• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Prof. Dr. Muhaimin, MA. (Direktur Lembaga Konsultasi & Pengembangan Pendidikan Islam UIN Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh: Prof. Dr. Muhaimin, MA. (Direktur Lembaga Konsultasi & Pengembangan Pendidikan Islam UIN Malang)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KRITIS

TERHADAP PERMENDIKNAS NO. 23/2006 & NO. 22/2006

TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DAN STANDAR ISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SD/MI, SMP/MTs & SMA/MA

Oleh:

Prof. Dr. Muhaimin, MA.

(Direktur Lembaga Konsultasi & Pengembangan Pendidikan Islam UIN Malang)

DISAMPAIKAN

PADA WORKSHOP PENILAIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH

DEPARTEMEN AGAMA

(2)

ANALISIS KRITIS

TERHADAP PERMENDIKNAS NOMOR 23/2006 & NOMOR 22/2006 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DAN STANDAR ISI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD/MI, SMP/MTs & SMA/MA Oleh: Prof. Dr. Muhaimin, MA.

(Direktur Lembaga Konsultasi & Pengembangan Pendidikan Islam UIN Malang)

LATAR BELAKANG

Sejak tahun 2001, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, telah diberlakukan otonomi daerah bidang pendidikan dan kebudayaan. Visi pokok dari otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara pada upaya pemberdayaan (empowering) terhadap masyarakat setempat untuk menentukan sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah, fasilitas dan sarana belajar untuk putra-putri mereka.

Peran pemerintah baik diwakili oleh Departemen Teknis maupun oleh pemerintah daerah (Pemda) di tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi adalah memberikan dukungan baik berupa dana, fasilitas, dan ekspertis agar dapat terselengggaranya pelayanan pendidikan yang bermanfaat bagi pembangunan kehidupan riil di masyarakat dan dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan mengacu pada standar mutu akademik secara nasional maupun internasional.

Dilihat dari visi tersebut, maka kata kunci dari otonomi daerah adalah

“kewenangan” dan “pemberdayaan”. Otonomi daerah di bidang pendidikan berusaha memberikan kembali pendidikan kepada masyarakat pemiliknya (daerah) agar hidup dari, oleh dan untuk masyarakat di daerah tersebut, atau berusaha memandirikan suatu lembaga atau suatu daerah untuk mengurus dirinya sendiri melalui pemberdayaan SDM yang ada di daerahnya. Sebagai konsekuensinya, maka sebagian besar sumber pembiayaan nasional dilimpahkan lebih banyak ke daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan perekonomian daerah yang berbeda-beda.

Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut pada gilirannya berimplikasi kepada perubahan sistem manajemen pendidikan dari pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan. Sebagai implikasi selanjutnya ialah dikembangkannya pendidikan yang demokratis dan non-monopolistik dalam menentukan jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, fasilitas dan sarana belajar dan lain-lain. Bersamaan dengan otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut, maka manajemen yang dikembangkan lebih mengarah pada manajemen berbasis sekolah/madrasah (school based management) atau school based quality improvement management (manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah/madrasah), yakni model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah/madrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga Sekolah/madrasah (guru, peserta didik, kepala sekolah, karyawan, orangtua peserta didik, dan masyarakat) atau stakeholders untuk meningkatkan mutu sekolah/madrasah.

Di antara otonomi yang lebih besar diberikan kepada sekolah/madrasah adalah menyangkut pengembangan kurikulum, yang kemudian disebut dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yakni kurikulum operasional yang disusun oleh

(3)

dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (sekolah/ madrasah). Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) Undang-Undang No. 20/3003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

(2) Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; (4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; (5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan dari kedua Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut; dan (6) panduan dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).1

Rambu-rambu tersebut sudah barang tentu akan dijadikan acuan oleh para pengelola satuan pendidikan dan para guru atau tenaga kependidikan lainnya dalam pengembangan kurikulumnya. Jika rambu-rambu itu masih belum memiliki validitas yang tinggi baik internal maupun eksternal, maka diduga akan menimbulkan kebingungan bagi mereka untuk mengembangkan dan menjabarkannya ke dalam tataran yang lebih operasional di lapangan.

Dari pengalaman pengkaji sebagai nara sumber dalam kegiatan-kegiatan seminar

& workshop, pelatihan, sosialisasi Permendiknas dan pengembangan KTSP di beberapa daerah, ternyata di dalam rambu-rambu itu, terutama pada Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyangkut mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, terdapat beberapa hal yang mendapat kritik dari para guru agama Islam (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) baik ditinjau dari aspek sinkronisasi maupun muatan standar isi dan dasar pemikirannya.

Atas dasar beberapa masukan dari mereka yang meskipun bersifat parsial tetapi cukup berarti bagi pengkaji untuk dijadikan sebagai bahan dasar dalam melakukan kajian lebih lanjut secara lebih cermat, mendalam dan menyeluruh.

TUJUAN DAN MANFAAT KAJIAN 1. Tujuan

a. Untuk memperoleh informasi tentang kelemahan-kelemahan Permendiknas No.

23 dan 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan mata pelajaran PAI dan standar isi (SK & KD) PAI untuk pendidikan dasar dan menengah.

b. Untuk memberikan solusi alternatif dalam rangka memperbaiki SKL dan standar isi mata pelajaran PAI tersebut.

2. Manfaat

a. Sebagai masukan bagi BSNP dan Dirjen Pendidikan Islam cq. Direktur Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, untuk melakukan peninjauan kembali terhadap Permendiknas No. 23 dan 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan mata pelajaran PAI dan standar isi (SK & KD) PAI untuk pendidikan dasar dan menengah.

b. Sebagai bahan dasar bagi Dirjen Pendidikan Islam cq. Direktur Pendidikan Madrasah untuk mengembangkan kurikulum pendidikan agama Islam pada

1Muhaimin, Sutiah, Sugeng LP, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan

(4)

Madrasah, yang secara khusus diberi tugas untuk mengembangkan dan meningkatkan ke standar yang lebih tinggi sesuai dengan ciri khas Madrasah.

METODE ANALISIS KRITIS

Analisis kritis terhadap Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan standar isi (SK &

KD) mata pelajaran PAI sebagaimana tertuang dalam Permendiknas Nomor 23/2006 dan Nomor 22/2006 dilakukan dengan cara sebagai berikut:2

1. Obyek kajiannya adalah gagasan atau ide manusia yang terkandung dalam naskah Permendiknas Nomor 23/2006 tentang SKL mata pelajaran PAI dan Nomor 22/2006 tentang standar isi mata pelajaran PAI.

2. Tujuannya: mengkaji gagasan-gagasan mengenai suatu ruang lingkup permasalahan yang terkandung dalam Permendiknas tersebut.

3. Fokusnya adalah: mendeskripsikan, membahas dan mengkritik gagasan yang ada dalam Permendiknas tersebut kemudian dikonfrontasikan dengan gagasan-gagasan yang lain dalam upaya melakukan studi yang berupa perbandingan, hubungan, dan pengembangan model.

Langkah-langkah metode analisis kritis adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gagasan yang menjadi obyek kajian/penelitian kita sebagaimana yang terkandung dalam naskah Permendiknas Nomor 23/2006 tentang SKL mata pelajaran PAI dan Nomor 22/2006 tentang standar isi mata pelajaran PAI.

2. Membahas gagasan tersebut yang pada hakekatnya peneliti memberikan penafsiran terhadap gagasan yang telah dideskripsikan dari sudut pandang atau konteks tertentu serta faktor-faktor lain yang diperhitungkan seperti kesejarahan, sosiologis atau kultural.

