• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEAP MANUAL PENYUSUNAN DATA BACKGROUND STUDY RPJMN TAHUN LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING SYSTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEAP MANUAL PENYUSUNAN DATA BACKGROUND STUDY RPJMN TAHUN LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING SYSTEM"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LEAP

LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING SYSTEM

MANUAL PENYUSUNAN DATA

BACKGROUND STUDY RPJMN TAHUN 2015 - 2019

Direktorat Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi ... 1

Daftar Tabel ... 2

1. Data dan Pengolahan Data ... 4

1.1. Sumber data ... 4

1.2. Template Data Yang Digunakan ... 4

2. Data Sosial Ekonomi ... 6

2.1. Data Penduduk ... 6

2.2. Data Ekonomi ...10

2.3. Data Transportasi ...13

3. Data Pemakaian Energi ...15

3.1. Data Aktivitas ...16

3.2. Data Intensitas ...17

3.3. Data Pemasokan Energi dalam SBM ...20

3.4. Data Pemakaian (Balance Sheet) ...22

4. Data Penyediaan Energi ...29

4.1. Data minyak bumi dan kilang minyak ...29

4.2. Data Penyediaan Gas Bumi ...30

4.3. Data Sumberdaya, Cadangan dan Produksi Batubara...30

4.4. Data Potensi dan Pemanfaatan Tenaga Air ...31

4.5. Data Potensi dan Pemanfaatan Tenaga Panas Bumi ...31

4.6. Data Kelistrikan ...32

4.7. Data Energi Terbarukan Lainnya ...32

4.8. Rencana Pembangkitan ...34

(3)

2

Daftar Tabel

Tabel 1 Tabel Sumber Data Kependudukan ... 6

Tabel 2Contoh Data Kependudukan: Jawa Barat ... 6

Tabel 3 Contoh Tabel Pertumbuhan Penduduk: Jawa Barat ... 7

Tabel 4 Contoh Ukuran Rumah Tangga: Jawa Barat ... 8

Tabel 5 Tabel Rekapitulasi Susenas ... 9

Tabel 6 Jumlah penduduk, persentasi penduduk dan intensitas energi sektor rumah tangga ... 9

Tabel 7 Sumber Data Ekonomi ...10

Tabel 8 Contoh Data PDRB per Wilayah: Jawa Barat ...10

Tabel 9 Contoh Angka PDRB Per Jenis Kegiatan: Jawa Barat ...11

Tabel 10 Contoh Pertumbuhan PDRB dan Inflasi: Jawa Barat ...12

Tabel 11 Contoh Nilai Tambah Sektor Industri: Jawa Barat ...12

Tabel 12 Contoh Nilai tambah Sektor Komersial: Jawa Barat ...12

Tabel 13 Contoh Nilai Tambah Sektor Lainnya: Jawa Barat ...13

Tabel 14 Sumber Data Sektor Transportasi ...13

Tabel 15 Jumlah Kendaraan Angkutan Darat dan Nilai Tambah Angkutan Udara, Laut dan Penyeberangan: Jawa Barat ...14

Tabel 16 Data Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Angkutan Darat dan Pertumbuhan Nilai Tambah Sektor Angkutan Udara, Laut dan Penyeberangan: Jawa Barat ...14

Tabel 17 Contoh Perhitungan Elastisitas: Jawa Barat ...14

Tabel 18 Data Aktivitas dan Intensitas Energi untuk Tiap Sektor...15

Tabel 19 Contoh Data Aktivitas Sektor Rumah Tangga, Industri, Komersial, Transportasi dan Sektor Lainnya: Jawa Barat ...16

Tabel 20 Tabel Intensitas Awal Sektor Rumah Tangga (SBM/kapita): Jawa Barat ...17

Tabel 21 Tabel Intensitas Awal Sektor Komersial (SBM/juta Rupiah): Jawa Barat ...18

Tabel 22 Hasil pengolahan raw data Survei Industri: Jawa Barat ...18

Tabel 23 Intensitas Awal Sektor Industri (SBM/juta Rupiah): Jawa Barat ...19

Tabel 24 Intensitas Awal Sektor Transportasi: Jawa Barat ...19

Tabel 25 Konversi Penjualan BBM Pertamina ke SBM: Jawa Barat ...20

Tabel 26 Konversi Penjualan Listrik PLN ke SBM: Jawa Barat ...21

Tabel 27 Konversi Penjualan LPG Pertamina ke SBM: Jawa Barat ...21

Tabel 28 Konversi Penjualan Gas Bumi ke SBM: Jawa Barat ...22

Tabel 29 Demand Sektor Rumah Tangga dalam SBM ...22

Tabel 30 Demand Sektor Komersial dalam SBM ...23

Tabel 31 Demand Sektor Industri dalam SBM ...23

Tabel 32 Demand Sektor Transportasi dalam SBM ...23

Tabel 33 Demand Sektor Lainnya dalam SBM...24

Tabel 34 Balance Sheet Demand dan Pemasokan: Jawa Barat ...24

Tabel 35 Hasil Goalseek Intensitas Sektor Rumah Tangga: Jawa Barat ...25

Tabel 36 Intensitas Akhir Sektor Rumah Tangga ...25

Tabel 37 Hasil Goal Seek Intensitas Sektor Komersial: Jawa Barat ...26

Tabel 38 Intensitas Akhir Sektor Komersial ...26

Tabel 39 Hasil Goal Seek Intensitas Sektor Industri: Jawa Barat ...26

Tabel 40 Intensitas Akhir Sektor Industri ...27

(4)

3

Tabel 41 Hasil Goal Seek Intensitas Energi Sektor Transportasi: Jawa Barat ...27

Tabel 42 Intensitas Energi Akhir Sektor Transportasi ...27

Tabel 43 Hasil Goal Seek Intensitas Energi Sektor Lainnya: Jawa Barat ...27

Tabel 44 Intensitas Akhir Sektor Lainnya ...28

Tabel 45 Balance Sheet Demand dan Pemasokan: Jawa Barat ...28

Tabel 46 Template Excel untuk data minyak bumi dan kilang ...29

Tabel 47 Template Data Gas Bumi ...30

Tabel 48 Template Data Batubara ...30

Tabel 49 Template Data Tenaga Air ...31

Tabel 50 Template data panas bumi ...31

Tabel 51 Template data Kelistrikan ...32

Tabel 52 Template Data Biomassa ...32

Tabel 53 Template Data Biofuel ...33

Tabel 54 Template Data Tenaga Surya, Tenaga Angin dan Biogas...33

Tabel 55 Rencana Pembangkitan: Jawa Barat 2011 - 2020 menurut RUPTL ...34

Tabel 56 Tabel Rangkuman Rencana Pembangkitan Jawa Barat ...34

Tabel 57 Tabel Kumulatif Kapasitas Terpasang di Jawa Barat...35

(5)

4

1. Data dan Pengolahan Data 1.1. Sumber data

Untuk permodelan LEAP Background Study RPJMN Energi, data-data yang digunakan adalah sebagai berikut:

No Data Nasional Provinsi

1. Statistik Indonesia 2011

2. Provinsi dalam angka 2011

3. Handbook of Energy and Economics Statistics of Indonesia 2011

4. Statistik Ketenagalistrikan 2010

5. Statistik PLN 2010

6. Raw Data Susenas 2011

7. Raw Data Survei Industri 2011

8. Data garis kemiskinan BPS

9. PDRB Provinsi Indonesia menurut Lapangan Usaha 2008-2012

10. Data penjualan BBM & Gas Pertamina 2007 – 2011

11. Data penjualan gas PGN 2009 √*

12. RUPTL 2012 - 2021

13. Statistik EBTKE 2011 √**

*= Hanya tersedia untuk beberapa provinsi

**= Tidak semua data jenis EBT yang diturunkan hingga ke tingkat provinsi

Data yang dicontreng Nasional saja menunjukkan bahwa data tersebut menampilkan angka nasional saja dan tidak diturunkan untuk tingkat provinsi. Data yang dicontreng di kolom Provinsi menunjukkan bahwa data yang dimaksud menampilkan data provinsi. Adapun data yang dicontreng di kedua kolom menunjukkan bahwa data-data tersebut memuat data nasional yang di-disagregasi ke tingkat provinsi.

Sebelum melakukan ekstraksi data, ada beberapa data yang harus diolah terlebih dahulu agar bisa diekstraksi. Data-data yang dimaksud adalah Raw Data Susenas 2011 dan Raw Data Survei Industri 2011.

1.2. Template Data Yang Digunakan

Dalam permodelan LEAP untuk Background Study RPJMN Energi, terdapat tiga format data untuk masing-masing provinsi. Format data yang dimaksud adalah:

1. Data Sosial Ekonomi, meliputi:

Kependudukan: Jumlah dan kepadatan penduduk, ukuran rumah tangga, pengelompokan penduduk berdasarkan pendapatan.

PDRB: PDRB per jenis usaha, inflasi, pertumbuhan PDRB, Nilai tambah sektor industri, nilai tambah sektor komersial, nilai tambah sektor lainnya.

(6)

5

Transportasi: jumlah mobil, sepeda motor, bus dan truk, pendapatan angkutan udara, pendapatan angkutan laut dan penyeberangan, pertumbuhan jumlah kendaraan, pertumbuhan pendapatan angkutan udara dan laut, elastisitas masing-masing jenis kendaraan.

2. Data Pemakaian Energi

Penjualan BBM, listrik, gas bumi, LPG, briket batubara, dan jumlah pelanggan listrik

Data aktivitas tahun 2010.

Intensitas pemakaian energi di sektor rumah tangga, komersial, industri dan transportasi.

Balance sheet antara pemakaian energi dan suplai energi 3. Data Penyediaan Energi.

Sumber, cadangan , distribusi energi (minyak bumi, gas bumi, batu bara, tenaga air, panas bumi, biomassa, biofuel dan sumber energi lainnya).

Kelistrikan, meliputi kapasitas terpasang, daya mampu, produksi listrik, pemakaian bahan bakar, data gardu induk, dan gardu distribusi

Rencana ketenagalistrikan ke depan

(7)

6

2. Data Sosial Ekonomi 2.1. Data Penduduk

Tabel 1 Tabel Sumber Data Kependudukan

Penduduk

Data Sumber Data Pengolahan Data

Jumlah dan kepadatan

penduduk Provinsi dalam angka 2011 Jumlah penduduk Provinsi tahun 2010

Pertumbuhan jumlah

penduduk Provinsi dalam angka 2011

Ukuran rumah tangga Provinsi dalam angka 2011 Rata-rata jumlah anggota dalam setiap keluarga di Provinsi

Jumlah penduduk berdasarkan pendapatan

Raw Data Susenas 2011;

Data garis kemiskinan BPS 2010

Penduduk dibagi menjadi: di bawah garis kemiskinan, 40%

terbawah, menengah dan atas (20% teratas). Untuk memperoleh jumlah penduduk berdasarkan pendapatan, digunakan raw data Susenas 2011 untuk Provinsi. Langkah pengerjaannya:

1. Penduduk dipisahkan berdasarkan domisili: desa dan kota 2. Penduduk desa dan kota diurutkan berdasarkan besarnya pendapatan (kolom kapita)

3. Dengan merujuk pada garis kemiskinan dan jumlah query data yang masuk, pengelompokan penduduk yang masuk dalam kategori di bawah garis kemiskinan, 40% terbawah, menengah dan 20% teratas dapat dilakukan dan persentase masing-masing kelompok penduduk dapat diperoleh

4. Persentase yang diperoleh untuk masing-masing kelompok berdasarkan pendapatan dikalikan dengan jumlah penduduk total Provinsi.

Rasio Elektrifikasi per

jenis pendapatan Statistik Ketenagalistrikan Rasio elektrifikasi provinsi didistribusikan ke empat jenis pendapatan dengan metode trial and error.

