i
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum ( S.H) Pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh NUR RAHMI NIM: 105251100117
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1443 H/ 2021 M
i
IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS DALAM JUAL BELI ONLINE DAN TINJAUAN DARI PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum ( S.H) Pada Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh NUR RAHMI NIM: 105251100117
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1443 H/ 2021 M
iv
v
vi ABSTRAK
Nur Rahmi. 105 251 100 117. 2021. Implementasi Etika Bisnis Dalam Jual Beli Online Dan Tinjauan Dari Perspektif Hukum Ekonomi Syariah. Dibimbing oleh Hurriah Ali Hasan dan Hasanuddin.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi etika bisnis dalam jual beli online, untuk mengetahui bagaimana jual beli online menurut hukum ekonomi syariah. Dengan mengunakan teknik analisis data yaitu uji frekuensi, uji validitas dan uji realibilitas.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan angket (kuesioner) pada responden sebanyak 100 orang.
Hasil penelitian yang diperoleh dari 100 orang responden menunjukkan 98% pelaku jual beli online berupaya untuk jujur menjelaskan barang jualannya.
Dari hasil uji validitas nilai koefisien korelasi (rhitung) > nilai rtabel yaitu 0,195 dan nilai cronbach‟s alpha variabel implementasi etika bisnis dalam jual beli online sebesar 0,771 dan dinyatakan reliabel.
Kata Kunci : Etika Bisnis, Jual Beli Online, Hukum Ekonomi Syariah
vii ABSTRACT
Nur Rahmi. 105 251 100 117. 2021. Implementation Of Business Ethics In Trading Online and An Overview From a Perspective On Islamic Economic Law.
Guided by Hurriah Ali Hasan and Hasanuddin.
This type of research uses a quantitative method aimed at figuring out how the implementation of the business ethic in buying and selling, to find out how to purchase online by Islamic economic law. Using a data analysis technique that is frequency testing, the validity of and readability.
The data collection technique is done by an angket (questionnaire) on many as 100 people.
Studies obtained from 100 people surveyed showed 98% of the perpetrator‟s online trades sought to be honest about their products. By testing the validity of coefficient‟s (thitung) > rtable value: 0,195 and the value of cronbach‟s alpha variable implementation of business ethics implementation at 0,771 and dinvreligious.
Keywords: Business Ethics, Online Buying, Sharia Economic Law
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil „alamin, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Implementasi Etika Bisnis Dalam Jual Beli Online Dan Tinjauan Dari Perspektif Hukum Ekonomi Syariah”. Shalawat serta
salam tetap tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. Para sahabat dan keluarganya serta ummat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, arahan, motivasi serta partisipasi berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam.
3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, M.P, selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi Syariah dan Bapak Hasanuddin, SE.Sy., ME, selaku Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah.
4. Ibu Hurriah Ali Hasan, ST., ME., Ph.D dan Bapak Hasanuddin, SE.Sy., ME selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi yang senantiasa memberikan banyak arahan.
5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
ix
6. Makassar yang senantiasa memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya yang sangat berharga bagi kami selama menempuh pendidikan S1 Hukum Ekonomi Syariah.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Abd.Haris, S.Pd.I dan ibunda atas segala jerih payah, curahan kasih, dan iringan do‟a yang diberikan. Tiada daya dan upaya mampu membalas semuanya, kecuali mengirim do‟a kepada Allah SWT.
8. Kepada keluarga, kakak-kakak Mursyida Almunawarah, S.Pd, Mudzkirah Haris, A.Md.KG, dan Mufliha Khairati, S.Psi. yang memberikan semangat dan dukungannya.
9. Teman-teman seperjuangan HES angkatan 2017, dan khususnya sahabat- sahabat Ana, Risda, Istiqamah, Hikma, Islamiati, yang selama ini memberikan motivasi dan dukungannya.
10. Dan terakhir kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan mendasar pada penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
Makassar, 19 Muharam 1443 H 27 Agustus 2021 M Penulis, Nur Rahmi
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ... i
PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
BERITA ACARA MUNAQASAH ... iii
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN TEORI ... 8
A. Jual Beli ... 8
1. Pengertian Jual Beli ... 8
xi
2. Dasar Hukum Jual Beli ... 9
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ... 10
4. Jual Beli Online ... 12
5. Transaksi Jual Beli ... 12
B. Etika Bisnis Islam ... 18
1. Pengertian Etika Bisnis Islam ... 18
2. Tujuan Etika Bisnis Islam ... 20
3. Dasar Hukum ... 21
4. Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam ... 24
C. Hukum Ekonomi Syariah ... 29
1. Pengertian Hukum Ekonomi Syariah ... 29
2. Sumber Hukum Ekonomi Syariah ... 30
3. Asas-asas Hukum Ekonomi Syariah ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Lokasi Penelitian ... 33
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33
D. Variabel Penelitian ... 34
E. Populasi dan Sampel ... 34
F. Instrument Penelitian ... 35
G. Teknik Pengumpulan Data ... 36
H. Teknik Analisis Data ... 38
1. Uji Pernyataan ... 38
xii
2. Uji Validitas ... 38
3. Uji Reliabilitas ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39
B. Deskripsi Responden ... 41
C. Hasil Penelitian ... 42
1. Implementasi Etika Bisnis Dalam Jual Beli Online ... 42
a. Uji Pernyataan ... 42
b. Uji Validitas ... 47
c. Uji Reliabilitas ... 48
2. Jual Beli Online Dari Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah ... 49
D. Pembahasan ... 52
BAB V PENUTUP ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56 RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 ... 35
Tabel 3.2 ... 36
Tabel 4.1 ... 40
Tabel 4.2 ... 41
Tabel 4.3 ... 41
Tabel 4.4 ... 46
Tabel 4.5 ... 48
xiv
1
Setiap orang memiliki kesempatan untuk melakukan latihan muamalah yang ditentukan untuk memenuhi kebutuhan mereka.1 Muamalah adalah tukar menukar barang, jasa atau sesuatu yang memberi manfaat dengan tata cara yang ditentukan.