3. Melakukan kritik terhadap gagasan yang telah ditafsirkan tersebut dengan asumsi bahwa semua gagasan manusia tidak sempurna, dan dalam ketidaksempurnaan terkandung kelebihan dan kekurangan.

4. Melakukan studi analitik, yakni studi terhadap serangkaian gagasan dalam bentuk perbandingan, hubungan (pengaruh), pengembangan model (serangkaian gagasan yang kait mengait dan membentuk kesatuan yang utuh berupa sistem).

5. Menyimpulkan hasil kajian/penelitian.

Metode analisis kritis terhadap Permendiknas tersebut juga dapat dilakukan melalui uji sinkronisasi, yaitu mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler seirama, searah dan setujuan. Jangan sampai terjadi, suatu kegiatan kurikuler menghambat, berlawanan atau mematikan kegiatan-kegiatan kurikuler yang lain.

Uji sinkronisasi tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek:

1. Tujuan Makro Pendidikan Islam:

Tujuan makro pendidikan Islam dapat dipadatkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

a. untuk menyelamatkan dan melindungi fithrah manusia;

b. untuk mengembangkan potensi-potensi fithrah manusia; dan

2Dimodifikasi dari Jujun S. Suriasumantri, Penelitian Ilmiah, Kefilsafatan, dan Keagamaan: Mencari Paradigma Kebersamaan. Dalam Harun Nasution, et.al., Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antar Disiplin Ilmu. Jakarta: Penerbit Nuansa, 1998.

(5)

c. untuk menyelaraskan langkah perjalanan fithrah mukhallaqah (fithrah yang diciptakan oleh Allah pada manusia, yang berupa naluri, potensi jismiyah, nafsiyah, aqliyah dan qalbiyah) dengan rambu-rambu fithrah munazzalah (fithrah yang diturunkan oleh Allah sebagai acuan hidup, yaitu agama) dalam semua aspek kehidupannya, sehingga manusia dapat lestari hidup di atas jalur kehidupan yang benar, atau di atas jalur “ash-shirath al-mustaqim”.3

Dilihat dari aspek tersebut, maka tujuan pendidikan agama Islam di sekolah/Madrasah dan standar kompetensinya perlu disinkronkan dengan tujuan makro pendidikan Islam tersebut.

2. Aspek Perkembangan Psikologis peserta didik:

Perkembangan anak ditinjau dari sudut psikologi perkembangan adalah sebagai berikut:

a. Usia 0 – 3 tahun: periode perkembangan fisik, yaitu perlu gizi, imunisasi, kesehatan lingkungan, serta perlu perhatian dan kasih sayang.

b. Usia 3 – 6 tahun: masa perkembangan bahasa, masa peka untuk mengajari bahasa yang baik, santun dan benar. Periode 1 dan 2 tersebut memerlukan perhatian orang tua karena waktu anak di rumah lebih banyak.

c. Usia 6 – 9 tahun: masa social imitation, diperlukan figur yang dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya: keluarga, guru dan teman- teman sepermainan.

d. Usia 9 – 12 tahun: disebut sebagai star of individualization, ingin mendapat perhatian, bersikap kemeratu-ratu (jw.) atau ingin diperlakukan seperti raja, butuh perhatian, dan mulai menunjukkan sikap memberontak.

e. Usia 12 – 15 tahun: masa social adjustment, mulai masuk proses pematangan, mulai menyadari adanya lawan jenis, muncul sikap humanistik, perlu bimbingan dan internalisasi (penanaman) nilai-nilai islami dan moralitas yang luhur.

f. Usia 15 – 18 tahun: mulai dewasa, menginginkan otonomi, tidak suka selalu diatur dan dikendalikan, mereka sudah ingin terlibat dalam realitas kehidupan.4

3. Aspek hierarki tujuan dan standar kompetensi PAI, yang terdiri atas:

a. Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah

b. Standar kompetensi lulusan mata pelajaran pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

c. Standar isi atau standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PAI per kelas/semester.

Dilihat dari aspek hierarki tersebut, maka rumusan standar kompetensi yang di bawah harus sinkron (seirama, searah dan setujuan) dengan rumusan standar

3Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.

Jakarta: Lantabora Press, 2006

4Subiono Hadisubroto, Perkembangan Keagamaan Anak Ditinjau Dari Sudut Psikologi Agama dan Psikologi Perkembangan. Dalam Jalaluddin Rakhmat & Muhtar Gandaatmaja (Ed.). Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern. Bandung: Remaja

(6)

kompetensi yang ada di atasnya dan tujuan pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah.

4. Aspek pengertian kompetensi itu sendiri, yaitu pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dilihat dari aspek ini, maka standar kompetensi yang telah disusun perlu ditelaah dari sudut pandang cakupan atau lingkup kompetensinya, yaitu tampilnya dimensi pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai pada masing-masing standar kompetensi yang telah dirumuskan.

5. Aspek fungsi kurikulum:

a. Fungsi kurikulum bagi jenjang Madrasah atau tingkat di atasnya adalah: (1) melakukan penyesuaian; (2) menghindari keterulangan; dan (3) menjaga kesinambungan. Dengan demikian, standar kompetensi yang ada di atasnya merupakan kesinambungan dari yang ada di bawahnya, dan diusahakan untuk menghindari keterulangan, kecuali jika dimaksudkan untuk pendalaman dan pengayaan sesuai dengan perkembangan keagamaan anak.

b. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan peserta didik. Masyarakat adalah sebagai users (pengguna lulusan), sehingga rumusan standar kompetensi perlu mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Sedangkan peserta didik yang hendak mempelajari standar kompetensi tersebut memiliki karakteristik tersendiri, baik dari aspek perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor. Dengan demikian, rumusan standar kompetensi harus sinkron dengan kebutuhan masyarakat dan karakteristik perkembangan peserta didik tersebut.5

6. Aspek karakteristik mata pelajaran. Mata pelajaran PAI yang terdiri atas aspek-aspek:

Al-Qur’an-Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Tarikh atau Sejarah Kebudayaan, memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda-beda antara satu aspek mata pelajaran dengan aspek lainnya dalam satu rumpun mata pelajaran pendidikan agama Islam. Ini menggarisbawahi bahwa rumusan standar kompetensi mata pelajaran harus sinkron dengan karakteristiknya, sehingga dapat dihindari adanya overlapping (tumpang tindih). Karakteristik dari masing-masing aspek mata pelajaran PAI adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur’an-Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari

b. Aqidah, menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al- asma’ al-husna

c. Akhlak, menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari

d. Fiqh, menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik

e. Tarikh & kebudayaan Islam, menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan

5Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. II, 2007.

(7)

mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain- lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.6

7. Aspek pendekatan dalam analisis dan urutan standar kompetensi menjadi sub-sub kompetensi atau kompetensi dasar, yaitu:

a. Pendekatan prosedural dipakai bila standar kompetensi yang diajarkan berupa serangkaian langkah-langkah secara urut dalam mengerjakan suatu tugas pembelajaran.

b. Pendekatan hierarkis dipakai bila menunjukkan hubungan yang bersifat subordinatif atau berjenjang antara beberapa standar kompetensi yang ingin dicapai. Dengan demikian, ada yang mendahului dan ada yang kemudian, dalam arti standar kompetensi yang mendahului merupakan prasyarat bagi standar kompetensi berikutnya.

c. Pendekatan webbed (terjala) dipakai bila standar kompetensi yang dipelajari bersifat terpadu atau tematis, yang ditinjau dari beberapa sudut pandang.

Ketiga pendekatan tersebut dapat digunakan dalam menelaah rumusan-rumusan kompetensi dasar-kompetensi dasar untuk disinkronkan dengan standar kompetensinya.

8. Aspek alokasi waktu, yakni berapa jam pelajaran yang diperlukan untuk dapat mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut pada setiap kelas dan semester.

DESKRIPSI

A. TUJUAN PAI SD/MI, SMP/MTs & SMA/MA:

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk:

1. menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

2. mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

B. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN (SKL-MP) PAI SD/MI:

1. Menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, mulai surat Al-Fatihah sampai surat Al-‘Alaq

2. Mengenal dan meyakini aspek-aspek rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan Qadar

3. Berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku tercela 4. Mengenal dan melaksanakan rukun Islam mulai dari bersuci (thaharah) sampai

zakat serta mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji

(8)

5. Menceritakan kisah nabi-nabi serta mengambil teladan dari kisah tersebut dan menceritakan kisah tokoh orang-orang tercela dalam kehidupan nabi

C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP/MTs

1. Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid, mulai dari cara membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf

2. Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar serta Asmaul Husna

3. Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah 4. Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah baik

shalat wajib maupun shalat sunat

5. Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara

D. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/MA/SMK/MAK

1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2. Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna

3. Berperilaku terpuji seperti hasnuzzhan, taubat dan raja dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah

4. Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam

5. Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonsia dan di dunia

Adapun deskripsi SKL dan standar isi (SK & KD) dari masing-masing aspek mata pelajaran PAI dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut:

(9)
(10)

ASPEK AL-QUR’AN DAN HADITS Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP) PAI Aspek Al-Qur’an dan Hadits:

SD/MI:

Menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, mulai surat Al-Fatihah sampai surat Al-‘Alaq.

SMP/MTs:

Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid, mulai dari cara membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf.

SMA/MA:

Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kelas/

Smt.

SD/MI

Standar Komptensi & Kompetensi Dasar

SMP/MTs

Standar Komptensi & Kompetensi Dasar

SMA/MA

Standar Komptensi & Kompetensi Dasar

SD/MI I/1 SMP/

MTs VII/1 SMA/MA

X/1

1. Menghafal Al Qur’an surat pendek pilihan

a. Melafalkan QS Al-Fatihah dengan lancar

b. Menghafal QS Al-Fatihah dengan lancar

1. Menerapkan Hukum bacaan ”Al”

Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah a. Menjelaskan hukum bacaan bacaan

”Al” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah b. Membedakan hukum bacaan bacaan

”Al” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah c. Menerapkan bacaan bacaan ”Al”

Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah dalam bacaan surat-surat Al-Qur’an dengan benar

1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.

a. Membaca QS Al-Baqarah; 30, Al-

Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56 dan An Nahl : 78

b. Menyebutkan arti QS Al-Baqarah; 30, Al- Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56 dan An Nahl : 78.

c. Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS Al- Baqarah;30, Al-Mukminun; 12-14, Az- Zariyat; 56 dan An Nahl : 78.

2. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah.

(11)

a. Membaca QS Al An’am; 162-163 dan Al- Bayyinah; 5.

b. Menyebutkan arti QS Al An’am;162-163 dan Al-Bayyinah; 5.

c. Menampilkan perilaku ikhlas dalam beribadah seperti terkandung dalam QS Al An’am;162-163 dan Al-Bayyinah; 5.

SD/MI I/2 SMP/

MTs VII/2 SMA/MA

X/2

1. Menghafal Al Qur’an surat-surat pendek pilihan

a. Menghafal QS Al-Kautsar dengan lancar

b. Menghafal QS An-Nashr dengan lancar

c. Menghafal QS Al-‘Ashr dengan lancar

1. Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati

a. Menjelaskan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati b. Membedakan hukum bacaan nun

mati/tanwin dan mim mati c. Menerapkan hukum bacaan nun

mati/tanwin dan mim mati dalam bacaan surat-surat Al-Qur’an dengan benar.

1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang Demokrasi

a. Membaca QS Ali Imran; 159 dan QS Asy Syura; 38.

b. Menyebutkan arti QS Ali Imran 159 dan QS Asy Syura; 38.

c. Menampilkan perilaku hidup demokrasi seperti terkandung dalam QS Ali Imran 159, dan QS Asy Syura; 38 dalam kehidupan sehari-hari.

SD/MI II/1 SMP/

MTs VIII/1 SMA/MA

XI/1

3. Menghafal Al Qur’an a. Mengenal huruf Hijaiyah b. Mengenal tanda baca (harakat)

1. Menerapkan hukum bacaan Qalqalah dan Ra a. Menjelaskan hukum bacaan Qalqalah

dan Ra

b. Menerapkan hukum bacaan Qalqalah dan Ra dalam bacaan surat-surat Al- Qur’an dengan benar.

1. Memahami ayat-ayat Al- Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan

a. Membaca QS. al Baqarah : 148 dan QS. al Fatir : 32

b. Menjelaskan arti QS. al Baqarah : 148 dan QS. al Fatir : 32

c. Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti 4.4 terkandung dalam QS.

al Baqarah : 148 dan QS. al Fatir : 32

(12)

d. Menjelaskan arti QS. al Baqarah : 148 dan QS. al Fatir : 32

2. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang perintah menyantuni kaum Dhu’afa

a. Membaca Qs. al Isra : 26-27 dan QS. al Baqarah : 177

b. Menjelaskan arti QS. al Isra : 26-27 dan QS.

al Baqarah : 177

c. Menampilkan perilaku menyantuni kaum Dhu’afa seperti terkandung dalam QS. al Isra : 26-27 dan QS. al Baqarah : 177 SD/MI

II/2 SMP/

MTs VIII/2 SMA/MA

XI/2

3. Membaca Al Qur’an surat pendek pilihan

a. Membaca huruf hijaiyah bersambung

b. Menulis huruf hijaiyah bersambung

1. Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf c. Menjelaskan hukum bacaan mad dan

waqaf

d. Menunjukkan contoh hukum bacaan mad dan waqaf dalam bacaan surat- surat Al-Qur’an

e. Mempraktikkan bacaan mad dan waqaf dalam bacaan surat-surat Al-Qur’an

1. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup, a. Membaca QS. al Rum: 41-42, QS Al-A’raf:

56-58, dan QS Ash Shad: 27

b. Menjelaskan arti QS. al Rum: 41-42, QS Al- A’raf: 56-58, dan QS Ash Shad: 27

c. Membiasakan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup seperti terkandung dalam QS. al Rum: 41-42, QS Al-A’raf: 56-58, dan Shad: 27

SD/MI III/1 SMP/

MTs IX/1 SMA/MA

XII/1

4. Mengenal kalimat dalam Al Qur’an a. Membaca kalimat dalam Al Qur’an b. Menulis kalimat dalam Al Qur’an

1. Memahami Ajaran Al Qur’an surat At-Tin a. Membaca QS At-Tin dengan tartil b. Menyebutkan arti QS At-Tin c. Menjelaskan makna QS At-Tin 2. Memahami Ajaran Al – Hadits tentang

menuntut ilmu

1. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang anjuran bertoleransi

a. Membaca QS. al Kafirun, QS. Yunus : 40- 41, dan QS. al Kahfi : 29

b. Menjelaskan arti QS. al Kafirun, QS. Yunus : 40-41, dan QS. al Kahfi : 29

c. Membiasakan perilaku bertoleransi seperti

(13)

a. Membaca hadits tentang menuntut ilmu b. Menyebutkan arti Hadits tentang

menuntut ilmu

c. Menjelaskan makna menuntut ilmu seperti dalam Al-Hadits

terkandung dalam QS al Kafiiruun, QS.