Template data penduduk dalam Data Sosial Ekonomi adalah sebagai berikut:

Jumlah penduduk, jumlah rumah tangga (KK), Luas Wilayah (km2) dan kepadatan penduduk. Data data di bawah ini berasal dari Provinsi Dalam Angka

Tabel 2Contoh Data Kependudukan: Jawa Barat

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk

(jiwa)

Jumlah Rumah Tangga (KK)

Luas Wilayah (km2)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Kab Bogor 4,771,932 2,997.13 1,592

Kab Sukabumi 2,341,409 4,160.75 563

Kab Cianjur 2,171,281 3,594.65 604

Kab Bandung 3,178,543 1,756.65 1,809

Kab Garut 2,404,121 3,094.40 777

Kab Tasikmalaya 1,675,675 2,702.85 620

Kab Ciamis 1,532,504 2,740.76 559

Kab Kuningan 1,035,589 1,189.60 871

Kab Cirebon 2,067,196 1,071.05 1,930

Kab Majalengka 1,166,473 1,343.93 868

Kab Sumedang 1,093,602 1,560.49 701

Kab Indramayu 1,663,737 2,092.10 795

Kab Subang 1,465,157 2,164.48 677

Kab Purwakarta 852,521 989.89 861

Kab Karawang 2,127,791 1,914.16 1,112

Kab Bekasi 2,630,401 1,269.51 2,072

(8)

7

Kab Bandung Barat 1,510,284 1,335.60 1,131

Kota Bogor 950,334 111.73 8,506

Kota Sukabumi 298,681 48.96 6,101

Kota Bandung 2,394,873 168.23 14,236

Kota Cirebon 296,389 40.16 7,380

Kota Bekasi 2,334,871 213.58 10,932

Kota Depok 1,738,570 199.44 8,717

Kota Cimahi 541,177 41.20 13,135

Kota Tasikmalaya 635,464 184.38 3,446

Kota Banjar 175,157 130.86 1,339

Jumlah 43,053,732.00 11,573,793 37,116.54 1,160

Pertumbuhan Penduduk: data pertumbuhan penduduk bersumber dari Provinsi dalam Angka.

Beberapa provinsi menyajikan data pertumbuhan penduduk hingga tingkat kabupaten/kota, namun ada juga yang hanya mencantumkan pertumbuhan provinsi saja. Jika Provinsi dalam Angka hanya menampilkan data pertumbuhan provinsi saja, maka pertumbuhan penduduk untuk tiap kabupaten/kota dikosongkan saja, dan pertumbuhan provinsi diisi di kolom terbawah tabel.

Tabel 3 Contoh Tabel Pertumbuhan Penduduk: Jawa Barat

Kabupaten/Kota

Pertumbuhan Jumlah Penduduk (%/tahun)

1990-2000 2000-2010

Kab Bogor -0.63% 3.15%

Kab Sukabumi 1.16% 1.22%

Kab Cianjur 1.59% 1.11%

Kab Bandung -2.56% 2.57%

Kab Garut 1.61% 1.61%

Kab Tasikmalaya -1.92% 1.15%

Kab Ciamis -0.11% 0.47%

Kab Kuningan 0.99% 0.51%

Kab Cirebon 1.59% 0.69%

Kab Majalengka 0.84% 0.40%

Kab Sumedang 1.54% 1.23%

Kab Indramayu 0.94% 0.46%

Kab Subang 0.98% 0.98%

Kab Purwakarta 2.20% 2.01%

Kab Karawang 1.82% 1.77%

Kab Bekasi -2.29% 4.70%

Kab Bandung Barat 1.97%

Kota Bogor 10.70% 2.40%

Kota Sukabumi 7.72% 1.71%

Kota Bandung 0.37% 1.16%

Kota Cirebon 0.66% 0.86%

Kota Bekasi 3.48%

Kota Depok 4.32%

Kota Cimahi 2.06%

Kota Tasikmalaya 1.13%

Kota Banjar 1.14%

Total Propinsi 1.96% 1.90%

(9)

8

Ukuran Rumah Tangga. Angka ukuran rumah tangga di peroleh dari = Jumlah Penduduk/Jumlah KK.

Tabel 4 Contoh Ukuran Rumah Tangga: Jawa Barat

Kabupaten/Kota Jumlah Anggota Keluarga per KK (Jiwa/KK)

2008 2009 2010

Total Propinsi 3.72

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendapatan dan Rasio Elektrifikasi

Untuk menghitung jumlah penduduk berdasarkan pendapatan, digunakan raw data Susenas 2011 untuk masing-masing provinsi.

Gambar 1Contoh Tampilan Raw Data Susenas Per Provinsi: Jawa Barat

Raw Data Susenas seperti contoh di atas, selanjutnya diproses dengan langkah-langkah berikut:

1. Rumah Tangga dipisahkan berdasarkan Jenis Wilayah: 1. Kota dan 2. Desa.

2. Rumah tangga di masing masing kota dan desa diurutkan berdasarkan kapita (menggunakan fungsi SORT dalam MS. Excel).

3. Merujuk pada data garis kemiskinan BPS untuk garis kemiskinan desa dan garis kemiskinan kota. Rumah Tangga yang memiliki pendapatan (kolom kapita) di bawah garis kemiskinan, dikategorikan ke dalam rumah tangga miskin (Di bawah GK).

(10)

9 4. Dengan merujuk pada jumlah data yang masuk (query) di suatu provinsi, RT Menengah Bawah ditentukan dari 40% RT terbawah menurut urutan kapita hingga garis kemiskinan.

5. Rumah tangga kaya dihitung dari 20% rumah tangga dengan pendapatan per kapita ter tinggi.

6. Rumah tangga menengah atas diperoleh melalui batas antara rumah tangga kaya dan rumah tangga menengah bawah.

7. Setelah berhasil mengelompokkan keempat jenis rumah tangga, jumlah anggota RT, konsumsi minyak tanah, listrik, LPG, gas Bumi, batubara dan pendapatan dijumlahkan.