Termasuk dalam muamalah yakni jual beli.
Jual beli merupakan kegiatan yang telah lama dikenal dan dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya, bahkan sebelum masa digunakannya mata uang. Jual beli dapat terjadi apabila adanya pertemuan antara penawaran dan permintaan terhadap suatu barang yang dikehendaki. Jual beli adalah bentuk dasar dari kegiatan ekonomi manusia dan merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.
Seiring dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat, bidang dalam jual beli juga mengalami kemajuan. Salah satu teknologi yang membantu memajukannya adalah internet. Melalui adanya teknologi internet dan meningkatnya pengguna internet di dunia, kegiatan perdagangan pun mulai mengalami perkembangan. Banyak pelaku bisnis yang mulai menggunakan internet untuk melakukan promosi maupun memasarkan perdagangannya, bisnis baru di dalam dunia digital ini disebut dengan perdagangan elektronik (e-
1 Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Iskam, (Yogyakarta: BPEE Yogyakarta, 2005). h. 43
commerce) atau e-marketing atau yang lebih umum dikenal dengan sebutan jual
beli online.
Fenomena jual beli online telah tumbuh dan menjamur sangat cepat ditengah-tengah kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari penjualan pakaian jadi, sepatu, tas, buku, dan alat kebutuhan sehari-hari lainnya.
Jual beli online ini dianggap praktis, cepat, dan mudah. Proses jual beli produk tanpa harus bertatap muka langsung dimana pelanggan dapat menemukan berbagai produk sesuai dengan pilihannya dengan mudah tanpa harus menghabiskan waktu berkeliling ke berbagai toko (offline shop). Pertukaran online menggunakan kontrak pembelian dan penjualan yang disebut perjanjian elektronik. Perjanjian elektronik ini adalah pengaturan pertemuan yang dilakukan melalui kerangka elektronik.
Karakteristik bisnis jual beli online, yaitu: 1) Terjadinya transaksi antara dua belah pihak; 2) Adanya pertukaran barang dan jasa; 3) Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme akad tersebut. Dari karakteristik tersebut, bisa dilihat bahwa yang membedakan bisnis online dengan bisnis offline yaitu proses transaksi dan media utama dalam proses tersebut.2
Permasalahan mengenai jual beli internet adalah pertemuan tersebut tidak benar-benar bertemu, sehingga pemahaman antara kedua pertemuan tersebut diselesaikan secara elektronik. Pembelian dan penjualan di web adalah kursus pembelian dan penjualan barang secara elektronik oleh pembeli atau dari
2 Ibid, h. 45
organisasi dengan PC sebagai delegasi untuk kesepakatan. Dengan demikian, aturan hukum yang berlaku dalam kenyataan, seperti pengaturan umum pertukaran, dan ketika pertukaran diumumkan sah sulit untuk diputuskan.
Bagaimanapun, kesederhanaan melakukan pertukaran cenderung menyebabkan banyak bahaya dan kemalangan ditanggung oleh pembeli secara khusus. Bahaya jual beli online yang sering terjadi adalah maraknya pemerasan.
Pembeli tidak dapat melihat hal yang ideal secara langsung.
Etika merupakan seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk dan bersifat normatif, ia berperan menentukan apa yang boleh atau apa yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang.3 Etika bisnis merupakan studi yang di khususkan mengenai moral yang benar dan salah. Yang dilakukan pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, intitusi, dan perilaku bisnis.4 Allah dalam Firman-Nya surah An-Nisa ayat 29 :
ي
ْٰن َغٰ ًة َرا َج ِتٰن ْيَ ُ كَتٰنْ َ
آْٰاَّ
ل ِاٰ ِل ِطاَبْ لاِةٰ ْمُ
كَنْيَةٰ ْمُ كَ
لا َي ْمَ اٰآْ ْيُ
لُ كْ
أَتٰاَ لٰا ْيُن َمٰ
اٰ َنْي ِذَّ
لاٰاَىُّيَ آْٰٰٰ
ٰ ٍضا َرَتٰ
ٰاًم ْي ِح َرْٰمُ كِةٰناَ َ
كَٰ ه للّٰاٰ َّ
ن ِاْٰٰۗمُ ك َسفْنُ َ
اٰآْ ْيُ لُتلَتٰاْ َ
ل َوْٰٰۗمُ كْن ِ م ٢٩
ٰ
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S An-Nisa (4) : 29) Dalam menahan diri diklarifikasi aturan pertukaran. Setiap Muslim harus melanjutkan hidupnya seolah-olah Allah selalu hadir bersamanya. Penjelasan Al-
3 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat (Yogyakarta: UII Press, 2000), h.11.
4 Veithzal Rifai, Islamic Business and Economic Ethics (Jakarta, Bumi Aksara, 2012), h.4.
Qur'an sehubungan dengan "makna palsu" mengidentifikasi dengan latihan yang bertentangan dengan Syariah dan secara etis dipahami dengan buruk. Pertukaran yang dimaksudkan adalah interaksi di mana ada perdagangan kepentingan untuk keuntungan tanpa penyembunyian yang melanggar hukum atau kegiatan menipu terhadap pertemuan yang berbeda. Bagian di atas menekankan perbuatan besar sebagai gantinya, ini menyiratkan bahwa tidak boleh ada kekecewaan atau kontras antara tandan dalam hubungan bisnis.5
Islam adalah sumber kualitas dan moral di semua bagian keberadaan manusia secara keseluruhan, termasuk pembicaraan bisnis. Salah satu jenis usaha dalam Islam adalah jual beli atau jual beli, kemudian Allah swt mendukung suatu alat tukar untuk mencapai berbagai keuntungan. Bersama-sama agar tidak salah jalan dalam mendapatkan apa yang dibutuhkan, maka, pada saat itu harus ada kerangka kerja yang memungkinkan setiap orang mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan cara yang benar. Itulah sebabnya pertukaran (jual beli) muncul dan standar jual beli dalam Islam muncul. Itu membutuhkan penggunaan moral bisnis yang sangat tinggi dari pedagang.
