• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT HARMONISASI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR

26/PER/M.KOMINFO/5/2007 TENTANG PENGAMANAN PEMANFAATAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI BERBASIS PROTOKOL INTERNET

A. UMUM Surat Undangan

: 136/SJ.4/HK.02.01/12/2016, 14 Desember 2016 Hari/Tanggal : Senin, 19 Desember 2016

P u k u l : 09.30 s.d. selesai

Tempat : Ruang Rapat M.Pellaupessy Lt. 5 Gedung Depan Kominfo

Pimpinan Rapat : Kabag PeraturanPerundang-undangan

Peserta rapat : Kabag Hukum dan Kerja Sama Sesditjen Aptika, Kabag Hukum dan Kerja Sama Sesditjen PPI, Perwakilan Bagian Hukum dan Kerja Sama Sesditjen IKP, Perwakilan Direktorat Keamanan Informasi, Perwakilan Direktorat e-Business, Perwakilan Balitbang SDM, dan staf Biro Hukum

B. PEMBAHASAN

1. Rapat pada intinya membahas tentang perubahan Sekretaris ID- SIRTII yang semula adalah staf atau pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal PPI yang diangkat oleh Direktur Jenderal PPI diubah sehingga Sekretaris ID-SIRTII adalah staf atau pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika yang diangkat oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika.

2. Perubahan pada batang tubuh:

a. Perubahan pada Direktur Jenderal yang tercantum pada Peraturan Menteri sebelumnya adalah Direktur Jenderal yang ruang lingkup tugas dan fungsinya membidangi Perangkat Pos dan Informatika diubah sehingga menjadi Direktur Jenderal yang ruang lingkup tugas dan fungsinya membidangi aplikasi informatika.

b. Perubahan pada honorarium yang tercantum pada Peraturan

Menteri sebelumnya honorarium dibebankan kepada anggaran

(2)

Direktorat Perangkat Pos dan Informatika yang besarannya ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal PPI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diubah menjadi honorarium dibebankan kepada anggaran Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika yang besarannya ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Aptika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

Sehubungan bahwa PM ID-SIRTII agar segera ditetapkan mengingat agar dapat disesuaikan pelaksanaan anggaran terkait honorarium untuk Tahun Anggaran 2017, maka RPM ini disepakati untuk dilanjutkan untuk proses nota dinas sirkulasi kepada pimpinan unit kerja eslon I sebagai pengganti Rapim regulasi.

Penyusun:

1. Nurhayati, Kasubbag PUU III:

2. Hanifan Niffari, Staf PUU:

(3)

RISALAH RAPAT PELAKSANAAN OPERASIONAL IDSIRTII TAHUN 2017

A. UMUM Surat Undangan

: 02/DJAI.6/HK.01.07/01/2017, 3 Januari 2017

Hari/Tanggal : Selasa 22 s.d. 23 Maret 2016 P u k u l : 13.30 s.d. Selesai

Tempat : Ruang Rapat Ali Murtopo Gedung Utama Lantai 3 Pimpinan

Rapat

: Kasi Kelembagaan Keamanan Informasi

Peserta Rapat : Perwakilan Bagian Umum Sesditjen PPI, Perwakilan Bagian Hukum dan Kerja Sama Sesditjen Aptika, Perwakilan Biro Hukum, dan Perwakilan Direktorat Telekomunikasi Ditjen PPI.

B. PENDAHULUAN

Rapat pada intinya membahas proses penyesuaian struktur

organisasi Indonesia-Security Incident Responses Team on Internet

Infrastructure (IDSIRTII) terhadap fungsi Direktorat Jenderal Aptika

sehubungan dengan belum ditetapkannya Rancangan Peraturan

Menteri tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri

Komunikasi Dan Informatika Nomor 26/Per/M.Kominfo/5/2007

Tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi

Berbasis Protokol Internet oleh Menteri yang hingga saat ini posisi

masih berada di meja Bapak Menteri.

(4)

C. PEMBAHASAN

1. Rancangan Peraturan Menteri tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 26/Per/M.Kominfo/5/2007 Tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet telah dilakukan proses nodin sirkulasi sebagai pengganti rapim yang telah ditandatangani oleh para eselon I dan telah dalam proses penetapan oleh Menteri.