Sehingga diperoleh tabel dengan tampilan berikut:

Tabel 5 Tabel Rekapitulasi Susenas

Kota+ Desa Jumlah

Pend. Desa

Jumlah Pend. Kota

mitan (SBM/RT/th

n)

listrik (SBM/RT/th

n)

LPG (SBM/RT/th

n)

Gas Bumi (SBM/R

T/thn)

briket batubara (SBM/RT/th

n)

kapita

Di bawah Garis Kemiskinan

6,060

5,191

30.02

1,399.99

622.77

3.10

2.35

499,137,170

Menengah Bawah

18,139

7,310

99.15

5,751.93

2,897.00

19.28

6.76

2,093,096,473

Menengah Atas

20,572

10,552

181.95

9,191.53

5,441.49

106.52

1.20

5,227,620,008

20% Teratas

9,155

4,588

74.12

7,351.09

3,078.47

176.90

0.04

6,423,882,440

8. Setelah merekapitulas jumlah penduduk dan komsumsi energi masing masing jenis Rumah Tangga, persentase penduduk berdasarkan pendapatan dapat dihitung. Selain itu, intensitas per kapita juga dapat dihitung dengan membagi jumlah konsumsi energi dengan jumlah penduduk.

Tabel 6 Jumlah penduduk, persentasi penduduk dan intensitas energi sektor rumah tangga

Kota+ Desa

Jumlah Penduduk

Total

Persentasi (%)

Intensitas Mitan (SBM/kapita)

Intensitas listrik (SBM/kapita)

Intensitas LPG (SBM/kapita)

Intensitas Gas Bumi (SBM/kapita)

Intensitas briket batubara (SBM/kapita)

Di bawah Garis Kemiskinan 11251 13.79% 0.002667883 0.124432843 0.055352696 0.000275496 0.000209058

Menengah Bawah 25449 31.20% 0.003896167 0.226017862 0.113835517 0.000757515 0.00026551

Menengah Atas 31124 38.16% 0.00584589 0.295319624 0.174832633 0.003422452 3.84731E-05

20% Teratas 13743 16.85% 0.005393015 0.534896761 0.224002892 0.012872299 3.11181E-06

Total 81567 100.00%

Setelah pengolahan data Susenas ini, data persentase penduduk dimasukkan ke dalam template data pendudukan:

(11)

10

Kelompok Pendapatan Kota Desa Jumlah Persentase Jumlah Penduduk Rasio Elektrifikasi

Di Bawah Garis Kemiskinan 6060 5191 11251 13.79% 5,938,646 53% 7.31%

40% Terbawah 18139 7310 25449 31.20% 13,432,815 64% 19.97%

Sedang 20572 10552 31124 38.16% 16,428,266 81% 30.91%

20% Teratas 9155 4588 13743 16.85% 7,254,005 95% 16.01%

53926 27641 81567 43,053,732 74.19%

Rasio Elektrifikasi: 74.19%

Selain itu, angka rasio elektrifikasi untuk masing masing kelompok penduduk diperkirakan dengan metode trial and error sehingga angka rasio elektrifikasi provinsi tersebut mendekati angka rasio elektrifikasi yang tercantum dalam Statistik Ketenagalistrikan.

2.2. Data Ekonomi

Tabel 7 Sumber Data Ekonomi

Ekonomi

Data Sumber Data Pengolahan Data

PDRB Per Wilayah Provinsi dalam angka 2011 Besaran PDRB constant price di setiap kabupaten di Provinsi PDRB Provinsi per jenis

kegiatan Provinsi dalam angka 2011

Besarnya PDRB constant price menurut jenis kegiatan di Provinsi.

Jenis kegiatan meliputi: Pertanian, pertambangan, sarana umum, industri manufaktur, jasa konstruksi, jasa komersial, transportasi, jasa keuangan dan jasa sosial.

Pertumbuhan PDRB dan

Inflasi Provinsi dalam angka 2011

Pertumbuhan PDRB diperoleh dari selisih PDRB tahun tertentu dan tahun sebelumnya, yang dibandingkan dengan PDRB tahun sebelumnya (dalam persen)

Nilai tambah sektor industri

Raw Data Survei Industri;

Provinsi Dalam Angka 2011.

Nilai tambah sektor industri memasukkan nilai tambah dari masing- masing sub-sektor industri di suatu tahun tertentu di sebuah provinsi (PDRB constant price). Adapun sub-sektor industri yang dimaksud adalah: makanan, tekstil, kayu, kertas, kimia, non-logam, logam, permesinan dan industri lainnya.

Nilai tambah sektor komersial

Provinsi dalam angka 2011;

PDRB Provinsi Menurut Lapangan Usaha 2008 - 2012

Nilai tambah sektor komersial memasukkan besarnya nilai tambah dari sub-sektor jasa keuangan, jasa sosial dan jasa komersial pada tahun 2010 (PDRB constant price).

Nilai tambah sektor lainnya

Provinsi dalam angka 2011;

PDRB Provinsi Menurut Lapangan Usaha 2008 - 2012

Nilai tambah sektor lainnya memasukkan nilai tambah dari sub- sektor pertanian, pertambangan dan konstruksi pada tahun 2010 (PDRB constant price).

Data PDRB per wilayah. Data PDRB per wilayah dapat diperoleh dari Provinsi Dalam Angka 2011.

Tabel 8 Contoh Data PDRB per Wilayah: Jawa Barat

Kabupaten/Kota PDRB

(milyar Rp)

PDRB/Kapita (juta Rp/kap/thn)

Kab Bogor 32,526.450 6.816

Kab Sukabumi 8,637.543 3.689

Kab Cianjur 8,291.487 3.819

Kab Bandung 21,766.629 6.848

Kab Garut 11,128.722 4.629

Kab Tasikmalaya 5,517.024 3.292

Kab Ciamis 7,429.857 4.848

Kab Kuningan 3,967.091 3.831

(12)

11

Kab Cirebon 8,150.325 3.943

Kab Majalengka 4,429.271 3.797

Kab Sumedang 5,608.739 5.129

Kab Indramayu 14,137.225 8.497

Kab Subang 7,400.358 5.051

Kab Purwakarta 7,258.981 8.515

Kab Karawang 21,455.688 10.084

Kab Bekasi 54,988.053 20.905

Kab Bandung Barat 8,130.392 5.383

Kota Bogor 4,782.307 5.032

Kota Sukabumi 1,920.727 6.431

Kota Bandung 31,697.282 13.235

Kota Cirebon 5,246.863 17.703

Kota Bekasi 15,476.101 6.628

Kota Depok 6,519.326 3.750

Kota Cimahi 6,509.313 12.028

Kota Tasikmalaya 3,878.723 6.104

Kota Banjar 749.848 4.281

Total Propinsi 307,604.325 7.145

Data PDRB per jenis Kegiatan. Data PDRB per jenis kegiatan dapat didapatkan dari Provinsi Dalam Angka 2011 atau PDRB Provinsi Menurut Lapangan Usaha 2008 – 2011. Angka PDRB per jenis kegiatan dinyatakan dalam juta Rupiah. PDRB umumnya disajikan dalam dua nilai yakni harga saat ini (current price) dan harga konstan (constant price). Untuk kegiatan ini, angka PDRB yang

dimasukkan adalah harga konstan.