Dalam moral bisnis jual beli, yang utama adalah keasliannya. Dealer harus sangat adil dalam menggambarkan barang dagangan yang akan dijual. Penjual dituntut untuk menyediakan barang dan menawarkan kepada konsumen sesuai dengan apa yang dia jual.6 Foto yang diunggah harus foto yang sesungguhnya.
Mereka dituntut untuk tepat janji, tepat waktu, mengakui kelemahan dan
5 Rahman, Penjelasan lengkap Hukum-Hukum Allah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002), h. 444.
6 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 14
kekurangan, barang yang dijual tidak boleh rusak, jikalaupun ada kerusakan, haruslah dijelaskan, dan terus bekerja pada sifat tenaga kerja dan produk pada premis terus menerus dan tidak boleh menipu dan kepalsuan.7
Dealer harus memiliki ketertiban dengan menunjukkan mentalitas penerimaan, kepercayaan, bantuan yang ideal, dan melakukan yang terbaik dalam segala hal, terutama yang berhubungan dengan bantuan publik. Tidak ada pihak yang dirugikan dalam kesepakatan dan pertukaran pembelian.
Keaslian adalah puncak dari kualitas etis kepercayaan dan atribut yang paling jelas dari para penyembah. Lagi pula, berbohong adalah dasar dari lip service. Curang dalam bisnis adalah indikasi kehancuran bisnis, karena pencapaian bisnis adalah kepercayaan.
Pada dasarnya proses kepercayaan antara pembeli dan penjual tidaklah langsung begitu saja, untuk dapat memberikan kepercayaan kepada penjual ataupun pembeli akan dilakukan berbagai macam hal antara lain, konsumen akan mencari tahu mengenai terpercaya atau tidaknya suatu toko online tersebut.
Konsumen biasanya tidak langsung percaya begitu saja dengan toko online, konsumen sebelum melakukan penawaran akan mencari tahu tingkat baik buruknya suatu toko tersebut.
Biasanya akan terlihat manakah toko online yang sudah pasti dapat dipercaya dan mana yang masih belum banyak mendapatkan kepercayaan dari konsumen, sehingga para konsumen dapat yakin memilih suatu toko online yang
7Abdul Azis, Etika Bisnis Prespektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 35
dapat dipercaya. Biasanya toko online yang dapat dipercaya akan selalu mendapatkan komentar yang positif dari para konsumen terdahulu, seperti pengungkapan puas akan barang yang diterimanya, ucapan terima kasih kepada toko online tersebut dan penyampaian bahwa memang benar toko online tersebut bisa dipercaya oleh konsumen.8
Kasus penipuan seperti barang yang dipesan tidak sesuai realita adalah tindakan yang melanggar etika dimana sesuai hukumannya saja produsen seharusnya memberikan kepuasan kepada konsumen. Tidak hanya dalam kasus barang yang sampai ditangan konsumen tidak sesuai realita, kejadian yang sering terjadi juga produk yang dijual hasil pencurian, kemudian barang yang dikirim tidak sampai padahal uang sudah ditransfer oleh konsumen.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Etika Bisnis Islam Jual Beli Online Dan Tinjauan Dari Perspektif Hukum Ekonomi Syariah".
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi Etika Bisnis Dalam Jual Beli Online?
2. Bagaimana Jual Beli Online Menurut Hukum Ekonomi Syariah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Etika Bisnis Dalam Jual Beli Online.
8 Abdul Azis, Etika Bisnis Prespektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.38
2. Bertujuan untuk mengetahui bagaimana Jual Beli Online menurut Hukum Ekonomi Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mengetahui dan memahami secara mendalam mengenai transaksi jual beli online.
2. Secara Praktis
a. Memberikan tambahan pengetahuan tentang penerapan etika bisnis dalam jual beli online.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran yang berarti bagi konsumen khususnya yang melaksanakan jual beli online.
8
TINJAUAN TEORI
A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Secara etimologis jual beli mengandung arti memperdagangkan sesuatu.
Sementara itu, dalam kata-kata, pembelian dan penjualan adalah pertukaran perdagangan material yang memiliki konsekuensi untuk tanggung jawab atau administrasi yang sangat tahan lama. Istilah jual beli pada dasarnya hanya berlaku untuk barang sebagai produk, bukan administrasi. Karena jual beli hanya berlaku materi, sedangkan administrasi pada dasarnya bukan materi.9
Jual beli dapat diadakan secara lisan, dapat pula secara tertulis (pasal 1458 KUHPdt). Jika diadakan secara lisan, maka selalu didukung oleh alat bantu tertulis, misalnya faktor penjualan, kuitansi pembayaran. Jika dilakukan secara tertulis, perjanjian dapat dibuat dalam bentuk akta otentik dimuka notaris, dapat pula dalam bentuk akta di bawah tangan yang dibuat oleh pihak-pihak sendiri.
Demikian juga cara melakukan pembayaran dan penyerahan barang. Pembayaran harga dilakukan di tempat dan pada waktu yang ditetapkan dalam perjanjian (pasal 1513 KUHPdt), secara tunai atau dengan surat berharga melalui bank.
Dari sebagian pengertian di atas, dapat dipahami bahwa jual beli adalah persetujuan untuk memperdagangkan barang atau produk yang memiliki nilai yang memuaskan antara dua pertemuan, yang satu mendapatkan nilai dari barang
9 Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah (Kediri: Libroyo Press, 2015), h. 2
tersebut dan pihak yang lain mengakuinya sebagaimana mestinya. pengaturan atau kondisi yang telah didukung oleh syara' dan disepakati. Dari sebagian definisi di atas, dapat dipahami bahwa jual beli adalah persetujuan untuk memperdagangkan barang atau barang dagangan yang memiliki nilai yang memuaskan antara dua pertemuan. , yang satu mendapatkan nilai dari barang tersebut dan pihak lain mengakuinya sesuai dengan pemahaman atau kondisi yang telah dilegitimasi oleh syara' dan disepakati..10
2. Dasar Hukum Jual Beli
Dasar hukum jual beli adalah al-Qur‟an dan al-Hadist, sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 275 :
ٰۗايٰة ِ رلاٰ َم َّرَحَوٰ َعْيَبْلاُٰ هللّٰاٰ َّل َحَاَو
ٰ
Terjemahan:
“…Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS.
