sesuatu yang memasakhkan akad, seperti cacat pada benda yang disewa itu”.

Demikian juga pendapat Imam Malik dan Ahmad yang tidak membolehkan Ijaroh dengan alasan bahwa sewa-menyewa tersebut tidak bisa batal, kecuali dengan hal-hal yang membatalkan akad-akad yang tetap, seperti akadnya cacat atau hilangnya tempat mengambil manfaat itu.

Para ulama yang lain yang tidak menyepakati ijaroh adalah Abu Bakar al Asham, Ismail Ibn Aliah, Hasan Al Bashri, Al Qasyani, Nahrawi, dan Ibn Kaisan yang beralasan bahwa Ijarah adalah jual beli kemanfaatan, yang tidak dapat dipegang (tidak ada). Sesuatu yang tidak dapat dikategorikan jual beli.26

Abu Hanifah beserta ashabnya berpendapat bahwa “ Boleh dibatalkan penyewaan karena sesuatu peristiwa yang terjadi walaupun dari pihak yang menyewa, umpamanya ia menyewa suatu kedai untuk berniaga, kemudian kedai itu terbakar, atau dicuri, atau dirampas, atau jatuh bangkrut, maka bolehlah ia membatalkan penyewaan. 27

Ijarah menjadi fasakh (batal) dengan hal, sebagai berikut:

1. Terjadi aib pada barang sewaan yang kejadiannya di tangan penyewa atau terlihat aib lama padanya.

2. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah dan binatang yang menjadi ‘ain

26 Rachmat Syafei, Ibid. hlm.123.

27 TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2001,hlm.428.

(12)

3. Rusaknya barang yang diupahkan (Ma’jur ‘alaih), seperti baju yang diupahkan untuk dijahitkan, karena akad tidak mungkin terpenuhi sesudah rusaknya (barang)

4. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, atau selesainya pekerjaan, atau berakhirnya masa, kecuali jika terdapat uzur yang mencegah fasakh.

Seperti jika masa Ijarah tanah pertanian telah berakhir sebelum tanaman dipanen, maka ia tetap berada di tangan penyewa sampai masa selesai diketam, sekalipun terjadi pemaksaan, hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya bahaya (kerugian) pada pihak penyewa, yaitu dengan mencabut tanaman sebelum waktunya.

5. Penganut-penganut mazhab Hanafi berkata, boleh memfasakh Ijarah, kecuali adanya uzur sekalipun dari salah satu pihak. Seperti seseorang yang menyewa toko untuk berdagang, kemudian hartanya terbakar, atau dicuri, atau dirampas atau bangkrut maka ia berhak memfasakh Ijarah.28

Jika masa atau waktu yang telah habis sebagaimana yang diperjanjikan sebelumnya, maka jika telah habis tempo, akad sewa- menyewa itu menjadi berakhir, kecuali jika terdapat udzur yang mencegah fasakh itu. Seperti contoh Ijarah pertanian jika panen sudah tiba namun telah berakhir maka tetap berada di tangan penyewa sampai masa panen selesai, sekalipun terjadi pemaksaan. Hal ini dimaksudkan untuk

28 Sayyid Sabiq, Op.Cit. hlm.29

(13)

mencegah terjadinya bahaya (kerusakan) pada pihak penyewa yaitu orang mencabut tanaman sebelum waktunya.29

Penganut mazhab Hambali berkata:”manakala Ijarah telah berakhir, penyewa harus mengangkat tangannya dan tidak ada kepastian mengembalikan untuk menyerah-terimakannya, seperti barang titipan, karena ini merupakan akad yang tidak menuntut jaminan sehingga tidak mesti mengembalikan atau menyerah-terimakannya. Mereka berkata:”setelah berakhirnya masa maka ia adalah amanat yang apabila terjadi kerusakan tanpa diniat, tidak kewajiban untuk menanggungnya”.30

5. Konsep Ijarah pada Bank Syari’ah

Mayoritas produk pembiayaan Bank Syari’ah saat ini masih terfokus pada produk-produk murabahah (prinsip jual beli). Pembiayaan murabahah sebenarnya memiliki kesamaan dengan pembiayaan ijarah.vYang membedakan keduanya hanyalah obyek transaksi yang diperjualbelikan tersebut. Dalam pembiayaan murabahah yang menjadi obyek transaksi adalah barang. Sedangkan dalam pembiayaan ijarah obyek transaksinya adalah jasa.