2. Sehubungan dengan belum ditetapkannya RPM tersebut sebagai

dasar hukum dalam penyesuaian struktur organisasi Indonesia-

Security Incident Responses Team on Internet Infrastructure (IDSIRTII)

terhadap fungsi Direktorat Jenderal Aptika, maka dalam aspek

legalitasnya saat ini, pelaksanaan ruang lingkup pengamanan

pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis internet oleh Tim ID-

SIRTII masih berdasarkan pada Peraturan Menteri Komunikasi Dan

Informatika Nomor 26/Per/M.Kominfo/5/2007 Tentang Pengamanan

Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet

yang sekretarisnya adalah Pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal

Pos dan Telekomunikasi (saat ini Dittel PPI). Namun terdapat

permasalahan yakni belum adanya anggaran yang ditetapkan untuk

pelaksanaan fungsi tersebut oleh Dittel PPI mengingat dalam

Rancangan Peraturan Menteri tentang Perubahan Keempat Atas

Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor

26/Per/M.Kominfo/5/2007 Tentang Pengamanan Pemanfaatan

Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet, anggaran

dibebankan kepada anggaran Direktorat Jenderal Aplikasi

Informatika yang besarannya ditetapkan dengan keputusan Direktur

Jenderal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga

terdapat permasalahan dari aspek legalitas dimana pelaksananya

masih dibawah Dittel PPI sementara anggaran ada di Direktorat

Jenderal Aplikasi Informatika.

(5)

3. Sehubungan dengan angka 2 di atas maka disepakati 2 cara yakni:

a. Akan dilakukan penyampaian atas hal ini kepada Dirjen PPI dan Dirjen Aptika untuk kemudian Dirjen PPI dan Dirjen Aptika akan menyampaikan secara khusus mengenai pentingnya Peraturan Menteri tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 26/Per/M.Kominfo/5/2007 Tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet untuk segera ditetapkan agar tidak terjadi kebingungan dan kerancuan dalam pelaksanaan Tugas dan fungsi dari Tim IDSIRTII yang terdiri dari Tim Ahli dan Pelaksana terutama dari sisi anggaran.

b. Diusulkan jika belum dilakukan penetapan terhadap RPM tersebut dan perlunya dasar hukum bagi Tim IDSIRTII dalam melaksanakan tugasnya, maka dipertimbangkan perlu dibuat Surat Tugas dari Dirjen PPI untuk menunjuk Kelompok Pimpinan Pelaksana/Koordnator ID SIRTII dengan adanya klausul bahwa anggaran pelaksanaan dibebankan kepada Direktorat Jenderal Aptika.

Jakarta, 4 Januari 2017 Mengetahui,

Pembuat Risalah, Mengetahui 1. Nurhayati, Kasubag PUU III:

2. Hanifan Niffari, Staf PUU:

Ibrahim Jamal

Kabag PUU, Biro Hukum

(6)

(7)
(8)

RISALAH RAPAT FGD HARMONISASI RPM PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 26/PER/M.KOMINFO/5/2007 TENTANG PENGAMANAN PEMANFAATAN

JARINGAN TELEKOMUNIKASI BERBASIS PROTOKOL INTERNET

A. UMUM

Surat Undangan : 280/DJAI.5/PR.02.04/11/2015, 25 November 2015 Hari/Tanggal : Senin 2 Desember 2015

P u k u l : 09.00 s.d. Selesai

Tempat : Ruang rapat Mohamad Natsir Kementerian Komunikasi dan Informatika

Pimpinan Rapat : Direktur Pemberdayaan Industri Informatika Ditjen Aptika

Peserta Rapat : Sekretaris Ditjen Aptika, Kabag Peraturan Perundang- undangan Biro Hukum, Kabag Hukum dan Kerja Sama Ditjen Aptika, Kasubbag Perundang-undangan Bagkum dan Kerja Sama Aptika, Perwakilan Dit. Kemanan Informasi, Perwakilan Asosiasi Game Indonesia, Perwakilan KPAI, Perwakilan Yayasan Nawala dan Yayasan Kita dan Buah Hati, Praktisi Psikologi Anak, Bapak Robery Praktisi Hukum.

B. PENDAHULUAN

Rapat FGD membahas substansi materi muatan RPM Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik.

