BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan tenaga kerja. Suryadharma Ali (2008) menyatakan bahwa UMKM merupakan benteng pertahanan ekonomi nasional sehingga bila sektor tersebut diabaikan sama artinya tidak menjaga benteng pertahanan Indonesia.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan serta kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan maksud untuk memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah.
Walaupun usaha mikro kecil menengah telah menunjukkan peranannya
dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai hambatan dan
kendala. Pada dasarnya hambatan dan kendala yang dihadapi para pelaku UMKM dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan meliputi berbagai aspek yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan antara lain: kurangnya permodalan baik jumlah maupun sumbernya, kurangnya kemampuan manajerial dan keterampilan beroperasi serta tidak adanya bentuk formil dari perusahaan, lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Disamping itu terdapat juga persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi sehingga mengakibatkan ruang lingkup usaha menjadi terbatas. Beragamnya hambatan dan kendala yang dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan masih merupakan salah satu faktor kritis bagi UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun modal investasi dalam pengembangan usaha.
Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM, Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meluncurkan kredit bagi UMKM dan Koperasi dengan pola penjaminan pada tanggal 5 November 2007 di lantai 21 gedung kantor pusat BRI dengan nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR dapat diakses oleh UMKM dan koperasi yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable atau berkembang pesat. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.
KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber
dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan
terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung
oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan untuk meningkatkan akses
UMKM pada sumber pembiayaan. Dengan adanya KUR, para pelaku UMKM
dapat meminjam modal hanya dengan jaminan kelayakan usaha dan diharapkan kepada pelaku UMKM tersebut dapat mengembangkan usahanya. Tahap awal program, KUR ini disediakan hanya terbatas oleh bank-bank yang ditunjuk oleh pemerintah saja, yaitu : Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Tabungan Negara dan Bank Bukopin. Penyaluran pola penjaminan difokuskan pada lima sektor usaha, yaitu pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian dan perdagangan. KUR ini ditujukan untuk membantu ekonomi usaha rakyat kecil dengan cara memberi pinjaman untuk usaha yang didirikannya. Atas diajukannya permohonan peminjaman kredit tersebut, tentu saja harus mengikuti berbagai prosedur yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, pemohon harus mengetahui hak dan kewajiban yang akan timbul dari masing-masing pihak yaitu debitur dan kreditur dengan adanya perjanjian KUR, mengingat segala sesuatu dapat saja timbul menjadi suatu permasalahan apabila tidak ada pengetahuan yang cukup tentang KUR.
Kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui program KUR ini,
diharapkan sesuai dengan kemampuan UMKM khususnya bagi usaha mikro dan
kecil (UMK). Pelaksanaan dari KUR ini diharapkan dapat menjadi solusi dari
permasalahan yang dihadapi oleh UMK dalam mendapatkan tambahan modal
usaha yang mereka butuhkan dengan kredit yang terjangkau dan prosedur yang
sederhana. Dengan tambahan modal yang didapatkan oleh UMK, diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan serta mengembangkan usaha yang dimiliknya.
Kota Bukittinggi merupakan daerah yang potensial untuk penyaluran KUR, karena sebagian besar usaha produktif di Bukittinggi terdiri dari Usaha Mikro dan Kecil. Dengan keikutsertaan Bank Nagari sebagai Bank Pelaksana KUR diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan sektor riil dan program-program pengentasan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran dan perluasan lapangan pekerjaan serta peningkatan taraf hidup masyarakat.
Tabel 1.1 Jumlah Peminjam KUR Bank Nagari Tahun 2011-2013
Jenis KUR 2011 2012 2013
KUR Mikro 313 orang 449 orang 614 orang KUR Ritel 165 orang 432 orang 583 orang
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014Pada saat ini sudah 1.197 pedagang UMK yang mendapatkan dana KUR dari Bank Nagari Cabang Bukittinggi, tercatat ± 51 persen di antaranya dari kalangan pengusaha mikro (pedagang kaki lima, pedagang asongan, warung di rumah tangga serta pedagang kecil lainnya dengan besaran KUR Rp 20 juta ke bawah tanpa agunan). Sementara lebih dar 48 persen lagi terdiri dari pengusahakecil ke atas yang beraktifitas di berbagai toko di Pasar Simpang Aur, Pasar Bawah dan Pasar Atas, dengan besaran kredit beragunan yang dikucurkan Rp 20 juta ke atas
. (http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=13745 diakses pada tanggal 12 November 2013 pukul 21.05 WIB).Melihat keberadaan sektor UMK yang dikelola oleh pengusaha golongan
ekonomi lemah (pengusaha kecil) dan permasalahan yang dihadapi pengusaha
terutama tentang keterbatasan dana (keterbatasan modal), serta melihat potensi
besar yang dimiliki pengusaha yang layak untuk dikembangkan, maka atas dasar pemaparan tersebut penulis menetapkan judul “Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota Bukittinggi (Studi pada PT. Bank Nagari Cabang Bukittinggi)”.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar – benar terjadi. Jadi untuk mengarahkan penelitian dan memperlancar data dan fakta ke dalam bentuk penulisan ilmiah, maka perlu perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan kajian dan pedoman arah penelitian. Setiap penelitian dimulai dengan perumusan masalah, yaitu yang memberikan gambaran adanya sesuatu yang perlu diselesaikan. Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, anatar apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi (Sugiyono, 2005: 32). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah “Seberapa Besar Pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota Bukittinggi?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak
dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui
sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Nagari.