Dalam konteks perbankan Islam, Ijarah adalah suatu lease contract di bawah mana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment), sebuah bangunan atau barang-barang seperti mesin- mesin, pesawat terbang, dan lainnya kepada salah satu nasabahnya

29 Ibid, hlm 34

30 Ibid.

(14)

berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).31

Ijarah serupa dengan kegiatan leasing dalam sistem keuangan tradisional. Dalam transaksi Ijarah, bank menyewakan suatu asset yang telah dibeli untuk nasabahnya dalam jangka waktu tertentu dan jumlah sewa yang telah disepakati bersama pada awal transaksi Ijarah tersebut.

Pada akhir perjanjian Ijarah tersebut, barang yang disewa itu kembali kepada bank. Setelah barang yang disewakan itu kembali, bank dapat menyewakan kembali kepada orang lain.

Namun selain barang Ijarah yang telah selesai masanya dikembalikan kepada bank, ada salah satu perjanjian Ijarah yang disebut termed lease –purchase contract (Ijarah wa iqtina), yakni suatu perjanjian leasing yang diselesaikan dengan cara pengalihan kepemilikan asset itu kepada nasabah. Ijarah ini merupakan konsep hire purchase, yang oleh lembaga-lembaga keuangan Islam disebut lease purchase financing, Ijarah wa iqtina adalah suatu gabungan dari kegiatan leasing atas barang-barang bergerak (Movable)dan barang-barang tidak bergerak (immovable) dengan memberikan kepada penyewa suatu pilihan atau opsi untuk pada akhirnya membeli barang yang disewa.32

Ijarah wa iqtina kurang mendapat dukungan dari para ahli hukum muslim, alasannya karena adanya resiko yang tidak diinginkan, penentuan keuntungan di muka dan adanya agunan yang menempatkan

31 Sutan Remy Sjahdeini,Perbankan Islam dan Keduduknnya dalam Tata Hukum Perbankkan di Indonesia, Jakarta, Grafiti, hlm.70

32 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit.hlm.71

(15)

bank tidak menanggung resiko dianggap bertentangan dengan semangat Islam, karena Islam menentukan bahwa antara pemodal dan pengusaha yang memperoleh fasilitas pembiayaan harus berbagi resiko. Selain itu, penetapan di muka besarnya premium berdasarkan pengalaman sebelumnya sebagai kompensasi pembayaran tertunda bertentangan dengan asas-asas keuangan Islam.33

33 Elias G, Kazarian dalam Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit.hlm.73.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang sudah diketahui, alasan penandatanganan pengajuan Hak Angket oleh keempat parpol tersebut adalah karena mereka menilai Pemerintah (Presiden Jokowi) telah

Proceeding 4rd Conference of Piping Engineering and its Application e-ISSN No.2656-0933 Program Studi D4 Teknik Perpipaan – Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya... METODOLOGI

Dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, saya menyatakan dengan segenap hati saya, segenap jiwa saya, segenap kekuatan saya dan segenap akal budi saya, bahwa segala

Untuk menghilangkan ion [Fe(CN) 6 ] 3- dari perairan telah dilakukan dengan metode adsorpsi menggunakan karbon aktif dan ɣ -alumina sebagai adsorben [8], dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengarnati pengaruh besaran pulsa pada struktur kristal lapisan tipis nickel molybdenum yang terbentuk dengan menggunakan difraksi

Metode perancangan dalam proses desain Taman Wisata Goa Selomangleng Kediri ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan induktif, yaitu metode dengan

KESATU : Menyatakan nama-nama yang tersebut dalam lampiran surat keputusan ini dinyatakan lulus Tes Seleksi calon PS PDS I dan diterima atau diterima dengan syarat

Telekomunikasi (Telkom) Akses Jambi dirasakan menyulitkan calon pelanggan baru dalam proses pelayanan untuk pemasangan telepon, dan modem speedy, selain itu informasi