Al-Baqarah (2): 275)11
Mengingat larangan ini, sangat mungkin dirasakan bahwa Allah telah melegitimasi jual beli kepada pekerja-Nya dengan tepat dan melarang tindakan jual beli yang mengandung riba.
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits yang dijelaskan oleh Imam Muslim yang berbunyi: Berdasarkan hadits ini, dapat dipahami bahwa Allah telah menganjurkan pembelian dan penawaran kepada pekerja-Nya secara tepat dan melarang tindakan jual beli yang mengandung riba.
10 Tira Nur Fitria, Bisnis Jual Beli Online Dalam Hukum Islam Dan Hukum Negara, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 03, No. 01 (2017), h. 53
11 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an, (Kudus, FA. Menara), h.48
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits yang dijelaskan oleh Imam Muslim yang membaca:: “Dari Hurairah R.A Rasulullah SAW mencegah dari jual beli melempar kerikil dan jual gharar (H.R. Muslim)”.
Berdasarkan dalil tersebut diatas, maka jelaslah bahwa hukum jual beli adalah boleh. Namun tidak menutup kemungkinan perubahan status jual beli itu sendiri, semuanya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya syarat dan rukun jual beli.12
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Sebagaimana dikemukakan oleh Imam Nawawi, pokok-pokok jual beli meliputi tiga hal, khususnya: harus ada akid (orang yang melakukan akad), barang yang dikontrakkan dan ijab qabul, yang terdiri dari pasar organik.
a. Akid
Adalah perkumpulan yang melengkapi pertukaran jual beli, yang terdiri dari penjual dan pembeli. Terlepas dari apakah itu pemilik pertama, atau orang lain yang menjadi penjaga gerbang/agen pemilik pertama. Jadi dia memiliki hak dan kekuasaan untuk melaksanakannya.
b. Pasal Perjanjian
Itu harus jelas, substansi dan sifat-sifatnya dan jelas diketahui oleh penjual dan pembeli. Dengan cara ini, kesepakatan dan perolehan produk yang meragukan, yang tidak dilihat oleh penjual dan pembeli atau salah satu dari keduanya, dianggap tidak sah. Imam Syafi'i mengatakan, jual beli tidak substansial karena ada unsur pemerasan.
12 Shobirin, Jual Beli Dalam Pandangan Islam, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol.
3, No. 2 (2015), h. 245
c. Ijab dan Qabul
Ijab adalah kata dari penjual, misalnya, "Saya menawarkan barang ini kepada Anda dengan biaya ini". Juga, qabul adalah kata dari pembeli, misalnya,
"Saya membeli barang ini dengan harga itu". Dimana keduanya memiliki keserasian makna meskipun memiliki artikulasi yang berbeda-beda, misalnya penjual mengatakan “Saya memiliki barang ini”, kemudian, pada saat itu pembeli mengatakan “Saya mendapatkannya” dan yang lainnya. jalan sekitar. Selain itu, tidak ada pemisahan yang panjang antara ijab dan qabul, karena dengan pemisahan yang panjang diperbolehkan untuk mengeluarkan (menjatuhkan) qabul.13
d. Ada nilai tukar pengganti barang
Nilai tukar pengganti barang, yaitu sesuatu yang memenuhi tiga syarat; bisa menyimpan nilai (store of value), bisa menilai atau menghargakan suatu barang (unit of account) dan bisa dijadikan alat tukar (medium of exchange).
Persyaratan sah dari pedagang dan pembeli adalah sebagai berikut; (a) baligh, lihai agar tidak mudah tertipu oleh individu. "Selanjutnya, jangan berikan kelimpahanmu pada mati rasa." (b) Islam yang berbeda, kondisi ini jelas bagi pembeli dalam produk tertentu. Sebagaimana Allah berfirman: “Dan Allah sekali- kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang yang ragu-ragu untuk melenyapkan orang-orang yang menerima”. (c) ada barang atau barang dagangan yang dipertukarkan. (d) tidak disia-siakan (tidak efisien) dan tidak ada tekanan dari berbagai perkumpulan.
13 Siswandi, Jual Beli Dalam Perspektif Islam, Jurnal Ummul Qura, Vol.III, No. 2 (2013), h. 62
Kondisi keabsahan produk yang dijual dan dibeli mencakup; (a) syarat mutlak harus murni dan tidak disajikan kepada najis, seperti taring, babi dan kotoran hewan, selain dari syarat dharurah dan ada kaidah keuntungan. (b) waktu tidak boleh dibatasi, pedagang mungkin tidak perlu atau syarat untuk membayar namun hak itu adalah hak pembeli karena itu adalah salah satu alasan untuk kepemilikan, (d) produk dapat disampaikan setelah kesepakatan kesepakatan, ( e) barang dagangan yang dipertukarkan memiliki tempat tersendiri, perjanjian jual beli tidak akan berarti jika barang tersebut milik sendiri, perjanjian jual beli tidak sah jika barang dagangan tersebut merupakan akibat dari perampokan atau barang simpanan yang tidak diatur untuk dijual, (f) barang yang dipertukarkan dapat diketahui (dilihat), (g) barang yang dipertukarkan harus diketahui mutu, berat, jumlah dan ukurannya, agar tidak menimbulkan pertanyaan.14
4. Jual Beli Online
Jual beli berbasis web dicirikan sebagai pembelian dan penjualan tenaga kerja dan produk melalui media elektronik, khususnya melalui web atau di web.