2. Untuk mengetahui hambatan dalam pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kota Bukittinggi.
3. Untuk melihat pengaruh Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di Kota Bukittinggi.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dimaksud dalam hal ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara mengenai program Kredit Usaha Rakyat.
3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau
sumbangan pemikiran dalam peningkatan usaha mikro dan kecil yang
dikelola oleh pengusaha kecil.
1.5 Kerangka Teori
Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya teori yang akan menjadi landasan teoritis dan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian dan bukan sekedar penelitian coba-coba (trial and error ). Menurut Hoy dan Miskel, teori adalah seperangkap konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi (Sugiyono, 2005:55). Selanjutnya, kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal – hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2006:92). Berdasarkan rumusan di atas, maka penulis akan mengemukakan beberapa teori, gagasan ataupun pendapat yang akan dijadikan sebagai titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini.
1.5.1 Konsep Kredit
1.5.1.1 Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan.
Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah antara si pemberi dan si
pemenerima kredit. Kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang dan barang)
dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu mendatang
(Simorangkir, 2004:100). Dalam Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun
1998, “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan kesepakatan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungannya”.
Menurut Hasibuan (2008:87), kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Jadi dapat disimpulkan bahwa kredit adalah pemberian sesuatu yang berharga kepada pihak lain, apakah uang, barang atau jasa dengan janji, bahwa di hari tertentu penerimanya akan membayarnya secara ekivalen/sebanding.
Tujuan pemberian kredit tidak terlepas dari misi pendirian suatu bank.
Adapun tujuan utama pemberian kredit yaitu:
1. Mencari keuntungan, tujuannnya untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.
2. Membantu usaha nasabah, tujuannya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor (Kasmir, 2007:95).
1.5.1.2 Unsur-Unsur Kredit
Setiap pemberian kredit sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam
mengandung beberapa arti. Jadi dengan menyebutkan kata kredit sudah
terkandung beberapa arti atau dengan kata lain pengertian kata kredit jika dilihat
secara utuh mengandung beberapa makna. Sehingga jika kita bicara kredit maka
termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya. Menurut Kasmir (2007:94) unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit yaitu:
a. Kepercayaan
Kepercayaan dari si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikannya (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa yang akan datang.
b. Kesepakatan
Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Jangka waktu
Suatu masa yang memisahkan antara pemberi kredit dengan penerima kredit yang mana dana tersebut akan diterima pada masa yang akan datang. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, biasa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
d. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Suatu resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu yang memisahkan antara pemberi kredit dengan penerima kredit yang akan diterima kemudian hari.
Semakin lama jangka waktu pemberian kredit, maka semakin besar tingkat
resikonya. Dengan adanya resiko dalam pemberian kredit, maka dapat
menimbulkan jaminan dalam pemberian kredit.
e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan nama bunga.
1.5.1.3 Jenis-Jenis Kredit
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat.
Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokan kedalam jenis yang masing- masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.
Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2010: 103-106) yang diberikan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1. Kredit dilihat dari segi tujuannya
a. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi
b. Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi
c. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan kepada pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk
membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagang tersebut.
2. Kredit dilihat dari jangka waktunya
a. Kredit Jangka Pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja
b. Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu 1 sampai 3 tahun dan biasanya digunakan untuk melakukan investasi
c. Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun.
3. Kredit dilihat dari segi jaminannya
a. Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
b. Kredit Jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan menggunakan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.
4. Kredit dari segi kegunaanya
a. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga dapat meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
b. Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang
yang diberikan oleh suatu bank untuk melakukan investasi atau
penanaman modal, yang ditujukan untuk memperluas usahanya atau
membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan rahabilitasi.
1.5.1.4 Fungsi dan Manfaat Kredit
Menurut Firdaus, H. Rachmat dan Maya Ariyanti (2003 : 5-6) menyatakan :
“Fungsi kredit dewasa ini pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat (to serve the society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup rakyat banyak“. Hal yang sama dijelaskan juga oleh Kasmir (2010:
101), fungsi dari kredit adalah sebagai berikut: (1) untuk meningkatkan daya guna uang, (2) untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, (3) untuk meningkatkan daya guna uang, (4) untuk meningkatkan peredaran barang, (5) sebagai alat stabilisasi ekonomi, (6) untuk meningkatkan pemerataan pendapatan, (7) untuk meningkatkan kegairahan usaha, (8) untuk meningkatkan hubungan internasional.