Tabel 9 Contoh Angka PDRB Per Jenis Kegiatan: Jawa Barat

Jenis Kegiatan PDRB (Harga Konstan 2011) Juta Rupiah

2006 2007 2008 2009 2010

Pertanian 37,139,985 41,722,076 42,137,486

Pertambangan 6,850,433 7,424,424 7,464,691

Industri Manufaktur 133,756,556 131,432,865 135,246,774

Sarana Umum (Utilitas) 5,985,767 6,839,237 7,315,960

Jasa Konstruksi 9,730,820 10,299,411 11,810,047

Jasa Komersial 56,937,923 62,701,714 70,083,413

Transportasi 12,233,940 13,209,254 15,352,858

Jasa Keuangan 7,750,384 8,307,130 9,216,323

Jasa Sosial 4,483,556 4,902,124 6,136,535

Total 274,869,364 286,838,235 304,764,087

Data Pertumbuhan PDRB dan Inflasi. Pertumbuhan PDRB dihitung dengan membandingkan kenaikan PDRB dengan PDRB tahun sebelumnya. Angka Inflasi terdapat dalam Provinsi Dalam Angka. Biasanya angka inflasi tidak merujuk pada angka inflasi provinsi, melainkan angka inflasi beberapa kota dalam sebuah provinsi. Jika angka inflasi bersumber dari beberapa kota, maka angka inflasi tersebut dirata-ratakan.

(13)

12

Tabel 10 Contoh Pertumbuhan PDRB dan Inflasi: Jawa Barat

2006 2007 2008 2009 2010

Pertumbuhan PDRB 4.35% 6.25%

Inflasi 6.38%

Data Nilai Tambah Sektor Industri, meliputi data harga konstan pendapatan sektor industri yang terbagi dalam industri makanan, tekstil, kayu, kertas, non-logam, logam, kimia, permesinan dan industri lainnya. Nilai PDRB masing masing sub-sektor industri dapat diperoleh dari Provinsi Dalam Angka atau Survei Industri. Tidak semua Provinsi dalam Angka memberikan rincian PDRB untuk sektor industri. Jika Provinsi dalam Angka tidak mencantumkan rincian PDRB sektor industri, maka hasil pengolahan raw data Sektor Industri dapat digunakan. Persentase masing-masing sub-sektor dalam survei industri dapat digunakan untuk memperoleh angka PDRB sub-sektor Industri.

Tabel 11 Contoh Nilai Tambah Sektor Industri: Jawa Barat

Subsektor Nilai Tambah (Harga Konstan 2010)

2006 2007 2008 2009 2010 %PDRB

Makanan 13,802,269 14,593,464 14,388,196 10.81%

Tekstil 27,420,706 26,301,087 24,469,503 18.39%

Kayu 1,589,552 1,818,574 1,594,762 1.20%

Kertas 2,715,706 2,856,221 3,454,332 2.60%

Kimia 11,561,363 11,666,430 10,411,861 7.82%

Non Logam 2,267,875 2,320,724 2,467,820 1.85%

Logam 627,486 632,738 604,280 0.45%

Permesinan 68,845,126 65,985,509 73,226,100 55.03%

Lain-lain 2,726,795 2,994,700 2,456,116 1.85%

Total 131,556,878 129,169,447 133,072,970

Nilai tambah sektor komersial, terdiri dari nilai PDRB harga konstan jasa keuangan, jasa komersial dan jasa hiburan. Angka ini dapat diperoleh dari Provinsi dalam Angka atau PDRB Provinsi Menurut Lapangan Usaha 2008 – 2011.

Tabel 12 Contoh Nilai tambah Sektor Komersial: Jawa Barat

Subsektor Nilai Tambah (Harga Konstan 2011)

2006 2007 2008 2009 2010

Jasa Keuangan 7,750,384 8,307,130 9,216,323

Jasa Komersial 56,937,923 62,701,714 70,083,413

Jasa Sosial 4,483,556 4,902,124 6,136,535

Total 69,171,863 75,910,968 85,436,271

Nilai tambah sektor lainnya, terdiri dari nilai PDRB harga konstan untuk sektor pertanian, pertambangan dan jasa konstruksi. Angka ini dapat diperoleh dari Provinsi Dalam Angka atau PDRB Provinsi Menurut Lapangan Usaha 2008-2011.

(14)

13

Tabel 13 Contoh Nilai Tambah Sektor Lainnya: Jawa Barat

Subsektor Nilai Tambah (Harga Konstan 2011)

2006 2007 2008 2009 2010

Pertanian 37,139,985 41,722,076 42,137,486

Pertambangan 6,850,433 7,424,424 7,464,691

Jasa Konstruksi 9,730,820 10,299,411 11,810,047

Total 53,721,238 59,445,911 61,412,224

2.3. Data Transportasi

Tabel 14 Sumber Data Sektor Transportasi

Transportasi

Data Sumber Data Pengolahan Data

Jumlah Mobil Statistik Indonesia Jumlah mobil tahun 2008, 2009, 2010

Jumlah sepeda motor Statistik Indonesia Jumlah sepeda motor tahun 2008, 2009, 2010

jumlah bus Statistik Indonesia Jumlah bus tahun 2008, 2009, 2010

jumlah truk Statistik Indonesia Jumlah truk tahun 2008, 2009, 2010

Nilai tambah sektor angkutan laut dan penyeberangan

PDRB Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2008-2012

Nilai tambah sektor angkutan sungai, penyeberangan dan angkutan laut (dalam juta Rupiah) dalam PDRB provinsi Banten tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011