Jual beli melalui web, khususnya (kontrak jual beli dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau (web) sebagai tenaga kerja dan produk).
Atau sekali lagi jual beli melalui web adalah kesepakatan yang diselesaikan dengan memutuskan atribut tertentu dengan mengatasi biaya terlebih dahulu sementara produk dikirim kemudian.
Jual beli internet adalah pertukaran yang terjadi di media elektronik, dimana pertukaran jual beli tidak memerlukan penjual dan pembeli untuk bertemu secara
14 Shobirin, Jual Beli Dalam Pandangan Islam, Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol.
3, No. 2, (2015), h. 252
langsung atau saling berhadapan secara langsung, dengan menentukan atribut dan jenis produk, sedangkan biaya dibayar terlebih dahulu dan kemudian barang dagangan disampaikan. Sedangkan ciri-ciri bisnis online adalah :
a. Terjadinya transaksi antara dua belah pihak b. Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi
c. Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme akad tersebut.
Dalam Islam berbisnis melalui online diperbolehkan selagi tidak terdapat unsur-unsur riba, kezaliman, monopoli, dan penipuan. Rasulullah mengisyaratkan bahwa jual beli itu halal selagi suka sama suka. Karena jual beli atau berbisnis seperti melalui online memiliki dampak positif karena dianggap praktis, cepat, dan mudah. Adapun syarat-syarat mendasar diperbolehkannya jual beli lewat online diantaranya:
a. Tidak menyalahgunakan pengaturan hukum yang ketat, misalnya pembatasan transaksi, misrepresentasi, pemerasan, dan infrastruktur pengekangan.
b. Ada kesepakatan pengertian antara dua pertemuan (dealer dan pembeli) jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan antara setuju atau putus.
c. Ada kontrol yang ketat dan jelas, sanksi dan standar yang sah dari otoritas publik (perusahaan yang mampu) untuk menjamin bahwa populasi umum diperbolehkan untuk mengelola transaksi melalui web.
5. Transaksi Jual Beli
Transaksi barang dan jasa melalui media online ini termasuk kategori muamalah dibidang perdagangan atau bisnis, menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh sesorang dengan orang lain atau dengan beberapa orang untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.15
Didalam transaksi jual beli online, prinsip kejujuran menjadi sangatlah rentan karena penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung, melainkan melalui virtual online atau media sosial. Ada beberapa hal yang membedakan transaksi jual beli online dan konvensional, salah satunya adalah akad sebagai media utama dalam proses tersebut. Akad merupakan unsur penting dalam suatu bisnis. Akad atau ijab qabul dilaksanakan dengan ucapan lisan, tulisan atau isyarat bagi mereka yang tidak mampu berbicara atau menulis.
Dalam transaksi jual beli secara online, benda bersifat tidak nyata, hanya berupa gambar dengan spesifikasi tertentu, penjual dan pembeli pun tidak bisa melakukan proses akad dan ijab qabul secara langsung.
Berbagai praktik kecurangan pun banyak terjadi dalam transaksi jual beli online ini, dimana pihak penjual dan pembeli tidak semuanya bersifat terbuka dan
jujur. Banyak penjual yang menipu pembeli dengan tidak mengirimkan barangnya, atau mengirim dengan spesifikasi barang yang berbeda dengan tampilan pada etalase yang dipajang di toko online. Bukan hanya penjual, pembeli pun seringkali melakukan kecurangan dengan memesan barang tetapi tidak melakukan pembayaran.
15 Ibid, h. 256
a) Praktik Kegiatan Transaksi yang Dilarang Dalam Pasar
Bahwa dalam melakukan perdagangan di pasar, Islam telah mengatur agar persaingan pedagang di pasar dilakukan dengan cara yang adil dan jujur. Segala bentuk transaksi yang menimbulkan ketidakadilan serta yang dapat berakibat terjadi kecenderungan meningkatnya harga barang-barang secara zalim sangat dilarang dalam Islam.16
Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali yang ada ketentuannya berdasarkan Al-Qur‟an dan Al-Hadist.
Sedangkan dalam urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya. Ini berarti ketika suatu transaksi baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam hukum Islam, maka transaksi tersebut dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari dalil Al-Qur‟an dan Al-Hadist yang melarangnya.
Dengan demikian dalam bidang muamalah, semua transaksi dibolehkan kecuali yang diharamkan.17
Berikut ini adalah berbagai transaksi yang dilarang dalam Islam:
1) Haram Zatnya
Transaksi dilarang karena objek (barang dan atau jasa) yang ditransaksikan juga dilarang, misalnya minuman keras, bangkai, daging babi dan sebagainya.
Jadi, transaksi jual beli minuman keras atau barang yang diharamkan dalam Islam adalah haram, walaupun akad jual belinya sah.Sebagaimana firman Allah SWT.
dalam surat An-Nahl, ayat 115 berikut:
16 Ibid, h. 103
17 A. Karim, Adiwarman, Bank Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, cet 3, 2006). h. 29
َّٰر ُط ْضاٰ ِن َمَ فٰٖۚ هِةِٰ ه
للّٰاٰ ِدْيَغِلٰ َّلِوُ
آْٰا َم َوٰ ِرْيِذْنِخْلاَٰمْحَلَوٰ َم َّدلاَوَٰثَتْيَمْلاُٰمُكْيَلَعٰ َم َّرَحٰاَمَّنِا
ٰ ٍٍ اَةٰ َدْيَ
َٰ
ٌٰمْي ِح َّرٰ ٌر ْيُ فَ
غَٰ ه للّٰاٰ َّ
ن ِاَ فٰ ٍداَعٰاَ
ل َّو ١١٥
ٰ
Terjemahan:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atas mu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak Menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nahl (16): 115).18
2) Haram Selain Zatnya
- Melanggar prinsip „an tara in minkum yaitu penipuan
Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus mempunyai informasi yang sama sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurangi (ditipu) karena adanya sesuatu yang dimana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain.