Manfaat kredit dilihat dari pihak-pihak yang berkepentingan antara lain (Hasibuan, 2008:88-90):
1. Manfaat kredit bagi bank, antara lain:
a. Bank memperoleh pendapatan berupa bungan yang diterima dari debitur, sehingga akan meningkatkan laba bank.
b. Dengan menyalurkan kredit, bank sekaligus dapat memasarkan produk-produk pelayanan perbankan yang lainnya.
c. Bank memperoleh keuntungan dibidang sumber daya manusia
khususnya dalam dunia kredit perbankan, sehingga dimasa yang akan
datang akan memiliki tenaga – tenaga perkreditan yang berkualitas.
2. Manfaat kredit bagi pemerintah atau negara, antara lain;
a. Kredit bank dapat dipakai sebagai alat untuk mendorong laju perekonomian nasional.
b. Kredit dapat dijadikan alat pengendali moneter.
c. Kredit dapat meningktkan lapangan usaha atau pekerjaan.
d. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
e. Dapat meningkatkan pendapatan negara malalui pajak dari bunga.
3. Manfaat kredit bagi masyarakat luas, antara lain;
a. Dengan adanya kredit akan meningkatkan perluasan lapangan kerja sehingga akan mengurangi penganguran.
b. Untuk kelompok masyarakat yang memiliki keahlian dan profesi tertentu dapat terlibat dalam proses pemberian kredit, misalnya sebagai konsultan kredit dan lain- lain.
4. Manfaat kredit bagi pedagang, yaitu;
a. Sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanya, dengan kredit, debitur dapat meningkatkan pengadaan barang dagangannya.
b. Dengan memperoleh kredit bank, maka secara tidak langsung akan meningkatkan keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal, sehingga debitur dapat memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pelayanan fasilitas perbankan yang lainnya.
c. Bank akan menjaga privasi atau kerahasiaan nasabah.
d. Dalam meningkatkan usahanya, maka jangka waktu kredit dapat disesuaiakan dengan kebutuhan.
1.5.1.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat dan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap berbagai aspek. Menurut Kasmir (2010 : 109) terdapat prinsip- prinsip pemberian kredit yang dikenal dengan prinsip 5 C yaitu :
1. Penilaian Watak (Character), tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dipercaya. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar kreditnya.
2. Penilaian Kemampuan (Capacity), untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Penilaian Terhadap Modal (Capital), untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai bank.
4. Penilaian Terhadap Agunan (Collateral), merupakan jaminan yang
diberikan calon nasabah baik yang berupa fisik maupun non fisik. Fungsi
jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.
5. Penilaian Terhadap Prospek Usaha Nasabah (Condition of Economy), dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.
1.5.1.6 Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit merupakan langkah pengawasan terhadap fasilitas kredit yang diberikan secara keseluruhan maupun secara individual kepada debitur dimana apakah pelaksanaan pengawasan kredit sesuai dengan rencana yang disusun atau tidak. Menurut Fahmi dan Lavianti, ada dua bentuk pengawasan kredit yang dapat dilakukan oleh pihak lembaga pembiayaan yaitu:
1. Pengawasan dengan model preventif control
Pengawasan dengan model ini dilakukan oleh pihak perbankan sebelum kredit tersebut dicairkan atau diberikan kepada calon debitur.Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahan yang lebih fatal di kemudian hari.
Kondisi ini mencerminkan kelengkapan berkas yang diajukan hingga tahap survey lapangan seperti jaminan dan bentuk usaha yang dilakukan calon
debitur.
2. Pengawasan dengan model represif control
Pengawasan dalam model ini dilakukan pada saat kredit tersebut telah diberikan kepada debitur. Pengawasan ini diberikan dengan tujuan agar kreditur membangun kedisiplinan yang kuat untuk melunasi setiap pinjamannnya secara tepat waktu (dalam Marantika, 2013:32).
Pengawasan kredit dilakukan oleh pihak bank sebagai salah satu upaya
beberapa aspek, yang meliputi keberadaan administrasi kredit yang memadai, kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang dibutuhkan, kewajiban bagi pihak bank untuk melakukan kunjungan sewaktu-waktu ke perusahaan yang dibiayai oleh kredit, adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur, dan aspek adanya suatu peringatan.
1.5.2 Konsep Kredit Usaha Rakyat
1.5.2.1 Pengertian Kredit Usaha Rakyat
Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif yang usahanya layak (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan Perbankan (belum bankable)
(http://tnp2k.go.id/tanya-jawab/klaster-iii/progam-kredit-usaha-rakyat-kur/, diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 pukul 12.20 WIB).