Nilai tambah sektor angkutan udara

PDRB Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2008-2012

Nilai tambah sektor angkutan udara (dalam juta Rupiah) dalam PDRB provinsi Banten tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 Elastisitas mobil Pertumbuhan jumlah mobil

dan pertumbuhan PDRB

Perbandingan antara pertumbuhan mobil (dalam persen) dengan pertumbuhan PDRB (dalam persen)

Elastisitas sepeda motor

Pertumbuhan jumlah sepeda motor dan pertumbuhan PDRB

Perbandingan antara pertumbuhan jumlah sepeda motor (dalam persen) dengan pertumbuhan PDRB (dalam persen)

Elastisitas bus Pertumbuhan jumlah bus dan pertumbuhan PDRB

Perbandingan antara pertumbuhan jumlah bus (dalam persen) dengan pertumbuhan PDRB (dalam persen)

Elastisitas truk Pertumbuhan jumlah truk dan pertumbuhan PDRB

Perbandingan antara pertumbuhan jumlah truk (dalam persen) dengan pertumbuhan PDRB (dalam persen)

Elastisias angkutan laut dan penyeberangan

Pertumbuhan nilai tambah sektor angkutan laut dan penyeberangan dan pertumbuhan PDRB

Perbandingan antara pertumbuhan nilai tambah angkutan sungai, penyeberangan dan angkutan laut (dalam persen) dengan pertumbuhan PDRB (dalam persen)

Elastisitas angkutan udara

Pertumbuhan nilai tambah sektor angkutan udara dan pertumbuhan PDRB

Perbandingan antara pertumbuhan nilai tambah angkutan udara (dalam persen) dengan pertumbuhan PDRB (dalam persen)

Jumlah kendaraan dan nilai tambah sektor transportasi. Untuk transportasi darat, data jumlah mobil, sepeda motor, bus dan truk bersumber dari Statistik Indonesia 2011. Data kereta api (vehicle-km) diperoleh dari perhitungan panjang perjalanan kereta api tahun 2004. Angkutan udara, laut dan penyeberangan dalam studi ini dihitung dengan nilai PDRB yang diperoleh dari PDRB Provinsi di Indonesia menurut Lapangan Usaha 2008 – 2012.

(15)

14

Tabel 15 Jumlah Kendaraan Angkutan Darat dan Nilai Tambah Angkutan Udara, Laut dan Penyeberangan: Jawa Barat

Jenis Moda 2006 2007 2008 2009 2010

Mobil penumpang (unit) 507,552 526,508 548,641

Sepeda Motor (unit) 2,126,612 2,378,188 2,615,527

Bus (unit) 162,705 171,000 177,578

Truk (unit) 451,495 451,987 469,412

Kereta Api (1000 km) 10,825,409

Angkutan Penyeberangan (juta rupiah) 824 938 706

Kapal laut (juta rupiah) 104,066 66,830 67,526

Kapal Terbang (juta rupiah ) 596,314 664,652 1,118,547

Angkutan Laut dan Penyeberangan (juta

Rupiah) 104,890.00 67,768.00 68,232.00

Pertumbuhan jumlah kendaraan dan nilai tambah, dihitung dengan membanding kenaikan/penurunan jumlah kendaraan dengan jumlah kendaraan/nilai tambah tahun sebelumnya.

Tabel 16 Data Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Angkutan Darat dan Pertumbuhan Nilai Tambah Sektor Angkutan Udara, Laut dan Penyeberangan: Jawa Barat

Pertumbuhan 2006 2007 2008 2009 2010

PDRB 5.33% 5.83% 6.49%

Mobil penumpang (unit) 3.73% 4.20%

Bus (unit) 11.83% 9.98%

Truk (unit) 5.10% 3.85%

Sepeda Motor (unit) 0.11% 3.86%

Kereta Api (1000 km) 0.00%

Angkutan Penyeberangan (milyar Rp) 13.83% -24.73%

Kapal laut (milyar Rp) -35.78% 1.04%

Kapal Terbang (milyar Rp) 11.46% 68.29%

Laut dan Penyeberangan -35.39% 0.68%

Menghitung elastisitas tiap tiap moda kendaraan. Perhitungan elastisitas dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan sebuah moda transportasi dengan pertumbuhan PDRB.

Elastisitas kendaraan menggambarkan pertumbuhan kendaraanm relatif terhadap pertumbuhan PDRB.

Tabel 17 Contoh Perhitungan Elastisitas: Jawa Barat

Elastisitas 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-2

Mobil penumpang (unit) - 0.64 0.65 0.64 Bus (unit) - 2.03 1.54 1.78 Truk (unit) - 0.87 0.59 0.73 Sepeda Motor (unit) - 0.02 0.59 0.31 Kereta Api (1000 km) - 1.00 1.00 1.00 Angkutan Penyeberangan (milyar Rp) 2.37 (3.81) (0.72) Kapal laut (milyar Rp) (6.14) 0.16 (2.99) Kapal Terbang (milyar Rp) 1.97 10.52 6.24 Laut dan Penyeberangan (6.07) 0.11 (2.98)

(16)

15

3. Data Pemakaian Energi

Data Pemakaian Energi mencakup perhitungan pemakaian energi di sektor rumah tangga, industri, komersial, transportasi dan sektor lainnya. Perhitungan pemakaian energi di setiap sektor diverifikasi dengan data pasokan energi (BBM, listrik, dan gas) di setiap provinsi.