C. PEMBAHASAN

Pembahasan terhadap substansi materi muatan RPM Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik antara lain sebagai berikut:

1. Dari hasil uji publik terdapat beberapa hal untuk memperkaya yakni:

a. Perlunya memasukkan UU Anak

b. Perlunya memasukkan kategori umur anak

c. Kategori yang mempertontonkan minuman keras perlu lebih baik masuk ke dalam kategori yang dilarang.

d. Kategori konten perlu diperjelas sehingga tidak menimbulkan multi tafsir.

2. Kominfo memberikan masukan sebagai berikut:

(9)

a. Pembagian umur sudah jelas antara sebelum 18 tahun dan setelah 18 tahun.

b. Hanya tinggal penentuan umur klasifikasi secara definitif.

c. Pasal 5 masuk menjadi pasal 4 ayat 2 sehingga menjadi:

3. Biro Hukum Kominfo menyampaikan bahwa:

Untuk mengakomodir masalah normatif masih dapat memakai UU Perlindungan anak dan dalam hal empiris bisa dibreakdown usia menjadi 3+, 7+, 11+. 13+ tanpa harus menegasikan sisi normatifnya.

4. Ibu Elizabeth Santoso (praktisi psikologi anak) menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

a. Perlu adanya penggolongan usia dan tidak bisa digeneralisasi untuk usia dibawah 18 tahun masuk ke dalam kategori anak oleh karena itu patokan-patokan yang dipakai adalah usia 3+, 6+, 13+, dan 18+.

b. Kekerasan dalam kartun dibagi-bagi lagi menjadi kekerasan kartun, mild (tidak sampai berdarah), animated violence (kekerasan kartun dengan darah terlihat)

c. Semua kartun dapat dipastikan ada kekerasan di dalamnya karena kekerasan dan konflik merupakan hal yang nyata dalam hidup.

Adapaun kekerasan yang dijinkan dalam penayangan kartun adalah yang kategori Mild.

d. Mendukung game rating system segera untuk disahkan karena berapa baynak anak yang main game GTA yang didalamnya banyak kekerasan dan pornografi.

e. Adakkah concern dari KPAI selain dari klasifikasi terhadap umur-umur yang digunakan oleh RPM ini karena KPAI seakan-akan menganggap bahwa RPM ini mendorong anak-anak untuk melakukan kekerasan dan penyimpangan seksual.

f. Anak-anak tidak bisa dikasih game namun perkembangan zaman tidak dapat untuk ditolak sehingga aturan main terhadap hal tersebut perlu untuk ditetapkan.

5. Yayasan Kita dan Buah Hati:

a. Mengacu pada konsep berfikir bahwa bukan pada perlindungan anak tetapi proses berpikir karena secara proses berpikir ada hal-hal yang sebelumnya anak belum siap untuk menerima hal tersebut.

b. Anak di bawah usia 3+ belum dapat untuk memainkan game karena secara proses berpikir karena tahapannya adalah tahapan pra operasional. Kemampuan berpikir konkri pada usia 7 sampai dengan 11 tahun adapun setelah usia tersebut masuk dalam proses beripikir konkrit.

(10)

c. Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik dihubungkan dengan dengan proses berpikir dimana yang paling penting adalah apakah anak dapat membedakan antara kenyataan dan khayalan.

d. Rating diberikan berdasarkan kemampuan berpikir bukan proses pertumbuhan seksual. Disini menunjukan bahwa game yang sifatnya konkrit belum dapat dimainkan oleh anak di bawah 15 tahun karena anak pada usia tersebut belum dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan.

e. Ada klasifikasi terhadap kelompok usia pengguna terutama terhadap anak yakni:

3+ sudah siap dalam permainan pre operasional;

7+ dapat berpikir lebih konkrit;

11+ sudah mampu berpikir realita;

15+ sudah mampu berpikir formal;

18+ sudah mampu untuk berpikir formal dan kompleks.

f. Pasal 5 lebih baik tidak dihapuskan karena hanya perlu diubah dari sisi kalimatnya.

6. Asosiasi Game Indonesia menyampaikan bahwa Sistem Rating ini penting untuk konsumen industri game, konsumen masih sangat awam dengan rating game karena rating secara internasional belum tentu cocok dengan budaya dan adat di Indonesia.