Adapun dasar hukum tentang larangan penipuan terhadap bertransaksi ada pada surah Al-A‟raf ayat 85 sebagai berikut:
َٰةٰ ْمُ
كْت َءۤا َجٰ ْدَ كٰۗ ه ُدْيَ
َٰ ٍهٰ
ل ِاٰ ْن ِمٰ ْمُ كَ
لٰا َمٰ َ ه
للّٰاٰاو ُدُت ْغاٰ ِم ْيَ لٰيٰ َ
لاَ
كٰۗاًتْي َػ ُشٰ ْم ُوا َخَ
اٰ َنَي ْد َمٰىٰ ل ِا َو
ٌٰثَنِ ي
َٰتٰاَ ل َوٰ َ
نا َذْي ِمْ لا َوٰ َ
ل ْيَ كْ
لاٰايُ ف ْوَ
اَ فٰ ْمُ
كِ ة َّرٰ ْن ِم
ٰ ِض ْرَ اْ
لاٰىِفٰا ْوُد ِسْفُتٰاَلَوْٰم ُوَءۤاَي ْشَ
اٰ َساَّنلاٰاي ُسخْتَ
ٰ َٖۚنْيِن ِم ْؤ ُّمْٰمُتْ نُ
كٰ ْ ن ِاْٰمُ
كَّ
لٰ ٌدْي َخْٰمُ
كِل ٰذٰۗا َى ِحا َ
ل ْص ِاٰ َد ْػَة ٨٥
ٰ
Terjemahan:
“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad yang saudara mereka, Syu‟aib. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurkanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu
18 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. h. 223
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakahn di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.”19
An-Nahl ayat 105
َٰمٰ ْ ل ِس ْرَ
اَ فٰ ْمُ
كِ ة َّرٰ ْن ِ مٍٰثَنِ يَبِةْٰمُ كُتْ
ئ ِجٰ ْدَكَّٰۗقَحْلاٰاَّلِاِٰ هللّٰاٰىَلَعٰ َلْيُكَ آْٰاَّ
لٰ ْ نَ
اٰىٰٓلَعٰ ٌقْي ِل َح
ْٰٓ ْي ِنَةٰ َي ِع
َٰٰۗ
لْي ِءۤا َر ْس ِا ١٠٥
ٰ
Terjemahan:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.”20
- Haram karena tidak sah atau lengkap akadnya
Transaksi yang dilarang selanjutnya adalah transaksi yang disebabkan oleh tidak sahnya suatu akad.
Jenis transaksi yang demikian dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Tidak terpenuhinya rukun dan syarat suatu transaksi
Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam suatu transaksi (necessary condition), misalnya ada penjual dan pembeli. Tanpa adanya penjual dan pembeli,
maka jual beli tidak akan ada.21
Pelaku bisa berupa penjual dan pembeli (dalam akad jual beli), objek transaksi dari semua akad diatas dapat berupa barang dan jasa, selanjutnya faktor lainnya yang mutlak harus ada supaya transaksi dapat tercipta adalah adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertransaksi.
b) Terjadinya ta‟alluq
19 Ibid. h. 128
20 Ibid. h. 549
21 A. Karim Adiwarman, Bank Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, cet 3, 2006). h. 47
Ta'alluq adalah pertukaran dimana terdapat 2 perjanjian yang saling mengikat, maka pada saat itu keabsahan perjanjian 1 bergantung pada akad 2.
Misalnya, A menjual barang X seharga Rp. 120 juta porsi kepada B, dengan syarat B harus kembali menawarkan barang X kepada An dengan uang sungguhan seharga Rp. 100 juta.
Pertukaran di atas adalah salah paham, dengan alasan bahwa ada kebutuhan bahwa A akan menawarkan barang X ke B selama B menawarkan produk ke A sekali lagi. Untuk situasi ini, diperlukan perjanjian 1 yang kuat ketika kontrak 2 dijalank22
B. Etika Bisnis Islam
1. Pengertian Etika Bisnis Islam a. Pengertian Etika
Etika berasal dari Bahasa Yunani “Ethos” berarti adat istiadat. Hal ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau satu generasi ke generasi yang lainnya.23 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (KBBI) etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti: 1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.24
Filsafat etika Bagi Plato, yang terpengaruh oleh ide Socrates, menggarisbawahi bahwa struktur moral harus diatur terlebih dahulu dengan
22 Ibid. h. 48
23 Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 5
24 K. Bertnes, Etika, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 4
memisahkan hipotesis informasi terlebih dahulu sehingga saat menetapkan posisi epistemologis ia bekerja dengan struktur moral. Socrates juga menerapkan struktur epistemologisnya pada cara berpikir moralnya.25
Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan baik dari buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif, karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.26
b. Pengertian Bisnis
Secara etimologis, bisnis menyiratkan suatu keadaan di mana seorang individu atau kumpulan individu sibuk mengelola pekerjaan yang menghasilkan keuntungan..27 Bisnis adalah kegiatan yang mendorong perhatian tambahan yang diperluas melalui strategi yang terkait dengan pengalihan organisasi, perdagangan atau pengelolaan saham (penciptaan). Bisnis yang sehat adalah bisnis yang mengandalkan etika. Oleh karena itu, ahli moneter Muslim harus memiliki struktur etika bisnis yang kuat, sehingga mereka dapat meneruskan pekerjaan bisnis yang menyenangkan dan didukung.28
c. Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari bahasa Arab al-Islam. Kata al-Islam ada di dalam Al-Qur'an dan mengandung maknanya, mengingat surat al-Imran (3) reff 9, dan surah al-Maidah (5) bagian 3. Apa yang dapat kita pahami dari dua bagian ini