Dalam perhitungan LEAP Nasional, perhitungan kebutuhan energi (demand) final sektor rumah tangga, industri, transportasi dan non-energi, menggunakan persamaan sederhana

Demand = Data Aktivitas x Intensitas

Tabel 18 Data Aktivitas dan Intensitas Energi untuk Tiap Sektor

Sektor Data Aktivitas Intensitas Energi

RumahTangga Jumlah penduduk dan pembagian penduduk berdasarkan pendapatan

Raw Data Susenas 2011 gabungan semua propinsi dan Goal seek Industri Nilai Tambah Sektor Industri pada tahun dasar Survei Industri (gabungan semua

propinsi) dan Goal Seek Komersial Nilai tambah sektor komersial tahun dasar Guest, Estimate dan Goal seek Transportasi Jumlah kendaraan tiap moda angkutan darat pada

tahun dasar; Nilai tambah angkutan udara, laut dan penyeberangan pada tahun dasar

Guest, Estimate dan Goal seek

Lainnya Nilai tambah sektor lainnya pada tahun dasar Guest, Estimate dan Goal seek

Dengan merujuk pada tabel di atas, nampak bahwa demand energi di setiap sektor dapat dihitung jika semua data di atas tersedia. Idealnya, diperlukan survei untuk mengetahui intensitas energi di setiap sektor.Sayangnya tidak semua sektor memiliki survei yang dimaksud untuk mengetahui besarnya intensitas energi di sektor. Tersebut. Oleh karena itu, beberapa pendekatan dilakukan untuk memperoleh perkiraan intensitas di setiap sektor.

Untuk sektor rumah tangga, intensitas dihitung berdasarkan hasil pengolahan raw data Susenas untuk masing-masing provinsi. Intensitas sektor industri menggunakan hasil pengolahan raw data Survei Industri. Adapun sektor komersial, sektor transportasi dan sektor lainnya, besaran intensitas ditentukan dengan guess and estimate (expert judgement). Intensitas hasil survei dan intensitas hasil guess and estimate ini selanjutnya divalidasi dengan menggunakan data penjualan energi di setiap provinsi. Jika terdapat selisih antara hasil perhitungan demand energi dengan data penjualan energi di provinsi, maka dilakukan penyesuaian intensitas sehingga nilai demand energi sama dengan jumlah penjualan energi di wilayah tersebut. Penyesuaian intensitas ini disebut Goal seek.

(17)

16

Gambar 2 Alur perhitungan intensitas

3.1. Data Aktivitas

Data aktivitas diperoleh untuk data pemakaian energi bersumber dari Template Sosial Ekonomi. Data aktivitas mengambil data-data tahun dasar (2010) sektor rumah tangga, industri, komersial,

transportasi dan sektor lainnya.

Tabel 19 Contoh Data Aktivitas Sektor Rumah Tangga, Industri, Komersial, Transportasi dan Sektor Lainnya: Jawa Barat

Penduduk Juta Rupiah

Kelompok Pendapatan 2010 Rasio Elektrifikasi

Di Bawah Garis Kemiskinan 5,938,646 50%

Garis Kemiskinan s/d 40% 13,432,815 54%

40% s/d 80% 16,428,266 79%

20% Teratas 7,254,005 100%

43,053,732

Industri Juta Rupiah

2010 Persentase

Makanan 14,388,196 10.81%

Tekstil 24,469,503 18.39%

Kayu 1,594,762 1.20%

Kertas 3,454,332 2.60%

Kimia 10,411,861 7.82%

Non Logam 2,467,820 1.85%

Logam 604,280 0.45%

Permesinan 73,226,100 55.03%

Lain-lain 2,456,116 1.85%

Total 133,072,970.00 100%

Komersial Juta Rupiah

2010 Persentase

Jasa Komersial 70,083,413 82.03%

Jasa Keuangan 9,216,323.00 10.79%

Jasa Sosial 6,136,535.0 7.18%

Total 85,436,271.00 100.00%

(18)

17

Lainnya Juta Rupiah

2010 Persentase

Pertanian 42,137,486.00 68.61%

Pertambangan 7,464,691.00 12.16%

Konstruksi 11,810,047.00 19.23%

61,412,224.00 100.00%

Transportasi

Jenis Moda 2010

Mobil penumpang (unit) 548,641

Sepeda Motor (unit) 2,615,527

Bus (unit) 177,578

Truk (unit) 469,412

Kereta Api (1000 km)

Angkutan Penyeberangan (milyar Rp) 706

Kapal laut (milyar Rp) 67,526

Kapal Terbang (milyar Rp) 1,118,547

Kapal laut dan penyeberangan 68,232

3.2. Data Intensitas

Data intensitas menunjukkan besarnya intensitas penggunaan energi di setiap sektor. Intensitas energi dinyatakan dalam satuan Setara Barel Minyak (SBM) per unit.

Intensitas Sektor Rumah Tangga

Intensitas sektor rumah tangga diperoleh dari pengolahan data Susenas yang diolah bersama dengan pembagian penduduk berdasarkan pendapatan (Lihat Tabel 6)

Tabel 20 Tabel Intensitas Awal Sektor Rumah Tangga (SBM/kapita): Jawa Barat

Pengali 1 1 1 1

Kelompok Pendapatan

Minyak

Tanah Listrik LPG Gas Bumi Arang

Miskin 0.0027 0.1244 0.0554 0.0002 0.0002 Menengah Bawah 0.0039 0.2260 0.1138 0.0007 0.0003 Menengah Atas 0.0058 0.2953 0.1748 0.0034 0.0000 Kaya 0.0054 0.5349 0.2240 0.0129 0.0000

Tabel di atas menunjukkan besarnya intensitas energi dalam SBM/kapita di setiap jenis rumah tangga. Tanda pengali di bagian atas tabel menunjukkan bahwa intensitas ini merupakan intensitas awal sebelum disesuaikan dengan data penjualan energi. Angka pengali dan intensitas akan berubah jika terdapat perbedaan antara kebutuhan energi dengan penjualan energi yang terjadi di daerah yang dihitung.

Intensitas Sektor Komersial

Intensitas komersial berikut ini merupakan hasil guest and estimate (expert judgement) tim LEAP.