7. Dr. Roberio (praktisi hukum):

a. Setelah uji publik harus ada kemajuan dalam pertemuan yang sekarang;

b. KPAI masih berkutat pada persoalan prinsipil yakni pada pasal 5 karena seolah-olah pasal 5 ini melegalkan konten kekerasan dan ilegal.

c. Persoalan pasal 6 tinggal didiskusikan mana yang akan diambil

d. KPAI hanya memahami dari prinsip bahwa klasifikasi umur adalah terhadap anak.

e. Dari pasal 13, kalau dari penyusunan norma tidak ditemukan artinya maka gunakan saja istilah yang ada.

f. Pasal 7 sampai dengan Pasal 12 harus dikritisi karena inti materi muatan dari RPM ini berada pada pasal ini.

g. Pasal 5 dapat diusulkan untuk dihapuskan karena dari sisi legal drafting dapat dimasukkan ke dalam pasal 4 ayat 2.

h. Materi Muatan dari RPM Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik pada intinya ada pada pasal 7 sampai 12, oleh karena itu perlu untuk dilihat isi pasal secara keseluruhan bukan hanya sepotong-sepotong.

i. KPAI perlu untuk memperhatikan ketika mengkritisi maka perlu untuk tidak seperti LSM dalam mengkritisi karena KPAI dibentuk oleh UU.

8. KPAI menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

a. Konsiderans, perlu dipastikan untuk dimasukkan UU Perlindungan Anak;

(11)

b. Usia,tidak sepakat adanya klasifikasi usia karena klasifikasi usia hanya ada dua yakni di bawah dan di atas 18 tahun; adapun untuk usia anak dapat masuk ke dalam usia yang berada di bawah 18 tahun.

c. Terkait dengan ratingg game, jika diserahkan ke pasar, maka anak tidak dapat memilah dan memilih game karena rating game diserahkan ke developer. Lebih baik dalam pemberian rating diserahkan secara keseluruhan ke dalam negeri atau ke luar negeri secara keseluruhan.

d. KPAI memilih untuk dissenting opinion karena berbeda pendapat dengan RPM ini dan akan menyampaikan isi rapat kepada pimpinan yang ada di KPAI.

9. Pak Yamin perwakilan Nawala menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

a. Perlu juga diterima ada usia tumbuh kembang anak sehingga tidak bisa diklasifikasikan umur hanya berdasarkan di bawah dan di atas 18 tahun.

b. Kalau bicara rating yang dipakai sebagai klasifikasi permainan interaktif elektronik maka usia yang dipakai adalah usia anak.

c. Untuk menjelaskan tentang konten pornografi maka cukup memakai kata pornografi karena sudah ada Undang-Undang Pornografi.

10. Pasal 13 ayat 3 ditambahkan huruf j:

“batas waktu penggunaan game sesuai usia”

11. Pasal 7 ayat 3 Huruf k: produk permainan PIE dapat memiliki fasilitas transaksi keuangan tetapi tidak menyimpan data pribadi pengguna. Dan selanjutnya kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf k melalui orang tua.

12. Pasal 12 perlu memasukkan pornografi

13. Pasal 8 huruf c, tidak mengandung unsur kekerasan sama sekali.

14. Komposisi, termasuk peringatan 15. Pasal 8 ayat 2 dicoret,

16. Pasal 7 huruf k, Prosuk permainan interaktif elektronik dapamemiliki dfasilitas transaksi keuangan tetapi:

1. Tidak menyimpan data pribadi

2. Transaksi hanya dapat dilakukan oleh orang tua 17. Pasal 8 ayat 3, disertai bimbingan orang tua

18. Pasal 9 ayat 1 huruf a diusulkan untuk ditambahkan tidak memperlihatkan kecuali untuk tujuan edukasi dan juga ditambahkan tulisan atau gambar serta merek.

19.

(12)

D. KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

Pembahasan atas hasil uji publik Rancangan Peraturan Menteri tentang Perangkat Lunak Sistem Elektronik akan dilanjutkan untuk dibahas kembali dengan menjawab dan menanggapi pertanyaan dan masukan dari stakeholder.

Jakarta, 08 Oktober 2015

Pembuat Risalah, Mengetahui

1. Ibrahim Jamal, Kabag PUU, Biro Hukum:

2. Hanifan Niffari, Staf PUU:

Ibrahim Jamal

Kabag PUU, Biro Hukum

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pedoman Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan