• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Subang Kabupaten Kuningan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Subang Kabupaten Kuningan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Subang Kabupaten Kuningan

Oleh : Yeyen Suryani dan Rosi Asriani Abstrak

Masalah dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X SMAN 1 Subang Kabupaten Kuningan belum optimal,hal ini terlihat dari nilai rata-rata ujian akhir sekolah semester ganjil dalam mata pelajaran IPS Ekonomi masih ada siswa yang nilainya di bawah KKM (70), keadaan tersebut menunjukkan hasil belajarnya rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan gain (pretes dan postes) pembelajaran antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan gain (pretes dan postes) pembelajaran antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan gain pembelajaran antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen yang dilakukan terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1 Subang Kabupaten Kuningan yang berjumlah 72 siswa, terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen dan 36 siswa pada kelas kontrol.

Instrumen penelitian menggunakan tes tertulis bentuk soal pilihan ganda sejumlah 20 butir soal. Selanjutnya dilakukan analisis instrumen dengan perhitungan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas soal. Setelah itu, dilakukan analisis data terhadap hasil pretes dan postes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, yaitu uji normalitas, homogenitas, uji-t, dan n-gain.

Hasil data pretes menunjukkan bahwa tidak adanya penbedaan kemampuan awal antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum pembelajaran. Sedangkan data postes menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun peningkatan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dari nilai gain kelas kontrol sebesar 0,43 dan kelas eksperimen sebesar 0,57. Dapat dilihat bahwa peningkatan gain jauh lebih tinggi pada kelas eksperimen, yaitu sebesar 0,14. Hal ini berarti terdapat perbedaan gain pembelajaran antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1) Dalam penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe time token, guru hendaknya memilih materi ajar yang bisa menimbulkan banyak permasalahan sehingga memicu siswa untuk berpendapat karena metode pembelajaran kooperatif tipe time token merupakan metode yang mengharuskan siswanya mengemukakan pendapat, sehingga jika diberikan materi yang dapat merangsang semangat siswa berpendapat pada akhirnya akan menambah pengetahuan siswa dan berdampak pada hasil belajar siswa.2) Guru dapat memilih berbagai media dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token. Kupon bicara dapat diganti dengan sesuatu yang lebih menarik lagi. Pemberian reward juga dapat disesuaikan. Dengan demikian siswa akan lebih semangat lagi dalam

(2)

mengikuti pembelajaran tersebut. 3) Dalam menerapkan suatu metode pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan kemampuan siswa, karena metode pembelajaran kooperatif tipe time token lebih mengutamakan peran aktif siswa dalam mengemukakan pendapat. Sehingga sebelum menggunakan metode ini sebaiknya siswa sudah memiliki pengetahuan terkait dengan materi yang akan disampaikan

1. Latar Belakang Masalah

Penilaian hasil belajar menurut BSNP memiliki dua standar pokok yang harus diperhatikan oleh satuan pendidikan, salah satunya adalah satuan pendidikan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada setiap mata pelajaran. KKM tersebut harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

Setiap lembaga pendidikan mengharapkan hasil belajar siswa dapat di atas KKM.

Tetapi, pada kenyataan hasil belajar siswa tidak sedikit yang dibawah KKM atau tidak mencapai KKM. Seperti halnya siswa-siswi kelas X di SMAN 1 Subang Kab. Kuningan masih ada siswa yang hasil belajarnya belum optimal, hal ini terlihat dari nilai ujian akhir semester ganjil dalam mata pelajaran IPS Ekonomi masih ada siswa yang nilainya di bawah KKM (70).

Tinggi rendahnya hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah faktor ekstern yang berkaitan dengan metode mengajar. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Dra.

Roestiyah. N.K. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 74) dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan siswa aktif membangun pengetahuannya perlu diterapkan pendekatan pembelajaran inovatif yang mendorong siswa berpikir mandiri. Salah satu pembelajaran yang inovatif tersebut adalah metode pembelajaran kooperatif tipe time token yaitu pembelajaran yang dalam pelaksanaannya ini melibatkan semua siswa, sehingga pikiran dan perhatian siswa akan tetap tertuju pada kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Atau dengan kata lain metode pembelajaran kooperatif tipe time token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Subang Kabupaten Kuningan”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional ?”

3. Kerangka Pemikiran

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang

(3)

ditetapkan. Hasil belajar siswa yang baik akan tercapai apabila terjadinya proses belajar mengajar yang bertujuan dan sistematis.

Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan tersebut maka dilakukan suatu pendekatan pembelajaran salah satunya adalah menggunakan metode dan teknik mengajar yang sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengharuskan siswa secara individu menemukan konsep-konsep atau informasi yang kompleks dan mengorganisasikannya dalam benaknya untuk jadi miliknya sendiri atau pemilikan konsep. Konsep keilmuan dibangun siswa dari berbagai hasil belajar siswa seperti hasil pengamatan, pendengaran, pengukuran, klasifikasi, kesimpulan, komunikasi, dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan.

Kebanyakan pengajar tidak menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok.

Metode pembelajaran kooperatif sebagai suatu metode pembelajaran dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif karena siswa berbagi tanggung jawab dengan siswa lainnya termasuk dengan guru untuk menciptakan keadaan belajar dan berusaha bersama memenuhi tugas pengembangan keterampilan serta penguasaan kompetensi yang sedang dipelajari. Siswa akan belajar lebih banyak melalui berbagi pengetahuan sesama siswa. Namun tanggung jawab individu merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk belajar dalam suatu kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda (heterogen).

Metode pembelajaran kooperatif tipe time token sangat cocok digunakan dalam diskusi, karena dapat memeratakan semua anggota kelompok untuk berperan serta dalam belajar kelompok. Pelaksanaan prosedur metode pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif dan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih bermakna terhadap suatu konsep.

4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

“peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional”.

5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen) dimana sampel penelitian tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan sampel apa adanya (Ruseffendi, 2006 : 2). Adapun desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent group pretes- posttest design atau kontrol group tidak menerima perlakuan

6. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Subang Kab. Kuningan, penulis melihat bahwa adanya masalah dalam hasil belajar siswa kelas X SMAN 1 Subang Kab. Kuningan. Setelah melakukan observasi dengan melihat nilai rata-rata nilai ujian akhir semester ganjil kelas X SMAN 1 Subang Kab. Kuningan sebelumnya antara ke enam kelas,penulis dengan menggunakan teknik sampling purposive (sampling pertimbangan) melakukan penentuan subyek dalam penelitian ini . Sampling purposive menurut Sugiyono (2010:68) adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

(4)

tertentu”. Sehingga dipilih kelas X-1 dengan jumlah siswa 36 sebagai kelas kontrol (pembanding) dengan metode pembelajaran konvensional dan kelas X-2 dengan jumlah siswa 36 sebagai kelas eksperimen yang dikenakan perlakuan (treatment) dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token.

7. Hasil Penelitian

a. Deskripsi Pretes Kelas Kontrol

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, skor pretes hasil belajar siswa kelas kontrol menyebar dari skor terendah 4 sampai skor tertinggi 12.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi

Hasil Belajar Siswa Pretes Kelas Kontrol Kelas Interval f Persentase

1 4 - 5 4 11

2 6 - 7 12 33

3 8 - 9 10 28

4 10 - 11 6 17

5 12 - 13 4 11

Jumlah 36 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa skor jawaban pretes kelas kontrol jika dikategorikan pada tabel skala penafsiran pretes hasil belajar siswa kelas kontrol berada pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3 Kategori Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Kriteria Kategori f Persentase

4 – 7 Rendah 16 44

8 – 11 Sedang 16 45

12 – 15 Tinggi 4 11

Jumlah 36 100

Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 45% data pretes siswa kategori rendah, 44% kategori sedang, dan sisanya 11%

kategori tinggi.

b. Deskripsi Pretes Kelas Eksperimen

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, skor pretes hasil belajar siswa kelas kontrol menyebar dari skor terendah 4 sampai skor tertinggi 12.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi

Hasil Belajar Siswa Pretes Kelas Eksperimen Kelas Interval f Persentase

1 4 – 5 4 12

(5)

2 6 – 7 12 33

3 8 – 9 8 22

4 10 - 11 9 25

5 12 - 13 3 8

Jumlah 36 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa skor jawaban pretes kelas eksperimen jika dikategorikan pada tabel skala penafsiran pretes hasil belajar siswa kelas kontrol berada pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5 Kategori Data Pretes

Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Kriteria Kategori f Persentase

4 – 7 Rendah 16 44

8 – 11 Sedang 16 45

12 – 15 Tinggi 4 11

Jumlah 36 100

Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan pada tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat 44% data pretes siswa kategori rendah, 45% kategori sedang, dan sisanya 11%

kategori tinggi.

Adapun rekapitulisasi data hasil uji coba pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sebagai berikut :

Tabel 6

Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen

Kelas N Skor

Total Xmin Xmax Rata-rata Standar deviasi

Kontrol 36 294 4 12 8,17 3,05

Eksperimen 36 296 4 12 8,22 3,19

Dari tabel 6 kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional dan kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token memiliki skor yang tidak jauh berbeda. Pada kelas kontrol dengan jumlah siswa 36 orang diperoleh skor total 294 dan rata-rata 8,17 dengan skor tertinggi 12 dan skor terendah 4. Sedangkan pada kelas eksperimen dengan jumlah siswa 36 orang diperoleh skor total 296 dan rata- rata 8,22 dengan skor tertinggi 12 dan skor terendah 4.

Data hasil pretes kelas konvensional dan kelas eksperimen dapat dilihat pada diagram berikut :

(6)

Gambar 1

Diagram skor rata-rata pretes kelas konvensional dan kelas eksperimen Dari gambar tersebut terlihat bahwa skor rata-rata pretes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak jauh berbeda.

c. Deskripsi Postes Kelas Kontrol

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, skor postes hasil belajar siswa kelas kontrol menyebar dari skor terendah 9 sampai skor tertinggi 18.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi

Hasil Belajar Siswa Postes Kelas Kontrol Kelas Interval f Persentase

1 9 – 10 6 17

2 11 – 12 12 33

3 13 – 14 8 22

4 15 – 16 4 11

5 17 - 18 6 17

Jumlah 36 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa skor jawaban pretes kelas kontrol jika dikategorikan pada tabel skala penafsiran pretes hasil belajar siswa kelas kontrol berada pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7 Kategori Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Kriteria Kategori f Persentase

9 – 12 Rendah 18 50

13 – 15 Sedang 13 36

8,14 8,16 8,18 8,2 8,22

Kontrol

Eksperimen 8,17

8,22

(7)

16 – 18 Tinggi 5 14

Jumlah 36 100

Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan pada tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 50% data postes siswa kategori rendah, 36% kategori sedang, dan sisanya 14%

kategori tinggi.

d. Deskripsi Postes Kelas Eksperimen

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, skor postes hasil belajar siswa kelas kontrol menyebar dari skor terendah 4 sampai skor tertinggi 12.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi

Hasil Belajar Siswa Postes Kelas Eksperimen Kelas Interval f Persentase

1 10– 11 4 11

2 12– 13 6 17

3 14– 15 13 36

4 16 – 17 5 14

5 18– 19 8 22

Jumlah 36 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa skor jawaban pretes kelas eksperimen jika dikategorikan pada tabel skala penafsiran postes hasil belajar siswa kelas eksperimen berada pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9 Kategori Data Postes

Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Kriteria Kategori f Persentase

10 – 13 Rendah 10 28

14 – 16 Sedang 18 50

17 – 19 Tinggi 8 22

Jumlah 36 100

Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan pada tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat 28% data postes siswa kategori rendah, 50% kategori sedang, dan sisanya 22%

kategori tinggi.