25 Faisal Badroen, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2006), h.
10
26 Veithzal Rivai, Islamic Business and Economic, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 3
27 Abdul Aziz, Etika Bisnis Prespektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 28
28 Muhammad, Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2004), h. 56
adalah bahwa Islam adalah bahwa Islam adalah nama dari sebuah "raket promosi"
(gaya hidup) yang dengan Allah. Kebisingan iklan menyiratkan al-millah atau gaya hidup, sebagai keyakinan (al-'aqidah) dan aktivitas (al-'amal). Al-Islam sebagai raket iklan yang diridhoi Allah, jelas merupakan jenis keyakinan dan aktivitas yang tidak ditetapkan dan dilaksanakan oleh Allah dan bukan merupakan akibat dari renungan manusia.29
d. Etika Bisnis Islam
Moral bisnis Islam adalah siklus dan bekerja untuk menemukan apa yang benar dan apa yang terjadi, yang kemudian, pada saat itu, jelas membuat keputusan terbaik tentang item dan administrasi organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan permintaan organisasi. Mengingat klarifikasi di atas, cenderung dianggap bahwa moral bisnis Islam adalah sekumpulan standar dan standar yang harus difokuskan oleh manajer keuangan dalam berkomunikasi, bertindak, dan mengidentifikasi dengan mencapai tujuan bisnis mereka dengan aman.30
2. Tujuan Etika Bisnis Islam
Alasan moral bisnis Islami adalah manfaat yang merupakan pembayaran (pendapatan) yang melimpah di atas pengeluaran atau biaya yang pantas dikorbankan oleh manajer keuangan. Karena keuntungan yang diperoleh akan dimanfaatkan sebagai sarana dan sarana antara lain untuk memajukan dan mengembangkan usaha ini di kemudian hari. Selain itu, juga dapat digunakan
29 Ibid, h. 32
30 Rafik Isa Beekun, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 3
untuk bekerja pada bantuan pemerintah dari individu yang terlibat dalam mendukung kegiatan bisnis yang bersangkutan.
Manfaat diperoleh melalui latihan dalam perolehan tenaga kerja dan produk yang dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan daerah setempat dan melihat kebebasan yang memberikan keinginan untuk mencapai perbedaan lebih dari pembayaran atas penggunaan yang sesuai dan harus dibatalkan oleh ahli keuangan .31
Lebih jauh, alasan misi yang diselesaikan dengan latihan bisnis adalah untuk menyukseskan semua pertemuan yang diperlukan seperti halnya orang-orang yang secara tersirat menawarkan bantuan untuk latihan bisnis. Dengan adanya latihan- latihan bisnis, secara konsisten dibayangkan bahwa semua pertemuan akan bermanfaat baik secara finansial, finansial, sosial, dan sosial. Sehingga secara konsisten daerah di mana-mana akan mendapatkan tingkat bantuan pemerintah yang lebih signifikan. Kemudian lagi, bantuan pemerintah individu dalam bisnis sedang dilakukan secara signifikan lebih. Secara moral, bisnis para eksekutif sangat sah, diperlukan sebagai gma march of contemplation untuk setiap pilihan administrasi yang dibuat oleh pengelola uang. Di sini target kerja diidentikkan dengan moral, khususnya bantuan biasa dari pemerintah yang merupakan tujuan yang ingin dicapai.32
3. Dasar Hukum
Al-Qur'an menegaskan bahwa bisnis itu adalah tindakan yang halal dan dibolehkan. Perdagangan yang jujur dan bisnis yang transparan sangat dihargai,
31 Muslich, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 11
32 Ibid, h. 12
direkomendasikan dan dianjurkanAl-Qur'an menegaskan bahwa bisnis itu adalah tindakan yang halal dan dibolehkan. Perdagangan yang jujur dan bisnis yang transparan sangat dihargai, direkomendasikan dan dianjurkan.33 Sebagaimana dalam QS. At-Taubah (9) ayat 105 sebagai berikut:
ٰۗن ْيُن ِم ْؤ ُمَ ْ لا َوٰ هُ
ل ْي ُس َر َوٰ ْمُ كَ
ل َم َغٰ ُ ه
للّٰاٰ ى َدَي َسفٰ ا ْيَ ُ
ل َم ْغاٰ ِلك َوُ
ٰ ِبْي َغْلاٰ ِمِلٰعٰىٰ
ل ِاٰن ْو ُّد َدُت َس َوَ
ٰٖۚن ْيَ ُ
ل َم ْػَتْٰمُتنْ ُ كٰاَمِةْٰمُ
كُئِ تَنُيَفِٰةَداَى َّشلاَو ١٠٥
ٰ
Terjemahan:
“Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan kembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang yang nyata, lalu diberitakan- Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. At Taubah (9): 105).34
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Al-Qur‟an dalam mengajak manusia untuk mempercayai dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalam segala aspek kehidupan seringkali menggunakan istilah-istilah yang dikenal dalam dunia bisnis, seperti jual beli, untung rugi, dan sebagainnya. Dalam konteks Al-Qur‟an menjajikan seperti dalam surah At-Taubah (9) ayat 111 berikut:
ِٰب َسٰ ْيِفٰن ْيَ ُ لِتاَ
لُيَٰۗثَّنَجْلاُٰمُىَلٰ َّنَاِةْٰمُىَ لا َي ْمَ
ا َوْٰم ُى َسفْنُ َ
اٰ َنْيِن ِم ْؤ ُملاٰ َن ِمٰىٰدَت ْشاَٰ هللّٰاٰ َّنِاٰ۞ْ
ِٰ ه للّٰاٰ ِلْي
َٰوِٰۗنٰ ا ْرُ
لْ
لا َوٰ ِلْي ِجْ ن ِاْ
لا َوٰ ِثى ٰر ْيَّتلاٰىِفٰاًّ
ل َحٰ ِه ْيَ
لَعٰا ًدْع َوٰ َ ن ْيُ
لَتْ لُي َوٰ َ
ن ْيُ لُتْ
لَيَ
ٰ َن ِمٰ ه ِد ْى َػِةٰىٰ ف ف ْوَ
اٰ ْن َم
ُٰمْي ِظ َػْ لاٰ ُز ْيفَ ْ
لاٰ َي ُوٰ َكِل ٰذ َوٰۗ هِةْٰمُت ْػَياَةٰ ْي ِذَّ
لاُٰمُ
ك ِػْيَبِةٰا ْو ُر ِشْتت ْساَ َ فِٰ ه
للّٰا ١١١
ٰ
Terjemahan:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam taurat, injil dan al-Qur‟an. Dan siapakah yang lebih menepati
33 Muhammad Djakfar, Agama, Etika, Dan Ekonomi, (UIN-Maliki Press, 2014), h. 147
34 Departeman Agama RI, Al-Qur‟an (Kudus: Fa. Menara), h. 204
janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At- Taubah (9):
111).35
Dalam bait itu, individu-individu yang lebih memilih untuk tidak menyelesaikan latihan hidupnya selain manfaat, dilayani (diuji) oleh Al-Qur'an dengan menawarkan perdagangan yang tidak merasakan kemalangan dan kesesatan.36
Orang-orang memiliki peluang dalam bisnis, namun mereka masih terikat pada standar yang belum ditetapkan dengan tujuan agar hasil dari bisnis yang mereka coba menjadi halal dan barokah dengan alasan bahwa cara mendapatkannya adalah sah sesuai dengan ketentuan. Al-Qur'an. Disinilah letak pentingnya bahwa dalam latihan bisnis penting untuk memperhatikan kesopanan, transparansi, menjauhi perbuatan riba, dll yang dapat merusak kualitas moral yang harus diperhatikan.
Sebagaimana ditunjukkan oleh Al-Qur'an, bisnis yang menguntungkan adalah bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan bersama sesaat dan untuk kepentingan sementara, tetapi juga keuntungan yang bisa dinikmati di akhirat yang tak berkesudahan. Oleh karena itu, bersama-sama agar bisnis berhasil dan menghasilkan keuntungan, itu harus didasarkan pada pilihan yang solid, cerdas, dan hati-hati. Artinya, pilihan dalam urusan bisnis tidak boleh karena pilihan yang tidak bijaksana atas dorongan keinginan. Jika hal ini terjadi, maka akan mendapatkan hasil negatif dari bisnis yang patut diwaspadai para pelakunya.
Selanjutnya, Al-Qur'an memerintahkan umatnya untuk menjaga amanah dan tetap
35 Ibid. h. 205
36 Muhammad, Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2004), h. 147
setia pada komitmen mereka, memerintahkan mereka untuk bersikap wajar dan moderat dalam perilaku mereka terhadap Allah.37
4. Prinsip Dasar Etika Bisnis Islam
Keberkahan usaha merupakan kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh keuntungan yang wajar dan diridhai oleh Allah SWT.38 Maka prasyarat untuk memperoleh keberkahan atas nilai transeden seorang pelaku bisnis harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip etika bisnis yang telah digariskan dalam Islam, antara lain:39
a. Kesatuan (Tawhid)
Kesatuan ini dimaksudkan bahwa sumber utama etika Islam adalah kepercayaan total dan murni terhadap kesatuan (keesaan) Allah. Kenyataan ini secara khusus menunjukkan dimensi vertikal Islam yang menghubungkan institusi-institusi sosial yang terbatas dan tak sempurna dengan dzat yang sempurna dan tak terbatas. Hubungan vertikal ini merupakan wujud penyerahan diri manusia secara penuh tanpa syarat di hadapan Allah, dengan menjadikan keinginan, ambisi, serta perbuatannya tunduk pada titah-Nya.
Kemudian dalam penerapannya berdasarkan prinsip keesan ini, maka pengusaha muslim dalam melakukan entitas bisnisnya tidaka kan melakukan paling tidak tiga hal: Pertama, diskriminasi diantara pekerja, penjual, pembeli, pemasok, mitra kerja atas dasar pertimbangan ras, jenis kelamin, atau agama.
Kedua, terpaksa atau dipaksa untuk melakukan praktik-praktik mal bisnis karena
37 Ibid, 154
38 Veithzal Rivai, Islamic Business And Economic Ethic, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
28
39 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam, (Malang: UIN -Malang Press, 2007), h.21
ia hanya takut dan cinta kepada Allah. Ketiga, menimbun kekayaannya dengan penuh keserakahan karena konsep amanah sangat penting bagi seorang muslim dan semua harta hanya bersifat sementara maka harus dengan bijaksana.40
b. Keseimbangan
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Maidah (5) ayat 8 yaitu:
ي
ٰاَىُّيَ آْٰٰٰ
َّٰ
لَ
اٰىٰٓلَعٰ ٍم ْيكَٰ نُ ٰ اَن َشْٰمُ
كَّنَمِرْج َيٰاَلَوِٰۖ ِط ْسِلْ
لاِةَٰءۤاَدَى ُشِٰ ه ِللّٰٰ َنْيِماَّيَكٰاْيُنْيُ كٰا ْيُن َمٰ
اٰ َنْي ِذَّ
لا
ٰا
ٰن ْيَ ُ
ل َم ْػَتٰاَمِةٌٰۢ ٌدْيِت َخَٰ هللّٰاٰ َّنِاَٰۗهللّٰاٰايُلَّتاَوِٰۖىٰيْلَّتلِلٰ ُب َرْكَاَٰي ُوٰۗاْيُل ِدْعِاٰۗاْيُل ِد ْػَت
ٰ ٨
“Hai orang-orang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena addil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Maidah (5) :8)41
Pada ayat tersebut memerintahkan kepada orang muslim agar melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur dan ikhlas karena Allah, baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama maupun pekerjaan yang bertalian dengan urusan kehidupan duniawi. Karena hanya dengan demikianlah mereka bisa sukses dan memperoleh hasil atau balasan yang mereka harapkan. Dalam persaksian, mereka harus adil menerangkan apa yang sebenarnya, tanpa memandang siapa orangnya, sekalipun akan menguntungkan lawan dan merugikan sahabat dan kerabat.
40 Rafik Isa Beekun, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 35
41 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Lubuk Agung), h. 107