Yunus : 40-41, dan QS. al Kahfi : 29 2. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang etos

kerja

a. Membaca QS. Al Mujadalah : 11 dan QS.

Al Jumuah : 9-10

b. Menjelaskan arti QS. Al Mujadalah : 11 dan QS. Al Jumuah : 9-10

c. Membiasakan perilaku beretos kerja seperti terkandung dalam Al Mujadalah : 11 dan QS. Al Jumuah : 9-10

SD/MI III/2 SMP/

MTs IX/2 SMA/MA

XII/2

1. Mengenal ayat-ayat Al Qur’an a. Membaca huruf Al Qur’an b. Menulis huruf Al Qur’an

1. Memahami Al-Qur’an surat Al-Insyirah a. Menampilkan bacaan QS Al-Insyirah

dengan tartil dan benar

b. Menyebutkan arti QS Al-Insyirah c. Mempraktikkan perilaku dalam bekerja

selalu berserah diri kepada Allah seperti dalam QS Al-Insyirah

2. Memahami Ajaran Al-Hadits tentang kebersihan

a. Membaca hadits tentang kebersihan b. Menyebutkan arti hadits tentang

kebersihan

c. Menampilkan perilaku bersih seperti dalam hadits

1. Memahami ayat-ayat al Qur’an tentang pengembangan IPTEK

a. Membaca QS. Yunus : 101 dan QS. al Baqarah : 164

b. Menjelaskan arti QS Yunus : 101 dan QS. al Baqarah : 164

c. Melakukan pengembangan IPTEK seperti terkandung dalam QS Yunus : 101 dan QS.

al Baqarah : 164

SD/MI 1. Membaca surat-surat Al Qur’an

(14)

IV/1 a. Membaca QS Al-Fatihah dengan lancar

b. Membaca QS Al-Ikhlas dengan lancar

SD/MI IV/2

1. Membaca surat-surat Al Qur’an a. Membaca QS Al-Kautsar dengan

lancar

b. Membaca QS An-Nashr dengan lancar

c. Membaca QS Al-‘Ashr dengan lancar

SD/MI V/1

1. Mengartikan Al Qur’an surat pendek pilihan

a. Membaca QS Al-Lahab dan Al- Kafirun

b. Mengartikan QS Al-Lahab dan Al- Kafirun

SD/MI V/2

1. Mengartikan Al Quran Surat pendek pilihan

a. Membaca QS Al-Maun dan Al-Fiil b. Mengartikan QS Al-Maun dan Al-

Fiil SD/MI

VI/1

1. Mengartikan Al Qur’an Surat pendek pilihan

a. Membaca QS Al-Qadr dan QS Al-

‘Alaq ayat 1-5

b. Mengartikan QS Al-Qadr dan QS

(15)

Al-‘Alaq ayat 1-5 SD/MI

VI/2

1. MengartikanAl Quran Ayat-ayat pilihan a. Membaca QS Al-Maidah ayat 3 dan

Al-Hujurat ayat 13

b. Mengartikan QS Al-Maidah ayat 3 dan Al-Hujurat ayat 13

(16)

Analisis Kritis:

1. Rumusan SKL mata pelajaran PAI pada aspek al-Qur’an-Hadits lebih menonjolkan aspek al-Qur’an dan mengabaikan hadits, padahal di dalam SK dan KD terdapat pelajaran hadits terutama pada kelas IX semester 1 dan 2 di SMP/MTs. Sedangkan di SD/MI dan SMA/MA sama sekali tidak menyinggung pelajaran hadits. Ini menunjukkan bahwa tidak ada sinkronisasi antara SKL dengan SK dan KD.

2. Rumusan SKL mata pelajaran PAI pada aspek al-Qur’an-Hadits terutama pada jenjang SD/MI adalah “menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, mulai surat Al-Fatihah sampai surat Al-

‘Alaq”. Jika mengikuti mushaf al-Qur’an terdiri atas 20 surat pendek, yaitu: Q.S. al- Fatihah, An-nas, al-Falaq, al-Ikhlas, al-Lahab, an-Nashr, al-Kafirun, al-Kautsar, al- Ma’un, Quraisy, al-Fil, al-Humazah, al-Ashar, at-Takatsur, al-Qari’ah, al-‘Adiyat, al-Zalzalah, al-Bayyinah, al-Qadr, al-‘Alaq. Tetapi di dalam KD hanya terdiri atas 11 surat pendek, yaitu: Q.S. al-Fatihah, al-Kautsar, an-Nashr, al-Ashar, al-Ikhlas, al-Lahab, al-Kafirun, al-Ma’un, al-Fiil, al-Qadr, al-‘Alaq, kemudian loncat ke Q.S.

al-Maidah ayat 3 dan al-Hujurat ayat 13 yang sama sekali tidak terumuskan dalam SKL mata pelajaran. Ini menunjukkan bahwa tidak ada sinkronisasi antara SKL dengan SK dan KD.

3. Pada jenjang SMP/MTs, SK & KD al-Qur’an-Hadits lebih menonjolkan aspek tajwid, terutama mulai kelas VII sampai kelas VIII semester 1 & 2, sehingga pembelajaran al-Qur’an terkesan kurang memperhatikan fungsinya sebagai hudan dan furqan.

4. Rumusan KD masih menggunakan kata “menyebutkan”, sehingga sulit dirinci indikator-indiktornya. Kata “menyebutkan” tidak layak untuk dijadikan kompetensi dasar pada jenjang SMP/MTs dn SMA/MA, karena kata tersebut termasuk pada tataran kognitif yang paling rendah.

5. Dilihat dari aspek psikologi agama, bahwa siswa SMP/MTs memasuki usia 13-15 tahun, sehingga mereka akan terkena kewajiban untuk menjalankan ibadah shalat (mukallaf). Pada periode ini mereka membutuhkan pemahaman al-Qur’an baik dari segi arti lafdziyah (tekstual) maupun menangkap kandungan makna dan mengaitkannya dengan fenomena (alam, sosial, budaya, politik, ekonomi dan lain- lainnya), sehingga dapat menambah kekhusyu’an dalam beribadah dan mampu membangun kesadaran beragama (religious conciousness) anak. Al-Qur;an dengan demikian benar-benar menjadi hudan (petunjuk dalam kehidupan), furqan (pembeda antara yang haq dan bathil, antara yang benar dan salah, dan antara yang baik dan buruk), syifa’ ma fi ash-shudur (obat kejiwaan manusia).

6. Dilihat dari aspek pengalaman religius, belajar membaca dengan benar dan baik, serta menghafal ayat-ayat al-Qur’an, terutama surat-surat pendek dalam al-Qur’an, akan lebih melekat dan bertahan lama jika dilakukan pada usia SD/MI (6 – 12 tahun). Belajar membaca dan menulis serta menghafal al-Qur’an tersebut tidak bisa dilakukan secara terputus-putus. Dalam arti, ia perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan dari waktu ke waktu atau hari ke hari berikutnya.

(17)

Jika dilakukan pada hari tertentu (hari senen jam pertama dan kedua misalnya, karena PAI hanya 2 jam pelajaran) kemudian disusul pada hari senen berikutnya dan seterusnya sampai beberapa semester, maka kecil kemungkinannya untuk dapat melekat dan tahan lama dalam ingatannya, terutama jika tidak didukung oleh pendidikan agama dalam keluarga dan masyarakat (seperti pendidikan agama pada TPQ/TPA/TKA).

7. Siapa sebenarnya yang bertanggungjawab untuk mendidik agama Islam? Sebagai ilustrasi, untuk menjawab masalah ini, adalah bahwa belajar matematika merupakan tanggungjawab guru, keluarga dan masyarakat. Tetapi jika orang tua dalam keluarga atau saudaranya tidak mampu atau tidak sempat mengajari matematika pada anak tersebut, maka ia terpaksa diserahkan pada guru privat atau les, kursus atau lainnya, dan untuk ini diperlukan biaya yang mahal, yang akhirnya bagi keluarga ekonomi lemah harus menyerahkan belajar matematika tersebut pada guru matematika di sekolah/madrasah saja. Demikian pula pada mata pelajaran IPA, Bahasa Inggris dan lain-lainnya. Berbeda halnya dengan pendidikan agama Islam, meskipun orang tua tidak mampu mengajari pendidikan agama Islam pada anaknya, maka ia bisa menyerahkannya kepada masyarakat tanpa mengeluarkan biaya yang mahal. Di masyarakat telah berkembang pembelajaran pendidikan agama Islam baik pada TPQ/TPA/TKA yang tidak begitu mahal, bahkan mereka bisa mengikuti pengajian rutin secara gratis di masjid/mushalla atau setidak-tidaknya mereka bisa memperolehnya melalui mendengarkan khutbah-khutbah jum’at.

8. Uraian pada point 7 tersebut mengandung makna, bahwa pembelajaran PAI merupakan tanggungjawab bersama antara sekolah, keluarga dan masyarakat adalah benar-benar dapat diwujudkan dan dilaksanakan dengan mudah dan murah, tergantung pada kemauan dari masing-masing individu dan dorongan dari keluarga. Karena itu, pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah tidak harus bersikap “serakah”, dalam arti apa yang bisa diserahkan kepada keluarga atau masyarakat, maka hendaknya diserahkan kepada mereka sebagai wujud dari pembagian tugas dan tanggungjawab melalui kerjasama yang baik dan harmonis di antara mereka. Dengan demikian, pembelajaran al-Qur’an, dalam hal ini tajwid, tidak harus diajarkan di sekolah/madrasah terutama SMP/MTs, tetapi bisa dituntaskan di SD/MI dan/atau diserahkan kepada keluarga dan masyarakat.

Rekomendasi:

1. Perlunya melengkapi surat-surat pendek dalam al-Qur’an yang belum termuat dalam KD dan menambah hadits yang terkait dengan akhlak terpuji untuk tingkat SD/MI sesuai dengan SKL mata pelajaran PAI aspek al-Qur’an-hadits.

2. Pelajaran tajwid dituntaskan pada tingkat SD/MI dan sebagiannya diserahkan kepada keluarga dan masyarakat, sedangkan di SMP/MTs ditekankan pada pendalaman ayat-ayat al-Qur’an (surat-surat pendek) yang telah dihafal di SD/MI melalui upaya memahami artinya, menangkap kandungan isinya, dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan, sehingga al-Qur’an bukan sekedar merupakan bacaan yang bersifat verbalistik, tetapi justeru benar-benar menjadi

(18)

hudan, furqan, rahmah dan syifa’ ma fi ash-shudur, serta dapat menambah kekhusyu’an dalam beribadah (shalat).

3. Perlunya menambah pelajaran hadits pada tingkat SMA/MA.

4. Jika standar kompetensi pada tingkat SD/MI dianggap terlalu berat, maka surat- surat pendek tersebut dapat dikurangi hanya sampai pada Q.S at-Takatsur ditambah surat al-fatihah, sehingga hanya berisi 13 surat pendek.

5. Khusus untuk kelas I s.d III SD/MI, pengembangan kurikulum menggunakan pendekatan tematis, sehingga pelajaran al-Qur’an-hadits perlu menyesuaikan dengan tema-tema yang dikembangkan pada kelas I s.d III. Demikian pula pada tingkat SMP/MTs, pelajaran al-Qur’an-hadits perlu ikut serta membahas sebagian tema-tema yang dikembangkan dalam mata pelajaran IPS Terpadu atau IPA Terpadu.

Implikasi

Bertolak dari rekomendasi tersebut, maka disarankan agar:

1. Mengubah rumusan SKL mata pelajaran PAI aspek al-Qur’an-Hadits untuk SD/MI sebagai berikut:

a. Menghafal, membaca (menerapkan tata cara membaca al-Qur’an menurut tajwid) dan menulis serta mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, mulai surat Al-Fatihah sampai surat Al-‘Alaq

b. Menghafal, membaca dan mengartikan hadits-hadits yang terkait dengan akhlak terpuji.

2. Mengubah rumusan SKL mata pelajaran PAI aspek al-Qur’an-Hadits untuk SMP/MTs sebagai berikut:

a. Memperdalam ayat-ayat al-Qur’an (surat-surat pendek) yang telah dihafal di SD/MI melalui upaya memahami artinya, menangkap kandungan isinya, dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan, sehingga al-Qur’an benar-benar menjadi hudan, furqan, rahmah dan syifa’ ma fi ash-shudur.

b. Menghafal dan mengartikan hadits-hadits yang terkait dengan akhlak terpuji sesuai dengan tingkat perkembangan anak di MTs.

3. Mengubah rumusan SKL mata pelajaran PAI aspek al-Qur’an-Hadits untuk SMA/MA sebagai berikut:

a. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang berkaitan dengan siapa manusia, tanggungjawab manusia di muka bumi, apa itu alam dan pemanfaatannya, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(19)

ASPEK AQIDAH Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP) PAI Aspek Aqidah:

SD/MI:

Mengenal dan meyakini aspek-aspek rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan Qadar SMP/MTs:

Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar serta Asmaul Husna

SMA/MA:

Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna Kelas/

Smt.

SD/MI

Standar Komptensi & Kompetensi Dasar

SMP/MTs

Standar Komptensi & Kompetensi Dasar

SMA/MA

Standar Komptensi & Kompetensi Dasar

SD/MI I/1 SMP/

MTs VII/1 SMA/MA

X/1

1. Mengenal Rukun Iman

a. Menunjukkan kebesaran dan keagungan Allah SWT melalui ciptaan-Nya

b. Menyebutkan enam Rukun Iman c. Menghafal enam Rukun Iman

1. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT melalui pemahaman sifat-sifatNya

a. Membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah b. Menyebutkan arti ayat-ayat Al-Qur’an

yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah SWT

c. Menunjukkan tanda-tanda adanya Allah SWT

d. Menampilkan perilaku sebagai cermin keyakinan akan sifat-sifat Allah SWT 2. Memahami Asmaul Husna

a. Menyebutkan arti ayat-ayat Al-Qur’an

1. Meningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam Asmaul Husna

a. Menyebutkan 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna.

b. Menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna.

c. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna.

(20)

yang berkaitan dengan 10 Asmaul Husna

b. Mengamalkan isi kandungan 10 Asmaul Husna

SD/MI I/2 SMP/

MTs VII/2 SMA/MA

X/2

2. Mengenal dua kalimat syahadat a. Melafalkan syahadat tauhid dan

syahadat rasul

b. Menghafal dua kalimat syahadat c. Mengartikan dua kalimat syahadat

3. Meningkatkan keimanan kepada Malaikat a. Menjelaskan arti beriman kepada

Malaikat

b. Menjelaskan tugas-tugas Malaikat

2. Meningkatkan keimanan kepada Malaikat.

a. Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada malaikat.

b. Menampilkan contoh-contoh perilaku beriman kepada malaikat.

c. Menampilkan perilaku sebagai cerminan beriman kepada malaikat dalam kehidupan sehari-hari.

SD/MI II/1 SMP/

MTs VIII/1 SMA/MA

XI/1

3. Mengenal Asmaul Husna

a. Menyebutkan lima dari Asmaul Husna

b. Mengartikan lima dari Asmaul Husna

4. Meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab Allah

a. Menjelaskan pengertian beriman kepada Kitab-kitab Allah

b. Menyebutkan nama Kitab-kitab Allah SWT yang di turunkan kepada para Rasul

c. Menampilkan sikap mencintai Al- Qur’an sebagai Kitab Allah

3. Meningkatkan keimanan kepada Rasul rasul Allah

a. Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasulrasul Allah

b. Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah

c. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari

SD/MI II/2 SMP/

MTs VIII/2 SMA/MA

XI/2

4. Mengenal Asmaul Husna

a. Menyebutkan lima dari Asmaul Husna

b. Mengartikan lima dari Asmaul Husna

5. Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah a. Menjelaskan pengertian beriman kepada

Rasul Allah

b. Menyebutkan nama dan sifat-sifat Rasul Allah

c. Meneladani sifat-sifat Rasulullah SAW

4. Meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab Allah

a. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Kitab-kitab Allah b. Menerapkan hikmah beriman kepada

Kitab-kitab Allah

(21)

SD/MI III/1 SMP/

MTs IX/1 SMA/MA

XII/1

5. Mengenal sifat wajib Allah

a. Menyebutkan lima sifat wajib Allah b. Mengartikan lima sifat wajib Allah

5. Meningkatkan keimanan kepada Hari Akhir a. Menjelaskan pengertian beriman kepada

Hari Akhir

b. Menyebutkan ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hari Akhir

c. Menceritakan proses kejadian kiamat sughro dan kubro seperti terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits

5. Meningkatkan keimanan kepada Hari Akhir a. Menampilkan perilaku yang mencerminkan

keimanan terhadap Hari Akhir

b. Menerapkan hikmah beriman kepada Hari Akhir

c. Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam kehidupan sehari-hari

SD/MI III/2 SMP/

MTs IX/2 SMA/MA

XII/2

6. Mengenal sifat mustahil Allah a. Menyebutkan sifat mustahil Allah

SWT

b. Mengartikan sifat mustahil Allah SWT

7. Meningkatkan keimanan kepada Qadha dan Qadhar

a. Menyebutkan ciri-ciri beriman kepada qadha dan qadhar

b. Menjelaskan hubungan antara qadha dan qadhar

c. Menyebutkan contoh-contoh qadha dan qadhar dalam kehidupan sehari-hari d. Menyebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang

berkaitan dengan qadha dan qadhar.

6. Meningkatkan keimanan kepada Qadha’ dan Qadhar

a. Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada Qadha’ dan Qadar

b. Menerapkan hikmah beriman kepada Qadha’ dan Qadhar

SD/MI IV/1

7. Mengenal sifat jaiz Allah SWT a. Menyebutkan sifat jaiz Allah SWT b. Mengartikan sifat jaiz Allah SWT SD/MI

IV/2

8. Mengenal Malaikat dan tugasnya a. Menjelaskan pengertian Malaikat b. Menyebutkan nama-nama Malaikat c. Menyebutkan tugas-tugas Malaikat SD/MI 9. Mengenal kitab-kitab Allah SWT

(22)

V/1 a. Menyebutkan nama-nama kitab Allah SWT

b. Menyebutkan nama-nama Rasul yang menerima kitab-kitab Allah SWT

c. Menjelaskan Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir

SD/MI V/2

10. Mengenal Rasul- Rasul Allah SWT a. Menyebutkan nama-nama Rasul

Allah SWT

b. Menyebutkan nama-nama Rasul Ulul Azmi dari para Rasul c. Membedakan Nabi dan Rasul SD/MI

VI/1

11. Meyakini adanya Hari Akhir a. Menyebutkan nama-nama Hari

Akhir

b. Menjelaskan tanda-tanda Hari Akhir SD/MI

VI/2

12. Meyakini adanya Qadha dan Qadar a. Menunjukkan contoh-contoh

Qadha dan Qadar

b. Menunjukkan keyakinan terhadap Qadha dan Qadar

(23)

Analisis Kritis:

1. Rumusan SKL aspek aqidah, terutama pada tingkat SD/MI dan SMP/MTs sama sekali tidak menyinggung masalah asmaul husna, padahal di dalam isi SK dan KD menampilkan persoalan asmaul husna. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada sinkronisasi antara SKL dengan SK dan KD.

2. Masih terdapat overlapping antara aspek aqidah dan al-Qur’an. Padahal masing- masing memiliki karakteristik tersendiri, yaitu Al-Qur’an-Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Aqidah menekankan pada kemampuan memahami, membela dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna.

3. Rumusan KD masih menggunakan kata “menyebutkan”, sehingga sulit dirinci indikator-indiktornya. Kata “menyebutkan” tidak layak untuk dijadikan sebagai rumusan kompetensi dasar pada jenjang SMP/MTs dan SMA/MA, karena kata tersebut termasuk pada tataran kognitif yang paling rendah.

4. Belum ditetapkan secara tegas, mana di antara asma’ul husna yang diberikan pada tingkat SD/MI. SMP/MTs dan SMA/MA, sehingga menyulitkan bagi guru untuk menetapkannya, apalagi di daerah-daerah masih diadakan ujian bersama pada tingkat Kabupaten/Kota dan/atau bahkan tingkat Provinsi.

5. Dalam konteks aqidah, belajar sifat 20 – wujud, qidam, baqa’ dan seterusnya – meskipun merupakan rumusan yang bagus sekali, tetapi sebenarnya masih sangat rasionalistik. Hal ini memang perlu, tetapi pada dasarnya aqidah itu lebih banyak menyentuh dimensi hati (qalbu). Karena itu, ditinjau dari segi keagamaan (religiusitas) sifat dua puluh kurang mempunyai arti. Bandingkan dengan sifat Tuhan yang di dalam al-Qur’an disebut sebagai al-asma’ al-husna. Tuhan itu Rahman, jadi kita harus optimis terhadap Tuhan. Tuhan itu Ghafur, karena itu kita tidak perlu putus asa, walau sudah berbuat dosa kita bisa minta ampun kepadaNya. Tuhan itu Wadud (santun), karena itu tidak bakal Dia menerlantarkan kita. Demikian pula dengan sifat Tuhan yang tidak halus-halus, seperti Tuhan itu Jabbar (Maha Keras) dan Dzun Tiqam (Pendendam), yakni anjuran agar kita tidak memperlakukan kewajiban-kewajiban Tuhan secara seenaknya. Sifat-sifat Tuhan yang terkandung dalam al-asma’ al-husna itulah yang justeru bisa memberikan dampak kejiwaan dan implikasi-implikasi lainnya. Karena itu, kita perlu memperkaya mata pelajaran aqidah dengan pengembangan al-asma’ al-husna, jangan hanya dipakai untuk mencari kesaktian.

6. Belum tampak isi SK dan KD tingkat SMA/MA yang mengarah pada pemberian landasan-landasan siswa untuk mempelajari dan memperdalam aqidah (ilmu kalam) lebih lanjut, sehingga bisa jadi mereka akan merasa kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri dengan kajian ilmu tauhid/kalam jika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi agama Islam.

7. Isi SK dan KD tingkat SMA/MA sama sekali tidak menyinggung persoalan peningkatan kualitas keimanan yang inklusif dalam konteks pluralitas iman, agama dan budaya, sehingga bisa jadi mereka akan terjebak pada sikap truth claim atau

(24)

beriman yang eksklusif dan absolutis yang kurang menghargai terhadap keanekaragaman iman, agama atau budaya. Dengan demikian, pelajaran aqidah lebih menekankan dimensi keselamatan pribadi dan kelompok, dan menepikan adanya keselamatan yang dimiliki oleh orang lain di luar diri atau di luar kelompoknya.

Rekomendasi:

1. Perlunya mengubah rumusan SKL aspek aqidah, terutama pada tingkat SD/MI dan SMP/MTs dengan memasukkan masalah asmaul husna.

2. Perlunya mengubah rumusan KD aspek aqidah, terutama pada tingkat SMP/MTs kelas VII untuk menghindari overlapping antara aspek aqidah dan al-Qur’an.

3. Perlunya mengubah rumusan KD yang masih menggunakan kata “menyebutkan”, agar guru tidak merasa kesulitan untuk mengembangkan indikator-indiktornya.

4. Perlunya mempertegas mana di antara al-asma’ al-husna yang perlu diberikan pada tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA sesuai dengan tingkat perkembangan moral dan religius siswa.

5. Perlunya memberikan landasan-landasan siswa SMA/MA untuk mempelajari dan memperdalam aqidah (ilmu kalam) lebih lanjut, sehingga mereka dapat melakukan penyesuaian diri dengan kajian-kajian ilmu tauhid/kalam jika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi agama Islam. Misalnya: nama-nama lain dari ilmu tauhid dan alasannya, obyek kajiannya, tujuan mempelajarinya dan sistematika pembahasannya, dan wawasan mengenai macam-macam tauhid seperti tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, tauhid ash-shifat wa al-af’al, tauhid rahmaniyah, tauhid mulkiyah serta implikasinya dalam kehidupan, serta wawasan iman inklusif dan implikasinya dalam kehidupan sehri-hari.

Implikasi

Bertolak dari rekomendasi tersebut, maka disarankan agar:

1. Mengubah rumusan SKL mata pelajaran PAI aspek Aqidah untuk SD/MI sebagai berikut: “Mengenal dan meyakini aspek-aspek rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan Qadar, serta memahami, menghayati dan mengamalkan al-asma’ al-husna (sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik)”.

2. Mengubah rumusan SKL mata pelajaran PAI aspek Aqidah untuk SMP/MTs sebagai berikut: “Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar serta memahami, menghayati dan mengamalkan al-Asmaul Husna (sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik)”.

3. Mengubah rumusan SKL mata pelajaran PAI aspek Aqidah untuk SMA/MA sebagai berikut: “Meningkatkan kualitas keimanan yang inklusif dalam konteks pluralitas iman, agama dan budaya”.

(25)

ASPEK AKHLAK Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP) PAI Aspek Akhlak:

SD/MI:

Berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku tercela SMP/MTs:

Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasamuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah SMA/MA:

Berperilaku terpuji seperti hasnuzzhan, taubat dan raja dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah Kelas/

Smt.

SD/MI

Standar Komptensi & Kompetensi Dasar

SMP/MTs

Standar Komptensi & Kompetensi Dasar

SMA/MA

Standar Komptensi & Kompetensi Dasar SD/MI

I/1 SMP/

MTs VII/1 SMA/MA

X/1

1. Membiasakan perilaku terpuji a. Membiasakan perilaku jujur b. Membiasakan perilaku bertanggung

jawab

c. Membiasakan perilaku hidup bersih d. Membiasakan perilaku disiplin

1. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menjelaskan pengertian tawadhu, ta’at, qana’ah dan sabar

b. Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadhu, ta’at, qana’ah dan sabar

c. Membiasakan perilaku tawadhu, ta’at, qana’ah dan sabar

1. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menyebutkan pengertian perilaku husnuzhan.

b. Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama manusia.

c. Membiasakan perilaku husnuzhan dalam kehidupan sehari-hari.

SD/MI I/2 SMP/

MTs VII/2 SMA/MA

X/2

2. Membiasakan perilaku terpuji a. Menampilkan perilaku rajin

b. Menampilkan perilaku tolong-menolong c. Menampilkan perilaku hormat terhadap

orang tua

d. Menampilkan adab makan dan minum e. Menampilkan adab belajar

2. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menjelaskan arti kerja keras, tekun, ulet dan teliti

b. Menampilkan contoh perilaku kerja keras, tekun, ulet, dan teliti

c. Membiasakan perilaku kerja keras, ulet, tekun dan teliti

2. Membiasakan perilaku terpuji.

a. Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu, dan atau menerima tamu.

b. Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias,

perjalanan, bertamu atau menerima tamu.

(26)

c. Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menghindari Perilaku Tercela

a. Menjelaskan pengertian hasad, riya, aniaya dan diskriminasi

b. Menyebutkan contoh perilaku hasad, riya, aniaya dan diskriminasi

c. Menghindari hasad, riya, aniaya dan diskriminasi dalam kehidupan sehari- hari

SD/MI II/1 SMP/

MTs VIII/1 SMA/MA

XI/1

3. Mencontoh perilaku terpuji

a. Menampilkan perilaku rendah hati b. Menampilkan perilaku hidup sederhana c. Menampilkan adab buang air besar dan

kecil

3. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menjelaskan pengertian zuhud dan tawakkal b. Menampilkan contoh perilaku zuhud dan

tawakkal

c. Membiasakan perilaku zuhud dan tawakkal dalam kehidupan sehari-hari.

4. Menghindari perilaku tercela

a. Menjelaskan pengertian ananiah, ghadab, hasad, ghibah dan namimah

b. Menyebutkan contoh - contoh perilaku ananiah, ghadab, hasad, ghibah dan namimah c. Menghindari perilaku ananiah, ghadab, hasad,

ghibah dan namimah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Membiasakan berperilaku terpuji a. Menjelaskan pengertian taubat dan

raja’

b. Menampilkan contoh-contoh perilaku taubat dan raja’

c. Membiasakan perilaku bertaubat dan raja’ dalam kehidupan sehari-hari

SD/MI

II/2 4. Membiasakan perilaku terpuji

a. Mencontohkan perilaku hormat dan

5. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menjelaskan adab makan dan minum

5. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menjelaskan pengertian dan maksud

(27)

SMP/

MTs VIII/2 SMA/MA

XI/2

santun kepada guru

b. Menampilkan perilaku sopan dan santun kepada tetangga

b. Menampilkan contoh adab makan dan minum

c. Memperaktekkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari

6. Menghindari Perilaku tercela

a. Menjelaskan pengertian perilaku dendam dan munafik

b. Menjelaskan ciri-ciri pendendam dan munafik c. Menghindari perilaku pendendam dan

munafik dalam kehidupan sehari-hari

menghargai karya orang lain b. Menampilkan contoh perilaku

menghargai karya orang lain c. Membiasakan perilaku menghargai

karya orang lain dalam kehidupan sehari-hari

6. Menghindari perilaku tercela

a. Menjelaskan pengertian dosa besar b. Menyebutkan contoh perbuatan dosa

besar

c. Menghindari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-hari SD/MI

III/1 SMP/

MTs IX/1 SMA/MA

XII/1

5. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menampilkan perilaku percaya diri b. Menampilkan perilaku tekun c. Menampilkan perilaku hemat

7. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menjelaskan pengertian qana’ah dan tasamuh b. Menampilkan contoh perilaku qana’ah dan

tasamuh

c. Membiasakan perilaku qana’ah dan tasamuh dalam kehidupan sehari-hari.

7. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menjelaskan pengertian adil, ridha dan amal shaleh

b. Menampilkan contoh perilaku adil, ridha dan amal shaleh

c. Membiasakan perilaku adil, ridha dan amal shaleh dalam kehidupan sehari- hari

SD/MI III/2 SMP/

MTs IX/2 SMA/MA

XII/2

6. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menampilkan perilaku setia kawan b. Menampilkan perilaku kerja keras c. Menampilkan perilaku penyayang

terhadap hewan

d. Menampilkan perilaku penyayang terhadap lingkungan

8. Menghindari perilaku tercela

a. Menyebutkan pengertian takabbur b. Menyebutkan contoh-contoh perilaku

takabbur

c. Menghindari perilaku takabbur dalam kehidupan sehari-hari

8. Membiasakan perilaku terpuji

a. Menjelaskan pengertian dan maksud persatuan dan kerukunan

b. Menampilkan contoh perilaku persatuan dan kerukunan

c. Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan

(28)

a. Menjelaskan pengertian Isyrof, Tabzir, Ghibah dan Fitnah

b. Menjelaskan contoh perilaku Isyrof, Tabzir, Ghibah dan Fitnah

c. Menghindari perilaku Isyrof, Tabzir, Ghibah dan Fitnah dalam kehidupan sehari-hari

SD/MI IV/1

7. Membiasakan perilaku terpuji

a. Meneladani perilaku taubatnya Nabi Adam AS

b. Meneladani perilaku masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW

SD/MI IV/2

8. Membiasakan perilaku terpuj

a. Meneladani perilaku Nabi Ibrahim AS b. Meneladani Nabi Ismail AS

SD/MI V/1

9. Membiasakan perilaku terpuji

a. Meneladani perilaku Nabi Ayyub AS b. Meneladani perilaku Nabi Musa AS c. Meneladani perilaku Nabi Isa AS SD/MI

V/2

10. Membiasakan perilaku terpuji a. Meneladani perilaku Khalifah

Abubakar RA

b. Meneladani perilaku Umar bin Khattab RA

SD/MI 11. Menghindari perilaku tercela

(29)

VI/1 a. Menghindari perilaku dengki seperti Abu Lahab dan Abu Jahal

b. Menghindari perilaku bohong seperti Musailamah Al Kadzab

SD/MI VI/2

12. Membiasakan perilaku terpuji a. Meneladani perilaku kegigihan

perjuangan kaum Muhajirin dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan peserta didik

b. Meneladani perilaku tolong-menolong kaum Anshar dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan peserta didik

(30)

Analisis Kritis:

1. Rumusan SKL mata pelajaran PAI aspek akhlak masih belum mencakup akhlak terpuji dan akhlak tercela sebagaimana yang terkandung dalam isi SK dan KD.

2. Rumusan SK dan KD mata pelajaran PAI aspek Akhlak sudah sesuai dengan karakteristiknya, yaitu menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi atau menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

3. Rumusan KD masih menggunakan kata “menyebutkan”, sehingga sulit dirinci indikator-indiktornya. Kata “menyebutkan” tidak layak untuk dijadikan sebagai rumusan kompetensi dasar pada jenjang SMP/MTs dn SMA/MA, karena kata tersebut termasuk pada tataran kognitif yang paling rendah.

4. Terdapat overlapping antara KD SMP/MTs dan SMA/MA, terutama tentang dua macam akhlak tercela, yaitu ghibah dan hasad, yang sama-sama dipelajari di kedua tingkat satuan pendidikan tersebut.

5. Dari rumusan KD kelas IV s.d VI SD/MI tersebut di atas terdapat overlapping antara aspek akhlak dengan aspek tarikh. Padahal aspek akhlak memiliki karakteristik tersendiri, yang berbeda dengan aspek Tarikh & kebudayaan Islam.

Aspek ini (Tarikh) menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa- peristiwa bersejarah (Islam), meneladani nabi dan/atau tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

6. Mengingat karakteristik akhlak yang menekankan pada pembiasaan untuk berperilaku terpuji, maka jangkauannya bukan hanya terbatas pada kompeten, melainkan sampai terbentuknya will (kemauan) dan habit (kebiasaan) untuk melakukan akhlak terpuji dan menjauhi atau menghindari akhlak tercela. Untuk membentuk pembiasaan tersebut diperlukan waktu yang relatif lama. Karena itu, lebih baik standar kompetensi dan kompetensi dasar dipersempit, tetapi diperdalam penghayatan dan internalisasinya yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus untuk membentuk kebiasaan.

7. Di antara ciri-ciri anak usia 15 – 18 tahun adalah mulai dewasa, menginginkan otonomi, tidak suka selalu diatur dan dikendalikan, mereka sudah ingin terlibat dalam realitas kehidupan. Bertolak dari ciri-ciri ini maka pelajaran PAI pada aspek akhlak untuk SMA/MA perlu memasuki diskursus yang terkait dengan akhlak atau moralitas publik untuk membentuk kesalehan sosial. Pada era informasi global ternyata sumber kejahatan moral tidak lagi bersumber dari individu-individu, melainkan telah berpindah ke jaringan struktur yang sangat kompleks. Masalah pengangguran dan kemiskinan misalnya, bukan lagi disebabkan karena lemahnya etos kerja, disiplin kerja, etos belajar, atau lemahnya motivasi berprestasi dari individu-individu, tetapi disebabkan antara lain karena sistem sosial yang menindas dan karena kekayaan negara dikuasai oleh segelintir orang, serta KKN yang merajalela hampir di semua sektor kehidupan. Termasuk dalam diskursus moralitas publik adalah masalah konflik budaya dan agama, jaringan narkoba, prostitusi, Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan lain-lain. Para siswa perlu mengenal berbagai persoalan moralitas publik tersebut dan sekaligus dapat mencari jalan keluar yang tepat sesuai dengan ajaran akhlak yang mulia.

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN DIAGRAM VEE DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN METAKOGNISI PADA MATERI SISTEM RESPIRASI.. Universitas Pendidikan

[r]

Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi : Bola dan menirukan gerakan yang

Buku besar merupakan ringkasan seluruh rekening yang memuat setiap data transaksi yang memberikan informasi saldo untuk setiap rekening dalam suatu periode

- Mudah murung dan tertekan karena cenderung melihat masalah dari sisi negatifnya - Melankolis adalah seorang yang cukup pendendam dan suka mengingat kenegatifan - Mempunyai

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengelolaan dana Program Kemitraan BUMN setelah Penerapan Peraturan Menteri BUMN No 05/MBU/2013 surat edaran

Beberapa langkah pada tahap ini adalah: (a) Validasi draft media pembelajaran dari se- gi materi dan media oleh validator materi dan validator media, (b) Revisi media

Memilih data yang akan digunakan dalam proses data mining. Data yang digunakan adalah data yang menjadi acuan pokok untuk melakukan peminatan yaitu nilai ujian nasional