Adapun rekapitulisasi data hasil uji coba postes kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sebagai berikut :

(8)

Tabel 10

Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kelas n Skor

Total Xmin Xmaks Rata-rata Standar deviasi

Kontrol 36 478 9 18 13,28 3,77

Eksperimen 36 536 10 18 14,90 3,48

Dari tabel 10 kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional dan kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token memiliki skor yang tidak jauh berbeda. Pada kelas kontrol dengan jumlah siswa 36 orang diperoleh skor total 478 dan rata-rata 13,28 dengan skor tertinggi 18 dan skor terendah 9.

Sedangkan pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dengan jumlah siswa 36 orang diperoleh skor total 536 dan rata-rata 14,90dengan skor tertinggi 18 dan skor terendah 10.

Data hasil tes akhir kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada diagram berikut :

Gambar 2

Diagram skor rata-rata postes kelas kontrol dan kelas eksperimen

Berdasarkan diagram 2 dapat dilihat adanya perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

8. Analisis Data Hasil Penelitian

Data yang telah diperoleh melalui pretes dan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen kemudian diolah. Pengolahan data yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Hasil pengolahan data hasil penelitian pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas pada data pretes, postes, dan N-gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan statistik chi kuadrat (χ²).

Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut : Jika χ2hitung < χ2tabel maka data berdistribusi normal.

Jika χ2hitung > χ2tabel maka data berdistribusi tidak normal.

12 12,5 13 13,5 14 14,5 15

Kontrol Eksperimen

13,28

14,9

(9)

Tabel 11

Uji Normalitas Data Pretes dan Postes

Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pretes Postes Pretes Postes

Rata-rata 8,17 13,28 8,22 14,90

SD 3,05 3,77 3,19 3,48

χ2hitung 4,54 5,97 4,74 4,60

χ2tabel 5,991 5,991 5,991 5,991

Hasil pengujian normalitas selengkapnya dapat dilihat di bawah ini sebagai berikut :

1) Pretes kelas kontrol

Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai χ2hitung = 4,54 dengan mengambil taraf signifikasi 5% dengan db=2, maka diperoleh χ2tabel = 5,991 maka data penelitian berdistribusi normal hal ini dikarenakan χ2 hitung < χ2 tabel .

2) Pretes kelas eksperimen

Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai χ2hitung = 4,74 dengan mengambil taraf signifikasi 5% dengan db=2, maka diperoleh χ2tabel = 5,991 maka data penelitian berdistribusi normal hal ini dikarenakan χ2 hitung < χ2 tabel .

3) Postes kelas kontrol

Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai χ2hitung = 5,97 dengan mengambil taraf signifikasi 5% dengan db=2, maka diperoleh χ2tabel = 5,991 maka data penelitian berdistribusi normal hal ini dikarenakan χ2 hitung < χ2 tabel .

4) Postes kelas eksperimen

Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai χ2hitung = 4,60 dengan mengambil taraf signifikasi 5% dengan db=2, maka diperoleh χ2tabel = 5,991 maka data penelitian berdistribusi normal hal ini dikarenakan χ2 hitung < χ2 tabel .

Berdasarkan pengujian normalitas dapat disimpulkan bahwa data pretes dan postes antara kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki nilai yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji kesamaan atau perbedaan dua rata- rata. Hasil uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F, dengan kriteria : Fhitung < Ftabel maka kedua kelompok dinyatakan homogen.

Fhitung> Ftabel maka kedua kelompok dinyatakan tidak homogen.

Tabel 12

Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes

Statistik

Pretes Postes

Kelas kontrol

Kelas eksperimen

Kelas kontrol

Kelas eksperimen

Varians 9,30 10,18 14,21 12,11

Fhitung 1,09 1,16

Ftabel 1,84 1,84

n1 36 36

n2 36 36

Keterangan Homogen Homogen

(10)

c. Uji-t 1) Uji-t pretes

Uji perbedaan dua rata-rata pada pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum pembelajaran dimulai.

Hasil perhitungan uji-t selengkapnya dapat dilihat di bawah ini. Adapun rincian hasil perhitungannya sebagai berikut :

Tabel 13 Uji-t Pretes

Statistik Rata-rata Varians Jumlah siswa thitung ttabel

Kontrol 8,17 9,30 36

0,07 1,6669

Eksperimen 8,22 10,18 36

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai thitung = 0,07 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel = 1,6669, dengan demikian thitung< ttabel ( 0,07 < 1,6669 ).

Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan pretes siswa antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dan pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sama.

2) Uji-t postes

Uji perbedaan dua rata-rata pada postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah pembelajaran dilaksanakan.

Hasil perhitungan uji-t selengkapnya dapat dilihat di bawah ini. Adapun rincian hasil perhitungannya sebagai berikut :

Tabel 14 Uji-t Postes

Statistik Rata-rata Varians Jumlah siswa thitung ttabel

Kontrol 13,28 14,21 36

1,86 1,6669

Eksperimen 14,90 12,11 36

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai thitung = 1,86 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel = 1,6669 dengan demikian thitung > ttabel ( 1,86 < 1,6669 ).

Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan postes siswa antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dan pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini berarti menunjukkan adanya perbedaan kemampuan siswa antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan kemampuan siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token.

d. N-Gain (Gain Normalitas)

Nilai gain merupakan selisih antara skor postes dengan pretes untuk mengetahui peningkatan kemampuan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dibandingkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe time token.

Perhitungan gain pada penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan, yaitu “peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional”.

(11)

Pehitungan gain dalam penelitian ini menggunakan Gain Ternormalisasi dengan rumus Hoke. Berikut disajikan dalam bentuk tabel deskripsi N-gain kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Tabel 15

Data N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kelas Pretes Postes N-gain Kriteria

Kontrol 8,17 13,28 0,43 Sedang

Eksperimen 8,22 14,90 0,57 Sedang

Berdasarkan data nilai pretes dan postes pada kelas kontrol diperoleh nilai gain ternormalisasi (N-gain) sebesar 0,43. Sedangkan untuk kelas eksperimen diperoleh nilai gain ternormalisasi (N-gain) sebesar 0,57. Kedua nilai gain ternormalisasi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tersebut jika diinterpretasikan kedalam kriterium N-gain tergolong kepada kriterium sedang. Namun pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional hasilnya lebih tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun data hasil N-gain kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada diagram berikut :

Gambar 3

Diagram N-gain kelas kontrol dan eksperimen 9. Pembahasan

Hasi uji-t pretes pada awal pembelajaran menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pretes siswa antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dan pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sama.

Hasil uji-t postes pada akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa antara kelas kontrol dibandingkan dengan kelas eksperimen. Setelah dibandingkan ternyata terdapat perbedaan postes siswa antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dan pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Kontrol Eksperimen 0,43

0,57

(12)

Selanjutnya dari hasil perhitungan gain terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol sebesar 0,43 sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 0,57. Jika dibandingkan gain antara kedua kelas tersebut maka kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan memiliki peningkatan gain lebih tinggi sebesar 0,14 dibandingkan kelas kontrol yang tidak mengalami perlakuan. Sehingga untuk pengujian hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional adalah terbukti.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe time token pada pembelajaran ekonomi kelas X materi uang jika dilihat dari adanya peningkatan gain dari 0,43 menjadi 0,57 dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dalam proses pembelajarannya lebih merangsang siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya di dalam kelas. Hal ini karena metode pembelajaran kooperatif tipe time token merupakan salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang mengharuskan seluruh siswa mengemukakan pendapatnya, sehingga siswa menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama.

Peningkatan hasil belajar tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Umiarso dan Imam Gojali (2010 : 274) yang menyatakan bahwa “metode pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar”. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, kontruktivistik, dan kooperatif. Selain itu, dalam Umiarso dan Imam Gojali (2010 : 262) beberapa ahli berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan telah terbukti pula bahwa metode struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada pelajaran akademis dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Metode pembelajaran kooperatif tipe time token merupakan salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang memberikan keberanian kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tanpa harus takut salah. Hal ini sesuai dengan tujuan metode pembelajaran kooperatif dalam Umiarso dan Imam Gojali yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan metode pembelajaran kooperatif adalah “mengembangkan rasa percaya diri”.

Dalam proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token adanya suatu keharusan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan menggunakan kupon bicara yang sebelumnya telah dibagikan kepada siswa yaitu 2 – 3 kupon per siswa. Siswa yang telah mengemukakan pendapatnya dapat menukar kupon dengan reward. Reward yang dimaksud adalah benda-benda kecil yang bisa dijadikan alat tukar, misalnya permen. Sehingga dengan pemberian reward ini secara tidak langsung memberikan motivasi untuk lebih mengemukakan pendapat. Hal ini sesuai dengan pendapat teori motivasi yang dikemukan oleh Slavin dalam Umiarso dan Imam Gojali (2010 : 265) yang menyebutkan bahwa “motivasi belajar pada pembelajaran kooperatif terutama difokuskan pada penghargaan atas struktur tujuan tempat peserta didik beraktivitas”. Menurut pandangan ini, memberikan penghargaan kepada kelompok atau individu siswa berdasarkan penampilan kelompok atau individu siswa akan memberikan penguatan sosial sebagai respons terhadap upaya-upaya yang berorientasi pada ketercapaian hasil belajar yang maksimal. Adapun dalam metode pembelajaran kooperatif tipe time token pemberian penghargaan kepada siswa selain berupa penghargaan prestasi siswa tetapi juga dapat berupa pemberian reward.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe time token tidak hanya menambah semangat siswa untuk belajar. Tetapi juga akan

(13)

berdampak pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan secara langsung akan meningkatkan hasil belajar siswa.

3) Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe time token terhadap hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Subang, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari pengolahan dan analisis data, maka diperoleh hasil pretes kelas kontrol dengan nilai rata-rata 8,17 dan termasuk kategori sedang dengan presentase 45%

dan pretes kelas eksperimen nilai rata-rata 8,22 dengan persentese 45% kategori sedang. Selanjutnya untuk postes kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 13,28 dengan persentase 50% kategori rendah. Sedangkan untuk postes kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 14,90 dengan persentase 50% kategori sedang.

2. Dari perhitungan normalitas dengan menggunakan Chi kuadrat (χ²) diperoleh nilai χ²hitunguntuk pretes kelas kontrol sebesar 4,54, pretes kelas eksperimen sebesar 4,74, postes kelas kontrol sebesar 5,97, dan postes kelas eksperimen sebesar 4,60.

Adapun χ²tabel dengan dk = 2 dan taraf kesalahan 5% diperoleh χ²tabel sebesar 5,991.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretes dan postes kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal karena χ²hitung < χ²tabel.

3. Dari perhitungan homogenitas antara pretes dan postes kelas kontrol diperoleh Fhitung sebesar 1,09. Sedangkan untuk kelas eksperimen diperoleh Fhitung sebesar 1,16. Adapun Ftabel dengan db1 = 35, db2 = 35 diperoleh Ftabel sebesar 1,84.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar siswa kelas kontrol maupun kelas ekpsperimen homogen karena Fhitung< Ftabel.

4. Untuk uji-t pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh thitung sebesar 0,07.

Sedangkan ttabel dengan dk = n1+n2-2 dan taraf kesalahan 5% diperoleh ttabel(70)

sebesar 1,6669. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen karena thitung< ttabel.

5. Untuk uji-t postes kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh thitung sebesar 1,86.

Sedangkan ttabel dengan dk = n1+n2-2 dan taraf kesalahan 5% diperoleh ttabel(70)

sebesar 1,6669. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen karena thitung> ttabel.

6. Selanjutnya untuk uji n-gain diperoleh n-gain kelas kontrol sebesar 0,43 sedangkan n-gain untuk kelas eksperimen diperoleh sebesar 0,57. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 0,14 antara kelas kontrol dibandingkan dengan kelas eksperimen.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk itu penulis memberikan beberapa saran untuk dijadikan masukan di masa yang akan datang.

Adapun saran penulis adalah sebagai berikut :

1. Dalam penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe time token, guru hendaknya memilih materi ajar yang bisa menimbulkan banyak permasalahan sehingga memicu siswa untuk berpendapat karena metode pembelajaran kooperatif tipe time token merupakan metode yang mengharuskan siswanya mengemukakan pendapat, sehingga jika diberikan materi yang dapat merangsang semangat siswa berpendapat pada akhirnya akan menambah pengetahuan siswa dan berdampak pada hasil belajar siswa.

2. Guru dapat memilih berbagai media dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token. Kupon bicara dapat diganti dengan sesuatu yang lebih

(14)

menarik lagi. Pemberian reward juga dapat disesuaikan. Dengan demikian siswa akan lebih semangat lagi dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

3. Dalam menerapkan suatu metode pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan kemampuan siswa, karena metode pembelajaran kooperatif tipe time token lebih mengutamakan peran aktif siswa dalam mengemukakan pendapat. Sehingga sebelum menggunakan metode ini sebaiknya siswa sudah memiliki pengetahuan terkait dengan materi yang akan disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Dan Joko Tri Prasetya. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia : Bandung.

Ahmadi, Abu. Dan Widodo Supriyono. (2008). Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta.

Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Djamarah, Syaiful Bahri. dan Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta : Jakarta.

Ellis, Jeanne Ormord. (2008). Psikologi Pendidikan. Erlangga : Jakarta.

Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Mitra Cendekia : Jogjakarta.

Nurgana, Endi. (1993). Statistik untuk Penelitian. CV Permadi : Bandung.

Riduwan. (2010). Dasar-dasar Statistika. Alfabeta : Bandung.

Sagala, Syaiful. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta : Bandung.

Somantri, Ating. Dan Sambas Ali Muhidin. (2006). Aplikasi Statistika dalam Penelitian.

Pustaka Setia : Bandung

Sudrajat, Akhmad. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Paradigma. Paramitra Publishing : Yogyakarta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung.

---. (2010). Statistik untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.

Suharsaputra, Uhar. (2011). Metode Penelitian. Rumah Buku Press : Kuningan.

Suprijono, Agus. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

(15)

Suryani, Yeyen. (2010. Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips Terhadap Motivasi belajar Dan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada Program Pasca Sarjana Universitas Kuningan : tidak diterbitkan

Taniredja, Tukiran. Efi Mftah Faridli. Sri Harmianto. (2012). Model-model Pembelajaran Inovatif. Alfabeta : Bandung.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group : Jakarta.

Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. (2001). Upaya Optimalisasi KBM. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Umiarso dan Imam Gojali. (2010). Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. IRCiSod : Jogjakarta.

Referensi

Dokumen terkait

2 Dokumentasi PT. Bank Riau Syariah.. mayoritas penduduk di kedua provinsi tersebut beragama Islam. Ketiga, aspek syariah, masih banyak kalangan umat Islam yang enggan

Berdasarkan uji statistik, perbedaan skor komponen durasi tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan tidur antara kelompok yang rutin dan yang tidak rutin

Untuk dapat melihat lebih dalam melihat lebih dalam lagi bagaimana suatu ruang publik secara teoritis berjalan, habermas memiliki beberapa teori, di antara yang terpenting

Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci cara analisis korelasi bangunan ukur debit ambang lebar dengan menggunakan polinomial kuadrat terkecil yang sesuai dengan hukum fisika

MODEL PELATIHAN ASESMEN MEMBACA PERMULAAN BAGI GURU DI SEKOLAH DASAR KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil analisis menunjukkan empat faktor dominan yang menyebabkan terjadinya migrasi tenaga kerja internasional secara berulang, yaitu: (1) penghasilan selama bekerja

Denqan mengasumsikan fungsi utilitas bersifat linierV (.), maka perubahan utmtes dar! program A ke program B dapat diperkirakan dalam persamaan analisis reqresi. Tanda

Sistim pewarisan lahan yang tergolong primogenitur yang menyebabkan dominannya pemilikan lahan di kalangan kepala keluarga (laki-laki), lokasi repong yang jauh dari pemukiman