(19)

18

Tabel 21 Tabel Intensitas Awal Sektor Komersial (SBM/juta Rupiah): Jawa Barat

b. Sektor Komersial

Sub-sektor Minyak Solar Minyak Tanah Listrik LPG Gas Bumi Briket

Batubara

Pengali 1 1 1 1 1 1

Jasa Komersial 0.005 0.0010 0.010 0.001 0.0005

Jasa Keuangan 0.000 0.003 0.000

Jasa Sosial 0.005 0.010 0.008 0.001 0.0001

Tabel di atas menunjukkan besarnya intensitas energi dalam SBM/juta Rupiah di setiap sub-sektor komersial. Tanda pengali di bagian atas tabel menunjukkan bahwa intensitas ini merupakan intensitas awal sebelum disesuaikan dengan data penjualan energi. Angka pengali dan intensitas akan berubah jika terdapat perbedaan antara kebutuhan energi dengan penjualan energi yang terjadi di daerah yang dihitung.

Intensitas Sektor Industri

Intensitas sektor industri diperoleh dari hasil pengolahan raw data survei industri 2012. Hasil pengolahan survei industri untuk Provinsi Jawa Barat ditampilkan sebagai berikut:

Tabel 22 Hasil pengolahan raw data Survei Industri: Jawa Barat

Jenis Industri PREMIUM (SBM)

SOLAR (SBM)

MITAN (SBM)

BATUBARA (SBM)

GAS PGN (SBM)

LPG (SBM)

LISTRIK (SBM)

NILAI TAMBAH (juta IDR)

Makanan 51973.85 719288.8 15657.32 129552.3 69476.95 30718.95 158663.5 14353233

Tekstil 246297.8 1584880 30240.11 3131420 43496.25 20532.2 1609095 50518286

Kayu 2747.62 17755.99 317.2522 2769.382 0.504 180.2271 16634.83 1036406.4

Kertas 44388.24 169097 1647.017 438415.2 31924.77 5509.978 410599 20618184

Kimia 140968 821196.5 14823.1 2049554 113724.9 16178.95 694376.8 48844173

Non Logam 13294.68 251301.2 1289.103 133422.8 81366.02 5917.892 106480.3 14994893

Logam 84620.64 47847.69 382.9337 1265.203 12155.54 1518.095 79245.08 5085133.3

Permesinan 225285.6 688696.4 31780.35 9354.645 165904.5 63083.83 1727921 115647347 Lain-lain 4028.207 5909.975 477.6003 3452.064 231.0651 5921.486 10495.82 818133.3

Untuk memperoleh intensitas energi di masing masing jenis industri, maka data penggunaan energi di atas dibagi dengan nilai tambah, sehingga dihasilkan intensitas berikut dengan satuan SBM/juta Rupiah.

(20)

19

Tabel 23 Intensitas Awal Sektor Industri (SBM/juta Rupiah): Jawa Barat

Sektor Industri

Sub-sektor Minyak Solar Minyak Bakar Minyak

Tanah Listrik LPG Gas Bumi Batubara

Pengali 1 1 1 1 1 1 1

Makanan 0.0501 0.0050 0.0011 0.0111 0.0021 0.0048 0.0090 Tekstil 0.0314 0.0031 0.0006 0.0319 0.0004 0.0009 0.0620 Kayu 0.0171 0.0017 0.0003 0.0161 0.0002 0.0000 0.0027 Kertas 0.0082 0.0008 0.0001 0.0199 0.0003 0.0015 0.0213 Kimia 0.0168 0.0017 0.0003 0.0142 0.0003 0.0023 0.0420 Non Logam 0.0168 0.0017 0.0001 0.0071 0.0004 0.0054 0.0089 Logam 0.0094 0.0009 0.0001 0.0156 0.0003 0.0024 0.0002 Permesinan 0.0060 0.0006 0.0003 0.0149 0.0005 0.0014 0.0001 Lain-lain 0.0072 0.0007 0.0006 0.0128 0.0072 0.0003 0.0042

Tabel di atas menunjukkan besarnya intensitas energi dalam SBM/juta Rupiah di setiap sub-sektor Industri. Tanda pengali di bagian atas tabel menunjukkan bahwa intensitas ini merupakan intensitas awal sebelum disesuaikan dengan data penjualan energi. Angka pengali dan intensitas akan berubah jika terdapat perbedaan antara kebutuhan energi dengan penjualan energi yang terjadi di daerah yang dihitung.

Intensitas Sektor Transportasi

Intensitas sektor transportasi untuk angkutan darat (mobil, sepeda motor, bus dan truk) dinyatakan dalam SBM/unit kendaraan. Kereta api menggunakan intensitas SBM/km. Sedangkan, intensitas angkutan udara serta angkutan laut dan penyeberangan menggunakan intensitas SBM/juta rupiah. Satuan intensitas di sektor transportasi tidak seragam seperti sektor yang lainnya mengingat ketersediaan data yang ada untuk setiap moda transportasi. Berikut intensitas awal sektor transportasi.

Tabel 24 Intensitas Awal Sektor Transportasi: Jawa Barat

Sektor Transportasi

Subsektor Premium Minyak Solar Gas Bumi Minyak

Bakar Avtur Avgas Listrik Satuan

Pengali 1 1 1 1 1 1 1

Mobil penumpang (unit) 2.0000 0.5000 0.0025 SBM/unit Sepeda Motor (unit) 1.0000 - 0.0010 SBM/unit

Bus (unit) 1.0000 10.0000 0.0035 SBM/unit

Truk (unit) 1.0000 10.0000 SBM/unit

Kereta Api (km) 0.0168 0.003 SBM/km

Angk. Laut (juta Rp) 0.1729 0.077 SBM/juta Rp

Angk.udara (juta Rp) 0.05678 0.007 SBM/juta Rp

Nilai intensitas awal untuk mobil, sepeda motor, truk dan bus merupakan expert judgement yang nantinya akan disesuaikan dengan data penjualan energi sektor transportasi. Intensitas kereta api diperoleh dari studi intensitas kereta api. Intensitas angkutan laut diperoleh dengan membagi

Gambar

Gambar 1Contoh Tampilan Raw Data Susenas Per Provinsi: Jawa Barat
Tabel 6 Jumlah penduduk, persentasi penduduk dan intensitas energi sektor rumah tangga
Tabel 7 Sumber Data Ekonomi
Tabel 9 Contoh Angka PDRB Per Jenis Kegiatan: Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait